Kalibrasi XIII IOP Pertemuan 1 KONSEP PENGUKURAN Karakteristik Statis Pengukuran Kesalahan pada pengukuran Berdasarkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kesalahan, kesalahan dalam pengukuran dapat diklasifikasikan menjadi tiga sumber kesalahan, yaitu kesalahan karena alam (natural error), kesalahan karena alat (instrumental error), dan kesalahan karena pengukur (personal error). 1.Kesalahan Alam (natural error) 2.Kesalahan Alat (instrumental error) 3. Kesalahan Pengukur (personal error) Hal-hal yang penting diperhatikan dalam melakukan pengukuran 1. cara pengukuran harus benar 2. alat ukur harus dalam keadaan baik 3. secara periodik harus di cek (kalibrasi) 4. penyimpanan alat harus diperhatikan 5. operator (orang yang mengukur) harus teliti 6. keadaan dimana dilakukan penelitian harus diperhatikan KONSEP KALIBRASI Pertemuan 2 Kalibrasi • Kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) merupakan serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditujukan oleh instrumen alat ukur atau sistem pengukuran, maupun nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai nilai yang sudah diketahui yg berkaitan dr besaran yang di ukur dalam kondisi tertentu • Nilai yang telah diketahui ini biasa merujuk kepada suatu nilai dr kalibrator atau standar, yang harus memiliki akurasi yang lebih tinggi drpada alat ukur yang di tes, (biasa disebut unit under tes UUT). Tujuan Kalibrasi • Arti penting dari kalibrasi alat ukur selain dipakai untuk memenuhi salah satu persyaratan sistem management mutu, sistem manajemen lingkungan, juga memiliki beberapa manfaat lainnya, yakni: • Menjamin kondisi alat ukur tetap terjaga sesuai dengan spesifikasi. • Menghindari cacat atau penyimpangan hasil ukur. • Menjamin hasil pengukuran sesuai dengan standard Nasional atau internasional. • Jaminan mutu pada produk yang dihasilkan lewat sistem pengukuran yang valid. Kapan kalibrasi dilakukan? • Perangkat baru • Suatu perangkat setiap waktu tertentu • Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi) • Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan ataupun getaran yg berpotensi mengubah kalibrasi • Ketika hasil observasi dipertanyakan Syarat dilakukan Kalibrasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Adanya kalibrator. Adanya objek ukur atau unit under test. Adanya prosedur kalibrasi yang mengacu pada standar kalibrasi internasional, nasional atau prosedur yang dikembangkan sendiri dari laboratorium yang sudah teruji. Adanya teknisi yang sudah memenuhi persyaratan memiliki kemampuan teknisi kalibrasi dan sebaiknya juga bersertifikat. Lingkungan terkondisi baik dari suhu atau kelembaban. Apabila tidak bisa dikondisikan seperti terjadi ketika kalibrasi di lapangan terbuka, maka faktor lingkungan harus diakomodasi pada proses pengukuran dan juga perhitungan ketidakpastian. Hasil kalibrasi yakni quality record berupa sertifikat kalibrasi. Di dalamnya sudah tercatat correction value, measured value dan juga nilai uncertainty. Dari sertifikat ini, maka bisa diketahui informasi tentang kenaikan insrument yang dikalibrasi. Artinya, anda bisa menambahkan banyak keterangan yang dibutuhkan dan bahkan bisa ditambahkan dengan foto, gambar, hasil analisa khusus, nilai TUR [Test Uncertainly Ratio] dan bahkan juga bisa melampirkan laporan kinerja kalibrator yang dipakai dalam proses tersebut. Pertemuan 3 JENIS KALIBRATOR HART COMMUNICATOR • HART merupakan singkatan dari “Highway Addressable Remote Transducer” yang bisa diterjemahkan sebagai Transducer berada pada remote area (jauh) . • Protokol HART menggunakan sinyal analog 420mA sebagai sinyal yang ditumpangi dari hasil mengkonversi pengukuran di Transmitter. Fungsi HART Fungsi-fungsi penting dari HART 375 communicator adalah: 1. Memberikan detail identifikasi dari instrument yang sedang dievaluasi. Identifikasi itu meliputi tipe instrument, sensor type, model no, dll. 2. Dapat memberi nama / tagging atau merubah untuk setiap HART instrument. 3. Dapat melakukan diagnostic abnormality dari setiap HART instrument. (Sensor Malfunction, Transducer Malfunction, dll) 4. Dapat melakukan adjustment untuk URV (Upper Range Value), LRV (Lower Range Value). 5. Dapat memonitor nilai Process Variable dan nilai signal mA. 6. Dapat digunakan untuk me-reset dan men-setup reading value selama kalibrasi. 7. Dapat digunakan untuk memberikan perintah Auto-Manual Calibration untuk control valve. 8. Dapat digunakan untuk menentukan Equal Percentage, Linear, dan Quick Opening dari Control Valve. 9. Dapat digunakan untuk mensetting type sensor. Kejadian yang sering ditemui adalah pada temperatur transmitter ketika sensor thermocouple disetting sebagai RTD maka nilai dari sensor yang dikirim tentu tidak akan terbaca secara benar oleh transmitter. 10. Dapat melakukan injeksi signal untuk simulasi. Mode Konfigurasi Jaringan pada HART COMMUNICATOR 1. Mode Point-to-Point 2. Multi Drop Mode Contoh • Dimisalkan pengukuran temperatur memiliki range pengukuran 20 Celcius hingga 100 Celcius maka dalam konversi ke sinyal analog akan menjadi 4-20 mA yang berarti ketika temperatur 20 Celcius maka sinyal analognya adalah 4 mA dan ketika maksimum 100 Celcius maka sinyal analognya adalah 20mA. perubahan sinyal analog linear dengan perubahan temperaturnya. • Kemudian protokol HART yang menumpang dijalur analog 4-20mA menggunakan modulasi digital untuk berkomunikasi dengan cara mengirimkan data serial yang di modulasi dengan FSK (Frequency Shift Keying). data Analog di konversi kedalam digital kemudian dikirimkan melalui serial line dan dimodulasi. Sebelumnya, FSK adalah sebuah metode penyisipan data melalui gelombang sinyal dengan cara menyisipkan frekuensi. pada komunikasi HART, Frekuensi yang digunakan adalah 2200 Hz dan 1200Hz. frekuensi 2200Hz diterjemahkan sebagai ‘0’ dan 1200Hz diterjemahkan sebagai ‘1’. PROSEDUR KALIBRASI Pertemuan 5 Kalibrasi Tekanan • Tekanan adalah besaran proses yang mempunyai peranan sangat penting dalam pabrik industri. Baik dalam industri migas, manufaktur, makanan, petrokimia, pembangkit listrik dan lain-lain, tekanan menjadi parameter yang berpengaruh terhadap kualitas produk. • Tekanan dirumuskan sebagai “GAYA PER SATUAN LUAS”. Satuan unit untuk tekanan ada bermacam-macam, diantaranya Bar, PSI, Pascal, Atmosphere, Kg/cm2, meter air raksa dan lain-lain. Pressure Gauge • Pengukuran terhadap besaran proses yang disebut TEKANAN hanya berlaku untuk benda dalam phase cair dan benda dalam phase gas. • Sebagai salah satu parameter besaran proses hasil pengukuran tekanan harus ditampilkan dalam bentuk angka, salah satu perangkat yang banyak digunakan untuk keperluan menampilkan ukuran tekanan adalah pressure gauge . • Selain pressure gauge peranti ukur lain nya adalah manometer, barometer, dan pressure transmitter. Prinsip Kerja Pressure Gauge Pressure gauge jeis ini pada dasarnya terdiri dari tabung berongga berbentuk C, yang salah satu ujungnya tetap dan terhubung ke pengukur tekanan dengan ujung lainnya bebas. Mulanya tabung elips (tabung Bourdon) berbentuk penampang melingkar. Ketika tekanan diterapkan terdapat tekanan yang memaksa tabung untuk meregang, dengan demikian ujung bebas tabung bergerak ke atas, bergantung dengan besarnya tekanan yang bekerja. Mekanisme peregangan pada ujung bebas tabung bourdon yang terjadi akan memutar roda gigi dan pointer menunjukkan pembacaan tekanan. Langkah-langkah Kalibrasi Pressure Gauge 1. Persiapkan alat-alat untuk kalibrasi: • Kunci inggris, • Obeng, • Puller (alat untuk mencabut jarum pressure gauge) • Strap band (alat untuk membuka kaca pressure gauge) • Kalibrator misalnya Dead Weight Tester atau Dead Weight Gauge • Alat tulis 2. Pasangkan pressure gauge pada kalibrator, dibawah ini adalah gambar Dead Weight Gauge sebagai kalibrator Keterangan Gambar: A-Pressure gauge standard B-Pressure gauge yang dikalibrasi C-Tabung oli D-Valve Pengatur tekanan halus E-Manifold pengencang pressure gauge F-Valve G-Piston pengatur tekanan kasar 3. Lepaskan kaca pressure gauge, dengan memakai strap band 4. Dengan menggunakan spidol beri tanda pada casing sesuai angka angka yang tertera pada skala, karena piringan skala nantinya akan dilepas pada waktu kalibrasi 5. Lepaskan jarum dengan menggunakan puller. 6. 7. 8. 9. Siapkan kertas dan pulpen untuk mencatat nilai-nilai yang diperoleh sepanjang kalibrasi. Catat range pressure gauge, misalnya nilai range bawah 0 Bar, nilai range bawah ini biasa juga disebut titik zero, lalu catat nilai range atas misalnya 25 Bar. Kalibrasi dimulai dengan memeriksa kondisi pressure gauge ketika tidak diberi tekanan, jarum harus menunjukkan angka nol (range bawah). Naikkan tekanan pada kalibrator hingga mencapai tekanan range atas yaitu 25 Bar. Amati posisi jarum pressure gauge, harus menunjuk tepat pada angka 25, jika tidak tepat pada angka 25 maka atur posisi jarum dengan menggeser posisi baud span adjuster. 10. Kemudian turunkan tekanan kalibrator sampai menjadi 0 Bar, pada kondisi ini jarum pressure gauge harus menunjuk angka 0, jika tidak , cabut jarum dengan menggunakan puller lalu pasang kembali jarum dengan menempatkannya pada posisi 0 ( nol). 11. Ulangi langkah 8 , 9, 10 hingga posisi jarum menunjuk pada angka yang sama dengan besarnya tekanan kalibrator. 12. Setelah kondisi jarum pada tekanan nol dan pada tekanan range atas sesuai dengan besarnya tekanan kalibrator , langkah berikutnya adalah memeriksa linearitas, caranya yaitu dengan menaikkan tekanan kalibrator per 25% lalu membandingkannya dengan posisi jarum pressure gauge jika sudah sesuai maka langkah kalibrasi selesai, jika ada penyimpangan atau penunjukkan pressure gauge tidak linear misalnya pada saat tekanan kalibrator 12,5 Bar lalu pressure gauge menunjuk angka 13,5 berarti telah terjadi penurunan kualitas bagian dalam pressure gauge seperti bourdon fleksibilitasnya sudah tidak merata, untuk kasus seperti ini maka pressure gauge sudah tidak layak pakai lagi. Kalibrasi Suhu RTD dan Thermocouple • Resistance Temperature Detector adalah sensor suhu yang pengukurannya menggunakan prinsip perubahan resistansi atau hambatan listrik logam yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. • Jenis logam untuk kawat dari RTD umumnya adalah platina. Kawat RTD biasanya juga terbuat dari tembaga dan nikel. Namun platina adalah bahan yang paling umum digunakan, karena memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dan rentang suhu yang lebih luas. Prinsip Kerja RTD • Ketika suhu elemen RTD meningkat, maka resistansi elemen tersebut juga akan meningkat. Dengan kata lain, kenaikan suhu logam yang menjadi elemen resistor RTD berbanding lurus dengan resistansinya. elemen RTD biasanya ditentukan sesuai dengan resistansi mereka dalam ohm pada nol derajat celcius (0⁰ C). Spesifikasi RTD yang paling umum adalah 100 Ω (RTD PT100), yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ C, elemen RTD harus menunjukkan nilai resistansi 100 Ω. • RTD dapat digunakan sebagai sensor suhu yang mempunyai ketelitian 0,03 ⁰C dibawah 500 ⁰C dan 0,1⁰C diatas 1000 ⁰C. Thermokopel • Berfungsi sebagai sensor suhu rendah dan tinggi, yaitu suhu serendah 300⁰F sampai dengan suhu tinggi yang digunakan pada proses industri baja, gelas dan keramik yang lebih dari 3000⁰F. Thermokopel dibentuk dari dua buah penghantar yang berbeda jenisnya (besi dan konstantan) dan dililit bersama. Prinsip Kerja Thermocouple • Prinsip Kerja : Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain akan muncul beda potensial (emf). Thermokopel ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan dikenal dengan Efek Seebeck. • Efek Seebeck: Sebuah rangkaian termokopel sederhana dibentuk oleh 2 buah penghantar yang berbeda jenis (besi dan konstantan), dililit bersama-sama. Salah satu ujung T merupakan measuring junction dan ujung yang lain sebagai reference junction. Reference junction dijaga pada suhu konstan 32⁰F (0⁰C atau 68⁰F (20⁰C). Bila ujung T dipanasi hingga terjadi perbedaan suhu terhadap ujung Tr, maka pada kedua ujung penghantar besi dan konstantan pada pangkal Tr terbangkit beda potensial (electro motive force/emf) sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian tersebut. Kombinasi jenis logam penghantar yang digunakan menentukan karakteristik linier suhu terhadap tegangan. • Tipe-tipe kombinasi logam penghantar thermokopel: – Tipe E (kromel-konstantan) – Tipe J (besi-konstantan) – Tipe K (kromel-alumel) – Tipe R-S (platinum-platinum rhodium) – Tipe T (tembaga-konstantan) Kalibrasi suhu menggunakan Temperature Bath Digunakan untuk tujuan pengujian & kalibrasi thermocouple/ RTD. Pada dasarnya temperature bath berisi beberapa jenis elemen pemanas yang digunakan untuk menaikkan suhu. Untuk mempertahankan suhu, kita membutuhkan sensor suhu internal seperti RTD, sehingga kita dapat mengontrol suhu yang ada di dalam temperature bath dengan pengontrol PID didalamnya. Prosedur sederhana penggunaan temperature bath • Jika kita menempatkan RTD di dalam temperature bath, maka suhu akan tetap dipertahankan sesuai suhu yang di set misalnya kita mensetting 100 ⁰C dan catat nilai resistansi RTD. Sekali lagi naikkan suhu katakanlah 120 ⁰C dan catat nilai resistansi RTD dan ulangi hal yang sama untuk tiga suhu yang berbeda. Periksa juga dari urutan meningkat ke menurun. Terakhir, periksa ulang nilai resistansi yang tercatat dengan grafik Resistance Vs Temperature standar dan catat perbedaan pembacaan aktual dan standar suhu yang ditetapkan untuk mengetahui nilai drift atau error. SOP Kalibrasi Suhu • PERSIAPAN 1. Sensor yang akan di kalibrasi di terima dan catat pada log penerimaan 2. Periksa kondisi visual alat spesifikasi teknis dari sensor RTD 3. Siapkan Alat kalibrasi dan alat bantunya catat alat yang digunakan serta identitasnya 4. Siapkan form kalibrasi catat kondisi suhu ruangan serta identitas alat yang di gunakan • PELAKSANAAN 1. Masukan sensor pada lubang yang sesuai 2. Hubungkan power supply dengan temperature bath kemudian nyalakan 3. Set suhu sesuai setpoint kemudian enter. Catat setpoint pada form kalibrasi.Tunggu hingga suhu mencapai setpoint . 4. Hubungkan sensor dengan temperatur calibrator , setting sesui jenis sensor dan tipenya. 5. Setelah suhu pada temperature bath tercapai, lakukan pengukuran titik A-B dan B-C, catat pada form kalibrasi 6. Hitung resistansi actual dangan rumus, Resistansi Aktual=(Resistansi A-B)- (Resistasi B-C) 7. Gunakan table converter untuk mendapatkan nilai suhu standar dari resistansi aktual, catat pada Form kalibrasi 8. Lakukan hal yang sama untu 5 suhu setpoint yang berbeda CALIBRATOR A B SENSOR C DRY BATH 9. Setelah kalibrasi selesai atur suhu bath pada suhu ruangan dan tunggu beberapa saat sebelum dimatikan 10. Lepaskan rangkaian kalibrasi simpat alat alat kalibrasi pada tempatnya 11. Beri label “Calibrated” untuk sensor yang sudah di kalibrasi 12. Rapikan kembali tempat kerja kalibrasi Contoh Form Calibration Kalibrasi Level Transmitter model displacer dapat dipergunakan sebagai instrument untuk mengukur variable Level dan variable Interface. Dalam industri proses tidak akan jauh dari pengukuran Level khususnya pada tangki. Tangki yang dimaksud adalah tangki proses, bisa berupa tangki tertutup, tangki terbuka, vessel, reactor, adsorber, filter, tangki tanam dan lain-lain. Selain level ada besaran pengukuran yang memiliki sistem pengukuran sejenis yaitu untuk menunjukkan level pada tangki tetapi yang menjadi titik pengukuran bukan ketinggian isi tangki secara keseluruhan, besaran pengukuran ini disebut dengan interface level Prinsip Kerja Level Interface • Parameter level interface melibatkan dua jenis cairan yang berbeda spesifikasi nya, jadi yang menjadi objek pengukuran bukan ketinggian keseluruhan isi tangki melainkan “titik pertemuan diantara kedua cairan” tersebut. Ketika dua cairan berbeda density atau spesifik gravity menempati tangki yang sama akan ada garis pembatas diantara keduanya, posisi daripada garis pembatas tersebut akan berada pada posisi antara 0% dan 100%, itulah yang dimaksud interface level. • Tangki pada gambar diatas berisi air 65% dan hydrocarbon 35%. Karena berat jenis air lebih besar daripada hydrocarbon maka ketika keduanya ada bersamaan dalam satu tangki, posisi air akan selalu dibawah sedangkan posisi hydrocarbon akan selalu diatas. Pada contoh gambar diatas indikasi level interface adalah 65% adapun ketinggian total dan ketinggian hydrocarbon pada pengukuran level interface tidak diperhitungkan. Prosedur Kalibrasi Level 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sebelum pekerjaannya dimulai teknisi harus memperoleh surat ijin kerja atau lebih dikenal sebagai ‘Permit To Work’yang menyatakan bahwa pekerjaan bisa dilakukan. Siapkan alat kerja dan perangkat kalibrasi seperti fitting dan konektor, pompa air untuk injeksi, HART communicator, Digital Volt Meter dan meteran. Dengan mengacu pada dokumen tentang level transmitter yang akan dikalibrasi , perhatikan apakah transmitter yang akan dikalibrasi terhubung dengan kontroller atau terhubung dengan ESD logic. Jika dipakai sebagai input controller maka Panel Operator harus mengubah mode kontroler dari Auto menjadi Manual Jika transmitter dipakai dalam logic yang dapat menyebabkan interlock bekerja seperti menyebabkan mesin mati, menyebabkan unit shutdown dan lain-lain, maka harus dilakukan by-pass interlock, dalam hal ini prosedur bypass atau override harus dilakukan. Prosedure bypass adalah sebagai berikut; Siapkan dokumen untuk melakukan bypass, biasanya diberi istilah TORF ( Temporary Override Request Form), kemudian instrument yang akan dikalibrasi bisa di bypass di sistim ESD. Abaikan langkah ini jika transmitter tidak berhubungan dengan sistim interlock ESD. 7. 8. 9. 10. 11. Setelah dipastikan aman untuk melakukan pekerjaan pada transmitter tersebut, tutup isolasi valve (V1 dan V2) yang menghubungkan transmitter dengan process. Buka valve drain (V3) untuk membuang cairan proses yang tersisa, perhatikan jika cairan proses berbahaya harus di buang ke penampung tertutup (close drain trench). Pasangkan pompa injeksi dan selang transparan pada valve drain (V3). Pasangkan HART communicator serta Digital Volt Meter (DVM) pada kabel transmitter. Beri tanda pada transmitter di titik mana harus menunjukkan 0% dan di titik mana harus menunjukkan 100%. Dengan menggunakan HART periksa parameter dari pada transmitter, terutama parameter berikut ini; ukuran panjang chamber transmitter, density atau specific gravity media yang diukur, mode transmitter sebagai pengukur level atau interface. 12. Pada saat kita akan melakukan kalibrasi hal berikut ini penting untuk diperhatikan; Mode transmitter harus di ubah dulu menjadi Mode Level, parameter density atau specific gravity harus diubah dulu disesuikan dengan nilai density atau specifyc gravity daripada media yang akan dipakai untuk mengkalibrasi, biasanya yang dipakai sebagai media kalibrasi adalah air dengan SG=1. 13. Pompakan air ke transmitter hingga permukaan air ada pada titik 0%, pada saat ini bacaan pada DVM harus 4 mA dan bacaan pada HART communicator harus 0%, jika ada penyimpangan atau error maka lakukan kalibrasi transmitter menggunakan HART communicator sampai diperoleh nilai yang diinginkan, langkah ini di sebut kalibrasi Zero (Zero calibration) 14. Lalu Pompakan air ke transmitter hingga permukaan air ada pada titik 100%, amati pembacaan pada HART harus 100% dan pada DVM harus 20mA, jika tidak sesuai dengan nilai tersebut lakukan kalibrasi dengan HART communicator hingga dicapai nilai output yang diinginkan yaitu 20 mA. Langkah ini disebut kalibrasi Span (Span calibration). 15. Ulangi langkah kalibrasi zero dan kalibrasi span hingga diperoleh nilai output sama dengan 4mA dan 20mA atau jika ada penyimpangan, besarnya tidak melebihi batasan yang ditentukan pada data spesifikasi transmitter tersebut. 16. Terakhir dari langkah kalibrasi yaitu mengamati linearitas. Pompakan air pada transmitter untuk memeriksa nilai output pada saat level 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%, masing-masing harus menunjukkan nilai output, 4mA, 8mA, 12mA, 16mA dan 20mA. 17. Setelah diperoleh nilai output yang memuaskan, lucuti semua perangkat kalibrasi dan kembalikan keadaan valve drain (V3) dan valve isolasi (V1 dan V2) pada keadaan normal. Jangan lupa untuk mengubah Mode transmitter dari Mode Level menjadi Mode Interface serta parameter density atau specific gravity disesuaikan dengan nilai density atau specifik gravity daripada media yang akan diukur yaitu Density 1 sama dengan density Air dan Density 2 sama dengan density Hydrokarbon. Contoh kalibrasi Level • Dibawah ini adalah contoh cara menentukan titik 0% dan titik 100% pada saat melakukan kalibrasi interface level. Diketahui panjang chamber transmitter dari tapping point bawah ke tapping point atas 560 mm. Media proses yang akan di ukur terdiri dari Air sebagai komponen dengan specific gravity lebih berat yaitu SG=1 dan Hydrokarbon sebagai komponen dengan specific gravity lebih ringan yaitu SG=0,56. Dalam kasus ini maka titik 100% diperoleh dari hasil perhitungan panjang chamber dikali specific gravity dari komponen dengan SG lebih berat yaitu 560 X 1 = 560 mm, lakukan pengukuran dengan menggunakan meteran dari tapping point bawah sepanjang 560mm ke bagian atas daripada tubing transparent lalu beri tanda di titik ini sebagai batas 100% . Untuk menentukan titik 0% nya lakukan perhitungan panjang chamber dikali specific grafity dari komponen dengan SG lebih ringan yaitu 560X0,56 = 313,6 mm, lakukan pengukuran dengan menggunakan meteran dari tapping point bawah sepanjang 313,6 mm ke bagian atas daripada tubing transparent lalu beri tanda di titik ini sebagai batas 0%. Demikian cara menentukan titik 0% dan titik 100% pada kalibrasi interface level, menggunakan transmitter type displacer. Kalibrasi Control Valve Control valve adalah valve yang otomatis dapat mengatur aliran dalam sebuah sistem perpipaan secara presisi. Pada control valve umumnya menggunakan jenis globe valve, karena jenis globe valve ini bisa mengatur dan mengontrol valve, globe juga bisa untuk throttling. Jenis globe valve yang menggunakan pneumatik atau hydrolic aktuator untuk mengatur jumlah flow rate secara otomatis. Lalu apa yang dimaksud dengan aktuator? aktuator merupakan istilah yang dipakai untuk alat yang mengubah dari aliran baik dari hidrolik atau pneuamatik menjadi sebuah gerakan, dalam hal ini gerakan si valve. Prinsip aktuator berbeda dengan pompa, jika pompa gerakannya mekanik (gerakan motor) menjadi sebuah aliran fluida, sedangkan aktuator merubah aliran fluida menjadi gerakan mekanik. • Block Valve Block vale berfungsi untuk memblok (menutup) aliran jika control vale akan di maintenance. • Bypass system and valve Bypass valve, salah satu bagian dari control valve juga. Sesuai dengan namanya, sistem ini untuk membypass aliran sewaktu control valve di maintenance (saat kedua block valve bekerja, maka aliran akan melalui bypass ini). Bypass terletak disamping dari control valve. Bypass valve jika dalam kondisi normal akan tertutup. Jika digunakan akan di buka secara manual. • Drain System Drain system berfungsi untuk mengeluarkan aliran fluida yang ada di control valve sebelum di maintenance. Jadi sebelum control valve ini benar-benar di lepas, maka drain ini dibuka terlebih dahulu agar sisa fluida yang ada di sekitar control valve langsung jatuh melalui drain agar tidak berceceran. Drain system ini merupakan fungsi bleed dari istilah DBB tadi, yaitu mengeluarkan sisa fluida didalam control valve. Prosedur Internal Check Control Valve • Ada 3 Kegiatan saat Control Valve jenis ini dilakukan Internal check, yaitu: 1. Bench set, 2. Alignment, 3. Calibration. Persiapan alat: 1. Pressure air regulator 2 kg/cm2 2. Selang/Tubing Plastic 1/4 " plus connector. 3. Proto key set utk kalibrasi Positioner 4. Kunci pas utk mengatur Spring adjustment (bench set) 5. Screw driver. 1. Bench set actuator 3852 Fisher • Bench set adalah mengatur spring utk melawan lonjakan proses,langkah bench set adalah : • Sebelumnya Ketahui range Bench set nya yg tertera pada name plate • Beri supply angin mulai dari 0 PSI untuk mengetahui berapa PSI valve mulai bergerak • Kalau starting point belum mendekati yang di inginkan , putar spring adjustment, • naikkan sampai maximum spring range yg tertera di name plat lalu lakukan test bocoran diapragm. 2. Procedure Alignment Positioner type 3852 FISHER • Beri supply 9 PSI pada input instrument positioner. • Posisikan Flapper di posisi 0 pada beam positioner • Kendorkan Locknut Nozzle, Putar Nozzle keluar sampai posisi valve menunjukkan 50% pada Scale serta Link yg menghubungkan positioner dg stem actuator posisi sudutnya 90 derajat. Kencangkan locknut Nozzle. • Letakkan Flapper pada posisi Direct, posisi valve harus tetap 50%,kalau tidak adjust Pivot Bellows’ mengendorkan locknutnya terlebih dahulu. • Letakkan Flaver pada posisi Reverse,posisi valve harus tetap 50%,kalau tidak adjust Pivot yg berada di atas Nozzle, dg mengendorkan locknutnya terlebih dahulu • Ulangi langkah 7 & 8 sampai Alignment benar-benar sesuai lalu kencangi semua nut kontra pd Pivot • • • • • 3. LANGKAH KALIBRASI Beri supply udara 3 PSI ,Valve harus posisi 0% kalau tidak adjust zero melalui pivot,naikkan pelan pelan utk mengetahui starting point sambil lihat Pressure gauge Output yg ke actuator pada Positioner bila ada pergerakan naik berarti output udara sudah masuk ke actuator maka itulah starting pointnya Beri signal 90% valve harus posisi 90% scale kalau tidak atur adjustment screw flapper (lihat gbr) Ulang step 2 & 3 sampai benar-benar sesuai scale Setelah di tes pergerakan 10% dan 90% Kemudian yakinkan pergerakkan Valve 0%,25%,50%,75%,100%.