Uploaded by User98943

LP Halusinasi NEW

advertisement
LAPORAN HALUSINASI
KEPERAWATAN JIWA
Disusun Oleh :
SUCI FARAH SHAHLIANTINA
S18207
PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/ 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HALUSINASI
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman
persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja
(2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari
pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia,
2001).Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca
indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien
mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.
2. Etiologi Gangguan Jiwa
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor yang
menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom
tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar
identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar
15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya
skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang
abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin,
serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter.
Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi
faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas,
terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan, sementara ayah yang
mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
a. Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
c. Kondisi
kesehatan,
meliputi
:
nutrisi
kurang,
kurang
tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem
syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
d. Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup,
pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain,
isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang
ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan
mendapat pekerjaan.
e. Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus
asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa
punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang
lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan
sosialisasi,
perilaku
agresif,
ketidakadekuatan
pengobatan,
ketidakadekuatan penanganan gejala.
3. Manifestasi Klinis Gangguan Jiwa
Manifestasi Klinis pada pasien dengan halusinasi sebagai berikut :
1. Bicara sendiri
2. Senyum sendiri
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Penggerakan mata yang cepat.
6. Respon verbal yang lambat.
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkata denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang (Damaiyanti, 2012)
4. Patofisiologi
Menurut (Trimelia, 2012), pohon masalah pada klien dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran sebagai berikut :
Melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan – efek Gangguan kebersihan diri –
efek Halusinasi dengar – core problem Menarik diri – cause Skizofrenia
5. Pathway
Resiko perilaku
kekerasan
Effect
Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi
Cor problem
Isolasi sosial : menarik
3. Mekanisme
diriKoping
Cause
1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimuus internal.
(Prabowo, 2014 :134)
6.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Psikologi
a. Pemeriksaan psikiatri
b. Pemeriksaan psikometri
2. Pemeriksaan lain jika diperlukan
Darah rutin, fungsi hepar, fungsi ginjal, enzim hepar, EKG,ECT, CT Scan, EEG
7. Pengobatan
1) Psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/ skizofrenia biasanya
diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik antara lain :
a. Golongan butirefenon : Haldol, Serenace, Ludomer. Pada kondisi akut
biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3x5 mg, im. Pemberian injeksi
biasanya cukup 3x24 jam. Setelahnya klien bisa diberikan obat per oral 3x1,5
mg atau 3x5 mg.
b. Golongan Fenotiazine :Chlorpramizine/ Largactile/ Promactile. Biasanya
diberikan per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3x 100mg. Apabila kondisi
sudah stabil dosis dapat dikurangi 1x100 mg pada malam hari saja (Yosep,
2011).
2) Psikoterapi
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang
pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia
yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik.
3) Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan pada pasien dengan Halusinasi
yaitu ( Keliat, 2010):
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan
pada tiap sessi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adatif. Aktivitas berupa stimulus dan
persepsi. Stimulus yang disediakan : baca artikel/majalah/buku/puisi,
menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan), stimulus dari
pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang
maladaptive atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan,
pandangan negative pada orang lain dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi
klien terhadap stimulus.
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa
ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya
klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan testimulasi
emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas yang digunakan
sebagai stimulus adalah : musik, seni menyanyi, menari. Jika hobby klien
diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan
klien, dapat digunakan sebagai stimulus.
4) Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri
lagi karena bila menarik diri dia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan penderita untuk mengadakan permainan atau pelatihan bersama
(Maramis, 2005).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Masalah keperawatan jiwa yang mungkin muncul pada pasien dengan halusinasi,
diantaranya yaitu:
a. Risiko perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
c. Isolasi sosial: menarik diri
d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori (D.0085)
Definisi : Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internalmaupun eksternal yang
disertai dengan respon yang berkurang,berlenihan atau terdistorsi
Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
2. Merasakan sesuatu melalui indera perabaan. Penciuman atau pengecapan
Objektif :
1. Distorsi sensori
2. Respons tidak sesuai
3. Bersikap seolah melihat,mendengar, mengecap,meraba atau mencium sesuatu
Tanda Minor
Subjektif :
1. Menyatakan kesal
Objektif :
1. Menyendiri
2. Melamun
3. Konsentrasi buruk
4. Disorientasi waktu,tempat,orang atau situasi
5. curiga
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No
1.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan
(SLKI)
Gangguan
Setelah
dilakukan
tindakan
Persepsi Sensori keperawatan selama 1 x 24
(D.0085)
jam
diharapkan
PERSEPSI
(L.13116)
dapat
Membaik
dengan kriteria hasil :
mendengar
bisikan meningkat
2. Verbalisasi
melihat
sesuatu
sesuatu
halusinasi
- Monitor dan sesuaikan
stimulus lingkungan
merasakan Terapeutik :
melalui
indra
merasakan
melalui
indra
- Lakukkan
keselamatan
tindakan
ketika
tidak dapat mengontrol
merasakan
melalui
- Pertahankan
lingkungan yang aman
penciuman meningkat
5. Verbalisasi
- Monitor perilaku yang
- Monitor isi halusinasi
perabaan meningkat
4. Verbalisasi
Observasi :
tingkat aktivitas dan
bayangan meningkat
sesuatu
HALUSINASI (I.09288)
mengindikasi
Persepsi Sensori (L.13116)
3. Verbalisasi
MANAJEMEN
masalah
SENSORI
1. Verbalisasi
Rencana
Tindakan/Intervensi
( SIKI )
indra
pengecapan meningkat
6. Distorsi sensori meningkat
perilaku
- Diskusikan
perasaan
dan respons terhadap
halusinasi
- Hindari
perdebatan
tentang
validitas
halusinasi
Edukasi :
- Anjurkan
memonitor
sendiri
situasi
terjadinya halusinasi
- Anjurkan bicara pada
orang dipercaya untuk
memberi
dan
dukungan
umpan
korektif
balik
terhadap
hakusinasi
- Anjurkan
melakukan
distraksi
- Ajarkan
keluarga
pasien
dan
cara
mengontrol halusinasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
intan,sayu.2019.LP Jiwa Halusinasi diakses dari
https://www.academia.edu/40427876/LP_JIWA_HALUSINASI pada 11 Maret 2021
Muna,lailul.2019.Laporan Pendahuluan Halusinasi diakses dari
https://www.academia.edu/43809039/LAPORAN_PENDAHULUAN_HALUSINASI
pada 11 Maret 2021
PSIK ANV.2016.LP dan Askep Halusinasi diakses dari
https://www.academia.edu/30128967/LP_dan_ASKEP_Halusinasi pada 11 Maret
20121
Download