Uploaded by User100292

Prosedur Kalibrasi

advertisement
Kalibrasi
XIII IOP
Pertemuan 1
KONSEP PENGUKURAN
Karakteristik Statis Pengukuran
Kesalahan pada pengukuran
Berdasarkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya
kesalahan, kesalahan dalam pengukuran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga sumber kesalahan, yaitu
kesalahan karena alam (natural error), kesalahan karena alat
(instrumental error), dan kesalahan karena pengukur
(personal error).
1.Kesalahan Alam (natural error)
2.Kesalahan Alat (instrumental error)
3. Kesalahan Pengukur (personal error)
Hal-hal yang penting diperhatikan
dalam melakukan pengukuran
1. cara pengukuran harus benar
2. alat ukur harus dalam keadaan baik
3. secara periodik harus di cek (kalibrasi)
4. penyimpanan alat harus diperhatikan
5. operator (orang yang mengukur) harus teliti
6. keadaan dimana dilakukan penelitian harus
diperhatikan
KONSEP KALIBRASI
Pertemuan 2
Kalibrasi
• Kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan
Vocabulary of International Metrology (VIM)
merupakan serangkaian kegiatan yang membentuk
hubungan antara nilai yang ditujukan oleh instrumen
alat ukur atau sistem pengukuran, maupun nilai yang
diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai nilai yang sudah
diketahui yg berkaitan dr besaran yang di ukur dalam
kondisi tertentu
• Nilai yang telah diketahui ini biasa merujuk kepada
suatu nilai dr kalibrator atau standar, yang harus
memiliki akurasi yang lebih tinggi drpada alat ukur
yang di tes, (biasa disebut unit under tes UUT).
Tujuan Kalibrasi
• Arti penting dari kalibrasi alat ukur selain dipakai untuk
memenuhi salah satu persyaratan sistem management
mutu, sistem manajemen lingkungan, juga memiliki
beberapa manfaat lainnya, yakni:
• Menjamin kondisi alat ukur tetap terjaga sesuai
dengan spesifikasi.
• Menghindari cacat atau penyimpangan hasil ukur.
• Menjamin hasil pengukuran sesuai dengan standard
Nasional atau internasional.
• Jaminan mutu pada produk yang dihasilkan lewat
sistem pengukuran yang valid.
Kapan kalibrasi dilakukan?
• Perangkat baru
• Suatu perangkat setiap waktu tertentu
• Suatu perangkat setiap waktu penggunaan
tertentu (jam operasi)
• Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan
ataupun getaran yg berpotensi mengubah
kalibrasi
• Ketika hasil observasi dipertanyakan
Syarat dilakukan Kalibrasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Adanya kalibrator.
Adanya objek ukur atau unit under test.
Adanya prosedur kalibrasi yang mengacu pada standar kalibrasi
internasional, nasional atau prosedur yang dikembangkan sendiri dari
laboratorium yang sudah teruji.
Adanya teknisi yang sudah memenuhi persyaratan memiliki kemampuan
teknisi kalibrasi dan sebaiknya juga bersertifikat.
Lingkungan terkondisi baik dari suhu atau kelembaban. Apabila tidak
bisa dikondisikan seperti terjadi ketika kalibrasi di lapangan terbuka,
maka faktor lingkungan harus diakomodasi pada proses pengukuran dan
juga perhitungan ketidakpastian.
Hasil kalibrasi yakni quality record berupa sertifikat kalibrasi. Di
dalamnya sudah tercatat correction value, measured value dan juga nilai
uncertainty. Dari sertifikat ini, maka bisa diketahui informasi tentang
kenaikan insrument yang dikalibrasi. Artinya, anda bisa menambahkan
banyak keterangan yang dibutuhkan dan bahkan bisa ditambahkan
dengan foto, gambar, hasil analisa khusus, nilai TUR [Test Uncertainly
Ratio] dan bahkan juga bisa melampirkan laporan kinerja kalibrator yang
dipakai dalam proses tersebut.
Pertemuan 3
JENIS KALIBRATOR
HART COMMUNICATOR
• HART merupakan singkatan dari “Highway
Addressable Remote Transducer” yang bisa
diterjemahkan sebagai Transducer berada
pada remote area (jauh) .
• Protokol HART menggunakan sinyal analog 420mA sebagai sinyal yang ditumpangi dari
hasil mengkonversi pengukuran di Transmitter.
Fungsi HART
Fungsi-fungsi penting dari HART 375 communicator adalah:
1. Memberikan detail identifikasi dari instrument yang sedang dievaluasi. Identifikasi
itu meliputi tipe instrument, sensor type, model no, dll.
2. Dapat memberi nama / tagging atau merubah untuk setiap HART instrument.
3. Dapat melakukan diagnostic abnormality dari setiap HART instrument. (Sensor
Malfunction, Transducer Malfunction, dll)
4. Dapat melakukan adjustment untuk URV (Upper Range Value), LRV (Lower Range
Value).
5. Dapat memonitor nilai Process Variable dan nilai signal mA.
6. Dapat digunakan untuk me-reset dan men-setup reading value selama kalibrasi.
7. Dapat digunakan untuk memberikan perintah Auto-Manual Calibration untuk
control valve.
8. Dapat digunakan untuk menentukan Equal Percentage, Linear, dan Quick Opening
dari Control Valve.
9. Dapat digunakan untuk mensetting type sensor. Kejadian yang sering ditemui
adalah pada temperatur transmitter ketika sensor thermocouple disetting sebagai RTD
maka nilai dari sensor yang dikirim tentu tidak akan terbaca secara benar oleh
transmitter.
10. Dapat melakukan injeksi signal untuk simulasi.
Mode Konfigurasi Jaringan pada
HART COMMUNICATOR
1. Mode Point-to-Point
2. Multi Drop Mode
Contoh
• Dimisalkan pengukuran temperatur memiliki range pengukuran 20
Celcius hingga 100 Celcius maka dalam konversi ke sinyal analog
akan menjadi 4-20 mA yang berarti ketika temperatur 20 Celcius
maka sinyal analognya adalah 4 mA dan ketika maksimum 100
Celcius maka sinyal analognya adalah 20mA. perubahan sinyal
analog linear dengan perubahan temperaturnya.
• Kemudian protokol HART yang menumpang dijalur analog 4-20mA
menggunakan modulasi digital untuk berkomunikasi dengan cara
mengirimkan data serial yang di modulasi dengan FSK (Frequency
Shift Keying). data Analog di konversi kedalam digital kemudian
dikirimkan melalui serial line dan dimodulasi. Sebelumnya, FSK
adalah sebuah metode penyisipan data melalui gelombang
sinyal dengan cara menyisipkan frekuensi. pada komunikasi HART,
Frekuensi yang digunakan adalah 2200 Hz dan 1200Hz.
frekuensi 2200Hz diterjemahkan sebagai ‘0’ dan 1200Hz
diterjemahkan sebagai ‘1’.
PROSEDUR KALIBRASI
Pertemuan 5
Kalibrasi Tekanan
• Tekanan adalah besaran proses yang mempunyai peranan
sangat penting dalam pabrik industri. Baik dalam industri
migas, manufaktur, makanan, petrokimia, pembangkit
listrik dan lain-lain, tekanan menjadi parameter yang
berpengaruh terhadap kualitas produk.
• Tekanan dirumuskan sebagai “GAYA PER SATUAN LUAS”.
Satuan unit untuk tekanan ada bermacam-macam,
diantaranya Bar, PSI, Pascal, Atmosphere, Kg/cm2, meter
air raksa dan lain-lain.
Pressure Gauge
• Pengukuran terhadap besaran proses yang disebut
TEKANAN hanya berlaku untuk benda dalam phase cair
dan benda dalam phase gas.
• Sebagai salah satu parameter besaran proses hasil
pengukuran tekanan harus ditampilkan dalam bentuk
angka, salah satu perangkat yang banyak digunakan
untuk keperluan menampilkan ukuran tekanan adalah
pressure gauge .
• Selain pressure gauge peranti ukur lain nya adalah
manometer, barometer, dan pressure transmitter.
Prinsip Kerja Pressure Gauge
Pressure gauge jeis ini pada dasarnya
terdiri dari tabung berongga berbentuk C,
yang salah satu ujungnya tetap dan terhubung
ke pengukur tekanan dengan ujung lainnya
bebas.
Mulanya tabung elips (tabung Bourdon) berbentuk penampang
melingkar. Ketika tekanan diterapkan terdapat tekanan yang memaksa
tabung untuk meregang, dengan demikian ujung bebas tabung
bergerak ke atas, bergantung dengan besarnya tekanan yang bekerja.
Mekanisme peregangan pada ujung bebas tabung bourdon yang
terjadi akan memutar roda gigi dan pointer menunjukkan pembacaan
tekanan.
Langkah-langkah Kalibrasi
Pressure Gauge
1. Persiapkan alat-alat untuk kalibrasi:
• Kunci inggris,
• Obeng,
• Puller (alat untuk mencabut jarum pressure
gauge)
• Strap band (alat untuk membuka kaca
pressure gauge)
• Kalibrator misalnya Dead Weight Tester atau
Dead Weight Gauge
• Alat tulis
2. Pasangkan pressure gauge pada kalibrator,
dibawah ini adalah gambar Dead Weight Gauge
sebagai kalibrator
Keterangan Gambar:
A-Pressure gauge standard
B-Pressure gauge yang dikalibrasi
C-Tabung oli
D-Valve Pengatur tekanan halus
E-Manifold pengencang pressure gauge
F-Valve
G-Piston pengatur tekanan kasar
3. Lepaskan kaca pressure gauge, dengan memakai strap
band
4. Dengan menggunakan spidol beri tanda pada casing
sesuai angka angka yang tertera pada skala, karena
piringan skala nantinya akan dilepas pada waktu
kalibrasi
5. Lepaskan jarum dengan menggunakan puller.
6.
7.
8.
9.
Siapkan kertas dan pulpen
untuk
mencatat
nilai-nilai yang diperoleh
sepanjang kalibrasi. Catat range pressure
gauge, misalnya nilai range bawah 0
Bar, nilai range bawah ini biasa juga
disebut titik zero, lalu catat nilai range
atas misalnya 25 Bar.
Kalibrasi dimulai dengan memeriksa
kondisi pressure gauge ketika tidak
diberi
tekanan,
jarum
harus
menunjukkan angka nol (range bawah).
Naikkan tekanan pada kalibrator hingga
mencapai tekanan range atas yaitu 25
Bar.
Amati posisi jarum pressure gauge,
harus menunjuk tepat pada angka 25,
jika tidak tepat pada angka 25
maka
atur posisi jarum
dengan
menggeser posisi baud span adjuster.
10. Kemudian turunkan tekanan kalibrator sampai menjadi 0 Bar,
pada kondisi ini jarum pressure gauge harus menunjuk angka 0,
jika tidak , cabut jarum dengan menggunakan puller lalu pasang
kembali jarum dengan menempatkannya pada posisi 0 ( nol).
11. Ulangi langkah 8 , 9, 10 hingga posisi jarum menunjuk pada angka
yang sama dengan besarnya tekanan kalibrator.
12. Setelah kondisi jarum pada tekanan nol dan pada tekanan range
atas sesuai dengan besarnya tekanan kalibrator , langkah
berikutnya adalah memeriksa linearitas, caranya yaitu dengan
menaikkan tekanan kalibrator per 25% lalu membandingkannya
dengan posisi jarum pressure gauge jika sudah sesuai maka
langkah kalibrasi selesai, jika ada penyimpangan atau penunjukkan
pressure gauge tidak linear misalnya pada saat tekanan kalibrator
12,5 Bar lalu pressure gauge menunjuk angka 13,5 berarti telah
terjadi penurunan kualitas bagian dalam pressure gauge seperti
bourdon fleksibilitasnya sudah tidak merata, untuk kasus seperti
ini maka pressure gauge sudah tidak layak pakai lagi.
Kalibrasi Suhu RTD dan Thermocouple
• Resistance Temperature Detector
adalah sensor suhu yang
pengukurannya menggunakan
prinsip perubahan resistansi atau
hambatan listrik logam yang
dipengaruhi oleh perubahan suhu.
• Jenis logam untuk kawat dari RTD
umumnya adalah platina. Kawat
RTD biasanya juga terbuat dari
tembaga dan nikel. Namun platina
adalah bahan yang paling umum
digunakan, karena memiliki tingkat
akurasi yang lebih baik dan rentang
suhu yang lebih luas.
Prinsip Kerja RTD
• Ketika suhu elemen RTD meningkat, maka resistansi
elemen tersebut juga akan meningkat. Dengan kata
lain, kenaikan suhu logam yang menjadi elemen
resistor RTD berbanding lurus dengan resistansinya.
elemen RTD biasanya ditentukan sesuai dengan
resistansi mereka dalam ohm pada nol derajat celcius
(0⁰ C). Spesifikasi RTD yang paling umum adalah 100 Ω
(RTD PT100), yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ C,
elemen RTD harus menunjukkan nilai resistansi 100 Ω.
• RTD dapat digunakan sebagai sensor suhu yang
mempunyai ketelitian 0,03 ⁰C dibawah 500 ⁰C dan
0,1⁰C diatas 1000 ⁰C.
Thermokopel
• Berfungsi sebagai sensor suhu rendah dan tinggi,
yaitu suhu serendah 300⁰F sampai dengan suhu
tinggi yang digunakan pada proses industri baja,
gelas dan keramik yang lebih dari 3000⁰F.
Thermokopel dibentuk dari dua buah penghantar
yang berbeda jenisnya (besi dan konstantan) dan
dililit bersama.
Prinsip Kerja Thermocouple
• Prinsip Kerja :
Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain
akan muncul beda potensial (emf). Thermokopel ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck tahun
1820 dan dikenal dengan Efek Seebeck.
• Efek Seebeck:
Sebuah rangkaian termokopel sederhana dibentuk oleh 2 buah penghantar yang berbeda jenis
(besi dan konstantan), dililit bersama-sama. Salah satu ujung T merupakan measuring junction
dan ujung yang lain sebagai reference junction. Reference junction dijaga pada suhu konstan
32⁰F (0⁰C atau 68⁰F (20⁰C). Bila ujung T dipanasi hingga terjadi perbedaan suhu terhadap ujung
Tr, maka pada kedua ujung penghantar besi dan konstantan pada pangkal Tr terbangkit beda
potensial (electro motive force/emf) sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian tersebut.
Kombinasi jenis logam penghantar yang digunakan menentukan karakteristik linier suhu
terhadap tegangan.
•
Tipe-tipe kombinasi logam penghantar thermokopel:
– Tipe E (kromel-konstantan)
– Tipe J (besi-konstantan)
– Tipe K (kromel-alumel)
– Tipe R-S (platinum-platinum rhodium)
– Tipe T (tembaga-konstantan)
Kalibrasi suhu menggunakan
Temperature Bath
Digunakan untuk tujuan pengujian & kalibrasi thermocouple/ RTD. Pada dasarnya
temperature bath berisi beberapa jenis elemen pemanas yang digunakan untuk
menaikkan suhu. Untuk mempertahankan suhu, kita membutuhkan sensor suhu
internal seperti RTD, sehingga kita dapat mengontrol suhu yang ada di dalam
temperature bath dengan pengontrol PID didalamnya.
Prosedur sederhana penggunaan
temperature bath
• Jika kita menempatkan RTD di dalam temperature
bath, maka suhu akan tetap dipertahankan sesuai suhu
yang di set misalnya kita mensetting 100 ⁰C dan catat
nilai resistansi RTD. Sekali lagi naikkan suhu katakanlah
120 ⁰C dan catat nilai resistansi RTD dan ulangi hal yang
sama untuk tiga suhu yang berbeda. Periksa juga dari
urutan meningkat ke menurun. Terakhir, periksa ulang
nilai resistansi yang tercatat dengan grafik Resistance
Vs Temperature standar dan catat perbedaan
pembacaan aktual dan standar suhu yang ditetapkan
untuk mengetahui nilai drift atau error.
SOP Kalibrasi Suhu
• PERSIAPAN
1. Sensor yang akan di kalibrasi di terima dan
catat pada log penerimaan
2. Periksa kondisi visual alat spesifikasi teknis
dari sensor RTD
3. Siapkan Alat kalibrasi dan alat bantunya catat
alat yang digunakan serta identitasnya
4. Siapkan form kalibrasi catat kondisi suhu
ruangan serta identitas alat yang di gunakan
• PELAKSANAAN
1. Masukan sensor pada lubang yang sesuai
2. Hubungkan power supply dengan temperature bath
kemudian nyalakan
3. Set suhu sesuai setpoint kemudian enter. Catat setpoint
pada form kalibrasi.Tunggu hingga suhu mencapai setpoint .
4. Hubungkan sensor dengan temperatur calibrator , setting
sesui jenis sensor dan tipenya.
5. Setelah suhu pada temperature bath tercapai, lakukan
pengukuran titik A-B dan B-C, catat pada form kalibrasi
6. Hitung resistansi actual dangan rumus, Resistansi
Aktual=(Resistansi A-B)- (Resistasi B-C)
7. Gunakan table converter untuk mendapatkan nilai suhu
standar dari resistansi aktual, catat pada Form kalibrasi
8. Lakukan hal yang sama untu 5 suhu setpoint yang berbeda
CALIBRATOR
A
B
SENSOR
C
DRY BATH
9.
Setelah kalibrasi selesai atur suhu bath pada suhu ruangan dan
tunggu beberapa saat sebelum dimatikan
10. Lepaskan rangkaian kalibrasi simpat alat alat kalibrasi pada
tempatnya
11. Beri label “Calibrated” untuk sensor yang sudah di kalibrasi
12. Rapikan kembali tempat kerja kalibrasi
Contoh Form Calibration
Kalibrasi Level
Transmitter model displacer
dapat dipergunakan sebagai
instrument untuk mengukur
variable Level dan variable
Interface.
Dalam industri proses tidak akan jauh dari
pengukuran Level khususnya pada tangki.
Tangki yang dimaksud adalah tangki proses,
bisa berupa tangki tertutup, tangki terbuka,
vessel, reactor, adsorber, filter, tangki
tanam dan lain-lain. Selain level ada
besaran pengukuran yang memiliki sistem
pengukuran sejenis yaitu untuk
menunjukkan level pada tangki tetapi yang
menjadi titik pengukuran bukan ketinggian
isi tangki secara keseluruhan, besaran
pengukuran ini disebut dengan interface
level
Prinsip Kerja Level Interface
• Parameter level interface melibatkan dua jenis
cairan yang berbeda spesifikasi nya, jadi yang
menjadi objek pengukuran bukan ketinggian
keseluruhan isi tangki melainkan “titik
pertemuan diantara kedua cairan”
tersebut. Ketika dua cairan berbeda density atau
spesifik gravity menempati tangki yang sama
akan ada garis pembatas diantara keduanya,
posisi daripada garis pembatas tersebut akan
berada pada posisi antara 0% dan 100%, itulah
yang dimaksud interface level.
• Tangki pada gambar diatas
berisi air 65% dan hydrocarbon
35%. Karena berat jenis air lebih
besar daripada hydrocarbon
maka ketika keduanya ada
bersamaan dalam satu tangki,
posisi air akan selalu dibawah
sedangkan posisi hydrocarbon
akan selalu diatas. Pada contoh
gambar diatas indikasi level
interface adalah 65% adapun
ketinggian total dan ketinggian
hydrocarbon pada pengukuran
level interface tidak
diperhitungkan.
Prosedur Kalibrasi Level
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sebelum pekerjaannya dimulai teknisi harus memperoleh surat ijin kerja atau lebih dikenal
sebagai ‘Permit To Work’yang menyatakan bahwa pekerjaan bisa dilakukan.
Siapkan alat kerja dan perangkat kalibrasi seperti fitting dan konektor, pompa air untuk
injeksi, HART communicator, Digital Volt Meter dan meteran.
Dengan mengacu pada dokumen tentang level transmitter yang akan dikalibrasi , perhatikan
apakah transmitter yang akan dikalibrasi terhubung dengan kontroller atau terhubung dengan
ESD logic.
Jika dipakai sebagai input controller maka Panel Operator harus mengubah mode kontroler
dari Auto menjadi Manual
Jika transmitter dipakai dalam logic yang dapat menyebabkan interlock bekerja seperti
menyebabkan mesin mati, menyebabkan unit shutdown dan lain-lain, maka harus dilakukan
by-pass interlock, dalam hal ini prosedur bypass atau override harus dilakukan.
Prosedure bypass adalah sebagai berikut; Siapkan dokumen untuk
melakukan bypass, biasanya diberi istilah TORF ( Temporary Override Request Form),
kemudian instrument yang akan dikalibrasi bisa di bypass di sistim ESD. Abaikan langkah ini
jika transmitter tidak berhubungan dengan sistim interlock ESD.
7.
8.
9.
10.
11.
Setelah dipastikan aman untuk melakukan pekerjaan pada transmitter tersebut, tutup isolasi
valve (V1 dan V2) yang menghubungkan transmitter dengan process.
Buka valve drain (V3) untuk membuang cairan proses yang tersisa, perhatikan jika cairan
proses berbahaya harus di buang ke penampung tertutup (close drain trench).
Pasangkan pompa injeksi dan selang transparan pada valve drain (V3).
Pasangkan HART communicator serta Digital Volt Meter (DVM) pada kabel transmitter.
Beri tanda pada transmitter di titik mana harus menunjukkan 0% dan di titik mana harus
menunjukkan 100%. Dengan menggunakan HART periksa parameter dari pada transmitter,
terutama parameter berikut ini; ukuran panjang chamber transmitter, density atau specific
gravity media yang diukur, mode transmitter sebagai pengukur level atau interface.
12. Pada saat kita akan melakukan kalibrasi hal berikut ini penting untuk
diperhatikan; Mode transmitter harus di ubah dulu menjadi Mode
Level, parameter density atau specific gravity harus diubah dulu
disesuikan dengan nilai density atau specifyc gravity daripada media
yang akan dipakai untuk mengkalibrasi, biasanya yang dipakai sebagai
media kalibrasi adalah air dengan SG=1.
13. Pompakan air ke transmitter hingga permukaan air ada pada titik 0%,
pada saat ini bacaan pada DVM harus 4 mA dan bacaan pada HART
communicator harus 0%, jika ada penyimpangan atau error maka
lakukan kalibrasi transmitter menggunakan HART communicator sampai
diperoleh nilai yang diinginkan, langkah ini di sebut kalibrasi Zero
(Zero calibration)
14. Lalu Pompakan air ke transmitter hingga permukaan air ada pada titik
100%, amati pembacaan pada HART harus 100% dan pada DVM harus
20mA, jika tidak sesuai dengan nilai tersebut lakukan kalibrasi dengan
HART communicator hingga dicapai nilai output yang diinginkan yaitu 20
mA. Langkah ini disebut kalibrasi Span (Span calibration).
15. Ulangi langkah kalibrasi zero dan kalibrasi span hingga diperoleh nilai
output sama dengan 4mA dan 20mA atau jika ada penyimpangan,
besarnya tidak melebihi batasan yang ditentukan pada data spesifikasi
transmitter tersebut.
16. Terakhir dari langkah kalibrasi yaitu mengamati
linearitas. Pompakan air pada transmitter untuk
memeriksa nilai output pada saat level 0%, 25%, 50%,
75% dan 100%, masing-masing harus menunjukkan
nilai output, 4mA, 8mA, 12mA, 16mA dan 20mA.
17. Setelah diperoleh nilai output yang memuaskan,
lucuti semua perangkat kalibrasi dan kembalikan
keadaan valve drain (V3) dan valve isolasi (V1 dan V2)
pada keadaan normal. Jangan lupa untuk mengubah
Mode transmitter dari Mode Level menjadi Mode
Interface serta parameter density atau specific gravity
disesuaikan dengan nilai density atau specifik
gravity daripada media yang akan diukur yaitu
Density 1 sama dengan density Air dan Density 2
sama dengan density Hydrokarbon.
Contoh kalibrasi Level
•
Dibawah ini adalah contoh cara menentukan titik 0% dan titik 100% pada saat
melakukan kalibrasi interface level.
Diketahui panjang chamber transmitter dari tapping point bawah ke tapping point
atas 560 mm.
Media proses yang akan di ukur terdiri dari Air sebagai komponen dengan specific
gravity lebih berat yaitu SG=1 dan Hydrokarbon sebagai komponen dengan
specific gravity lebih ringan yaitu SG=0,56.
Dalam kasus ini maka titik 100% diperoleh dari hasil perhitungan panjang chamber
dikali specific gravity dari komponen dengan SG lebih berat yaitu 560 X 1 = 560
mm, lakukan pengukuran dengan menggunakan meteran dari tapping point bawah
sepanjang 560mm ke bagian atas daripada tubing transparent lalu beri tanda di
titik ini sebagai batas 100% . Untuk menentukan titik 0% nya lakukan perhitungan
panjang chamber dikali specific grafity dari komponen dengan SG lebih ringan
yaitu 560X0,56 = 313,6 mm, lakukan pengukuran dengan menggunakan meteran
dari tapping point bawah sepanjang 313,6 mm ke bagian atas daripada tubing
transparent lalu beri tanda di titik ini sebagai batas 0%. Demikian cara menentukan
titik 0% dan titik 100% pada kalibrasi interface level, menggunakan transmitter
type displacer.
Kalibrasi Control Valve
Control valve
adalah valve yang
otomatis dapat mengatur
aliran dalam sebuah
sistem perpipaan secara
presisi.
Pada control valve
umumnya menggunakan
jenis globe valve, karena
jenis globe valve ini bisa
mengatur dan mengontrol
valve, globe juga bisa
untuk throttling.
Jenis globe valve yang menggunakan pneumatik atau hydrolic aktuator untuk mengatur jumlah flow rate
secara otomatis. Lalu apa yang dimaksud dengan aktuator?
aktuator merupakan istilah yang dipakai untuk alat yang mengubah dari aliran baik dari hidrolik atau
pneuamatik menjadi sebuah gerakan, dalam hal ini gerakan si valve. Prinsip aktuator berbeda dengan
pompa, jika pompa gerakannya mekanik (gerakan motor) menjadi sebuah aliran fluida, sedangkan aktuator
merubah aliran fluida menjadi gerakan mekanik.
• Block Valve
Block vale berfungsi untuk memblok (menutup) aliran jika control vale akan di maintenance.
• Bypass system and valve
Bypass valve, salah satu bagian dari control valve juga. Sesuai dengan namanya, sistem ini untuk
membypass aliran sewaktu control valve di maintenance (saat kedua block valve bekerja, maka aliran
akan melalui bypass ini). Bypass terletak disamping dari control valve. Bypass valve jika dalam kondisi
normal akan tertutup. Jika digunakan akan di buka secara manual.
• Drain System
Drain system berfungsi untuk mengeluarkan aliran fluida yang ada di control valve sebelum di
maintenance. Jadi sebelum control valve ini benar-benar di lepas, maka drain ini dibuka terlebih
dahulu agar sisa fluida yang ada di sekitar control valve langsung jatuh melalui drain agar tidak
berceceran. Drain system ini merupakan fungsi bleed dari istilah DBB tadi, yaitu mengeluarkan sisa
fluida didalam control valve.
Prosedur Internal Check Control Valve
• Ada 3 Kegiatan saat Control Valve jenis ini dilakukan
Internal check, yaitu:
1. Bench set,
2. Alignment,
3. Calibration.
Persiapan alat:
1. Pressure air regulator 2 kg/cm2
2. Selang/Tubing Plastic 1/4 " plus connector.
3. Proto key set utk kalibrasi Positioner
4. Kunci pas utk mengatur Spring adjustment (bench
set)
5. Screw driver.
1. Bench set actuator 3852 Fisher
• Bench set adalah mengatur spring utk melawan
lonjakan proses,langkah bench set adalah :
• Sebelumnya Ketahui range Bench set nya yg tertera
pada name plate
• Beri supply angin mulai dari 0 PSI untuk mengetahui
berapa PSI valve mulai bergerak
• Kalau starting point belum mendekati yang di inginkan ,
putar spring adjustment,
• naikkan sampai maximum spring range yg tertera di
name plat lalu lakukan test bocoran diapragm.
2. Procedure Alignment Positioner type 3852 FISHER
• Beri supply 9 PSI pada input instrument positioner.
• Posisikan Flapper di posisi 0 pada beam positioner
• Kendorkan Locknut Nozzle, Putar Nozzle keluar sampai posisi valve
menunjukkan 50% pada Scale serta Link yg menghubungkan positioner dg
stem actuator posisi sudutnya 90 derajat. Kencangkan locknut Nozzle.
• Letakkan Flapper pada posisi Direct, posisi valve harus tetap 50%,kalau
tidak adjust Pivot Bellows’ mengendorkan locknutnya terlebih dahulu.
• Letakkan Flaver pada posisi Reverse,posisi valve harus tetap 50%,kalau
tidak adjust Pivot yg berada di atas Nozzle, dg mengendorkan locknutnya
terlebih dahulu
• Ulangi langkah 7 & 8 sampai
Alignment benar-benar sesuai lalu
kencangi semua nut kontra pd Pivot
•
•
•
•
•
3. LANGKAH KALIBRASI
Beri supply udara 3 PSI ,Valve harus posisi 0% kalau tidak adjust zero melalui
pivot,naikkan pelan pelan utk mengetahui starting point sambil lihat Pressure gauge
Output yg ke actuator pada Positioner bila ada pergerakan naik berarti output
udara sudah masuk ke actuator maka itulah starting pointnya
Beri signal 90% valve harus posisi 90% scale kalau tidak atur adjustment screw
flapper (lihat gbr)
Ulang step 2 & 3 sampai benar-benar sesuai scale
Setelah di tes pergerakan 10% dan 90% Kemudian yakinkan pergerakkan Valve
0%,25%,50%,75%,100%.
Download