Uploaded by User101625

C Siti Aisyah Penentuan Seks Drosophyla dan Kromosom Politen

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
SEMESTER GANJIL
GENETIKA
Dosen Pengampu : 1. Yuyun Maryuningsih, S.Si., M.Pd
2. Dede Cahyati Syahrir, M.Pd
Asisten Praktikum : 1. Alfiya Damayanti
2. Cahepi
3. Deby Rizkillah
4. Mochamad Dicky Yudhantaka
Disusun Oleh:
Nama : Siti Aisyah
NIM
: 1808106112
Kelas : Biologi C/5
UNIT LABORATORIUM IPA-BIOLOGI
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2020
ACARA PRAKTIKUM KE-7
PENENTUAN SEKS PADA DROSOPHYLA DAN KROMOSM POLITEN
A. Tujuan
1. Untuk mengamati ciri-ciri Drosophyla jantan dan betina
2. Untuk mengamati krosmosom politen pada kelenjar ludah larva Drosophyla
B. Dasar Teori
Kromatin adalah penyusun kromosom yang terdiri dari kompleks DNA yang
berasosiasi dengan protein histon. Kromatin berbentuk panjang, tipis, dan terurai sehingga
tidak terlihat di bawah mikroskop cahaya (Campbell dkk. 2012: 245). Kromosom adalah
struktur pembawa materi genetik yang tersusun atas kromatin yang memendek dan
menebal. Kromosom terkondensasi disuatu bagian dan tidak terkondensasi di bagian
lainnya. Bagian yang terkondensasi memiliki banyak salinan sekuen DNA, namun karena
berada dalam kondisi terpadatkan, salinan sekuen DNA ini tidak ikut bertanggung jawab
untuk mengekspresikan informasi genetik, bagian ini disebut dengan heterokromatin.
Heterokromatin tidak mengandung gen-gen yang aktif sehingga tidak melakukan
transkripsi (Klug & Cummings 2014).
Bagian yang tidak terkondensasi dan berwarna terang akibat tidak mengalami
pemadatan disebut dengan eukromatin. Eukromatin mengandung gen-gen yang aktif dan
hampir mengandung semua gen yang ditranskripsi, sehingga bagian tersebut menjadi
bagian yang aktif melakukan replikasi (Passarge 2017).
Kromosom secara umum terdiri dari dua bagian utama yaitu sentromer dan lengan
kromosom. Sentromer merupakan bagian yang berfungsi untuk menghubungkan lenganlengan kromosom (Fairbanks & Andersen.2012). Berdasarkan letak sentromer, kromosom
dibedakan menjadi empat macam, yaitu metasentris, submetasentris, akrosentris, dan
telosentris. Metasentris adalah kromosom dengan posisi sentromer tepat ditengah-tengah,
sehingga dua lengan terlihat sama panjang. Submetasentris adalah kromosom yang letak
sentromernya sedikit menjauhi salah satu lengan kromosom. Akrosentris adalah
kromosom yang letak sentromernya berada pada bagian subterminal (di dekat ujung
kromosom), sehingga salah satu lengan kromosom terlihat sangat pendek sedangkan
lengan yang lain sangat panjang. Telosentris adalah kromosom dengan posisi sentromer
pada ujung kromosom, sehingga kromosom hanya terdiri dari satu lengan (Suryo 2015).
Drosophila melanogaster adalah organisme yang memiliki jumlah kromosom sedikit,
yaitu hanya empat pasang kromosom. Kromosom-kromosom tersebut terdiri dari tiga
pasang kromosom autosom dan satu pasang kromosom gonosom (kromosom seks).
Kromosom politen adalah kromosom raksasa yang ukurannya mencapai 100 kali
kromosom biasa pada tubuh Drosophila melanogaster atau sekitar 200-600 mikron.
Panjang kromosom politen bisa mencapai 2000 mikron, karena ukurannya yang besar
kromosom politen dapat langsung diamati di bawah mikroskop cahaya (Wolfe 2013).
Kromosom politen merupakan hasil dari proses endomitosis dan endoreduplikasi.
Endomitosis merupakan replikasi yang menghasilkan banyak kromosom yang bergabung,
tidak terpisah satu sama lain. Endoreduplikasi merupakan suatu keadaan duplikasi
kromosom terus menerus tanpa disertai pembelahan sel pada fase mitotic (Hartl & Jones
2015).
Kromosom politen memiliki lima lengan panjang dan satu lengan pendek. Lengan
tersebut terdiri atas lengan terpanjang yaitu kromosom X, sepasang lengan 2, sepasang
lengan 3, dan satu lengan 4. Lengan 2 diberi notasi 2R (right arm) dan 2L (left arm).
Lengan 3 diberi notasi 3R (right arm) dan 3L (left arm). Kromosom X, 2R, 2L, 3R, dan 3L
mengalami duplikasi sebanyak 20 kali. Kromosom 4 sulit dibedakan karena ukurannya
sangat kecil (Suryo 2015).
Kromosom politen memiliki bagian-bagian khusus, yaitu band, interband, puff,
kromonemata, dan kromosenter. Bagian yang berbentuk pita spiral dinamakan
kromonemata. Kromonemata merupakan untaian DNA dengan RNA korespondennya
serta protein histon. Kromosenter adalah tempat bersatunya lima lengan panjang. Bagian
yang terlihat menggembung dan tidak menggulung adalah daerah yang aktif melakukan
transkripsi disebut dengan puff. Band merupakan bagian yang disebut pita gelap,
mengandung heterokromatin, sedikit mengandung gen, dan tidak aktif melakukan
transkripsi. Interband merupakan bagian yang disebut pita terang, mengandung
eukromatin, banyak mengandung gen, dan aktif melakukan transkripsi (Wolfe 2013).
Kromosom politen dapat ditemukan pada larva serangga diptera contohnya
Drosophila melanogaster, yaitu pada bagian kelenjar saliva, pertengahan lambung,
proventrikulus, tubulus malphigi, dan rektum. Tumbuhan tertentu juga memiliki
kromosom politen, seperti Pisum sativum (Klug & Cummings 2014). Beberapa lalat
dewasa juga memiliki kromosom politen pada sel-sel di telapak kakinya.
Drosophila melanogaster memiliki kromosom politen untuk memenuhi kebetuhan sel
pada larva yang membutuhkan banyak protein. Protein tersebut digunakan untuk
melanjutkan pertumbuhan Drosophila melanogaster menjadi lalat dewasa. Kromosom
politen mengandung banyak sekali salinan molekul DNA yang telah direplikasi beberapa
kali sehingga memberikan salinan tambahan DNA untuk transkripsi dan produksi protein
semakin banyak (Fairbanks & Andersen. 2012). Kromosom politen digunakan sebagai
model dalam berbagai penelitian kromosom. Kromosom politen juga dapat diaplikasikan
untuk mengidentifikasi perubahan struktur kromosom, mengetahui perbedaan evolusi
antar spesies, mengetahui peristiwa transkripsi akibat adanya ekspresi gen, dan
mengetahui perubahan lingkungan terhadap kromosom (Klug & Cummings 2014).
C. Metodologi
1. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Toples kaca 2 buah
Blender 2 buah
Toples biasa 2 buah
Pipet tetes 1 buah
Mikroskop 1 buah
Makroskop 1 buah
Autoklaf 1 buah
Object dan cover glas 3 buah
Jarum pentul 1 buah
Baskom 1 buah
2. Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Kertas saring 4 buah
Pisang 1650 gram
Ragi 60 gram
Agar-agar 21 gram
Gula merah 105 gram
Drosophyla melanogaster larva + lalat buah
NaCl
Tissue
Larutan acetocarmin 1 ml
3. Langkah Kerja
a. Pembuatan media tumbuh lalat buah
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Dipotong kecil-kecil pisang dan gula merah
3. Dimasukkan air + ragi+ agar-agar kedalam blender
4. Dimasukkan semua bahan yang sudah dihaluskan ke toples glas yang sudah
disterilkan
5. Disimpan dalam ruang terbuka
6. Ditunggu 1 minggu sampai terdapat larva
7. Drosophyla dewasa diamati dibawah makroskop
b. Menentukan kromosom politen
1. Larva
2. Diletakkan diatas glas preparat
3. Ditetesi larutan NaCl fisiologis
4. Ditusuk dengan jarum pada bagian mulut larva
5. NaCl fisiologis dilap menggunakan tissue
6. Ditetesi dengan larutan fiksatif dan di diamkan selama 10 menit
7. Larutan fiksatif diserap menggunakan tissue dan ditetesi larutan pewarna
acetocarmin sebanyak 1 tetes
8. Diamkan selama 10 menit
9. Diamati dibawah meja mikroskop dengan perbesaran terkecil dahulu
D. Hasil Pengamatan
NO
1
1. Kromosom politen
Gambar
keterangan
Perbesaran
Inter band berwarna terang (merah 10 x 0,40
muda)
Band berwarna gelap (coklat)
Puff bagian inter band yang terurai, gen
aktif pada transkripsi DNA
2. Identifikasi jenis lalat buah
No Gambar Drosophyla sp
1
Keterangan
Drosophyla jantan memiliki ciri:
1. Ukuran tubuh lebih kecil
daripada betina,
2. jumlah ruas 3,
3. ujung posterior tumpul,
4. warna abdomen coklat terang,
5. organ kopulasi seks comb
Jantan
2
Drosophyla betina memiliki ciri:
1. ukuran tubuh lebih besar dari
jantan
2. jumlah ruas 5
3. warna abdomen kecoklatan
4. ujung posterior runcing
5. organ kopulasi tidak ada
Betina
E. Pembahasan
Praktikum kali in berjudul penentuan seks pada drosophila dan kromosom politen.
Berdasarkan teori, Drosophila melanogaster sebagai salah satu serangga yang memiliki
peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu genetika serta dijadikan model
organisme diploid di laboratorium karena ukuran kecil, mempunyai siklus hidup pendek,
jumlah keturunan yang dihasilkan sangat banyak, murah biaya serta perawatannya.
Drosophilla melanogaster selama ini telah mengalami mutasi genetik sehingga dikenal
dengan berbagai macam strain, menurut Morgan dkk telah berhasil menemukan 85 macam
strain yang menyimpang dari tipe normal (wild type). (Robert, 2015).
Karakteristik Drosophilla melanogaster tipe normal dicirikan dengan mata merah, mata
majemuk berbentuk bulat agak ellips dan mata tunggal (oceli) pada bagian atas kepalanya
dengan ukuran relatif lebih kecil dibanding mata majemuk (Robert, 2015), warna tubuh
kuning kecokelatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang. Ukuran tubuh
Drosophilla melanogaster berkisar antara 3-5 mm (Indayati, 2016). Sayap Drosophilla
melanogaster cukup panjang dan transparan (Karmana, 2011), Posisi sayapnya bermula dari
thorak, vena tepi sayap (costal vein) memiliki dua bagian yang terinterupsi dekat dengan
tubuhnya. aristanya pada umumnya berbentuk rambut dan memiliki 7-12 percabangan
(Indiyati, 2016). Crossvein posterior umumnya berbentuk lurus, tidak melengkung.
Thoraknya memiliki bristle, baik panjang dan pendek, sedangkan abdomen bersegmen lima
dan bergaris hitam (Husnul.2017).
Berdasarkan hasil pengamatan dalam praktikum ini Drosophyla jantan memiliki ciri:
kuran tubuh lebih kecil daripada betina, jumlah ruas 3, ujung posterior tumpul, warna
abdomen coklat terang, dan organ kopulasi seks comb. Sedangkan Drosophyla betina
memiliki ciri: ukuran tubuh lebih besar dari jantan, jumlah ruas 5, warna abdomen
kecoklatan, ujung posterior runcing, dan organ kopulasi tidak ada.
Perbedaan seksual jantan dan betina dapat dilihat pada bentuk ujung abdomen dan kaki.
Bentuk ujung posterior abdomen betina melengkung kebawah menuju titik lancip dibagian
tengah belakang dan pada ruas 5 dan 6 tidak berwarna hitam. Sedangkan abdomen jantan
bulat dan memendek, pada ruas 5 dan 6 memiliki warna hitam, pada bagian kaki jantan
tarsus memiliki sex comb, bagian luar dari alat genital jantan memiliki warna hitam. Hasil
pengamatan ini sesuai dengan penelitian Anuranjan (2014) tentang pengamatan seksual
jantan dan betina pada ujung posterior abdomennya.
Kelenjar saliva atau kelenjar ludah Drosophila melanogaster digunakan dalam praktikum
pengamatan kromosom politen karena mengandung seribu kali DNA lebih banyak dari
kromosom biasa dan setiap kromosom politen dibuat dari banyak untai DNA. Tidak semua
DNA bereplikasi bersamaan saat pembentukan kromosom politen, beberapa masih tetap pada
tahap diploid. Kromosom politen pada kelenjar saliva mengalami replikasi sebanyak 10 kali,
sedangkan pada tubulus malphigi bereplikasi sebanyak 6 kali, dan pada lambung mengalami
replikasi sebanyak 9 kali (Wolfe 2013).
Praktikum pengamatan kromosom politen menggunakan larva instar III Drosophila
melanogaster karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah tubuh larva instar III
Drosophila melanogaster transparan sehingga mudah untuk diisolasi. Alasan kedua organ
tubuh larva instar III Drosophila melanogaster telah lengkap. Alasan ketiga adalah larva
instar III Drosophila melanogaster memiliki banyak kromosom politen (Wilkins 2013).
Hasil praktikum pada pengamatan kromosom politen dengan perbesaran 10 x 4,0 dapat
diketahui bahwa Inter band berwarna terang (merah muda), Band berwarna gelap (coklat),
dan Puff bagian inter band yang terurai, gen aktif pada transkripsi DNA. Berdasarkan
literatur, kromosom politen terdiri dari 4 lengan yang sama panjang, 1 lengan pendek,
kromosenter, band, interband, dan puff (Wolfe 2013). Bagian puff terlihat lebih
menggembung dan tidak menggulung (Wolfe 2013). Kromosenter terletak di tengah dan
merupakan tempat melekatnya kelima lengan kromosom (Hartl & Jones 2015).
Bagian band dan interband tidak dapat terlihat dengan jelas. Hal tersebut terjadi karena
pada saat penambahan perbesaran bagian kromosom jadi membias. Bagian yang banyak
terkondensasi pada kromosom politen memiliki banyak salinan sekuen DNA tetapi karena
berada dalam kondisi terpadatkan, DNA tidak bisa diakses oleh sel yang bertanggung jawab
untuk mengekspresikan informasi genetik yang dikodekan dalam DNA, bagian tersebut
bernama heterokromatin. Heterokromatin berwarna gelap karena berada dalam kondisi yang
terpadatkan. Heterokromatin tidak aktif dalam melakukan transkripsi karena tidak
mengandung gen-gen yang aktif (Klug & Cummings 2014). Eukromatin adalah bagian yang
tidak terkondensasi dan terlihat berwarna terang. Hal tersebut terjadi karena eukromatin tidak
mengalami pemadatan. Eukromatin mengandung gen-gen yang aktif dan hampir mengandung
semua gen yang ditranskripsi sehingga menjadi bagian yang aktif dalam melakukan replikasi
(Wolfe 2013).
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Drosophyla jantan memiliki ciri: kuran tubuh lebih kecil daripada betina, jumlah ruas
3, ujung posterior tumpul, warna abdomen coklat terang, dan organ kopulasi seks
comb. Sedangkan Drosophyla betina memiliki ciri: ukuran tubuh lebih besar dari
jantan, jumlah ruas 5, warna abdomen kecoklatan, ujung posterior runcing, dan organ
kopulasi tidak ada.
2. Kromosom politen pada kelenjar saliva mengalami replikasi sebanyak 10 kali,
sedangkan pada tubulus malphigi bereplikasi sebanyak 6 kali, dan pada lambung
mengalami replikasi sebanyak 9 kali
DAFTAR PUSTAKA
Anuranjan, A. 2014. Sex Determining Signal in D. melanogaster. Journal of Genetics,
Vol.83, No. 2, (Vol83No2/ jgaug2004- 647.pdf, diakses 10Sep tember
2014).Biological Journal of the Linnean Society 61: 345- 368.
Campbell, N.A., J.B. Reece & L.A. Urry. 2012. Biologi. Ter. dari Biology oleh Wulandari,
D.T., Erlangga, Jakarta: xi + 486 hlm.
Fairbanks, D.J. & W.R. Andersen. 2012. Genetics: The Continuity of Life. Brooks/Cole
Publishing Company, California: xix + 820 hlm.
Hartl, D.L., E.W. Jones. 2015. Genetics: Analysis of Gene and Genomes, 6 th ed. Jones and
Bartlett Publishers, Inc., USA: xxv + 854 hlm.
Husnul Hotimah, Purwatiningsih, Kartika Senjarini.2017.Deskripsi Morfologi Drosophilla
melanogaster Normal (Diptera:Drosophilidae), Strain Sepia dan Plum. Jurnal ILMU
DASAR Vol. 18 No. 1, Januari 2017 : 55 – 60
Indayati, N. 2016. Pengaruh Umur Betina dan Macam Strain Jantan Terhadap Keberhasilan
Kawin Kembali Individu Betina D. melanogaster. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Malang: FPMIPA IKIP Malang
Karmana, I. Wayan. 2011. Pengaruh macam strain dan umur betina terhadap jumlah turunan
lalat buah (Drosophila melanogaster).dalam Jurnal GaneÇ Swara Vol. 4 No.2,
Milkman.
Klug, W.S. & M.R. Cummings. 2014. Concepts of Genetics. 4th ed. Prentice Hall Inc.,
Engelwood Cliffs: xvi + 779 hlm
Passarge, E. 2017. Color Atlas of Genetics. Appl Aprinta Inc., Germany: x + 497 hlm.
Roger. 2015. The genetic basis of natural variation. viii. synthesis of cue polygeni
combinations from laboratory strains of Drosophila melanogaster. Department of
Zoology, Syracuse Uniuersity, Syracuse, New York. Robert.J.Brokers. 2005.
Genetic Analysis dan Principles. Third Edition McGrow.Hill International edition
Suryo. 2015. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: xvi + 446 hlm.
Wilkins, Adam. 2013. Genetic Analysis of Animal Development, 2nd ed. Willey-Liss, Inc.,
New York: xv + 546 hlm.
Wolfe, S.L. 2013. Molecular and Cellular Biology. Wadsworth, Inc., California: xviii + 1145
hlm.
LAMPIRAN
Toples
Makroskop
Larva
Lalat buah
Kromosom potilen
NaCl
Download