TINJAUAN PUSTAKA Hipoksia Berpeluang Mencegah Kerusakan Sel ß Pankreas pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2: Tinjauan Biologi Molekular Firda Annisa, Cynthia Viryawan, Fabianto Santoso Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ABSTRAK Diabetes melitus (DM) tipe 2 adalah sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Umumnya, DM tipe 2 diawali dengan hiperglikemi berkelanjutan menyebabkan resistensi insulin. Hiperglikemi ini juga akan meningkatkan ROS (Reactive Oxygen Species), khususnya pada sel β pankreas dan akhirnya memicu kerusakan sel, selanjutnya mengurangi sekresi insulin sehingga dapat memperparah DM tipe 2. Hipoksia adalah kondisi kekurangan oksigen dalam sel. Kondisi ini telah diteliti dapat meningkatkan transporter glukosa sel dengan aktivasi faktor transkripsi HIF-1α (Hypoxia Inducible Factor 1α) sehingga dapat mengurangi hiperglikemia, kerusakan sel β pankreas pada pasien DM dan dapat mencegah resistensi insulin. Hipoksia juga menurunkan O2 sel yang merupakan sumber ROS, sehingga akan menurunkan risiko kerusakan sel β pankreas pada DM tipe 2. Hipoksia berpeluang mencegah kerusakan sel β pankreas lebih lanjut pada DM tipe 2. Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, hipoksia, sel β pankreas ABSTRACT Type 2 diabetes mellitus (DM) is a syndrome of impaired metabolism caused by reduced insulin secretion or decreased tissue sensitivity to insulin. Type 2 DM begins with sustained hyperglycemia causing insulin resistance. Hyperglycemia also causes ROS (Reactive Oxygen Species) increase, especially in pancreatic β cells, eventually lead to cell damage and more severe type 2 DM. Hypoxia has been observed can increase cell glucose transporter through activation of transcription factor HIF-1α (Hypoxia Inducible Factor 1α), reducing hyperglycemia and preventing destruction of pancreatic β cells in diabetic patients with insulin resistance. Hypoxia also lowers oxygen in cells as a source of ROS. ROS decrease will reduce risk of pancreatic β cells damage in type 2 DM. Hypoxia likely prevents further damage in type 2 DM by preventing pancreatic β cells destruction. Firda Annisa, Cynthia Viryawan, Fabianto Santoso. Role of Hypoxia in Preventing Pancreatic β-cell Damage in Type 2 Diabetes Mellitus: Molecular Biology Review. Key words: Type 2 diabetes melitus, hypoxia, pancreatic β cells PENDAHULUAN Prevalensi diabetes melitus (DM), khususnya DM tipe 2, di dunia cukup besar dan diprediksi akan terus meningkat. Data International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2010 menunjukkan jumlah pasien DM dunia mencapai 284,8 juta jiwa.1 Peningkatan prevalensi telah dibuktikan oleh data WHO pada September 2012 yang menunjukkan pasien DM dunia mencapai angka 347 juta jiwa2 dan diprediksi sebesar 366 juta jiwa pada tahun 2030.3 Indonesia menjadi salah satu penyumbang terbesar, yaitu 2,8 juta jiwa pada tahun 2007 dan 6,9 juta jiwa pada tahun 2010.1,4 Pada tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-9 dunia dengan jumlah pasien DM sekitar 7 juta jiwa. Pada tahun 2030, Indonesia diprediksi akan naik peringkat ke posisi 6 dunia dengan jumlah pasien DM sekitar 12 juta jiwa.1 Beberapa penelitian terakhir selalu menghubungkan DM2 dengan radikal bebas (stres oksidatif ). Keadaan hiperglikemia memicu terjadinya keadaan stres oksidatif di dalam sel. Penelitian lain menunjukkan bahwa keadaan ini menyebabkan disfungsi sel β pankreas sehingga tidak dapat memproduksi insulin secara maksimal.5,6 Studi lain mengungkap bahwa keadaan hipoksia dapat merangsang ekspresi protein transporter GLUT. Adanya GLUT yang cukup banyak di membran sel akan meningkatkan glukosa yang masuk dan dimetabolisme di dalam sel; dengan demikian, keadaan hiperglikemia dapat ditekan.7,8 DIABETES MELITUS Diabetes melitus (DM) merupakan sindrom gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin.9 DM dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 juga *)Catatan kaki: Dipresentasikan pada 3rd Annual Meeting of Hypoxia and Oxidative Stress Studies, Jakarta, June 15th, 2013. Alamat korespondensi 198 email: [email protected] CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014 TINJAUAN PUSTAKA disebut diabetes melitus tidak bergantung insulin (noninsulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM), yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin. Diabetes melitus tipe 2 lebih sering dijumpai pada kira-kira 90% dari seluruh kasus diabetes. Pada kedua jenis DM, metabolisme semua nutrien utama terganggu. Resistensi atau tidak adanya insulin akan mengurangi efisiensi penggunaan dan pengambilan glukosa oleh sebagian besar sel tubuh, kecuali sel otak.9 Gejala khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia, dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Gejala tidak khas DM di antaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva pada wanita. HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN KERUSAKAN SEL Β PANKREAS Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan penurunan progresif fungsi sel β dan resistensi insulin kronis. Pada pulau Langerhans pankreas pasien DM tipe 2, ditemukan deposit amiloid yang berasal dari islet amyloid peptide protein (IAPP), disebut juga amilin. Peptida tersebut menyebabkan terjadinya apoptosis pada sel β, terutama jika dalam bentuk IAPP oligomer kecil. Oligomer IAPP dalam bentuk besar bersifat inert.10 makin parah. Kerusakan sel β berujung pada terjadinya ketosis.11 PERAN HIPOKSIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN GLUT Hipoksia merupakan kondisi sel-sel tubuh kekurangan suplai oksigen.Keadaan ini dapat akibat berbagai hal, seperti saat tekanan udara rendah, paru tidak adekuat menghirup oksigen, penyakit kronis paru, anemia, penyempitan pembuluh darah, gangguan fungsi jantung, maupun saat berolahraga.12,13 Respons seluler terhadap ketersediaan oksigen ini penting bagi makhluk hidup yang aerob, termasuk manusia dan hewan. Karena itu, pada kondisi hipoksia, tubuh mempunyai mekanisme adaptasi yang bertujuan untuk reoksigenasi. Respons adaptasi ini dimediasi oleh protein yang disebut HIF (Hypoxia Induced Factor). Salah satu jenis HIF yang paling banyak dikenal sebagai mediator hipoksia adalah HIF-1. Oligomer IAPP menyebabkan apoptosis sel β melalui kebocoran kanal ion non-selektif pada membran sel. Peningkatan apoptosis pada penderita DM tipe 2 juga dapat disebabkan oleh hiperglikemia. Pajanan glukosa konsentrasi tinggi menyebabkan peningkatan apoptosis sel Pulau Langerhans pankreas.10 Pada keadaan hipoksia, sel mengubah metabolisme glukosa dari keadaan oxygendependent TCA (tricarboxylic acid) menjadi keadaan oxygen-independent glycolysis. Hal ini berpengaruh pada ambilan glukosa ke dalam sel. Sel yang tadinya dengan 1 molekul glukosa dapat menghasilkan 38 ATP menjadi hanya menghasilkan 2 ATP saja. Hal ini membuat sel harus beradaptasi dengan mengambil 19 molekul glukosa dalam satu waktu untuk menghasilkan 38 ATP seperti semula. Hipoksia dan HIF-1 berperan dalam meningkatkan transporter glukosa, yakni GLUT1 dan GLUT3. Penemuan terbaru juga melaporkan bahwa hasil glikolisis, yaitu asam laktat dan asam piruvat, juga membantu akumulasi HIF-1α pada keadaan normoksia akibat potensi feedback positif yang dimilikinya.13,14 Dalam perkembangan penyakit DM tipe 2, terdapat lima tahapan kerusakan sel β. Tahap pertama merupakan tahap kompensasi, terjadi peningkatan sekresi insulin untuk mempertahankan kadar gula darah normal. Tahap kedua merupakan tahap mulai terjadi kenaikan glukosa yang ditandai dengan kehilangan sel β dan kerusakan fungsi. Tahap ketiga merupakan tahap tidak stabil, kadar glukosa meningkat pesat. Tahap keempat merupakan tahap dekompensasi stabil dengan kerusakan sel β makin parah. Pada tahap kelima, terjadi dekompensasi yang HUBUNGAN HIPERGLIKEMIA DENGAN KERUSAKAN SEL Β PANKREAS Peningkatan glukosa menghasilkan akumulasi ROS pada sel β pankreas. Akumulasi ROS ini akan merusak sel tempatnya berada. Pada diabetes tipe 2, ROS menurunkan sintesis insulin dan mengaktifkan jaras apoptosis sel β.15 ROS yang terdapat pada sel β pankreas dapat berasal dari kerja mitokondria, NOX (NADPH oksidase), sitokin, dan sel fagositik. Seperti yang terjadi pada sel lain, molekul oksigen yang melewati kompleks I dan III membran mitokondria saat transpor elektron CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014 dapat kehilangan satu elektronnya, sehingga terbentuk molekul anion superoksida atau yang dikenal dengan ROS. Secara normal, ROS ini akan diubah oleh SOD (superoksida dismutase) menjadi H2O2. Kemudian H2O2 akan diubah menjadi tidak toksik oleh CAT (katalase) dan GPxs (Glutation Peroksidase). NADPH yang teroksidasi oleh NOX juga menghasilkan ROS dan beberapa anggota NOX yang berpotensi merusak ini telah dideteksi ada di sel β. Pada penyakit autoimun kronik, fagosit sel juga memproduksi ROS dan sitokin yang memperberat kerusakan oksidatif sel β.16 Jaras I: Pencegahan Kerusakan Sel β Pankreas melalui Penurunan Kadar Gula Darah dalam Keadaan Hipoksia DM tipe 2 merupakan sindrom kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau berkurangnya sensitivitas jaringan terhadap insulin. Berkurangnya sensitivitas jaringan terhadap insulin ini merupakan ketidakmampuan reseptor insulin sel untuk menyediakan transporter glukosa. Hal ini membuat glukosa darah tidak dapat masuk ke sel sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah yang dikenal dengan istilah hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia pada pasien DM menyebabkan peningkatan glukosa di luar sel. Peningkatan tersebut bersifat sitotoksik pada beberapa sel, termasuk sel β pankreas. Keadaan ini akan mengganggu pengaturan keseimbangan glukosa antara di luar dan di dalam sel. Akibatnya, glukosa yang masuk ke dalam sel akan meningkat. Glukosa yang telah masuk ke dalam sel akan langsung dimetabolisme melalui mekanisme glikolisis menjadi asam piruvat. Karena glukosa yang masuk ke dalam sel meningkat, asam piruvat yang dihasilkan pun juga meningkat. Kemudian, asam piruvat akan masuk ke dalam mitokondria untuk dimetabolisme lebih lanjut melalui siklus asam trikarboksilat (TCA). Siklus ini menyebabkan terbentuknya donor elektron. Donor elektron utama adalah NADH yang mendonorkan elektron pada kompleks I, dan FADH2 yang mendonorkan elektron pada kompleks III. Sistem di atas dapat menyebabkan elektron keluar atau bocor dari rantai respirasi. Elektron yang keluar akan berinteraksi 199 TINJAUAN PUSTAKA Peningkatan glukosa Glikolisis Rantai kompleks I dan III TCA Peningkatan piruvat O2 Peningkatan ROS Gambar 1 Jaras Hiperglikemia pada Jaras I Hipoksia O2↓ HIF1β HIF1α dapat terakumulasi di nukleus HIF1 (heterodimer) tersebut bertujuan untuk beradaptasi dalam kondisi hipoksia dan mengembalikan sel ke kondisi normoksia. HIF1α yang terakumulasi di nukleus akan bergabung dengan HIF1β menjadi HIF1 heterodimer. HIF1 heterodimer akan mengikat HRE sehingga mengaktifkan transkripsi gen target, termasuk GLUT. GLUT merupakan protein transporter glukosa yang memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam sel. Peningkatan ekspresi GLUT pada sel inilah yang akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel. Selain itu, keadaan hipoksia juga memaksa sel menghasilkan energi dengan glikolisis, sehingga untuk menghasilkan energi dalam jumlah yang sama, sel harus menyerap glukosa lebih banyak. Kondisi ini membuat kadar glukosa darah menurun karena diserap oleh sel tubuh kita. Secara singkat, jaras tersebut digambarkan oleh jaras di bawah ini (Gambar 2). Jaras II: Pencegahan Kerusakan Sel β Pankreas melalui Penurunan ROS dalam Keadaan Hipoksia Pada Jaras II, penanggulangan kerusakan sel β pankreas terjadi melalui penurunan jumlah oksigen pada jaras hiperglikemia. Keadaan hipoksia adalah keadaan oksigen dalam tubuh turun drastis. Penurunan jumlah oksigen ini akan berdampak pula pada penurunan sumber ROS. Dalam pembentukan ROS, oksigen akan berikatan dengan elektron bebas yang keluar karena bocornya rantai elektron. Reaksi antara oksigen dan elektron bebas inilah yang menghasilkan ROS dalam mitokondria. transkripsi HRE gen target: GLUT translasi protein transporter GLUT 1 uptake glukosa↑O2 Gambar 2 Jaras Hipoksia dalam Jaras I dengan O2 membentuk anion superoksida yang merupakan prekursor ROS. Dengan demikian, donor elektron yang meningkat akan menghasilkan kebocoran elektron yang besar pula sehingga meningkatkan ROS. ROS yang tinggi akan menghasilkan keadaan stres oksidatif di dalam mitokondria sel β pankreas. Stres oksidatif akan mengakibatkan kerusakan mitokondria. Keadaan ini dapat memperparah kondisi pasien DM tipe 2 dengan berkurang atau tidak adanya suplai insulin yang cukup untuk memetabolisme glukosa yang masuk ke dalam tubuh. Secara singkat, jaras hiperglikemia dalam jaras I ini dapat dilihat pada gambar 1. Pada kondisi hipoksia, keadaan tubuh hanya tersuplai sedikit oksigen, respons tubuh untuk menyerap glukosa akan meningkat. Keadaan hipoksia menyebabkan respons akumulasi HIF1α yang berperan sebagai faktor transkripsi beberapa gen, seperti VEGF, LDHL, GLUT, Epo, dan NOS. Ekspresi gen 200 Gambar 3 Jaras I Gambar 4 Jaras II CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014 TINJAUAN PUSTAKA Ketika ROS telah dihambat, tubuh tidak lagi mengalami stres oksidatif yang merusak mitokondria sel β pankreas. Dengan demikian komplikasi lanjut DM tipe 2 berupa kerusakan sel β pankreas juga tidak terjadi. Jaras ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gabungan Jaras I dan II dalam Pencegahan Kerusakan Sel β Pankreas Jaras I dan Jaras II yang telah dijelaskan di atas memiliki mekanisme berbeda walaupun tujuan akhirnya sama, yaitu mencegah kerusakan sel β pankreas. Jaras I memiliki kelebihan bukan hanya untuk prevensi kerusakan sel β pankreas tetapi juga mengatasi masalah utama yaitu DM2. Dengan makin banyaknya transpor glukosa ke dalam sel, kadar glukosa dalam darah akan berkurang. Hal ini akan mengatasi masalah utama DM tipe 2, yaitu hiperglikemia. Jaras II memiliki kelebihan pada keefektifan mencegah kerusakan sel β pankreas. Jika sumber oksigen tidak ada, ROS tidak akan terbentuk di mitokondria sel β pankreas. Dengan demikian, kerusakan sel β pankreas akan dapat dicegah. Jaras I dan Jaras II dapat digabung menjadi satu jaras yang mungkin dapat bekerja bersama. Gabungan kedua jaras ini akan menghasilkan Gambar 5 Gabungan Jaras I dan Jaras II jaras baru seperti di bawah ini (Gambar 5). Akan tetapi, kerja gabungan jaras ini masih belum diketahui pasti. Kedua jaras ini dapat bekerja secara sinergis maupun antagonis. SIMPULAN Hipoksia diduga dapat berperan dalam mekanisme preventif kerusakan sel β pankreas pada pasien DM tipe 2. Komplikasi DM tipe 2 berupa kerusakan sel β pankreas diduga dapat dicegah dengan aktivasi jaras hipoksia yang meningkatkan ambilan glukosa sehingga menghambat pembentukan ROS dan me-nurunkan sumber ROS itu sendiri. Dengan demikian, pasien DM tipe 2 dapat diberi terapi yang dapat menyebabkan tubuh mengalami kondisi hipoksia, seperti berolahraga anaerobik. DAFTAR PUSTAKA 1. Shaw JE, Sicree RA, Zimmet PZ. Globale estimates of the prevalence of diabetes for 2010 and 2030. Diabetes Res. and Clin. Practice.2010;87:4-14. 2. WHO. Diabetes[intenet]. 2012[update 2012 September; sitasi 2012 November 16]. Tersedia di: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html 3. WHO. Country and regional data on diabetes[internet].2012 [sitasi 2012 November 17]. Tersedia di: http://www.who.int/diabetes/facts/world_figures/en/ 4. Chan JCN, Malik V, Jia W, Kadowaki T, Yajnik CS, Yoon KH, et al. Diabetes in Asia epidemiologi, risk factors, and pathophysiology. JAMA.2009;301:2129-41. 5. Naudi A, Jove M, Ayala V, Cassanye A, Serrano J, Gonzalo H, et al. Cellular dysfunction in diabetes as maladaptative response to mitochondrial oxidative stres. Exp Diabetes Res.2012;2012:114. 6. Favier IH. Oxidative Stres and Diabetes. Dalam: Dwipoerwantoro PG, Soebadi A. The 1st Indonesia-France Seminar in Medicine & Public Health.Edisi ke 1. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI);2012. Hlm 6-8. 7. Wood S, Wang B, Cebrian SL, Trayhurn P. Hypoxia increases expression of selective facilitative glucose transporters (GLUT) and 2-deoxy-D-glucose uptake in human adipocytes. Biochem and Biophys Res Comm. 2007;361: 468-73. 8. Pitocco D, Zaccardi F, Di Stasio E, Romitelli F, Santini SA, Zuppi C, et al. Oxidative stres, nitric oxide, and diabetes. Rev Diabet Stud. 2010;7:15-25. 9. Arthur CG, John EH. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2006. 10. Butler AE, Janson J, Bonner-Weir S, Ritzel R, Rizza RA, Butler PC. β-cell deficit and increased β-cell apoptosis in humans with type 2 diabetes. Diabetes [internet]. 2003; [disitasi 15 November 2012]. Tersedia di: http://diabetes.diabetesjournals.org/content/52/1/102.short. 11. Weir GC, Bonner-Weir S. Five stages of evolving β-cell dysfunction during progression to diabetes. Diabetes [internet]. 2004;53. [sitasi 15 November 2012]. Tersedia di: http://diabetes. diabetesjournals.org/content/53/suppl_3/S16.short. 12. United State Geological Survey. Hypoxia. [internet]. 10 Agustus 2011. [sitasi 18 November 2012]. Tersedia di: http://toxics.usgs.gov/definitions/hypoxia.html. 13. Ke Q, Costa M. Hypoxia-Inducible Factor-1.Mol. Pharmacol.70:5:pp.1469–80; 2006. 14. Ziello JE, Jovin IS, Huang Y. Hypoxia-Inducible Factor (HIF)-1 Regulatory Pathway and its Potential for TherapeuticIntervention in Malignancy and Ischemia. Yale . Biol. . Med. 2007;80: 5160;. 15. Maechler P, Li N, Casimir M, Vetterli L, Frigerio F, Brun T. Role of Mitochondria in β-cell Function and Dysfunction. Dalam: M.S. Islam (ed.), The Islets of Langerhans, Advances in Experimental 193 Medicine and Biology volume 654. Switzerland: Springer Science+Business Media B.V. 2010. 16. Drews G, Krippeit-Drews P, Düfer M. Oxidative stres and beta-cell dysfunction.Eur J Physiol. 2010; 460:703–18. CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014 201