MAKALAH PKN PRAKTIK POLITIK MACHIAVELLI DI INDONESIA KELOMPOK 3 : 1. ASYIFA ZAHRANY K011201199 2. HOLYVIA BONGGA PASAU K011201206 3. FATIN SALSABILA PUTRI YUKI K011201178 4. ANGELINE NATASHA PRADEVY K011201185 5. VIVI ALFINA DAMAYANTI SYAMSURIJAL K011201192 KELAS : PKN 68 KESMAS F DOSEN : Rahmatullah Jafar, S.Ip, M.Si PRODI : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS : KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Praktik Politik Machiavelli di Indonesia” ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah PKN semester satu pada program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi mengenai vandalisme Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Rahmatullah Jafar, S.Ip, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) 2. Rekan-rekan yang mengikuti mata perkuliahan PKN 3. Semua pihak yang ikut membantu dalam proses penyusunan makalah “Praktik Politik Machiavelli Di Indonesia”, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sepenuhnya sempurna baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis masih terbatas. Tapi penyusun berharap tugas ini dapat berguna bagi para pembacanya sekarang atau masa depan dan menjadi pengalaman yang berharga bagi penyusun dalam proses pembuatannya. Makassar, 21 November 2020 Kelompok 3 1 DAFTAR ISI SAMPUL KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 1 DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 2 BAB 1 ........................................................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3 1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 3 1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................. 3 1.3 TUJUAN ...................................................................................................................................... 3 1.4 MANFAAT .................................................................................................................................. 3 BAB 2 ........................................................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5 2.1 POLA PIKIR MACHIAVELLI ...................................................................................................... 5 2.2 REALITA POLA PIKIR MACHIAUVELLI PADA PRAKTIK POLITIK DI INDONESIA .. 8 2.3 HAL YANG BERTENTANGAN DENGAN IDEOLOGI PANCASILA TERHADAP POLA PIKIR MACHIAVELLI ...................................................................................................................... 10 BAB 3 ......................................................................................................................................................... 13 PENUTUP.................................................................................................................................................. 13 3.1 KESIMPULAN................................................................................................................................ 13 3.2 SARAN ............................................................................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 14 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Niccolò Machiavelli lahir di Florence, Italia, 3 Mei 1469 . Meninggal di Florence, Italia, 21 Juni 1527 pada umur 58 tahun, adalah diplomat dan politikus Italia yang juga seorang filsuf. Sebagai ahli teori, Machiavelli adalah figur utama dalam realitas teori politik, ia sangat disegani di Eropa pada masa Renaisans. Dua bukunya yang terkenal, Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio (Diskursus tentang Livio) dan Il Principe (Sang Pangeran), awalnya ditulis sebagai harapan untuk memperbaiki kondisi pemerintahan di Italia Utara, kemudian menjadi buku umum dalam berpolitik pada masa itu. Il Principe, atau Sang Pangeran menguraikan tindakan yang bisa atau perlu dilakukan seseorang untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan. Nama Machiavelli, kemudian diasosiasikan dengan hal yang buruk, untuk menghalalkan cara demi mencapai tujuan. Orang yang melakukan tindakan seperti ini disebut makiavelis. 1.2 RUMUSAN MASALAH a. Apa itu pola pikir Machiavelli ? b. Bagaimana realita praktik politik di Indonesia yang mencerminkan pola pikir Machiavelli ? c. Apa saja hal yang tidak sesuai dengan ideologi Pancasila terhadap pola pikir Machiavelli dan apa solusinya ? 1.3 TUJUAN a. Untuk mengetahui apa itu pola pikir Machiavelli b. Untuk mengetahui bagaimana realita praktik politik di Indonesia yang mencerminkan pola pikir Machiavelli c. Untuk mengetahui apa saja hal yang tidak sesuai dengan ideologi Pancasila terhadap pola pikir Machiavelli dan apa solusinya 1.4 MANFAAT a. Mengetahui apa itu pola pikir Machiavelli b. Mengetahui bagaimana realita praktik politik di Indonesia yang mencerminkan pola pikir Machiavelli 3 c. Mengetahui apa saja hal yang tidak sesuai dengan ideologi Pancasila terhadap pola pikir Machiavelli dan apa solusinya 4 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 POLA PIKIR MACHIAVELLI Niccolo Machiavelli termasyhur karena nasihatnya yang blak-blakan bahwa: “Seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dengan penggunaan kekejaman penggunaan kekuatan”. The Prince dapat dianggap nasehat praktek terpenting buat seorang kepada negara. Pikiran dasar buku ini adalah, untuk suatu keberhasilan, seorang Penguasa harus mengabaikan pertimbangan moral sepenuhnya dan mengandalkan segala, sesuatunya atas kekuatan dan kelicikan. Machiavelli menekankan di atas segala-galanya yang terpenting adalah suatu negara mesti dipersenjatai dengan baik. Dia berpendapat, hanya dengan tentara yang diwajibkan dari warga negara itu sendiri yang bisa dipercaya, negara yang bergantung pada tentara bayaran atau tentara dari negeri lain adalah lemah dan berbahaya. Machiavelli menasehatkan sang Pangeran agar dapat dukungan penduduk, karena kalau tidak, dia tidak punya sumber menghadapi kesulitan. Tentu, Machiavelli maklum bahwa kadangkala seorang penguasa baru, untuk memperkokoh kekuasaannya harus berbuat sesuatu untuk mengamankan kekuasaannya, terpaksa berbuat yang tidak menyenangkan warganya. Dia usul, meski begitu untuk merebut sesuatu negara, si penakluk mesti mengatur langkah kekejaman sekaligus sehingga tidak perlu mereka alami tiap hari kelonggaran harus diberikan sedikit demi sedikit sehingga mereka bisa merasa senang. Untuk mencapai sukses, seorang Pangeran harus dikelilingi dengan menteri-menteri yang mampu dan setia. Machiavelli memperingatkan Pangeran agar menjauhkan diri dari penjilat dan minta pendapat apa yang layak dilakukan. Filosofi politik dari Machiavelli adalah nilai-nilai yang tinggi atau yang dianggap tinggi dan penting berhubungan dengan kehidupan dunia, khususnya menyangkut kemasyhuran, kemegahan serta kekuasaan belaka, karena sangat menolak adanya hukum alam yang berlaku secara universal bagi seluruh manusia dan umat manusia di jagat ini. Ia menolak pandangan tersebut dengan mengemukakan bahwa kepatuhan kepada hukum tersebut bahkan hukum apapun sangat tergantung apakah semua itu sesuai dengan kekuasaan, kemasyhuran, dan kemegahan sebagai nilai-nilai tertinggi. 5 Persoalan dasar filsafat Machiavelli adalah bagaimanakah cara seorang pemimpin itu dapat membela kekuasaannya, menjaga stabilitas keamanan negaranya dan juga kesejahteraan rakyatnya. Machiavelli adalah seorang yang realistis dan tampil berhadapan dengan realitas konkret dunia politik, dunia kekuasaan dan dunia penataan negara. Menghindari keterpecahan, mencegah invasi pihak-pihak luar, mengalahkan musuh yang mengancam kekuasaan dan wibawa pemerintahan serta mempertahankan keutuhan negara dan sejenisnya adalah persoalan konkret yang dihadapi oleh Machiavelli. Niccolo Machiavelli merupakan seorang pemikir politik dan sosial yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan perpolitikan di Eropa pada abad ke 15-16 M. Kontribusinya yang masih dikenal hingga saat ini adalah bukunya yang berjudul “The Prince” dimana tulisan ini hadir karena pada masanya Machiavelli melihat bobroknya sistem pemerintahan yang ada disebabkan karena lemahnya penguasa pada saat sehingga tulisannya ini merupakan jawaban bagaimana seorang penguasa seharusnya bertindak agar tetap mempertahankan kekuatannya sebagai seorang penguasa. Menurut Machiavelli seorang pemimpin bertindak berdasarkan kondisi lingkungan sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa pemimpin tersebut akan melakukan hal-hal negatif. Selain itu, menurut Machiavelli seorang penguasa harus memiliki sifat-sifat positif dan negatif hanya jika itu dibutuhkan sehingga ini akan menjadi seorang penguasa yang kuat dan dapat membawa negaranya menjadi negara yang unggul, maju dan besar. Dengan demikian dapat kita ambil benang merah dari pemikiran Machiavelli bahwa selayaknya seorang pemimpin harus dapat bersikap fleksibel sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sekitar sehingga ia dapat terus bertahan dan selain itu ia juga memiliki sifatsifat positif maupun negatif yang diperlukan untuk memajukan negaranya. 6 Jika dicermati, praktik politik yang terjadi di Indonesia dewasa ini mencerminkan pola pikir Machiavelli. Italia di bawah Dinasti De Medici yang keras merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemikiran Machiavelli. Hegemoni kekuasaan yang dipraktekkan De Medici membuat Machiavelli sadar bahwa dalam politik kekuasaan, pendekatan normatif bahkan normatif keagamaan tidak bisa ditempatkan sebagai pegangan. Di sinilah cikal bakal munculnya teori kekuasan dan negara Machiavelli yang kontroversial. Adapun beberapa gagasan dari Machiavelli terkait dengan praktik politik adalah sebagai berikut: “Agama, moralitas merupakan alat untuk memperoleh kekuasaan. Bukan kekuasaan untuk agama, kebajikan, ataupun moralitas karena inti dari kekuasaan adalah kekuasaan itu sendiri” “siapa yang mempunyai senjata akan mengalahkan siapa yang tidak mempunyai senjata” “Kekuasaan dapat dikerjakan dengan baik, hanya dengan tipuan”. Machiavelli melanjutkan analisisnya tentang kekuasaan dengan mengatakan bahwa meskipun menjalankan kekuasaan memerlukan kualifikasi yang baik, seperti menepati janji, belas kasihan, tulus ikhlas, penguasa tidak perlu memiliki semua persyaratan itu, tetapi dia harus tampak secara meyakinkan memiliki kesemuanya itu (Larrain, 1996: 9). Ungkapan Machiavelli tersebut dikenal dengan istilah adagium, “tujuan menghalalkan segala macam cara” “Penting bagi seorang penguasa untuk dapat bertindak layaknya manusia dan juga binatang. Penguasa yang baik adalah yang dapat menggunakan cara manusia dan binatang pada saat yang tepat dan dalam porsi yang pas” Seorang penguasa harus bisa bersikap seperti rubah dan singa, rubah dapat tanggap dan mengenali jika ada jebakan yang merintangi kekuasaan tetapi rubah tidak dapat menghindari serangan dari serigala jika menghampiri, di saat yang bersamaan sang penguasa juga harus bisa bertindak sebagai singa. Memang singa tidak dapat mengenali jebakan seperti rubah, tetapi apabila datang serangan dari serigala maka singa dapat mengusirnya. Penguasa yang hanya mempunyai kemampuan untuk meniru satu binatang saja maka akan sangat terlihat kelemahannya. Namun, Jangan sampai seorang penguasa kehilangan sifat manusia, yaitu penyayang, baik, dan pemurah hanya karena lebih sering menerapkan sifat-sifat binatang, yaitu tamak, bengis, dan tanpa pikir panjang. 7 2.2 REALITA POLA PIKIR MACHIAUVELLI PADA PRAKTIK POLITIK DI INDONESIA Pemikiran-pemikiran politik Machiavelli memang telah banyak menjadi pedoman bagi politisipolitisi di banyak negara, baik mereka yang mengakui telah menggunakannya sebagai pedoman maupun mereka yang secara sembunyi-sembunyi. Dalam suasana politik di Indonesia pun telah banyak politisi negeri terbesar di Asean ini yang menggunkannya sebagai hand book politiknya. Hal ini sangat mudah ditemui dan dianalisis pada pasca jatuhnya orde baru hingga sekarang. Pada saat pengklaiman supersemar sebagai surat penyerahan kekuasaan, Soeharto sudah menerapkan praktek politik dalam hal ini perebutan kekuasaan tanpa pendekatan normatif. Hal ini diperparah saat penahanan mantan Presiden Soekarno sebagai tahanan politik yang memperlakukannya secara tidak adil terhadap mantan presiden dan pendiri bangsa. Soeharto dalam artikel bagian FOKUS pada Majalah Forum Keadilan memaparkan bahwa kematian Soekarno sengaja dipercepat. Ini sejalan dengan teori mempertahankan kekuasaan oleh Machiavelli yaitu menghabisi semua yang ada hubungannya dengan penguasa lama. Dalam kasus ini memang secara tidak langsung dihabisi semua keluarga bung Karno, namun mempercepat kematian Soekarno merupakan hal yang paling sentral untuk menghindari ancaman kekuasaan Soeharto sebagai presiden. Inipun seperti yang dikatakan oleh Machiavelli dalam karyanya pemusnahan bertujuan untuk menghindari ancaman kekuasaan oleh penguasa lama. Praktek teori kekuasaan Machiavelli yang dituangkan dalam karyanya The Princedan The Discourses juga nampak pada dinamika politik zaman reformasi saat ini. Dimana gagasan Machiavelli “siapa yang mempunyai senjata akan mengalahkan siapa yang tidak mempunyai senjata”. Dalam dinamika politik nasional saat ini, terlihat jelas siapa yang memiliki senjata dalam hal ini modal dan mediasaya istilahkan 2M. Maka merakalah yang akan memenangkan percaturan politik atas mereka yang tidak mempunyai 2M. Yang secara idelanya harusnya siapa yang memiliki kompetensi politik yang tinggilahyang pantas menang, namun kenyataannya mereka jika tidak memiliki senjata 2M maka dia tidak akan mendapat apa-apa. Hal ini dapat dianalisis pada pemlihian umum baik legislatif maupun prsiden dan wakil presiden setiap kali pesta demokrasi. Dewasa ini partai politik yang pemiliknya juga seorang pemilik media dengan gencar dan pedenya menggunakan medianya dalam pencitraan partai politiknya. Pembelaan melalui medianya tidak segan-segan diperlihatkan atas diri dan partainya jika dirundung masalah meskipun tidak sesuai 8 dengan kenyataan. Kasus ini nampak jelas bahwa sifat-sifat normatif dan keagamaan telah disingkirkan. Kelakuan politisi yang lain yang menjadikan karya politik Machievelli sebagai hand book adalah digunakannya agama sebagai alat utnuk memperoleh kekuasaan. Sebagaiman gagasan Machievelli bahwa kebajikan, agama, moralitas merupakan alat untuk mempeoleh kekuasaan. Bukan kekuasaan untuk agama, kebajikan, ataupun moralitas karena inti dari kekuasaan adalah kekuasaan itu sendiri. Model semacam ini dapat pula kita analisis pada saat menjelang pemilu. Calon legislatif maupun calon presiden mendekatkan diri kepada tokoh-tokoh agama untuk menggalang dukungan. Agama diposisikan dalam dirinya sebagai sentral penarik massa. Selain itu, pendekatan kepada masyarakat melalui blusukan atau pembagian sembako merupan atas nama kebajikan dan moralitas. Ini dlakukan dalam hal menggalangan suara. Pemandangan seperti ini sudah kerapkali terjadi dalam masyarakat dan merupakan sesutau yang menjadi warnah tersendiri dalam dinamika politik nasional dewasa ini. Memang kita sebagai akademisi ataupun mahasiswa prihatin dalam menyaksikan realitas yang terjadi. Empuknya kursi jabatan merupakan harga mati yang tidak ada tawaran lagi. Penyingkiran pesaing-pesaing dalam perebutan kekuasaan mutlak perlunya sehingga penyingkiraanya juga kadang dilakukan dengan cara yang tidak manusiawi seperti halnya teori Machievelli pula. Situasi dan kondisi perebutan kekuasaan menjadi ajang pertarungan antara binatang versus binatang Namun dalam hal ini, tidak bisa diingkari bahwa realita di lapangan masih ada sebagian politisi maupun praktek politik yang memang masih manusiawi dan bahkan sangat mulia. Hal semacam inipun dalam perkembangannya hingga saat ini, manusia-manusia mulia dalam ranah politik nasional maupun daerah mulai mengalami penurunan. Data yang bisa saya tunjukan adalah bahwa beberapa orang MA justru yang melakukan pencabulan atas keadilan dan menelanjangi hukum. Serta beberapa kasus korupsi gotong royong juga diprektekkan di beberapa daerah salah satunya di Mamasa, Sulawesi barat beberapa tahun belakangan. 9 2.3 HAL YANG BERTENTANGAN DENGAN IDEOLOGI PANCASILA TERHADAP POLA PIKIR MACHIAVELLI Pemikiran Machiavelli tidak bisa terlepas dari kondisi Italia semasa hidupnya. Kondisi itulah yang menjadi dasar-dasar refleksi yang kemudian menentukan pandangan-pandangan Machiavelli tentang suatu negara, kekuasaan dan penguasa. Italia saat itu adalah negara yang terpecah-pecah akibat adanya gereja-gereja sebagai dominion atau pusat pemerintahan masing-masing wilayah. Italia terbagi menjadi lima dominion yaitu Naples, Venezia, Roma (Vatikan), Florence dan Milan. Perpecahan kekuasaan ini dinilai Machiavelli sebagai faktor yang melemahkan Italia secara keseluruhan di hadapan musuh-musuh di sekitarnya seperti Perancis dan Spanyol yang mana masing-masing dari keduanya lebih dulu menjadi negara kesatuan. Kesatuan suatu negara adalah hal mutlak yang harus diwujudkan menurut Machiavelli, karena kekuatan negara terletak pada tangan penguasa yang menguasai negara secara keseluruhan. Di tangan penguasalah nasib negara ditentukan. Hakikat nilai yang harus selalu dijunjung tinggi oleh penguasa dalam kehidupan ini adalah negara (kekuasaan). Oleh karena itu, Machiavelli beranggapan bahwa untuk menjunjung tinggi sebuah simbol negara, maka diperlukan cara-cara yang tidak boleh dikaitkan dengan asa nilai atau moral. Menurutnya, penguasa berhak melakukan apapun, baik atau buruk, cara halus atau kasar, untuk mempertahankan kekuasaannya dari segala ancaman yang akan mereduksi legitimasinya yang itu dikhawatirkan oleh Machiavelli akan menimbulkan disintegrasi nasional. Nilai - nilai keagamaan, moralitas adalah hal yang harus dipisahkan dari unsur-unsur politik kenegaraan. Agama hanyalah sebagai penopang, atau kendaraan yang mampu digunakan seperlunya, selama itu mendukung pada kepentingan penguasa dalam berkuasa. Analogi penguasa ideal yang menarik dari pemikir asal Florence ini adalah Singa dan kancil. Singa adalah simbol kebuasan dan kekejaman untuk mempertahankan kekuasaan. Sedangkan kancil adalah simbol keramahan dan kemurahan hati untuk menarik simpati. Penguasa diharuskan untuk pintar menempatkan posisinya kapan kapan dia harus menjadi singa dan kapan dia harus menjadi seekor kancil. Penguasa harus bisa mencegah ancaman, baik internal maupun esternal yang akan merusak kesatuan dan keutuhan negara sekalipun dengan cara-cara yang kejam seperti pembunuhan, pembantaian dan lain-lain. Akan tetapi, di saat aman, penguasa juga tidak boleh lupa untuk 10 menarik simpati rakyatnya sebagai sumber legitimasi baginya dengan berbaik hati dan memenuhi keinginan-keinginan rakyatnya. Dengan demikian, maka suatu negara itu akan utuh dan solid. Masalah keamanan nasional, Machiavelli juga berpendapat bahwa kekuatan nasional tidak boleh digantungkan pada kekuatan pihak lain. Garda bangsa haruslah terdiri dari warga negara itu sendiri, tidak dari warga negara lain yang hanya bekerja sebagai tentara bayaran. Tentara bayaran hanya bekerja sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati, tidak ada loyalitas yang murni terhadap seorang penguasa. Maka, negara yang menggantungkan kekuatannya dari tentara bayaran dianggap masih lemah dan akan hancur karena dirinya sendiri sebab terlalu banyaknya alokasi dana yang digunakan dan tidak adanya loyalitas. Pemikiran Machiavelli diatas memberikan suatu pandangan baru tentang cara hidup berpolitik yang sebelumnya hanyalah dikuasai oleh pandangan-pandangan yang mengaitkan etika dengan politik, agama dengan politik. Hal ini dikarenakan pemikiran Machiavelli berdasarkan pada analisa historis dan praktis, sesuai dengan kenyataan yang ia alami dan amati. Karena kedekatannya dengan alam nyata (real world) tentang politik dan manusia, pemikirannya banyak dianut oleh pemimpin-pemimpin besar di dunia seperti Mussolini, Napoleon Bonaparte, Stalin, Lenin, Hitler. Resep yang praktis dan tidak terlalu teoritis dalam mencari dan mempertahankan kekuasaan adalah hal yang mudah untuk diimplementasikan. Inilah yang menjadi keunggulan dari pemikiran seorang Machiavelli. Kendati demikian, pandangan miring pun tak terelakkan oleh Machiavelli. Sebagai Galileo of politics, ia pun mendapat banyak kecaman dari kalangan masyarakat pada umumnya yang saat itu masih banyak terpengaruhi oleh doktrin gereja. cara pandang Machiavelli dianggap sangat amoral, tidak menghargai nilai-nilai agama, dan hanya sebagai usaha untuk membenarkan (justifikasi) perilaku kekerasan dalam politik (political violence). Kekuasaan absolut dipandang sebagai bentuk justifikasi bagi setiap perbuatan seorang penguasa. Justifikasi inipun mendapat kecaman dan tantangan dari pemikir - pemikir lain. Apabila Machiavelli beranggapan bahwa manusia itu adalah manusia di satu sisi, dan binatang di sisi yang lain, maka anggapan ini pula yang melemahkan justifikasi politik ala Machiavelli. Bukankah kekuasaan yang tidak terbatas (ultimate) akan membawa manusia pada kecerobohan dan keserakahan. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Acton bahwa power tends to corrupt. 11 Selain itu, menurut penulis, pemikiran Machiavelli tidak memiliki contoh implementasi murni. Pemikiran Machiavelli tentang kekuasaan yang tertuang dalam bukunya The Prince tidak pernah dipraktekan semasa hidupnya karena buku tersebut adalah hasil refleksi kehidupan Machiavelli mulai awal sampai akhir hayatnya. Oleh karena itu, penulis tidak yakin apakah definisi mempertahankan kekuasaan menurut Machiavelli telah dipahami betul oleh penganut pemikirannya seperti pemimpin-pemimpin otoriter yang telah disebutkan di atas. Penulis berpendapat bahwa Machiavelli saat itu hanyalah ingin menyatukan bangsa dan negara Italia menjadi satukesatuan, bukan melakukan pembantaian seperti yang telah dilakukan Hitler terhadap kaum Yahudi, Saddam Husein terhadap suku Kardi dan lain-lain. Bahkan di Indonesia, pemikiran Machiavelli dianut sampai pada ranah kekuasaan di dalam institusi pemerintahan, sosial dan pendidikan seperti lurah, camat, walikota, kepala sekolah, ketua DPRD Tingkat II dan seterusnya. Untuk meraup keuntungan dan kepentingan pribadi. Fenomena ini menunjukan bahwa cara berkuasa ala Machiavelli dianggap sebagai dalil utama yang mendorong mereka untuk berbuat semena-mena dalam menjalankan kekuasaan tanpa tahu apa dasar dan kronologi terbentuknya pemikiran Machiavelli. Lebih lanjut lagi, tidak ada yang memastikan apakah semua yang terjadi itu adalah yang memang dimaksudkan oleh Machiavelli sendiri. Solusinya adalah Kita harus sadar bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh, silasilanya tidak dapat dipisahkan. Namun kedudukan dan fungsi Pancasila di era globalisasi harus mengalami revitalisasi dan reaktualisasi, sehingga Pancasila tidak hanya sebagai ideologi yang formalitas belaka tetapi Pancasila harus mampu menyelesaikan setiap permasalahan bangsa. Dengan demikian, Pancasila akan tetap lestari dan menjadi pegangan serta perekat bangsa Indonesia dalam menghadapi setiap problematika bangsa ini. 12 BAB 3 PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Ide atau pemikiran Machiavelli sangat cemerlang. Ketajaman gagasannya sangat bermanfaat sebab selain cocok dengan keadaan Italia pada waktu itu juga menjadi inspirator bagi negara-negara yang lain. Perhatiannya terhadap negara dan penguasa menjadi bukti cinta dan perhatiannya terhadap negaranya yang sedang kacau pada zaman itu. Itulah wujud suatu kerinduan akan suatu keadaan negara yang baik dan kuat. Keinginan untuk memperbaiki pola-pola struktur tradisional yang mapan terungkap di dalam ide atau gagasannya. Menurutnya negara yang baik adalah negara yang memiliki sistem militer yang kuat dan penguasa yang berjiwa besar untuk mempertahankan kekuasaannya. Penguasa dapat bertindak bebas menurutnya yang dapat bermanfaat demi kekuasaan. Negara yang baik harus membangun tatanan kota yang kuat agar seluruh rakyat dapat hidup aman dan tentram. Selain itu perlu ada pemisahan yang jelas antara kekuasaan agama dan kekuasaan negara, dalam hal ini agama tidak boleh mencampuri urusan negara. Agama harus berada di bawah negara. Dengan demikian jelas bahwa negara dan penguasa menjadi kokoh, kuat dan tegar dalam menghadapi tantangan dan serangan dari luar. Penguasa Teori kekuasaan negara dapat mempertahankan kekuasaannya dengan baik. yang dikemukakan Niccolo Machiavelli dalam bukunya II principle dalam bab 19 bahwa, “Penguasa, yaitu pimpinan negara haruslah mempunyai sifat-sifat seperti kancil dan singa. Ia harus menjadi kancil untuk mencari lubang jaring dan menjadi singa untuk mengejutkan serigala.” 3.2 SARAN Penulis berharap pembaca dapat mengambil ilmu dari makalah yang kami tulis. 13 DAFTAR PUSTAKA Muqaddim. 2016. Pemikiran Politik Machiavelli dan Dinamika Politik Indonesia. URL: https://www.kompasiana.com/qodim/571f04f3c322bd1f05cd1aeb/pemikiran-politik-machiavellidandinamikapolitikindonesia#:~:text=Pemikiran%20atau%20gagasan%20Machiavelli%20yang, memperebutkan%20kekuasaan%20sifat%20kebinatangan%20kadang. Diakses pada 20 November 2020. Achmad, Fatoni. 2019. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. URL: https://fatonikeren.blogspot.com/2019/09/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html. Diakses pada 20 November 2020. Rizkie Library. 2018. Pemikiran Machiavelli tentang politik dan kekuasaan. URL : http://rizkielibrary.blogspot.com/2016/01/pemikiran-machiavelli-tentang-politik.html. Diakses pada 20 November 2020. Kim Timme. 2019. Mungkinkah Politik Machiavelli Kesurupan di Indonesia?. URL : https://www.qureta.com/post/mungkinkah-politik-machiavelli-kesurupan-di-indonesia. Diakses pada 20 November 2020. Maria Friska Tilasanti . 2018. Pancasila menurut machiavelli dan relevansinya bagi anak milenial. URL : file:///C:/Users/ACER/Downloads/PANCASILA%20Menurut%20MACHIAVELLI%20dan%20 Relevansinya%20Bagi%20Anak%20Milenial.pdf. Diakses pada 20 November 2020. 14