KAJIAN ILMIAH Peran Perawat Sebagai Advokat Pasien Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Pelayanan Kesehatan DISUSUN OLEH: HARIESTY TALENTA NARWASTU TELAUMBANUA 197046007 [email protected] PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Abstrak Latarbelakang:Perawat menjadi garda terdepan rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam. Kualitas asuhan sebagaimana seharusnya dituntut penuh dalam peran penting perawat. Salah satunya peran perawat sebagai advokat pasien dimana seorang perawat membutuhkan perlindungan dari perawat dari setiap tindakan medis yang diberikan kepada pasien dalam proses kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainTujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran perawat sebagai advokat pasien dalam pemberian asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan.Metode: Metode penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara in-depth interview Hasil: mendapatkan 3 tema dalam penelitian mereka yaitu defenisi peran advokasi perawat, pelaksanaan tindakan peran advokasi perawat dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran advokasi. Tiga tema diuraikan: defenisi peran advokasi peran perawat dalam salah satunya adalah pembelaan terhadap pasien serta perlindungan kepada pasien dalam hal kesehatan, cara hidup sehat dan biaya. komunikasi perawat berperan sebagai pemberi informasi atau penghubung. Peran perawat sebagai advokat sebagai penghubung informasi dari tenaga kesehatan lainnya tentang tindakan yang akan dilakukan dan terkait kondisi pasien saat itu Kesimpulan dan Saran: Perawat adalah sebagai aset utama layanan kesehatan yang harus mampu memberikan pelayanan yang berkualitas Perannya sebagai seorang advokasi bagi pasien dan keluarga adalah bentuk nyata integritas seorang perawat dalam memberikan pelayanan berkualitas . Kata kunci: Peran perawat, Advokat, Komunikasi Latarbelakang Penelitian Perawat adalah sebagai salah satu aset penting bagi sebuah rumah sakit. Perawat menjadi garda terdepan rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam. Kualitas asuhan sebagaimana seharusnya dituntut penuh dalam peran penting perawat. Salah satunya peran perawat sebagai advokat pasien dimana seorang perawat membutuhkan perlindungan dari perawat dari setiap tindakan medis yang diberikan kepada pasien dalam proses kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya (Afidah & Madya, 2013). Sebagai contoh peran perawat pada tindakan ECT (Electro Conclusive Therapy) peran perawat pada situasi ini adalah bagaimana perawat memberikan penjelasan secara detail tentang tindakan yang diberikan dan peran sebagai advokat dalam pemberian informed consent sebagai persetujuan pasien dengan tindakan yang diberikan dan pasien atau keluarga sudah memahami secara jelas tindakan yang akan dilakukan (Kandar, dkk, 2015). Peran advokasi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pemberian asuhan keperawatan. Hal ini juga mencegah terjadinya malpraktik yang akibatnya merugikan pasien bahkan kematian pasien (Suryani, dkk, 2013). Selama berada dalam masa perawatan dirumah sakit sangat mungkin terjadinya human error oleh tenaga kesehatan yang mampu merugikan pasien. Sebagai satu – satunya yang berhubungan langsung dengan pasien, seorang perawat dituntut untuk lebih hati – hati dan teliti dalam setiap tindakan yang di lakukannya, baik itu dalam kolaborasi dengan dokter dalam instruksi pemberian obat – obatan oral, tindakan injeksi, bahkan sampai tindakan pemberian transfusi. Perawat harus memastikan apakah hal tersebut dapat berdampak baik kepada pasien. Bukan malah merugikan atau sampai mengakibatkan kematian pasien. Dalam latarbelakang penelitiannya Felle (2018) menuliskan bahwa ada beberapa contoh kelalaian perawat yang merugikan pasien salah satunya adalah seorang bayi menjadi hangus dalam incubator karena kelalaian perawat dalam mengontrol suhu incubator. Sebagai dasar seorang perawat adalah menghargai hak – hak pasien sebagai pengguna layanan kesehatan. Ada tiga komponen perawat sebagai advokat bagi pasien yaitu pelindung penentuan diri pasien, mediator, dan sebagai pelaku. Perawat juga harus melindungi pasien sebagai manusia yang utuh sesuai dengan hukum yang berlaku (Suyanti, dkk, 2014). Simamora (2013) dalam penelitiannya juga membahas tentang perawat sebelum memberikan tindakan tidak menjelaskan informasi tentang tindakan prosedur pemberian terapi yang akan dilakukan, dalam hal ini pasien berhak memutuskan tindakan terapi tersebut ditolak atau diterima oleh pasien. Dalam kasus ini peran perawat sebagai advokasi pasien belum terlaksanakan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran perawat sebagai advokat pasien dalam pemberian asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan. Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan fenomenologi. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Partisipan yang diambil memiliki kriteria inklusi sudah bekerja di rumah sakit tersebut selama 5 tahun atau lebih yang bekerja di ruang rawat inap. Dalam penelitian ini membutuhkan 15 orang partisipan / perawat sebagai pemberi informasi. Penggalian informasi dilakukan dengan cara indeepth interview (Tri Sulistiyowati, 2016). Hasil Penelitian Hasil penelitian Afidah dan Madya (2013) mendapatkan 3 tema dalam penelitian mereka yaitu defenisi peran advokasi perawat, pelaksanaan tindakan peran advokasi perawat dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran advokasi. Tiga tema tersebut diuraikan bahwa defenisi peran advokasi peran perawat dalam salah satunya adalah pembelaan terhadap pasien serta perlindungan kepada pasien dalam hal kesehatan, cara hidup sehat dan biaya. Sedangankan pelaksanaan tindakan dalam peran tersebut perawat mengatakan bahwa peran perawat melakukan perlindungan terhadap tindakan kolaborasi yang akan dilakukan dengan memberikan alasan logis dimana ketika dipaksakan untuk dilakukan makan akan memperburuk keadaaan pasien. Peran perawat juga memberikan informasi yang tepat agar keadaan pasien semakin membaik, contohnya dalam hal memberikan informasi diit. Peran perawat sebagai advokat dalam hal perawat menjadi penengah antara tim dokter seperti dalam pemberian obat – obat untuk menghindari hal – hal yang merugikan pasien. Perawat juga mengalami beberapa faktor yang mempengaruhi terlaksananya peran sebagai advokat bagi pasien seperti perawat diposisikan sebagai asisten atau berada dibawah kepemimpinan dokter, sehingga untuk melakukan peran sebagai advokasi pasien seringkali terabaikan. Faktor lainnya adalah kurangnya jumlah tenaga perawat yang tidak sebanding dengan jumlah pasien yang mereka tangani. Peran perawat sebagai advokasi ini juga didukung oleh instansi rumah sakit yang selalu mendukung perawat untuk menjalankan perannya sehingga informasi kepada pasien terlaksanakan dan tidak merugikan pasien. Irfanti (2019) dalam hasil penelitiannya mengungkapkan komunikasi perawat berperan sebagai pemberi informasi atau penghubung. Peran perawat sebagai advokat sebagai penghubung informasi dari tenaga kesehatan lainnya tentang tindakan yang akan dilakukan dan terkait kondisi pasien saat itu. Ketika hal komunikasi ini tidak dijalan perawat sebagaimana mestinya maka akan terjadi kesalahpahaman antara kedua belah pihak dan proses asuhan keperawatan yang berkualitas tidak dapat terlaksana. Hartini dan Julia (2018) pada hasil penelitiannya mengatakan pasien BPJS bahwa kualitas asuhan yang sudah dirasakan 74.7% menyatakan puas terhadap pelayanan perawat. Kualitas peran perawat sebagai mediator (advokasi) dalam melaksanakan layanan asuhan keperawatan didapatkan bahwa perawat mendampingi tenaga kesehatan lain untuk menjembatani komunikasi antara pasien dan dokter sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Perawat juga menekankan kembali apa yang sudah dikatakan dokter kepada pasien jika pasien dan keluarga belum paham atau tidak mengerti apa yang dikatakan oleh dokter. Perawat juga mendampingi pasien dalam menjalani pemeriksaan medis misalnya pasien mengantarkan pasien dan keluarga untuk melaksanakan foto rotgen (Suyanti, dkk, 2014). Felle (2018) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa faktor tingkat pendidikan perawat mempengaruhi pengetahuan tentang peran advokasi perawat terhadap pasien. Responden dalam penelitiannya terdapat 13 orang berpendidikan SPK, dan 5 orang yang berpendidikan sarjana hal ini yang menyebabkan kurang terpaparnya perawat mengenai peran mereka dalam layanan kesehatan. Felle (2018) juga mengatakan bahwa perawat hanya melaksanakan rutinitas mereka seperti tugas – tugas sehari – hari dan tidak tertantag untuk mengembangkan ilmu yang sudah didapatkan. Peran perawat sebagai advokat juga belum dapat terlaksana karena kondisi keperawtan di Indonesia belum kondusif karena kompetensi dan tingkat pendidikan perawat masih belum setara dan tidak memiliki kompetensi untuk advokasi. Pembahasan Hasil Penelitian Peran perawat sebagai advokasi pasien adalah perawat mampu memberikan perlindungan terhadap pasien, keluarga pasien, dan orang – orang disekitar pasien. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Umasugi (2018) bahwa perawat sebagai pelindung, perawat mampu mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan dari hasil pengobatan, contohnya mencegah terjadinya alergi terhadap efek pengobatan dengan memastikan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi. Salah satu untuk mencegah terjadinya hal – hal yang merugikan pasien perawat harus saling berkoordinasi dengan adanya standar komunikasi yang efektif dan terintegrasi dalam kegiatan timbang terima yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan (Alvaro et al. 2016 dalam Triwibowo & Zainuddin 2016). Peran advokasi perawat terhadap pasien juga terlaksana dalam pemberian penjelasan tindakan prosedur dalam informed consent berperan sebagai pemberi informasi, pelindung, mediator, pelaku dan pendukung (Tri Sulistiyowati, 2016). Perawat memberikan perlindungan terhadap pasien untuk mencvegah terjadinya penyimpangan/malpraktik yang pada dasarnya setiap profesi kesehatan sudah harus memahami tanggung jawab dan integritasnya dalam memberikan pelayanan kesehatan. Para professional kesehatan terutama perawat harus memahami hak – hak dan kewajiban pasien sebagai penggunan layanan kesehatan. (Kusnanto, 2004). Dalam artikelnya Nurul (2018) pasien berhak mendapatkan pelayanan yang manusiawi dan jujur. Pasien berhak mendapatkan pelayanan yang sama tanpa adaanya diskriminasi. Pasien berhak didampingi oleh keluarga selama di rawat. Pasien juga berhak memilih tim medis dan rumah sakit sesuai dengan kebutuhannya, namun pada hal ini perawat harus memberikan informasi yang sejujurnya agar pasien tidak salah dalam memilih. Kemudian pasien berhak mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukannyan dan berhak mendapatkan perlindungan privasi. Dalam hal ini perawat sebagai pendamping pasien selama 24 jam penuh wajib memenuhi hak pasien tersebut yang berperan sebagai advokasi bagi pasien untuk menghindari terjadinya kesalahan asuhan keperawatan. Perawat harus menghargai pasien yang dirawatnya sebagai manusia yang utuh sehingga tidak menjadi beban selama menajalani perannya sebagai advokat pasien. Namun beberapa penghambat yang dialami perawat dalam menjalankan perannya adalah salahnya paradigma perawat sebagai pembantu atau asisten dokter (Suryani, dkk, 2013) yang masih menjadi pencetus hilangnya kepercayaan diri perawat dalam melaksanakan peran sebagai advokasi tersebut. Tingkatkan pendidikan juga harus ditingkatkan agar perawat dapat meningkatan ilmu pengetahuan sehingga pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilaksanakan bisa lebih dilakukan dengan teliti. Kemudian hal yang terpenting untuk melaksanakan peran sebagai advokasi pasien adalah bagaimana seorang perawat dapat berkomunikasi dengan baik dengan pasien maupun dengan mitra sejawat. Komunikasi adalah bentuk aksi untuk melakukan interaksi yang akan memberikan informasi silang antara pasien dan mitra sejawat. Apabila komunikasi antar perawat dan pasien atau keluarga akan memberikan feedback yang positif antara kedua pihak. Yang tentunya akan membantu proses perawatan yang lebih mudah dan pasien akan merasa nyaman dengan tindakan yang dilakukan. Sehingga peran perawat sebagai advokasi pasien salah satunya mediator antara pasien dan tenaga kesehatan lainnya dapat tercapai (Irfanti, 2019). Kesimpulan dan Saran Dari beberapa hasil penelitian tersebut kita menyadari bahwa perawat adalah sebagai aset utama layanan kesehatan yang harus mampu memberikan pelayanan yang berkualitas. Perannya sebagai seorang advokasi bagi pasien dan keluarga adalah bentuk nyata integritas seorang perawat dalam memberikan pelayanan berkualitas. Ketelitian dan pemahaman setiap prosedur yang akan dilakukan harus tertanam dalam diri seorang perawat. Seorang perawat dapat dikatakan sebagai sahabat baik pasien dalam layanan rumah sakit. Perlu bagi perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya agar memiliki kepercayaan diri untuk membela hak – hak pasien dan keselamatan pasien. Saran penulis pada kajian ini adalah sebagai sejawat yang berhubungan langsung dengan pasien perlu saling mengingatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, meskipun banyak kesenjangan, konflik, dan latarbelakang yang berbeda, sebagai suatu tim harus bekerjasama dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan berintegritas. DAFTAR PUSTAKA Afidah, E.N., & Madya, S. (2013). Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat Perawat Di Rumah Sakit Negeri di Kabupaten Semarang, Vol.1, No.2. Diakses dari https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/view/1008 Ali, Z. (2010). Dasar – dasar kepemimpinan dalam keperawatan. Jakarta: TIM Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC. Felle, Z.R. (2018). Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Advokat Bagi Pasien Di Rumah Sakit Umum Abepura, Jurnal Tropis Papua Vol.1, No.1, ISSN: 2654 – 5756. Hartini, Fithrie L., & Julia R. (2018). Hubungan Kualitas Asuhan Keperawatan Dengan Kepuasan Pasien BPJS di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Journal of community and emergency 6 (1). Diakses dari https://ejournal.unpi.ac.id/index.php/JICE/article/view/101/92 Irfanti, F.Y. (2019). Model Komunikasi Perawat Dalam Memberikan Informasi Kepada Keluarga Pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Haji Samsoeri Metorjoso Surabaya, Vol. 01, No.02, 133-136. Diakses dari https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/Commercium/article/view/27298/24 970 Kandar, Maria S., & Tofi’ah. (2015). Pelaksanaan Peran Perawat Sebagai Advokad Dalam Pemberian Informed Concent Tindakan ECT Premedikasi Di RSJD Dr. Amino Gondhoutomo Provinsi Jawa Tengah. Diakses dari https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1602/1654 Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC Nurul. (2018). Perawat sebagai advokat bagi pasiennya, petingkah? Artikel Keperawatan, diakses dari pentingkah/ https://www.perawat.co/perawat-sebagai-advokat-bagi-pasiennya- Simamora, R.H. (2013). Upaya Pembinaan Perawat di Rumah sakit Ngesti Waluyo Parakan Temanggung Jawa Tengah. Jurnal keperawatan soedirman, Vol. 8, No.2. Diakses dari http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/482/249 Suryani, M., Setyowati, & Luknis, S. (2013). Pemahaman Dan Perilaku Perawat Dalam Melaksanakan Peran Advokat Pasien Di Rumah Sakit. Diakses dari http://182.253.197.100/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/156/180 Suyanti, Nurfika A., & Anisah A. (2014). Prespektif Pasien Dengan Perlindungan Social Kesehatan tentang Peran Advokasi Perawat di Ruang Inap Kelas III Rumah Sakit Paru Jember, e-jurnal Pustaka Kesehatan, Vol.2, No.1. Diakses dari https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/609/437 Tri Sulistiyowati, M.A.E. (2016). Pelaksanaan Advokasi Perawat Dalam Informed Consenst di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, Vol.8, No.2. Diakses dari http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/jikk/article/view/356/379 Triwibowo, C., Zainuddin, H., & Soep. (2016). Studi Kualitatif: Peran Handover Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit, Jurnal Pena Medika Vol.6, No.2, 72-79, ISSN: 2086-843X. Diakses dari http://www.jurnal.unikal.ac.id/index.php/medika/article/view/392/350 Umasugi, M.T. (2018). Peran Perawat Dalam Menangani Pasien TB Paru Di Ruang Igd RSUD Telehu Provinsi Maluku Tahun 2015. Global Health Science, Vol. 3, No.3, ISSN: 2503-5088 (p) 26622-1055 (e). http://jurnal.csdforum.com/index.php/GHS/article/view/276/128 Diakses dari