Laporan Pendahuluan Dengan Hirschprung Disusun dalam rangka memenuhi tugas stase Keperawatan Anak Di susun oleh: SRI WAHDANIYAH SAPUTRI 14420202134 CI LAHAN ( CI INSTITUSI ) ( PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2020 ) A. Konsep Gangguan Tingkah laku pada Anak dan Remaja (Conduct Disorder) 1. Definisi a. Anak Gangguan tingkah laku melibatkan gejala perilaku negatif yang menyebabkan penurunan yang signifikan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan. Perilaku tersebut termasuk agresi kepada orang lain dan hewan, merusak barang disengaja, mencuri, berbohong dan membolos sekolah. b. Remaja Wong et al. (2008) Mengatakan bahwa status emosional remaja masih terlihat belum jelas, antara perilaku yang sudah matang dengan perilaku seperti anak-anak. Akibat emosi yang mudah berubah ini, remaja seringkali dijuluki sebagai orang yang tidak stabil, tidak konsisten, dan tidak dapat di prediksi. 2. Etiologi a. Anak Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan gangguan tingkah laku dapat dibedakan menjadi faktor : - Faktor Biologis terdiri dari beberapa faktor organik yang berhubungan dengan tingkah laku adalah keracunan pada janin, adanya masalah psikofisiologis berupa rendahnya denyut jantung dan respon galvanik pada kulit sehingga anak mencari stimulasi melalui perilaku tidak terkontrol. - Faktor Neuroendokrin yang berpengaruh dalam gangguan tingkah laku adalah berhubungan dengan aksis hipotalamus pituitari adrenal yang meregulasi respon stress dan kortisol dalam darah. - Faktor Individual yang berperan dalam pembentukan gangguan tingkah laku pada anak yaitu regulasi diri yang kurang terbentuk sejak dini, regulasi emosi yang buruk sehingga anak tidak dapat mengembangkan strategi koping yang baik untuk mengatasi emosi negatifnya dan mengatur emosinya, kurang berkembangnya pemahaman moral dan empati, dan penggunaan obat terlarang. - Faktor keluarga meliputi perilaku antisosial anak yang berhubungan dengan perilaku antisosial orang tua mereka, kurangnya komunikasi dan tingginya konflik keluarga. b. Remaja - Lingkungan yang kurang kondusif dan kondisi kepribadian yang kurang matang - Orang tua tidak berfungsi sebagai figure tauladan yang baik bagi anak - Keluarga tidak harmonis. Karena keluarga bersikap dingin, menolak, acuh tak acuh - Circle Pergaulan yang kurang baik. 3. Patofisiologi Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon (Cecily,Betz & Sowden, 2002:196). Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar. Aganglionic mega colon atau hirschprung dikarenakan karena tidak adanya ganglion parasimpatik disubmukosa (meissher) dan mienterik (aurbach) tidak ditemukan pada satu atau lebih bagian dari kolon menyebabkan peristaltik usus abnormal. Peristaltik usus abnormal menyebabkan konstipasi dan akumulasi sisa pencernaan di kolon yang berakibat timbulnya dilatasi usus sehingga terjadi megakolon dan pasien mengalami distensi abdomen. Aganglionosis mempengaruhi dilatasi sfingter ani interna menjadi tidak berfungsi lagi, mengakibatkan pengeluaran feses, gas dan cairan terhambat. Penumpukan sisa pencernaan yang semakin banyak merupakan media utama berkembangnya bakteri. Iskemia saluran cerna berhubungan dengan peristaltik yang abnormal mempermudah infeksi kuman ke lumen usus dan terjadilah enterocolitis. Apabila tidak segera ditangani anak yang mengalami hal tersebut dapat mengalami kematian. 4. Patoflowdiagram Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen (Nelson, 2002). 5. Manifestasi Klinik a. Anak Gejala gangguan tingkah laku pada bayi dan awal masa kanak sulit untuk mengidentifikasi sesuai kriteria diagnosis. Pada anak pertengahan biasanya gejala yang nampak adalah beberapa perilaku seperti berbohong, mencuri, berkelahi dengan teman sebaya, sangat kasar terhadap teman dan binatang, mengejek, memiliki kesulitan belajar. b. Remaja Pada masa remaja gejalanya dapat berupa bolos sekolah, perilaku agresif, perilaku merugikan orang lain dan bangunan yang lebih sering muncul dibandingkan masa anak pertengahan, menampakkan perilaku seks menyimpang, memakai zat terlarang, tidak mau atau dikeluarkan dari sekolah, kesulitan mematuhi aturan yang ada, kabur dari rumah dan kesulitan akademik. 6. Komplikasi Kondisi remajaIndonesia saat ini dapat di gambarkan sebagai berikut : Pernikahan Usia Remaja, sex pra nikah, dan kehamilan tidak diinginkan, aborsi 2,4 juta : 700-800 ribu adalah remaja, MMR 343/100.000 (17.000/th, 1417/bln 47/hr perempuan meninggal) Karena komplikasi kehamilan dan persalinan, HIV/AIDS : 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi dan 70% remaja, miras dan Narkoba. 7. Penatalaksanaan/ Terapi Pengobatan a. Terapi modifikasi perilaku (Token Economy) dapat mengurangi kejadian gangguan tingkah laku. Token Economy merupakan penerapan dari operant conditioning dengan mengganti hadiah langsung dengan sesuatu yang dapat ditukarkan kemudian. Teknik ini diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan dapat menjadi ganjaran untuk memelihara tingkah laku yang baru. Terapi kognitif perilaku (CBT) dan terapi kemampuan sosial pada anak dilakukan dengan beberapa target yang ingin dicapai, diantaranya : mengurangiperilaku agresif, meningkatkan interaksi sosial, dan memperbaiki kekurangan kognitif, gangguan dan evaluasi diri yang tidak akurat yang dilakukan anak lain. b. Terapi keluarga merupakan psikoterapi yang dapat diberikan pada anak gangguan tingkah laku. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan juga kualitas hubungan Orang tua dan Anak. c. Terapi Farmakologi meliputi pemberian Methylphenidate atau Atomoxetine selain diberikan kepada anak ADHD juga dapat diberikan kepada anak dengan gangguan sikap menentang dan gangguan tingkah laku. 8. Prognosis B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan 1. Konsep Legal Etik Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan. Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan. International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional, Ethical and Legal Practice, bidang Care Provision and Management dan bidang Professional Development “Setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi Sampurna, Pakar Hukum Kesehatan UI 2006). Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional. 2. Isi dari prinsip-prinsip legal dan etis yaitu : a) Autonomi ( Otonomi ) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. b) Beneficience ( Berbuat Baik ) Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi. c) Justice ( Keadilan ) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. d) Nonmal eficience ( Tidak Merugikan ) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. e) Veracity ( Kejujuran ) Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. f) Fidellity (Metepati Janji) Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. g) Confidentiality ( Kerahasiaan ) Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. h) Accountability ( Akuntabilitas ) Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. i) Informed Consent “Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya. 3. Masalah legal dalam keperawatan Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat : a) Kelalaian Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera. b) Pencurian Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian. c) Fitnah Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal atau tertulis. d) False imprisonment Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter. e) Penyerangan dan pemukulan Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan. f) Pelanggaran privasi Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan hukum. g) Penganiayaan Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya,pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya. 4. Landasan aspek legal keperawatan Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok. Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing- masing. 5. Aplikasi aspek legal dalam keperawatan Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yang melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang satu dengan yang lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia dengan kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006). Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan berbunyi : “Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.” Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”. Yang mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga. kesehatan yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan Pelayanan keperawatan di rumah sakit meliputi : proses pemberian asuhan keperawatan, penelitian dan pendidikan berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatan sebagai inti dari kegiatan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitianpenelitian yang menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini semua bertujuan untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan dan juga pasien selaku penerima asuhan. Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan keperawatan. Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan dengan aspek legalisasi keperawatan : 1. Proses Keperawatan 2. Tindakan keperawatan 3. Informed Consent Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban perawat ditentukan dalam Kepmenkes 1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956 C. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a) Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir, biasanya ada keterlambatan b) Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk. - Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi - Adanya mual, muntah, anoreksia, mencret - Keadaan turgor kulit biasanya menurun - Peningkatan atau penurunan berat badan - Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parenteral c) Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada bagian proximal karena obstruksi, biasanya terjadi hiperperistaltik usus. d) Pengkajian psikososial keluarga berkaitan dengan - Anak : Kemampuan beradaptasi dengan penyakit, mekanisme koping yang digunakan - Keluarga : Respon emosional keluarga, koping yang digunakan keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stress menghadapi penyakit anaknya. e) Pemeriksaan laboratorium darah hemoglobin, leukosit dan albumin juga perlu dilakukan untuk mengkaji indikasi terjadinya anemia, infeksi dan kurangnya asupan protein. Menurut Wong (2004) mengungkapkan pengkajian pada penyakit hischprung yang perlu ditambahkan selain uraian diatas yaitu : a. Lakukan pengkajian melalui wawancara terutama identitas, keluhan utama, pengkajian pola fungsional dan keluhan tambahan. b. Monitor bowel elimination pattern : adanya konstipasi, pengeluaran mekonium yang terlambat lebih dari 24 jam, pengeluaran feses yang berbentuk pita dan berbau busuk. c. Ukur lingkar abdomen untuk mengkaji distensi abdomen, lingkar abdomen semakin besar seiring dengan pertambahan besarnya distensi abdomen. d. Lakukan pemeriksaan TTV, perubahan tanda viatal mempengaruhi keadaan umum klien e. Observasi manifestasi penyakit hirschprung Periode bayi baru lahir - Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 -48 jam setelah lahir - Menolak untuk minum air - Muntah berwarna empedu - Distensi abdomen Masa bayi - Ketidakadekuatan penembahan berta badan - Konstipasi - Distensi abdomen - Episode diare dan muntah - Tanda-tanda ominous (sering menandakan adanya enterokolitis : diare berdarah, letargi berat) Masa kanak –kanak - Konstipasi - Feses berbau menyengat dan seperti karbon - Distensi abdomen - Anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan dan pertumbuhan yang buruk f. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian - Radiasi : Foto polos abdomen yang akan ditemukan gambaran obstruksi usus letak rendah - Biopsi rektal : menunjukan aganglionosis otot rektum - Manometri anorectal : ada kenaikan tekanan paradoks karena rektum dikembangkan / tekanan gagal menurun. 2. Diagnosa keperawatan a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. Konstipasi c. Resiko kekurangan volume cairan d. Gangguan rasa nyaman e. Nyeri akut f. Ansietas 3. Intervensi dan rasional N o. Diagnosa Keperawatan 1 Ketidakseimba ngan nu trisi kurang dari kebutuhan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi NOC Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat : - Nutrional status : food and fluid - Intake - Nutrional status : nutrient intake - Weight control Kriteria hasil : - Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan - Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan - Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan - Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti NIC Nutrition Management - Kaji adanya alergi makanan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C - Berikan subtasnsi gula - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi - Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi - Kaji kemapuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring - BB pasien dalam batas normal - Monitor adanya penurunan berat badan - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan - Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan - Monitor lingkungan selama makan - Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan - Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi - Monitor turgor kulit - Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah - Monitor mual dan muntah Rasional Konstipasi NOC Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat : - Bowel alimination - Hydration Kriteria hasil : - Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari - Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi - Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi - Feses lunak dan berbentuk Resiko kekurangan volume cairan NOC Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat : - Fluid balance - Hydration - Nutritional Status : Food and Fluid - Intake Kriteria hasil : - Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht - Monitor pertumbuhan dan perkembangan - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungvita - Monitor kalori dan intake nutrisi - Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral - Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet NIC Constipation/Impaction Management - Monitor tanda dan gejala konstipasi - Monitor bising usus - Monitor feses : frekuensi, konsistensi dan volume - Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan bising usus - Monitor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis - Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien - Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi - Dukung intake cairan - Kolaborasikan pemberian laksatif - Pantau tanda-tanda dan gejala konstipasi - Memantau bising usus - Ajarkan pasien/keluarga tentang proses pencernaan yang normal - Timbang pasien secara teratur - Ajarkan pasien/keluarga tentang kerangka waktu resolusi sembelit NIC Fluid Management - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat - Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian - Kolaborasi pemberian cairan IV - Monitor status nutrisi Gangguan rasa nyaman Nyeri akut - Mempertahankan urine output sesuai dengan usia BB, BJ urine normal, HT normal - Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi - Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. NOC Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat : - Ansiety - Fear leavel - Sleep deprivation - Comfort, readines for enchanced Kriteria hasil : - Mampu mengontrol kecemasan - Status lingkungan yang nyaman - Mengontrol nyeri - Kualitas tidur dan istirahat adekuat - Agresi pengendalian diri - Respon terhadap pengobatan - Control gejala - Status kenyamanan meningkat - Dapat mengontrol kekuatan - Support social - Keinginan untuk hidup NOC Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat : - Pain level - Pain control - Comfort level Kriteria hasil : - Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik - Berikan penggantian sesuai output nesogatrik NIC Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) - Gunakan pendekatan yang menenangkan - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur - Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut - Dorong keluarga untuk menemani anak - Lakukan back/neck rub - Dengarkan dengan penuh perhatian - Identifikasi tingkat kecemasan - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi - Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi - Berikan obat untuk mengurangi kecemasan NIC Pain Management - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan - Pilih dan lakukan penanganan nyeri nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) - Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri - Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) - Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Ansietas NOC Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat : - Anxiety self-control - Anxiety level - Coping Kriteria hasil : - Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas - Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas - Vital sign dalam batas normal - Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan 4. Implementasi 5. Evaluasi - Ajarkan tentang teknik non farmakologi - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri - Tingkatkan istirahat - Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Analgesic Administration - Cek riwayar alergi - Pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri - Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala NIC Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) - Gunakan pendekatan yang menenangkan - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur - Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut - Dorong keluarga untuk menemani anak - Lakukan back/neck rub - Dengarkan dengan penuh perhatian - Identifikasi tingkat kecemasan - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi - Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi - Berikan obat untuk mengurangi kecemasan D. Mind mapping & Pathway Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada nyenterik dalam sub mukosa dinding plexus Sel ganglion pada kolon tidak ada/sangat sedikit Sel ganglion pada kolon tidak ada/sangat sedikit Control kontraksi dan relaksasi peristaltic abnormal Spingter rectum tidak dapat relaksasi Peristaltic tidak sempurna Feses tidak mampu melewati spinkter ani Obstruksi parsial Akumulasi benda padat, gas, cair Refluk peristaltik Obstruksi dikolon Mual dan muntah Perasaan penuh Resiko kekurangan volume cairan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Gangguan rasa nyaman Nyeri Intervensi pembedahan Gangguan defekasi Ansietas Kurangnya informasi Konstipasi Pelebaran kolon (mega kolon) DAFTAR PUSTAKA Arief Mansjoer( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius FKUI Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 3. Jakarta : EGC. Darmawan K ( 2004 ). Penyakit Hirschsprung. Jakarta : sagung Seto. Nelson, W. ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak. Alih Bahasa A Samik Wahab. Jakarta : EGC Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : Infomedika Jakarta. Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 7. Jakarta : PT. Fajar Interpratama Suryadi dan Yuliani, R ( 2001 ) Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC