ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK

advertisement
ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK
(Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat)
Oleh :
ZULKA AFIFFEY
A14105629
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
ZULKA AFIFFEY. Analisis Benchmarking Bisnis Kompetitif Steak (Studi
Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) (di bawah bimbingan
D. IWAN RISWANDI).
Perkembangan zaman dan arus kehidupan modern telah merubah
masyarakat terutama masyarakat perkotaan untuk mengkonsumsi makanan yang
serba praktis, cepat dan ekonomis. Pergeseran ini disebabkan oleh peningkatan
pendapatan masyarakat, perubahan gaya hidup dan aktivitas yang padat dan
hampir tidak ada waktu untuk membuat dan menyajikan makanan sendiri.
Terdapat banyak pilihan tempat makan di kota Bogor. Obonk Steak and Ribs,
Bogor merupakan salah satu dari contoh rumah makan yang bergerak dalam bisnis
steak yang tingkat persaingannya tinggi. Keunggulan perusahaan pesaing dapat
dijadikan acuan untuk pengembangan suatu perusahaan. Cara ini dianggap efektif
dan banyak perusahaan yang telah berhasil dalam memperbaiki kinerja
perusahaannya.
Tujuan penelitian ini menganalisis kunci sukses pengembangan bisnis
Obonk Steak and Ribs, Bogor dalam menghadapi pesaing-pesaing sesama steak.
Menganalisis kunci sukses komparasi strategi pengembangan bisnis steak yang
dilakukan Obonk Steak and Ribs, Bogor terhadap pesaing-pesaingnya.
Menentukan strategi yang harus dipilih oleh Obonk Steak and Ribs, Bogor untuk
perkembangan perusahaan.
Penelitian ini dilakukan di Obonk Steak and Ribs, Bogor mulai OktoberNovember 2007. Selain itu, dilakukan juga pada perusahaan pembanding
benchmarking, yaitu Restoran Macarony Panggang (Restoran MP) dan Abuba.
Pengambilan data primer diperoleh dengan wawancara dan kuisioner terhadap 60
responden serta wawancara dengan pemilik rumah makan dan restoran yang
diteliti. Data sekunder diperoleh dari literatur studi pustaka di perpustakaan,
internet, BPS, Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor dan dari
instansi terkait lainnya.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, Quality Function Deployment (QFD) dan benchmarking. Analisis
deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik responden Obonk Steak and
Ribs, Bogor, Restoran MP dan Abuba. QFD digunakan untuk mengetahui tingkat
kepentingan atribut dan dapat menerjemahkan keinginan pelanggan dan menjadi
solusi bagi perusahaan dalam pengembangan produk maupun melakukan
perbaikan secara kontinu. Benchmarking digunakan untuk melihat kinerja
perusahaan lain yang lebih unggul sebagai acuan peningkatan kinerja Obonk
Steak and Ribs, Bogor.
Hasil analisis deskriptif mengenai karakteristik umum responden diketahui
bahwa sebagian besar responden Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Restoran MP
berusia 21-30 tahun dan Abuba berusia 31-40 tahun. Obonk Steak and Ribs,
Bogor, Restoran MP dan Abuba didominasi oleh responden berjenis kelamin lakilaki, lulusan sarjana, berstatus sebagai pegawai swasta. Umumnya responden
Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Abuba berpendapatan perbulan di atas
Rp. 5.000.000,- dengan frekuensi kunjungan pertahun lebih dari enam kali
sedangkan responden pada Restoran MP berpenghasilan Rp. 1.000.001,- sampai
dengan Rp. 2.000.000,- dengan frekuensi kunjungan satu sampai tiga kali.
Berdasarkan hasil QFD terdapat 17 atribut keinginan pelanggan yang akan
dikembangkan perusahaan untuk pengembangan produk dan peningkatan kinerja
secara kontinu yang meliputi aspek produk dan proses penyajian. Atribut aspek
produk dari prioritas paling penting meliputi rasa enak sekali/rasa khas, daging
steak empuk, daging steak juicy, ukuran potongan daging, ukuran/porsi,
penawaran menu favorit, keragaman menu makanan, pemberian saos yang
tepat/pas dan harga steak. Atribut aspek dari prioritas paling penting meliputi
kebersihan peralatan makan, kenyamanan restoran/ rumah makan dan bebas dari
asap, kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan, keramahan dan
kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen, kerapihan penataan
makanan, kesigapan pramusaji, kecepatan mengantarkan pesanan, penampilan dan
kerapihan pramusaji.
Saran pengembangan untuk peningkatan kinerja Obonk Steak and Ribs,
Bogor setelah diketahui gap yang terjadi dengan Abuba dan Restoran MP adalah
pertama membentuk tim research and development product untuk meningkatkan
kinerja rasa enak sekali/rasa khas, steak yang lebih empuk dan dapat
mempertahankan daging steak juicy dengan mempelajari dari Abuba. Kedua,
membentuk tim riset pasar untuk mengatasi masalah Obonk Steak and Ribs,
Bogor dalam pengadaan bahan baku dan daging yang tidak terlalu lama disimpan
di coolbox. Ketiga, pengawasan yang lebih ketat perlu dilakukan manajemen
Obonk Steak and Ribs, Bogor terhadap karyawannya sehingga daging yang
disimpan dalam coolbox disusun dengan rapid an teratur, pramusaji lebih sering
menawarkan menu favorit perusahaan, penataan makanan lebih menarik, serta
penampilan dan kerapihan pramusaji dapat dijaga. Keempat, Untuk mengatasi
masalah kecepatan dan kesigapan pramusaji, Obonk Steak and Ribs, Bogor
disarankan menambah karyawan part time pada hari libur.
ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK
(Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat)
Disusun Oleh :
ZULKA AFIFFEY
A14105629
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul
: Analisis Benchmarking Bisnis Kompetitif Steak (Studi Kasus
Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat)
Nama
: Zulka Afiffey
NRP
: A14105629
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. D. Iwan Riswandi, MSi
NIP. 131901736
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr
NIP. 131124019
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL
“ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (STUDI
KASUS OBONK STEAK AND RIBS DI BOGOR, JAWA BARAT)”, BELUM
PERNAH
DIAJUKAN
SEBAGAI
KARYA
TULIS
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN
MEMPEROLEH
GELAR
AKADEMIK
TERTENTU.
SAYA
JUGA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA
SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH
DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Januari 2008
Zulka Afiffey
A14105629
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Ruswan Atra dan Ibu Nisma
Seda yang dilahirkan di Payakumbuh pada tanggal 18 September 1982. Penulis
adalah anak kedua dari empat bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Payakumbuh
dan lulus pada tahun 1996. Pendidikan tingkat menengah diselesaikan pada tahun
1999 di MTsN Payakumbuh. Pendidikan tingkat atas diselesaikan pada tahun
2002 di SMU Negeri 1 Payakumbuh. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI) pada Program
Diploma III Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Tahun 2005, penulis melanjutkan jenjang
pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan di kampus. Penulis juga mengisi hari-hari semasa kuliah
dengan bekerja sebagai customer service PT Asuransi Cigna – Niaga.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan
kepada Allah SWT. Atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang telah ditentukan.
Secara garis besar skripsi ini melakukan analisis benchmarking bisnis
kompetitif steak bagi Obonk Steak and Ribs, Bogor. Penulisan kinerja Obonk
Steak and Ribs, Bogor dan pesaing yang dijadikan perusahaan pembanding
benchmarking, gap yang terjadi dan saran pengembangan bagi Obonk Steak and
Ribs, Bogor agar perusahaan ini dapat bersaing dengan pesaing-pesaingnya
bahkan menjadi pemimpin pasar.
Penulisan skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan
penulis. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang memerlukannya dan dapat memperkaya pengetahuan pembaca
mengenai benchmarking bisnis kompetitif steak.
Bogor, Januari 2008
Zulka Afiffey
A14105629
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah ...
Puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan dengan judul ”Analisis
Benchmarking Bisnis Kompetitif Steak (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di
Bogor, Jawa Barat)”. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh sebab itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada :
1. Papa Drs. Ruswan Atra dan Mama Nisma Seda yang tercinta atas doa , kasih
sayang serta dorongan dan dukungan baik moril maupun materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan menyelesaikan studi pada
Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis.
2. Dr. D. Iwan Riswandi, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan
3. Ir. Joko Purwono, Ms selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah
memberikan komentar dan masukan bagi penulis.
4. Ir. Yayah K. Wagiono, M.Ec selaku dosen penguji utama dan Ibu Tintin
Sariyanti, SP sebagai dosen penguji komisi pendidikan pada sidang yang telah
memberikan banyak masukan dan saran.
5. Alam Lazuardi selaku pembahas pada seminar penulis.
6. Kakakku tercinta, Depat dan adik-adikku yang kusayangi, Rany dan Ratih atas
kasih sayang, semangat, dan pengorbanannya yang sangat berarti bagi penulis.
7. Pemilik Obonk Steak and Ribs, Bogor yang telah mengizinkan penulis dalam
mendapatkan data-data yang penulis butuhkan
8. Supervisor Steak Restoran Macarony Panggang atas bantuannya dan
memberikan kesempatan dan mempermudah penulis mendapatkan data yang
penulis butuhkan.
9. Manajer Services dan Manajer Produksi Abuba di Cipete, Jakarta atas
bantuannya dan memberikan kesempatan dan mempermudah penulis
mendapatkan data yang penulis butuhkan.
10. Karyawan-karyawan Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Steak di Restoran
Macarony Panggang yang baik-baik dan ramah-ramah.
11. Karyawan sekretariat Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, atas
bantuan dan pelayanannya yang baik.
12. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi MAB, Irma, Ii, Heda, Timbul, Jack, Cici,
Rury, Da Iwan, Ida, Arif, Jam’an, dan all of deh yang ga bisa disebutin
semuanya, atas kerjasama dan kebersamaan yang kita jalin selama ini.
Akhirnya, semoga amal Ibu/Bapak/Saudara-saudari mendapat balasan dari
Allah SWT. Amin.
Bogor, Januari 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
v
viii
x
xii
xiii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
Latar Belakang .........................................................................
Perumusan Masalah .................................................................
Tujuan Penelitian .....................................................................
Manfaat Penelitian ...................................................................
1
5
9
10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Makan ..........................................................................
2.2. Steak .........................................................................................
2.3. Penelitian Terdahulu ................................................................
2.3.1. Penelitian Tentang Steak ..............................................
2.3.2. Penelitian Tentang Benchmarking ...............................
2.3.3. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ..................
11
12
14
14
16
18
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................
3.1.1. Produk ..........................................................................
3.1.2. Segmentasi Pasar dan Positioning ...............................
3.1.3. Benchmarking ..............................................................
3.1.4. Quality Function Depoloyment ....................................
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................
20
20
21
24
28
31
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
Lokasi Penelitian .....................................................................
Jenis dan Sumber Data .............................................................
Teknik Pengumpulan Data .......................................................
Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................
4.4.1 Metoda Benchmarking dan QFD ...................................
4.4.2 Analisis Deskriptif .........................................................
34
34
35
36
36
45
BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Obonk Steak and Ribs, Bogor ...................................................
5.1.1 Sejarah Perusahaan Obonk Steak and Ribs, Bogor ........
5.1.2 Struktur Organisasi Obonk Steak and Ribs di Bogor .....
46
46
47
5.2 Perusahaan-perusahaan Pembanding Benchmarking ................
5.2.1 Rumah Makan Abuba ....................................................
5.2.1 Restoran MP ...................................................................
5.3 Karakteristik Umum Responden ................................................
5.3.1 Umur ..............................................................................
5.3.2 Jenis Kelamin .................................................................
5.3.3 Tingkat Pendidikan Terakhir..........................................
5.3.4 Jenis Pekerjaan ...............................................................
5.3.5 Pendapatan .....................................................................
5.3.6 Frekuensi Kunjungan .....................................................
50
50
51
52
52
53
54
55
56
57
BAB VI. KOMPARASI dan BENCHMARKING BISNIS STEAK
6.1 Menentukan Kerangka Kinerja Dengan QFD ...........................
58
6.1.1 Penyusunan Persyaratan Pelanggan ..........................
59
6.1.2 Penyusunan Persyaratan Teknik ...............................
64
6.1.3 Pengembangan Matrik Hubungan Antara
Persyaratan Pelanggan dengan Persyaratan
Teknik .......................................................................
66
6.1.4 Pengembangan Matriks Hubungan Antar
Persyaratan Teknik ....................................................
68
6.1.5 Kinerja Benchmarking ..............................................
70
6.1.5.1 Aspek Produk ...............................................
70
6.1.5.2 Aspek Proses Produksi .................................
76
6.1.5.3 Aspek Proses Penyajian ...............................
80
6.2 Meninjau Langkah-langkah yang Telah Dilaksanakan .............
85
6.3 Menentukan Kunci Sukses yang Dapat Dilakukan
Benchmarking ...........................................................................
87
6.4 Menentukan Besarnya Gap, Menganalisa, Menginterpretasikan
Data Kinerja Serta Menentukan Posisi yang Diharapkan ..........
92
6.4.1 Aspek Produk ............................................................
92
6.4.2 Aspek Proses Produksi ..............................................
96
6.4.3 Aspek Proses Penyajian ............................................ 100
6.5 Merumuskan Saran Pengembangan Untuk Peningkatan Kinerja
Obonk Steak and Ribs, Bogor ..................................................... 105
BAB VII. KESIMPULAN dan SARAN
7.1 Kesimpulan .................................................................................
7.2 Saran............................................................................................
107
108
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
110
LAMPIRAN .................................................................................................
112
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Minuman Jadi Untuk
Penduduk Perkotaan Indonesia Tahun 2002 – 2005 .........................
2
2. Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Bogor
Tahun 2002 – 2006 ...........................................................................
3
3. Perkembangan Rumah Makan dan Restoran di Bogor
Tahun 2004-2006 ..............................................................................
3
4. Rumah Makan/Restoran dan Produk yang Dihasilkan .....................
8
5. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ..............................................
17
6. Data dan Sumber Data yang Digunakan Dalam Penelitian ..............
35
7. Matriks Hubungan Antara Persyaratan Pelanggan
dan Persyaratan Teknik .....................................................................
41
8. Sebaran Responden Menurut Umur Tahun 2007 ..............................
53
9. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007 ................
54
10. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir
Tahun 2007 .......................................................................................
55
11. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007 ..............
56
12. Sebaran Responden Menurut Pendapatan Tahun 2007 .....................
56
13. Sebaran Responden Menurut Frekuensi Kunjungan Tahun 2007.....
57
14. Persyaratan Konsumen Steak di Obonk Steak and Ribs, Bogor,
Restoran MP dan Abuba Tahun 2007 ...............................................
60
15. Rekapan Tingkat Kepentingan Atribut Persyaratan Pelanggan
Steak Tahun 2007..............................................................................
61
16. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Terhadap Produk
Steak Pada Tahun 2007 .....................................................................
62
17. Prioritas Kepentingan Konsumen Steak Tahun 2007 .......................
63
18. Hubungan Keterkaitan Antar Karakteristik Teknik Steak Pada
Tahun 2007 .......................................................................................
68
19. Evaluasi Persaingan Aspek produk Antara Obonk Steak and Ribs,
Bogor, Abuba, dan Restoran MP Tahun 2007 ..................................
76
20. Evaluasi Teknik Aspek Proses Produksi Antara
Obonk Steak and Ribs, Bogor, Abuba, dan Restoran MP
Tahun 2007 ......................................................................................
80
21. Evaluasi Persaingan Aspek Proses Penyajian Antara
Obonk Steak and Ribs, Bogor, Abuba, dan Restoran MP
Tahun 2007 .......................................................................................
85
22. Klasifikasi Atribut Dari Kesepakatan Antara Franchisor dan
Franchisee Obonk Steak and Ribs, Bogor Tahun 2007 ....................
87
23. Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor Setelah Dilakukan
Benchmarking Pada Aspek Produk Tahun 2007...............................
96
24. Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor Setelah Dilakukan
Benchmarking Pada Aspek Proses Produksi Tahun 2007...............
100
25. Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor Setelah Dilakukan
Benchmarking Pada Aspek Proses Penyajian Tahun 2007 ...............
103
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kunci Sukses Benchmarking Bisnis Steak Pada
Obonk Steak and Ribs, Bogor .......................................................
26
2. Model Penyebaran Fungsi Mutu – Rumah Mutu (HOQ) .............
29
3. Kerangka Pemikiran Operasional Benchmarking Bisnis
Kompetitif Steak Pada Obonk Steak And Ribs, Bogor ..................
33
4. Struktur Organisasi Perusahaan Obonk Steak and Ribs, Bogor ....
48
5. Hubungan Antara Persyaratan Pelanggan dan Persyaratan
Teknik ............................................................................................
67
6. House of Quality Steak di Obonk Steak and Ribs, Bogor
Tahun 2007 ....................................................................................
86
7. House of Quality Steak dan Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor
Setelah Dilakukan Benchmarking Tahun 2007 .............................. 104
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1
Kuesioner Penelitian Steak di Obonk Steak and Ribs, Bogor
Tahun 2007 .................................................................................... 112
2
Struktur Organisasi Perusahaan Pembanding Benchmarking ........ 115
3
Daftar Menu dan Harga Steak ........................................................ 116
4
Kerapihan Penyajian Steak Pada Obonk Steak and Ribs, Bogor,
Restoran MP dan Abuba ................................................................ 118
5
Nilai Perhitungan Hasil Wawancara di
Obonk Steak and Ribs, Bogor ........................................................ 119
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto
(PDB). Walaupun keadaan Indonesia masih belum begitu stabil, tetapi PDB
Indonesia pada triwulan I tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 2,84 persen
dibandingkan triwulan IV tahun 2004. Peningkatan tersebut salah satunya terjadi
pada sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian termasuk
pertanian pangan masih sangat penting dalam menopang perekonomian rakyat.
Hasil pertanian pangan dapat dikonsumsi langsung maupun digunakan
sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk olahan baik dari hasil pertanian,
peternakan dan perikanan. Hasil pertanian pangan tersebut diolah menjadi bahan
makanan sesuai tuntutan keinginan dan cita rasa manusia yang semakin
berkembang dan beragam.
Makanan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Oleh sebab itu,
kebutuhan akan makanan harus terpenuhi terlebih dahulu disamping kebutuhan
papan dan sandang sebelum memenuhi kebutuhan sekunder.
Kehidupan modern dan perkembangan zaman telah merubah masyarakat
terutama masyarakat perkotaan untuk mengkonsumsi makanan yang serba praktis,
cepat dan ekonomis. Pergeseran ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan
masyarakat, perubahan gaya hidup dan aktivitas yang padat dan hampir tidak ada
waktu untuk membuat dan menyajikan makanan sendiri. Masyarakat sering
membeli makanan di luar rumah dengan berbagai menu masakan dan banyak
2
pilihan sebagai solusinya. Pengeluaran konsumsi masyarakat perkotaan akan
makanan dan minuman jadi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Minuman Jadi Untuk Penduduk
Perkotaan Indonesia Tahun 2002 - 2005
Tahun
Besar Pengeluaran
Trend (%)
(Rp/Kapita/Bulan)
2002
30.584
2003
34.915
14.16
2004
37.048
6.11
2005
41.282
11.43
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa besar pengeluaran konsumsi
makanan dan minuman jadi masyarakat perkotaan meningkat setiap tahunnya
walaupun dengan trend yang berfluktuasi. Tahun 2004 trendnya mengalami
penurunan dibanding tahun sebelumnya, namun tahun 2005 mengalami
peningkatan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 masyarakat
perkotaan semakin banyak yang mengkonsumsi makanan dan minuman jadi.
Kota Bogor merupakan salah satu alternatif tujuan wisata bagi masyarakat
mancanegara, Jakarta dan daerah lainnya (Tabel 2). Selain jaraknya yang tidak
terlalu jauh dari Jakarta, ada banyak hal yang bisa dinikmati di kota yang
mendapat julukan ”Kota Hujan” ini. Salah satu tempat yang dapat dikunjungi
adalah Kebun Raya Bogor (KRB) yang terdapat di pusat kota Bogor.
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa pada tahun 2002 jumlah
wisatawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri mencapai nilai
tertinggi. Tahun 2003 sampai dengan tahun 2005, jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Bogor mulai mengalami penurunan. Hal ini disebabkan masih
labilnya keadaan politik dan keamanan di Indonesia, terutama isu bom dan
3
bencana alam yang menimpa sebagian wilayah Indonesia. Seiring dengan
pulihnya keadaan politik dan keamanan di Indonesia serta bencana alam mulai
berkurang, jumlah wisatawan mulai mengalami peningkatan lagi pada tahun 2006.
Tabel 2. Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Bogor Tahun 2002 - 2006
Jumlah Perkembangan Per Tahun (Orang)
Asal
Wisatawan
Nusantara
Manca Negara
2002
2003
1,858,820 1,380,477
53,702
32,421
2004
2005
2006
1,360,374 1,267,839 1,370,119
11,211
13,732
18,714
Jumlah
1,912,522 1,412,898 1,371,585 1,281,571 1,388,833
Sumber : Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2006
Tempat makan banyak disediakan bagi masyarakat Bogor dan para
wisatawan dari dalam negeri sendiri maupun dari mancanegara (Tabel 3).
Menurut Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan, terdapat dua jenis
tempat makan yaitu restoran dan rumah makan. Restoran merupakan tempat
makan mulai dari menyiapkan bahan, memasak dan melayani konsumen
sedangkan rumah makan merupakan tempat makan yang sudah siap saji.
Tabel 3. Perkembangan Rumah Makan dan Restoran di Bogor Tahun 2004-2006
Tempat Makan
Jumlah Perkembangan Per Tahun
2004
2005
2006
Rumah Makan
124
132
157
Restoran
64
91
91
Sumber : Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2006
(diolah)
4
Berdasarkan Tabel 3, jumlah rumah makan dan restoran di Bogor dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 menunjukkan peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa prospek rumah makan dan restoran masih relatif bagus
dikembangkan di Bogor.
Peningkatan jumlah rumah makan juga menunjukkan tingkat persaingan
rumah makan yang semakin tinggi. Obonk Steak and Ribs, Bogor merupakan
salah satu dari contoh rumah makan yang bergerak dalam bisnis steak atau bistik
yang tingkat persaingannya tinggi dengan jenis usaha yang sama. Obonk Steak
and Ribs merupakan perusahaan waralaba lokal yang berasal dari Solo. Sampai
saat ini, sudah terdapat 29 outlet Obonk Steak and Ribs yang berada di Sumatra,
Jawa, Bali dan Sulawesi.
Daging steak di semua cabang Obonk Steak and Ribs merupakan daging
lokal dan impor. Tujuan disediakannya daging lokal dan impor agar Obonk Steak
and Ribs bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, tidak hanya oleh
kalangan menengah ke bawah saja seperti tujuan awal Obonk Steak and Ribs.
Steak tersebut dimasak oleh juru masak Obonk Steak and Ribs yang berasal dari
Solo dengan rasa khasnya.
Perusahaan yang bergerak di bidang rumah makan terutama steak banyak
terdapat di Bogor. Oleh sebab itu, Obonk Steak and Ribs, Bogor harus mampu
meningkatkan keunggulannya dalam bersaing untuk meraih pangsa pasar yang
luas. Perusahaan pesaing sesama steak antara lain berasal dari Steak 21, Restoran
Macaroni Panggang (Restoran MP), Daily Steak, Waroeng Steak and Shake dan
sebagainya. Strategi pemasaran yang tepat untuk meraih pangsa pasar yang luas
harus dilakukan untuk mengungguli pesaing-persaing. Metoda benchmarking
5
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan Obonk Steak and Ribs, Bogor
untuk menghadapi persaingan yang ketat dengan rumah makan dan restoran steak
lainnya.
1.2 Perumusan Masalah
Steak dianggap sebagian besar masyarakat di dunia berasal dari Amerika
Serikat. Di Indonesia, pada awal diusahakan steak, bisnis steak dilakukan dengan
sistem waralaba (franchise) asing dengan menawarkan daging steak impor dan
harga yang mahal. Oleh sebab itu, steak dikenal sebagai makanan mewah dan
tidak semua orang bisa mengkonsumsi steak. Rumah makan dan restoran steak di
Indonesia yang dijalankan dengan sistem waralaba asing antara lain American
Grill, Outback Steakhouse, Black Steer dan sebagainya.
Steak mulai banyak dikenal masyarakat Indonesia terutama masyarakat
perkotaan seiring dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, ada peluang
banyak orang untuk membuka usaha steak dengan harga murah. Peluang ini
timbul karena terdapat segmen pasar tertentu yang tidak bisa membeli steak dari
rumah makan waralaba asing.
Abuba melihat ada pangsa pasar untuk merek nasional, tetapi memiliki
rasa yang sama dengan daging steak impor dan menyediakan daging impor dan
daging lokal. Walaupun dimulai dengan usaha steak kaki lima, namun Abuba
cepat mengalami perkembangan. Perkembangan bisnis steak Abuba disebabkan
konsumen dapat menikmati steak impor dan lokal yang bercitarasa internasional
dengan harga yang lebih murah dari restoran steak asing. Pada hari biasa, Abuba
yang berlokasi di Cipete, Jakarta dapat menjual sekitar 300 porsi steak, sedangkan
pada hari libur Abuba dapat menjual hampir 1000 porsi steak.
6
Pasar dapat dikuasai dan perusahaan akan berkembang apabila suatu
perusahaan dapat melihat dengan baik kebutuhan dan keinginan konsumen.
Keunggulan perusahaan pesaing juga dapat dijadikan acuan untuk pengembangan
suatu perusahaan. Di luar negeri, sudah banyak manajemen perusahaan yang
menggunakan cara ini untuk mengembangkan dan memperbaiki kinerja
perusahaannya. Cara ini dianggap efektif dan banyak perusahaan yang telah
berhasil dalam memperbaiki kinerja perusahaannya. Oleh sebab itu, metode yang
disebut dengan benchmarking ini diterapkan pada Obonk Steak and Ribs, Bogor
untuk pengembangan dan menciptakan kinerja rumah makan ini lebih baik lagi.
Besar peluang Obonk Steak and Ribs, Bogor untuk mengembangkan
bisnisnya setelah melihat kinerja Abuba. Pengembangan bisnis ini dilakukan
mengingat Obonk Steak and Ribs, Bogor merupakan pendatang baru di bidang
rumah makan steak di Bogor. Rumah makan yang berlokasi di dekat Pangrango
Plaza ini didirikan pada tanggal 16 Agustus 2005 setelah Pangrango Plaza
didirikan. Obonk Steak and Ribs harus dapat bersaing dengan rumah makan atau
restoran steak lainnya walaupun masih terhitung baru didirikan.
Obonk Steak and Ribs, Bogor telah melakukan berbagai promosi , seperti
iklan di radio, majalah dan tabloid yang ada di Bogor. Penerapan paket hemat
pada harga steak juga sudah dilakukankan untuk menarik pelanggan agar
mengkonsumsi steak di Obonk Steak and Ribs, Bogor. Namun, Obonk Steak and
Ribs, Bogor masih belum mencapai target penjualan yang telah ditetapkan. Oleh
sebab itu, manajemen Obonk Steak and Ribs, Bogor harus memutuskan alternatif
terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kesuksesan
dalam menjalankan bisnis rumah makan dan restoran steak tidak hanya berasal
7
dari kualitas steak, tetapi juga dari pelayanan dan penyajiannya. Restoran MP
memiliki keunggulan terutama dalam hal proses penyajian sehingga banyak
konsumen datang ke Restoran MP dan sangat terkenal di kota Bogor.
Restoran MP dan Abuba dipilih Obonk Steak and Ribs, Bogor sebagai
perusahaan pembanding. Kedua perusahaan tersebut dipilih karena dalam
beberapa hal memiliki keunggulan dari Obonk Steak and Ribs, Bogor baik dari
segi produk, proses produksi dan proses penyajian terutama Abuba. Abuba yang
terletak di Jakarta, Obonk Steak and Ribs, Bogor, dan Restoran MP hampir
memiliki pangsa pasar yang sama. Konsumen Abuba
terutama berasal dari
Jakarta dan sekitarnya termasuk Bogor, masyarakat dari daerah lain dan
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jakarta. Konsumen Obonk Steak and
Ribs, Bogor terutama berasal dari Bogor dan sekitarnya termasuk Jakarta,
masyarakat dari daerah lain dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Bogor. Segmen pasar untuk ketiga restoran dan rumah makan ini sama yaitu
untuk golongan ekonomi menengah yang hemat dalam pengeluaran sehingga
mencari steak dengan harga murah dengan kualitas yang paling baik.
Keunggulan Abuba dan Restoran MP dijadikan acuan bagi Obonk Steak
and Ribs, Bogor dalam meningkatkan kinerja perusahaan untuk menghadapi para
pesaing dan bahkan menjadi pemimpin pasar pada industri steak. Benchmarking
dilakukan oleh Obonk Steak and Ribs, Bogor dalam empat aspek yang disebut
kunci sukses, yaitu produk, proses produksi, proses penyajian dan segmentasi
pasar. Produk yang dihasilkan dari beberapa rumah makan yang diteliti dapat
dilihat pada Tabel 4. Rumah makan tersebut secara umum bergerak dalam bisnis
steak daging sapi, ikan dan ayam.
8
Tabel 4. Rumah Makan/Restoran dan Produk yang Dihasilkan
Jenis
Daging
Daging
Sapi
Ikan
Ayam
Obonk Steak and Ribs,
Bogor
Beef crispy
Sirloin mushroom, hot
plate dan barbeque
Tenderloin hot plate,
barbeque dan Pepper
Oxtongue
T. bone hot plate dan
barbeque
Black pepper hot plate
dan barbeque
Rib’s dan rib’s eye
barbeque
Tenderloin steak NZ
Sirloin steak NZ
Tenderloin peper NZ
T. bone NZ
Black pepper NZ
Lamb chop NZ
Hot tuna barbeque
Cumi barbeque
Udang barbeque
Chicken Crispy, hot
plate, dan barbeque
Chicken cheese
Chicken mushroom
Chicken pepper
barbeque
Abuba
Restoran MP
Sirloin Steak (Wagyu)
Rib Eyesteak (Wagyu)
Ground beef steak
MP biefsteak
Steak daging goreng
MP carpetbag steak
Ribs steak
T. bone steak US, NZ
dan lokal
Rib eye steak US dan
New Zealand
Sirloin steak US dan
NZ
Tenderloin steak NZ
Lamb-chop NZ
Tenderloin steak (lokal)
Grill sosis
Grill beef burger
MP biefstuck
Tenderloin steak
Grill salmon
Grill kakap
Chicken steak
Sirloin steak
Ribs steak
Ikan ayam-ayam steak
Squid steak
Snapper steak
Chicken steak
Sumber : Obonk Steak and Ribs, Bogor, Restoran MP dan Abuba, 2007 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa Obonk Steak and Ribs,
Bogor dan Abuba sama-sama memproduksi steak yang berasal dari daging lokal
dan impor sedangkan Restoran MP hanya mengkonsumsi daging steak lokal.
Namun demikian, rasa steak yang diciptakan masing-masing restoran dan rumah
makan berbeda.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu Obonk Steak and Ribs, Bogor
sebagai perusahaan pelaku benchmarking dalam meningkatkan kinerja perusahaan
dengan tetap mempertahankan kinerja unggul yang sudah ada. Dengan demikian
9
perusahaan dapat menghadapi para pesaing terutama pesaing dalam industri yang
sejenis dan dapat memperluas pangsa pasar walaupun Obonk Steak and Ribs
masih relatif baru diusahakan di Bogor.
Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana kunci sukses pengembangan bisnis Obonk Steak and Ribs,
Bogor dalam menghadapi pesaing-pesaing sesama steak
2. Bagaimana kunci sukses komparasi strategi pengembangan bisnis steak
yang dilakukan Obonk Steak and Ribs, Bogor terhadap pesaingpesaingnya
3. Bagaimana Obonk Steak and Ribs, Bogor memilih strategi yang tepat
untuk perkembangan perusahaan
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis kunci sukses pengembangan bisnis Obonk Steak and Ribs,
Bogor dalam menghadapi pesaing-pesaing sesama steak.
2. Menganalisis kunci sukses komparasi strategi pengembangan bisnis steak
yang dilakukan Obonk Steak and Ribs, Bogor terhadap pesaingpesaingnya.
3. Menentukan strategi yang harus dipilih oleh Obonk Steak and Ribs, Bogor
untuk perkembangan perusahaan.
10
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi pihak perusahaan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan
dalam menyusun kebijakan dan menentukan strategi pemasaran yang paling
tepat.
2. Bagi peneliti agar dapat menambah pengetahuan dan sebagai media dalam
menerapkan ilmu riset pemasaran
3. Bagi pihak lain yang membutuhkan sebagai bahan rujukan untuk penelitian
selanjutnya atau kegiatan lain yang bersangkutan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Makan
Industri jasa boga adalah industri yang bergerak dalam pengelolaan dan
penyajian makanan siap santap. Rumah makan merupakan salah satu contoh
industri jasa boga.
Rumah makan diusahakan untuk memberi jasa usaha pelayanan konsumsi
makanan dan minuman jadi yang siap dikonsumsi oleh penduduk yang
memerlukannya. Rumah makan adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan hidangan makanan dan minuman untuk umum di
tempat usahanya termasuk kafetaria, kantin, warteg dan lain sebagainya (Dinas
Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2005).
Restoran merupakan industri pangan yang bergerak dalam pengelolaan
dan penyajian makanan siap saji, menempati sebagian atau seluruh bangunan
permanen yang dilengkapi peralatan dan perlengkapan proses pembuatan,
penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan bagi umum (Fardiaz dalam
Aryarini, 2001). Penggolongan rumah makan dan restoran menurut Dinas
Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor sesuai kelasnya, yaitu tinggi,
menengah dan rendah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bisnis rumah makan dan
restoran menurut Khan dalam Desiranita (2004), yaitu 1) kesederhanaan,
2) mudah direplikasikan agar kualitas produk dan jasa terjaga, 3) cepat dalam
menyajikan makanan, 4) mutu produk dan jasa stabil, 5) ketersediaan bahan baku,
6) karakteristik makanan, 7) kandungan gizi makanan dan minuman, 8) jenis
12
makanan yang digemari, 9) kemasan dan fungsinya, 10) cost effectiveness yaitu
menekan biaya yang dikeluarkan seminimal mungkin.
2.2 Steak
Restoran fast food menyediakan menu yang telah siap saji atau segera
tersedia, agak terbatas dalam jenis, dekorasi warna-warna utama dan tenang pada
ruangan restoran. Menurut Betram dalam Aryarini (2001), fast food adalah
makanan yang dapat disiapkan untuk dihidangkan dan dikonsumsi dalam waktu
singkat. Biasanya fast food diciptakan untuk orang-orang yang mempunyai waktu
terbatas untuk memasak atau menyediakan makanan.
Restoran fast food dapat diperoleh dengan makan di restoran (eat-in) atau
dibungkus untuk dimakan di luar restoran (take out). Restoran yang menyediakan
fast food banyak yang dikelola dengan sistem waralaba (franchise). Hal ini
dikarenakan, produk yang dihasilkan sistem waralaba relatif seragam dan
konsisten. Di Indonesia, waralaba yang sangat berkembang dan menguntungkan
baik yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri adalah di bidang makanan
jadi salah satunya adalah steak.
Pengertian steak menurut bahasa yang berasal dari kata beef steak adalah
sepotong besar daging. Biasanya daging yang digunakan untuk steak adalah
daging sapi. Daging merah, dada ayam dan ikan juga dapat digunakan untuk
steak. Sapi diperkenalkan pertama kali ke dunia oleh bangsa Spanyol ke Meksiko
pada tahun 1540. Pada abad ke-18 kolonial bangsa Spanyol dan Prancis mulai
memelihara sapi dengan memanfaatkan kereta untuk mengangkut sapi-sapi
tersebut. Industri ini kemudian jatuh akibat musim dingin yang dahsyat. Seiring
dengan perkembangan zaman, produksi daging sapi kembali meningkat sejak
13
tahun 1871. Setelah perang dunia II, daging sapi dijadikan sebagai simbol
kemakmuran bangsa Amerika. Simbol ini menjadi inspirasi juru-juru masak untuk
menciptakan menu masakan andalan dari daging sapi, salah satunya steak.
Steak seolah-olah identik dengan negara Amerika Serikat karena negeri
Paman Sam ini merupakan salah satu penghasil daging sapi yang berkualitas
tinggi. Oleh sebab itu, banyak Steakhouse (restoran khusus steak), restoran, hotel
yang menggunakan daging sapi impor dari Amerika Serikat untuk steak, seperti
US T-Bone Steak, US Tenderloin, US Sirloin, dan lain sebagainya. Di Indonesia,
daging steak tidak hanya berasal dari daging impor saja, seperti daging yang
berasal dari Amerika Serikat dan New Zealand, tetapi juga disediakan daging
lokal.
Steak dikenal sebagai menu masakan mewah yang hanya bisa dinikmati di
tempat-tempat mahal, restoran-restoran berpenampilan mewah, hotel-hotel
berbintang. Oleh sebab itu mengkonsumsi steak dapat menaikkan gengsi.
Sekarang, steak tidak lagi menjadi sajian yang mahal, bahkan dapat ditemui di
tenda-tenda kaki lima.
Steak biasanya dimasak dengan dipanggang, tetapi dapat juga digoreng.
Waktu yang diperlukan untuk memasak steak tergantung selera. Waktu masak
yang lebih cepat menghasilkan daging yang lebih lembut dan bersari sedangkan
waktu masak yang lebih lama dapat mengurangi penampakan darah dan masalah
penyakit. Daging yang bagus untuk dijadikan steak adalah daging sirloin dan
tenderloin yang empuk, montok dan juicy. Steak dapat disajikan di atas hotplate
atau piring biasa yang didampingi dengan buncis, wortel, kacang polong atau
14
sayuran lain yang direbus. Selain itu, steak juga disajikan dengan kentang bakar
atau kentang goreng.
2.3 Penelitian Terdahulu
2.3.1 Penelitian Tentang Steak
Sinaga (2006) melakukan penelitian dengan tujuan menganalisis
sensitivitas harga dan faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian konsumen
terhadap harga ayam panggang dan steak di Restoran MP di Bogor. Alat analisis
yang digunakan adalah analisis sensivitas harga untuk melihat rentang harga yang
wajar dan analisis model logistik (Metode Logit).
Hasil analisis sensitivitas harga menunjukkan harga ayam panggang,
sirloin steak, dan tenderloin steak berada pada rentang optimum yang dapat
diterima yaitu antara harga minimum dan optimum. Hasil analisis model regresi
logistik menunjukkan variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap penilaian
konsumen pada mahal atau tidak mahalnya harga ayam panggang di Restoran MP
adalah variabel status pernikahan, pekerjaan dan pendapatan.
Hanafi (2007) melakukan penelitian mengenai ”Analisis Keputusan
Pembelian dan Positioning Produk Ayam Panggang dan Steak di Restoran MP di
Bogor”. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis Biplot. Analisis Biplot menunjukkan bahwa Saung Mirah
dan Steak 21 adalah pesaing terdekat Restoran MP di Bogor. Pihak Restoran MP
harus memperhatikan strategi penjualan atau kebijakan yang dilakukan oleh kedua
restoran tersebut Disamping itu, ada empat restoran lain yang juga merupakan
pesaing Restoran MP yaitu Wong Solo, Gurih 7, Obonk Steak and Ribs, Bogor
dan Daily Steak.
15
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa posisi ayam panggang Restoran
MP memiliki keunggulan dalam hal kehigienisan, rasa enak dan aroma yang
sesuai. Steak pada Restoran MP memiliki keunggulan dalam kehieginisan, rasa
enak, aroma yang sangat sesuai dan banyaknya variasi menu yang tersedia.
Strategi bauran pemasaran yang dilakukan Restoran MP sudah cukup bersaing
dengan restoran lain. Pihak perusahaan lebih berorientasi pada kualitas karena
Restoran MP memiliki kelemahan dalam hal harga yaitu harga yang lebih mahal.
Bauran tempat sudah cukup efektif . Kegiatan promosi yang dilakukan masih
kurang dipublikasikan kepada masyarakat.
Neta (2007) melakukan penelitian mengenai “Analisis Penilaian
Konsumen Terhadap Performance Restoran Waralaba Lokal (Studi Kasus :
Restoran Obonk Steak and Ribs, Bogor). Alat analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif, IPA (Importance Performance Analysis), dan CSI (Customer
Satisfaction Index). Analisis IPA menunjukkan tingkat kepentingan dan kinerja
atribut. Pada Kuadran I (prioritas utama) terdapat tiga atribut, yaitu sarana parkir,
keamanan tempat parkir dan aroma ruangan. Kuadran II (pertahankan prestasi)
terdapat dua belas atribut dan pada kuadran III terdapat sembilan atribut. Hasil
analisis CSI menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden puas terhadap
kinerja atribut-atribut Obonk Steak and Ribs, Bogor dengan nilai CSI sebesar
0,7197 atau 71,97 persen.
Alternatif strategi pemasaran 7 P yang diterapkan Obonk Steak and Ribs,
Bogor adalah mempertahankan variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia,
kualitas serta higienis makanan dan minuman yang disajikan, strategi harga
dipertahankan, promosi dilakukan dengan menjaga hubungan baik dengan
16
konsumen dan pembuatan flier (penunjuk arah lokasi Obonk Steak and Ribs,
Bogor). Strategi tempat dengan memperluas dan menjaga keamanan area parkir,
kebersihan dan kenyamanan ruangan. Strategi participants yang diterapkan adalah
memberikan pelatihan dan informasi yang berkelanjutan pada pramusaji.
2.3.2 Penelitian Tentang Benchmarking
Penelitian mengenai aplikasi metoda patok duga (benchmarking) dalam
kinerja usaha koperasi studi kasus pada KUD Mandiri Tani Mukti (KUD TM)
dan KUD Mandiri Inti Sarwa Mukti (KUD SM), Kabupaten Bandung dilakukan
oleh Gracia (1996). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metoda benchmarking. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan metoda
benchmarking adalah KUD SM lebih unggul pada unit sapi perah, untuk rasio
output/sapi, output/anggota dan
nilai output/anggota, namun kelemahannya
terletak pada persentase nilai tambah yaitu rendahnya kualitas susu. Kualitas susu
dipengaruhi oleh kualitas sapi perah, pakan dan peternak. Kegiatan penyuluhan
pada KUD SM baik formal dan non formal kurang dilakukan sehingga tingkat
kesadaran peternak kurang.
Saran pengembangan yang seharusnya dilakukan KUD SM adalah
meningkatkan kualitas susu dengan memberikan pendidikan dasar bagi petugas
lapang mengenai pengetahuan manajemen sapi dan pemberian pakan yang benar
dan kontak secara formal dan non formal kepada peternak akan pentingnya
kualitas susu. KUD TM dianjurkan tetap meningkatkan kualitas dan kuantitas
susu melalui pengambilan kredit yang ditawarkan bank-bank tertentu.
17
KUD TM lemah pada unit perkreditan. Simpan pinjam kurang diminati
oleh anggota sehingga partisipasi anggota kecil dan banyak yang tidak aktif dan
sering menunggak dalam pembayaran. Hal ini dapat dilihat melalui besarnya gap
rasio jumlah nilai output/anggota dan persentase jumlah anggota yang meminjam
pada KUD TM. Saran pengembangan yang seharusnya dilakukan adalah
menerapkan sistem perkreditan Simpan Pinjam Antar Jemput (SPAJ) yang sudah
dilaksanakan KUD SM yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja KUD TM
dan meningkatkan partisipasi anggotanya.
Tabel 5. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No
1
2
Peneliti/
Tahun
Sinaga
(2006)
Topik
Metode/
Variabel
Analisis sensitivitas • Analisis
harga dan faktor- sensivitas
faktor
yang harga
mempengaruhi
• Metode Logit
penilaian konsumen
terhadap harga ayam
panggang dan steak
di Restoran MP di
Bogor
Hanafi
(2007)
Analisis keputusan • Analisis
pembelian
dan deskriptif
positioning produk • Analisis
ayam panggang dan Biplot
steak di Restoran MP
di Bogor
Hasil Penelitian
• Dari hasil analisis sensitivitas
harga dapat diperoleh bahwa
harga ayam panggang, sirloin
steak, dan tenderloin steak
berada pada rentang optimum
yang dapat diterima yaitu
antara harga minimum dan
optimum.
• Analisis
metode
logit
menunjukkan variabel yang
berpengaruh
secara
nyata
terhadap penilaian konsumen
pada
mahal
atau
tidak
mahalnya
harga
ayam
panggang adalah variabel status
pernikahan, pekerjaan dan
pendapatan.
• Dari hasil analisis biplot dapat
diketahui bahwa Saung Mirah
dan Steak 21 adalah pesaing
terdekat.
• Posisi ayam panggang Restoran
MP
memiliki
keunggulan
dalam hal kehigienisan, rasa
enak dan aroma yang sesuai.
• Steak pada Restoran MP
memiliki keunggulan dalam
kehigienisan, rasa enak, aroma
yang sangat sesuai dan
banyaknya variasi menu yang
tersedia.
18
Tabel 5. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
• Prioritas
perusahaan
pada
kualitas
karena
memiliki
kelemahan dalam hal harga
yaitu harga yang lebih mahal
dan promosi yang kurang.
3
4
2.3.3
Neta
(2007)
Gracia
(1996)
Analisis
penilaian • Analisis
konsumen terhadap deskriptif
performance restoran • IPA
waralaba lokal (Studi • CSI
kasus : Obonk Steak
and Ribs, Bogor)
• Analisis IPA menunjukkan
tingkat kepentingan dan kinerja
atribut Kuadran I (prioritas
utama) terdapat tiga atribut,
yaitu sarana parkir, keamanan,
tempat parkir dan aroma
ruangan
• Analisis CSI menunjukkan
bahwa
secara
keseluruhan
responden puas terhadap kinerja
atribut-atribut Restoran Steak
and Ribs, Bogor dengan nilai
CSI sebesar 0,7197
• Alternatif strategi pemasaran
yang diterapkan Obonk Steak
and Ribs, Bogor adalah
mempertahankan variasi jenis
makanan dan minuman yang
tersedia, kualitas serta higienis
makanan dan minuman yang
disajikan
Aplikasi
metoda Metoda patok • Dari
hasil
metoda
(benchpatok
duga duga
benchmarking
disarankan
marking)
(benchmarking)
KUD
SM
meningkatkan
dalam kinerja usaha
kualitas
susu
dengan
KUD TM dan KUD
memberikan pendidikan dasar
SM,
Kabupaten
bagi petugas lapang mengenai
Bandung
pengetahuan manajemen sapi,
pemberian pakan yang benar
dan kontak secara formal dan
non formal kepada peternak
akan pentingnya kualitas susu
• Melalui metode benchmarking
disarankan
KUD
TM
menerapkan
sistem
perkreditan SPAJ
Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya
Penelitian tentang steak yang telah dilakukan oleh Sinaga (2006) mengenai
sensitivitas harga dan penilaian konsumen, Hanafi (2007) mengenai analisis
keputusan pembelian dan positioning produk dan Neta (2007) mengenai penilaian
19
konsumen terhadap performance Restoran Obonk Steak and Ribs, Bogor
sedangkan penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis komparatif
(benchmarking) Obonk Steak and Ribs, Bogor dengan perusahaan steak lainnya
terutama yang ada di Bogor dan Jakarta. Tujuan akhir dari analisis benchmarking
ini adalah Obonk Steak and Ribs, Bogor dapat mengembangkan usahanya dan
mencapai pangsa pasar yang luas dengan melihat dan mempelajari keunggulan
perusahaan lain sesama steak.
Penelitian tentang benchmarking telah dilakukan oleh Gracia (1996).
Penelitian ini berbeda dalam hal jenis usaha. Penelitian ini meneliti jenis usaha
koperasi yang berorientasi pada laba sedangkan penelitian sebelumnya bertujuan
untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat di sekitar koperasi
pada umumnya dengan azas kekeluargaan. Penelitian ini juga berbeda dalam hal
produk yang dihasilkan. Penelitian terdahulu meneliti tentang unit usaha yang ada
pada koperasi seperti peternakan susu dan perkreditan, sedangkan penelitian ini
meneliti tentang bisnis steak.
Alat analisis yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah metoda
benchmarking saja sedangkan penelitian sekarang menggunakan alat analisis
benchmarking yang dipadu dengan Quality Function Deployment (QFD).
Perbedaan penerapan metode benchmarking yang akan dilakukan dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Gracia lebih berorientasi pada kemitraan sedangkan penelitian ini
dilakukan untuk tujuan kompetitif .
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Produk
Produk merupakan sesuatu yang penting dalam suatu perusahaan karena
produk yang akan dihasilkan dan ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen.
Menurut Kotler (2002), produk adalah salah satu yang ditawarkan ke dalam pasar
untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga memuaskan
keinginan dan kebutuhan konsumen. Perencanaan produk harus memikirkan
produk pada tiga tingkat (Dani, 2006) :
1. Produk inti terdiri dari jasa untuk menyelesaikan masalah atau manfaat inti
yang dicari konsumen ketika mereka membeli produk.
2. Produk aktual adalah bagian dari produk, tingkat, mutu, sifat, rancangan,
nama merek dan pengemasan dan sifat lain yang digabungkan untuk
memberikan manfaat inti
3. Produk tambahan, yaitu tambahan servis dan manfaat bagi konsumen yang
diberikan sekitar produk inti dan aktual.
Perusahaan menghadapi keputusan mengenai mutu (kualitas) untuk
membuat suatu produk. Menurut Kotler dan Amstrong (1997), mutu produk
adalah kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi keawetan,
keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta atribut
lainnya. Keputusan mengenai mutu sangat penting diperhatikan oleh perusahaan
untuk meningkatkan hasil penjualannya dan laba. Dalam rangka pengembangan
21
produk, produsen dihadapkan pada dua tugas yaitu menentukan tingkat mutu yang
bisa diterima oleh pasar sasaran dan mewujudkan mutu produk tersebut.
Ciri produk merupakan salah satu yang dapat membedakan produk
perusahaan satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, ciri produk dapat dijadikan
alat untuk memenangkan persaingan. Perusahaan dituntut agar inovatif dalam
menemukan ciri-ciri tambahan produk Di samping mutu dan ciri produk, merek
tidak bisa diabaikan dalam pengembangan strategi pemasaran suatu produk karena
dapat menambah nilai produk. Menurut Kotler (1994), merek (brand) adalah
nama, istilah, tanda, lambang, atau disain atau gabungan semua, yang diharapkan
mengidentifikasi, barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual
dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk-produk milik
pesaing. Merek yang diciptakan oleh suatu perusahaan akan membantu dalam
menentukan kesetiaan konsumen terhadap merek produk perusahaan tersebut.
3.1.2
Segmentasi Pasar dan Positioning
Perusahaan perlu mengidentifikasi segmen pasar yang dapat dilayaninya
secara paling efektif karena jumlah konsumen yang terlalu banyak dengan
tuntutan pembelian yang berbeda-beda. Tuntutan pembelian yang berbeda-beda
tersebut disebabkan kebutuhan konsumen yang berbeda-beda. Segmentasi pasar
menurut Kasali (2000) adalah suatu proses mengkotak-kotakkan pasar yang masih
bersifat heterogen ke dalam kelompok yang memiliki karakteristik dan respon
yang sama dalam membelanjakan uangnya.
Segmentasi pasar dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk dapat
meningkatkan ketepatan pemasaran suatu perusahaan. Adanya pasar yang
tersegmen-segmen akan membentuk pasar homogen yang di dalamnya terdapat
22
konsumen yang mempunyai kebutuhan, keinginan, daya beli, lokasi geografis,
prilaku pembelian dan kebiasaan pembelian yang relatif sama (homogen).
Perusahaan yang menerapkan segmentasi pasar dapat menciptakan penawaran
produk yang lebih selaras dan menetapkan harga yang pantas bagi kelompok
segmen tertentu.
Tujuan utama segmentasi pasar adalah ”to improve your company’s
competitive position and better serve the needs of your customer’s” yang artinya
melayani konsumen lebih baik dan memperbaiki posisi kompetitif perusahaan
(Weinstein, 1994 dalam Kasali, 2000). Tujuan tambahan dengan adanya pasar
yang tersegmen-segmen adalah untuk
meningkatkan volume penjualan,
memperbaiki pangsa pasar, menciptakan promosi yang lebih baik dan
memperkuat citra produk.
Segmentasi pasar yang direncanakan diharapkan dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan yang melakukannya. Keuntungan yang dapat
diperoleh perusahaan diantaranya yaitu mendisain produk yang lebih responsif
terhadap kebutuhan pasar, mampu menganalisis pasar, dapat menemukan peluang
pasar, menguasai posisi superior dan kompetitif dan menemukan strategi
komunikatif yang efektif. Tidak semua kegiatan segmentasi memberikan manfaat.
Menurut Kotler (2002) agar segmentasi dapat berguna, segmen-segmen pasar
haruslah :
1. Dapat diukur ukuran, daya beli dan profil segmen.
2. Segmen cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani.
3. Dapat diakses. Segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
23
4. Dapat dibedakan. Segmen-segmen secara konseptual dapat dipisahpisahkan dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen dan
program bauran pemasaran yang berbeda.
5. Dapat diambil tindakan. Program-program yang efektif dapat dirumuskan
untuk menarik dan melayani segmen-segmen tersebut.
Dasar dalam melakukan segmentasi pasar konsumen ada dua, yaitu ciriciri konsumen dan tanggapan konsumen. Ciri-ciri konsumen yang dijadikan dasar
yaitu ciri geografis, demografis dan psikografis. Perusahaan diharapkan mampu
menentukan atribut-atribut untuk menentukan segmen pasar. Setelah terbentuk
segmen pasar, perusahaan harus mampu menonjolkan atribut yang dipilih agar
mampu berkompetisi dengan para pesaing.
Positioning adalah suatu tindakan dalam mendesain penawaran dan citra
perusahaan sehingga dapat menciptakan posisi yang terbedakan di benak
konsumen sasaran dibandingkan dengan para pesaing (Kotler,2000). Secara
sederhana, positioning merupakan bagaimana menempatkan produk di pasar
sehingga berbeda dengan merek-merek yang bersaing.
Hasil akhir yang diharapkan dari penentuan posisi adalah keberhasilan
penciptaan suatu usulan nilai yang fokus pada pasar yang dapat digambarkan oleh
suatu pernyataan ”Mengapa pasar sasaran harus membeli produk itu?” Tugas
penentuan posisi produk terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
1. Mengenali keunggulan bersaing potensial. Keunggulan bersaing potensial
yang dirumuskan suatu manajemen perusahaan adalah menciptakan suatu nilai
bagi pelanggannya yang melebihi biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam
menciptakannya.
24
2. Memilih keunggulan bersaing. Perusahaan lebih baik berusaha menjadi
unggul pada satu atau beberapa atribut karena suatu produk tidak dapat unggul
dalam segala aspek (Kotler, 2002)
3. Mengisyaratkan keunggulan bersaing. Menurut Kotler (2002) agar produk
diketahui pasar, maka perusahaan harus mengambil langkah-langkah spesifik
untuk membina dan mengumumkan keunggulan produk mereka dan tidak
boleh menganggap bahwa pasar akan mengetahui dengan sendirinya. Setelah
penentuan posisi ditentukan, langkah selanjutnya adalah mengkomunikasikan
posisi yang diinginkan kepada konsumen sasaran.
3.1.3
Benchmarking
Benchmarking sangat terkenal pada tahun 1990-an. 79 persen dari
perusahaan yang diteliti di Amerika Serikat menyatakan bahwa perusahaanperusahaan harus memiliki benchmarking untuk tetap bertahan hidup. Menurut
International Benchmarking Clearing House (IBC) dalam Watson (1996),
benchmarking adalah proses pengukuran yang sistematis dan berkesinambungan ;
proses mengukur dan membandingkan secara sinambung atas proses-proses bisnis
manapun di seluruh dunia untuk mendapatkan informasi yang akan membantu
upaya organisasi tersebut memperbaiki kinerjanya.
Soedjono (1994) menyatakan bahwa benchmarking adalah suatu alat
manajemen yang dipakai dengan maksud untuk menganalisa apa, mengapa dan
seberapa hebatnya pesaing atau organisasi yang terbaik dalam melakukan tata cara
bisnisnya dengan fokus kepada kepuasan pelanggan dan juga merupakan suatu
usaha untuk memperbaiki diri secara terus-menerus agar menjadi kompetitif dan
terbaik di tingkat dunia. Proses benchmarking adalah kunci menuju perbaikan
25
kinerja perusahaan. Tiga pendorong utama banyaknya perusahaan di dunia yang
menggunakan benchmarking adalah :
1. Persaingan Global, yaitu karena perusahaan-perusahaan menyadari bahwa
mereka harus sama atau melebihi praktik-praktik terbaik yang digunakan
pesaing untuk bertahan hidup.
2. Tanda Penghargaan Mutu
3. Perbaikan Terobosan, yaitu perubahan yang mencolok lebih banyak
disebabkan oleh benchmarking.
Perusahaan diharapkan dapat mengetahui apakah sudah mencapai kinerja
terbaik dengan menggunakan benchmarking. Proses perbaikan kinerja diharapkan
dapat membawa perusahaan dapat berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan
lain terutama yang bergerak dalam industri yang sejenis. Selain itu, untuk
mengetahui apakah sasaran strategisnya sudah tepat dan apakah proses kerjanya
sudah berjalan dengan baik.
Benchmarking membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Hal ini bertujuan agar dapat dilakukan perbaikan dari kelemahan
yang
dimiliki
oleh
perusahaan.
Selain
membantu
dalam belajar
dari
kepemimpinan perusahaan lain, benchmarking dapat membantu dalam melakukan
prioritas alokasi sumberdaya, mampu tetap kompetitif, dan mencapai total
kepuasan konsumen.
Sasaran yang dapat dilakukan benchmarking adalah (Gambar 1),
1) produk, baik barang dan jasa maupun kepuasan pelanggan, 2) proses produksi,
yaitu setiap proses kerja yang dilakukan dalam menghasilkan barang dan jasa,
3) proses penyajian, dan 4) segmentasi pasar.
26
Kunci Sukses
Benchmarking
Produk
Proses
Produksi
Proses
Penyajian
Segmentasi
Pasar
Gambar 1. Kunci Sukses Benchmarking Bisnis Steak Pada
Obonk Steak and Ribs, Bogor
Empat jenis benchmarking jika dilihat dari siapa yang akan dijadikan
pembanding, sumberdaya yang mungkin tersedia dan tantangan organisasi
perusahaan yang telah siap dihadapi, yaitu :
1)
Benchmarking Internal (Internal Benchmarking)
Pelaksanaan benchmarking dengan melakukan perbandingan terhadap
bagian lain dalam organisasi yang sama, lokasi lain, perusahaan lain di
dalam kelompok yang sama, baik dalam negara yang sama maupun negara
lain. Keunggulan dari jenis benchmarking ini adalah relatif mudah dalam
memperoleh
informasi
yang
diperlukan
yang
akan
dibandingkan.
Kelemahan benchmarking internal adalah tidak menghasilkan perbaikanperbaikan yang baik.
2)
Benchmarking Pesaing (Competitor Benchmarking).
Jenis benchmarking ini jauh lebih sulit karena ada unsur keharasiaan. Usaha
yang dilakukan untuk memperoleh suatu gambaran langsung tentang
bagaimana pesaing melakukan kegiatan sepenuhnya hampir tidak mungkin.
27
3)
Benchmarking Fungsional (Functional Benchmarking)
Perbandingan-perbandingan dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang
tidak bersaing, tetapi mempunyai kesamaan kegiatan fungsi. Keuntungan
dari melakukan bencmarking fungsional adalah pemimpin fungsional mudah
mengidentifikasi beberapa bagian, kerahasiaan bukan masalah utama,
pendekatan-pendekatan baru dapat ditemukan dan hubungan kemitraan dua
arah dapat dikembangkan.
4)
Benchmarking Umum (Generic Benchmarking)
Benchmarking
jenis
ini
dilakukan
pada
industri
yang
berbeda.
Pelaksanaanya lebih keperpaduan konsep baru ke dalam sebuah industri
yang berbeda.
Menurut Soedjono (1994), pelaksanaan metode benchmarking ini dapat
dibedakan dalam empat jenis yaitu :
1) Riset in-house.
Benchmarking dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap informasi
dalam perusahaan sendiri maupun informasi tentang hasil kinerja yang ada
di publik. Riset in house hanya dilakukan jika mencari informasi tentang
hasil kinerja sebuah perusahaan/fungsi/proses.
2) Riset Pihak Ketiga
Perusahaan surveyor banyak yang bersedia melakukan benchmarking
dengan biaya yang ditanggung oleh peminta. Pihak ketiga tersebut
melakukan benchmarking untuk informasi yang sulit didapat dari pesaing
bisnis atau harus menyelenggarakan forum diskusi panel agar masukan
yang diperoleh banyak dan luas, seperti tentang keinginan pelanggan.
28
3) Pertukaran Langsung.
Pertukaran langsung dapat dilakukan dengan cara menyebar kuesioner,
survei, telepon dan lain-lain.
4) Kunjungan Langsung
Biasanya dilakukan kunjungan ke lokasi perusahaan lain untuk melakukan
wawancara dan tukar-menukar informasi.
3.1.4
Quality Function Deployment
Quality Function Deployment (QFD) menurut Cohen (1995) merupakan
suatu proses terstruktur dalam proses perencanaan dan pengembangan produk
untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta
mengevaluasi secara sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Tujuan QFD tidak hanya untuk
memenuhi sebanyak mungkin harapan pelanggan, tetapi juga berusaha melampaui
harapan-harapan pelanggan sebagai suatu cara untuk berkompetensi dengan
pesaingnya.
Matriks House of Quality (HOQ) merupakan rumah mutu yang sering
digunakan untuk menggambarkan struktur QFD (Gambar 2). Bagian matriks ini
terdiri dari persyaratan pelanggan yang merupakan kebutuhan-kebutuhan
pelanggan digambarkan dengan baris, persyaratan teknik atau bagaimana caranya
digambarkan dengan kolom, kekuatan hubungan antara kebutuhan pelanggan
dengan persyaratan teknik
digambarkan oleh badan matriks, korelasi antar
persyaratan teknik digambarkan oleh atap rumah dan sayap kanan rumah
29
menggambarkan kinerja benchmarking dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan
pelanggan tersebut dibandingkan dengan para pesaing utama atau praktik terbaik.
Hubungan Bentuk dengan Bentuk
Persyaratan Teknik
Kinerja Benchmarking
(Evaluasi Persaingan)
Hubungan antara
Kebutuhan Pelanggan
dan Persyaratan Teknik
(Bagaimana)
Kebutuhan
Pelanggan
(Apa)
Bobot
Kepentingan
Korelasi :
Nilai-nilai
Sasaran
Kinerja
Benchmarking
(Evaluasi
Teknik)
Kuat = 9
Sedang = 3
Lemah = 1
Gambar 2. Model Penyebaran Fungsi Mutu – Rumah Mutu (HOQ)
Sumber : Bendell, 1995
Keuntungan utama dari matriks HOQ menurut Gaspersz (2001) adalah
sebagai berikut :
1.
Memperjelas area. Tim pengembangan produk perlu memenuhi informasi
dalam mendefinisikan produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan
konsumen.
2.
Mempunyai bentuk yang jelas dan teratur, serta mempunyai kemampuan
untuk melakukan penelusuran kembali kebutuhan-kebutuhan konsumen dari
seluruh data atau informasi yang dibutuhkan tim produk. Dengan demikian,
30
tim dapat membuat keputusan yang tepat dalam hal definisi, desain,
produksi, dan penyediaan produk atau jasa.
3.
Menyediakan forum untuk menganalisa masalah yang timbul dari data yang
tersedia
4.
Menyimpan perencanaan produk sebagai hasil keputusan bersama.
5.
Dapat digunakan untuk mengkomunikasikan rencana tentang produk untuk
mendukung manajemen dari pihak lain yang bertanggung jawab terhadap
implementasi rencana tersebut.
Manfaat utama yang dapat diperoleh perusahaan dengan menggunakan
metode QFD yaitu (Ariani, 1999) :
1.
Mengurangi biaya
Produk yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan harapan konsumen
sehingga tidak ada pengulangan pekerjaan atau pembuangan bahan baku
yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan konsumen.
Pengurangan biaya dapat dicapai antara lain dengan pengurangan biaya
pembelian bahan baku, biaya overhead atau pengurangan upah dan
penyederhanaan proses produksi.
2.
Meningkatkan pendapatan
Dengan adanya pengurangan biaya maka penghasilan yang diperoleh
perusahaan meningkat.
3.
Mengurangi waktu produksi
Penerapan QFD dapat mengurangi waktu yang diperlukan dalam
pengembangan produk. Hal ini dapat terjadi karena memasukkan suara
pelanggan ke persyaratan pelanggan yang telah diidentifikasi secara jelas.
31
Manfaat lain yang dapat diperoleh perusahaan dengan menggunakan
metode QFD yaitu :
1. Fokus pada pelanggan
QFD membutuhkan kumpulan masukan dan umpan balik dari pelanggan yang
akan diterjemahkan ke dalam persyaratan pelan
2. Orientasi kerjasama tim
Pelaksanaan QFD dilakukan secara tim sehingga diperlukan diskusi mendalam
dan brainstorming.
3. Orientasi pada dokumentasi
Hasil dari QFD yaitu mengenai semua data yang berhubungan dengan proses
dan pembandingnya persyaratan pelanggan didokumentasikan.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional
Perubahan gaya hidup masyarakat dan arus kehidupan modern
menyebabkan sebagian besar masyarakat lebih tertarik mengkonsumsi makanan
yang cepat saji. Sebagian besar usaha yang menyediakan makanan cepat saji
tersebut adalah waralaba. Obonk Steak and Ribs termasuk salah satu waralaba
lokal yang menyediakan makanan cepat saji dengan produk utama adalah steak.
Perkembangan jumlah rumah makan dan restoran steak saat ini, di satu sisi
menunjukkan prospek steak yang bagus, tetapi disisi lain menunjukkan
persaingan yang ketat dalam merebut pelanggan dan memperluas pangsa pasar.
Obonk Steak and Ribs, Bogor yang baru didirikan dua tahun lalu harus jeli dalam
menghadapi persaingan ini. Kinerja perusahaan yang baik sangat diperlukan
dalam menghadapi persaingan bahkan untuk menjadi yang terbaik dalam industri
yang sejenis.
32
Perusahaan di dunia banyak yang setuju untuk melakukan perbaikan
kinerja menjadi lebih baik dengan melakukan benchmarking. Benchmarking
dilakukan dengan perusahaan lain yang sejenis yang kinerjanya lebih bagus atau
bahkan sangat bagus.
Kunci sukses yang akan diukur kinerjanya pada penelitian ini adalah
mengenai aspek produk, proses produksi, proses penyajian serta segmentasi pasar.
Keempat kunci sukses ini akan ditelaah kinerjanya baik di Obonk Steak and Ribs,
Bogor sebagai perusahaan pelaku maupun di perusahaan pada industri sejenis
yang dijadikan perusahaan pembanding. Dengan demikian, dapat diperoleh
masing-masing keunggulan dan kelemahan Obonk Steak and Ribs, Bogor dan
perusahaan pembanding sehingga timbul gap.
Benchmarking dilakukan untuk menghilangkan kesenjangan (gap) antara
perusahaan pelaku benchmarking dengan perusahaan yang akan dijadikan
pembanding. Gap antara perusahaan pelaku dan perusahaan yang akan dijadikan
pembanding tersebut dapat diminimalisasi atau bahkan dihilangkan dengan
memberikan saran pengembangan untuk perusahaan pelaku benchmarking. Saran
pengembangan tersebut berpatokan pada kinerja perusahaan pembanding yang
lebih maju. Saran pengembangan tersebut nantinya akan disampaikan kepada
perusahaan sebagai suatu rekomendasi bagi perusahaan. Rekomendasi tersebut
diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam menjalankan perusahaannya.
Berdasarkan konsep di atas, maka alur kerangka pemikiran yang
ditunjukkan dalam penelitian ini adalah :
33
• Peningkatan pendapatan,
perubahan gaya hidup,
aktivitas padat dan hampir
tidak ada waktu membuat
makanan
• Persaingan dalam industri
sejenis
• Obonk Steak and Ribs,
Bogor pendatang baru di
Bogor
Obonk Steak and Ribs, Bogor
Memperluas pangsa pasar
Karakteristik
konsumen
Analisis
deskriptif
Meningkatkan keunggulan
bersaing (Menciptakan
kinerja unggul) dengan
mengacu pada Abuba dan
Restoran MP
Segmentasi pasar
Positioning
Produk
Proses
produksi
Proses
penyajian
Langkah-langkah Benchmarking
•
•
Analisis pelaku benchmarking
Analisis pesaing/perusahaan
pembanding
Analisis kunci sukses
(QFD)
•
•
Analisis kinerja
Analisis gap
Rekomendasi saran
pengembangan
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Benchmarking
Bisnis Kompetitif Steak Pada Obonk Steak And Ribs, Bogor
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Obonk Steak and Ribs yang berlokasi di
sebelah Plaza Pangrango di Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Obonk Steak and Ribs
yang baru didirikan di Bogor dan sedang berkembang, untuk memperluas pangsa
pasarnya serta kesediaan dari pihak pemilik perusahaan menjadikan perusahaan
tersebut sebagai lokasi penelitian. Selain itu, penelitian juga dilakukan terhadap
perusahaan-perusahaan pesaing dalam industri sejenis, yaitu Restoran MP di
Bogor dan Abuba di Jakarta. Pengumpulan data untuk pengolahan dilaksanakan
pada bulan Oktober sampai dengan November 2007.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder (Tabel 6). Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di
lokasi, kuisioner dan wawancara dengan pihak perusahaan dan pelanggan. Data
primer diperoleh dari Obonk Steak and Ribs, Bogor, Restoran MP dan Abuba di
Jakarta. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka di perpustakaan, internet, BPS,
Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor dan dari instansi terkait
lainnya.
35
Tabel 6. Data dan Sumber Data yang Digunakan Dalam Penelitian
No
Data
1
Konsumsi makanan dan minuman jadi
untuk penduduk perkotaan Indonesia
Perkembangan kunjungan wisatawan ke
Bogor
Perkembangan rumah makan dan
restoran di Bogor
Teori
benchmarking,
produk,
segmentasi pasar, QFD
Gambaran umum perusahaan pelaku
benchmarking dan para pesaing
2
3
4
5
6
Keunggulan dan kelemahan perusahaan
pelaku benchmarking dan para pesaing
7
Jenis produk perusahaan pelaku
benchmarking dan para pesaing
8
Proses produksi perusahaan pelaku
benchmarking dan para pesaing
9
Proses penyajian perusahaan pelaku
benchmarking dan para pesaing
10
Segmentasi pasar perusahaan pelaku
benchmarking dan para pesaing
Sumber Data
BPS
Dinas Informasi Kepariwisataan
dan Kebudayaan
Dinas Informasi Kepariwisataan
dan Kebudayaan
Buku dan skripsi
Wawancara dengan pemilik dan
karyawan Obonk Steak and
Ribs, Bogor, Restoran MP dan
Abuba
Wawancara dengan karyawan,
kuisioner, mengamati langsung di
Obonk Steak and Ribs, Bogor
Restoran MP dan Abuba
Wawancara dengan karyawan,
kuisioner
dan
mengamati
langsung di Obonk Steak and
Ribs, Bogor Restoran MP dan
Abuba
Wawancara dengan karyawan,
kuisioner
dan
mengamati
langsung di Obonk Steak and
Ribs, Bogor, Restoran MP dan
Abuba
Wawancara dengan karyawan,
kuisioner
dan
mengamati
langsung di Obonk Steak and
Ribs, Bogor, Restoran MP dan
Abuba
Kuesioner kepada pelanggan
Obonk Steak and Ribs, Bogor
Restoran MP dan Abuba
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1) Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
36
2) Teknik wawancara dan kuisioner,
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan wawancara dan
memberikan kuisioner kepada pelanggan dan wawancara dengan pihak
perusahaan. Pada penelitian ini diambil sampel dari responden konsumen
Obonk Steak and Ribs, Bogor, Restoran MP dan Abuba di Cipete, Jakarta.
Pada tiap-tiap rumah makan dan restoran tersebut masing-masing
sebanyak 20 responden sehingga totalnya adalah 60 responden. Jumlah
responden yang sama di ketiga rumah makan dan restoran yang dipilih
bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan analisis benchmarking.
3) Teknik kepustakaan, yaitu menggunakan literatur kepustakaan seperti
membaca buku-buku, data-data perusahaan dan literatur-literatur di luar
perusahaan yang menunjang.
4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data
4.4.1 Metoda Benchmarking dan QFD
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan melakukan benchmarking
perusahaan pelaku benchmarking dengan perusahaan yang menjadi pembanding.
Data yang diolah merupakan data primer hasil pengamatan dan pengisian
kuesioner oleh responden. Pengolahan data pada penelitian ini diperlukan untuk
menerjemahkan data kualitatif dan kuantitatif serta menjawab penelitian.
Benchmarking banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan di dunia
karena telah banyak yang berhasil dalam memperbaiki kinerja perusahaannya.
Xerox, Ford Taurus, General Motors dan lainnya telah melakukan benchmarking
bagi pengembangan usahanya dan terbukti diperoleh hasil yang baik yaitu
37
menolong kinerja perusahaan yang telah merosot menjadi terbaik dalam
industrinya.
Konsep benchmarking ini merupakan metode alternatif yang diharapkan
dapat membantu Obonk Steak and Ribs, Bogor dalam meningkatkan kinerjanya ke
tingkat yang lebih baik. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan
benchmarking dalam mengukur kinerja usaha Obonk Steak and Ribs, Bogor dan
perusahaan yang dijadikan pembanding adalah :
1. Mengenali perusahaan pelaku benchmarking
Langkah pertama adalah mengenali Obonk Steak and Ribs, Bogor sehingga
didapatkan suatu gambaran mengenai keadaan umum rumah makan tersebut.
2. Mengenali perusahaan pembanding
Didapatkan gambaran mengenai keadaan umum para pesaing yang memiliki
keunggulan dari Obonk Steak and Ribs, Bogor seperti Restoran MP dan
Abuba. Keunggulan perusahaan pesaing tersebut dijadikan pedoman bagi
Obonk Steak and Ribs, Bogor untuk menjadi lebih maju.
3. Menentukan kerangka kinerja yang dihasilkan
Kerangka kinerja yang dihasilkan mengacu pada kunci sukses
benchmarking yang meliputi aspek produk, proses produksi, proses penyajian
dan segmentasi pasar. Untuk menentukan posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor
dengan pesaing-pesaingnya, benchmarking dipadukan dengan matriks HOQ
yang digunakan dalam QFD. Kegiatan benchmarking yang dipadukan dengan
QFD ini sebagai bagian penyatuan suara pelanggan (voice of customer) dalam
kegiatan desain produk, proses produksi, proses penyajian, sedangkan aspek
segmentasi pasar tidak dipadukan dengan QFD. QFD tidak dilaksanakan pada
38
aspek segmentasi pasar karena QFD bertujuan untuk mendesain dan
meningkatkan kualitas produk.
Pembuatan HOQ pada penelitian ini merupakan kombinasi dari
pendapat Cohen (1995) dan Gaspersz (2001). Tahapan pembuatan matriks
HOQ pada Obonk Steak and Ribs, Bogor adalah :
1) Mendaftarkan persyaratan pelanggan
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun matriks
HOQ adalah menyusun persyaratan pelanggan (what) dengan membuat
daftar persyaratan pelanggan. Daftar ini terdiri atas parsyaratan pelanggan
primer dan sekunder. Persyaratan pelanggan primer merupakan atribut
persyaratan pelanggan yang bersifat umum sedangkan persyaratan
pelanggan sekunder lebih bersifat khusus atau detail. Pada tahapan ini
digunakan kuesioner yang diisi oleh responden (konsumen).
Kebutuhan-kebutuhan
pelanggan
diberi
bobot
sesuai
kepentingannya. Bobot yang paling besar diberikan kepada kebutuhan
pelanggan yang paling penting atau masalah utama pelanggan yang harus
terpenuhi dalam mengkonsumsi steak. Semakin berkurang tingkat
kepentingan masalah pelanggan, maka pembobotannya semakin menurun.
Kriteria atau atribut kebutuhan-kebutuhan pelanggan yang memiliki suara
terbanyak (modus) adalah yang diinginkan oleh konsumen steak secara
umum. Untuk menyusun kolom kepentingan pelanggan digunakan skala
likert lima tingkat, yaitu sebagai berikut :
39
1 = sangat tidak penting
2 = tidak penting
3 = cukup penting
4 = penting
5 = sangat penting
Berdasarkan lima tingkat kepentingan di atas, dapat diidentifikasi
harapan pelanggan. Identifikasi harapan pelanggan berguna untuk
mendefinisikan spesifikasi harapan pelanggan dan mengukur atributatribut yang menjadi prioritas dengan cara pembobotan. Data diperoleh
dari survei kebutuhan pelanggan.
Perhitungan dilakukan dengan cara menggunakan rumus, sebagai
berikut (Muspitawati, 2003):
(N1 x 1) + (N2 x 2) + (N3 x 3) + (N4 x 4) + (N5 x 5),
Dimana :
N1
: Jumlah responden dengan jawaban ”sangat tidak penting”
N2
: Jumlah responden dengan jawaban ”tidak penting”
N3
: Jumlah responden dengan jawaban ”cukup”
N4
: Jumlah responden dengan jawaban ”penting”
N5
: Jumlah responden dengan jawaban ”sangat penting”
Total nilai yang diperoleh dibagi dengan jumlah interval kelas yaitu lima
sehingga diperoleh nilai indeks, rangking dan bobot konversi.
40
2) Mendaftarkan persyaratan teknik
Tahapan selanjutnya setelah persyaratan pelanggan dibuat adalah
menyusun persyaratan teknik (how). Persyaratan teknik yang disusun akan
mempengaruhi satu atau lebih persyaratan pelanggan. Seperti halnya
persyaratan pelanggan, persyaratan teknik terbagi atas persyaratan teknik
primer dan sekunder. Data tentang persyaratan teknik didapat dengan
melakukan wawancara dengan pihak Obonk Steak and Ribs, Bogor
sebagai pelaku benchmarking dan perusahaan-perusahaan pembandingnya.
3) Mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan
persyaratan teknik
Tahap ini menunjukkan hubungan antara tuntutan pelanggan yang
dapat terpenuhi melalui syarat-syarat pelaksanaan kegiatan (persyaratan
teknik). Setiap persyaratan pelanggan dapat mempengaruhi lebih dari satu
persyaratan teknik dan sebaliknya. Contoh simbol yang digunakan dalam
HOQ :
= Lingkaran penuh menunjukkan hubungan kuat, bernilai 9
= Lingkaran kosong menunjukkan hubungan sedang, bernilai 3
= Segitiga menunjukkan hubungan lemah, bernilai 1
Kotak dibiarkan kosong menunjukkan tidak ada hubungan yang terjadi.
Matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik
dapat dilihat pada Tabel 7.
41
Tabel 7. Matriks Hubungan Antara Persyaratan Pelanggan dan Persyaratan
Teknik
Primer
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Primer
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Primer
Sekunder
Sekunder
Persyaratan Pelanggan
Primer
Sekunder
Persyaratan Teknik
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Primer
Primer
Sumber : Besterfield et al, 1999
4) Mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan teknik
Atap rumah matriks menghubungkan antar persyaratan teknik
mana saja yang saling mendukung dan saling bertentangan satu sama lain.
Simbol yang digunakan pada tahapan ini adalah :
++ = Hubungan positif kuat, bernilai +9
+ = Hubungan positif lemah, bernilai +3
- - = Hubungan negatif lemah, bernilai -3
-
= Hubungan negatif kuat, bernilai -9
Kotak dibiarkan kosong jika tidak ada hubungan antara persyaratan teknik.
Kepentingan
syarat-syarat
operasional
yang
beragam
dapat
diperhitungkan dari pentingnya tuntutan-tuntutan pelanggan dan hasil –hasil
pembobotan melalui korelasi. Artinya, Bobot kepentingan dapat diperoleh
dengan mengalikan nilai bobot persyaratan pelanggan dengan nilai bobot dari
persyaratan teknik. Hasil dari bobot kepentingan akan didapatkan persyaratan
teknik dari yang paling penting sampai tingkat kepentingannya yang kecil.
Rumus yang digunakan adalah:
42
n
BK = ∑ X i X Yi
i =1
Keterangan :
BK
= Bobot kepentingan
Xi
= Bobot konversi kebutuhan pelanggan
Yi
= Bobot korelasi persyaratan teknik
Sayap kanan HOQ menggambarkan kinerja benchmarking Obonk
Steak and Ribs, Bogor dalam memuaskan kebutuhan pelanggan dibandingkan
dengan hal yang sama pada para pesaing, yaitu Restoran MP dan Abuba.
Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor terhadap para pesaingnya ditentukan oleh
pelanggan
melalui
tuntutan-tuntutan
pelanggan.
Evaluasi
teknis
menggambarkan kinerja benchmarking dari persyaratan teknik Obonk Steak
and Ribs, Bogor dengan pelaksanaan kegiatan para pesaing.
Aspek-aspek yang akan dilakukan benchmarking dapat ditentukan
setelah kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor dan perusahaan pesaing
diperoleh secara menyeluruh yang meliputi empat kunci sukses. Kunci sukses
yang akan dilakukan benchmarking Obonk Steak and Ribs, Bogor dapat
ditentukan jika perusahaan pesaing lebih unggul dan terdapat gap antara
perusahaan pesaing dengan Obonk Steak and Ribs, Bogor.
4. Meninjau langkah-langkah yang telah dilaksanakan
Peninjauan ini dilakukan untuk mengevaluasi ulang langkah-langkah yang
telah dilaksanakan dan dilakukan perbaikan jika terdapat kesalahan-kesalahan
dalam perhitungan kinerja
43
5. Menentukan kunci sukses yang akan dilakukan benchmarking
Berdasarkan data kinerja, ditentukan kunci sukses yang akan dilakukan dan
tidak dilakukan benchmarking berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu. Kunci sukses benchmarking meliputi empat aspek adalah sebagai
berikut :
a) Produk
Menerjemahkan keinginan para pelanggan ke dalam ketentuan desain dan
kualitas produk. Aspek produk meliputi rasa enak sekali/rasa khas, daging
steak empuk, daging steak juicy, ukuran potongan daging, ukuran atau
porsi, pemberian saos yang tepat/pas, harga steak, penawaran menu favorit
dan keragaman menu makanan.
b) Proses produksi
Menerjemahkan proses pembuatan produk. Aspek proses produksi atau
persyaratan teknik meliputi pengadaan dan penanganan bahan baku
sebelum penyimpanan, penyimpanan bahan baku, tekstur daging,
pemasakan, pembersihan ruangan, pencucian dan perawatan peralatan dan
perlengkapan.
c) Proses penyajian
Hal yang juga penting dalam usaha rumah makan steak adalah lay out
kursi, meja, dan ruangan, cara menyajikan steak, serta pelayanan ke
konsumen saat penyajian. Aspek proses penyajian yang akan diteliti
adalah kecepatan mengantarkan pesanan,
produk
yang
disajikan,
keramahan
kesesuaian pesanan dengan
dan
kemampuan
pramusaji
berkomunikasi dengan konsumen, kebersihan peralatan makan, kerapihan
44
penataan makanan, kesigapan pramusaji, penampilan dan kerapihan
pramusaji, kenyamanan restoran atau rumah makan dan bebas dari asap.
d) Segmentasi pasar
Dasar segmentasi yaitu ciri geografis, demografis dan psikografis.
Segmentasi pasar meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, tingkat pendapatan dan frekuensi kunjungan pertahun.
6. Menentukan data-data kinerja yang diperlukan
Data-data dan informasi kinerja yang terkait dikumpulkan dan digali lebih
lanjut berdasarkan kunci sukses yang akan dilakukan benchmarking.
7. Menentukan besarnya kesenjangan, menganalisis, menginterpretasikan data
kinerja, menentukan posisi setelah dilakukan benchmarking.
Syarat melakukan benchmarking adalah terdapat kesenjangan antara
perusahaan pelaku dengan perusahaan pembanding atau pesaing. Setelah
ditentukan posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor terhadap para pesaing yang
dapat dilihat pada evaluasi persaingan (sayap kanan HOQ) dan persyaratan
teknik (bagian bawah HOQ), dapat ditentukan gap yang terjadi. Data-data dan
informasi yang lebih lengkap akan dikumpulkan dengan memperhatikan gap
yang terdapat pada sayap kanan dan bagian bawah HOQ tersebut.
8. Merumuskan saran pengembangan untuk peningkatan kinerja Obonk Steak
and Ribs, Bogor.
Tahap terakhir ini merupakan perumusan dari apa yang telah dianalisa.
Memberikan saran-saran untuk perkembangan Obonk Steak and Ribs, Bogor
dan mengurangi atau bahkan menghilangkan gap yang terjadi pada aspek
produk, proses produksi, proses penyajian dan segmentasi pasar.
45
4.4.2
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai
keragaan perusahaan pelaku benchmarking dan perusahaan pesaing atau
pembanding, gambaran karakteristik responden, persyaratan pelanggan dan
tingkat kepentingan. Kemudian, hasil persepsi konsumen tersebut dikelompokkan
berdasarkan modus atau jawaban yang sama dan dipersentasekan berdasarkan
jumlah responden. Persentase yang terbesar merupakan faktor yang dominan dari
masing-masing variabel yang diteliti. Tujuan analisis deskriptif adalah untuk
membuat deskripsi dan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta serta hubungan antara fenomena-fenomena yang terjadi.
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1
5.1.1
Obonk Steak and Ribs, Bogor
Sejarah Perusahaan Obonk Steak and Ribs, Bogor
Rumah makan Obonk Steak and Ribs, Bogor didirikan oleh Bapak Andi
Eko Nugroho pada tanggal 16 Agustus 2005 tidak lama setelah Plaza Pangrango
diresmikan berdiri. Rumah makan ini berlokasi di Jalan Malabar No 2 Bogor,
tepatnya di sebelah Plaza Pangrango, Bogor. Alasan pemilihan tempat usaha ini
karena terletak pada posisi yang strategis, yaitu di dekat pusat perbelanjaan,
pendidikan dan perkantoran. Ide mendirikan Obonk Steak and Ribs, Bogor timbul
karena di Bogor belum ada sebuah steak house yang menyediakan steak dengan
harga yang murah dan kualitas yang baik.
Obonk Steak and Ribs merupakan perusahaan waralaba (franchise) lokal
yang berasal dari Solo. Pertama kali dirintis di Yogyakarta oleh Sugondo pada
tahun 1997. Kata Obonk diambil dari bahasa Jawa yaitu “Kobong” yang artinya
“Terbakar”. Pada awal pendiriannya, sasaran konsumen Obonk Steak and Ribs
adalah masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Tujuannya adalah
agar masyarakat menengah ke bawah juga bisa mengkonsumsi steak dengan harga
yang terjangkau. Oleh karena itu, Obonk Steak and Ribs menawarkan konsep
” Rasa Bintang Lima, Harga Kaki Lima”. Pada waktu itu, steak masih dikenal
sebagai menu makanan mewah dengan target pasar masyarakat golongan ekonomi
menengah ke atas. Seiring berjalannya waktu, Obonk Steak and Ribs tidak hanya
ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah, tetapi juga untuk kalangan
47
masyarakat menengah ke atas dengan menambah menu masakan steak dari daging
lokal maupun impor.
Obonk Steak and Ribs, Bogor sedikit menggeser strategi yang diterapkan
di Obonk Steak and Ribs pusat. Strategi yang diterapkan Obonk Steak and Ribs,
Bogor adalah menyediakan tempat makan yang nyaman bagi para konsumennya.
Perubahan strategi tersebut adalah untuk memuaskan keinginan pelanggan karena
kualitas sebuah rumah makan steak tidak hanya dari produk steak saja, tetapi juga
dari pelayanan yang diberikan pihak rumah makan.
Pemilik Obonk Steak and Ribs, Bogor menyediakan interior bangunan
klasik, seperti warna dinding merah bata, jendela coklat, terdapat ukiran kayu,
lampu-lampu antik, lukisan, serta barang-barang antik lainnya untuk memuaskan
pelanggan. Warna bangunan adalah merah bata dan coklat sesuai dengan lambang
Obonk Steak and Ribs.
5.1.2
Struktur Organisasi Obonk Steak and Ribs, Bogor
Struktur organisasi Obonk Steak and Ribs, Bogor tergolong tradisional,
dimana tidak ada pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas dari
masing-masing bagian dalam organisasi. Pimpinan tertinggi dipegang oleh
pemilik yang sekaligus menjabat sebagai manajer Obonk Steak and Ribs, Bogor
yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan tertinggi dalam
menentukan kebijakan dan rencana perusahaan.
Obonk Steak and Ribs, Bogor memegang prinsip bahwa semua elemen
memegang peranan yang penting bagi kemajuan perusahaan sehingga dalam
menjalankan tugas diciptakan hubungan yang baik dan tidak kaku antara pemilik
dengan karyawan-karyawannya. Rasa kekeluargaan sangat diutamakan dalam
48
organisasi perusahaan ini sehingga antara sesama karyawan dapat saling
membantu dalam menjalankan tugas.
Obonk Steak and Ribs, Bogor memiliki lima belas orang karyawan yang
terdiri dari lima orang pada divisi waiter/pramusaji, satu orang pada divisi kasir,
tujuh orang pada divisi koki, dan dua orang pada divisi bar. Disamping itu,
terdapat satu orang karyawan part time yang bekerja sebagai pramusaji dan kasir
jika diperlukan pada saat konsumen ramai. Sebagian besar karyawan Obonk Steak
and Ribs, Bogor adalah laki-laki dan hanya satu orang karyawan perempuan yang
menjabat sebagai kasir. Hampir di semua Obonk Steak and Ribs di Indonesia
formasi karyawan laki-laki lebih banyak dari karyawan perempuan. Hal ini
disebabkan laki-laki memiliki fisik yang lebih kuat, kemampuan memasak yang
dapat diandalkan dan mempunyai rasa dan tanggung jawab yang besar. Bagan
struktur organisasi perusahaan Obonk Steak and Ribs, Bogor dapat dilihat pada
Gambar 5.
Pemilik/Manajer
Chief Koki
Kapten Pramusaji
Divisi
Pramusaji
Divisi
Kasir
Asisten Koki
Divisi
Koki
Divisi
Bar
Keterangan :
: Divisi yang dianalisis
: Divisi yang tidak dianalisis
Gambar 5. Struktur Organisasi Perusahaan Obonk Steak and Ribs, Bogor, 2007
49
Pemilik sekaligus menjabat sebagai manajer memiliki wewenang dalam
pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan dan rencana perusahaan.
Manajer bertugas melihat dan mengawasi perkembangan Obonk Steak and Ribs,
Bogor. Manajer mengawasi dan mengontrol perkembangan naik turunnya omset
perusahaan. Manager mencari penyebab dan solusi jika omset turun. Untuk
meningkatkan produktivitas karyawan, manager perlu memotivasi seluruh
karyawannya. Dalam menjalankan kegiatan operasional di perusahaan, manajer
dibantu oleh Chief koki. Chief koki mempunyai wewenang mengawasi kinerja
karyawan dan menangani masalah-masalah yang ada di perusahaan.
Kapten pramusaji membawahi divisi pramusaji dan divisi Kasir. Seorang
pramusaji bertugas mengantarkan steak dari dapur sampai ke tangan konsumen,
membersihkan meja dan ruangan. Selain itu, pramusaji harus melayani konsumen
dan menanggapi keluhan-keluhan konsumen yang berkunjung ke Obonk Steak
and Ribs, Bogor. Kasir melaksanakan tugas melayani pembayaran dari konsumen.
Disamping itu, kasir bertugas mengatur pembelian bahan baku steak. Asisten koki
membawahi divisi koki dan divisi bar. Divisi koki melaksanakan tugas memasak
menu utama yaitu steak dan snack. Divisi bar melaksanakan tugas membuat
minuman ringan.
Lima orang karyawan Obonk Steak and Ribs, Bogor dikirim dari Obonk
Steak and Ribs, Solo yang terdiri dari satu orang chief koki, dua orang koki, dan
dua orang pramusaji sesuai perjanjian antara franchisor dengan franchisee.
Selebihnya, pemilik Obonk Steak and Ribs, Bogor yang merekrut karyawan
sendiri.
50
Pemilik Obonk Steak and Ribs, Bogor wajib melaporkan penjualan ke
pusat. Hal ini berhubungan dengan royalty fee yang diterima franchisor yaitu
sebesar lima persen dari penjualan kotor setiap bulannya.
5.2 Perusahaan-perusahaan Pembanding Benchmarking
5.2.1
Rumah Makan Abuba
Rumah makan Abuba berada di Jalan Cipete Raya No 6, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan. Abuba didirikan oleh H. Abu Bakar pada tahun 1991. Abuba
adalah singkatan dari nama pemiliknya. H. Abu Bakar sebelumnya pernah bekerja
di Hotel Kemang selama delapan belas tahun. Enam tahun pertama, beliau
bertugas mencuci piring, namun karena sering melihat koki memasak, beliau
dipercaya memasak steak di hotel tersebut sampai akhirnya menjadi chief. Setelah
menjadi chief, beliau mengikuti pertemuan chief di Kalimantan. Pada saat itu,
beliau bertukar resep dan saling berbagi ilmu dengan chief dari Texas tentang cara
membuat steak. Kemudian H. Abu Bakar berhenti kerja dari Hotel Kemang dan
mendirikan warung pinggir jalan dengan bekal ilmu yang telah diperolehnya.
H. Abu Bakar merintis usahanya dengan membuka warung steak pinggir
jalan di Bilangan Kemang. Selain steak, yang dijual pada saat itu adalah sop dan
gorengan. Steak H. Abu Bakar lebih banyak diminati daripada sop dan gorengan
sehingga beliau kemudian lebih fokus pada usaha steak. Abuba lebih
memfokuskan bisnisnya pada kualitas steak daripada tempat usaha yang biasa
saja.
Abuba pindah ke Jalan Cipete Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada
tahun 1994. Di tempat ini, usaha steak Abuba berkembang. Setelah H. Abu Bakar
meninggal, usaha ini dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Ali Ariansyah.
51
Beliau adalah lulusan perhotelan luar negeri. Di bawah pimpinan Ali Ariansyah,
Abuba berkembang. Tahun 2004, Abuba membuka cabang di Kelapa Gading,
Abuba membuka cabang di Pluit pada tahun 2005 dan di Menteng pada tahun
2007.
Abuba di Cipete memiliki 43 orang karyawan yang terdiri dari dua puluh
enam orang laki-laki dan tujuh belas orang perempuan. Bagan struktur organisasi
perusahaan Abuba di Cipete dapat dilihat pada Lampiran 2.
5.2.1
Restoran MP
Restoran MP didirikan oleh tiga orang ibu rumah tangga, yaitu Ibu Baby
Adnan, Ibu Tintin Kuraesin dan Ibu Susi Gunandi pada tanggal 1 Oktober 2001.
Restoran yang terletak di Jalan Salak No 24 Bogor ini diilhami oleh ide untuk
menyalurkan waktu luang ketiga ibu rumah tangga tersebut.
Restoran MP menyediakan banyak pilihan menu makanan. Menu makanan
tersebut adalah resep dari pemilik dan masukan dari karyawan-karyawan. Pada
awal berdirinya sampai sekarang, Restoran MP berturut-turut mengusahakan
apple pie, macarony panggang, steak, dan sphagetty. Steak di Restoran MP mulai
diusahakan pada tanggal 1 Mei 2004. Ide diadakannya menu makanan steak di
Restoran MP muncul karena masih sedikit yang mengusahakan steak di Bogor,
kecuali di hotel-hotel.
Tempat usaha yang khas dan terletak pada lokasi yang strategis membuat
konsumen tertarik megkonsumsi langsung menu makanan yang ditawarkan di
Restoran MP, Bogor. Secara tidak langsung hal ini yang menyebabkan perubahan
wujud usaha dari take away and delivery menjadi drive in and delivery.
52
Karyawan Restoran MP yang bertugas di steak adalah sebanyak dua puluh
dua orang. Sebelas orang diantaranya adalah laki-laki dan sebelas orang lagi
adalah karyawan perempuan. Pada hari libur, Restoran MP mempekerjakan
karyawan part time yaitu dua orang pada divisi pramusaji dan satu orang pada
divisi bar. Struktur organisasi Restoran MP dapat dilihat pada Lampiran 2.
5.3
Karakteristik Umum Responden
Responden yang dipilih untuk mengisi kuisioner adalah konsumen yang
pernah berkunjung dan mengkonsumsi steak di Obonk Steak and Ribs, Bogor,
Restoran MP, dan Abuba. Jumlah responden yang dilibatkan dalam penelitian ini
adalah 60 responden. Penyebaran kuisioner dan wawancara dengan responden
bertujuan agar responden tersebut dapat memberikan pendapat berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman mereka mengenai ketiga restoran dan rumah makan
yang diteliti.
Karakteristik umum responden pada penelitian ini terdiri atas variabelvariabel demografis, diantaranya umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, tingkat pendapatan dan frekuensi kunjungan pertahun. Variabelvariabel yang telah ditentukan di atas kemudian ditabulasikan dalam bentuk
persentase dari keseluruhan jumlah responden.
5.3.1 Umur
Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu usia di bawah 20 tahun, 21 – 30 tahun, 31 – 40 tahun dan 40 tahun ke atas.
Berdasarkan sebaran responden pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa pengunjung
kelompok umur 21 – 30 mendominasi pengunjung di Obonk Steak and Ribs,
53
Bogor (65,00 persen) dan Restoran MP (55,00 persen) sedangkan kelompok umur
31 – 40 tahun yang mendominasi pengunjung di Abuba (40,00 persen). Hal ini
dapat diartikan bahwa pangsa pasar Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Restoran
MP adalah sama dan berada pada kalangan muda dan dewasa. Pangsa pasar
Abuba berada pada kalangan dewasa.
Tabel 8. Sebaran Responden Menurut Umur Tahun 2007
N
o
1
2
3
4
Umur
≤ 20 Tahun
21 – 30 Tahun
31 – 40 Tahun
≥ 41 Tahun
Total
Obonk Steak and
Ribs, Bogor
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
2
10,00
13
65,00
3
15,00
2
10,00
20
100,00
Abuba
Restoran MP
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
3
15,00
6
30,00
8
40,00
3
15,00
20
100,00
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
2
10,00
11
55,00
5
25,00
2
10,00
20
100,00
Pengunjung Obonk Steak and Ribs, Bogor lebih didominasi oleh
kelompok umur 21 – 30 tahun karena harga yang masih dapat dijangkau oleh
kelomok umur tersebut. Namun, hal ini tidak berlaku pada Restoran MP yang
harga steak lokalnya jauh lebih mahal dari harga steak pada Obonk Steak and
Ribs, Bogor. Abuba lebih didominasi oleh responden dengan kelompok umur
31 – 40 tahun karena harga steak lebih mahal dari Obonk Steak and Ribs, Bogor.
Kelompok umur tersebut dianggap lebih mapan dalam keuangan.
5.3.2 Jenis Kelamin
Responden berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi laki-laki dan
perempuan. Responden yang berjenis kelamin laki-laki merupakan responden
yang paling banyak mengkonsumsi steak pada Obonk Steak and Ribs, Bogor,
Restoran MP dan Abuba yaitu masing-masing sebesar 60,00 persen. Sisanya
54
masing-masing 40,00 persen adalah responden berjenis kelamin perempuan, hal
ini dapat dilihat pada Tabel 9. Jadi, tidak ada perbedaan antara ketiga rumah
makan dan restoran tersebut. Responden berjenis kelamin laki-laki mendominasi
mengkonsumsi steak pada ketiga rumah makan dan restoran yang diteliti karena
pada umumnya laki-laki lebih suka memakan daging, sedangkan perempuan tidak
mau gemuk dan membatasi mengkonsumsi daging.
Tabel 9. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007
N
o
1
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Obonk Steak and
Ribs, Bogor
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
12
60,00
8
40,00
20
100,00
Abuba
Restoran MP
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
12
60,00
8
40,00
20
100,00
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
12
60,00
8
40,00
20
100,00
5.3.3 Tingkat Pendidikan Terakhir
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, responden diklasifikasikan
menjadi lima kelompok (dapat dilihat pada Tabel 10). Responden dengan tingkat
pendidikan terakhir sarjana adalah responden yang paling banyak mengkonsumsi
steak pada Obonk Steak and Ribs, Bogor, Restoran MP dan Abuba.
Bahan baku steak adalah daging yang kaya protein, sayur-sayuran yang
mengandung mineral dan vitamin dan kentang yang merupakan karbohidrat.
Dengan demikian, steak merupakan makanan yang sehat ditambah lagi rumah
makan dan restoran yang diteliti menawarkan steak yang higienis. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin sadar orang tersebut untuk mengkonsumsi
makanan yang bergizi. Oleh sebab itu, responden yang mengkonsumsi steak
didominasi oleh orang yang berpendidikan. Perbedaan pada tingkat pendidikan
55
terakhir pada ketiga restoran dan rumah makan ini terletak pada persentasenya,
Abuba dan Restoran MP masing-masing sebesar 65,00 persen dan Obonk Steak
and Ribs, Bogor sebesar 45,00 persen.
Tabel 10. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir Tahun 2007
N
o
1
2
3
4
5
Tingkat
Pendidikan
Terakhir
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Diploma
Sarjana
Pasca Sarjana
Total
Obonk Steak and
Ribs, Bogor
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
0,00
0
25,00
5
25,00
5
45,00
9
5,00
1
20
100,00
Abuba
Restoran MP
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
0,00
0
25,00
5
5,00
1
65,00
13
5,00
1
20
100,00
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
5,00
1
30,00
6
0,00
0
65,00
13
0,00
0
20
100,00
5.3.4 Jenis Pekerjaan
Responden berdasarkan jenis pekerjaaannya dibagi menjadi lima
kelompok, yaitu pelajar/mahasiswa, PNS, pegawai swasta, wirausaha, dan
lainnya. Berdasarkan kuisioner dan wawancara didapatkan hasil bahwa responden
yang paling banyak datang ke Obonk Steak and Ribs, Bogor, Restoran MP dan
Abuba adalah responden yang mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta.
Perbedaan antara ketiga rumah makan dan restoran tersebut hanya terletak pada
persentase jumlah responden yang datang ke Abuba lebih unggul yaitu sebesar
45,00 persen, sedangkan Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Restoran MP lebih
kecil yaitu sebesar 35,00 persen. Sebaran responden menurut pendapatan dapat
dilihat pada Tabel 11.
56
Tabel 11. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007
N
o
Jenis Pekerjaan
Obonk Steak and
Ribs, Bogor
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
30,00
6
1 Pelajar/Mahasiswa
5,00
1
2 PNS
35,00
7
3 Pegawai Swasta
20,00
4
4 Wirausaha
10,00
2
5 Lainnya
Total
20
100,00
Abuba
Restoran MP
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
20,00
4
5,00
1
45,00
9
20,00
4
10,00
2
20
100,00
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
10,00
2
0,00
0
35,00
7
25,00
5
30,00
6
20
100,00
5.3.5 Pendapatan
Responden dengan pendapatan di atas Rp. 5.000.000,- adalah yang paling
banyak mengkonsumsi steak di Abuba (40,00 persen) dan Obonk Steak and Ribs,
Bogor (35,00 persen). Responden yang berpenghasilan Rp. 1.000.001,- sampai
dengan Rp. 2.000.000,- mendominasi responden yang datang ke Restoran MP
(30,00 persen).
Secara umum masyarakat yang berpenghasilan tinggi yang banyak
mengkonsumsi steak. Hal ini disebabkan karena steak adalah makanan mewah.
Selanjutnya sebaran responden menurut pendapatan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran Responden Menurut Pendapatan Tahun 2007
N
o
1
2
3
4
5
Pendapatan
Perbulan
< 500 ribu
500 ribu <x<1 juta
1 juta < x < 2 juta
2 juta < x < 5 juta
≥ 5 juta rupiah
Total
Obonk Steak and
Ribs, Bogor
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
10,00
2
5,00
1
30,00
6
20,00
4
35,00
7
20
100,00
Abuba
Restoran MP
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
15,00
3
5,00
1
10,00
2
30,00
6
40,00
8
20
100,00
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
15,00
3
10,00
2
30,00
6
25,00
5
20,00
4
20
100,00
57
5.3.6 Frekuensi Kunjungan
Hasil yang diperoleh dari frekuensi kunjungan responden pertahun adalah
Abuba dan Obonk Steak and Ribs, Bogor lebih unggul dari Restoran MP. Abuba
dan Obonk Steak and Ribs, Bogor didominasi oleh responden yang berkunjung
lebih dari enam kali dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden puas
dengan kualitas steak dan pelayanan yang diberikan. Walaupun sama-sama
memiliki modus lebih dari enam kali kunjungan, Abuba lebih unggul dari Obonk
Steak and Ribs, Bogor. Persentase frekuensi responden yang berkunjung lebih dari
enam kali ke Abuba adalah 45,00 persen sedangkan Obonk Steak and Ribs, Bogor
sebesar 35,00 persen. Restoran MP didominasi oleh responden yang berkunjung
sebanyak satu sampai tiga kali dalam setahun. Responden tersebut banyak berasal
dari luar kota seperti Bandung dan Jakarta yang coba-coba mengkonsumsi steak di
Restoran MP.
Tabel 13. Sebaran Responden Menurut Frekuensi Kunjungan Tahun 2007
N
o
1
2
3
4
Frekuensi
Kunjungan
Pertahun
1 – 3 kali
4 – 6 kali
≥ 6 kali
Tidak Tentu
Total
Obonk Steak and
Ribs, Bogor
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
6
30,00
6
30,00
7
35,00
1
5,00
20
100,00
Abuba
Restoran MP
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
6
30,00
4
20,00
9
45,00
1
5,00
20
100,00
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
10
50,00
3
15,00
6
30,00
1
5,00
20
100,00
BAB VI
KOMPARASI DAN BENCHMARKING BISNIS
STEAK
6.1 Menentukan Kerangka Kinerja Dengan QFD
Metode QFD adalah sebuah metode yang handal dalam meningkatkan
mutu produk yang berpedoman pada kepentingan pelanggan. Pada penelitian ini
metode QFD digunakan untuk membantu dalam menentukan atribut-atribut kunci
sukses yang akan dilakukan benchmarking dan membantu dalam menilai kinerja
masing-masing antara Obonk Steak and Ribs, Bogor dengan
perusahaan-
perusahaan yang dipilih sebagai pembanding, yaitu Restoran MP dan Abuba. Alat
bantu metode QFD yang digunakan adalah matriks HOQ.
Penilaian kinerja dengan menggunakan HOQ diukur melalui tiga aspek
yaitu produk, proses produksi dan proses penyajian. Matriks HOQ adalah sebuah
matriks yang berbentuk seperti rumah yang dapat menerjemahkan harapan dan
keinginan konsumen (what) menjadi apa yang dihasilkan perusahaan sehingga
dapat dihasilkan produk yang memenuhi keinginan pelanggan.
Dalam menyusun matriks HOQ, diperlukan langkah-langkah untuk
meningkatkan kualitas produk steak di Obonk Steak and Ribs, Bogor. Langkahlangkah penyusunan matriks HOQ yang meliputi ketiga aspek di atas adalah
penyusunan persyaratan pelanggan (what), penyusunan persyaratan teknik (how),
mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dengan
persyaratan teknik, serta mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan
teknik.
59
6.1.1
Penyusunan Persyaratan Pelanggan
Langkah awal yang dilakukan dalam menyusun matriks HOQ adalah
menyusun persyaratan konsumen yang membahas harapan dan keinginan
konsumen steak. Keinginan konsumen steak yang nantinya diharapkan untuk
perbaikan mutu Obonk Steak and Ribs, Bogor tidak hanya diambil dari konsumen
Obonk Steak and Ribs, Bogor tetapi juga dari keinginan konsumen yang pernah
mengkonsumsi steak di Restoran MP dan Abuba. Dengan demikian, hal ini dapat
menjadi masukan bagi Obonk Steak and Ribs, Bogor.
Berdasarkan survei terhadap 60 responden dapat diketahui kriteria yang
diinginkan oleh konsumen yang meliputi aspek produk dan proses penyajian.
Aspek produk meliputi rasa enak sekali/rasa khas, daging steak empuk, daging
steak juicy, ukuran potongan daging, ukuran atau porsi, pemberian saos yang
tepat/pas, harga steak, penawaran menu favorit, keragaman menu makanan. Aspek
proses penyajian yang diinginkan konsumen adalah kecepatan mengantarkan
pesanan, kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan, keramahan dan
kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen, kebersihan peralatan
makan, kerapihan penataan makanan, kesigapan pramusaji, penampilan dan
kerapihan pramusaji, kenyamanan restoran atau rumah makan dan bebas dari
asap. Secara lebih rinci persyaratan konsumen dapat dilihat pada Tabel 14.
60
Tabel 14. Persyaratan Konsumen Steak di Obonk Steak and Ribs, Bogor,
Restoran MP dan Abuba Tahun 2007
Persyaratan Primer
Persyaratan Sekunder
Produk
Proses penyajian
Rasa enak sekali/rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran/porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Keramahan
dan
kemampuan
pramusaji
berkomunikasi dengan konsumen
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran/rumah makan dan bebas dari
asap
Hasil survei dianalisis dengan menggunakan tabulasi deskriptif yang
berupa tabel frekuensi. Dari tabel frekuensi tersebut, dapat diketahui kriteria atau
atribut yang memiliki suara terbanyak (modus) adalah yang diinginkan oleh
konsumen steak secara umum. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 15
dan Tabel 16.
61
Tabel 15. Rekapan Tingkat Kepentingan Atribut Persyaratan Pelanggan Steak
Tahun 2007
No
Atribut
1
2
3
4
Rasa enak sekali/rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging
(tebal/tipis)
Ukuran/porsi
Pemberian
saos
yang
tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan
pesanan
Kesesuaian pesanan dengan
produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan
pramusaji berkomunikasi
dengan konsumen
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan
penataan
makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan
pramusaji
Kenyamanan restoran /
rumah makan dan bebas
dari asap
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Sangat
Tidak
Penting
1
0
0
0
Tidak
Penting
Cukup
Penting
Sangat
Penting
2
0
0
3
3
1
1
5
4
15
23
23
5
44
36
29
0
1
7
34
18
0
0
11
29
20
0
1
12
32
15
0
0
0
2
0
1
23
11
13
16
33
26
19
16
20
0
0
3
31
26
0
0
4
26
30
0
2
4
22
32
0
0
0
24
36
0
0
6
24
30
0
0
5
26
29
0
1
8
32
19
0
1
2
24
33
Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui tingkat kepentingan dari masingmasing atribut. Hasil dari survei terhadap 60 responden dapat diidentifikasi bahwa
atribut yang dianggap sangat penting oleh konsumen adalah rasa enak sekali atau
rasa khas (73,33 persen), daging steak empuk (60,00 persen), daging steak juicy
(48,33 persen), kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan (50,00 persen),
keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen (53,33
persen), kebersihan peralatan makan (60,00 persen), kerapihan penataan makanan
62
(60,00 persen), kesigapan pramusaji (48,33 persen), dan kenyamanan restoran
atau rumah makan dan bebas dari asap (55,00 persen).
Atribut yang dianggap penting oleh responden dari aspek produk adalah
ukuran potongan daging (tebal) (56,67 persen), ukuran/porsi (48,33 persen),
pemberian saos yang tepat atau pas (53,33 persen), penawaran menu favorit
(55,00 persen), dan keragaman menu makanan (43,33 persen). Dari aspek proses
penyajian, atribut yang dianggap penting adalah kecepatan mengantarkan pesanan
(51,67 persen), penampilan dan kerapihan pramusaji (53,33 persen).
Atribut yang dianggap biasa saja oleh responden adalah harga steak
(38,33 persen). Atribut harga steak dianggap biasa saja oleh responden karena dari
survei dapat diketahui bahwa konsumen steak banyak yang berpendapatan di atas
Rp. 5.000.000,- sehingga mereka tidak terlalu memperdulikan berapa pun harga
steak jika sebanding dengan kualitas yang didapatkan.
Tabel 16. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Terhadap Produk Steak
Pada Tahun 2007
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Atribut
Rasa enak sekali/rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran/porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi
dengan konsumen
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran/rumah makan dan bebas dari asap
Tingkat Kepentingan
5
5
5
4
4
4
3
4
4
4
5
5
5
5
5
4
5
63
Berdasarkan tingkat kepentingan di atas, maka dapat diidentifikasi
harapan pelanggan terhadap atribut-atribut yang menjadi prioritas pelanggan
dengan cara pembobotan. Pembobotan (bobot konversi) akan didapat setelah
diperoleh nilai indeks (Tabel 17). Bobot konversi yang diperoleh dibagi per aspek,
Dengan demikian diperoleh dua kelompok bobot konversi yaitu kelompok aspek
produk dan aspek proses penyajian.
Tabel 17. Prioritas Kepentingan Konsumen Steak Tahun 2007
Aspek
Atribut
Rasa enak sekali/rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging
(tebal/tipis)
Produk
Ukuran/porsi
Pemberian
saos
yang
tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan
pesanan
Kesesuaian pesanan dengan
produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan
pramusaji berkomunikasi
dengan konsumen
Proses
Penyajian Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan
pramusaji
Kenyamanan restoran /rumah
makan dan bebas dari asap
Jumlah
Nilai
283
275
258
Nilai Rangking
Indeks
56,60
1
55,00
2
51,60
3
Bobot
Konversi
7
6
5
249
49,80
4
4
249
49,80
4
4
241
48,20
6
2
232
245
245
46,40
49,00
49,00
7
5
5
1
3
3
263
52,60
5
2
266
53,20
3
4
264
52,80
4
3
276
264
264
55,20
52,80
52,80
1
4
4
6
3
3
249
49,80
6
1
269
53,80
2
5
64
Berdasarkan Tabel di atas, dari aspek produk dapat diperoleh bahwa
atribut yang menjadi prioritas pelanggan berturut-turut dari prioritas yang paling
tinggi adalah rasa enak sekali/rasa khas (7), daging steak empuk (6), daging steak
juicy (5), ukuran potongan daging (4) dan ukuran/porsi (4), penawaran menu
favorit (3) dan keragaman menu makanan (3), pemberian saos yang tepat/pas (2),
harga steak (1). Rasa enak sekali/rasa khas steak menempati urutan pertama
karena atribut tersebut yang menjadi harapan pelanggan dan menurut pelanggan
adalah yang nomor satu menggambarkan kualitas steak.
Atribut dari aspek proses penyajian yang menjadi prioritas pelanggan dari
urutan pertama adalah kebersihan peralatan makan (6), kenyamanan restoran/
rumah makan dan bebas dari asap (5), kesesuaian pesanan dengan produk yang
disajikan (4), keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan
konsumen (3), kerapihan penataan makanan (3), kesigapan pramusaji (3),
kecepatan mengantarkan pesanan (2), penampilan dan kerapihan pramusaji (1).
6.1.2
Penyusunan Persyaratan Teknik
Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam menyusun matriks HOQ
adalah menentukan persyaratan teknik (how). Dengan adanya persyaratan teknik,
perusahaan dapat menjawab hal-hal yang diinginkan oleh konsumen yang terdapat
pada persyaratan konsumen. Persyaratan teknik dapat mempengaruhi satu atau
lebih persyaratan pelanggan.
Persyaratan teknik juga dibagi menjadi persyaratan teknik primer dan
sekunder seperti halnya persyaratan konsumen,. Jika atribut yang terdapat pada
persyaratan teknik sudah baku dan tidak perlu dikembangkan lagi menjadi lebih
rinci, tidak diperlukan persyaratan sekunder
65
Persyaratan teknik dapat diperoleh dari wawancara dengan pihak internal
Obonk Steak and Ribs, Bogor. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh beberapa
kegiatan atau proses yang dilakukan oleh Obonk Steak and Ribs, Bogor yaitu :
1. Pengadaan dan penanganan bahan baku sebelum penyimpanan, yaitu
kegiatan yang dilakukan oleh Obonk Steak and Ribs, Bogor dalam
memenuhi seluruh kegiatan bahan baku selama kegiatan operasional
sebelum dilakukan penyimpanan.
2. Penyimpanan bahan baku, yaitu kegiatan menyimpan bahan baku setelah
bahan baku diberi penanganan berupa diberi paya (pengempuk daging) dan
mariner (mempertahankan juicy daging).
3. Tekstur daging. Tekstur daging yang bagus sangat menentukan kualitas
steak yang dihasilkan.
4. Pemasakan, yaitu kegiatan mengolah bahan baku menjadi produk jadi.
Proses memasak steak antara lain, membakar atau menggoreng daging steak
dan memasak bahan pelengkap seperti buncis, wortel, kacang polong atau
sayuran lain yang direbus dan kentang goreng.
5. Penyajian dan pelayanan, yaitu kegiatan penyajian makanan, interior
ruangan dan melayani konsumen mulai saat konsumen datang ke Obonk
Steak and Ribs, Bogor sampai selesai makan.
6. Pembersihan ruangan, yang meliputi membersihkan meja dan lantai,
membawa peralatan makan yang kotor ke tempat pencucian serta
pembersihan ruangan produksi.
7. Pencucian, yaitu kegiatan mencuci peralatan makan yang telah digunakan
konsumen setelah mengkonsumsi steak.
66
8. Perawatan peralatan dan perlengkapan. Peralatan dan perlengkapan harus
dilakukan perawatan agar peralatan dan perlengkapan tidak cepat aus atau
rusak.
6.1.3
Pengembangan Matriks Hubungan Antara Persyaratan Pelanggan
Dengan Persyaratan Teknik
Langkah selanjutnya adalah mengembangkan matriks hubungan antara
persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik. Setiap persyaratan teknik dapat
mempengaruhi lebih dari satu persyaratan pelanggan dan sebaliknya. Hubungan
yang dapat terjadi dalam membandingkan persyaratan teknik dengan persyaratan
pelanggan adalah hubungan kuat antara atribut harapan pelanggan dan proses
produksi akan dinotasikan oleh “●” dengan nilai sembilan, hubungan yang sedang
dinotasikan oleh “○” dengan nilai tiga, dan hubungan yang lemah akan
dinotasikan oleh “∆” dengan nilai hubungan satu. Apabila kotak dibiarkan
kosong, maka tidak ada hubungan antara persyaratan teknik dengan persyaratan
pelanggan dengan nilai nol. Matriks hubungan antara persyaratan teknik dan
persyaratan pelanggan steak dapat dilihat pada Gambar 6.
Proses penyajian
●
●
●
○
∆
∆
○
○
○
∆
●
∆
●
∆
∆
∆
●
Gambar 6. Hubungan Antara Persyaratan Pelanggan Dengan Persyaratan Teknik
Keterangan :
● : Menunjukkan hubungan kuat antara kedua persyaratan tersebut, bernilai 9
○ : Menunjukkan hubungan sedang antara kedua persyaratan tersebut, bernilai 3
∆ : Menunjukkan hubungan lemah antara kedua persyaratan tersebut, bernilai 1
Kotak dibiarkan kosong menunjukkan tidak ada hubungan antara kedua persyaratan tersebut, bernilai 0
∆
∆
Perawatan
peralatan dan
perlengkapan
○
∆
∆
○
○
○
∆
∆
∆
○
○
○
●
●
●
●
●
●
○
●
Pencucian
●
○
●
∆
Pembersihan
ruangan
●
●
●
○
Penyajian dan
pelayanan
Pemasakan
Produk
Rasa enak sekali / rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran / porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran /rumah makan dan bebas dari asap
Tekstur daging
Persyaratan Pelanggan (What)
Penyimpanan
bahan baku
Pengadaan dan
penanganan
bahan baku,
Persyaratan Teknik (How)
67
∆
∆
∆
●
●
●
∆
●
○
●
∆
∆
6.1.4
Pengembangan Matriks Hubungan Antar Persyaratan Teknik
Langkah berikutnya adalah membuat matriks korelasi atau matriks
hubungan antar persyaratan teknik. Matriks ini disusun untuk mengidentifikasi
persyaratan teknik mana yang saling mendukung dan sebaliknya saling
bertentangan. Hubungan saling bertentangan sangat penting karena persyaratan
teknik
tersebut
merupakan
hasil
dari
persyaratan
pelanggan
sehingga
konsekuensinya menunjukkan titik dimana trade off dibuat. Hubungan yang
terjadi antar persyaratan teknik antara lain : hubungan positif kuat, positif lemah,
negatif kuat dan negatif lemah serta tidak memiliki hubungan sama sekali.
Berdasarkan survei terhadap supervisor Obonk Steak and Ribs, Bogor dan
juga perusahaan-perusahaan pembanding, diketahui hubungan antar persyaratan
teknik steak. Hubungan antar persyaratan teknik steak dapat dilihat pada Tabel 18.
Table 18. Hubungan Keterkaitan Antar Karakteristik Teknik Steak Tahun 2007
Karakteristik Proses
Terkait
Karakteristik Proses
Penyimpanan bahan
baku
Pengadaan
dan
penanganan
Tekstur daging
bahan baku
sebelum
penyimpanan
Pemasakan
Penyajian dan
pelayanan
Pembersihan ruangan
Pencucian
Perawatan peralatan
dan perlengkapan
Hubungan dan Alasan
++ = Pengadaan bahan baku yang
berlebihan dan tidak sesuai dengan
permintaan
konsumen
akan
menyebabkan bahan baku lebih lama
dalam penyimpanan.
++ = Dalam pengadaan bahan baku,
produsen steak harus memilih daging
yang teksturnya bagus agar kualitas
steak yang dihasilkan juga bagus.
Penanganan daging agar empuk
digunakan paya. Bumbu alami (mariner)
digunakan agar daging juicy
Tidak ada kaitan
Tidak ada kaitan
Tidak ada kaitan
Tidak ada kaitan
Tidak ada kaitan
69
Table 18. Hubungan Keterkaitan Antar Karakteristik Teknik Steak Tahun 2007
(Lanjutan)
Tekstur daging
Pemasakan
Penyajian dan
Penyimpanan pelayanan
Bahan baku
Pembersihan ruangan
Pencucian
Perawatan peralatan
dan perlengkapan
Pemasakan
Karakteristik Proses
Tekstur
daging
Penyajian dan
pelayanan
Pembersihan ruangan
Pencucian
Perawatan peralatan
dan perlengkapan
Penyajian dan
pelayanan
Pembersihan ruangan
Pemasakan
Pencucian
Perawatan peralatan
dan perlengkapan
Penyajian dan Pembersihan ruangan
pelayanan
Pencucian
Pembersihan
ruangan
Pencucian
Perawatan peralatan
dan perlengkapan
Pencucian
Perawatan peralatan
dan perlengkapan
Perawatan peralatan
dan perlengkapan
++ = Daging yang terlalu lama dalam
coolbox akan mengurangi kesegarannya
++ = Daging yang pertama disimpan,
maka dimasak terlebih dahulu (FIFO)
Tidak ada kaitan
Tidak ada kaitan
Tidak ada kaitan
+ = Coolbox tempat menyimpan daging
harus dalam kondisi bagus dan suhunya
tetap dipertahankan sehingga ketahanan
daging bagus
+ = Proses pemasakan harus mengikuti
standar operasional produk agar tekstur
daging tidak rusak
+ = Tekstur daging yang bagus akan
membuat konsumen puas
Tidak ada kaitan
Tidak ada kaitan
Tidak ada kaitan
++ = Proses Pemasakan yang cepat akan
membuat konsumen tidak terlalu lama
menunggu pesanan
+ = Semakin banyak pemasakan
semakin banyak ruangan yang harus
dibersihkan
+ = Semakin banyak pemasakan maka
semakin banyak peralatan yang harus
dicuci
+ = Peralatan dan perlengkapan masak
harus dirawat agar tidak cepat rusak
++ = Ruangan ang bersih akan membuat
konsumen nyaman dalam menantap
steak
++ =Peralatan makan yang bersih akan
membuat konsumen puas dengan
pelayanan yang diberikan rumah makan
atau restoran
Tidak ada kaitan
++ = Semakin cepat membersihkan
ruangan (meja) maka proses pencucian
peralatan semakin cepat
+ = Peralatan dan perlengkapan harus
dirawat agar tidak cepat rusak
+ = Peralatan dan perlengkapan harus
dirawat agar tidak cepat rusak
70
6.1.5
Kinerja Benchmarking
Penilaian kinerja dengan menggunakan QFD diukur berdasarkan tiga
kunci sukses benchmarking meliputi aspek produk, proses produksi dan proses
penyajian. Penilaian kinerja dari masing-masing restoran dan rumah makan
merupakan hasil survei dari 30 responden yang pernah makan di Obonk Steak and
Ribs, Bogor, Restoran MP dan Abuba. Pada matriks HOQ, kinerja benchmarking
digambarkan oleh evaluasi persaingan dan evaluasi teknik
6.1.5.1 Aspek Produk
Penilaian kinerja pada aspek produk didasarkan pada atribut rasa enak
sekali/rasa khas, daging steak empuk, daging steak juicy, ukuran potongan daging,
ukuran atau porsi, pemberian saos yang tepat/pas, harga steak, penawaran menu
favorit, serta keragaman menu makanan. Pengukuran kinerja aspek produk ini
dapat digambarkan oleh evaluasi persaingan pada Tabel 19.
a. Rasa enak sekali/rasa khas
Rasa steak yang enak atau khas dari rumah makan dan restoran steak
adalah hal yang diinginkan konsumen saat menyantap steak. Rasa enak dari
daging steak berasal dari kualitas daging yang bagus dipadu dengan saos yang
sama-sama matang pada saat dimasak/dipanggang. Tiap-tiap rumah makan
memiliki ciri khas dari masakan steak tergantung resep yang telah dibuat oleh
masing-masing. Namun demikian, konsumen selalu menginginkan steak dengan
kualitas yang terbaik.
Berdasarkan wawancara dan kuisioner kepada responden, diperoleh hasil
Abuba mendapat nilai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan Obonk Steak
and Ribs, Bogor dan Restoran MP. Abuba memperoleh nilai sangat baik dari
71
50,00 persen responden sedangkan Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Restoran
MP masing masing mendapat nilai cukup (53,33 persen) dan baik (46,67 persen).
Kekurangan dari Obonk Steak and Ribs, Bogor menurut responden adalah rasa
yang kurang enak terutama dibandingkan steak yang dihasilkan Abuba. Hal ini
terjadi karena Obonk Steak and Ribs, Bogor tidak memiliki tim research and
development produk dan kurang mendapat perhatian dari franchisor yaitu Obonk
Steak and Ribs pusat dalam pengembangan produk.
b. Daging steak empuk
Tingkat keempukan daging steak yang dihasilkan oleh masing-masing
rumah makan dan restoran berbeda-beda. Berdasarkan survei terhadap 30
responden diperoleh hasil bahwa Abuba lebih unggul dalam tingkat keempukan
daging dibandingkan dengan Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Restoran MP.
Abuba memperoleh nilai sangat baik (56,67 persen), Restoran MP memperoleh
nilai baik (50,00 persen) dan Obonk Steak and Ribs, Bogor memperoleh nilai
cukup (36,67 persen). Perlakuan yang diberikan oleh ketiga restoran dan rumah
makan steak tersebut untuk pengempukan daging pada dasarnya sama yaitu
direndam pada larutan paya selama satu jam sebelum daging disimpan di coolbox,
tetapi teknik pengerjaannya berbeda-beda.
Daging sapi lokal lebih alot dibandingkan dengan daging sapi impor.
Sebagai rumah makan yang lebih diminati daging steak lokalnya oleh konsumen
karena harga yang lebih murah, sebaiknya Obonk Steak and Ribs, Bogor
melakukan teknik proses pengempukan yang baik sehingga daging steak lokal
tersebut benar-benar empuk.
72
c. Daging steak juicy
Atribut selanjutnya yang diingini konsumen adalah daging steak juicy
(intisari daging). Salah satu perlakuan yang dapat dilakukan rumah makan dan
restoran agar dapat menambah dan mempertahankan daging steak juicy adalah
dengan merendam daging sapi dengan mariner. Mariner merupakan campuran
susu murni dan air lemon.
Berdasarkan wawancara dengan responden, maka diperoleh hasil Abuba
lebih unggul kinerjanya dibandingkan Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Restoran
MP. Penilaian kinerja Abuba adalah sangat baik (43,33 persen), Obonk Steak and
Ribs, Bogor dan Restoran MP cukup (33,33 persen). Obonk Steak and Ribs,
Bogor mimiliki kekurangan dalam hal daging steak juicy. Obonk Steak and Ribs,
Bogor sudah melakukan perlakuan dengan merendam daging dengan mariner,
namun daging yang terlalu lama disimpan di coolbox juga akan mengurangi juicy
daging.
d. Ukuran potongan daging
Ukuran potongan daging di Obonk Steak and Ribs, Bogor, Restoran MP
dan Abuba berbeda-beda. Berdasarkan hasil survei dapat diketahui bahwa
responden lebih menyukai potongan daging yang tebal dari pada potongan daging
yang tipis.
Berdasarkan wawancara dengan 30 responden diperoleh hasil bahwa
kinerja Abuba dan Restoran MP mendapat nilai baik (masing-masing 53,33
persen dan 40,00 persen), sedangkan Obonk Steak and Ribs, Bogor mendapat nilai
cukup (43,33 persen). Ukuran potongan daging yang tipis pada Obonk Steak and
Ribs, Bogor kurang diminati oleh sebagian besar responden.
73
e. Ukuran atau porsi
Kuantitas juga merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen steak
disamping kualitas. Apalagi bagi kaum lelaki yang lebih banyak mengkonsumsi
steak. Obonk Steak and Ribs, Bogor hanya mendapat nilai cukup (46,67 persen)
dalam hal porsi steak yang disajikan kepada konsumen lebih sedikit dibandingkan
restoran dan rumah makan lain. Abuba dan Restoran MP memperoleh kinerja baik
(masing-masing 46,67 persen dan 43,33 persen). Berat takaran daging steak pada
Obonk Steak and Ribs, Bogor untuk hotplate adalah ±120 gram dan daging steak
barbeque yang disajikan di atas piring adalah ± 170 gram, steak ikan dan ayam
adalah ± 160 gram dan untuk T. Bone adalah 225 gram. Berat takaran daging
steak yang disajikan Abuba yang hanya disajikan di piring (daging sapi, ikan dan
ayam) adalah ± 200 gram dan T. Bone adalah 300 gram. Daging steak yang
disajikan oleh Restoran MP (daging sapi, ikan dan ayam) adalah ± 250 gram dan
T. Bone 300 gram.
f. Pemberian saos yang tepat/pas
Saos yang diberikan untuk steak ada dua macam yaitu saos barbeque yang
diberikan pada saat memasak dan saos tomat dan sambal serta saos lain yang
diramu rumah makan yang disediakan di meja untuk menambah cita rasa sesuai
selera konsumen. Penelitian ini membahas saos barbeque yang digunakan pada
saat memasak.
Kinerja Abuba lebih unggul dengan memperoleh nilai sangat baik
(40,00 persen). Sebelum mendirikan Abuba, pendirinya belajar terlebih dahulu
dengan chief dari Texas tentang cara membuat steak dan setelah Abuba maju dan
berkembang terus melakukan perbaikan-perbaikan dengan melihat kinerja
74
hotel-hotel yang menyediakan steak yang berkualitas tinggi dan harga steak yang
jauh lebih mahal. Dengan demikian, sekarang Abuba dapat menciptakan cita rasa
steak seperti yang disediakan hotel-hotel yang mahal. Dalam menciptakan cita
rasa tersebut, pemberian saos yang tepat atau pas sangat diperlukan dan Abuba
telah melakukannya. Kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor adalah cukup (43,33
persen) dan Restoran MP adalah baik (46.67 persen).
g. Harga steak
Harga merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi konsumen
dalam memutuskan untuk mengkonsumsi suatu steak. Obonk Steak and Ribs,
Bogor dan Abuba memiliki kinerja unggul dalam hal harga. Dari 30 responden,
Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Abuba memperoleh kinerja baik (43,33 persen)
dan restoran MP memperoleh kinerja cukup (40,00 persen).
Keunggulan Obonk Steak and Ribs, Bogor adalah harga yang lebih murah
dari restoran dan rumah makan lain seperti konsep yang ditawarkan ”Rasa
Bintang Lima, Harga Kaki Lima”. Responden menilai walaupun harga Abuba
lebih mahal dari Obonk Steak and Ribs, Bogor untuk daging steak lokal tetapi
porsi yang ditawarkan lebih banyak dan cita rasa yang ditawarkan lebih enak.
Daging steak impor Abuba lebih murah dari rumah makan dan restoran lain,
Restoran MP dianggap memiliki kelemahan dalam hal harga karena dengan
daging yang ditawarkan daging lokal, walaupun dengan porsi yang lebih banyak
harga yang ditawarkan lebih mahal.
75
h. Penawaran menu favorit
Perhitungan kinerja menunjukkan bahwa Restoran MP dan Abuba lebih
unggul dengan mendapat nilai baik (50,00 persen dan 43,33 persen) dari Obonk
Steak and Ribs, Bogor.
Restoran MP unggul sedikit dari Abuba karena
menawarkan menu favorit lebih gencar. Setiap konsumen yang datang ditawarkan
menu favorit steak Restoran MP. Obonk Steak and Ribs, Bogor kurang dalam
menawarkan menu favorit, jika ada konsumen baru yang berkunjung dan bertanya
baru dijelaskan oleh pramusaji.
i. Keragaman menu makanan
Keragaman produk makanan adalah kemampuan perusahaan untuk
menawarkan berbagai jenis menu kepada konsumennya. Abuba dan Obonk Steak
and Ribs, Bogor memiliki kinerja unggul dalam hal keragaman menu makanan
dengan memperoleh nilai baik (masing-masing sebesar 56,67 persen dan 46,67
persen) sedangkan Restoran MP memiliki kinerja yang lemah dengan memperoleh
nilai cukup (50,00 persen).
Abuba dan Obonk Steak and Ribs, Bogor memiliki menu steak baik
berasal dari daging sapi lokal maupun impor dan menu ayam dan ikan dengan
variasi rasa. Perbedaan dari kedua rumah makan ini adalah terletak pada Abuba
lebih fokus pada mendiversifikasi produk steak dengan memperbanyak jenis
daging seperti daging dari Jepang (wagyu), Amerika Serikat, New Zealand dan
lokal untuk setiap menu yang ditawarkan, sedangkan Obonk Steak and Ribs,
Bogor lebih fokus pada diversifikasi cara memasak (menggoreng atau membakar)
dan cara penyajian (hotplate atau barbeque (piring)). Restoran MP hanya
76
memiliki daging steak lokal serta menu ayam dan ikan dengan sedikit pilihan
menu. Daftar menu steak dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 19. Evaluasi Persaingan Aspek Produk Antara Obonk Steak and Ribs,
Bogor, Abuba dan Restoran MP
No
Atribut
Evaluasi Persaingan
X : Obonk Steak and Ribs, Bogor
A : Abuba
B : Restoran MP
1
Rasa enak sekali/rasa khas
1
3
X
4
B
5
A
2
Daging steak empuk
X
B
A
3
Daging steak juicy
4
Ukuran potongan daging
X
BA
5
Ukuran atau porsi
X
BA
6
Pemberian saos yang tepat/pas
X
B
7
Harga steak
B
AX
8
Penawaran menu favorit
X
AB
9
Keragaman menu makanan
B
XA
Ket :
2
XB
A
A
= Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor sebelum benchmarking
6.1.5.2 Aspek Proses Produksi
Kinerja aspek produksi diukur berdasarkan pengadaan dan penanganan
bahan baku sebelum penyimpanan, penyimpanan bahan baku, tekstur daging,
pemasakan, pembersihan ruangan, pencucian dan perawatan peralatan dan
perlengkapan. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 20.
a. Pengadaan dan penanganan bahan baku sebelum penyimpanan
Penilaian kinerja menunjukkan Abuba unggul sedikit (4) dari Obonk Steak
and Ribs, Bogor (3). Restoran MP memperoleh nilai 2,5. Penilaian dilakukan
77
pada sistem pengadaan daging steak dan pelengkapnya yaitu sayuran dan kentang
dan penanganan bahan baku sebelum disimpan di coolbox dan freezer.
Sistem pengadaan bahan baku yang dilakukan Abuba kontinu pada
beberapa distributor (nilai 4). Hal ini dilakukan karena penjualan Abuba setiap
harinya rata-rata 300 porsi atau sekitar 30000 gram daging sedangkan pada hari
libur lebih dari 300 porsi. Obonk Steak and Ribs, Bogor juga mempunyai
distributor yang tetap, tetapi jika daging tidak mencukupi dari distributor ketika
pesanan bertambah, karyawan Obonk Steak and Ribs, Bogor harus membeli di
pasar daging (nilai 3). Restoran MP membeli daging untuk steak di pasar
tradisional sehingga seringkali ada jenis daging untuk menu steak tertentu tidak
mencukupi di satu pedagang sehingga harus membeli dari pedagang lain (nilai 2).
Penanganan bahan baku yang dilakukan Abuba lebih unggul sedikit dari
Obonk Steak and Ribs, Bogor dan restoran MP sehingga dihasilkan daging yang
empuk dan juicy (Nilai Abuba = 4, nilai Obonk Steak and Ribs, Bogor dan
Restoran MP = 3).
b. Penyimpanan bahan baku
Daging
steak
yang
telah
diberi
perlakuan
pengempukan
dan
mempertahankan daging steak juicy disimpan di coolbox. Dari hasil wawancara
dan pengamatan pada ketiga rumah makan dan restoran, kinerja Abuba sangat
baik (5), Restoran MP dan Obonk Steak and Ribs, Bogor memperoleh nilai cukup
(3). Kinerja Abuba lebih unggul dibandingkan dua rumah makan yang lain karena
penyimpanan daging di coolbox Abuba sangat rapi, teratur, artinya penyimpanan
dilakukan dipisah-pisah menurut jenis daging. Selain itu, kualitas daging yang
disimpan di coolbox terjaga karena daging tidak terlalu lama disimpan. Hal ini
78
disebabkan Abuba menggunakan sistem first in first out (FIFO) dan sistem
peramalan penjualan yang baik.
Obonk Steak and Ribs, Bogor dalam hal penyimpanan bahan baku, daging
yang disimpan di coolbox kurang rapi dan teratur. Sistem peramalan penjualan
untuk daging steak lokal oleh manajemen Obonk Steak and Ribs, Bogor dinilai
baik, tetapi peramalan penjualan untuk daging steak impor kurang baik sehingga
daging impor agak lama disimpan di coolbox. Hal ini akan mengurangi kualitas
daging, terutama juicy daging. Sama halnya dengan Obonk Steak and Ribs,
Bogor, Restoran MP juga memiliki masalah dalam hal peramalan penjualan
beberapa menu steak, tetapi dalam hal penyimpanan daging di coolbox pada
Restoran MP teratur dan rapi.
c. Tekstur daging
Penilaian dari atribut tekstur daging steak adalah mengenai tingkat
kealotan, urat dan serat dan warna daging. Kinerja atribut tekstur daging Abuba
lebih unggul. Nilai Abuba = 5, nilai Restoran MP = 4, dan nilai Obonk Steak and
Ribs, Bogor = 3.
d. Pemasakan
Berdasarkan pengamatan, wawancara dengan pihak manajemen dan rumah
makan serta pelanggan, maka dapat diberikan penilaian bahwa Abuba memiliki
kinerja sedikit lebih unggul dengan nilai 4,5, Restoran MP menempati posisi
kedua dengan nilai 4 dan Obonk Steak and Ribs, Bogor memperoleh nilai 3,5.
Penilaian ini diberikan dari penilaian terhadap tempat dan cara pemasakan serta
pemberian bumbu yang pas sehingga cita rasa steak yang dihasilkan enak.
79
e. Pembersihan ruangan
Kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Restoran MP lebih unggul
dengan nilai 4 dari Abuba dengan memperoleh nilai 3,5. Keunggulan tersebut
ditemui dalam hal meja dan kursi yang ada di Obonk Steak and Ribs, Bogor dan
Restoran MP selalu tertata rapi, bersih dan tidak ada sisa makanan ketika
konsumen duduk (Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Restoran MP memperoleh
nilai 4). Abuba dalam hal ini memperoleh nilai 3 karena begitu banyaknya
konsumen yang datang, pramusaji yang bertugas terlambat untuk membereskan
peralatan makan di meja makan yang habis digunakan konsumen sebelumnya.
Begitu juga dengan ruangan produksi harus dijaga kebersihannya. Obonk Steak
and Ribs, Bogor, Restoran MP dan Abuba memperoleh nilai yang sama yaitu 4.
f. Pencucian
Pencucian meliputi kegiatan membersihkan peralatan makan dan peralatan
yang digunakan setelah proses pemasakan. Peralatan makan yang bersih akan
membuat konsumen puas dengan pelayanan yang diberikan rumah makan atau
restoran. Kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor, Restoran MP dan Abuba
memperoleh nilai yang sama yaitu 4. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
atribut pencucian pada ketiga rumah makan dan restoran tersebut.
g. Perawatan peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang menunjang proses produksi dan
pelayanan rumah makan dan restoran harus dijaga kondisinya agar tidak cepat
rusak atau aus. Perawatan peralatan dan perlengkapan tersebut akan
mempengaruhi waktu proses produksi dan biaya produksi. Abuba dan Restoran
MP lebih unggul sedikit (nilai 3,5) dari Obonk Steak and Ribs, Bogor (nilai 2,5) .
80
Kelemahan Obonk Steak and Ribs, Bogor adalah koki kurang menjaga peralatan
produksi sehingga terdapat kerusakan kecil terutama pada kompor gas. Bagian
kompor gas untuk menyalakan api banyak yang lepas tetapi tidak langsung
diperbaiki.
Tabel 20. Evaluasi Teknik Aspek Proses Produksi Antara Obonk Steak and Ribs,
Bogor, Abuba dan Restoran MP
Evaluasi Teknik
X : Obonk Steak and Ribs, Bogor
A : Abuba
B : Restoran MP
No
Atribut
1
2
Pengadaan dan penanganan
bahan
baku
sebelum
penyimpanan
Penyimpanan bahan baku
3
Tekstur daging
4
Pemasakan
X
B
5
Pembersihan ruangan
A
BX
6
Pencucian
7
Perawatan peralatan dan
X
AB
perlengkapan
= Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor sebelum benchmarking
1
Ket :
1,5
2
2,5
B
3
3,5
X
4
4,5
5
A
XB
A
X
B
A
A
AXB
6.1.5.3 Aspek Proses Penyajian
Aspek proses penyajian diukur dengan menggunakan atribut kecepatan
mengantarkan pesanan, kesesuaian pesanan dengan
produk yang disajikan,
keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen,
kebersihan peralatan makan, kerapihan penataan makanan, kesigapan pramusaji,
penampilan dan kerapihan pramusaji, kenyamanan restoran atau rumah makan
dan bebas dari asap.
81
a.
Kecepatan mengantarkan pesanan
Sebesar 60,00 persen responden memilih Abuba memiliki kinerja baik,
50,00 persen responden memilih Restoran MP memiliki kinerja cukup dan 43,33
persen responden memilih Obonk Steak and Ribs, Bogor memiliki kinerja cukup.
Dengan demikian, Abuba memiliki kinerja unggul dari Obonk Steak and Ribs,
Bogor dan Restoran MP. Restoran MP juga mengalami masalah dalam kecepatan
mengantarkan pesanan, tetapi pihak Restoran MP mengakalinya dengan
menyediakan snack secara gratis ke konsumen untuk disantap sambil menunggu
pesanan datang.
b.
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Sebagian besar responden menilai bahwa ketiga rumah makan dan restoran
mendapat nilai baik dalam hal kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan.
Sebesar 43,33 responden menilai baik kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor,
50,00 persen responden menilai baik kinerja Restoran MP dan 53,33 persen
responden menilai baik kinerja Abuba. Penilaian yang sama pada ketiga restoran
dan rumah makan tersebut karena sama-sama jarang terjadi kesalahan pesanan
dengan apa yang disajikan.
c.
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen
Pramusaji yang langsung berhadapan dengan konsumen harus selalu siap
melayani pelanggan dengan ramah dan sopan, seperti penyajian menu makanan
steak dan penyambutan konsumen yang baru datang. Kinerja Restoran MP dan
Obonk Steak and Ribs, Bogor mendapat nilai baik (53,33 persen dan 43,33
persen) sedangkan Abuba mendapat nilai cukup (43,33 persen). Dengan demikian,
82
kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor dianggap sudah memenuhi keinginan dan
harapan responden walaupun persentasenya lebih kecil dari Restoran MP.
d.
Kebersihan peralatan makan
Kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor, Restoran MP dan Abuba sama
yaitu sama-sama mendapat nilai baik, namun persentase responden pada tiap-tiap
rumah makan dan restoran berbeda-beda. Obonk Steak and Ribs, Bogor mendapat
nilai baik dari 43,33 persen, Abuba mendapat nilai baik dari 53,33 persen
responden, Restoran MP mendapat nilai baik dari 60,00 persen responden.
e.
Kerapihan penataan makanan
Kemenarikan cara penyajian terutama dalam hal kerapihan penataan
makanan dapat meningkatkan selera konsumen untuk mengkonsumsi makanan
yang telah dipesan. Kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor sedikit lebih rendah dari
Abuba dan Restoran MP. Obonk Steak and Ribs, Bogor memperoleh nilai cukup
(46,67 persen), beda sedikit dari responden yang memilih baik (43,33 persen),
tetapi nilai yang diambil adalah cukup karena lebih besar persentasenya. Restoran
MP dan Abuba mendapat nilai baik (63,33 persen dan 50,00 persen).
Persentase Restoran MP yang lebih besar dari Abuba pada atribut ini
mempunyai arti bahwa Restoran MP lebih unggul dari Abuba walaupun nilai yang
diberikan responden sama. Restoran MP menyajikan dan menyusun daging steak,
sayuran dan kentang lebih rapi dari Abuba dan Obonk Steak and Ribs, Bogor.
Penyusunan dan penyajian steak oleh Obonk Steak and Ribs, Bogor tidak ada
standar tertentu, adakalanya rapi, tetapi adakalanya juga penyusunannya kurang
menarik (Gambar penyajian steak dapat dilihat pada Lampiran 4).
83
f.
Kesigapan pramusaji
Responden menginginkan pramusaji cepat tanggap dengan keluhan ataupun
kebutuhan pelanggan saat maupun setelah mengkonsumsi produknya. Restoran
MP dan Abuba dalam hal kesigapan pramusaji dengan nilai baik (56,67 persen
dan 53,33 persen) lebih unggul daripada Obonk Steak and Ribs, Bogor dengan
nilai cukup (50,00 persen). Kelemahan Obonk Steak and Ribs, Bogor disebabkan
karena kurangnya tenaga kerja terutama pramusaji sehingga jika banyak
konsumen yang datang, sebagian kurang terlayani dengan cepat.
g.
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Seluruh karyawan harus menjaga kebersihan badan, pakaian, dan
penampilan yang rapi terutama pramusaji yang langsung berhadapan dengan
konsumen. Responden menilai baik penampilan pramusaji Abuba dan Restoran
MP (66,67 persen) sedangkan Obonk Steak and Ribs, Bogor dengan nilai cukup
(60,00 persen).
h.
Kenyamanan restoran atau rumah makan dan bebas dari asap
Obonk Steak and Ribs, Bogor dengan nilai baik (43,33 persen) dan
Restoran MP dengan nilai baik (63,33 persen) lebih unggul daripada Abuba
dengan nilai tidak baik (43,33 persen). Obonk Steak and Ribs, Bogor menganggap
bahwa dengan menyediakan tempat makan yang nyaman, konsumen akan puas
dan akan kembali lagi ke tempat ini untuk mengkonsumsi steak, begitu juga
dengan Restoran MP.
Kedua restoran dan rumah makan ini menyediakan tempat dan suasana
yang nyaman bagi konsumennya yaitu berupa suasana ruang yang sejuk,
bangunan yang unik, interior klasik, lampu yang remang-remang yang
84
menimbulkan suasana romantis bagi konsumen yang datang, tempat yang bersih
dan bebas dari asap hasil pembakaran steak. Perbedaan dari kedua tempat ini
adalah di Restoran MP banyak terdapat jendela sehingga konsumennya dapat
menikmati angin dari luar dan banyak terdapat bunga di sekeliling ruangan
sedangkan jendela di Obonk Steak and Ribs, Bogor hanya di bagian depan saja
dan hanya terdapat sedikit bunga. Hal inilah yang menyebabkan persentase
responden yang memilih Restoran MP lebih banyak dari Obonk Steak and Ribs,
Bogor.
Persentase responden yang memilih Abuba tidak baik dalam hal
kenyamanan rumah makan dan bebas dari asap lebih banyak. Hampir semua
ruangan Abuba kena asap hasil pembakaran steak karena tempat pembakaran
berada di depan rumah makan ini. Sebagian besar responden tidak nyaman dengan
asap tersebut. Pihak manajemen Abuba menganggap bahwa dengan pembakaran
steak di depan rumah makan ini merupakan strategi promosi sehingga orang yang
melewati Abuba akan penasaran dan mencoba steak di Abuba.
85
Tabel 21. Evaluasi Persaingan Aspek Proses Penyajian Antara Obonk Steak and
Ribs, Bogor, Abuba dan Restoran MP
Evaluasi Persaingan
X : Obonk Steak and Ribs, Bogor
A : Abuba
B : Restoran MP
No
Atribut
1
4
Kecepatan
mengantarkan
pesanan
Kesesuaian pesanan dengan
produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan
pramusaji berkomunikasi dengan
konsumen
Kebersihan peralatan makan
5
Kerapihan penataan makanan
X
AB
6
Kesigapan pramusaji
X
AB
7
Penampilan
dan
kerapihan
X
pramusaji
Kenyamanan
restoran
atau
rumah makan dan bebas dari
A
asap
= Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor sebelum benchmarking
1
2
3
8
Ket :
2
3
XB
4
5
A
BAX
A
XB
XBA
AB
XB
Setelah semua tahapan penyusunan matriks HOQ, evaluasi persaingan dan
evaluasi teknik selesai yang akan membantu dalam merumuskan permasalahan
dengan menggunakan metode benchmarking, selanjutnya adalah melanjutkan
langkah-langkah metoda benchmarking. Hasil yang diperoleh dari matriks HOQ
dapat dilihat pada Gambar 7.
6.2 Meninjau Langkah –Langkah yang Telah Dilaksanakan
Diadakan pengecekan kembali data-data dan keempat aspek kinerja yang
telah dibentuk, yaitu produk, proses produksi, proses penyajian dan segmentasi
pasar.
Pengecekan
benchmarking.
ini
dilakukan
sebelum
menentukan
kunci
sukses
++
+
Proses penyajian
7
6
5
4
4
2
1
3
3
2
4
3
6
3
3
1
5
●
●
●
○
∆
∆
○
○
○
∆
199
●
∆
53
●
∆
∆
∆
●
183
∆
178
Perawatan peralatan
dan perlengkapan
○
∆
∆
○
∆
∆
∆
∆
∆
○
○
○
●
●
●
●
●
●
○
●
300
Pencucian
●
○
●
∆
Pembersihan
ruangan
●
●
●
○
Penyajian dan
pelayanan
Pemasakan
Produk
Rasa enak sekali/rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran / porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran /rumah makan dan bebas dari asap
Bobot Kepentingan
Tekstur daging
Persyaratan Pelanggan (What)
Pengadaan dan
penanganan bahan
baku,
Bobot Konversi
Persyaratan Teknik (How)
Penyimpanan bahan
baku
+
++ ++ +
+ ++
+
++
++ + ++ ++
+
∆
B
X
∆
●
A
●
●
∆
●
74
○
4
A
∆
90
∆
48
5
X
B
A
X
B
A
XA
B
A
BX
A
X
X
X
●
X
XB
X
X
XB
X
X
X
B
X
B
XB
∆
2
3
X : Obonk Steak and Ribs,
Bogor
A : Abuba
B : Restoran MP
1
2
3
4
5
∆
1
Evaluasi Teknik
Evaluasi Persaingan :
AB
AXB
A
B
B
BA
BA
B
AX
AB
XA
A
BAX
XB
XBA
AB
AB
AB
XB
A
A
A
A
Keterangan :
● = hubungan kuat antara kedua persyaratan
tersebut, bernilai 9
○ = hubungan sedang antara kedua persyaratan
tersebut, bernilai 3
∆ = hubungan lemah antara kedua persyaratan
tersebut, bernilai 1
Kotak dibiarkan kosong menunjukan tidak ada
hubungan antara kedua persyaratan tersebut,
bernilai 0
= Posisi sebelum dilakukan benchmarking
Gambar 7. House of Quality Steak di Obonk Steak and Ribs, Bogor Tahun 2007
86
6.3 Menentukan Kunci Sukses yang Dapat Dilakukan Benchmarking
Obonk Steak and Ribs, Bogor adalah sebuah rumah makan yang
diusahakan dengan sistem waralaba yang berasal dari Solo. Sebagai perusahaan
waralaba, Obonk Steak and Ribs, Bogor mengikuti aturan yang ditetapkan oleh
franchisor.
Berdasarkan wawancara dengan karyawan Obonk Steak and Ribs, Bogor
terdapat beberapa atribut yang diteliti yang harus mengikuti perjanjian waralaba
dan tidak boleh berbeda dengan Obonk Steak and Ribs pusat. Atribut-atribut yang
telah disepakati antara franchisor dan franchisee tersebut dapat dilihat pada
Tabel 22.
Tabel 22. Klasifikasi Atribut Dari Kesepakatan Antara Franchisor dan Franchisee
Obonk Steak and Ribs, Bogor Tahun 2007
No
Atribut
Kesepakatan
Keterangan
Resep Obonk Steak and Ribs
pusat dipadu dengan resep yang
ditetapkan franchisee
Sesuai ketetapan franchisee
Sesuai ketetapan franchisee
Sesuai ketetapan franchisor
1
Rasa enak sekali/rasa khas
Berbeda
2
3
c4
5
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran
potongan
(tebal/tipis)
Ukuran/porsi
6
7
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Berbeda
Berbeda
Tidak
berubah
Tidak
berubah
Berbeda
Berbeda
8
9
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
10
Kecepatan
mengantarkan
pesanan
Kesesuaian pesanan dengan
produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan
pramusaji
berkomunikasi
dengan konsumen
Kebersihan peralatan makan
11
12
13
daging
Berbeda
Tidak
berubah
Berbeda
Sesuai ketetapan franchisor
Sesuai ketetapan franchisee
Franchisee (Obonk Steak and
Ribs, Bogor) menetapkan harga
10 persen lebih mahal dari
ketetapan pusat.
Sesuai ketetapan franchisee
Sesuai ketetapan franchisor
Sesuai ketetapan franchisee
Berbeda
Sesuai ketetapan franchisee
Berbeda
Sesuai ketetapan franchisee
Berbeda
Sesuai ketetapan franchisee
88
Tabel 22. Klasifikasi Atribut Dari Kesepakatan Antara Franchisor dan Franchisee
Obonk Steak and Ribs, Bogor Tahun 2007 (Lanjutan)
No
Atribut
Kesepakatan
14
15
16
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan
pramusaji
Kenyamanan restoran / rumah
makan dan bebas dari asap
Pengadaan dan penanganan
bahan baku
Berbeda
Berbeda
Tidak
berubah
Berbeda
Sesuai ketetapan franchisee
Sesuai ketetapan franchisee
Sesuai ketetapan franchisor
Berbeda
19
20
Penyimpanan bahan baku
Tekstur daging
Berbeda
Berbeda
21
22
23
24
Pemasakan
Pembersihan ruangan
Pencucian
Perawatan
peralatan
perlengkapan
Berbeda
Berbeda
Berbeda
Berbeda
Pada awal berdirinya,
Pengadaan bahan baku Obonk
Steak and Ribs, Bogor sama
dengan pusat, tetapi satu tahun
terakhir sudah punya pemasok
sendiri.
Sesuai ketetapan franchisee
Pemasok bahan baku Obonk
Steak and Ribs, Bogor berbeda
dengan pusat sehingga tekstur
dagingnya berbeda.
Sesuai ketetapan franchisee
Sesuai ketetapan franchisee
Sesuai ketetapan franchisee
Sesuai ketetapan franchisee
17
18
dan
Keterangan
Sesuai ketetapan franchisee
Tabel 22 menunjukkan bahwa atribut yang harus sama dengan Obonk
Steak and Ribs pusat adalah ukuran potongan daging (tebal/tipis), ukuran/porsi,
keragaman menu makanan, penampilan dan kerapihan pramusaji. Selain yang
terdapat pada tabel, merek dagang adalah hal yang paling utama harus sama
dengan pusat. Kelima atribut tersebut mencerminkan Obonk Steak and Ribs baik
yang ada di pusat maupun yang ada di tempat lain. Atribut yang lainnya
ditetapkan sesuai ketetapan franchisee yang tidak terlalu jauh berbeda dengan
yang ada di pusat.
Obonk Steak and Ribs, Bogor selalu berusaha untuk meningkatkan
kualitas produk dan pelayanan kepada konsumennya dengan melakukan perbaikan
kinerja. Obonk Steak and Ribs, Bogor mempunyai kelemahan dalam kinerjanya
89
terutama disebabkan kurangnya kontrol yang diberikan oleh Obonk Steak and
Ribs pusat. Tidak seperti perusahaan franchise lain yang berasal dari luar negeri
seperti KFC, Hoka-hoka Bento dan lain sebagainya dimana hampir tidak ada
perbedaan perusahaan pembeli franchise dengan pusat baik dari aspek produk,
proses produksi, maupun proses penyajian. Franchise luar negeri mempunyai
sistem yang jelas, merek sudah diterima di berbagai dunia dan lebih bergengsi.
Kurangnya kontrol yang diberikan oleh franchisor Obonk Steak and Ribs
disebabkan franchisor di dalam negeri tidak memiliki pengetahuan cukup piranti
awal dan kelanjutan usaha.
Aspek produk memiliki sembilan atribut. Benchmarking dilakukan pada
empat atribut yaitu atribut rasa enak sekali/rasa khas steak, daging steak empuk,
pemberian saos yang tepat/pas dan penawaran menu favorit.
Benchmarking tidak dilakukan pada atribut ukuran potongan daging dan
porsi steak yang disajikan, walaupun Abuba dan Restoran MP lebih unggul
dengan mendapat nilai masing-masing 4, sedangkan Obonk Steak and Ribs,
Bogor mendapat nilai yang lebih kecil yaitu 3. Ukuran potongan daging di Obonk
Steak and Ribs, Bogor lebih tipis dan panjang, sedangkan Abuba dan Restoran
MP tebal dan panjang. Porsi steak Abuba dan Restoran MP lebih besar dari
Obonk Steak and Ribs, Bogor. Alasan tidak dilakukannya benchmarking karena
sebagai rumah makan waralaba harus mengikuti menu dan aturan yang ditetapkan
oleh manajemen Obonk Steak and Ribs pusat.
Atribut harga steak pada Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Abuba
memperoleh nilai yang sama yaitu 4 sedangkan Restoran MP memperoleh nilai
yang lebih rendah yaitu 3. Mengingat hasil bahwa Obonk Steak and Ribs, Bogor
90
sudah memperoleh nilai yang tinggi, maka untuk atribut ini benchmarking tidak
dapat dilaksanakan.
Obonk Steak and Ribs, Bogor menawarkan banyak menu steak kepada
konsumen, begitu juga dengan Abuba. Kedua rumah makan ini memperoleh nilai
yang sama yaitu 4 dan lebih tinggi dari Restoran MP (nilai = 3). Oleh sebab itu,
benchmarking tidak dilakukan lagi oleh Obonk Steak and Ribs, Bogor.
Aspek proses produksi yang dilaksanakan oleh rumah makan dan restoran
terdiri dari tujuh atribut. Benchmarking dilakukan pada empat atribut yaitu
pengadaan dan penanganan bahan baku sebelum penyimpanan, penyimpanan
bahan baku, tekstur daging, dan pemasakan.
Obonk Steak and Ribs, Bogor tidak perlu melihat kinerja rumah makan
lain dalam atribut pembersihan ruangan karena sudah mengunggulinya. Untuk
meningkatkan kinerja lebih baik lagi, rumah makan ini harus mencari rumah
makan lain yang kinerjanya jauh lebih baik dalam atribut tersebut. Atribut
pencucian tidak perlu dilakukan benchmarking karena kinerja ketiga rumah
makan dan restoran sama. Ketiga rumah makan dan restoran mendapat nilai yang
kurang baik dalam perawatan peralatan dan perlengkapan dan tidak ada
keunggulan yang mencolok sehingga tidak perlu dilakukan benchmarking.
Aspek proses penyajian dan pelayanan memiliki delapan atribut. Atribut
yang akan dilakukan benchmarking ada empat, yaitu kecepatan mengantarkan
pesanan, kerapihan penataan makanan, kesigapan pramusaji dan penampilan dan
kerapihan pramusaji. Atribut kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
pada ketiga rumah makan memiliki nilai baik, yaitu 4 dan tidak ada yang dapat
dijadikan sebagai patokan bagi pelaksanaan benchmarking. Kinerja atribut ini
91
tidak ada yang mendapat nilai sangat baik (nilai 5) karena Obonk Steak and Ribs,
Bogor, Restoran MP dan Abuba pernah melakukan kesalahan dalam
mengantarkan makanan yang tidak sesuai dengan pesanan walaupun tidak sering.
Obonk Steak and Ribs, Bogor dalam keramahan dan kemampuan
pramusaji berkomunikasi dengan konsumen mendapat nilai baik (4) dan
konsumen merasa puas. Tidak ada hal yang perlu dilakukan benchmarking dari
Abuba dan Restoran MP.
Pramusaji Obonk Steak and Ribs, Bogor sudah melakukan tugas dengan
baik untuk aspek kebersihan peralatan makan. Peralatan makan terjaga
kebersihannya sesuai dengan standar restoran dan rumah makan, begitu juga
dengan Restoran MP dan Abuba. Ketiga rumah makan ini memperoleh nilai yang
sama sehingga tidak diperlukan lagi benchmarking.
Obonk Steak and Ribs, Bogor dan Restoran MP dalam kenyamanan
restoran atau rumah makan dan bebas dari asap mendapat nilai tertinggi yaitu 4.
Dekorasi pada kedua restoran ini dilakukan dengan menempatkan beberapa bunga
hias berupa bunga–bunga hidup yang segar, dengan diatur rapi dan bervariasi
yang diletakkan di atas meja buffet dan bunga-bungan plastik dalam pot keranjang
yang diletakkan di sudut ruangan restoran, juga ruangan ini didukung oleh
pencahayaan lampu untuk merefleksikan interior yang ada. Obonk Steak and
Ribs, Bogor bebas dari asap karena pembakaran dilakukan di dapur yang tidak
berhubungan langsung dengan konsumen. Untuk usaha pengembangan, sebaiknya
Obonk Steak and Ribs, Bogor mencari restoran lain yang lebih baik.
92
6.4 Menentukan Besarnya Gap, Menganalisa dan Menginterpretasikan
Data Kinerja Serta Menentukan Posisi yang Diharapkan
6.4.4
Aspek Produk
Penjualan Obonk Steak and Ribs, Bogor setiap harinya bekisar 100 porsi
steak (Rp.3.000.000,-) dan pada hari libur mencapai lebih dari dua kali lipatnya
(Rp.6.500.000,-) sedangkan Abuba dapat menjual sekitar 300 porsi steak (Rp.
19.100.000,-) pada hari biasa dan bahkan mencapai 1000 porsi pada hari libur.
Perbedaan penjualan antara kedua rumah makan ini disebabkan steak yang
ditawarkan oleh Abuba mempunyai kualitas hampir sama dengan hotel-hotel
berbintang dengan harga yang jauh lebih murah dari hotel-hotel berbintang
tersebut. Abuba hanya melakukan promosi dari mulut ke mulut tidak sebanding
dengan apa yang dilakukan oleh Obonk Steak and Ribs, Bogor. Obonk Steak and
Ribs, Bogor telah mengeluarkan biaya untuk promosi dengan menggunakan
media, seperti brosur/leaflet dan koran atau majalah.
Abuba lebih menitikberatkan bisnisnya pada kualitas steak yang dihasilkan
daripada kenyamanan tempat usaha seperti yang ditawarkan oleh rumah makan
dan restoran lainnya. Pada tahun 2008, Abuba akan merubah tempat usahanya
menjadi lebih besar dan menambah kenyamanan suasana rumah makan. Dengan
demikian, tidak hanya kualitas yang dapat diandalkan oleh Abuba, tetapi juga
kenyamanan rumah makan.
Kualitas steak pada atribut produk dapat dinilai dari rasa enak sekali/rasa
khas, daging steak empuk, daging steak juicy, pemberian saos yang tepat/pas.
Rasa enak sekali/rasa khas yang diciptakan oleh Abuba adalah hasil dari belajar
dengan chief yang berasal dari Texas pada mula berdirinya Abuba. Seperti
diketahui bahwa steak berasal dari Amerika. Dengan demikian, pemilik Abuba
93
belajar dengan orang yang ahli memasak steak. Seiring dengan perkembangan
usaha, Abuba banyak mempelajari resep-resep yang diciptakan oleh hotel-hotel
berbintang tetapi dengan mengefisienkan biaya produksi.
Obonk Steak and Ribs, Bogor mengikuti resep yang diciptakan oleh
Obonk Steak and Ribs pusat, tetapi tidak menutup kemungkinan Obonk Steak and
Ribs, Bogor mengembangkan usahanya. Cita rasa yang ditawarkan Obonk Steak
and Ribs, Bogor agak berbeda dengan Obonk Steak and Ribs lainnya, sesuai
dengan keinginan pemiliknya. Penciptaan cita rasa yang berbeda tersebut hanya
dilakukan pada awal pendirian. Sekarang tidak dilakukan lagi karena tidak ada tim
research and development product dan kurangnya perhatian dari Obonk Steak and
Ribs pusat. Obonk Steak and Ribs, Bogor diharapkan mendapat nilai 5 setelah
melihat kinerja Abuba.
Hewan yang baru dipotong dagingnya lunak dan lentur, kemudian jaringan
otot menjadi keras, kaku dan tidak mudah digerakkan. Banyaknya jaringan ikat
yang terkandung dalam daging juga akan menentukan tingkat kealotan/kekerasan
daging.
Daging steak agar menjadi empuk diberi perlakuan dengan memberikan
bahan tambahan sebagai enzim pengempuk daging, yaitu direndam dalam larutan
paya. Abuba dan Obonk Steak and Ribs, Bogor sama-sama merendam dalam
larutan paya, namun kualitas keempukan daging steak Abuba jauh lebih empuk
dari Obonk Steak and Ribs, Bogor. Hal ini disebabkan karena perlakuan yang
dilakukan oleh Obonk Steak and Ribs, Bogor kurang sempurna dan kualitas
daging kurang bagus (banyak jaringan ikat daging). Menu ribs NZ tidak
94
diusahakan lagi oleh Obonk Steak and Ribs, Bogor dengan alasan banyak
komplain dari konsumen mengenai kualitas daging ribs yang alot dan keras.
Kualitas daging dan distributor daging yang dipilih oleh Abuba juga
dengan mempelajari dari hotel-hotel berbintang, sama seperti yang dilakukan
untuk menciptakan cita rasa steak. Meskipun konsumen yang datang ke Obonk
Steak and Ribs, Bogor lebih banyak yang berumur 21 – 30 tahun dan Abuba lebih
didominasi oleh yang berumur 31 - 40 tahun, namun berapapun umur konsumen
mengharapkan daging yang empuk sehingga mudah dikonsumsi. Namun, ada
pendapat yang menyatakan bahwa usia yang lebih muda lebih mudah mencerna
daging daripada yang memiliki usia yang lebih tua. Kesamaan usia konsumen
yang mengkonsumsi steak di Obonk Steak and Ribs dan Restoran MP, untuk
atribut ini Obonk Steak and Ribs, Bogor diharapkan memiliki kinerja yang sama
dengan Restoran MP dengan mendapat nilai 4.
Abuba dan Obonk Steak and Ribs, Bogor sama-sama merendam daging
steak dengan mariner untuk mempertahankan juicy (intisari) daging steak. Juicy
daging yang diperoleh Abuba lebih baik. Setelah melihat kinerja Abuba dalam
mempertahankan daging steak juicy, diharapkan Obonk Steak and Ribs, Bogor
mendapat nilai 5.
Steak Abuba mempunyai cita rasa yang khas. Cita rasa yang khas tersebut
didukung dengan pemberian saos yang tepat pada saat pemasakan steak. Saos
barbeque diracik sendiri oleh bagian produksi. Begitu juga dengan Obonk Steak
and Ribs, Bogor yang meracik sendiri saos barbeque. Sebenarnya bagi orang luar
negeri, saos tidak terlalu penting, tetapi bagi masyarakat Indonesia dimana bisnis
Abuba dan Obonk Steak and Ribs, Bogor berada, pemberian saos yang tepat
95
sangat diperlukan untuk menambah cita rasa makanan. Abuba lebih unggul dalam
pemberian saos yang pas karena cita rasa yang dihasilkan membuat banyak
konsumen yang datang ke Abuba untuk mengkonsumsi steak. Setelah melihat
kinerja Abuba, diharapkan Obonk Steak and Ribs, Bogor mendapat nilai 5.
Atribut terakhir dalam aspek produk adalah gap yang terjadi antara Obonk
Steak and Ribs, Bogor dan Restoran MP dalam penawaran menu favorit.
Pramusaji Obonk Steak and Ribs, Bogor kurang aktif dalam menawarkan menu
favorit, yaitu Obonk steak dan Rib’s steak. Berbeda dengan Restoran MP, hampir
setiap konsumen ditawari menu favorit yang dimiiliki. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan penjualan menu favorit restoran. Manajemen Obonk Steak and
Ribs, Bogor yang sederhana dimana tidak ada pembagian tugas dan tanggung
jawab yang jelas dari masing-masing bagian dalam organisasi menyebabkan
kurangnya kontrol dalam menawarkan menu favorit, ditambah lagi pemilik
sekaligus menjabat sebagai manajer yang hampir tidak pernah mengawasi
pramusaji pada jam buka rumah makan. Setelah melihat kinerja Restoran MP,
diharapkan Obonk Steak and Ribs, Bogor dapat melebihi kinerja dari Restoran
MP dan mendapat nilai 5.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka posisi yang diharapkan bagi Obonk
Steak and Ribs, Bogor setelah dilakukan benchmarking ditunjukkan oleh X’
(dapat dilihat pada Tabel 23). Garis berwarna biru menunjukkan posisi Obonk
Steak and Ribs, Bogor sebelum benchmarking dilakukan pada aspek produk.
Garis berwarna orange menunjukkan posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor yang
diharapkan setelah dilakukan benchmarking.
96
Tabel 23. Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor Setelah Dilakukan Benchmarking
Pada Aspek Produk Tahun 2007
No
Atribut
Evaluasi Persaingan
X : Obonk Steak and Ribs, Bogor
X’: Obonk Steak and Ribs, Bogor setelah
benchmarking
A : Abuba
B : Restoran MP
1
Rasa enak sekali/rasa khas
1
3
X
4
B
5
AX'
2
Daging steak empuk
X
BX’
A
3
Daging steak juicy
4
Ukuran potongan daging
X
BA
5
Ukuran atau porsi
X
BA
6
Pemberian saos yang tepat/pas
X
B
7
Harga steak
B
AX
8
Penawaran menu favorit
X
AB
9
Keragaman menu makanan
B
XA
Ket :
6.4.5
2
XB
AX’
AX’
X’
= Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor sebelum benchmarking
= Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor setelah benchmarking
Aspek Proses Produksi
Kelemahan pertama yang dijumpai pada aspek proses produksi di Obonk
Steak and Ribs, Bogor adalah dalam pengadaan dan penanganan bahan baku
sebelum penyimpanan. Selain belum memiliki tim research and development
product, Obonk Steak and Ribs, Bogor juga belum memiliki tim riset pasar.
Contohnya saja pihak manajemen tidak mempertahankan menu ribs mencari
pemasok daging yang memiliki kualitas daging sapi dengan tekstur bagus.
Abuba yang sudah agak maju manajemennya, ada yang menjabat sebagai
manajer produksi yang bekerjasama dengan manajer service mengawasi tim
research and development dan tim riset pasar melakukan perencanaan pengadaan
97
bahan baku. Perencanaan pengadaan bahan baku dilakukan dengan melihat
penjualan hari-hari sebelumnya. Dengan demikian, penyimpanan bahan baku
yang terlalu lama di coolbox juga dapat dihindari. Abuba memasok bahan baku
tiap hari dari distributor. Obonk Steak and Ribs, Bogor memasok bahan baku dua
sampai tiga kali dalam seminggu.
Manajer produksi dibantu dengan supervisor produksi mengawasi jalannya
produksi
seperti
mengawasi
proses
penanganan
bahan
baku
sebelum
penyimpanan. Perlakuan yang diberikan pada daging steak sebelum menyimpan
daging di dalam coolbox adalah proses pengempukan dan mempertahankan juicy
daging. Obonk Steak and Ribs, Bogor kurang mendapat pengawasan dari pihak
manajemen sehingga hasil yang didapatkan tidak maksimal. Obonk Steak and
Ribs, Bogor diharapkan dalam pengadaan dan penanganan bahan baku sebelum
penyimpanan mendapat kinerja yang sama dengan Abuba setelah melihat kinerja
Abuba, yaitu mendapat nilai 4.
Kelemahan kedua Obonk Steak and Ribs, Bogor adalah dalam hal
penyimpanan bahan baku. Rumah makan ini memiliki kinerja yang bagus dalam
first in first out bahan baku yang ada dalam coolbox sama halnya dengan Abuba.
Kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor kurang baik dalam keteraturan dan
kerapihan letak daging dalam coolbox serta banyak daging yang terlalu lama
disimpan. Daging yang terlalu lama disimpan terjadi berkaitan dengan pengadaan
bahan baku yang kurang baik.
Abuba memiliki kinerja bagus dalam hal penyimpanan bahan baku karena
ada pengawasan dari manajer produksi dan supervisor produksi ditunjang dengan
perencanaan pengadaan bahan baku yang baik. Setelah melihat kinerja Abuba,
98
diharapkan Obonk Steak and Ribs, Bogor pada atribut ini mempunyai kinerja
yang sama dengan Abuba yaitu mendapat nilai 5.
Alasan ketiga benchmarking dilakukan karena Obonk Steak and Ribs,
Bogor memiliki kelemahan dalam memilih distributor daging yang memasok
daging yang teksturnya bagus dan tidak alot. Pada awal berdirinya Obonk Steak
and Ribs, Bogor memasok daging dengan distributor yang sama dengan Obonk
Steak and Ribs pusat yaitu pada PT Prima Selma. Awal tahun 2007, Obonk Steak
and Ribs, Bogor tidak lagi memasok daging dari perusahaan tersebut dan mencari
distributor daging lain dengan mengacu pada Obonk Steak and Ribs, Cinere.
Distributor daging Obonk Steak and Ribs, Bogor berbeda-beda untuk daging sapi,
daging sapi impor, ikan dan ayam.
Abuba mencari distributor daging
dengan mengacu pada hotel-hotel
berbintang karena Abuba butuh daging tidak hanya dengan kualitas baik, tetapi
juga kontinu untuk empat cabang Abuba
Distributor yang memiliki kualitas
daging yang bagus dan kontinu dapat ditentukan apabila ada tim riset pasar.
Benchmarking diharapkan dapat merubah kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor
minimal sama dengan Restoran MP yaitu mendapat nilai 4 karena segmentasi
pasar rumah makan dan restoran ini adalah sama yaitu 21 – 30 tahun.
Kelemahan terakhir Obonk Steak and Ribs, Bogor dari aspek proses
produksi adalah dalam pemasakan. Tempat pemanggangan dan penggorengan
daging steak hampir sama pada Obonk Steak and Ribs, Bogor, Restoran MP,
Abuba. Cara memanggang daging dan memasak pun hampir sama. Masingmasing restoran memperoleh
nilai 4. Tingkat kematangan tidak dinilai karena
99
tingkat kematangan steak sesuai dengan permintaan konsumen, yaitu welldone,
medium dan rare.
Perbedaan dalam memasak terletak pada bumbu yang diberikan pada saat
memasak yang menunjukan ciri khas cita rasa steak masing-masing restoran dan
rumah makan. Bumbu yang digunakan untuk memasak steak pada dasarnya sama
yaitu campuran saos barbeque, kecap atau madu, garam. Merica hitam bubuk
ditaburi di atas daging steak setelah daging steak matang dan siap disajikan.
Tiap-tiap rumah makan dan restoran mempunyai bumbu tambahan agar
citarasa yang khas dari masing-masing rumah makan dapat diciptakan. Dalam hal
pemberian bumbu Abuba memperoleh nilai 5 baik dari bumbu yang digunakan
maupun dalam ketepatan takarannya, Restoran MP memperoleh nilai 4 dan Obonk
Steak and Ribs, Bogor memperoleh nilai 3. Benchmarking diharapkan dapat
merubah kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor minimal sama dengan Abuba yaitu
mendapat nilai 4,5.
Posisi yang berubah pada aspek proses produksi ini yaitu atribut
pengadaan dan penanganan bahan baku sebelum penyimpanan, penyimpanan
bahan baku, tekstur daging dan pemasakan (dapat dilihat pada Tabel 24). Garis
berwarna biru menunjukkan posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor sebelum
benchmarking dilakukan pada aspek produk. Garis berwarna orange menunjukkan
posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor yang diharapkan setelah dilakukan
benchmarking.
100
Tabel 24. Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor Setelah Dilakukan Benchmarking
Pada Aspek Proses Produksi Tahun 2007
Evaluasi Teknik
X : Obonk Steak and Ribs, Bogor
X’: Obonk Steak and Ribs, Bogor setelah benchmarking
A : Abuba
B : Restoran MP
No
Atribut
1
2
Pengadaan dan penanganan
bahan
baku
sebelum
penyimpanan
Penyimpanan bahan baku
3
Tekstur daging
4
Pemasakan
X
B
5
Pembersihan ruangan
A
BX
6
Pencucian
7
Perawatan peralatan dan
X
AB
perlengkapan
= Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor sebelum benchmarking
= Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor setelah benchmarking
1
Ket :
6.4.6
1,5
2
2,5
B
3
3,5
X
4
4,5
5
AX’
XB
AX’
X
BX’
A
AX’
AXB
Aspek Proses Penyajian
Restoran Obonk Steak and Ribs, Bogor mempunyai masalah dengan
lamanya waktu yang diperlukan dalam menyajikan steak ke konsumen setelah
steak dipesan. Pada hari-hari biasa dan konsumen yang berkunjung tidak ramai ke
Obonk Steak and Ribs, Bogor, penyajian makanan dari proses pemasakan sampai
penyajian ke konsumen memerlukan waktu 10 – 15 menit sedangkan pada hari
Sabtu – Minggu proses penyajian bahkan sampai 30 menit. Hal ini terjadi karena
kurangnya tenaga kerja (koki dan pramusaji) yaitu total seluruhnya 15 orang.
Lamanya proses penyajian pada Abuba pada hari-hari biasa 10 menit dan pada
hari libur 10 – 15 menit. Hal ini ditunjang dengan jumlah tenaga kerja yang
memadai (43 orang). Benchmarking pada atribut ini diharapkan dapat merubah
kinerja Obonk Steak and Ribs, Bogor minimal sama dengan Abuba.
101
Obonk Steak and Ribs, Bogor memiliki masalah dalam kesigapan
pramusaji, jika rumah makan dalam keadaan ramai. Apabila konsumen
memanggil untuk memesan bagi yang baru datang dan konsumen yang telah
mengkonsumsi menambah pesanan, pramusaji kerepotan melayani konsumen
tersebut. Abuba lebih unggul karena memiliki pramusaji dalam jumlah yang
banyak sehingga dapat dengan cepat melayani konsumen tanpa harus menunggu
lama. Setelah melihat kinerja Abuba, diharapkan Obonk Steak and Ribs, Bogor
pada atribut ini mempunyai kinerja yang sama dengan Abuba dan Restoran MP
yaitu mendapat nilai 4.
Kerapihan penataan makanan merupakan hal yang dapat meningkatkan
selera konsumen untuk mengkonsumsi steak yang dipesan. Obonk Steak and Ribs,
Bogor melakukan benchmarking dengan melihat kinerja Restoran MP.
Sebenarnya tidak ada aturan daging, sayuran dan kentang diletakkan disebelah
mana piring, tetapi steak disajikan dengan menarik, rapi dan enak dilihat panca
indra. Restoran MP menyajikan steak beserta pelengkapnya dengan rapi, teratur
dan menarik yang menimbulkan selera pada konsumennya. Obonk Steak and Ribs
sudah mengatur letak makanannya, namun karena terburu-buru mengantarkan
pesanan ke konsumen, kerapihan steak beserta pelengkapnya di piring kurang
diperhatikan. Walaupun hal tersebut tidak sering terjadi karena pada hari-hari
biasa yang tidak ramai konsumen, kerapihan penataan makanan dapat
dipertahankan. Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari pihak
manajemen yang berkaitan dengan proses produksi yaitu chief dan asisten koki.
Benchmarking pada atribut ini diharapkan dapat merubah kinerja Obonk Steak
and Ribs, Bogor minimal sama dengan Restoran MP.
102
Penampilan dan kerapihan pramusaji juga menjadi perhatian konsumen
selain kemenarikan dalam penataan makanan. Karyawan Restoran MP terutama
pramusaji dalam kebersihan badan, pakaian dan penampilan yang rapi mendapat
nilai yang lebih baik dari karyawan Obonk Steak and Ribs, Bogor. Sebagai usaha
yang maju dan berkembang serta diawasi oleh supervisor yang mengawasi
langsung semua kegiatan baik produksi dan service, dan menegur jika ada
karyawan yang tidak baik kinerjanya, begitu juga dalam hal pakaian diawasi oleh
supervisornya. Apabila ada pakaian karyawannya yang kurang rapi dan salah
memakai seragam ditegur oleh supervisornya.
Penampilan dan kerapihan pramusaji di Obonk Steak and Ribs, Bogor
kurang mendapat perhatian dari managernya. Obonk Steak and Ribs, Bogor
diharapkan mendapat kinerja yang sama dengan Restoran MP
untuk atribut
penampilan dan kerapihan pramusaji setelah dilakukan benchmarking.
Posisi yang berubah pada aspek proses penyajian yaitu atribut kecepatan
mengantarkan pesanan, kerapihan penataan makanan, kesigapan pramusaji serta
penampilan dan kerapihan pramusaji (dapat dilihat pada Tabel 25). Garis
berwarna biru menunjukkan posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor sebelum
benchmarking dilakukan pada aspek produk. Garis berwarna orange menunjukkan
posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor yang diharapkan setelah dilakukan
benchmarking.
103
Tabel 25. Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor Setelah Dilakukan Benchmarking
Pada Aspek Proses Penyajian Tahun 2007
Evaluasi Persaingan
X : Obonk Steak and Ribs, Bogor
X’: Obonk Steak and Ribs, Bogor setelah
benchmarking
A : Abuba
B : Restoran MP
No
Atribut
1
4
Kecepatan
mengantarkan
pesanan
Kesesuaian pesanan dengan
produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan
pramusaji berkomunikasi dengan
konsumen
Kebersihan peralatan makan
5
Kerapihan penataan makanan
X
ABX’
6
Kesigapan pramusaji
X
ABX’
7
Penampilan
dan
kerapihan
X
pramusaji
Kenyamanan
restoran
atau
rumah makan dan bebas dari
A
asap
= Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor sebelum benchmarking
= Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor setelah benchmarking
1
2
3
8
Ket :
2
3
XB
4
AX’
5
BAX
A
XB
XBA
ABX’
XB
Benchmaking dilakukan untuk merubah kinerja Obonk Steak and Ribs,
Bogor menjadi lebih baik lagi sehingga omset perusahaan dapat meningkat dan
bahkan menjadi pemimpin pasar di industri rumah makan dan restoran steak
terutama di Bogor. Posisi yang diharapkan Obonk Steak and Ribs, Bogor setelah
dilakukan benchmarking dapat dilihat pada Gambar 8.
++
+
+
Proses penyajian
7
6
5
4
4
2
1
3
3
2
4
3
6
3
3
1
5
●
●
●
○
∆
∆
○
○
○
∆
199
●
∆
53
●
∆
∆
∆
●
183
∆
178
Perawatan peralatan
dan perlengkapan
○
∆
∆
○
∆
∆
∆
∆
∆
○
○
○
●
●
●
●
●
●
○
●
300
Pencucian
●
○
●
∆
Pembersihan
ruangan
●
●
●
○
Penyajian dan
pelayanan
Pemasakan
Produk
Rasa enak sekali / rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran / porsi
Pemberian Saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran /rumah makan dan bebas dari asap
Bobot Kepentingan
Tekstur daging
Persyaratan Pelanggan (What)
Pengadaan dan
penanganan bahan
baku,
Bobot Konversi
Persyaratan Teknik (How)
Penyimpanan bahan
baku
++ ++ +
+ ++
+
++
++ + ++ ++
+
∆
B
X
4
AX’
●
A
●
●
∆
●
74
○
5
AX’
X
B
AX’
XA
X’B
A
BX
X
X
X
●
∆
66
∆
48
X
BX’
X
X
XB
X
X
X
B
X
B
XB
∆
X
XB
A : Abuba
B : Restoran MP
1
2
3
∆
2
3
X’: Obonk Steak and Ribs, Bogor
setelah benchmarking
∆
1
Evaluasi Teknik
Evaluasi Persaingan :
X : Obonk Steak and Ribs, Bogor
AB
AXB
A
A
4
5
B
BX’
AX’
A
AX’
BA
BA
B
AX
AB
XA
AX’
BAX
XB
XBA
ABX’
ABX’
ABX’
XB
AX’
X’
Keterangan :
● = hubungan kuat antara kedua persyaratan
tersebut, bernilai 9
○ = hubungan sedang antara kedua persyaratan
tersebut, bernilai 3
∆ = hubungan lemah antara kedua persyaratan
tersebut, bernilai 1
Kotak dibiarkan kosong menunjukkan tidak ada
hubungan antara kedua persyaratan tersebut,
bernilai 0
= Posisi sebelum dilakukan benchmarking
= Posisi setelah dilakukan benchmarking
Gambar 8. House of Quality Steak dan Posisi Obonk Steak and Ribs, Bogor Setelah Dilakukan Benchmarking Tahun 2007
104
105
6.5 Merumuskan Saran Pengembangan Untuk Peningkatan Kinerja Obonk
Steak and Ribs, Bogor
Obonk Steak and Ribs, Bogor perlu melakukan perbaikan kualitas steak
agar konsumen merasa puas dan mau berulang-ulang kali mengkonsumsi steak di
Obonk Steak and Ribs, Bogor. Kekurangan Obonk Steak and Ribs, Bogor adalah
terletak pada kualitas steak yang dihasilkan. Kualitas steak yang dihasilkan
tergantung pada proses produksi yang dijalankan oleh perusahaan. Kualitas steak
dapat ditingkatkan dengan terus melakukan research and development product.
Obonk Steak and Ribs, Bogor perlu membentuk tim research and development
product. Tim ini dapat menciptakan rasa yang lebih enak lagi, steak yang lebih
empuk dan dapat mempertahankan daging steak juicy dengan mempelajari dari
rumah makan dan restoran steak yang unggul seperti Abuba . Dengan demikian
konsep “Rasa Bintang Lima, Harga Kaki Lima” benar-benar menjadi kenyataan.
Saran pengembangan bagi Steak and Ribs, Bogor adalah mempelajari dari
Abuba mengenai atribut produk dan proses produksinya untuk menciptakan rasa
yang lebih enak lagi, steak yang lebih empuk dan dapat mempertahankan daging
steak juicy. Obonk Steak and Ribs, Bogor tidak perlu mengkhawatirkan dengan
mempelajari dari Abuba harga steak menjadi mahal karena yang dirubah hanyalah
teknik dan resep-resep tertentu dengan tetap mempertahankan porsi dan menu
yang telah ada sebelumnya. Resep-resep yang dipelajari dari Abuba dipadu
dengan resep Obonk Steak and Ribs oleh tim research and development product
yang akan dibentuk agar ciri khasnya tidak hilang begitu saja.
Obonk Steak and Ribs, Bogor disarankan membentuk tim riset pasar
seperti yang dilakukan Abuba. Dengan adanya tim ini dapat melihat
perkembangan pasar steak, pesaing, dan hal yang dapat dilakukan untuk
106
meningkatkan penjualan dengan mengefisienkan biaya. Tim riset pasar ini tidak
hanya bertugas meningkatkan penjualan steak, tetapi juga melakukan tugas
meramalkan penjualan dan memilih distributor dengan kualitas daging yang bagus
dan biaya yang efisien. Peramalan penjualan yang baik akan menyebabkan
pengadaan bahan baku akan dapat dilakukan dengan baik dan daging yang
tersimpan terlalu lama di coolbox dapat dikurangi.
Pengawasan yang lebih ketat perlu dilakukan manajemen Obonk Steak and
Ribs, Bogor terhadap karyawannya sehingga daging dalam coolbox dapat
disimpan dengan rapi, pramusaji lebih sering menawarkan menu favorit
perusahaan, penataan makanan lebih menarik, serta penampilan dan kerapihan
pramusaji
dapat dijaga. Untuk mengatasi masalah kecepatan dan kesigapan
pramusaji, Obonk Steak and Ribs, Bogor disarankan menambah karyawan part
time pada hari libur, sehingga semua konsumen dapat terlayani dengan baik.
Obonk Steak and Ribs, Bogor tidak perlu menambah karyawan tetap karena pada
hari biasa konsumen dapat terlayani dengan baik.
BAB VII
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Metoda benchmarking kompetitif yang dipadu dengan QFD dilaksanakan
pada Obonk Steak and Ribs, Bogor sebagai pelaku benchmarking, Abuba dan
Restoran MP sebagai perusahaan pembanding benchmarking. Pelaksanaan
benchmarking ini dilakukan dengan menerapkan delapan langkah sesuai
dengan kondisi Obonk Steak and Ribs, Bogor.
2. Kunci sukses benchmarking meliputi empat aspek, yaitu produk, proses
produksi, proses penyajian dan segmentasi pasar. Terdapat 17 atribut evaluasi
persaingan dan tujuh atribut evaluasi teknik, yaitu rasa enak sekali/rasa khas,
daging steak empuk, daging steak juicy, ukuran potongan daging, ukuran atau
porsi, pemberian saos yang tepat/pas, harga steak, penawaran menu favorit,
keragaman menu makanan, kecepatan mengantarkan pesanan,
pesanan dengan
kesesuaian
produk yang disajikan, keramahan dan kemampuan
pramusaji berkomunikasi dengan konsumen, kebersihan peralatan makan,
kerapihan penataan makanan, kesigapan pramusaji, penampilan dan kerapihan
pramusaji, kenyamanan restoran atau rumah makan dan bebas dari asap,
pengadaan dan penanganan bahan baku sebelum penyimpanan, penyimpanan
bahan baku, tekstur daging, pemasakan, pembersihan ruangan, pencucian dan
perawatan peralatan dan perlengkapan.
108
2. Hasil dari benchmarking bisnis kompetitif steak adalah :
a. Benchmarking dilaksanakan pada aspek produk. Kualitas produk steak Obonk
Steak and Ribs, Bogor rendah akibat kurangnya perhatian atau kontrol dari
Obonk Steak and Ribs pusat dan di Obonk Steak and Ribs, Bogor sendiri tidak
ada tim research and development product. Disarankan kepada Obonk Steak
and Ribs, Bogor untuk mencontoh Abuba dalam usaha peningkatan mutu
steak. Atribut penawaran menu favorit masih kurang dilaksanakan oleh
pramusaji, hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari pihak
manajemen. Oleh sebab itu, Obonk Steak and Ribs, Bogor perlu mencontoh
Restoran MP.
b. Benchmarking dilaksanakan pada aspek proses produksi. Proses produksi
Obonk Steak and Ribs, Bogor perlu diperbaiki dengan membentuk tim pasar,
perencanaan dan pengadaan bahan baku yang baik dan pengawasan produksi
dari pihak manajemen.
c. Benchmarking dilaksanakan pada aspek proses penyajian. Proses penyajian
perlu diperbaiki mengenai waktu yang diperlukan dalam menyajikan makanan
dan kesigapan pramusaji dengan mencontoh Abuba sedangkan kerapihan
penataan makanan dan penampilan dan kerapihan pramusaji dengan
mencontoh Restoran MP.
7.2 Saran
1. Mengembangkan metoda benchmarking untuk mengevaluasi kinerja Obonk
Steak and Ribs, Bogor lebih lanjut yang dapat diprakarsai oleh pihak
manajemen dengan terlebih dahulu meningkatkan informasi kinerja dan
109
keunggulan perusahaan sendiri serta Abuba dan Restoran MP sebagai
perusahaan pembanding.
2. Metoda Benchmarking yang dipadu dengan QFD yang telah dilakukan oleh
peneliti dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan benchmarking oleh Obonk
Steak and Ribs, Bogor manajemen dengan menggunakan tolok ukur yang
lebih memadai.
3. Mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap kinerja Obonk Steak and Ribs,
Bogor dengan mengacu pada empat kunci sukses benchmarking. Perbaikanperbaikan tersebut mengenai kualitas steak yang dihasilkan dan kualitas
penyajian dan pelayanan terhadap konsumen. Saran pengembangan bagi
Obonk Steak and Ribs, Bogor adalah membentuk tim research and
development product, membentuk tim riset pasar, pengawasan yang lebih ketat
dilakukan manajemen Obonk Steak and Ribs, Bogor terhadap karyawannya,
dan penambahan karyawan part time pada hari libur.
110
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, D. W. 1999. Manajemen Kualitas. Universitas Atmajaya, Yogyakarta.
Aryarini, Astrid. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses
Keputusan di Restoran Waralaba Kotamadya Bogor. Skripsi. Jurusan
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2005a. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun
2005. Jakarta.
2005b. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia
Tahun 2002-2005. Jakarta.
Bendell, Tony, Louise Boulter dan John Kelly. 1995. Benchmarking Untuk
Keunggulan Bersaing. Terjemahan. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Besterfield, Dale H, et al.1999. Total Quality Management. Second Edition.
Prentice Hall. New Jersey.
Cohen, Lou. 1995. “Quality Function Deployment, How to Make QFD Work for
You”. Addison Wesley Publishing Company. Massachussetts.
Dani, D. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Roti Merk “Sari Roti” dan “Boti” di
Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan. 2006a. Perkembangan Rumah
Makan dan Restoran di Kota Bogor Tahun 2004 - 2006. Dinas Informasi
Kepariwisataan dan Kebudayaan. Bogor.
.
2006b.
Perkembangan
Kunjungan Wisatawan ke Bogor Tahun 2002 - 2006. Dinas Informasi
Kepariwisataan dan Kebudayaan. Bogor.
Gaspersz, V. 2001. Analisa Untuk Peningkatan Kualitas. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Gracia, Vincentia. 1996. Aplikasi Metoda Patok Duga (Benchmarking) Dalam
Kinerja Usaha Koperasi (Studi Kasus Pada KUD Mandiri Tani Mukti dan
KUD Mandiri Inti Sarwa Mukti, Kabupaten Bandung). Jurusan Ilmu-ilmu
Sosial Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hanafy, El. 2007. Analisis Keputusan Pembelian dan Positioning Produk Ayam
Panggang dan Steak di Restoran “MP” Bogor. Skripsi. Program Sarjana
111
Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Kasali, Rhenald. 2000. Membidik Pasar Indonesia Segmentasi, Targetting dan
Positioning. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. PT Prehallindo.
Jakarta.
Kotler, P dan Gary Amstrong. 1997. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi Kesembilan.
Terjemahan Intermedia. Jakarta.
Muspitawati, Heti. 2003. Kajian Strategi Peningkatan Kualitas Produk Industri
Sayuran Segar (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor). Skripsi.
Fakultas Teknologi pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Neta, Silvia. 2007. Analisis Penilaian Konsumen Terhadap Performance Restoran
Waralaba Lokal (Studi Kasus : Restoran Obonk Steak and Ribs, Bogor).
Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sinaga, Ferdinand. 2006. Analisis Sensitivitas Harga dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penilaian Konsumen Terhadap Harga Ayam Panggang dan
Steak di Restoran “MP” Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Watson, Gregory H. 1996. Strategic Benchmarking. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
112
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Steak di Obonk Steak and Ribs, Bogor Tahun
2007
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
Kampus IPB Darmaga, Jl. Kamper, Wing 4 Level 5, Bogor, Telp (0251) 629654, Fax. (0251) 421763,
e-mail : [email protected]
Kuesioner Penelitian
Seiring salam dan doa semoga Sdr/i senantiasa dalam lindungan-Nya
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari di tengah kesibukan Sdr/i, saya
mengharapkan kesediaan Sdr/i untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Kuesiner
penelitian ini dibuat sebagai alat penelitian bagi skripsi saya.
1. Nama: …………………………………………………………….
2. Berapakah usia saudara/i …………………………………………
3. Jenis Kelamin :
a) Laki-laki
b) Perempuan
4. Jenjang pendidikan terakhir saudara/i :
a) Tamat SLTP
d) Sarjana
b) Tamat SLTA
e) Pasca Sarjana
c) Diploma
5. Apakah pekerjaan saudara/i :
a) Pelajar / Mahasiswa
d) Wirausaha
b) PNS
f) Lainnya
c) Pegawai Swasta
6. Berapakah pendapatan saudara/i perbulan :
a) < 500 rb rupiah
d) 2 juta s/d 5 juta rupiah
b) 500 rb s/d 1 juta rupiah
e) > 5 juta rupiah
c) 1 juta s/d 2 juta rupiah
7. Dalam satu tahun berapa kali saudara/i berkunjung ke Obonk Steak and
Ribs, Bogor............................................................................
113
8. Steak apa yang saudara sering beli di Obonk Steak and Ribs, Bogor
............................... Alasannya...............................................................
9. Berapa kisaran nominal pembelian........................................................
10. Menurut Saudara berapa lama steak dipesan sampai siap disajikan di
Obonk Steak and Ribs, Bogor :
a) 10 menit
c) 20 menit
b) 15 menit
d) 25 menit
11. Berilah tanda cross check (√) pada satu kolom untuk setiap poin menurut
tingkat kebutuhan dan keinginan anda terhadap produk steak !
No
Atribut
1
Rasa enak sekali / rasa khas
2
Daging steak empuk
3
Daging steak juicy
4
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
5
Ukuran / porsi
6
Pemberian saos yang tepat/pas
7
Harga steak
8
Penawaran menu favorit
9
Keragamanan menu makanan
10
Kecepatan mengantarkan pesanan
11
Kesesuaian pesanan dengan produk
yang disajikan
Kesigapan dan kemampuan pramusaji
berkomunikasi dengan konsumen
Kebersihan peralatan makan
12
13
14
Kerapihan penataan makanan
15
Keramahan pramusaji
16
Penampilan dan kerapihan pramusaji
17
Kenyamanan restoran/rumah makan dan
bebas dari asap
(1)
Sangat
Tidak
Penting
(2)
Tidak
Penting
(3)
Biasa
Saja
(4)
Penting
(5)
Sangat
Penting
114
12. Berilah Nilai 1 – 5 pada kolom untuk setiap poin di bawah ini jika anda
pernah mengkonsumsi steak di ketiga resroran / rumah makan steak di
bawah ini !
No
Atribut
1
Rasa enak sekali/rasa khas
2
Daging steak empuk
3
Daging steak juicy
4
Ukuran potongan daging (tebal)
5
Ukuran / porsi
6
Pemberian saos yang tepat/pas
7
Harga steak
8
Penawaran menu favorit
9
Keragamanan menu makanan
10
Kecepatan mengantarkan pesanan
11
13
Kesesuaian pesanan dengan
produk yang
disajikan
Kesigapan
dan
kemampuan
pramusaji
berkomunikasi dengan konsumen
Kebersihan peralatan makan
14
Kerapihan penataan makanan
15
Keramahan pramusaji
16
Penampilan dan Kerapihan pramusaji
17
Kenyamanan restoran/rumah makan dan bebas
dari asap
12
Ket :
1 =
2 =
3 =
4 =
5 =
Sangat Tidak Baik
Tidak Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
Terima kasih atas partisipasinya
Obonk Steak
and Ribs,
Bogor
Abuba
Restoran
MP
115
Lampiran 2. Struktur Organisasi Perusahaan Pembanding Benchmarking
Pemilik/Manajer
Manager Produksi
Manager Service
Supervisor
Produksi
Supervisor
Service
Divisi
Koki
Divisi
Bar
Divisi
Pramusaji
Divisi
Kasir
(a) Struktur Organisasi Abuba di Cipete, Jakarta
Pemilik
Supervisor
Wakil Supervisor
Divisi
Pramusaji
Divisi
Counter
Administrasi
Kasir
Divisi
Bar
Makanan
Divisi
Dapur
Minuman
(b) Struktur Organisasi Restoran MP, Bogor
Keterangan :
:
: Divisi yang dianalisis
: Divisi yang tidak dianalisis
Divisi
Umum
116
Lampiran 3. Daftar Menu dan Harga Steak
Daftar Menu dan Harga Steak Pada Obonk Steak and Ribs, Bogor Tahun 2007
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
28
29
30
Menu
Beef crispy
Chicken crispy
Chicken cheese
Mix crispy
Double Crispy
Sirloin hot plate
Sirloin mushroom hot plate
Tenderloin hot plate
Chicken hot plate
Chicken mushroom hot plate
Oxtongue hot plate
T. bone hot plate
Black pepper hot plate
Sirloin barbeque
Tenderloin barbeque
Chicken barbeque
Chicken pepper barbeque
T. bone barbeque
Black pepper barbeque
Rib’s barbeque
Rib’s eye barbeque
Hot tuna barbeque
Cumi barbeque
Gindara barbeque
Obonk barbeque
Udang barbeque
Tenderloin pepper barbeque
Sirloin NZ
Tenderloin NZ
Tenderloin peper NZ
T. bone NZ
Black pepper NZ
Lamb chop NZ
Keterangan :
Harga belum ditambah 10 persen
Harga (Rupiah)
9.500
9.500
14.000
14.000
15.000
15.500
16.500
18.000
12.000
13.000
17.000
19.000
16.500
20.000
22.000
18.000
19.000
26.000
21.000
27.000
26.000
18.000
18.000
18.000
25.500
19.000
23.000
36.000
46.000
47.000
46.000
37.000
46.000
117
Lampiran 3. Daftar Menu dan Harga Steak (Lanjutan)
Daftar Menu dan Harga Steak Pada Abuba Tahun 2007
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Menu
Sirloin steak (Wagyu)
Rib eye steak (Wagyu)
Steak daging goreng
Ribs steak US
T. bone steak US
Rib eye steak US
Sirloin steak US
T. bone steak NZ
Lamb chop NZ
Rib eye steak NZ
Sirloin steak NZ
Tenderloin Steak lokal
T. bone steak lokal
Grill Salmon
Grill Kakap
Chicken Steak
Grill Sosis
Grill Beef Burger
Harga (Rupiah)
135.000
145.000
37.000
80.000
92.000
87.000
80.000
75.000
57.000
47.000
40.000
40.000
38.000
40.000
35.000
35.000
32.000
32.000
Keterangan :
Harga belum termasuk Ppn 10 persen
Daftar Menu dan Harga Steak Pada Restoran MP Tahun 2007
No
Menu
Harga (Rupiah)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Tempe steak
Ground Beef Steak
Squid Steak
MP Biefsteak
MP Carpetbag Steak
MP Biefstuck
Tenderloin Steak barbeque
Sirloin Steak barbeque
Chicken Steak barbeque
Ribs Steak barbeque
Snapper Steak barbeque
Ikan ayam-ayam steak barbeque
Tempe steak barbeque
23.000
42.000
37.000
79.000
79.000
79.000
47.000
47.000
39.000
51.000
49.000
23.000
25.000
118
Lampiran 4. Kerapihan Penyajian Steak Pada Obonk Steak and Ribs, Bogor,
Restoran MP dan Abuba
(a)
Gambar Steak Pada Obonk Steak and Ribs, Bogor
(b)
Gambar Steak Pada Restoran MP
(c) Gambar Steak Pada Abuba di Cipete, Jakarta
119
Lampiran 5. Nilai Perhitungan Hasil Wawancara di Obonk Steak and Ribs, Bogor
Perhitungan Bobot Kepentingan Persyaratan Teknik Pengadaan dan Penanganan
Bahan Baku sebelum Penyimpanan
Persyaratan Pelanggan
Rasa enak sekali / rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran / porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan
konsumen
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran/rumah makan dan bebas dari asap
Total (Bobot Kepentingan)
Nilai Hubungan
What dan How
9
9
9
3
1
0
3
3
3
0
0
Bobot
Absolut
7
6
5
4
4
2
1
3
3
2
4
0
3
0
0
0
0
0
0
6
3
3
1
5
0
0
0
0
0
(axb)
63
54
45
12
4
0
3
9
9
0
0
199
Perhitungan Bobot Kepentingan Persyaratan Teknik Penyimpanan Bahan Baku
Nilai Hubungan
What dan How
1
0
9
0
0
0
1
0
0
0
0
Bobot
Absolut
7
6
5
4
4
2
1
3
3
2
4
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan
konsumen
0
3
0
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan Penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran/rumah makan dan bebas dari asap
0
0
0
0
0
6
3
3
1
5
0
0
0
0
0
Persyaratan Pelanggan
Rasa enak sekali / rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran / porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Total (Bobot Kepentingan)
(axb)
7
0
45
0
0
0
1
0
0
0
0
53
120
Lampiran 5. Nilai Perhitungan Hasil Wawancara di Obonk Steak and Ribs, Bogor
(Lanjutan)
Perhitungan Bobot Kepentingan Persyaratan Teknik Tekstur Daging
Persyaratan Pelanggan
Rasa enak sekali / rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran Potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran / porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan
konsumen
Nilai Hubungan
What dan How
9
9
9
3
0
0
3
1
1
0
0
Bobot
Absolut
7
6
5
4
4
2
1
3
3
2
4
0
3
0
0
0
0
0
0
6
3
3
1
5
0
0
0
0
0
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran/rumah makan dan bebas dari asap
Total (Bobot Kepentingan)
(axb)
63
54
45
12
0
0
3
3
3
0
0
183
Perhitungan Bobot Kepentingan Persyaratan Teknik Pemasakan
Persyaratan Pelanggan
Rasa enak sekali / rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran / porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Nilai Hubungan
What dan How
9
3
9
1
0
9
1
1
1
9
0
Bobot
Absolut
7
6
5
4
4
2
1
3
3
2
4
(axb)
63
18
45
4
0
18
1
3
3
18
0
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan
konsumen
0
3
0
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran/rumah makan dan bebas dari asap
Total (Bobot Kepentingan)
0
0
0
0
1
6
3
3
1
5
0
0
0
0
5
178
121
Lampiran 5. Nilai Perhitungan Hasil Wawancara di Obonk Steak and Ribs, Bogor
(Lanjutan)
Perhitungan Bobot Kepentingan Persyaratan Teknik Penyajian dan Pelayanan
Persyaratan Pelanggan
Rasa enak sekali / rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran / porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan
konsumen
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran/rumah makan dan bebas dari asap
Total (Bobot Kepentingan)
Nilai Hubungan
What dan How
3
1
1
1
1
1
3
3
3
9
9
Bobot
Absolut
7
6
5
4
4
2
1
3
3
2
4
(axb)
21
6
5
4
4
2
3
9
9
18
36
9
3
27
9
9
9
3
9
6
3
3
1
5
54
27
27
3
45
300
Perhitungan Bobot Kepentingan Persyaratan Teknik Pembersihan Ruangan
Persyaratan Pelanggan
Rasa enak sekali / rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran / porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan
konsumen
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan Kerapihan Pramusaji
Kenyamanan restoran/rumah makan dan bebas dari asap
Total (Bobot Kepentingan)
Nilai Hubungan
What dan How
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
Bobot
Absolut
7
6
5
4
4
2
1
3
3
2
4
0
3
0
0
0
9
1
9
6
3
3
1
5
0
0
27
1
45
74
(axb)
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
122
Lampiran 5. Nilai Perhitungan Hasil Wawancara di Obonk Steak and Ribs, Bogor
(Lanjutan)
Perhitungan Bobot Kepentingan Persyaratan Teknik Pencucian
Persyaratan Pelanggan
Rasa enak sekali / rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran / porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan
konsumen
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran/rumah makan dan bebas dari asap
Total (Bobot Kepentingan)
Nilai Hubungan
What dan How
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
Bobot
Absolut
7
6
5
4
4
2
1
3
3
2
4
0
3
0
9
0
9
0
1
6
3
3
1
5
54
0
27
0
5
(axb)
0
0
0
0
0
0
1
0
3
0
0
90
Perhitungan Bobot Kepentingan Persyaratan Teknik Perawatan Peralatan dan
Perlengkapan
Nilai Hubungan
What dan How
1
0
0
0
0
0
0
0
0
9
0
Bobot
Absolut
7
6
5
4
4
2
1
3
3
2
4
Keramahan dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan
konsumen
0
3
0
Kebersihan peralatan makan
Kerapihan penataan makanan
Kesigapan pramusaji
Penampilan dan kerapihan pramusaji
Kenyamanan restoran/rumah makan dan bebas dari asap
Total (Bobot Kepentingan)
3
0
0
0
1
6
3
3
1
5
18
0
0
0
5
48
Persyaratan Pelanggan
Rasa enak sekali / rasa khas
Daging steak empuk
Daging steak juicy
Ukuran potongan daging (tebal/tipis)
Ukuran / porsi
Pemberian saos yang tepat/pas
Harga steak
Penawaran menu favorit
Keragaman menu makanan
Kecepatan mengantarkan pesanan
Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan
(axb)
7
0
0
0
0
0
0
0
0
18
0
Download