KLASIFIKASI TANAH Berdasarkan proses pembentukannya, tanah dibagi menjadi 2, yaitu : Tanah sedimen, yaitu tanah yang terbentuk dari hasil lapukan batuan yang kemudian diendapkan di lokasi lain oleh proses alam, misalnya oleh air, angin, dan lain-lain, biasanya tanah sedimen bersifat lebih homogen, terdiri atas lapisan yang bergantiganti. Contohnya adalah tanah lempung pantai yang biasanya diselingi oleh lapisan pasir. Tanah residual, yaitu tanah yang terbentuk dari hasil lapukan batuan yang kemudian diendapkan di atas batuan induknya, oleh karena itulah biasanya pada tanah residual kuat geser tanah meningkat berdasarkan kedalaman, ini disebabkan oleh bagian tanah yang dekat dengan permukaan telah mengalami pelapukan yang lebih besar dibandingkan dengan tanah di bawahnya. Perlu diketahui bahwa buku-buku mekanika tanah yang ada dan diajarkan saat ini adalah buku mekanika untuk tanah-tanah sedimen, bukan untuk tanah residual. Jika dalam analisis tanah-tanah sedimen yang diperhitungkan hanya tekanan air pori (pore water pressure), maka pada tanah residual selain tekanan air pori juga tekanan udara pori (pore air pressure) Berdasarkan ukuran butirnya, tanah dibagi menjadi 4 yaitu : Kerikil (gravel) Pasir (sand) Lanau (silt) Lempung (clay) Selain tanah-tanah tersebut di atas, maka ada juga tanah yang dikategorikan tanah-tanah khusus atau tanah “sulit”. Ini disebabkan karena jika berhadapan dengan tanah-tanah seperti ini, maka dibutuhkan perhatian dan analisis yang khusus. Tanah gambut (peats soil) Tanah yang sangat lunak (very soft soil) Tanah mengembang (expansive soil) PENJELASAN JENIS DAN KLASIFIKASI TANAH Penjelasan Jenis dan Klasifikasi Tanah - Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah dengan klasifikasi yang berbeda. Tingkat kategori yang sudah banyak dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah di Indonesia, yaitu tingkat kategori jenis (great soil group). Klasifikasi jenis-jenis tanah pada tingkat tersebut sering digunakan untuk mengelompokkan tanah di Indonesia. a. Tanah Organosol atau Tanah Gambut Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi. Penjelasan Jenis dan Klasifikasi Tanah b. Tanah Aluvial Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai. c. Tanah Regosol Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. d. Tanah Litosol Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia. e. Tanah Latosol Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut. Ada banyak sistem klasifikasi di dunia, tetapi ada dua sistem yang terkenal, yaitu sistem klasifikasi tanah USDA Soil Taxonomy (1975) dan sistem klasifikasi tanah FAO/UNESCO (1970). Sistem klasifikasi tanah nasional yang dikembangkan di Indonesia semula dikembangkan oleh R. Dudal dan M. Soepraptohardjo (1957) yang secara resmi dikeluarkan oleh lembaga penelitian tanah (LPTPuspetan). Dalam perkembangannya mengalami beberapa kali modifikasi (penyempurnaan sampai yang terakhir yaitu dengan diterbitkannya Terms of Reference Tipe, Pemetaan Tanah 1980). Kategori yang digunakan ada enam, berturut-turut dari kategori tertinggi hingga terendah, yaitu: (1) golongan, (2) kumpulan, (3) jenis, (4) macam, (5) rupa, dan (6) seri. f. Tanah Grumusol Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid atau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. g. Tanah Podsolik Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering. h. Tanah Podsol Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah. i. Tanah Andosol Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam. j. Tanah Mediteran Merah Kuning Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”. k. Hidromorf Kelabu Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan. Demikianlah Penjelasan Jenis dan Klasifikasi Tanah, semoga bermanfaat. Klasifikasi Tanah Sistem USDA (United States Department of Agriculture) Tanah merupakan zat bentukkan alam yang terdiri dari mineral, udara, air dan bahan organik. Di berbagai belahan bumi ini terdapat berbagai macam jenis tanah dengan karakteristik masingmasing. Untuk memudahkan pengenalan jenis tanah tersebut maka dibutuhkan sistem klasifikasi. Salah satu sistem klasifikasi tanah yang masih dipakai saat ini adalah sistem USDA (United States Department of Agriculture) tahun 1975 atau miliknya negara Amerika. USDA mengklasifikasikan tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut. Ciri khas dari penamaan jenis tanahnya adalah semua berakhiran "sol". Terdapat 10 jenis tanah menurut USDA yaitu: 1. Entisol Yaitu tanah yang baru terbentuk dan dicirikan dengan perkembangan tanah yang belum terlihat jelas. Tanah Entisol umumnya terdapat pada sedimen yang belum terkonsolidasi seperti pasir dan beberapa lapisan memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar (bedrock). Entisol 2. Vertisol Yaitu tanah yang memiliki kandungan liat yang sangat tinggi, mudah mengembang ketika basah dan mudah mengkerut ketika kering. Tanah jenis ini seringkali menghasilkan rekahan tanah yang cukup dalam sehingga lapisan yang ada di permukaan masuk ke dalam rekahan tersebut. Vertisol 3. Inceptisol Yaitu tanah yang masih muda, tetapi lebih berkembang dibandingkan entisol. Tanah ini sudah memperlihatkan adanya perlapisan dan cenderung subur. Inceptisol 4. Aridisol Yaitu tanah yang terbentuk di daerah kering (arid) seperti gurun. Pembentukkan tanah aridosol sangat lambat dengan komposisi bahan organik yang sangat sedikit. Aridisol 5. Mollisol Yaitu tanah lunak yang memiliki horison A yang sangat tebal dan berwarna hitam. Dalam kondisi kering tanah ini tidak keras. Mollisol 6. Spodosol Yaitu tanah yang terbentuk dari proses podsolisasi (daerah pegunungan). Merupakan tanah yang berasal dari hutan pinus (conifer) dan deciduous yang terdapat pada daerah beriklim sejuk/dingin. Spodosol 7. Alfisol Yaitu tanah yang mengandung alumunium dan besi yang berasal dari akumulasi lempung dan terbentuk ketika kelembabannya cukup hangat. Alfisol 8. Ultisol Yaitu tanah yang mengalami pencucian hebat dan bersifat asam. Ultisol 9. Oxisol Yaitu tanah yang sudah tua dan memiliki kandungan oksida sangat tinggi.Tanah ini menunjukkan batas horison yang sudah tidak jelas. Oxisol 10. Histosol Yaitu tanah yang berasal dari pelapukan tumbuhan diatasnya. Tanah ini memiliki kandungan organik yang tinggi. Contoh dari tanah ini adalah tanah gambut. Histosol Sumber: Djauhari Noor. 2009. Geomorfologi Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah