Kilang Minyak Pertamina Balongan Kebakaran Kilang Pertamina Refinery Unit (RU) VI Balongan yang berlokasi di Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, dipastikan berada dalam kondisi aman dan beroperasi secara normal. Sebelumnya, sempat beredar informasi di media massa maupun media sosial bahwa kilang RU VI Balongan terbakar, Unit Manager Communication, Relation & CSR Pertamina RU VI Eko Kristiawan menyampaikan insiden kebakaran bukan di area kilang dan sesuai informasi dari Public Relation PT Pertamina EP, insiden kebakaran terjadi di dalam area Pertamina EP sekitar Pusat Pengumpul Produksi (Main Gathering Station Asset 3). Kejadian kebakaran di lokasi terjadi dari pukul 09.40 - 10.15 di dalam area OGT (Oil and Gas Transportation) Balongan PT Pertamina EP Asset 3. Dari informasi yang dihimpun, kebakaran diawali dengan ledakan gas di mesin pompa utama di area pipa gas. Untuk menghindari korban jiwa, masyarakat dan pegawai dievakuasi ke daerah pesisir laut Balongan sejak kejadian berlangsung. Sepuluh mobil dari pemadam kebakaran diterjunkan. Selain itu, hadir dalam pengecekan dan pengamanan dari satpol PP, danramil Indramayu, petugas Polsek Balongan serta jajaran dari Polres Indramayu.Humas pertamina ep asset 3, Rizki Vistiatri mengaku belum menaksir kerugian materil dari peristiwa tersebut. Namun, ia memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Manajemen Risk Metode Hazop `Teknik identifi kasi bahaya yang digunakan adalah melalui metode JSA/Job Safety Analisis. Melalui metode JSA akan diketahui semua potensi kejadian berbahaya di setiap langkah kerja yang kemudian dapat ditentukan berbagai tindakan pengendalian yang dibutuhkan untuk mencegah atau mengurangi dampak dari kejadian berbahaya tersebut (Modul HSE Pertamina 05). Selain menggunakan metode JSA, teknik identifi kasi bahaya dalam penelitian ini juga dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara terhadap pihak terkait sebab isi dokumen JSA fabrikasi plate tanki 42-T-501A kurang lengkap dalam menguraikan langkah kerja beserta potensi bahayanya. Oleh karena itu, dilakukan pula wawancara dan observasi untuk melengkapi data dan informasi terkait langkah kerja serta potensi bahaya dalam pekerjaan fabrikasi plate tanki 42-T-501A. Identifi kasi bahaya yang dilakukan mulai dari pekerjaan pengangkatan plate menggunakan crane, cutting torch, pengelasan, grinding, sandblasting dan pengecatan. Hasil identifi kasi bahaya menunjukkan dari keenam pekerjaan pada fabrikasi plate tanki 42-T-501A terdapat 24 potensi bahaya dengan 24 risiko didalamnya. Manajemen Resiko FMEA FMEA (failure mode and effect analysis) merupakan suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). Metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan resiko pada bagian inbound supplyadalah FMEA ( Failure Mode and Effect Analysis). Data yang diolah dengan metode FMEA yang dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 ini merupakan hasil wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang merupakan gambaran secara garis besar mengenai kondisi atau keadaan yang di alami oleh PT. Pertamina.