Uploaded by adzhanit

Proposal Skripsi

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
EKSISTENSI PERLINDUNGAN PATEN ATAS VAKSIN COVID-19
Proposal Skripsi
Oleh:
Adzhani Tharifah
(1706025592)
Fakultas Hukum
Program Studi Sarjana
Depok
Juli 2020
I.
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pada tahun 2020, dunia dihadapkan dengan virus Covid-19. Virus
ini telah menyebar dan memakan korban jiwa di seluruh dunia yang
menyebabkan World Health Organization (“WHO”) menilai Covid-19
sebagai pandemi per 11 Maret 2020.1 Tingkat penularan yang tinggi
mendorong para pemimpin bangsa untuk menerapkan berbagai tindakan
pencegahan penyebaran, tidak lain di antaranya kebijakan lockdown,
social distancing, travel ban, hingga isolasi mandiri bagi penduduk yang
baru memasuki suatu daerah. Namun, dengan belum ditemukannya vaksin
Covid-19, implementasi kebijakan pemerintah tidak sepenuhnya dapat
menghambat peningkatan kasus baru setiap harinya, seperti yang terjadi
di Indonesia dan India2. Kondisi yang mengkhawatirkan ini menyebabkan
negara-negara di dunia berlomba dalam menemukan vaksin Covid-19.
Adapun perlombaan untuk menemukan vaksin Covid-19 sejatinya
tidak hanya didasari untuk tujuan kesehatan saja. Tidak dapat dipungkiri
terdapat pula tujuan pencarian profit yang umumnya dilakukan oleh
perusahaan farmasi ataupun investor swasta yang mendanainya. Hal ini
mengingat paten didesain untuk mendorong invensi baru di mana inventor
(atau pemegang paten) diberikan hak eksklusif dalam jangka waktu
tertentu untuk mengembalikan biaya yang dikeluarkan untuk invensi
tersebut.3 Mendapatkan hak eksklusif berarti inventor (atau pemegang
paten) memiliki invensi secara utuh dalam jangka waktu tertentu yang
mana orang lain harus mendapatkan izin inventor (atau pemegang paten)
World Health Organization,
“Archived: WHO Timeline
- COVID-19,”
https://www.who.int/news-room/detail/27-04-2020-who-timeline---covid-19, diakses 4 Juli 2020.
1
2
Indonesia dan India menunjukkan grafik yang meningkat untuk kasus baru Covid-19 dalam 60
hari
terakhir.
Lih:
Google
News,
“Coronavirus
(COVID-19),”
https://news.google.com/covid19/map?hl=en-ID&gl=ID&ceid=ID%3Aen, diakses 14 Juli 2020.
World Intellectual Property Organization, “Patents” dalam World Intellectual Property
Indicators
2019
(Switzerland:
WIPO,
2019),
hlm.
220,
diakses
di
https://books.google.co.id/books?id=WuG2DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=paten+covid&hl=en
&sa=X&ved=2ahUKEwjMz4y8vLPqAhUNWX0KHTOhB74Q6AEwAnoECAYQAg#v=onepage&q=pa
tent&f=false.
3
Universitas Indonesia
terlebih dahulu dalam menyelenggarakan paten tersebut.4 Mengingat
pasar dari vaksin Covid-19 yang bersifat global, perlindungan paten akan
vaksin Covid-19 menjadi suatu pertanyaan global.
Pada
hakikatnya,
perlindungan
paten
bersifat
teritorial.
Perlindungan paten pada umumnya hanya berlaku di negara atau wilayah
tempat paten dimohonkan dan dikabulkan dengan memperhatikan hukum
dan aturan negara atau wilayah yang bersangkutan.5 Dengan kata lain,
perlindungan paten tidak dapat berlaku secara universal. 6 Dalam hal
permohonan paten ingin diajukan ke banyak negara sekaligus, pengajuan
permohonan dapat dilakukan melalui Patent Cooperation Treaty
(“PCT”). PCT menyederhanakan proses pengajuan paten di tiap negara
dengan meniadakan syarat pengajuan permohonan paten di tiap jurisdiksi
secara terpisah. Akan tetapi, keputusan akan pengabulan permohonan
paten diserahkan ke masing-masing kantor paten nasional ataupun
regional.7
Penulis merangkum adanya empat opsi sehubungan dengan
perlindungan paten atas vaksin Covid-19. Sejauh ini, opsi pertama ialah
menggunakan PCT. World Intellectual Property Organization (“WIPO”)
sendiri telah melansir adanya PATENTSCOPE8 yaitu database yang
berfungsi untuk memudahkan akses informasi terkait PCT internasional
dan dokumen paten lainnya. Di Indonesia sendiri, PCT atau yang dikenal
dalam bahasa Indonesia sebagai Traktat Kerja Sama pertama kali
diratifikasi melalui Keputusan Presiden No. 16 Tahun 1997. Selanjutnya,
PCT diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2016 tentang Paten
(“UU Paten”) jo Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.
38 Tahun 2018 tentang Permohonan Paten.
4
Sujana Donandi, Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia (Intellectual Property Rights in
Indonesia), cet. 1 (Yogyakarta: Deepublish, 2019), hlm. 58.
5
World Intellectual Property Organization, “Frequently Asked Questions: Patents,”
https://www.wipo.int/patents/en/faq_patents.html, diakses 15 Juli 2020.
6
“There is currently, no universal, international system for the grant of patents.” Lih: Ibid.
7
World Intellectual Property Organization, World Intellectual, hlm. 220.
8
Akses dapat dilakukan di https://patentscope.wipo.int/search/en/search.jsf.
Universitas Indonesia
Akan tetapi, sistem PCT tidak menghilangkan kekhawatiran
negara-negara berkembang perihal akses yang adil terhadap vaksin Covid19. Salah satu organisasi internasional, Oxfam International (“Oxfam”)
bahkan mendorong para pembuat kebijakan untuk memastikan vaksin, tes,
dan pengobatan terkait Covid-19 untuk bebas dari paten dan
didistribusikan secara merata kepada semua negara dan komunitas
masyarakat. Direktur Oxfam di Indonesia, Maria Lauranti, menyatakan
bahwa
pemerintah
Indonesia
berperan
dalam
memperjuangkan
kemudahan akses terhadap vaksin secara global, tidak terkecuali pada
negara yang berkembang atau terbelakang. Tentunya untuk menjamin
keadilan akses tersebut diperlukan kerja sama yang berlaku secara
internasional. Tidak hanya itu, pemerintahan pada setiap negara juga harus
satu visi dalam memprioritaskan kesehatan rakyat dibandingkan paten dan
profit dari perusahaan farmasi.9
Oleh karena itu, European Union (“EU”) mengajukan opsi kedua,
yaitu voluntary patent collection dan cross licensing untuk vaksin,
pengobatan, dan tes Covid-19 yang dituangkan dalam rancangan resolusi
untuk WHO. Yang mana apabila dijadikan mandatory (wajib) di seluruh
dunia, produksi dan akses atas vaksin, pengobatan, dan tes Covid-19
menjadi murah.10 Walaupun demikian, menurut Penulis, sangat sulit untuk
menjadikan proposal ini bersifat mandatory. Hal demikian mengingat sifat
teritorial paten di mana merupakan kebijakan masing-masing negara
dalam mengabulkan permohonan paten. Selain proposal dari EU, telah
AmBadar&Partners, “International Organization Ask Covid-19 Vaccine Free of Patent and
Cheap,” http://ambadar.co.id/patent/international-organization-ask-covid-19-vaccine-free-of-patent-andcheap/, diakses 15 Juli 2020.
9
10
Ibid.
Universitas Indonesia
dilansir
berbagai
voluntary
patent
collection
serupa
seperti
opencovidpledge.org11 ataupun medicinespatentpool.org12.
Penulis melihat adanya opsi ketiga berupa pengecualian paten
akan suatu invensi. Section 5 Article 27 Point 2 The Agreement on Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights (“TRIPs”) mengenal
ketentuan bahwa negara anggota dapat mengecualikan invensi yang dapat
dipatenkan di negara tersebut apabila hal ini diperlukan untuk melindungi
ordre public atau moralitas, termasuk untuk melindungi manusia atau
kesehatan sebagaimana dikutip berikut:13
“Members may exclude from patentability inventions, the
prevention within their territory of the commercial exploitation
of which is necessary to protect ordre public or morality,
including to protect human, animal or plant life or health or to
avoid serious prejudice to the environment, provided that such
exclusion is not made merely because the exploitation is
prohibited by their law.” [garis bawah Penulis]
Berdasarkan penjelasan di atas, sudah semestinya bahwa pandemi Covid19 termasuk dalam ranah ordre public yang mana berarti bisa saja suatu
negara anggota TRIPs memutuskan tidak dapat dimohonkan paten atas
vaksin Covid-19.
Opsi terakhir adalah compulsory licensing. Compulsory licensing
adalah fleksibilitas kekayaan intelektual yang memperbolehkan pembuat
obat secara legal untuk manufaktur dan menjual versi tiruan dari obat
paten selama adanya bencana nasional, krisis kesehatan publik, atau ketika
ada kebutuhan mendesak. Hal ini menyebabkan harga obat-obatan
menjadi menurun secara signifikan. Pemegang paten asli tidak akan
11
Pledge atau ikrar ini dibuat oleh Open COVID Coalition, grup internasional yang terdiri atas
para ilmuwan dan ahli hukum yang berkeinginan mempercepat perkembangan dan penyebaran diagnostik,
vaksin, terapeutik, alat kesehatan dan solusi perangkat lunak dalam menghadapi krisis kesehatan publik ini.
Visi dari Opencovidpledge.org adalah menjadikan penggunaan kekayaan intelektual bebas biaya dalam
memerangi pandemi Covid-19 dan untuk meminimalisir dampak dari pandemi.
12
MPP adalah organisasi kesehatan masyarakat yang dilansir oleh PBB yang bertujuan untuk
meningkatkan akses dan memfasilitasi perkembangan obat-obatan yang menyelamatkan hidup untuk
negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah.
13
World Trade Organization, “Part II — Standards concerning the availability, scope and use of
Intellectual Property Rights,” https://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/27-trips_04c_e.htm, diakses 14
July 2020.
Universitas Indonesia
dirugikan karena akan mendapatkan kompensasi sejumlah tertentu
(adequate muneration) dengan memperhatikan nilai ekonomi yang ada.
Compulsory licensing pada dasarnya tidak dikenal dalam TRIPs, namun
prinsip dasarnya dapat dilihat dalam Article 31 TRIPs yang menyinggung
pemakaian paten tanpa seizin pemegang hak paten.14 Adapun di Indonesia,
compulsory licensing atau lisensi wajib diatur dalam Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia No. 39 Tahun 2018 tentang Tata Cara
Pemberian Lisensi-Wajib Paten (“Permenhumkam No. 39 Tahun
2018”)15.
Dapat disimpulkan terdapat berbagai isu kontroversial terkait
perlindungan paten atas vaksin Covid-19. Dimulai dari dilema moral
perihal perlu atau tidaknya perlindungan paten atas vaksin Covid-19
hingga siapa yang berhak untuk menjadi pemegang paten. Pada
kesempatan kali ini, Penulis ingin mengajukan proposal skripsi dengan
judul “Eksistensi Perlindungan Paten atas Vaksin Covid-19” untuk
mencari jawaban atas isu-isu tersebut.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka terdapat dua pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1. Bagaimana menentukan mekanisme perlindungan paten yang tepat
untuk vaksin Covid-19?
2. Bagaimana menentukan pihak yang berwenang sebagai pemegang
paten untuk vaksin Covid-19?
Putu Ayu Sriasih Wesna, “Doha Declaration sebagai Perlindungan Masyarakat atas Akses Obat
Esensial di Negara Berkembang Pasca Trips Agreement,” Kertha Wicaksana 14 (2020), hlm. 59.
14
15
Di Indonesia, lisensi wajib-paten menurut Permenkumham No. 39 Tahun 2018 adalah “lisensi
untuk melaksanakan Paten yang diberikan berdasarkan keputusan Menteri atas dasar permohonan.” Lih:
Indonesia, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Tata Cara Pemberian Lisensi-Wajib Paten, PM No. 39 Tahun 2018.
Universitas Indonesia
II.
TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk membuat ruang diskusi mengenai
perlindungan paten atas vaksin Covid-19 yang akan diproduksi secara
global dari segi hukum.
b. Tujuan Khusus
1. Menganalisis
mekanisme
perlindungan
paten
yang
tepat
digunakan atas vaksin Covid-19.
2. Mengidentifikasi pihak mana saja yang berhak atas hak paten
vaksin Covid-19.
III.
MANFAAT/KEGUNAAN PENELITIAN
a. Teoritis
1. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan
hukum hak atas kekayaan intelektual (“HAKI”), terutama terkait
paten atas invensi yang bersifat universal dan menyangkut
kepentingan masyarakat dunia.
2. Memberikan kontribusi bagi peneliti lain dalam bidang penelitian
di bidang HAKI.
b. Praktis
1. Menyediakan informasi terhadap perusahaan farmasi mengenai
perlindungan paten yang dapat dimohonkan untuk produk obatobatan atau vaksin perihal pandemi ke depannya.
IV.
DEFINISI OPERASIONAL
Penulis menggunakan istilah-istilah terkait untuk menunjang penulisan,
adapun istilah-istilahnya adalah sebagai berikut:
1. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu
Universitas Indonesia
melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan
kepada pihak lain untuk melaksanakannya.16
2. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan
pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau
proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.17
3. Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan
Invensi.18
4. Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik paten, pihak yang
menerima hak atas paten tersebut dari pemilik Paten, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak atas Paten tersebut yang terdaftar dalam daftar
umum Paten.19
5. Patent Cooperation Treaty (PCT) adalah perjanjian internasional yang
ditandatangani oleh lebih dari 150 negara. PCT memungkinkan untuk
mendapatkan perlindungan paten atas suatu invensi secara bersamaan di
beberapa negara sekaligus dengan mengajukan satu permohonan paten
“internasional”, tidak dengan cara mengajukan beberapa permohonan
secara terpisah ke kantor paten nasional atau regional. Akan tetapi,
pengabulan permohonan paten merupakan otoritas dari kantor paten
nasional atau regional yang dikenal dengan sebutan “national phase”.20
6. Compulsory Licensing adalah saat pemerintah mengizinkan pihak lain
untuk memproduksi produk atau proses yang telah memperoleh paten
tanpa persetujuan pemegang paten asli atau pemerintah berencana untuk
16
Indonesia, Undang-Undang Paten, UU No. 13 Tahun 2016, LN No. 176 Tahun 2016, TLN No.
5922, Ps. 1 angka 1.
17
Ibid., Ps. 1 angka 2.
18
Ibid., Ps. 1 angka 3.
19
Ibid., Ps. 1 angka 6.
20
World Intellectual Property Organization, “PCT FAQs: Protecting your Inventions Abroad:
Frequently
Asked
Questions
About
the
Patent
Cooperation
Treaty
(PCT),”
https://www.wipo.int/pct/en/faqs/faqs.html, diakses 16 Juli 2020.
Universitas Indonesia
menggunakan invensi yang telah memperoleh paten itu sendiri.
Fleksibilitas ini diperoleh dari TRIPs.21
7. The Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights (TRIPs) adalah instrumen kebijakan yang bertujuan membantu
menyelesaikan sengketa dagang di bidang HAKI dan meningkatkan
pemanfaatan sistem HAKI dengan cara produktif untuk keuntungan sosial
dan ekonomi.22 TRIPs bertujuan untuk mendorong iklim investasi dan
perdagangan yang lebih kondusif di antaranya dengan menetapkan standar
minimum perlindungan HAKI dalam sistem hukum nasional negaranegara anggota WTO dan menciptakan sistem penyelesaian sengketa
HAKI yang efektif di antara para anggota WTO.23
8. World Intellectual Property Organization (WIPO) adalah forum dunia
untuk layanan, kebijakan, informasi, dan kerja sama di bidang HAKI.
WIPO merupakan badan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
pendanaannya bersifat pribadi yang terdiri dari 193 negara anggota. Misi
dari WIPO adalah untuk memimpin perkembangan sistem HAKI yang
seimbang dan efektif yang dapat menghasilkan inovasi dan kreativitas
untuk kepentingan bersama.24
VI.
METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk
penelitian yuridis normatif. Hal ini dikarenakan penelitian yang akan dilakukan
menekankan pada penggunaan norma-norma hukum secara tertulis serta
didukung dengan hasil wawancara dengan narasumber dan informan. 25 Penulis
World Trade Organization, “Compulsory licensing of pharmaceuticals and TRIPs,”
https://www.wto.org/english/tratop_e/trips_e/public_health_faq_e.htm, diakses 16 Juli 2020.
21
22
Tim Lindsey, et al., Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar, cet. 7 (Bandung: PT. Alumni,
2013), hlm. 35.
23
Ibid., hlm. 37.
World Intellectual Property Organization,
https://www.wipo.int/about-wipo/en/, diakses 16 Juli 2020.
24
“Inside
WIPO:
What
is
WIPO?”
25
Sri Mamudji, et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, cet. 1 (s.l.: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 9-10.
Universitas Indonesia
ingin menjelaskan perlindungan paten atas vaksin Covid-19 yang akan diproduksi
secara global berdasarkan norma-norma hukum secara tertulis.
Tipologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Hal ini dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
secara tepat sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau
untuk menentukan frekuensi suatu gejala.26 Penulis ingin menganalisis
mekanisme perlindungan paten yang tepat digunakan serta mengidentifikasi pihak
mana saja yang berhak atas hak paten vaksin Covid-19.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.27 Hal ini dikarenakan data yang digunakan adalah data yang diperoleh
langsung dari lapangan atau masyarakat serta data yang berasal dari kepustakaan.
Selain memperoleh data yang berasal dari kepustakaan, penulis juga memperoleh
data dari lapangan secara langsung dengan melakukan wawancara terhadap
narasumber.
Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan
hukum primer, sekunder, dan tersier. Adapun bahan hukum primer yang penulis
gunakan meliputi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan paten.
Bahan hukum sekunder yang kami gunakan dalam penelitian ini berupa buku,
laporan, artikel, skripsi, dan jurnal yang berkaitan dengan perlindungan paten,
serta bahan hukum tersier berupa kamus.
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan
wawancara. Studi kepustakaan dilakukan untuk pengumpulan data sekunder,
yakni
bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan, yakni terkait perlindungan paten atas vaksin
Covid-19. Sementara untuk data primer, dilakukan wawancara langsung dengan
narasumber menggunakan pertanyaan yang bersifat terbuka (basic open ended
questions).28
26
Ibid, hlm. 4.
27
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3 (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press): 1986), hlm. 7.
28
Mamudji, Metode Penelitian, hlm. 53.
Universitas Indonesia
Metode analisis data yang dilakukan adalah metode kualitatif yang mana
data diperoleh dari buku, literatur, dan internet. Dengan metode ini, Penulis
menghasilkan data deskriptif berupa apa yang dinyatakan sasaran penelitian
secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata.29
Bentuk hasil penelitian dalam penelitian ini adalah berbentuk deskriptif
analitis di mana yang diteliti adalah objek penelitian secara utuh, yaitu
perlindungan paten atas vaksin Covid-19.
29
Ibid., hlm. 67.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. Undang-Undang Paten. UU No. 13 Tahun 2016. LN No. 176 Tahun 2016.
TLN No. 5922.
Indonesia, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Permohonan Paten. PM No. 38 Tahun 2018.
BUKU
Donandi, Sujana. Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia (Intellectual Property
Rights in Indonesia). Cet. 1. Yogyakarta: Deepublish, 2019.
Mamudji, Sri, et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Cet. . S.l.: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Cet. 3. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press): 1986.
Lindsey, Tim, et al., Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar. Cet. 7. Bandung: PT.
Alumni, 2013.
World Intellectual Property Organization. “Patents” dalam World Intellectual Property
Indicators
2019.
Switzerland:
WIPO,
2019.
Diakses
di
https://books.google.co.id/books?id=WuG2DwAAQBAJ&printsec=frontcover
&dq=paten+covid&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjMz4y8vLPqAhUNWX0KH
TOhB74Q6AEwAnoECAYQAg#v=onepage&q=patent&f=false.
JURNAL
Wesna, Putu Ayu Sriasih. “Doha Declaration sebagai Perlindungan Masyarakat atas
Akses Obat Esensial di Negara Berkembang Pasca Trips Agreement.” Kertha
Wicaksana 14 (2020). Hlm. 59.
Universitas Indonesia
INTERNET
AmBadar&Partners. “International Organization Ask Covid-19 Vaccine Free of Patent
and Cheap.” http://ambadar.co.id/patent/international-organization-ask-covid19-vaccine-free-of-patent-and-cheap/. Diakses 15 Juli 2020.
Google
News.
“Coronavirus
(COVID-19),”
https://news.google.com/covid19/map?hl=en-ID&gl=ID&ceid=ID%3Aen.
Diakses 14 Juli 2020.
World
Health
Organization.
“Archived:
WHO
Timeline
-
COVID-19.”
https://www.who.int/news-room/detail/27-04-2020-who-timeline---covid-19.
Diakses 4 Juli 2020.
World Intellectual Property Organization. “Frequently Asked Questions: Patents.”
https://www.wipo.int/patents/en/faq_patents.html. Diakses 15 Juli 2020.
World Intellectual Property Organization. “Inside WIPO: What is WIPO?”
https://www.wipo.int/about-wipo/en/. Diakses 16 Juli 2020.
World Intellectual Property Organization. “PCT FAQs: Protecting your Inventions
Abroad: Frequently Asked Questions About the Patent Cooperation Treaty
(PCT).” https://www.wipo.int/pct/en/faqs/faqs.html. Diakses 16 Juli 2020.
World Trade Organization. “Compulsory licensing of pharmaceuticals and TRIPs.”
https://www.wto.org/english/tratop_e/trips_e/public_health_faq_e.htm. Diakses
16 Juli 2020.
World Trade Organization. “Part II — Standards concerning the availability, scope and
use
of
Intellectual
Property
Rights.”
https://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/27-trips_04c_e.htm. Diakses 14
July 2020.
Universitas Indonesia
Download