Uploaded by User100118

resistensi antibiotik pd biofilm

advertisement
2.4 Daya tahan dan resistensi antibiotik pada biofilm
Resistensi antibiotik merupakan salah satu faktor penting penyebab terjadinya
kronisitas infeksi. Infeksi yang disertai adanya bakteri biofilm 10-1000 kali lebih resisten
terhadap antibiotik dibandingkan infeksi bakteri planktonik tanpa pertumbuhan biofilm
(Edward and Novianti, 2015). Pembentukan biofilm membuat daya tahan hidup
mikroorganisme menjadi lebih panjang dan pertumbuhannya menjadi lebih baik. Bakteri di
dalam biofilm memiliki strategi molekuler untuk melindungi sel mereka dari lingkungan yang
tidak menguntungkan. Resistensi biofilm pada pemberian antibiotik diduga melalui berbagai
mekanisme antara lain terhambatnya penetrasi antimikroba akibat interaksi matriks biofilm
dengan antibiotik. Perubahan gen fenotip mampu memproduksi sel persisten yang toleran
terhadap berbagai antibiotik. Perlambatan laju pertumbuhan dan perubahan lingkungan mikro
yang rendah nutrisi menyebabkan antibiotik tidak dapat efektif bekerja pada kondisi tersebut
(Gambar 3).
Matriks eksopolosakarida yang dibentuk oleh biofilm menghambat penetrasi
antimikroba ke dalam biofilm. Antibiotik akan melewati barier lapisan lendir yang tebal pada
permukaan biofilm. Matriks eksopolisakarida pada biofilm memiliki peran sebagai barrier
difusi dan secara aktif berikatan dengan antibiotik. Antibiotik mengalami netralisasi dan
terdilusi sehingga konsentrasi antibiotik berkurang sebelum mencapai sel mikroba dalam
biofilm. (Edward and Novianti, 2015)
Gambar 3. Mekanisme resistensi antibiotik pada biofilm (Abebe, 2020)
Penurunan laju pertumbuhan bakteri akibat perbedaan konsentrasi oksigen dan nutrisi
menyebabkan antibiotik tidak dapat bekerja menghentikan pertumbuhan bakteri. Mikroba
dalam biofilm mayoritas berada pada kondisi yang dorman dan tidak melakukan aktifitas
pertumbuhan dan metabolik. Keadaan ini dilakukan karena jumlah nutrisi dan oksigen yang
terbatas. Beberapa jenis antimikroba memerlukan adanya aktifitas seluler dari mikroba tersebut
untuk dapat efektif sebagai bakterisidal karena bekerja dengan cara mengganggu aktifitas
mikroba. Oleh karena itu pemberian antibiotik pada biofilm dapat menjadi resisten. (Edward
and Novianti, 2015)
Bakteri biofilm memiliki kemampuan untuk menyebarkan fenotip resistensi
antibiotik dengan cara transfer materi genetik antar spesies melalui quorum sensing. Peluang
terjadinya mutasi pada bakteri biofilm yang tinggi memungkinkan untuk berkembang
membentuk mekanisme resistensi seperti memproduksi enzim yang menonaktifkan
antibiotik atau kemampuan mengeluarkan antibiotik dengan regulasi pompa efluks. Bakteri
dalam biofilm menghasilkan sel persisten yang dapat merubah aktivitas metaboliknya untuk
menghindari efek antibiotik dan bahkan memiliki kemampuan untuk itu bertahan dalam
antibiotik konsentrasi tinggi. (Abebe, 2020) Kepadatan bakteri yang tinggi dalam populasi
biofilm merupakan kondisi yang efisien untuk terjadinya transfer gen resistensi dan virulensi
secara horizontal. Jumlah mikroorganisme dalam matriks yang padat menyebabkan kontak
erat antar jenis mikroorganisme satu dengan lainnya sehingga memungkinkan mereka untuk
bertukar gen hingga akhirnya seluruh komunitas memiliki gen yang resisten. (Abebe, 2020)
Mekanisme resistensi antibiotik
Matriks pada biofilm memiliki muatan listrik negatif yang akan melindungi bakteri dari
antibiotik yang bermuatan listrik positif. Matriks dapat menghambat pengeluaran substansi bakterisid
dan mendegradasi antibiotik. Selain itu matriks juga memiliki mekanisme pertahanan yang efektif
melawan lisozim dan sistem komplemen. (Edward and Novianti, 2015)
Bakteri planktonik pada umumnya menstimulasi pembentukan antibodi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh. Pembentukan barier pada biofilm menyebabkan antibodi tidak efektif untuk
membunuh bakteri. Antibodi yang inaktif dan deaktivasi antibiotik menyebabkan peningkatan
resistensi. (Edward and Novianti, 2015) (Abebe, 2020)
Hal ini disebabkan oleh proses multifaktorial antara lain :
1. perubahan lingkungan mikro dan berkurangnya angka pertumbuhan,
Matriks pada biofilm memiliki muatan listrik negatif yang akan melindungi
bakteri dari antibiotik yang bermuatan listrik positif. Matriks dapat menghambat
pengeluaran substansi bakterisid dan mendegradasi antibiotik. Selain itu matriks juga
memiliki mekanisme pertahanan yang efektif melawan lisozim dan sistem
komplemen. (Edward and Novianti, 2015)
2. perubahan ekspresi genetik dan adanya sel yang bersifat persisten. (Edward and
Novianti, 2015)
Fase lambat pertumbuhan sel merupakan faktor protektif bagi biofilm. Pada fase
lambat pertumbuhan sel beberapa antibiotik dapat masuk ke dalam sel bakteri tetapi
antibiotik hanya bekerja pada fase cepat pertumbuhan sel. Adanya sel persisten juga
berperan dalam resistensi antibiotik. Sel persisten merupakan subpopulasi yang terdapat
di dalam biofilm. Sel persisten tetap mampu bertahan pada pemberian antibiotik yang
bersifat menghambat pertumbuhannya. Mekanisme lain yang diduga sebagai penyebab
resistensi biofilm terhadap antibiotik adalah induksi fenotip biofilm, regulasi quorum
sensing dan mutasi biofilm. (Edward and Novianti, 2015)
Faktor yang menyebabkan resistensi antibiotik terhadap bakteri biofilm antara lain
a. matriks polimer yang dibentuk biofilm membatasi proses difusi antibiotik.
b. matriks polimer yang berinteraksi dengan antibiotik menurunkan aktivitasnya
sebagai bakterisidal
c. resistensi yang dimediasi oleh enzim seperti β-laktamase
d. perubahan aktivitas metabolisme di dalam biofilm
e.
perubahan genetik pada sel target
f. ekstrusi antibiotik menggunakan pompa limbah dan
g. adanya struktur membran luar, seperti pada Gramnegatif bakteri. Mekanisme ini
sangat berperan dalam resistensi antibiotik dan kelangsungan hidup bakteri
biofilm. (Abebe, 2020)
Download