MENGAPA SATUAN PENDIDIKAN AMAN BENCANA (SPAB) PENTING ? | DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN SPAB UNDANG-UNDANG •UU 20/2003 Sisdiknas pasal 32 ayat 2 •UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana pasal 26, 35, 43 dan 47 •UU Perlindungan Anak •UU no. 8/2016 penyandang Disabilitas pasal 20 dan PERATURAN PEMERINTAH •PP 17 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pedidikan •PP 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan PERATURAN MENTERI •Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana •Perka BNPB no 4/2012 •Permendikbud nomor 72 tahun 2013 tentang Pendidikan Layanan Khusus SURAT EDARAN/ SURAT KEPUTUSAN •SE Mendiknas nomor 70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan PRB di Satuan pendidikan NPSK Lainnya •Juknis DAK •Juknis BOS (SMP, SMK) • SK Mendikbud nomor 110/P/2017 tentang Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana 2 Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Sekolah (Surat Edaran Mendiknas No 70a/SE/MPN/2010) Pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas sekolah • • • Meningkatkan kapasitas lembaga maupun komunitas sekolah Membangun pengetahuan dan budaya sadar bencana termasuk contoh-contoh praktis mengenai ancaman, dan bahaya, bencana Menguatkan manajemen berbasis sekolah (MBS) Pengintegrasian PRB ke dalam kurikulum • • • Pembangunan kemitraan dan jaringan antar berbagai pihak Integrasi ke dalam mapel pokok, sesuai dengan karakteristik bencana di daerah setempat membangun kemitraan dan jaringan yang solid dalam: Integrasi ke dalam mapel mulok sesuai dengan karakteristik bencana di daerah setempat • data dan informasi pendidikan kebencanaan Integrasi ke dalam Ekstra-Kurikuler dengan karakteristik bencana di daerah setempat • Pertukaran informasi dan kerjasama pendidikan PRB • dokumentasi hasil penelitian • kemitraan dan jaringan informasi dengan dengan BPBD dan organisasi nonpemerintah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota | Pedoman SMAB bagi ABK • Pelaksanaan SMAB melibatkan narasumber dan instansi yang kompeten dalam pendidikan Pengurangan Risiko Bencana dan memiliki Pengalaman pendampingan SMAB di daerah masing-masing. Diantaranya melibatkan BPBD setempat, PMI, Dinas Kebakaran, dan NGO/Lembaga Penggiat SMAB EQ and Tsunami in Aceh > 2,000 sekolah hancur EQ in West Sumatera 2,800 Sekolah terdampak, dengan lebih dari 40% rusak berat Gempa Aceh 6,4SR 2016 282 Sekolah Rusak 2004 2006 2009 2011 2013 EQ and Tsunami in Mentawai, 7 sekolah rusak EQ in Yogyakarta, 2,900 sekolah rubuh 2016 2017 Gempa Poso 6,6 SR 2017: 1 Sekolah roboh total dan 25 sekolah lain rusak sedang EQ in West Java; 2,091 EQ in Central Aceh & Bener Meriah, school bangunan sekolah 514 Sekolah rusak rusak berat, with 35 sekolah rusak total Satuan pendidikan yang menerapkan standar sarana dan prasarana serta budaya yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana” PILAR 1 SATUAN PENDIDIKAN AMAN BENCANA MENGAMATI GAMBAR • Jenis ancaman bencana apa yang membahayakan bentuk bangunan sekolah? • Apakah desain dan struktur bangunan terlihat sudah aman dari beberapa ancaman bencana • Jika belum aman, apa yang harus dilakukan agar menjadi lebih aman dari kejadian bencana • Jenis ancaman bencana apa yang membahayakan bentuk bangunan sekolah? • Apakah desain dan struktur bangunan terlihat sudah aman dari beberapa ancaman bencana • Jika belum aman, apa yang harus dilakukan agar menjadi lebih aman dari kejadian bencana • Jenis ancaman bencana apa yang membahayakan bentuk bangunan sekolah? • Apakah desain dan struktur bangunan terlihat sudah aman dari beberapa ancaman bencana • Jika belum aman, apa yang harus dilakukan agar menjadi lebih aman dari kejadian bencana • • • Jenis ancaman bencana apa yang membahayakan bentuk bangunan sekolah? Apakah desain dan struktur bangunan terlihat sudah aman dari beberapa ancaman bencana Jika belum aman, apa yang harus dilakukan agar menjadi lebih aman dari kejadian bencana • Jenis ancaman bencana apa yang membahayakan bentuk bangunan sekolah? • Apakah desain dan struktur bangunan terlihat sudah aman dari beberapa ancaman bencana • Jika belum aman, apa yang harus dilakukan agar menjadi lebih aman PILAR 2 KAJIAN RESIKO , ANCAMAN DAN KAPASITAS KAJIAN RESIKO BENCANA • Pengkajian risiko bencana mempertimbangkan potensi bahaya (alam, buatan manusia, atau gabungan) dalam hubungannya dengan karakteristik kerentanan masyarakat • Kerentanan dapat bersifat fisik, sosial, ekonomi atau lingkungan • Langkah-langkah dalam mendokumentasikan bahaya yang dihadapi, karakteristik kerentanan masyarakat dan kerentanan lokasi, serta risiko yang dihasilkan: 1. Mengkaji bahaya dan risiko: menggunakan matriks identifikasi risiko 2. Menilai keamanan non struktural 3. Pengkajian kapasitas dan sumber daya untuk mitigasi, respon dan pemulihan • Membuat peta risiko sederhana tingkat sekolah KAJIAN RESIKO BENCANA skala dari ancaman terlalu tinggi, kerentanan terlalu besar, dan kapasitas serta kesiapan yang dimiliki masyarakat atau pemerintah tidak cukup memadai untuk mengatasinya. Ancaman atau bahaya tidak akan menjadi bencana apabila kejadian tersebut tidak menimbulkan kerugian baik fisik maupun korban jiwa. Bencana akan terjadi dan menimbulkan dampak kerugian bila Pengkajian risiko bencana mempertimbangkan potensi bahaya (alam, buatan manusia, atau gabungan) dalam hubungannya dengan karakteristik kerentanan masyarakat. Kajian risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar BAGI SEKOLAH untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana 1. Kajian Ancaman di Satuan pendidikan cara untuk memahami unsur-unsur ancaman yang berisiko di satuan pendidikan Karakter-karakter ancaman pada suatu sekolah tentunya akan berbeda dengan sekolah lainnya. Pengkajian karakter ancaman dilakukan sesuai tingkatan yang diperlukan dengan mengidentifikasikan unsur-unsur berisiko oleh berbagai ancaman di lokasi tertentu. Penentuan tingkat ancaman bencana menggunakan matriks tingkat ancaman, dengan memadukan indeks ancaman dengan indeks penduduk terpapar. 2. KERENTANAN Kerentanan dapat bersifat fisik, sosial, ekonomi atau lingkungan. Sebagai contoh, anak-anak, dewasa, orang-orang penyandang disabilitas, orangorang miskin, kelompok minoritas, pendatang baru, dan orang-orang yang buta huruf lebih rentan jika mereka tidak memiliki sistem pendukung. Bangunan sekolah yang dibangun tanpa memperhitungkan ketahanannya terhadap bahaya akan menjadi salah satu sumber kerentanan. 3. Kajian Kapasitas/kemampuan di satuan pendidikan Pengkajian kapasitas dilakukan dengan mengidentifikasikan status kemampuan sekolah (warga sekolah) , masyarakat, lembaga pemerintah atau non pemerintah dan aktor lain dalam menangani ancaman dengan sumber daya yang tersedia untuk melakukan tindakan pencegahan, mitigasi, dan mempersiapkan penanganan darurat, serta menangani kerentanan yang ada dengan kapasitas yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Kapasitas/kemampuan adalah segala upaya yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam rangka menghadapi bahaya atau ancaman bencana. Aspek kapasitas / kemampuan antara lain kebijakan, kesiapsiagaan, dan partisipasi masyarakat/warga sekolah Penilaian kapasitas di sekolah kemampuan dilakukan pada warga sekolah, untuk mengatasi suatu ancaman atau bertahan atas dampak dari sebuah bahaya bencana. Pengukurannya dapat dilakukan berdasarkan aspek kebijakan, kesiapsiagaan, dan peran serta masyarakat (warga sekolah). Pemetaan Risiko Sekolah oleh Siswa – Bagian dari pelatihan PRB bagi Siswa Pembuatan Peta Risiko sekolah dan Peta Evakuasi oleh Siswa Penyusunan peta dan pembuatan jalur evakuasi Simulasi drill evakusi Gempa PILAR 3 PENDIDIKAN PENCEGAHAN DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan suatu kegiatan jangka panjang, sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan, dengan cara menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pengetahuan untuk membangun budaya selamat dan tangguh pada semua satuan pendidikan. PRB, perlu menjadi program prioritas dalam sektor pendidikan yang diwujudkan melalui pendidikan PRB di sekolah. * Seperti yang dinyatakan dalam Hyogo Framework for Action (HFA) dan telah pula menjadi komitmen bangsa Indonesia Tujuan dari pendidikan PRB adalah: 1. Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusian; 2. Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana; 3. Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan perilaku dan motivasi; 4. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana; 5. Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana di atas, baik secara individu maupun kolektif; 6. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana; 7. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana; 8. Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana; 9. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak RENCANA TINDAK LANJUT DI TINGKAT SEKOLAH Tindak Lanjut Kegiatan SPAB di tingkat Sekolah 1. Sosialisasi Hasil Pelatihan SPAB 2. Pembentukan Tim Siaga Bencana Tingkat Sekolah 3. Pelatihan SPAB untuk guru dan komite sekolah (3 hari) 4. Pemetaan terhadap ancaman, kerawanan dan kapasitas sekolah 5. Pembuatan SoP kesiapsiagaan bencana 6. Pelatihan keselamatan diri untuk Tim Siaga Bencana (1-2 hari) 7. Simulasi kesiapsiagaan bencana tingkat sekolah 8. Evaluasi dan penyusunan rencana tindak lanjut Kesediaan sekolah untuk: 1. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan program 2. Penunjukan guru/tenaga pendidikan&komite sekolah sebagai tim siaga bencana 3. Memberikan dispensasi bagi tim siaga pendidikan mengikuti kegiatan pelatihan (3-5 hari dalam satu semester) 4. Memberikan dispensasi pada anak yang akan menjadi tim siaga bencana untuk mengikuti kegiatan pelatihan 3 hari 5. Membuat kebijakan untuk menggunakan minimal 5 kali kegiatan ekstrakurikuler untuk menjadi sosialisasi kegiatan SPAB