KUALITAS BENIH

advertisement
KUALITAS BENIH
Mutu benih akan mempengaruhi kredibilitas lembaga, badan atau perusahaan yang
menghasilkannya. Apabila benih tersebut dihasilkan oleh sebuah perusahaan, maka
kredibilitas perusahaan dipertaruhkan oleh mutu benih yang mereka hasilkan.
Krdibelitas sebuah perusahaan akan amempengaruhi pendapatan dan laba perusahaan
tersebut. Sehingga mutu benih mempengaruhi pendapatan dan laba sebuah
perusahaan.
Dalam agribisnis benih merupakan salah satu komponen utama yang perlu diperhatikan.
Membeli dan menanm benih merupakan investasi yang paling besar selama proses
produksi dan mempengaruhi hasil. Benih yang bermutu buruk akan memperbesar
peluan kegagalan atau produksi yang rendah. Sebaliknya benih yang baik akan
memperbesar peluan keberhasilan produksi dan keuntungan yang bear. Sehingga mutu
benih juga mempengaruhi pendapatan petani dan produksi.
Produksi pertanian dalam skala nasional terkait dengan keamanan dan ketahanan
pangan. Apabila benih yang dilepas di pasaran dan digunakan oleh petani adalah benih
bermutu baik maka hal ini berkorelasi dengan produksi yang tinggi. Produksi yang tinggi
dapat menjamin ketahanan pangan serta menjaga keamanan pangan. Apabila benih –
benih tidak memiliki mutu yang baik maka hal ini membuka peluang produksi yang buruk
sehingga mengancam ketahanan pangan. Benih yang buruk secara patologis tidak
hanya dapat menurunkan produksi, tetapi juga menjadi anancaman keamanan pangan.
Karena hasil pertanian yang terinfeksi suatu penyakit dapat mengandung racun hasil
metabolisme sekunder pathogen.
Oleh karena itu peran seluruh pihak dalam menjaga mutu benih sangatlah diperlukan.
Perusahaan benih, balai penghasil benih hingga pemerintah bersama lambaga
sertifikasi benih harus semakain mematangkan kriteria benih unggul dan bermutu serta
meningkatkan teknologi untuk mencapainya
Ruang Lingkup Kualitas Benih
Kualitas benih mencakup kualitas genetik, fisik, fisiologis dan aspek-aspek
kesehatan benih (fitosanitari).
41
a. Kualitas Genetik
Kualitas genetik adalah suatu tingkatan di mana suatu lot benih mewakili
keragaman genetik dari sumber benih yang dipilih. Keragaman genetik mungkin lebar
ataupun sempit tergantung pada tujuan penanaman.
Struktur Genetika Benih
Ada tiga macam sumber bahan genetik (DNA) pada tanaman: yaitu inti atau
nucleus, mitochondrial dan klroplast. Inti merupakan pembawa keturunan dan
dipisahkan sesuai dengan hukum Mendel, sedangkan yang dua lainnya tidak demikian.
Pada biji, biasanya embryo terbentuk setelah proses pembuahan sel telur oleh sel
jantan. Sel jantan dan sel betina masing-masing memberikan satu set kromosom atau
inti DNA. Betina dan jantan masing-masing memberikan cytoplasma yang mengandung
organelles yang memiliki sistim genetiknya sendiri khususnya mitochondria dan plastids.
Kloroplast (Chloroplast) DNA pada tanaman angiosperma biasanya diturunkan melalui
sel induknya, sementara dalam jenis tanaman daun jarum (coniferous) khususnya
diturunkan oleh sel jantan.
Mega-gametofit dalam benih tanaman jarum merupakan sel induk (maternal
haploid), dan endosperm pada angiosperm adalah multiploid yang berasal dari
penyatuan beberapa inti sel betina dan salah satu dari sel jantan (male gametes).
Lapisan benih baik pada benih tanaman daun jarum dan benih tanaman berbunga
(angiosperm) merupakan sel induk diploid (maternally diploid).
Pada beberapa biji tanaman daun jarum (conifrous) dimana pembuahan tidak
terjadi sampai benih tumbuh mencapai ukuran penuh, sifat benih yang paling penting
berkembang sesuai dengan tanaman induk dan keadaan lingkungan.
Pada kebanyakan biji angiosperma dimana embrio berkembang bersamaan
dengan struktur lainnya sel jantan asing pasti akan berpengaruh. Sebagai contoh pada
tanaman jati (Tectona grandis) pembuahan sendiri menghasilkan buah yang lebih kecil
daripada pembuahan silang (crossing).
Pada angiosperm kemungkinan keadaannya
lebih rumit dari pada conifers.
Dimana terdapat pengaruh induk pada perkembangan biji dan akan lebih
diperburuk oleh struktur buah, termasuk kones pada jenis tanaman daun jarum, yang
tumbuh hanya dari induk, walaupun tepung sari berperan penting untuk meningkatkan
42
perkembangan buah atau kerucut (cone). Bagian buah pada beberapa jenis angiosperm
menentukan fungsi penting dormansi biji.
Sistim genetik maternal diperkirakan menentukan perkembangan susunan bagian
buah yang penting artinya bagi perilaku perkecambahan biji. Pengetahuan tentang
keadaan seperti ini telah terakumulasi secara berangsur-angsur.
Sifat genetik biji atau benih juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
terjadi pada perkembangan benih, dan juga mungkin dipengaruhi oleh letak biji pada
malai atau cones pohon induk. Pohon induk dapat tumbuh pada keadaan kesuburan
tanah dan tersedianya air yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat menyebabkan
perbedaan yang besar pada mutu benih antara pohon-pohon induk.
Sifat pertumbuhan benih dipengaruhi oleh sel genotip dan interaksinya dengan
keadaan
lingkungan.
Sistim
genetik
non-nuclear
mungkin
juga
penting
bagi
perkembangan dan kesehatan tanaman.
Jadi perkembangan sifat-sifat benih ditentukan oleh pengaruh genetik dan
lingkungan, dan berbeda dari sifat-sifat yang mengatur perkembangan embrio menjadi
tanaman dewasa.
Penanganan benih dan bibit meliputi berbagai cara, memilih secara langsung atau
tidak langsung, berbagai bentuk, ukuran atau jenis biji untuk ditebar dan juga tanamantanaman yang tertinggal untuk ditanam. Pemilihan ini mungkin merubah frekwensi
genetik pada embrio populasi benih (seed lot). Akibat kegiatan-kegiatan penanganan
biasanya hanya dibuktikan melalui pemeriksaan perkecambahan benih (germinasi) dan
perkembangan awal semai atau anakan.
Langkah ini tidak akan memberikan
penjelasan tentang perubahan apapun yang mungkin terjadi pada mutu genetik.
Penelitian khusus diperlukan untuk mengetahui perubahan seperti itu.
b. Kualitas Fisik
Kualitas fisik dari suatu benih merupakan gabungan dari ciri-ciri fisik atau
morfologis benih seperti warna, bentuk dan kemurnian benih.
Biji berasal dari ovule atau putik setelah mengalami pembuahan oleh tepung sari
melalui persilangan. Bagian yang berkembang ini meliputi endosperm didalam benihbenih angiosperma atau mega-gametophyte (gametofit) pada jenis pohon jarum, dan
biasanya embrio dari tanaman yang akan datang. Kulit biji memiliki bentuk dan struktur
43
yang berlainan pada jenis tanaman yang berbeda, terutama ketebalannya dan memiliki
fungsi yang berbeda; sebagai contoh, ketahanannya atau “dormancy” terdapat pada
lapisan benih. Endosperma terdapat pada bagian dari biji contoh: Rhododendron spp
…, Sambucus spp …, atau Ribes spp …, atau mungkin berbentuk tidak sempurna atau
rudimenter, fungsinya sebagai penyimpan makanan telah diambil alih oleh cotyledon a.l.
benih tumbuh-tumbuhan polong. Pada tanaman daun jarum mega-gametofit (megagametophyte) merupakan bagian terbesar dari biji.
Buah yang utuh (sejati) berkembang dari induk mega-sporophyll, pada
angiosperma disebut carpel. Pada angiosperm satu atau dua carpel akan membentuk
indung telur dan berisi satu atau beberapa ovule yang dapat berkembang menjadi buah.
Pada angiosperma. pericarp, meliputi exo-, meso-, dan endocarp dan biji.
Beberapa
mega-sporophyll pada suatu poros pusat membentuk buah kerucut atau ‘cone’.
c. Kualitas Fisiologis
Kualitas fisiologis dari suatu benih berhubungan dengan kemampuan benih
tersebut untuk melangsungkan proses-proses fisiologis; dan dimanifestasikan dari
indeks viabilitas dan vigoritasnya.
Viabilitas benih merupakan kemampuan benih untuk berkecambah dalam kondisi
lingkungan yang optimal; dimanifestasikan dalam nilai persen kecambah.
Vigoritas benih merupakan keseluruhan sifat yang menentukan kinerja benih
selama perkecambahan dan pertumbuhan semai; yang dimanifestasikan dalam kualitas
semai yaitu:
- laju dan keseragaman dalam pertumbuhan kecambah dan semai
- keseragaman pertumbuhan bibit di lapangan
- survival rate
d. Kualitas fitosanitari
Kualitas fitosanitari (kesehatan) dari suatu lot benih merupakan gabungan dari
sifat-sifat fisik, fisiologis dan kesehatan dari setiap individu benih yang ada dalam lot
benih.
Kesehatan benih berkaitan dengan hama dan penyakit yang secara langsung
berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor dari material tersebut atau dapat
menimbulkan masalah di persemaian atau di areal penanaman apabila terbawa oleh
44
benih; misalnya
penyakit-penyakit seed borne (penyakit-penyakit yang menyertai
benih).
Maksud dari kualitas suatu lot benih yang baik adalah kemampuan dari lot benih
tersebut untuk menghasilkan suatu populasi tanaman yang berguna dan sehat dengan
keragaman genetik minimal mendekati keragaman genetik dari sumber benih aslinya.
Kualitas awal dari lot benih yang diberikan mungkin berubah akibat pengaruh dari
keragaman faktor. Apabila kualitas fisik, fisiologis dan kesehatan lot benih menurun/
memburuk maka kualitas genetiknya pun demikian.
Adalah penting untuk memonitor kualitas dari suatu lot benih. Hal ini bisa
dilakukan melalui berbagai macam pengujian. Pengujian-pengujian tersebut harus
mencakup semua aspek kualitas dan semua tahapan-tahapan operasional dari
pengumpulan benih, pengolahan benih, persemaian, pengangkutan dan penanaman.
Hal yang sama seperti di atas berlaku untuk bahan reproduktif vegetatif.
II.2.2.2 Pengendalian Mutu (Kualitas dan Resistensi) Benih
Kualitas benih dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor lingkungan maupun kombinasi
antara keduanya:
- benih belum terbebas dari dormansi, baik dormansi kulit biji maupun embrio
- metode perlakuan benih (seed handling)
- susunan genetik
- umur, kondisi dan manajemen sumber benih
- kondisi lingkungan selama proses perkecambahan dan kemasakan benih
- pemrosesan benih (seed processing)
Biji merupakan salah satu alat perkembangbiakan tanaman yang memiliki arti penting
bagi kelanjutan pertumbuhan tanaman. Biji atau benih yang akan digunakan seringkali
mengalami kerusakan oleh berbagai macam organisme perusak berupa hama dan
patogen, sehingga menyebabkan kualitas benih menjadi turun atau sangat rendah.
Beberapa organisme penting yang umum merusak benih adalah :
1. Bakteri, terutama merusak biji dalam kondisi lembab
45
2. Jamur, merupakan salah satu penyebab utama hilangnya viabilitas biji maupun
benih. Jamur dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu jamur yang berasal dan
terbawa dari lapangan (field fungi) dan jamur yang berkembang di penyimpanan
(storage fungi) dengan jenis dan sifat seperti disajikan dalam tabel berikut.
No
1.
Kelompo
k jamur
Field
fungi
Jenis-jenis jamur
Sifat dan dampak yang ditimbulkan
Alternaria spp.,
Botryodiplodia
theobromae,
Cladosporium
herbarum,
Curvularia spp.,
Epicoccum purpuracens,
Fusarium spp.,
Verticillium
alboatrum, dan
Sclerotium rolfsii





2.
Storage
fungi
Aspergillus niger,
A. flavus, A.
fumigatus,
A.restrictus, dan
Penicillium spp. ,
marga
Cladosporium,
Chaetomium,
Mucor, dan
Rhizopus


Menyerang biji selama masih di
lapangan dan menginfeksi biji yang
telah masak atau sesudah biji
dipanen, ataupun sebelum dilakukan
pemrosesan.
Jamur dapat berupa patogen atau
saprofit.
Dapat bertahan pada biji dalam
kondisi dingin atau kering.
Mengakibatkan warna biji berubah,
perkecambahan benih terhambat,
dan menyebabkan penyakit di
pesemaian atau pada tanaman
dewasa di lapangan.
Di penyimpanan, aktivitas jamur
terhenti (mengalami istirahat) karena
syarat
untuk
pertumbuhannya
(kelembapan relatif yang tinggi) tidak
terpenuhi.
Berkembang selama biji di dalam
penyimpanan, dapat tumbuh tanpa
adanya air bebas serta pada media
dengan tekanan osmotik tinggi.
Umumnya menyerang biji sebelum
dipanen, tetapi sudah terdapat pada
biji di lapangan dengan persentase
yang sangat rendah (kurang dari 1%)
dan merupakan sumber inokulum
potensial yang dapat berkembang di
penyimpanan.
3. Nematoda, namun jarang terbawa biji tanaman hutan
4. Serangga hama. Berbagai jenis serangga hama yang termasuk dalam kelompok
kumbang, kepik, kutu, moths/ulat, lalat dan lebah. Serangga pemakan dan perusak
46
biji dapat menyebabkan kegagalan produksi benih di lapangan dan kadang berlanjut
sampai ke tahap penyimpanan. Larva serangga yang menyerang benih di lapangan
dapat melanjutkan serangannya dalam penyimpanan, dan hanya jenis yang mampu
berkembang biak dan menyerang kembali benih dalam gudang yang dianggap
sebagai hama gudang yang sebenarnya. Kebanyakan serangga tidak mampu
menyerang kembali benih karena serangga dewasa tidak dapat bertahan dan
berkembang biak pada kondisi penyimpanan atau tidak dapat menembus kulit biji.
Berbagai gejala kerusakan pada biji dan benih baik selama masih di kebun penghasil
benih atau di penyimpanan yang selama ini menjadi permasalahan antara lain berupa
:

Keguguran biji (seed abortion)

Benih menjadi busuk basah atau kering di penyimpanan

Benih menjadi berkeriput

Benih mengalami sklerotisasi

Benih mengalami nekrosis

Benih mengalami perubahan warna

Menurunnya perkecambahan benih

Terjadi stromatisasi benih.
47
Download