LAPORAN HOME VISIT PUSKESMAS CANDI DIABETES MELITUS TIPE 2 Disusunoleh: Siti Bulkis 14710163 Pembimbing: dr. M. Arif Frijanto KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2017 LEMBAR PENGESAHAN HOME VISIT PELAKSANAAN HOME VISIT TERHADAP DIABETES MELITUS TIPE 2 PUSKESMAS CANDI KABUPATEN SIDOARJO Laporan Home Visit inisebagaisalahsatupersyaratanuntukdapatmengikutiujianprofesidokter di FakultasKedokteranUniversitas WijayaKusuma Surabaya Oleh Siti Bulkis 14710163 Menyetujui KepalaPuskesmas Candi DokterPembimbing dr. Siti Murtafiah dr.M. Arif Frijanto ii KATA PENGANTAR PujisyukurkepadaTuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai kemudahan kepada penulis atas terlaksananya Home Visit terhadap Diabetes Melitus Tipe 2di Puskesmas Candi, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Penulisan Laporan Home Visit ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi pasien dengan keadaan keseluruhan baik yang menyangkut kehidupan social, ekonomi, pelayanan kesehatan dan lingkungannya. Laporan Home Visit ini berhasil penulis selesaikan karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1. dr. Siti Murtafiah., selaku Kepala Puskesmas Candi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan Home Visit terhadap pasien di wilayah kerja Puskesmas Candi. 2. dr. M. Arif Frijanto, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta dorongan dalam menyelesaikan Laporan Home Visit ini. 3. Seluruh staf dan pegawai Puskesmas Candi yang ikut memfasilitasi dan membantu penulis dalam melaksanakan Home Visit ini. 4. Teman - teman Dokter Muda di Puskesmas Candi tahun 2017, yang senantiasa mendukung penulis dalam menyelesaikan Laporan Home Visit ini. 5. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu - persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Home Visit ini. Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Home Visit ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membaangun demi sempurnanya tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Home Visit ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait. Candi, Mei 2017 Penulis 3 DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................. i Lembar Pengesahan......................................................................................... ii Kata Pengantar ................................................................................................ iii Daftar Isi ........................................................................................................... .iv Berkas Pembinaan Keluarga .......................................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 2 A. Latar Belakang ............................................................................................. 2 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3 C. Tujuan .......................................................................................................... 3 D. Manfaat ........................................................................................................ 4 BAB II HASIL KUNJUNGAN ....................................................................... 5 A. Identitas Pasien ............................................................................................ .5 B. Anamnesis .................................................................................................... .5 C. Anamnesis Sistem ........................................................................................ .7 D. Pemeriksaan Fisik ........................................................................................ 8 E. Pemeriksaan Penujang ................................................................................. 11 F. Resume ......................................................................................................... 11 G. Patient Centered Diagnosis .......................................................................... 12 H. Penatalaksanaan ........................................................................................... 12 I. Follow Up .................................................................................................... 13 1. Follow Up .............................................................................................. 13 2. APGAR .................................................................................................. 15 3. SCREEM................................................................................................ 20 4. Genogram ............................................................................................... 21 5. Perilaku Pasien ....................................................................................... 21 4 6. Faktor Pelayanan Kesehatan .................................................................. 22 7. Faktor Lingkungan Pasien ..................................................................... 22 8. Identifikasi Masalah Berdasarkan Teori Bloom .................................... 24 BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 26 A. PembahasanPermasalahan yang Ditemukan ................................................ 26 1. Masalah Aktif......................................................................................... 26 2. Faktor Risiko .......................................................................................... 29 B. Intervensi dalam Bentuk Giant Chart ......................................................... 31 C. Rencana Kegiatan Pembuatan.......................................................................32 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 33 A. Kesimpulan .................................................................................................. 33 B. Saran ............................................................................................................ 34 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35 LAMPIRAN ...................................................................................................... 37 5 LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA Berkas Pembinaan Keluarga Puskesmas Candi Sidoarjo No. RM : Tanggal kunjungan pertama kali : 27 April 2017 KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. M. Suratno Alamat lengkap : Perumahan Mutiara Citra Asri Blok II J No. 35. Simorame, Kecamatan Candi Sidoarjo, Jawa Timur. Bentuk Keluarga : Nuclear Family Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama 1 M.Suratno 2 Ny.Marni Kedudukan dalam keluarga Kepala Keluarga Isteri 3 Farah 4 Salsa L/ P Umur (th) L 49 P 58 Anak P 20 Anak P 10 Sumber: Data Kartu Keluarga 6 Pendidikan Pekerjaan Tamat SD/ Sederajat Tamat SD/ Sederajat SMA/ Sederajat SD/ Sederajat Penjual Nasi kuning Ibu rumah tangga Penjual Nasi kuning Sekolah Pasien Klinik (Y/T) Y Ket T DM T2 - T - T - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya di masa mendatang. Indonesia menempati peringkat keempat negara dengan penderita DM terbanyak di dunia. World Heatlh Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah pasien di Indonesia dari 8.4 juta pada tahun 2000 menjadi 21.3 juta pada tahun 2030. 4 Kasus Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) sebagai kasus yang paling banyak dijumpai mempunyai latar belakang berupa genetik, resistensi insulin, dan insufisiensi sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Salah satu faktor penyebab tingginya prevalensi DMT2 adalah pola makan yang tidak sehat meliputi diet tinggi karbohidrat dan lemak, kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji dengan kandungan natrium tinggi, dan konsumsi makanan rendah serat. Empat pilar utama pengelolaan DMT2 adalah perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik, dan penyuluhan. Perencanaan makan merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan DMT2. Perencanaan makan bertujuan membantu penderita DMT2 memperbaiki kebiasaan makan sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa, lemak, dan tekanan darah. Keberhasilan perencanaan makan bergantung pada perilaku penderita DMT2 dalam menjalani anjuran makan yang diberikan.Ketidakpatuhan pasien dalam perencanaan makan merupakan salah satu kendala dalam pengobatan Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2). Data laporan WHO tahun 2003 menunjukkan kurang dari 50% pasien DM di negara berkembang mematuhi pengaturan makan yang diberikan. Perilaku terkait kepatuhan diet merupakan suatu hal yang spesifik dan berbeda antar individu. Faktor predisposisi ketidakpatuhan diet penderita DMT2 adalah kurang 7 pengetahuan mengenai diet DMT2, kurang kepercayaan terhadap efektivitas diet, dan persepsi yang salah terhadap keseriusan penyakit yakni dengan anggapan bahwa DMT2 yang diderita merupakan DM kering yang tidak mempunyai risiko komplikasi. Faktor pemungkin ketidak patuhan diet penderita DMT2 adalah kurang ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas edukasi dan konseling gizi. Faktor penguat ketidakpatuhan diet penderita DMT2 adalah anjuran teman untuk mengkonsumsi berbagai macam makanan fungsional, kurangnya dukungan keluarga dan kurangnya dukungan edukasi dan konseling dari petugas kesehatan. Puskesmas mempunyai peran penting dalam menunjang program pencegahan primer DM maupun pencegahan komplikasi DM. kasus ini diambil di daerah yang masuk ke dalam Wilayahkerja Puskesmas Candi Kabupaten Sidoarjo. Pasien berjenis kelamin Laki-laki, usia 49 tahun yaituseorang pasien yang di diagnosa Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) oleh salah satu dokter di Puskesmas Candi. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara kondisi pasien dengan keadaan keseluruhan baik yang menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan dan lingkungan? C. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara kondisi pasien dengan keadaan keseluruhan baik yang menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan dan lingkungan. Tujuan Khusus 1. Identifikasi pasien 2. Identifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR 3. Identifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM 4. Identifikasi faktor kturunan pasien melalui Genogram 5. Identifikasi faktor pelayanan Kesehatan 8 6. Identifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya 7. Identifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial ekonomi, dsb) D. Manfaat Manfaat dari dilakukakannya homevisit: 1. Bagi pasien dan keluarganya Pasien dan keluarganya bisa lebih dekat dengan tenaga medis dan merasa lebih diperhatikan, sehingga diharapkan pasien dapat lebih cepat sembuh. 2. Pelayanan kesehatan Dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik, lebih menyeluruh kepada pasien. 3. Puskesmas Dapat memantau secara langsung pasien serta lingkungan sekitarnya, serta dapat mengidentifikasi masalah kesehatan untuk memperbaiki kualitas kesehatan. 9 BAB II HASIL KUNJUNGAN 1. Identifikasi Pasien A. Identitas Pasien 1. Nama : Tn. M. S. 2. Umur : 94 tahun 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Pekerjaan : Penjual Tahu 5. Pendidikan : SD /sederajat 6. Agama : Islam 7. Alamat : Perumahan Citra Asri Blok J, No.35, Simorame, Kec. Candi, Kab. Sidoarjo, Jawa Timur 8. Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia 9. Hobi : Jalan-jlan dan kuliner 10. Tanggal periksa : 27 April 2017 B. Anamnesis 1.Keluhan Utama: Luka dikaki 2.Riwayat Penyakit Sekarang: Seorang pasien laki-laki umur 49 tahun datang berobat Kepuskesmas Candi dengan keluhan luka dikaki kirinya sulit sembuh, luka tersebut dirasakan pasien sudah hampir 1 bulan ini, luka tersebut terus menerus mengeluarkan nanah, pasien merasa tidak terlalu sakit dengan adanya luka itu. Menurut pasien luka itu awalnya hanya gatal biasa dan tiba-tiba sudah bernanah. 10 Biasanya pasien membersihkan sendiri lukanya dengan membeli rivanol dan betadin diapotik terdekat. Pasien juga mengeluh sering merasa lemas ± satu minggu ini. Lemas dirasakan hampir disetiap waktu, pasien merasa tidak bersemangat dan sering mengantuk, selain itu pasien juga sering merasa haus, lapar, sering bangun pada malam hari untuk buang air kecil 3-4 kali, 3 tahun yang lalu pasien mengaku berat badannya 90 kg sekarang turun 60 kg. Keluhan lain mual (-), muntah (-), sesak (-). Setiap dua minggu sekali pasien ke apotek terdekat untuk melakukan cek gula darahnya, dan setiap satu bulan sekali pasien rutin datang ke puskesmas Candi untuk datang kontrol dan mengambil obat untuk penyakitnya. 3.Riwayat Penyakit Dahulu: a) Riwayat Diabetes Melitus : Pasien mengatakan tiga tahun yang lalu pasien sudah didiagnosan menderita penyakit Diabetes Melitus oleh salah satu dokter yang praktek disebuah klinik daerah Sidoarjo setelah melakukan pemeriksaan guladarah dua kali dengan dua kali kunjungan. b) Riwayat Alergi Obat : Disangkal. c) Riwayat Asma : Disangkal d) Riwayat Hipertensi : Disangkal. e) Riwayat Penyakit Lain : Disangkal. 4. Riwayat Penyakit Keluarga a) Riwayat Diabetes Melitus : Menurut pengakuan pasien kedua orang tua pasien adalah penderita penyakit Diabetes Melitus dan ke dua orang tua pasien sudah meninggal sekitar 10 tahun yang lalu. b) Riwayat Alergi Obat : 11 Disangkal. c) Riwayat Asma : Disangkal. d) Riwayat Hipertensi : Disangkal. e) Riwayat Penyakit Lain : Disangkal. a) Riwayat merokok : Disangkal b) Riwayat keluarga merokok : Kedua orang tua perokok c) Riwayat olah raga : Jarang sekali d) Riwayat Konsumsi Alkohol : Disangkal e) Riwayat Konsumsi makanan manis : Pasien mengaku menyukai 5. Riwayat Kebiasaan makanan yang manis dan hobi kuliner. 6. Riwayat Sosial Ekonomi Penderita merupakan seorang tulang punggung keluarga yang tinggal serumah bersama istri danduaorang anaknya anak pertama berusia 20 tahun, dan anak ke dua berusia 10 tahun. Penderita mempunyai usaha warung nasi kuning yang dijalankan bersama istri, sehari pendapatan kotor 400.000-600.00.000 Rupiah. 7. Riwayat Gizi. Penderita makan sehari-hari 3 kali, Makan nasi satu porsi sehari hari dan lauk pauk seperti tahu, tempe, ayam, telur, dan sayuran.. Penderita jarang makan daging, ikan, dan buah. C. AnamnesisSistem 1. Kulit :Kuning langsat, kulit gatal (-), kemerahan (-) 2. Kepala :Nyeri dikepala bagian belakang (+), pusing (+), rambut tidak rontok, Luka (-), Benjolan (-) 12 3. Mata :Penglihatan kabur (-), kemerahan (-), Kuning (-), Nyeri (-) 4. Hidung :Tersumbat (-), mimisan (-), gatal (-) 5. Telinga :Pendengaran berkurang (-), Berdenging (-), Keluar cairan (-) 6. Mulut :Sariawan (-), mulut kering (-) 7. Tenggorokan : Sakit menelan (-), serak (-) 8. Pernafasan : Sesak nafas (-), Batuk (-), Batuk darah (-) 9. Kadiovaskuler : Berdebar-debar (+), 10. Gastrointestinal:Nyeri uluhati (+), Mual (-), muntah (-), Nafsu makan menurun, nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan 11. Genitourinaria :BAK lancar, 4-5 kali/hari, warna kekuningan 12. Neurologik : Kejang (-), lumpuh (-) 13. Psikiatrik : Emosi stabil, Mudah marah (-) 14. Muskuloskeletal: Kaku sendi (-), Nyeri lutut (-), Nyeri otot (-) 15. Ekstremitas :Dalam batas normal D. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Cukup, kesadaran composmentis (GCS E4V5M6), kesan gizi cukup. 2. Tanda Vital dan Status Gizi a. Tanda Vital 1) Tensi :120 /90 mmHg 2) Nadi :82 x/menit,Regular 3) Pernafasan :20 x/menit 4) Suhu :37oC b. Status gizi ( BMI ) : 1) BB :60 kg 2) TB :165 cm 3) BMI :ππ΅(π)2 = π΅π΅ 3. Kulit 13 60 (1,65)2 = 22,0 a. Warna :Sawo matang, Jejas (-), Eritema (-), Sianosis (-), pada kaki kiri terdapat luka b. Kepala :Tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, Massa (-). 4. Mata a. Conjunctiva anemis (-/-) b. Sklera ikterik (-/-) c. Pupil isokor (3mm/3mm) d. Reflek kornea (+/+) e. Katarak (-/-) f. Radang/conjunctivitis/uveitis (-/-) 5. Hidung a. Nafas cuping hidung (-/-) b. Sekret (-/-) c. Epistaksis (-/-) d. Deformitas hidung (-) 6. Mulut a. Bibir sianosis (-) b. Lidah kotor (-) c. Papil lidah atrofi (-) d. Tepi lidah hiperemis (-) e. Stomatitis (-) 7. Telinga a. Sekret (-/-) b. Othorea (-/-) c. Cuping telinga dalam batas normal 8. Tenggorokan a. Tonsil T1/T1 b. Pharing hiperemis (-/-) 9. Leher JVP tidak meningkat, & limfe (-) 14 10. Thoraks Simetris (+/+), retraksi (-) a. Cor : I : Ictus cordis tampak P : Ictus cordis kuat angkat P : Batas kiri atas: ICS II Parasternal line Sinistra Batas kanan atas: ICS II Parasternal lineDextra Batas kiri bawah: ICS V Midclavicular line Sinistra Batas kanan bawah: ICS IV Parasternal line Dextra Batas jantung kesan tidak melebar A : S1 tunggal,S2 tunggal.Murmur (-), bising (-) b. Pulmo : Pemeriksaan dilakukan dari depan dan belakang, posisi berbaring dan duduk. I : Simetris (+/+) P : Fremitus raba kiri sama dengan kanan P : sonor/sonor A: Suara dasar vesikuler Rhonki - Wheezing - + + - + + - - - + + - - - - 11. Abdomen I : Scar (-), bekas operasi (-) Spidernevi (-) A : Bising usus (+) normal P : Supel, Nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tak teraba P : Timpani seluruh lapang perut 12. Ektremitas : Akral hangat (+), edema (-), CRT <2’. 13. Sistem genetalia : dalam batas normal 14. Pemeriksaan Neurologik 15 Fungsi Luhur : Dalam batas normal Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal Fungsi Sensorik : Dalam batas normal Fungsi motoric : Dalam batas normal 15. Pemeriksaan Psikiatrik Penampilan : Baik, perawatan diri cukup Kesadaran : Kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis Afek : Appropriate Psikomotor :Normoaktif Proses piker :Tidak dievaluasi E. Pemeriksaan Penunjang :Diusulkan untuk : • Pemeriksaan gula darah acak • Pemeriksaan gula darah puasa • Penmeriksaan HbA1C minimal 6 bulan sekali F. Resume Seorang pasien laki-laki umur 49 tahun datang berobat Kepuskesmas Candi dengan keluhan luka dikaki kirinya sulit sembuh, luka tersebut dirasakan pasien sudah hampir 1 bulan ini, luka tersebut terus menerus mengeluarkan nanah, pasien merasa tidak terlalu sakit dengan adanya luka itu. Menurut pasien luka itu awalnya hanya gatal biasa dan tiba-tiba sudah bernanah. Pasien juga mengeluh sering merasa lemas ± satu minggu ini. Lemas dirasakan hampir disetiap waktu, pasien merasa tidak bersemangat dan sering mengantuk, selain itu pasien juga sering merasa haus, lapar, sering bangun pada malam hari untuk buang air kecil 3- 4 kali, 3 tahun yang lalu pasien mengaku berat badannya 90 kg sekarang turun 60 kg. Keadaan Umum : Baik. Kesadaran : Compos menntis, (G4, C5, S6). Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati, Mual (-), muntah (-).Telinga berdenging 16 (-), sesak (-), mimisan (-). Pasien secara rutin setiap satu minggu sekali berobat ke Puskesmas untuk mengobati penyakit darah tingginya.Pasien mengkonsumsi obat Diabetes Melitus yang diberikan dokter, namun terkadang pasien lupa untuk mengkonsumsi obat tersebut. Makanan yang mengandung manis terkadang masih dikonsumsi pasien. Keluarga dan lingkungan sekitar tidak ada yang sakit seperti ini.Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah sakit parah. Pada pemeriksaan fisik sekarang didapatkan keadaan umum cukup, composmentis. Tanda vital T:120 /90 mmHg, N: 82x/menit, RR: 20x/menit, S:370C, BB:60 kg, TB:165 cm, status gizi ο BMI= 22,0 (gizi baik). G. Patient Centered Diagnosis 1. Diagnosis Biologis Diabetes Melitus Tipe 2 2. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya a. Kondisi lingkungan dan rumah yang cukup. b. Rendahnya pengetahuan tentang penyakit. c. Pola diet kurang baik H. Penatalaksanaan 1. Non-Medikamentosa a. Konseling dan Edukasi 1) Memberitahu pasien dan keluarga bahwa pengobatan harus dilakukan secara adekuat agar kadar gula darah terkontrol. Memberitahu pasien dan keluarga untuk mengurangi makanan yang bersifat manis. 2) Tidak dianjurkan merokok dan konsumsi alkohol 3) Diet rendah garam dan konsumsi buah dan sayur 4) Olah raga. 17 2. Medikamentosa Terapi farmakologis adalah dengan menggunakan obat-obatan antidiabetes melitus.Masing-masing obat antidiabetes memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan diabetes mellitus terapi farmakologi diabetes mellitus terdiri dari: a. Insulin b. Oral Anti Diabetik I. Follow Up S Pasien mengeluh kaki kirinya masih mengeluarkan nanah, nyeri, pasien juga mengeluhkan pengelihatan pasien mulai kabur, dan masih sering merasa mengantuk dan haus. Sakit kepala (-), mual (), muntah (-), keluhan lain (-). O KU: Cukup :Kes: Composmentis Tanda Vital: Tekanan darah : 130/ 80 mmHg Nadi: 83 x/ menit Suhu: 36,50C Pernafasan: 20x/ menit Status Generalis: K/L: a/i/c/d: -/-/-/Thoraks a. Cor 18 I: Ictus cordis tampak P: Ictus cordis angkat kuat P: Batas jantung kesan normal A: S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-) b. Pulmo I: Simetris (+/+) P: Fremitus raba kanan sama dengan kiri P: Sonor/ Sonor A: Vesikuler/Vesikuler, Rhonki (-/-),Wheezing (-/-) Abdomen I: Flat (+), distended (-), Scar (-) A: Bising usus (+) normal P: Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, ginjal tidak teraba P: Timpani seluruh lapang abdomen Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema (-) Status Neurologis:Dalam batas normal Status Psikiatri:Dalam batas normal A Diabetes Melitus Tipe 2 19 P ο· R/ Tablet. Glibenclamid 5 mg No. XXX S I dd Tab I a.c ο· R/ Tab. Amoxycillin 500 mg No. XV S 3 dd Tab I ο· R/ Tab. Asamefenamat 500mg No. XV S 3 dd Tab I 1. APGAR Adaptation Dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu membicarakannya kepada anggota keluarganya dengan cara mengungkapkan apa yang menjadi keluhannya. Penyakit pasien dirasakan mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Akan tetapi dengan adanya dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan yang sering memberi penyuluhan kepada pasien, sangat memberi motivasi pasien untuk berobat dan rajin mengontrol kadar gula darahnya serta menjaga pola makan meskipun kadang-kadang lupa. Penderita dan keluarga yakin penyakitnya dapat diatasi bila ia mematuhi aturan pengobatan. Partnership Istri pasiensangat mendukung dan meyakinkan bahwa penderita bisa dapat mengatasi penyakitnya dengan selalu mengingatkan untuk meminum obat, rajin control, dan menjaga pola makan. Komunikasi antar anggota keluarga juga berjalan dengan cukup baik. Growth Tn. MSmengetahui bahwa ia harus sabar menghadapi penyakitnya, dengan cara rutin mengkonsumsi obat, selalu kontrol ke puskesmas candi, 20 dan juga mematuhi saran yang diberikan oleh dokter yang merawatnya. Selama ini pasien selalu menaati aturan yang dianjurkan oleh dokter. Affection Tn. MS merasa interaksinya dan kasih sayang dengan keluarga cukup baik. Dimana Istridan kedua saudaranya cukup peduli dengan kesehatannya. Penderita menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya. Resolve Tn. MS merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari keluarganya. APGAR Tn. MS Terhadap Keluarga A Sering/ Kadang selalu -kadang /tidak Saya puas bahwa saya dapat kembali ke ο keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya ο membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya ο menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga mengekspresikan kasih sayangnya saya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan ο saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik. 21 ο Jarang APGAR Ny. M Terhadap Keluarga A Sering/ Kadang Jarang selalu -kadang /tidak Saya puas bahwa saya dapat kembali ke ο keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya ο membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya ο menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga mengekspresikan kasih sayangnya ο saya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan ο saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9fungsi keluarga dalam keadaan baik. APGAR NnSL Terhadap Keluarga A Sering/ Kadang selalu -kadang /tidak Saya puas bahwa saya dapat kembali ke ο keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya ο membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya ο 22 Jarang menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga mengekspresikan kasih sayangnya ο saya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan ο saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik APGAR Nn FRTerhadap Keluarga A Sering/ Kadang selalu -kadang /tidak Saya puas bahwa saya dapat kembali ke ο keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya ο membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya ο menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga mengekspresikan kasih sayangnya saya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan ο saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik. 23 ο Jarang APGAR An SL Terhadap Keluarga A Sering/ Kadang selalu -kadang /tidak Saya puas bahwa saya dapat kembali ke ο keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya ο membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya ο menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga mengekspresikan kasih sayangnya saya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan ο saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik. 24 ο Jarang 2. SCREEM KET SUMBER PATHOLOGY Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota + keluarga. Partisipasi mereka dalam masyarakat cukup baik. Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya + Cultural cukup, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat Pengajian,hajatan, dll jika kondisi kesehatan memungkinkan. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan Pemahaman agama cukup. Penderita dan + Religius Agama menawarkan keluarga rajin sholat lima waktu. pengalaman spiritual yang baik untuk ketenangan individu yang tidak didapatkan dari yang lain Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah, + untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi. Edukasi Tingkat pendidikan dan pengetahuan + penderita masih tergolong rendah. Medical Mampu membiayai pelayanan kesehatan + Pelayanan kesehatan puskesmas yang lebih baik dalam mencari pelayanan memberikan perhatian khusus kesehatan terhadap kasus penderita keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas. Keterangan: Berdasarkan tabel SCREEM tidak didapatkan permasalahan pada keluarga penderita. Hanya saja masih minimnya tingkat pendidikan 25 pasien perlu menjadi perhatian.Hal ini bisa mempengaruhi pengetahuan dan pola berpikir dalam pengasuhan dan perawatan. 3. Genogram Alamat Lengkap : Ds. Klagen RT04/RW04, Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Bentuk Keluarga : Nuclear Family A B Sumber Informasi: Data Kartu Keluarga Keterangan: A : Penderita (Tn. M.S) B : Istri penderita (Ny. M) C : Anak Penderita (Nn. FR) D : Anak penderita (An.SL) : Meninggal dunia 4. Faktor Pelayanan Kesehatan Pasien mengatakan untuk masalah kesehatan, pasien tidak memiliki jaminan kesehatan.Posisi rumah pasien juga terlalu jauh dariPuskesmas Candi.Setiap sakit, meskipun jarak dari rumah ke puskesmas jauh, pasien tetap rutin datang kontrol ke Puskesmas Candi. 5. Perilaku Pasien Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga a. Faktor Perilaku Keluarga 26 Tn. MSsaat ini berumur 49 tahun dan tinggal bersama istri dan kedua anaknya.Pasien secara rutin setiap satu minggu sekali berobat ke Puskesmas Candi untuk mengobati penyakit Diabetes Melitusnya.Pasien mengkonsumsi obat diabetes melitusnya yang diberikan oleh dokter puskesmas, namun terkadang pasien lupa untuk mengkonsumsi obat tersebut. Makanan yang mengandung manis-manis terkadang masih dikonsumsi pasien. Lingkungan rumah mereka cukup sehat, namun pada saat memasuki ruangan tengah dan bagian dapur rumah pasien terlihat berantakan,karena pasien seorang penjual nasi kuning dimana peralatan memasak terlihat masih berantakan dan belum dibereskan,pecahayaan sedikit, ventilasi udara kurang. Kebutuhan air sehari-hari dari PDAM Kabupaten Sidoarjo. b. Faktor Non Perilaku Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga ekomoni menengah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari penghasilan usaha jual nasi kuning yang dilakukan rutin setiap hari juga menerima pesanan untuk hajatan. Dari total semua penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan seharihari dan kebutuhan yang lainnya. Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai, tetapi pencahayaan masih kurang cukup, dan ventilasi yang cukup. Rumah memiliki fasilitas jamban keluarga. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah praktek dokter, klinik terdekat, dan Puskesmas Candi Sidoarjo. 6. Faktor Lingkungan Pasien a. Gambaran Lingkungan Tn. MS ini tinggal di sebuah rumah yang berdempetan dengan rumah tetangganya,ada pekarangan rumah, dan sisi depan 27 memiliki pagar pembatas. Terdiri dari teras, ruang menonton TV, ruang tamu,kamar tidur,dapur, dan kamar mandi + WC. Terdiri dari 2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan, dan samping. Setiap ruang tidak ada jendela. Lantai rumah terbuat dari keramik.Ventilasi dan penerangan rumah cukup.Atap rumah tersusun dari genteng.Kamar memiliki tempat tidur untuk meletakan kasur dengan sprei. Dinding rumah berupa tembok yang dicatpermanen. Perabotan rumah tangga tidak terlalu banyak tetapi cukup.Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya menggunakan PDAM.Pasien saat ini tinggal di daerah Perumahan Mutiara Citra Asri dengan kondisi lingkungan yang bersih, tetapi kondisi rumah pasien bagian dalam terutama bagian dapur, yang terkesan kurang rapi dan kurang bersih, serta letaknya berdekatan dengan rumah tetangga, dan ventilasi sedikit kurang. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 8m x 12 mmenghadap keutara.Rumah terdiri dari satu lantai, terdapat tiga kamar tidur, satu ruang keluarga dan ruang tamu, satu dapur dan satu kamar mandi yang dipergunakan dan dihuni oleh 4orang. Terdiri dari 2 pintu keluar padabagian depan dan samping rumah. Lantai rumah ruang tamu adalahkeramik dan beberapa berupa semen, dapur juga berupa plester. Ventilasikurang, penerangan rumah akan cahaya mataharikurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan tanpa plavon.Dalam masing - masing kamar terdapat 1 kasur.Di ruang tamu tidak ada kursi dan mejahanya ada TV.Dinding rumah ruang tamu terbuat dari batubata yang diplester semen, di cat permanen.Perabotan rumah tangga minim.Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air PDAM Sidoarjo.Kebersihan rumahkurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor elpigi dan dapurnya terletak di belakang disebelah kamar mandi. 28 b. Denah Rumah 7. Identifikasi Masalah Berdasarkan Teori Bloom a. Masalah Aktif 1) Diabtes Melitus Tipe 2 b. Faktor Risiko 1) Kurangnya aktifitas fisik 2) Konsumsi makanan manis 3) Keturunan 29 4) Obesitas 5) Etnis 6) Merokok 7) Alkohol Diagram Permasalahan Pasien (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan, yang ada dengan faktor-faktor risiko ada dalam kehidupan pasien) Faktor Lingkungan Fisik 1. Obesitas 2. Usia 3. Keturunan 4. Etnis 5. Stres psikologis Sosial, Pendidikan, Pengetahuan 1. Kondisi Ekonomi Menengah 2. Pengetahuan yang kurang tentang DMT2 DERAJAT KESEHATAN (Tn. MS, 49Tahun) Faktor Perilaku 1. Pola makan 2. Kurangnya aktifitas fisik 3. Ketidak teraturan konsumsi obat darah tinggi 30 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Permasalahan yang Ditemukan 1. Masalah Aktif: Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Ditjen Bina Farmasi & ALKES, 2005). Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabêtês yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin yang melimpah pada penderita (Lawrence, 1994). Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang melibatkan hormon endokrin pankreas, antara lain insulin dan glukagon. Manifestasi utamanya mencakup gangguan metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein yang pada gilirannya merangsang kondisi hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia tersebut akan berkembang menjadi diabetes mellitus dengan berbagai macam bentuk manifestasi komplikasi (Unger dan Foster, 1992). Terdapat beberapa definisi yang dapat merepresentasikan penyebab, perantara dan wujud komplikasi tersebut. Diabetes mellitus menurut Beenen (1996) adalah suatu sindrom yang mempunyai ciri kondisi hiperglikemik kronis, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan defisiensi sekresi dan/atau aksi insulin secara absolut atau relatif, sedangkan Kahn (1995) memberikan definisi 31 diabetes mellitus sebagai sindrom kompleks yang terkait dengan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dengan ciri-ciri hiperglikemik dan gangguan metabolisme glukosa, serta terkait secara patologis dengan komplikasi mikrovaskuler yang spesifik, penyakit mikrovaskuler sekunder pada perkembangan aterosklerosis, dan beberapa komplikasi yang lain meliputi neuropati, komplikasi dengan kehamilan, dan memperparah kondisi infeksi. Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen, 2007). Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO (1980) dikatakan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat diterangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing manis atau penyakit gula. DM memang tidak dapat di definisikan secara tepat, DM lebih merupakan kumpulan gejala yang timbul pada diri seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2005). Di Indonesia, jumlah penyandang DM semakin tahun semakin menunjukkan peningkatan yang sangat tinggi. Pada tahun 2000, 32 jumlah penyandang di Indonesia sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan akan mencapai angka 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 nanti. Hal tersebut mengakibatkan Indonesia berada di peringkat keempat jumlah penyandang DM di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina menurut Reputrawati dalam Hans (2008). Tingginya prevalensi DM di Indonesia, dan perkiraan adanya peningkatan di tahun-tahun mendatang menyebabkan perlunya antisipasi dan tidakan segera dalam penatalaksanaan DM. Penatalaksanaan DM meliputi dua pendekatan, yaitu pendekatan tanpa obat dan pendekatan dengan obat. Pendekatan tanpa obat dilakukan dengan cara pengaturan pola makanan dan latihan jasmani, sedangkan pendekatan dengan obat dilakukan manakala pendekatan tanpa obat saja kurang efektif (Direktorat Bina Farmasi Komunitas & Klinik, 2005). Penatalaksanaan DM secara terpadu membutuhkan sinergi dari berbagai pihak mulai dari dokter, penyandang DM, perawat, ahli gizi, laboratorium. Perubahan pola makan serba instant, tinggi lemak, banyak mengandung gula dan protein, ditambah kurangnya olahraga menjadikan semakin banyak orang mengalami obesitas. Kondisi ini harus dicegah karena selain mengurangi estetika penampilan diri, obesitas juga memicu timbulnya beragam penyakit seperti diabetes mellitus (DM). Diabetes mellitus merupakan penyakit endokrin yang paling umum ditemukan. Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia dan glikosuria (Budiyanto, 2002). Di antara tipe DM yang ada, DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Kekerapan DM tipe 2 di Indonesia berkisar antara 1,5-2,3% kurang lebih 15 tahun yang lalu, tetapi pada tahun 2001 survei terakhir di Jakarta (Depok) menunjukkan kenaikan yang sangat nyata yaitu menjadi 12,8% (Suyono, 2005). Menurut Sujudi (2003), sekitar 2,5 juta jiwa atau 1,3% dari penduduk Indonesia setiap tahun meninggal dunia karena 33 komplikasi DM. WHO memastikan peningkatan penderita DM tipe 2 paling banyak akan terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian peningkatan jumlah penderita DM tipe 2 karena kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan DM. Pengetahuan pasien tentang pengelolaan DM sangat penting untuk mengontrol kadar glukosa darah. Penderita DM yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang diabetes, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih lama (Basuki, 2005). 2. Faktor Risiko Adapun Faktor resikonya yaitu (Rakhmadany, 2010): 1. Unchangeable Risk Factor 1. Kelainan Genetik Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes mellitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik. 2. Usia Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin. 2. Changeable risk factor 1. Stress Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini memiliki 34 efek penenang sementara untuk meredakan stress, tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko terkena diabetes mellitus. 2. Pola Makan yang Salah Kurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya meningkatkan resiko terkena diabetes mellitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan berat badan lebih (obesitas) mengakibatkan gangguan kerja insulin ( resistensi insulin). 3. Minimnya Aktivitas Fisik Setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan tenaga dan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari-hari sesuai profesi atau pekerjaan. Sedangkan faktor resiko penderita DM adalah mereka yang memiliki aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan energi hanya sedikit. 4. Obesitas 80% dari penderita NIDDM adalah Obesitas/gemuk. 5. Merokok Sebuah universitas di Swiss membuat suatu analisis 25 kajian yang menyelidiki hubungan antara merokok dan diabetes yang disiarkan antara 1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta peserta yang ditelusuri selama 30 tahun. Mereka mendapati resiko bahkan lebih tinggi bagi perokok berat. Mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki resiko terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang tahan terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu berarti merokok dapat mencampuri cara tubuh memanfaatkan insulin. Kekebalan tubuh terhadap insulin biasanya mengawali terbentuknya Diabetes tipe 2. 35 6. Hipertensi Pada orang dengan diabetes mellitus, hipertensi berhubungan dengan resistensi insulin dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan konsekuensi metabolik yang meningkatkan morbiditas. Abnormalitas metabolik berhubungan dengan peningkatan diabetes mellitus pada kelainan fungsi tubuh/ disfungsi endotelial. Sel endotelial mensintesis beberapa substansi bioaktif kuat yang mengatur struktur fungsi pembuluh darah. B. Intervensi dalam Bentuk Giant Chart Tabel Prioritas Jalan Keluar No Masalah Efektivitas M I V Efesiensi C 1 2 Melakukan kegiatan olah raga rutin Melakukan pemeriksaan gula darah 3 3 2 2 2 3 4 5 Hasil ππ₯πΌπ₯π π= πΆ 3 3,6 3 Penyuluhan tentang Diabetes Melitus 5 4 4 2 40 4 Pengukuran tekanan darah secara rutin 3 3 3 2 13,5 Keterangan : P : Prioritas jalan keluar M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain) I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah C : Cost, biaya yanga diperlukan 36 Rencana Kegiatan Pembuatan No Kegiatan Sasaran Target 1 Pembentukan Tim Petugas puskesmaspemegang program non PTM 2 Penyusunan Panitia yang sudah terbentuk 3 Pelaksanaan Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Simorame 4 Evaluasi Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Candi dan Petugas Kesehatan Petugas puskesmas pemegang program non PTM Tersusun rencana kegiatan penyuluhan DMT2 Meningkatkan pengetahuan tentang DMT2 mulai dari gejala, pengobatan, cara pencegahan, dan komplikasi Terkontrolnya Kadar gula darah pasien Volume Kegiatan 1 kali Rincian Kegiatan Penyuluhan Lokasi Pelaksanaan Balai Desa Tenaga Pelaksanaan Tenaga puskesmas Dokter, Bidan , Kader Jadwal 1 kali Penyuluhan Balai Desa Panitia yang sudah terbentuk Kamis Meja, kursi, alat tulis 1 kali Penyuluhan Balai Desa Tenaga puskesmas Dokter, Bidan , Kader Minggu ketiga Leaflet, laptop + LCD, meja, kursi, dan alat tulis 1 bulan Penyuluhan Balai desa Tenaga puskesmas Dokter, Bidan , Kader Tiap bulan Alat tulis 37 Senin Kebutuhan Pelaksanaan Meja, kursi, alat tulis BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Segi Biologis: a. Tn. MS(49 tahun) menderita DMT2 b. Status gizi Tn. MS berdasarkan BMI termasuk dalam kategori gizi baik. c. Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn. MS cukup sehat. 2. Segi Psikologis: a. Hubungan antara anggota keluarga terjalin akrab. b. Pengetahuan akanDiabetes Militus yang masih kurang yang berhubungan dengan tingkat pendidikan keluarga pasien yang masih rendah. c. Tingkat kepatuhan dalam mengonsumsi obat yang baik, mendukung untuk pencgahan komplikasi yang buruk ke pasien. 3. Segi Sosial Ekonomi: a. Tidak ada masalah dari segi sosial masyarakat b. Tidak ada masalah dari segi ekonomi dalam keluarga ini yang berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan yang didapatkan termasuk informasi tentang kesehatan keluarga. 4. Segi Fisik: a. Rumah kurang ventilasi lingkungan sekitar tempat tinggal pasien cukup bersih. 38 B. SARAN 1. Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah: a. Preventif : Makan-makanan bergizi sehari-hari, dan olahraga secara rutin, dan mengurangi konsumsi makanan yang manis. b. Promotif : Edukasi penderita dan keluarga mengenai Diabetes Melitus Tipe 2 dan pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani. c. Kuratif : Saat ini penderita sedang dalam pengobatan rawat jalan. d. Rehabilitatif : Mengembalikan kepercayaan diri Tn. MS sehingga tetap memiliki semangat untuk tetap meminum obat dan rutin kontrol gula darah. 2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang sudah cukup bersih, dilakukan langkah-langkah: a. Promotif : Edukasi penderita dan anggota keluarga untuk tetap menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah. 3. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit Diabetes Militus, dilakukan langkah-langkah: a. Promotif : Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit Diabetes Melitus Tipe 2, pencegahan, lama pengobatan, serta komplikasi yang dapat terjadi. 39 DAFTAR PUSTAKA 1. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care. 2004;27(Suppl 1):S5-S10. 2.Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 (IONI 2000). Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Departeman Kesehatan Republik Indonesia, 2000. 4.Koda-Kimble MA and Carlisle BA, Diabetes Mellitus, in Koda-Kimble MA and Young LY (Eds.) Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, seventh Ed., Lippincott Williams & Walkins, 2001, p. 48-1 – 48-92. 5.Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2011. hlm.4-10, 15-29. 6.American Diabetes Association. Diagnosis And Classification Of Diabetes Mellitus. Diabetes Care 2011;34:s62-9 7.Waspadji S. Komplikasi kronik diabetes: Mekanisme terjadinya, diagnosis dan strateg pengelolaan. Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadi-brata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.hlm.1874-8. 8.Sugondo S. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus tipe 2. Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. 9.Jakarta: Pusat Penerbitan 2006.hlm.1882-5. Konsesus Departemen Pencegahan Ilmu dan Penyakit Dalam Pengelolaan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia, Perkeni, 2006. 40 FKUI; Nasional 10.ADA, Standards of Medical Carein Diabetes 2007. Diabetes Care 30:S4 S41, 2007 11.Adhi , Bayu.T1, Rodiyatul F. S. dan Hermansyah,2011. An Early Detection Method of Type-2 Diabetes Mellitus in Public Hospital. Telkomnika, Vol.9, No.2, August 2011, pp. 287~294. 12.Agustina, Tri ,2009.Gambaran Sikap Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam Rsud Dr.Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi Gizi. KTI D3. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. 13.Indraswari, Wiwi.2010.Hubungan Indeks Glikemik Asupan MakananDengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe-2 Di Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo. Skripsi Sarjana. Program Studi Ilmu Gizi , Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar. 14.Waspadji, Sarwono dkk., 2009. PedomanDiet Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI.WHO, 1999. 15.Defenition, Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus and Its Complication. 16.Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2009.Informasi Sosialite Obat Indonesia (vol. 44). Jakarta: ASFI. 17.Rochman, Abdul. 2011. Ilmu Penyakit Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: ebook KlikDok 41 LAMPIRAN Rumah pasien tampak depan 42 43 Ruang Tamu dan Ruang Keluarga Pasien 44 Tempat Mencuci dan Menjemur Pakaian 45 Kamar anak pasien Kamar utama pasein 46 Ruang Makan 47 Dapur Rumah Pasien 48 Kamar Mandi 49 Foto Bersama Pasien 50