PENGENALAN BATUAN SEDIMEN A. Pengertian Batuan Sedimen Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari suatu endapan berupa bahan lepas yang mengalami sedimentasi dan pemadatan. Batuan sedimen juga bisa terbentuk melalui hasil rombakan suatu batuan, baik batuan beku, batuan metamorf, maupun batuan sedimen yang mengalami proses pelapukan fisika maupun kimia, erosi, transportasi (oleh air atau udara), dan pengendapan kemudian mengalami proses perubahan menjadi batu atau litifikasi. Menurut Hutton pada tahun 1875, batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen sebagai material lepas yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es, maupun tanah longsor. Selain itu, batuan sedimen juga terbentuk karena adanya proses penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam, dan material lainnya. Batuan sedimen merupakan batuan dengan singkapan terbanyak di permukaan bumi. Luas batuan sedimen yang tersingkap meliputi sekitar 75% permukaan bumi sedangkan batuan beku dan batuan metamorf hanya sekitar 25%. Akan tetapi, volume batuan sedimen hanya sekitar 2% dari total volume kerak bumi. Hal tersebut menunjukkan bahwa batuan sedimen memiliki sebaran yang luas tetapi memiliki ketebalan yang relatif tipis. Batuan sedimen memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah : 1. Adanya bidang perlapisan yang mencerminkan proses sedimentasi, terutama yang bersifat fisika dan kimia. 2. Bersifat klastik atau berbutir. 3. Adanya bekas kehidupan terutama pada batuan karbonat seperti batu gamping 4. Jika tersusun akan kristal-kristal maka selalu mono mineralik. B. Proses Pembentukan Batuan Sedimen Pembentukan batuan sedimen berawal dari batuan yang sudah ada sebelumnya yang mengalami proses pelapukan, erosi, transportasi, pengendapan, litifikasi, dan diagenesis. Pengendapan pada batuan sedimen biasanya terjadi pada tempat yang lebih rendah dari posisi batuan asalnya, seperti di laut dan danau. Batuan ini awalnya merupakan bahan yang lunak dan mengeras karena adanya proses diagenesis. Proses ini dapat terjadi pada suhu sampai 300ºC dan tekanan yang mencapai 1-2 kilobar, mulai dari proses pengendapan hingga batuan tersebut terangkat kembali dan tersingkap ke permukaan bumi. C. Litifikasi dan Diagenesis Litifikasi merupakan proses berubahnya material sedimen menjadi suatu batuan sedimen. Salah satu proses yang menyebabkan terjadinya litifikasi adalah kompaksi. Ketika sedimen mengalami pengendapan, berat material yang berada di atasnya akan menekan sedimen tersebut sehingga butiran sedimen tersebut semakin rapat dan rongga antar butiran semakin mengecil sehingga sedimen tersebut semakin padat dan menjadi batuan sedimen. Selain kompaksi, proses lain yang menyebabkan terbentuknya batuan sedimen adalah sementasi. Pada proses ini, material sedimen larut dalam air dan menjadi semen kemudian mengalami transportasi. Setelah itu larutan tersebut meresap ke dalam rongga antar butiran sedimen kemudian larutan akan mengikat butiran-butiran sedimen sehingga membentuk suatu batuan sedimen. Sementara itu, diagenesis adalah semua proses yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sedimen selama mengendap hingga berubah menjadi suatu batuan sedimen. Proses ini berlangsung pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi daripada proses pelapukan tetapi lebih rendah daripada suhu dan tekanan pada proses metamorfisme. Berdasarkan faktor yang mengontrolnya, proses diagenesis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu proses fisika, kimia, dan biologis. Proses diagenesis sangat mempengaruhi bentuk dan karakteristik batuan sedimen yang dihasilkan karena proses ini akan menyebabkan perubahan pada material sedimen, baik dari segi fisik, mineralogi, maupun kimia. C. Transportasi Sedimen Transportasi atau pengangkutan sedimen dapat dibagi menjadi tiga cara. Cara yang pertama adalah dengan proses suspension, proses ini biasanya terjadi pada sedimen yang memiliki ukuran butir sangat kecil sehingga dapat dipindahkan dengan mudah oleh aliran air ataupun udara. Cara yang kedua adalah dengan proses bed load, proses ini biasanya terjadi pada sedimen yang lebih besar seperti kerikil dan bongkahan. Proses ini terjadi karena adanya aliran dengan kecepatan yang cukup tinggi sehingga menghasilkan gaya yang cukup kuat untuk memindahkan sedimen tersebut. Pergerakan sedimen dimulai ketika gaya yang dihasilkan oleh aliran tersebut lebih kuat daripada inersia butiran sedimen ketika diam. Gerakan yang terjadi dapat berupa pergeseran, menggelinding, maupun gerakan saling mendorong antarsedimen. Cara yang ketiga adalah proses saltation yang artinya meloncat. Proses ini biasanya terjadi pada pasir karena aliran fluida mampu mendorong dan mengangkut pasir tersebut sampai akhirnya kembali ke dasar karena adanya gaya gravitasi. D. Jenis-jenis Batuan Sedimen Menurut Pettijohn, O`Dunn, dan Sill, batuan sedimen terbagi menjadi dua jenis, yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non klastik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari batuan yang sudah ada sebelumnya, baik batuan beku, batuan metamorf, maupun batuan sedimen. Batuan ini tersusun dari klastik-klastik yang mengalami pengendapan secara mekanik karena gaya berat klastik-klasik tersebut dan kemudian mengalami diagenesis sehingga menjadi batuan sedimen. Batuan sedimen klastik memiliki sifat fragmental (terdiri atas butiran-butiran) dan memiliki tekstur klastika. Batuan ini juga banyak mengandung mineral allogenic, yaitu mineral yang tidak terbentuk pada saat terjadinya proses sedimentasi, melainkan berasal dari batuan asal yang mengalami perpindahan dan mengendap di lingkungan sedimentasi. Contoh dari batuan sedimen klastik adalah breksi, batu pasir, dan konglomerat. Batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari hasil penguapan suatu larutan atau pengendapan suatu material yang terletak pada satu tempat. Pembentukan batuan sedimen non klastik dapat berupa proses kimia, biologi, organik, atau kombinasi antara proses-proses tersebut yang disebut biokimia. Batuan ini dapat berasal dari sisa organisme yang sudah mati seperti cangkang hewan dan kayu dari tumbuhan yang sudah mati. Sementara itu, menurut Sanders dan Tucker, batuan sedimen terbagi menjadi empat jenis, yaitu : 1. Batuan Sedimen Klastik 2. Batuan Sedimen Kimia Batuan sedimen kimia adalah batuan sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia seperti penguapan, presitasi, dan konsentrasi, contohnya adalah batu garam, batu gypsum, dan stalagmit. 3. Batuan Sedimen Organik Batuan sedimen organik adalah batuan sedimen yang berasal dari sisasisa mahluk hidup. Batuan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu batuan sedimen biomekanik dan batuan sedimen biokimia. Batuan sedimen biomekanik adalah batuan yang terbentuk dari sisa mahluk hidup yang mengendap karena beratnya sendiri, contohnya adalah batu gamping. Sementara itu, batuan sedimen biokimia adalah unsur gamping dan sisilium mengendap dengan batuan mahluk hidup, contohnya adalah batu gamping terumbu. 4. Batuan Sedimen Klastik Gunung Api Batuan sedimen klastik gunung api adalah batuan sedimen yang material pembentuknya berasal dari aktivitas gunung berapi dan memiliki tekstur klastik. E. Struktur Batuan Sedimen Berdasarkan waktu pembentukannya, struktur batuan sedimen dapat dibagi menjadi struktur primer dan sekunder. Struktur primer merupakan struktur yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan sedimen tersebut, sedangkan struktur sekunder adalah struktur yang terbentuk setelah batuan sedimen tersebut terbentuk. Contoh-contoh struktur yang dapat ditemukan pada batuan sedimen di antaranya adalah : 1. Parallel Bedding/Lamination Struktur batuan yang tersusun secara mendatar dan sejajar. 2. Cross Bedding Struktur berupa lapisan yang saling berpotongan. 3. Graded Bedding Struktur berupa lapisan yang butirannya semakin halus atau kasar ke suatu arah. 4. Slump Struktur batuan sedimen berupa lipatan kecil yang meluncur ke arah bawah. 5. Load Cast Struktur batuan sedimen berupa bentuk yang tidak beraturan di permukaan yang disebabkan oleh beban. 6. Flute Cast Struktur batuan sedimen berupa gerusan pada permukaan karena adanya suatu aliran atau arus. 7. Rain Print Struktur batuan sedimen berupa lubang lubang kecil yang terbentuk karena air hujan. 8. Burrow Lubang pada batuan sedimen yang terbentuk karena aktivitas organisme. 9. Flame Structure Lapisan yang berbentuk seperti api karena suatu sedimen yang belum terlitifikasi dengan sempurna tertimpa beban yang lebih berat. 10. Wash Out Struktur pada batuan sedimen karena adanya erosi secara tiba-tiba yang disebabkan oleh arus yang kuat pada permukaan. 11. Mud Cracks Retakan yang biasanya berbentuk poligon pada suatu lapisan lumpur sedimen. 12. Track Jejak kaki suatu mahluk hidup pada batuan sedimen. 13. Stormatolite Struktur batuan sedimen dengan bentuk lembaran mirip terumbu yang terbentuk karena adanya aktivitas cyanobacteria. 14. Tool Marks Mirip dengan flute cast tetapi gerusannya terbentuk karena adanya gesekan dengan suatu benda yang pergerakannya dipengaruhi oleh arus. 15. Trail Jejak yang terdapat pada suatu batuan sedimen berupa bekas terseretnya bagian tubuh suatu mahluk hidup. KESIMPULAN Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari suatu endapan berupa bahan lepas yang mengalami sedimentasi dan pemadatan. Batuan ini merupakan batuan dengan singkapan terbanyak di permukaan bumi. Luas batuan sedimen yang tersingkap meliputi sekitar 75% permukaan bumi tetapi volumenya hanya sekitar 2% dari total volume kerak bumi. Pembentukan batuan sedimen berawal dari batuan yang sudah ada sebelumnya yang mengalami proses pelapukan, erosi, transportasi, pengendapan, litifikasi, dan diagenesis. Litifikasi merupakan proses berubahnya material sedimen menjadi suatu batuan sedimen. Seluruh proses yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sedimen selama mengendap dan membatu disebut diagenesis. Transportasi atau pengangkutan sedimen dapat dibagi menjadi tiga cara, yaitu suspension, bed load, dan saltation. Menurut Pettijohn, O`Dunn, dan Sill, batuan sedimen terbagi menjadi dua jenis, yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non klastik. Sementara itu, menurut Sanders dan Tucker, batuan sedimen terbagi menjadi empat jenis, yaitu batuan sedimen klastik, batuan sedimen kimia, batuan sedimen organik, dan batuan sedimen klastik gunung api. Struktur batuan sedimen dapat dibagi menjadi struktur primer dan sekunder. Struktur primer merupakan struktur yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan sedimen tersebut, sedangkan struktur sekunder adalah struktur yang terbentuk setelah batuan sedimen tersebut terbentuk. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2013. “Struktur 2. Anonim. 2016. “Modul Geodas Pemicu I Bagian 1”. Universitas Batuan Sedimen”. Suara Geologi. Indonesia, Jakarta. 3. Anonim. 2021. “Batuan Sedimen : Pengertian, Proses, dan Jenisnya”. Ilmugeografi. 4. Hari, Reza. 2015. “Struktur-struktur Batuan Sedimen”. Geohazard009. 5. Zuhdi, Muhammad. 2019. “Buku Ajar Pengantar Geologi”. Duta Pustaka Ilmu, Lombok. LAMPIRAN