ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS Oleh ABD.NASIR DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2020 PENGERTIAN Pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejalagejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu Respon emosional terhadap penilaian yang dianggap membahayakan dan mengancam Integritas diri seseorang tanpa tahu penyebabnya Kondisi emosional yang biasanya disebabkan oleh persepsi yang berbahaya / mengancam keamanan individu. Jadi, Kecemasan adalah: PERASAAN TAKUT YANG TIDAK JELAS DAN TIDAK DIDUKUNG OLEH SITUASI Karakteristik Ansietas • • • • Merupakan emosi dan bersifat subyektif. Sumber tdk jelas (takut ~ sumber jelas). Bisa ditularkan Terjadi akibat adanya ancaman pada harga diri, identitas diri. • Perlu adanya keseimbangan antara keberanian dan kecemasan Tipe kepribadian pencemas • Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang • Memandang masa depan dg rasa waswas (khawatir) • Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di depan umum (“demam panggung”) • Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain • Tidak mudah mengalah, suka “ngotot” • Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah Tipe kepribadian pencemas • Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhankeluhan somatik), khawatir berlebihan thdp penyakit • Mudah tersinggung, suka membesar2kan masalah yg kecil (dramatisasi) • Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu • Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering diulang2 • Kalau sedang emosi seringkali bertindak histeris Tipe kepribadian pencemas • Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhankeluhan somatik), khawatir berlebihan thdp penyakit • Mudah tersinggung, suka membesar2kan masalah yg kecil (dramatisasi) • Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu • Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering diulang2 • Kalau sedang emosi seringkali bertindak histeris PATOFISIOLOGI • • Berhubungan dengan beberapa neurotransmitter yaitu Norepinefrin (NE) , γ-aminobutyric acid/GABA, dan serotonin (5-HT). Ada beberapa Teori : – Model Noradrenergik – Model Reseptor Benzodiazepin – Model Serotonin MODEL NOR ADRENERGIK • Teori ini menyatakan bahwa sistem saraf autonom penderita ansietas bersifat hipersensitif dan mempunyai reaksi yang berlebihan thdp berbagai jenis stimulus / rangsangan. • Sebagai respon terhadap stimulus yg mengancam/berbahaya, maka LC (locus ceruleus) sebagai pusat alarm, akan mengaktivasi release NE dan menstimulasi sistem saraf simpatik & parasimpatik • Obat2 anxiogenik (misal yohimbin & isoproterenol) akan menstimulasi LC dan meningkatkan aktivitas NE →memicu gangguan ansietas & panik • Sebaliknya obat2 anxiolytic atau antipanic (misal BZs, antidepresan, klonidin) akan menghambat LC, menurunkan aktivitas NE dan menghambat efek obat2 anxiogenik. MODEL RESEPTOR BENZODIASEPIN • Secara fungsional & struktural, reseptor BZ berhubungan dengan reseptor GABA tipe A (GABAA) dan chanel ion Cl yang dikenal sebagai GABA – BZ receptor complex. • GABA sebagai neurotransmiter inhibitori mayor dalam CNS, mempunyai kekuatan sebagai pengatur atau penghambat pada sistem serotinin (5 – HT), norephinephrine (NE), dan Dopamin (DA). • Pada waktu GABA terikat pada masing2 reseptor tsb, maka chanel ion Cl membuka & menyebabkan influks ion muatan negatif Cl shg menyebabkan hiperpolarisasi membran sel dan menyebabkan penurunan eksitabilitas sel saraf MODEL SEROTONIN • Ansietas berhubungan dg abnormalitas fungsi 5 – HT (serotinin). • 5 – HT sebagai neurotransmiter inhibitori mempunyai aksi yang diatur oleh minimal 13 sub tipe reseptor yg berbeda. • Aktivitas 5 – HT yang lebih besar akan mengurangi aktivitas norepinephrine (NE) dalam LC, menghambat pertahanan / hilangnya respon melalui daerah abu2 periaqueductal dan mengurangi release corticotropin-releasing factor (CRF) dari hipotalamus. obat2 Selective serotonin re-uptake inhibitor (SSRIs) akan menghambat manifestasi panik) • Aktivitas 5 – HT yang rendah akan menyebabkan disregulasi neurotransmiter lain. • NE mempunyai aksi pada terminal 5 – HT presinaptik shg menurunkan release 5 – HT, sebaliknya aktivitasnya pada reseptor post sinaptik akan meningkatkan release 5 - HT RENTANG RESPON KECEMASAN Cemas Ringan Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sediri. Cemas Sedang Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Cemas Berat Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respon takut dan distress. Cemas Panik Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Karakteristik stimulus yang menimbulkan kecemasan: 1. Intensitas stressor Stimulus hebat akan menimbulkan lebih banyak respons yang nyata daripada stimulus yang timbul perlahan-lahan. Stimulus ini selalu memberi waktu bagi seseorang untuk mengembangkan cara penyelesaian masalah. 2. Lama Stressor Stressor yang menetap dapat menghabiskan energi dan akhirnya akan melemahkan sumber-sumber penyelesaian masalah yang ada. 3. Jumlah Stressor Stressor yang besar akan lebih meningkatkan kecemasan pada individu daripada stimulus yang lebih kecil. Faktor Predisposisi 1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional 2. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan yang menimbulkan kecemasan pada individu 3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan Faktor Predisposisi 4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego 5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu 6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga Faktor Predisposisi 7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasan 8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. Faktor Presipitasi 1) Ancaman terhadap intregitas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi : a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya hamil). b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal Faktor Presipitasi 2) Ancaman terhadap harga diri. Ketegangan yang mengancam harga diri meliputi: a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri. b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya . RESPON KECEMASAN Ansietas Lahan persepsi Fisiologis Respon Kognitif Perilaku Ringan ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukul tangan, suara berubah (bergetar, nada suara tinggi), kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, pnyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman, idak nyaman, mudah tersinggung , kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira Sedang ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tuuan dan serampangan, rahang menegang, mngertakan gigi, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan, gemetar proses berpikir terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran sendiri, egosentris sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin beban Berat Fight, fight, atau freeze, ketegangan otot sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormon stress dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga pikiran tidak logis, terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut, lelah Panic ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukul tangan, suara berubah (bergetar, nada suara tinggi), kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, pnyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman, idak nyaman, mudah tersinggung , kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira GEJALA KLINIK 1. Merasa gelisah 2. Mudah lelah 3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran kosong 4. Iritabilitas 5. Terjadi tegangan pada otot 6. Gangguan tidur Tanda dan gejala (American Psychiatric association, 1994 1. palpitasi, jantung berdebar2 atau denyut jantung semakin cepat 2. Berkeringat 3. Tubuh gemetar / goyah 4. Serasa kehabisan nafas atau sesak 5. Merasa tercekik 6. Dada sakit atau perasaan tidak nyaman 7. Mual atau sakit perut 8. Merasa pusing, tidak stabil, kepala ringan atau pingsan 9. Derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depersonalisasi (merasa berjarak dengan diri sendiri) 10. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila 11. Takut mati 12. Parestesias (rasa bebal atau rasa kesemutan) 13. Serangan rasa dingin atau panas Mekanisme Koping 1. Task Oriented (orientasi pd tugas) – – – – Dipirkan utk memecahkan masalah, konflik, memenuhi kebutuhan. Realistis memenuhi tuntutan situasi stres Disadari dan berorientasi pd tindakan Berupa reaksi: melawan (mengatasi rintangan utk memuaskan kebutuhan), menarik diri (menghilangkan sumber ancaman fisik atau psikologis), kompromi (mengubah cara, tujuan utk memuaskan kebutuhan) Mekanisme Koping 2. Ego oriented: – – – – – Task oriented tdk selalu berhasil Melindungi “self” Berguna pd ansietas ringan ~ sedang Melindungi dr perasaan inadequacy dan buruk Berupa penggunaan mekanisme pertahanan diri (defens mechanism) Defens Mechanism • • • • • • • • Kompensasi Denial Displacement Disosiasi Identifikasi Intelektualisasi Introyeksi Isolasi • • • • Proyeksi Rasionalisasi Reaksi formasi Regresi Pohon Masalah Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas 2. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu inefektif Terapi psikofarmaka Merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate, dan alprazolam. TINDAKAN KEPRAWATAN • SP1: membantu klien mengenali ansietasnya, membantu memperluas kesadarannya terhadap perkembangan asietas, mengajarkan teknik pengalihan situasi/ distraksi, tatihan melakukan teknik pengalihan situasi/distraksi • SP2: Evaluasi kemampuan pasien mengenal ansietas, evaluasi kemampuan distraksi, mengajarkan relaksasi nafas dalam, latihan relaksasi nafas dalam • SP3: Evaluasi kemampuan pasien mengenal masalah, Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi nafas dalam, Melatih pasien untuk relaksasi otot, Latihan relaksasi otot, Atur posisi senyaman mungkin, santai, Konsentrasi thd gerakan otot seluruh tubuh, Latihan otot wajah, Latihan otot leher, Latihan otot punggung, Latihan otot perut, Latihan otot panggul, Latihan otot tangan dan kaki • SP4: Evaluasi kemampuan mengenal ansietas, Evaluasi kemampuan distraksi, relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot, Melatih hipnotik lima jari, Latihan hipnotik 5 jari, Latih sampai membudaya, Nilai kemampuan mengatasi anxietas, Nilai apakah anxietas teratasi SELAMAT BELAJAR