Uploaded by silviay32

Mekanisme Pembentukan Herd Immunity

advertisement
Mekanisme Pembentukan Herd Immunity
Herd Immunity adalah suatu perlindungan relatif dari kelompok
populasi yang dicapai dengan mengurangi atau memutus rantai penularan
agen infeksi karena sebagian besar populasi resisten terhadap infeksi melalui
imunisasi atau infeksi alami sebelumnya. Istilah Herd Immunity pertama kali
digunakan pada tahun 19231. Frasa ini pertama kali diujikan secara ilmiah oleh
W.W.C Topley. Ahli bakteriologi tersebut membuat sebuah epidemi
eksperimental dengan kelompok tikus sebagai subjeknya. Ia dan Graham
Wilson, kolega penelitiannya, menyadari bahwa kemampuan individu untuk
bertahan hidup bergantung pada seberapa banyak dari kelompok tersebut
yang diberi vaksin4.
Pendekatan SIR membagi populasi individu N kedalam tiga kelompok:
rentan (S-susceptible), terinfeksi dan menular (I-infectious), dan sembuh (Rrecovered). S menunjukkan jumlah orang yang rentan yakni orang yang
berpotensi terinfeksi. Ketika awal epidemi, seluruh populasi dianggap sebagai
populasi rentan. Parameter β mencirikan kecepatan penularan, di mana
individu yang rentan menjadi terinfeksi. I adalah jumlah orang yang terinfeksi
dan berpotensi menularkan virus ke orang lain. Parameter γ adalah angka
konstan di mana orang yang terinfeksi telah sembuh. R adalah jumlah orangorang yang telah terinfeksi dan sembuh (gambar terlampir)3. Pada tingkat
individu Herd Immunity disebut dengan Adaptive Immunity dan dapat dicapai
pembentukannya melalui cara :
1. Natural infection, terbentuk dengan terinfeksi dengan paparan virus
kemudian membentuk antibodi terhadap agen penyakit tersebut. Pada kondisi
tertentu imunitas individu tersebut akan dikonversi ke populasi pada skala
tertentu akan terjadi proteksi tidak langsung dari individu yang pernah
terinfeksi dan sudah imun ke individu yang susceptible serta dapat terjadi
apabila sudah terdapat individu-individu yang imun dalam proporsi besar di
populasi. Herd Immunity Threshold adalah teori kalkulasi untuk menghitung
ambang batas kekebalan kelompok yang dicapai bila ada kekebalan yang
cukup dalam populasi sehingga setiap orang yang tertular infeksi
menularkannya kepada rata-rata kurang dari satu orang (R0<1). Melampaui
ambang batas ini akan menurunkan insiden infeksi tersebut. Herd immunity
(HI) dihitung sebagai berikut: 2
𝐻𝐼 = 1 −
1
R0
R0 adalah basic reproductive number, jumlah rata-rata infeksi sekunder
yang disebabkan oleh satu individu menular yang dimasukkan ke dalam
populasi yang benar-benar rentan. Susceptible Host adalah populasi yang
belum pernah terinfeksi, jika suatu saat terkena infeksi dengan R 0=4, maka
satu orang yang terinfeksi akan menularkan ke 4 orang lainnya dan
penggandaan seterusnya sampai terjadi 70% populasi yang imun, sehingga
walaupun terjadi transmisi virus, tidak akan bisa terinfeksi karena populasi
yang lain sudah dalam keadaan imun. Sehingga perlu ditentukan proporsi
suatu populasi harus imun, tergantung pada R0 virus di tempat-tempat tertentu
dan dapat dicapai Herd Immunity.1 Menurut WHO, Nilai R0 virus Sars-Cov 19
pada Maret-April 2020 diperkirakan berada pada nilai 2-2,5 yang artinya,
didapatkan bahwa angka rata-rata satu orang yang terinfeksi dapat
menularkan virus ke 2 orang sehat lainnya dengan waktu penggandaan 4-5
hari, maka proporsi populasi yang dibutuhkan untuk mencapai Herd Immunity
sekitar 50% dan harus dicapai R0 <1.3 Nilai R0 dapat dikurangi dengan
mengurangi proporsi populasi yang rentan terhadap infeksi. Potensi Herd
Immunity tanpa adanya vaksin, angka kesakitan dan kematian akan terus
bertambah khususnya pada kelompok yang rentan sampai terbentuknya Herd
Immunity karena riwayat antibodi yang telah terbentuk.
2. Immunization with a vaccine, adanya penggunaan vaksin dapat diperoleh
lebih banyak dan cepat proporsi yang imun pada suatu populasi, sehingga
perlu diperhitungkan proporsi populasi yang harus divaksin untuk mencapai
ambang batas Herd immunity (gambar terlampir)1. Rt adalah jumlah rata-rata
infeksi sekunder yang ditimbulkan oleh satu individu infeksius selama periode
infeksi pada populasi yang kebal sebagian atau intervensi contohnya dengan
vaksin, jika angka populasi yang imunnya besar dengan penggunaan vaksin
maka dapat diharapkan nilai R0 bernilai 0.1 Vc adalah tingkat vaksinasi kritis,
yang mengacu pada proporsi populasi yang harus divaksinasi untuk mencapai
ambang Herd Immunity dan E adalah efektivitas vaksin terhadap penularan
ambang batas vaksinasi (Vc) yang diperlukan untuk mencapai Herd Immunity
adalah sebagai berikut dan memasukkan ukuran untuk efektivitas vaksin 2:
𝑉𝑐 = 1 −
1
/𝐸
R0
Adanya penggunaan vaksin, dapat dibentuk Herd Immunity dalam skala besar
pada kelompok masyarakat, efek samping minimal bagi yang terpapar Covid19, efek samping yang dapat diantisipasi oleh tenaga kesehatan serta
menekan kemungkinan banyak korban jiwa. Adapun kelompok-kelompok
yang sangat rentan terhadap penyakit, tidak dapat menerima vaksin dengan
aman yaitu, orang tanpa sistem kekebalan yang berfungsi penuh, termasuk
mereka yang tidak memiliki limpa yang berfungsi, orang yang menjalani
pengobatan kemoterapi yang sistem kekebalannya melemah, orang dengan
HIV, bayi baru lahir yang terlalu kecil untuk divaksinasi, orang tua lanjut usia
dan pasien dengan penyakit komorbid4
Namun, perhitungan menggunakan persamaan matematika di atas
didasari dengan asumsi bahwa resiko tertular penyakit dalam sebuah populasi
terdistribusi secara merata, yang berarti virus penyebab penyakit ini menular
tanpa pandang tempat, siapa, dan kapan. Resiko transmisi dari penyakit ini
sangatlah kompleks dan multidimensi. Apabila populasi memiliki risiko yang
tidak merata (atau heterogen), ambang batas herd immunity dapat berubah
berdasarkan siapa yang terinfeksi. Strategi mitigasi non-farmasi seperti
pembatasan sosial dan penggunaan masker dapat melandaikan kurva R0
dengan mengurangi laju infeksi aktif yang menghasilkan kasus baru. Selama
vaksin belum sepenuhnya dapat diandalkan dan terbatasnya fasilitas
kesehatan yang dapat menampung pasien, cara-cara ini masih sangat relevan
untuk dilakukan.4
Keamanan dan Efikasi Penggunaan Vaksin COVID-19 di Indonesia
WHO memberikan persyaratan khasiat dan keamanan vaksin untuk
mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) yaitu data preklinik (invitro
atau hewan uji), data uji klinik fase 1 dan 2 dengan sampel ratusan yang
dilakukan pemantauan selama 6 bulan ; Data uji klinik fase 3 dengan sampel
ribuan-puluhan ribu, yang dilakukan pemantauan selama 3 bulan. Keamanan
dipantau setelah 14 hari penyuntikan kedua, dipantau selama 3 bulan - 6
bulan. Khasiat vaksin harus memberikan efek imunogenisitas (kemampuan
vaksin membentuk antibody dan kemampuan vaksin membunuh virus) dan
efikasi vaksin ditandai persentase penurunan angka kejadian penyakit yang
pada kelompok orang yang diberi vaksin.5 7 Vaksin yang akan digunakan di
Indonesia yaitu vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero),
AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm),
Moderna ,Novavax Inc, Pfizer Inc. and BioNTech, SinovacLife Sciences Co.,
Ltd. Vaksin Sinovac, Vaksin COVID-19 PT Bio Farma dan Vaksin Astra
Zeneca sudah mendapatkan EUA dari BPOM.
Vaksin Sinovac,. Keamanan dan efikasi vaksin Sinovac sudah diteliti
sejak uji klinis fase 1 dan 2 di China (Jiangsu & Hebei) . Data efikasi vaksin
Sinovac 65,3% di Indonesia, dan didukung dengan data Brazil 78%, Turki
91,25% berdasarkan data hasil pemantauan dari uji klinik fase 3 dimana
persyaratan efikasi WHO 50%. Pada uji klinis di Bandung suntikan pertama
vaksin dilakukan sebanyak 1620 subjek dan dipantau hingga 6 bulan setelah
pemberian suntikan kedua. Data Imunogenisitas dari hasil uji seropositive
99.74% (14 hari setelah penyuntikan) dan 99.23% (3 bulan setelah
penyuntikan). Data mutu uji klinik Vaksin Sinovac, dilakukan inspeksi ke
fasilitas produksi Sinovac Life Science Beijing pada tanggal 2-5 November
2020 untuk memastikan produsen menerapkan standar CPOB secara
konsisten dalam produksi, dari pembuatan bahan baku vaksin (upstream),
formulasi vaksin (downstream), hingga proses filling ke dalam vial menjadi
produk jadi serta dilakukan pengujian dalam rangka pelulusan bets atau Lot
Release oleh PPPOMN. Data keamanan setelah 3 bulan penyuntikan,
dievaluasi 7 kasus infeksi vaksin dan 18 kasus infeksi placebo, berdasarkan
laporan interim uji klinis fase 3 efek simpang vaksin Sinovac umumnya ringan
hingga sedang. Frekuensinya hanya 0.1%-1% dan tidak ada satupun
mengalami efek simpang serius. Efek simpang lokal yaitu nyeri pada tempat
suntikan, kemerahan (eritema), bengkak pada tempat suntikan, gatal, dan
indurasi. Efek simpang sistemik yaitu nyeri otot, demam >38C , rasa lelah
(fatigue), mual muntah dan nyeri kepala.5,6,7
Vaksin AstraZeneca, dari segi data keamanan, berdasarkan data
hasil uji klinik, pemberian Vaksin 2 dosis dengan interval 4-12 minggu pada
total 23.745 subjek dinyatakan aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Dari
segi khasiat, pemberian vaksin AstraZeneca menunjukkan kemampuan yang
baik dalam merangsang pembentukan antibodi, baik pada populasi dewasa
maupun lanjut usia. Data Efikasi vaksin dengan 2 dosis standar yang dihitung
sejak 15 hari pemberian dosis kedua hingga pemantauan sekitar 2 bulan
menunjukkan efikasi sebesar 62,10% dimana persyaratan efikasi WHO
minimal 50%. Aspek Mutu, BPOM melakukan evaluasi menyeluruh dari
dokumen mutu yang disampaikan dengan hasil bahwa vaksin secara umum
telah memenuhi syarat.8
Tingkat efikasi vaksin Pfizer yaitu 95%, efikasi vaksin Moderna yaitu
94.1%, Vaksin Novanax belum ada data efikasi, dan vaksin Sinopharm
dengan efikasi 86%.9 Keseluruhan data aspek keamanan, khasiat, dan mutu
tersebut harus disampaikan oleh industri farmasi kepada BPOM untuk
dilakukan proses evaluasi yang mengacu pada standar pedoman evaluasi
nasional dan internasional. Proses evaluasi dilakukan oleh BPOM dengan
pembahasan bersama KomNasional Penelitian Obat, PERALMUNI, tenaga
ahli, dan klinisi dari Ikatan Dokter Indonesia. Khusus untuk vaksin,
pembahasan dilakukan bersama ITAGI (Indonesia Technical Advisory Group
on Immunization).3
LAMPIRAN GAMBAR
1.
Gambar 1. Kurva relasi R0 dengan proporsi populasi yang dibutuhkan untuk
mencapai Herd Immunity (natural infection1)
2.
Gambar 2. Kurva Relasi R0 dan Re pada proporsi populasi imunitas yang tinggi
dengan adanya intevensi penggunaan vaksin1
`
3.
Gambar 3. Pendekatan SIR3
4.
Gambar 4. Proporsi Populasi Natural Infection & Immunization by Vaccine
berdasarkan nilai R01
5.
Gambar 5. Proporsi Populasi yang harus divaksin untuk mencapai ambang
batas Herd Immunity1
6.
Gambar 6. Skenario Herd Immunity dengan Efikasi Vaksin di Indonesia
7.
Gambar 7. Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan 5 Vaksin Covid-196
DAFTAR PUSTAKA
1. Sally Aman N. 2020. PAPDI : Herd Immunity dan
COVID-19:
Suatu
Solusi?
https://www.papdi.or.id/pdfs/876/dr%20Sally%20%20Herd%20Immunity%20dan%20COVID-19.pdf
(diunduh pada 11 April 2021) ; Kolaborasi Webinar
KMKB, IAKMI, PAPDI | 29 Mei 2020 | HERD
IMMUNITY
pada
COVID-19,
Youtube
https://www.youtube.com/watch?v=1l3leyMj3mE
(diupload 29 Mei 2020)
2. Public Health Ontario. 2021.COVID-19 – What We
Know
So
Far
About
Herd
Immunity.
https://www.publichealthontario.ca//media/documents/ncov/covidwwksf/2021/02/wwksf-herdimmunity.pdf?la=en (diunduh pada 11 April
2021)
3. Bappenas. 2021. Proyeksi Covid-19 di Indonesia.
https://www.bappenas.go.id/files/8316/1476/4650/
Proyeksi_Covid19_di_Indonesia_BAPPENAS.pdf (diunduh pada
11 April 2021)
4. Santoso M. 2020. Memahami Herd Immunity dalam
Lima
Babak.
https://kumparan.com/melysantoso/memaham
i-herd-immunity-dalam-lima-babak1uMQy01QhN3/full (dikutip pada 10 Oktober
2020)
5. BPOM. 2021. Keamanan dan Efikasi Vaksin
Covid-19.https://persi.or.id/wp-
content/uploads/2021/01/paparan_bppom_rakern
assus.pdf. Diunduh pada 12 April 2021
6. Soegirto G. 2021. Respons Imun terhadap vaksin
COVID-19 dan komorbid sebagai pertimbangan
kehati-hatian.
https://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/wpcontent/uploads/2021/01/Respons-imunterhadap-vaksin-COVID-19-dan-komorbidsebagai-precaution-Gatot-Soegiarto-2021-PDF1.pdf. Diunduh pada 12 April 2021
7. BPOM. 2020. Pengawalan Keamanan Khasiat dan
Mutu
Vaksin
COVID-19.
https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/572/P
engawalan-Keamanan--Khasiat--dan-MutuVaksin-COVID-19.html.
19
November
2020.
Diakses 12 April 2021
8. BPOM. 2021. BPOM terbitkan Emergency Use
Authorization
Vaksin
Astra
Zeneca.
https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/594/B
adan-POM-Terbitkan-Emergency-UseAuthorization-Vaksin-AstraZeneca.html. 9 Maret
2021. Diakses 12 April 2021
9. SATGAS COVID-19. 2021. Penangkal Hoaks
Vaksin
Covid-19.
https://persi.or.id/wp-
content/uploads/2021/01/materi_sonny_harry_rak
ernassus.pdf. 19 Januari 2021. Diunduh pada 12
April 2021
Download