BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum PT Bukit Asam (Persero) Tbk Sejarah pertambangan batubara yang berada di Tanjung Enim dimulai sejak zaman kolonial Belanda pada tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan komersial dimulai pada tahun 1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan pada status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950. Pemerintah RI kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Pada tahun 1981 Perusahaan Negara TABA kemudian mengubah status perusahaannya menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan. Sesuai dengan program yang telah dilaksanakan yaitu pengembangan ketahanan energi nasional, pada tahun 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk dapat mengembangkan usaha briket batubara. Kemudian pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode “PTBA”. Pada tahun 2003 PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) berubah status menjadi PT.Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk. Kemudian pada tahun 2008 PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk. Berubah menjadi PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. PT Tambang Bukit Asam Tbk atau PTBA kini telah mengembangkan kompetensinya sebagai perusahaan energi melalui bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau dikenal dengan PLTU. Awalnya dimulai dari PLTU 3 x 10 Mega Watt (MW) dimulut Tambang Tanjung Enim. Yang beroperasi di tahun 2013. Kemudian dilanjutkan dengan PLTU 2x 8 1 MW di pelabuhan tarahan beroperasi tahun 2014. PLTU ini awalnya direncanakan dibuat untuk memenuhi kebutuhan energi operasional PT Bukit Asam sendiri di Tambang Tanjung Enim dan Pelabuhan Tarahan. Setelah mengembangkan kompetensinya dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap ternyata PT Tanjung Enim memiliki kelebihan daya sebesar 6 MW, Perusahaan akhirnya melakukan inisiatif untuk menjual kelebihan daya tersebut ke PLN yang dimulai sejak mei 2013. Kemudian pada pertengahan Desember 2013. Mengalami Kelebihan 4-10 MW dari PLTU Pelabuhan Tarahan dan dibeli oleh PT PLN. Tercatat pada Annual Report PTBA tahun 2013, disebutkan bahwa terdapat potensi pendapatan penjualan kelebihan daya listrik sebesar 16 MW dari kedua PLTU tersebut dapat mencapai Rp 49,05 miliar per tahun. Keuntungan utama yang didapatkan PTBA dengan adanya PLTU milik sendiri adalah adanya ketersediaan pasokan listrik untuk operasional. Dengan adanya PLTU milik sendiri maka perusahaan memperoleh bonus penghasilan tambahan dari penjualan listrik dan dapat mengoptimalkan produksi batubara tanpa menambah kapasitas transportasi. Karena dapat langsung menggunakan bahan bakar batubara berkalori rendah yang tidak ekonomis untuk dijual. Perusahaan dapat menurunkan biaya produksi pada biaya listrik dan biaya operasional secara signifikan dengan cara mengganti pasokan listrik dari PT PLN. Perusahaan juga dapat fokus pada usaha penjualan batubara berkalori tinggi. 1.1.2 Program Binaan Lingkungan PT Bukit Asam 1. Bencana Alam 2. Pendidikan 3. Kesehatan 4. Sarana dan Prasarana 5. Pelestarian alam sosial kemasyarakatan 6. Peningkatan Kapasitas Mitra Binaan. 2 1.1.3 Logo dan Makna Perusahaan Gambar 1.1 Logo PT Bukit Asam (Persero) Tbk Sumber: Dokumen Perusahaan Makna Logo Menggambarkan Bumi, Tanah, dan Matahari 1. Pada simbol ini berasal dari huruf B dan ditransformasikan secara abstrak sehingga menjadi simbol matahari yang terbit dari bumi yang mencerminkan awal dari masa depan yang sangat cerah. 2. Warna kuning kemerahan mencerminkan matahari (energi), warna coklat kemerahan menunjukkan lingkungan yang subur, warna biru mencerminkan “Corporate Image”. 3. Kata Bukit Asam digunakan sebagai nama logo, dirangkaikan pada simbol logo sebelah kanan dengan bagian bawah segaris. Serta nama logo yang dirangkaikan dengan simbol logo merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. 1.1.4 Visi Misi PT Bukit Asam (Persero) Tbk 1. Visi “Menjadi perusahaan energi berbasis batubara yang ramah lingkungan”. 2. Misi a. Fokus kepada core competency dan pertumbuhan yang berkesinambungan b. Memberikan tingkat pengembalian yang optimal kepada pemegang saham c. Meningkatkan budaya korporasi yang mengutamakan kinerja d. Memberikan kontribusi pengembangan ekonomi nasional e. Memberikan kontribusi yang maksimal dalam f. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan. 3 1.1.5 Struktur Organisasi PT Bukit Asam (Persero) Tbk Direktur Utama Direktur Pengembangan Usaha SM keuangan Korporat Sekretaris Perusahaan SM Satuan Pengawasan Intern SM Manajemen Resiko dan sistem manajemen perusahaan SM Evaluasi Kinerja Anak Perusahaan Direktur Keuangan SM Strategi Korporasi & eksploitasi Pengembangan dan H&D SM pengembangan Bisnis SM Engineering dan Optimasi Direktur SDM & Umum SM SDM Stratejik SM Perbendaharaan & anggaran SM SDM Operasional SM Akuntasni & Perpajakan SM Pengelola Aset, layanan umum dan Balitas SM Teknologi Informasi SM Hukum & Regulasi Direktur Op. Produksi PGS. Direktur Niaga GM Unit Pertambangan SM Pemasaran dan penjualan Deputi GM Unit Pertambangan SM Perencanaan Tambang SMP. Non Swakelola SM Pengadaan Korporat SM Penambangan Swakelola SM Perawatan SM Pengelolaan Lingkungan & Penunjang Tambang SM Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Gamber 1.2 SM Penanganan & angkutan barang Struktur Organisasi GM Unit Pelabuhan Tarahan Sumber: Dokumen Perusahaan GM Unit Dermaga Kertapati GM Unit Pertambangan Ombilin 4 1.2 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, perubahan sangat cepat terjadi, dimulai dari kemajuan teknologi, sistem perdagangan secara globalisasi, dan stabilitas ekonomi politik dunia yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah kompetitior yang berada di luar negeri dan dalam negeri, organisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja eksternal dan internalnya agar dapat bersaing secara global. Maka dari itu perusahaan diharuskan dapat beradaptasi dengan keadaan saat ini yang semakin modern dan menuntut sebuah organisasi harus bergerak mengikuti perubahan yang ada. Dalam menghadapi kondisi tersebut maka perusahaan memerlukan strategi unggul untuk bersaing agar dapat memiliki posisi dalam pasar. Strategi unggul dalam hal ini adalah perusahaan harus melakukan pengembangan terhadap suatu sistem dan pradigma baru melalui Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik. Sedangkan menurut Sutedi (2012:1) Good Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (pemegang saham/pemilik modal, Komisaris/ Dewan pengawas, dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya yang berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika dalam perusahann. Dari hasil pemaparan pengertian GCG menurut sutedi dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu proses yang mana untuk mengendalikan dan mengarahkan perusahaan agar dapat meningkatkan keberhasilan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Saat ini Pentingya penerapan prinsip-prinsip GCG sudah diatur dalam peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada BUMN dan sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-09/MBU/2012, Menteri Negara BUMN juga mendefinisikan GCG atau tata kelola perusahaan yang baik. BUMN adalah salah satu ujung tombak roda perekonomian Negara, perusahaan dituntut mengambil langkah komprehensif terhadap assetnya agar dapat menghasilkan keuntungan berbentuk pemasukan kas sehinngga memiliki nilai tambah perusahaan (Pusat Pengembangan Internal Audit, 2015:2). 5 Untuk terjaminnya penerapan Good Corporate Governance yang efektif dan efisien perusahaan dapat mengukur dengan cara melihat bagaimana tingkat Keterbukaan informasi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Kemandirian, dan Keadilan dalam perusahaan tersebut. Hal ini dijelaskan pada peraturan Menteri Negara BUMN: PER-09/MBU/2012, bahwa manfaat ini akan terlihat dalam jangka panjang yaitu kinerja perusahaan yang tinggi (High Performance) serta citra perusahaan yang baik. Sehingga saat ini Good Corporate Governance sudah diterapkan diseluruh negara, hal ini terjadi dikarenakan perusahaan mempercayai sistem GCG sebagai jaminan kelangsungan hidup perusahaan yang akan terlihat jangka panjang. Indonesia sudah mampu menerapkan prinsip Good Corporate Governane akan tetapi masih jauh dari kata sempurna. Berikut penjelasan mengenai peringkat Indonesia yang dilihat dari beberapa negara asia yang menerapkan GCG. Gambar 1.3 Peringkat Penerapan GCG di Asia Sumber: CG Watch 2016 Dari data diatas dapat dilihat bahwa menurut hasil survei ACGA (Asian Corporate Governance Assosiation) yang mana pada survei ini menghitung nilai negara berdasarkan penilaian kinerja negara. Sehingga yang berada diposisi atas adalah Australia pada tahun 2016, selanjutnya Singapore berada di dua teratas. Hongkong dan Jepang berada di posisi yang sama yaitu tiga teratas, dan Indonesia berada di bawah Philipina. Menurut survei ACGA adanya ekosistem GCG adalah sebagai faktor pembeda antara keberhasilan dan kegagalan sistem jangka panjang. 6 Akan tetapi tidak cukup jika hanya melakukan perhitungan menggunakan ACGA sehingga perlu adanya perhitungan menggunakan CLSA berdasarkan gambar 1.3 yang mana CLSA ini adalah untuk menghitung nilai negara berdasarkan jumlah penilaian bottom-up perusahaan yang berada di bawah cakupan CLSA di Asia. Menurut perhitungan CLSA bahwa Australia dapat mempertahankan kepemimpinan yang jelas dalam survei CG Watch 2016 dan yang menduduki posisi kedua adalah Jepang, pada perhitungan CLSA ini Indonesia berada di atas Korea. Dijelaskan pada hasil survei ACGA diatas, bahwa survei ini menghitung nilai negara berdasarkan penilaian kinerjanya. Sehingga perlu diketahui arti atau maksud dari kinerja itu sendiri adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai/karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada masing-masing organ dalam perusahaan tersebut (Mangkunegara dalam Noor, 2012:100). Sehingga penerapan Good Corporate Governance sangat penting bagi perusahaan guna untuk memperoleh kinerja karyawan yang baik. Individu yang menunjukkan hasil kerja yang bagus dapat dikatakan sebagai individu yang memiliki kinerja yang tinggi atau baik. Begitupun sebaliknya, individu yang menunjukkan hasil kerja yang buruk maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki kinerja yang rendah atau buruk. Menurut Michel dan Larson dalam Sedarmayanti (2009:319) adapun cara untuk mengukur bagaimana kinerja karyawan di perusahaan, bisa melakukan penilaian kinerja dengan mengetahui bagaimana kemampuan, inisiatf, ketepatan waktu, komunikasi, dan kualitas hasil kerja yang dilakukan karyawan atau organ dalam perusahaan untuk menggambarkan tingkat pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada saat ini perusahaan dituntut untuk mengembangkan suatu sistem dan paradigma baru dalam pengelolaan bisnis dan industri. Good Corporate Governance (GCG) atau yang lebih umum dikenal dengan tata kelola perusahaan yang baik muncul sebagai suatu pilihan yang bukan saja menjadi formalitas, namun suatu sistem nilai dan kinerja yang baik sangat penting bagi peningkatan nilai perusahaan di mata investor. PT XYZ merupakan perusahaan yang berpusat di wilayah sumatera selatan dan menjadi salah satu BUMN yang berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip tata kelola 7 perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Sesuai dengan etika bisnis PT XYZ yaitu menjalankan bisnis secara profesional tanpa dipengaruhi oleh pihak lain. Hal ini sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi di dalam dunia bisnis untuk mencapai pertumbuhan yang berlanjut jangka panjang. PT XYZ selalu menjaga dan menjunjung tinggi penerapan Good Corporate Governance dengan lima prinsipnya, yaitu keterbukaan, akuntabilitas, tanggungjawab, kemandirian dan kesetaraan. Dikarenakan ketekunan perusahaan dalam menerapkan prinsip Good Corporate Governance, maka pada Tahun 2014 PT XYZ dapat menduduki peringkat ke-16 dari 50 perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance. Berikut data yang didapat dari Indonesian Institute of Directorship 2014 mengenai daftar perusahaan yang telah menerapkan Good Corporate Governance di Indonesia. (bersambung) 8 (sambungan) (bersambung) 9 (sambungan) Gambar 1.4 Peringkat penerapan GCG di Indonesia Sumber: Indonesian Institute of Directorship 2014 Dari hasil tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 PT XYZ mampu bersaing dengan 49 perusahaan lainnya yang ada di Indonesia. akan tetapi peringkat 16 ini masih berada dibawah perusahaan tambang lainnya, sehingga hal ini masih menjadi permasalahan yang terus dihadapi oleh perusahaan, permasalahan disebabkan oleh belum maksimalnya penerapan GCG diperusahaan, sedangkan penerapan GCG sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan tambang, dengan adanya penerapan GCG dapat menaikkan citra perusahaan dan menghasilkan kinerja yang baik. GCG di PT XYZ masih belum maksimal dikarenakan seluruh karyawan belum mengerti bagaimana pentingnya penerapan GCG ini sendiri. Akan tetapi dengan pencapaian peringkat 16 ini perusahaan terus berupaya dalam memperbaiki sistem dan pradigma dalam perusahaan sehingga untuk tahun berikutnya dapat mencapai peringkat terbaik. Adapun untuk dapat menjamin efektivitas penerapan tata kelola perusahaan yang baik, maka PT XYZ menggunakan beberapa pedoman dalam pelaksanaannya yaitu: 1. Board Manual 2. Panduan tata kelola perusahaan 3. Kode etik berperilaku 4. Sistem pelaporan pelanggaran (SPP) 10 Pada Penerapan prinsip-prinsip GCG dalam PT XYZ, memungkinkan PT XYZ Tanjung Enim untuk memperbaharui kinerja karyawan sehingga dapat berdampak positif terhadap naiknya kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan menambah nilai perusahaan. Adapun Menurut Pabundu (2010:23) mengenai keterkaitan Good Corporate Governance dengan kinerja adalah suatu penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance akan berdampak terhadap kinerja perusahaan, dikarenakan Good Corporate Governance sebagai sebuah sistem nilai yang memiliki kumpulan core value (keterbukaan, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban, dan kesetaraan) dimana nilai ideal dari apa yang dinilai baik oleh semua pihak dalam mengelola perusahaannya. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governace (keterbukaan, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban, dan kesetaraan) yang baik, maka akan mempermudah perusahaan dalam mengetahui bagaimana prinsip-prinsip GCG ini berdampak pada kineja karyawan yang ada diperusahaan, karena kinerja yang baik dapat dilihat dari adanya keterbukaan sesama organ dalam perusahaan, dan sehingga dapat mengetahui apa yang menjadi kendala yang ada diperusahaan tersebut. Adapun pertanggung jawaban menjadi hal penting dalam perusahaan karena dengan adanya salah satu elemen prinsip GCG ini dapat melihat bagaimana karyawan melakukan perkerjaan dengan kualitas yang baik sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Berikut hasil pencapaian kinerja karyawan PT XYZ tahun 2016-2017 yang cenderung meningkat. 92,00% 90,00% 88,00% 86,00% 84,00% 82,00% Tahun 2016 Kuartal I Kuartal II Tahun 2017 Kuartal III Kuartal IV Gambar 1.5 Grafik Pencapaian Kinerja Karyawan PT XYZ Sumber: Internal Perusahaan PT XYZ 11 Di tahun 2016 pada kuartal 1 sampai kuartal 3 pencapaian kinerja PT XYZ sebesar 85% dan pada kuartal 4 mengalami kenaikan sebesar 2% menjadi 87% yang mana pada tahun 2016 ini belum banyaknya permintaan produksi batu bara, sehingga pada tahun 2017 kuartal 1 sampai kuartal 3 pencapaian kinerja PT XYZ meningkat sebesar 3% menjadi 90%, pada akhir tahun 2016 pencapaian kinerja hanya sebesar 87% dan untuk kuartal ke 4 masih dalam proses penilaian sehingga pihak PT XYZ belum bisa memberikan data kepada peneliti. Adapun penyebab dari kenaikan pencapaian kinerja pada tahun 2017 ini dikarenakan bulan Januari sampai September mengalami peningkatkan penjualan Low to medium range calorie untuk memenuhi permintaan pasar yang berasal dari China, India, Kamboja, dan Vietnam. Berikut data mengenai data penjualan yang dilakukan hasil kerja keras karyawan PT XYZ untuk memenuhi permintaan pasar ekspor. Tabel 1.1 Hasil Penjualan Tahun (Januari – Pendapatan Volume Total Penjualan Produksi Laba Bersih September) 2016 Rp 10,04 Triliun 15,14 Juta Ton 12,98 Juta Ton Rp 2.625,8 Milyar 2017 Rp 13,22 Triliun 17,24 Juta Ton 16,91 Juta Ton Rp 1.051,7 Milyar Sumber: Internal Perusahaan PT XYZ Dari data diatas menjelaskan bahwa hasil pendapatan yang diperoleh Tahun 2017 sebesar Rp 13,22 Trilun naik 31,7% dibandingkan Tahun 2016 sebesar Rp 10,04 Triliun, kemudian volume penjualan pada Tahun 2017 meningkat sebesar 17,24 Juta Ton dibandingkan Tahun 2016 yaitu sebesar 15,14 juta ton, total produksi yang mana pada tahun 2016 hanya sebesar 12,98 juta ton, pada tahun 2017 mengalami kenaikan sehingga memperoleh total produksi sebesar 16,91 juta ton. Adapun laba bersih yang diperoleh PT XYZ pada periode Januari – 30 September 2017 sebesar Rp 2.625,8 Milyar laba bersih ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2016 yang hanya memperoleh laba bersih sebesar Rp 1.051,7 Milyar. Adanya peningkatan ini adalah hasil upaya terus-menerus yang 12 dilakukan perusahaan dalam melakukan penetrasi pasar untuk menjual batu bara yang bersifat Low to medium range calorie. Meningkatnya pendapatan, volume penjualan, total produksi, dan laba bersih PT XYZ ini dilakukan oleh karyawan yang kompeten dan melakukan seluruh pekerjaan sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance sehingga perusahaan mengalami keuntungan yang maksimal. Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai variabel pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja. Syahbani (2014) Menyatakan bahwa penerapa GCG secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja. Pada hasil penelitian yang dilakukan Ardila (2013) menghasilkan bahwa penerapan GCG tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SDM. Bukhori (2012) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara mekanisme internal GCG terhadap kinerja perusahaan. Dalam 3 penelitian diatas tidak terdapat pengaruh GCG terhadap kinerja, akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Amri, Haryono, dan Warso (2016) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif terhadap kinerja, Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Karyawan pada PT XYZ”. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis yaitu: 1. Bagaimana Penerapan Good Corporate Governance pada PT XYZ. 2. Bagaimana Kinerja Karyawan pada PT XYZ. 3. Bagaimana pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Karyawan pada PT XYZ. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Penerapan Good Corporate Governance pada PT XYZ. 2. Kinerja Karyawan pada PT XYZ. 13 3. Pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja karyawan. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan ilmu sosial, khususnya ilmu bidang manajemen sumber daya manusia dalam hal meningkatkan Pengaruh Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan. 1.5.2 Aspek Praktis Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan kontribus positif yang berguna kepada berbagai pihak, diantaranya bagi penulis pribadi, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan menulis. Sedangkan bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan berguna dalam memberikan informasi tambahan bagi perusahaan tentang prinsip-prinsip dalam penerapan Good Corporate Governance pada PT XYZ. Serta dapat dijadikan perbandingan dalam penelitian serupa dimasa yang akan datang. 1.6 Waktu dan Periode Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Karyawan pada PT XYZ. Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2017 sampai Desember 2017. 1.7 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi dari penelitian ini maka dikemukakan susunan dan rangkaian masing-masing bab sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini menguraikan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai landasan teori Good Corporate Governance dan kinerja karyawan yang berkaitan dengan penelitian, hasil penelitian, dan kerangka pemikiran. 14 BAB III: METODE PENELITIAN Bab in menjelaskan mengenai jenis penelitian yang akan dilakukan, meliputi jenis penelitian yang digunakan, operasionalisasi variabel dan skala pengukuran, teknik sampling dan pengambilan sampel, pengujian validitas, pengujian reliabilitas, teknik analisis data, dan pengujian hipotesis. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan objek penelitian, analisis data, dan pembahasan dari analisis data. BAB V: PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian beserta saran bagi perusahaan maupun untuk penelitian selanjutnya. 15