Uploaded by User98884

Alif Tri Budi fix

advertisement
PENGUJIAN EFEK ANTIOKSIDAN DARI SEDIAAN KRIM
DENGAN METODE DPPH
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Program D-III Farmasi pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda
Oleh:
ALIF TRIBUDI
18.4840117.1211
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA
SAMARINDA
2020
PENGUJIAN EFEK ANTIOKSIDAN DARI SEDIAAN KRIM
DENGAN METODE DPPH
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
ALIF TRIBUDI
18.4840117.1211
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA
SAMARINDA
2020
i
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“ Hati itu, dalam perjalanannya menuju Allah, adalah seperti seekor burung. Cinta
kepada Allah adalah kepalanya, sedangkan rasa takut dan harap adalah kedua
sayapnya. Jika kepala dan kedua sayapnya sehat, maka ia terbang dengan baik.
Jika kepalanya putus, maka burung itu tentu mati, dan jika kedua sayapnya
hilang atau patah, maka ia akan mudah sekali ditangkap oleh pemburu atau
disantap pemangsa.” (Ibnul Qayyim rahimahullah)
“Karya Tulis Ilmiah ini Saya buat dengan mengharap Ridho dari Allah
Jalla Jalaluhu, dengan ridho kedua orang tua tercinta Bapak Sutomo dan
Ibu Painah dan dukungan dari kakak Fajar Sahrianto maupun adik
Nabila Pitaloka yang tersayang serta seluruh teman-teman yang saya
banggakan”
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama
: Alif Tri Budi
NIM
: 18.4840117.1211
Judul KTI
: PENGUJIAN EFEK ANTIOKSIDAN DARI SEDIAAN
KRIM DENGAN METODE DPPH
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan KTI ini berdasarkan
penelitian, pemikiran, dan pemaparan asli dari saya sendiri yang diarahkan oleh
pembimbing KTI saya dan penelitian ini belum pernah dipublikasikan sebelumnya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia meenerima saksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh dan sanksi lain sesuai peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Samarinda.
Samarinda, 16 Juni 2020
Alif Tri Budi
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Pertama-tama Penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala atas
limpahan rahmat dan nikmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengujian Efek Antioksidan dari Sediaan
Krim dengan Metode DPPH. Penulis menyadari, tanpa bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak maka penelitian ini tidak akan mudah terselesaikan.
Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak apt. Supomo, M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Samarinda.
2. Ibu apt. Husnul Warnida, S.Si., M.Si. dan Ibu apt. Hayatus Sa’adah, M.Sc.
selaku dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak membantu
dan membimbing penulis dalam melaksanakan penyusunan karya tulis
ilmiah, serta semua saran dan masukan yang telah diberikan kepada Penulis
yang telah banyak memotivasi.
3. Bapak apt. Heri Wijaya, S.Farm., M.Si. selaku pembimbing akademik dan
Bapak Sapri, S.Si. selaku dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda.
Terimakasih telah banyak mencurahkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk
memberikan pelajaran yang bermakna serta nasehat maupun motivasi selama
perkuliahan maupun di luar perkuliahan.
4. Bapak Sutomo dan ibu Painah selaku kedua orang tua penulis yang senantiasa
merawat, mendidik, dan mendoakan penulis dari masa kecil penulis hingga
saat ini.
v
5. Kakak dan adik penulis tersayang Fajar Sahrianto dan Nabila Pitaloka yang
selalu memberikan dorongan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
penelitian ini.
6. Para dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda yang telah
memberikan ilmu dan pendidikan yang sangat berharga kepada penulis yang
menjadi bekal untuk penyelesaian penelitian dan karya tulis ilmiah.
7. Kepada teman-teman penulis. Terima kasih atas kerja samanya selama tiga
tahun lamanya semoga pertemanan ini tetap terjalin baik.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pohak sangat Penulis
harapkan. Demikian laporan penelitian ini Penulis susun, semoga bermanfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan. Semoga Allah Subhanahuwata’ala berkenan
memasukannya sebagai amal jariyah di akhirat kelak aamiin.
Samarinda, 16 Juni 2020
Penulis
vi
ABSTRAK
Daun mangga, daun katuk dan buah pepaya adalah tumbuhan berkhasiat obat
yang mengandung senyawa flavonoid. Senyawa tersebut memiliki aktivitas
antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah kerusakan sel yang
dapat menyebabkan penuaan dini dan disebabkan oleh radikal bebas. Studi ini
bertujuan untuk menggambarkan efektivitas antioksidan sediaan krim ekstrak daun
mangga, krim esktrak daun katuk dan krim ekstrak buah pepaya berdasarkan nilai
IC50. Penelitian merupakan jenis penelitian studi literatur dengan objek penelitian
berupa aktivitas antioksidan sediaan krim ekstrak daun mangga, krim ekstrak daun
katuk dan krim esktrak buah pepaya dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2picrylhydrazil). Tahap penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari
dan menelaah berbagai literatur ilmiah dan melakukan verifikasi serta tinjauan
ulang data yang didapat yaitu nilai IC50. Analisis data dilakukan dengan metode
analisis deskriptif dengan membuat gambaran dari data-data yang tekumpul. Nilai
IC50 dari sediaan krim ekstrak daun mangga (50,54 ppm), krim ekstrak daun katuk
(55,85 ppm) dan krim ekstrak buah pepaya (99,86 ppm). Aktivitas antioksidan dari
ketiga krim tersebut dikategorikan sebagai antioksidan yang kuat.
Kata kunci: antioksidan, daun katuk, buah pepaya, daun mangga, krim.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
ASBTRAK ......................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ........................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................................
3
C.
Hipotesis .................................................................................................
3
D.
Tujuan Penelitian ....................................................................................
3
E.
Manfaat Penelitian ..................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
Radikal Bebas .........................................................................................
4
1.
Pengertian Radikal Bebas ................................................................
4
2.
Sifat Radikal Bebas .........................................................................
4
3.
Tahap Reaksi Radikal Bebas ...........................................................
4
4.
Stres Oksidatif .................................................................................
5
Antioksidan .............................................................................................
5
1.
Pengertian Antioksidan ...................................................................
5
2.
Antioksidan Berdasarkan Sumbernya .............................................
5
3.
Berdasarkan Mekanisme Kerja ........................................................
6
DPPH ......................................................................................................
7
viii
D.
IC50 (Inhibitor Concetration)..................................................................
7
E.
Spektrofotometri UV-Vis .......................................................................
8
1.
Sumber Sinar ...................................................................................
8
2.
Monokromator .................................................................................
9
3.
Sel Absorpsi.....................................................................................
9
4.
Detektor ...........................................................................................
9
Kulit ........................................................................................................
10
1.
Pengertian Kulit ...............................................................................
10
2.
Fungsi Kulit .....................................................................................
10
3.
Struktur Kulit ...................................................................................
10
Kosmetik .................................................................................................
12
1.
Pengertian Kosmetik .......................................................................
12
2.
Fungsi Kosmetik ..............................................................................
12
Krim ........................................................................................................
12
1.
Pengertian Krim ..............................................................................
12
2.
Penggolongan Krim ........................................................................
12
3.
Bahan Penyusun Krim ....................................................................
13
4.
Kelebihan dan Kekurangan Krim ...................................................
14
I.
Daun Katuk .............................................................................................
15
J.
Buah Pepaya ...........................................................................................
16
K.
Daun Mangga..........................................................................................
16
L.
Flavonoid ................................................................................................
16
M.
Vitamin C................................................................................................
17
F.
G.
H.
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian..............................................................................
18
B.
Objek Penelitian......................................................................................
18
C.
Analisis Data ...........................................................................................
18
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan ................................................................................................
26
B.
Saran ......................................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
27
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
31
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Penelitian Sebelumnya............................................................................
19
2.
Data Hasil Penelitian Nurdianti dan Rahmiyani (2016) .........................
20
3.
Data Hasil Penelitian Nurdianti dan Tuslinah (2017).............................
21
4.
Data Hasil Penelitian Mayati, dkk., (2014) ............................................
23
5.
Nilai IC50 Sebelum dan Sesudah Dibuat Krim .......................................
24
xi
DAFTAR TABEL
Gambar
1.
Halaman
Lapisan-lapisan Kulit ..............................................................................
xii
10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Senyawa pembentuk radikal bebas tidak dapat dihindari, di antaranya yaitu
paparan sinar matahari, radiasi, racun dan polusi udara. Senyawa ini merupakan
molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Elektron
yang terambil akan menjadi radikal bebas baru sehingga akan terjadi reaksi berantai
yang mengakibatkan kerusakan sel (Yuslianti, 2018).
Radikal bebas dalam jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan tetapi dalam
jumlah yang berlebih mengakibatkan stres oksidatif. Stres oksidatif didefinisikan
sebagai suatu keadaan terjadinya peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS).
Keadaan tersebut dapat mengurangi daya tahan tubuh, penurunan imunitas dan
berbagai efek lainnya (Sinaga, 2016). Oleh karena itu, antioksidan dibutuhkan
untuk menghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas (Widiastuti, 2010).
Penggunaan senyawa antioksidan banyak digunakan untuk mencegah
berbagai macam penyakit serta melindungi kulit dari kerusakan yang disebabkan
oleh radikal bebas. Penggunaan antioksidan topikal banyak ditemui pada sediaan
kosmetik (Trifena, 2010), salah satu sediaan yang biasa digunakan dalam sediaan
topikal adalah krim. Krim adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (DepKes
RI, 2014). Keuntungan penggunaan krim memiliki kemampuan penyebaran yang
1
2
baik, selain itu tipe minyak dalam air biasanya banyak digunakan karena sifatnya
yang mudah dibersihkan.
Salah satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan penangkap radikal
bebas adalah metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl). DPPH merupakan
senyawa radikal bebas yang stabil (Tristantini, dkk., 2016). DPPH merupakan
senyawa yang mengandung gugus dengan elektron tidak berpasangan (Sharma dan
Bhat, 2009).
Parameter dari metode DPPH adalah Inhibition Concentration 50% (IC50)
atau konsentrasi yang dapat meredam aktivitas radikal bebas sebesar 50%. Suatu
senyawa dikatakan memiliki aktivitas antioksidan kelompok sangat kuat jika nilai
IC50 kurang dari 50 ppm, kelompok kuat IC50 antara 50-100 ppm, kelompok sedang
jika nilai IC50 100-150 ppm, dan kelompok lemah jika nilai IC50 antara 151-200
ppm (Tristantini, dkk., 2016). Semakin kecil nilai IC50 maka semakin besar aktivitas
antioksidannya.
Berdasarkan penelitian Ningsih (2017), Yuliastuti (2019), dan Susanti
(2014). Daun mangga, buah pepaya dan daun katuk memiliki kandungan zat
fitokimia seperti flavonoid, sehingga dapat berkhasiat sebagai antioksidan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran efektivitas antioksidan yang
terkandung dalam formulasi krim ekstrak daun mangga, krim ekstrak daun katuk,
dan krim ekstrak buah pepaya.
3
B.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran efektivitas antioksidan bahan alam yang
terkandung dalam formulasi krim dengan menggunakan metode DPPH?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran efektivitas antioksidan
bahan alam yang terkandung dalam formulasi krim dengan menggunakan metode
DPPH.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Sebagai informasi bagi masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai
antioksidan.
2.
Sebagai sumber referensi bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian
ini lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Radikal Bebas
1.
Pengertian Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan molekul atau senyawa dapat berdiri sendiri
mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Kehadiran satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan menyebabkan molekul ini mudah tertarik
pada suatu medan (paramagnetik) dan menyebabkan molekul sangat rekatif.
Radikal bebas akan menyerang molekul yang stabil terdekat dan mengambil
elektron. Zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas baru sehingga
akan terjadi reaksi berantai yang mengakibatkan kerusakan sel (Yuslianti, 2018).
2.
Sifat Radikal Bebas
Radikal bebas mempunyai sifat reaktivitas yang sangat tinggi yaitu
kecenderungan untuk menarik elektron dan kemampuannya mengubah suatu
molekul menjadi radikal bebas baru sehingga terjadi reaksi rantai, dan reaksi rantai
ini baru berhenti jika radikal bebas diredam dengan antioksidan (Yuslianti, 2018)
3.
Tahap Reaksi Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogenus maupun eksogenus terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi. Pertama pembentukan awal radikal bebas (insiasi),
lalu perambatan atau terbentuknya radikal baru (propagasi), dan tahap terkahir
(terminasi), yaitu pemusnahan atau pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan
tak reaktif (Yuslianti, 2018).
4
5
4.
Stres Oksidatif
Pada keadaan sehat keberadaan prooksidan berimbang dengan antioksidan,
akan tetapi pada keadaan tertentu keseimbangan terganggu, dimana keadaan ini
disebut sebagai stes oksidatif. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan
biokimiawi pada jaringan (nekrosis), peristiwa stres oksidatif diduga kuat
mendasari hampir semua patofisiologi penyakit yang disebabkan oleh radikal
bebas, termasuk kanker. Stresk oksidatif terjadi apabila ROS lebih besar dari
antioksidan (Yuslianti, 2018).
B.
Antioksidan
1.
Pengertian Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu mengiaktivasi radikal bebas atau
mengurangi efek negatif radikal bebas dalam tubuh dengan memberikan elektron
untuk mencegah terjadinya penyakit seperti kardiovaskuler, jantung koroner,
kanker, serta penuaan dini (Ramadhan, 2015).
2.
Antioksidan Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya antioksidan dapat dibagi menjadi dua macam
antioksidan yaitu: (Yuslianti, 2018)
a.
Antioksidan dalam tubuh (antioksidan enzimatik) seperti enzim
superoksida dismutase, katalase, glutation perokside.
b.
Antioksidan non-enzimatik yang terdiri dari antioksidan dari alam
(antioksidan alami) seperti flavonoid, dan antioksidan hasil sintesis
6
reaksi kimia (antioksidan sintetik) seperti Butil Hidroksi Anisol (BHA)
dan Butil Hidroksi Toluen (BHT).
3.
Berdasarkan Mekanisme Kerja
a.
Antioksidan Primer
Mencegah pembentukan radikal bebas dan memutus rantai radikal
dengan mendonorkan atom hidrogen sehingga lebih stabil. Antioksidan
primer atau yang biasa disebut antioksidan endogenus karena prosesnya
terjadi di dalam tubuh yang bisa bereaksi dengan lipid sehingga mengubah
produk menjadi lebih stabil. Contohnya superoksida berfungsi untuk
melindungi hancurnya sel tubuh (Ramadhan, 2015).
b.
Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap
radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi
kerusakan yang lebih besar. Antioksidan sekunder diantaranya adalah vitamin
E, Vitamin C, Vitamin A, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buahbuahan.
c.
Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier merupakan antioksidan yang bekerja memperbaiki
sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang
termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan
reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut
bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita kanker.
7
C.
DPPH
Radikal DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) merupakan radikal organik
nitrogen yang stabil, yang memberikan efek warna ungu (Rauf, dkk., 2010).
Larutan DPPH yang berwarna ungu merupakan kumpulan radikal-radikal bebas dan
akan diikat oleh ion H dari senyawa antioksidan sehingga intensitas warna ungu
akan turun. Penurunan intensitas warna ungu dapat diukur pada panjang gelombang
517 nm (Brand-William, dkk., 1995).
1.
Pembuatan Larutan DPPH 40 ppm
Pembuatan larutan DPPH dengan konsentrasi 40 ppm dibuat dengan cara
menimbang sebanyak 0,004 g DPPH di masukkan ke dalam gelas kimia kemudian
ditambahkan etanol 70% secukupnya diaduk hingga larut lalu di masukkan ke
dalam labu ukur 100 mL lalu ditambahkan etanol 70% hingga tanda batas, digojok
hingga homogen.
D.
IC50 (Inhibitor Concetration)
IC50 adalah parameter yang digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan,
dapat menghambat aktivitas radikal bebas sebesar 50%. Dalam penetapan IC50
diperlukan persamaan kurva standar dari persen inhibisi sampel sebagai sumbu y
dan konsentrasi sampel antioksidan sebagai sumbu x. Kemudian dihitung nilai IC50
kedalam kurva standar sebagai sumbu y, dan kemudian dihitung nilai x sebagai
konsentrasi IC50. Parameter ini menunjukan bahwa semakin tinggi aktivitas
antioksidan maka semakin rendah nilai IC50 (Molyneux, 2004).
8
E.
Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang (Khopkar, 2007). Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang
antara 200-400 nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400750 nm (Gandjar dan Rohman, 2007). Spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak kontinu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel
atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan
blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2007). Prinsip kerja spektrofotometri UVVis yaitu apabila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka
sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian dipancarkan
(Yuliaastuti, 2014).
Komponen-komponen spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar
monokromator dan sistem optik yaitu:
1.
Sumber Sinar
Lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari
190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk
daerah visibel pada panjang gelombang antara 350-900 nm (Gandjar dan Rohman,
2007).
2.
Monomakromator
Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya
dapat berupa prisma atau grafting. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah masuk dan celah keluar
9
(Khopkar, 2007). Monokromator digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam
komponen-komponen panjang gelombang yang selanjutnya akan dipilih oleh celah
(slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang
gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrument melewati spectrum
(Gandjar dan Rohman, 2007).
3.
Sel Absorpsi
Pada pengukuran di daerah sinar tampak kovet kaca atau kaca corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel
kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Sel yang baik adalah
kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya (Khopkar, 2007).
4.
Detektor
Detektor merupakan kepingan elektronik yang disebut dengan tabung
pengganda foton yang digunakan untuk mengukur intensitas radiasi yang
mengenainya (Gandjar dan Rohman, 2007). Peranan detektor penerima adalah
memberkan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang (Khopkar,
2007).
F.
Kulit
1.
Pengertian Kulit
Kulit adalah suatu organ dengan struktur yang cukup kompleks dan memiliki
berbagai fungsi vital. Kulit merupakan organ tubuh yang memiliki luas paling
besar, yaitu sekitar 1,9 m2 pada orang dewasa (Irianto, 2013).
10
Gambar 1. Lapisan-lapisan kulit (Sumber: Mescher, 2010)
2.
Fungsi Kulit
Sebagai alat ekskresi, kulit berfungsi mengeluarkan keringat. Fungsi kulit
yang lain, antara lain melindungi tubuh terhadap gesekan, kuman, penyinaran,
panas, dan zat kimia. Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan
bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga yang berfungsi sebagai
pelindung, peraba atau alat komunikasi, alat pengatur suhu panas, tempat
penyimpanan, alat absorpsi, dan sebagai ekskresi (Krismayanti, 2015).
3.
Struktur Kulit
Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan utama yaitu kulit ari (epidermis)
dan kulit jangat (dermis). Kedua lapisan ini berhubungan dengan lapisan yang ada
dibawahnya dengan perantara jaringan ikat bawah kulit (hipodermis/ subkutis)
(Krismayanti, 2015).
a.
Lapisan Epidermis/ kutikua (kulit ari)
Lapisan epidermis merupakan lapisan terluar, sebagian besar terdiri
dari epitel skuamosayang bertingkat yang mengalami krateinisasi yang tidak
11
memiliki pembuluh darah. Lapisan epidermis terdiri dari 5 lapisan, yaitu:
lapisan tanduk, lapisan bening, lapisan berbutir, lapisan taju/ stratum
malphigi, lapisan tunas (Krismayanti, 2015).
b.
Lapisan Dermis (Kulit Jangat)
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat
dengan elemen-elemen sellular dan folikel rambut. Dilapisi oleh membran
baslis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis (Krismayanti, 2015).
c.
Lapisan Subkutis (Hipodermis)
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak sebagai cadangan
makanan, penahan benturan, sumber energi, dan juga pembuluh darah limfe,
saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari
pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju ke lapisan kulit jangat.
Berfungsi sebagai tempat menimbun makanan, membentuk tubuh, dan
sebagai isolator tubuh (mempertahankan panas dan melindungi tubuh dari
cuaca dingin) (Krismayanti, 2015).
G.
Kosmetik
1.
Pengertian Kosmetik
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam Peraturan
Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.11.07331 tahun 2011 tentang Metode
Analisis Kosmetik menyebutkan bahwa kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,
12
kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut,
terutama untuk membersihkan, mewangikan, dan mengubah penampilan, dan/atau
(memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi
baik).
2.
Fungsi Kosmetik
Berdasarkan kegunaannya kosmetik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kosmetik riasan (make-up) adalah kosmetik yang diperlukan untuk merias atau
memperindah penampilan kulit dan kosmetik perawatan kulit atau skin care adalah
kosmetik yang diutamakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan kulit,
bahkan kadang-kadang untuk menghilangkan kelainan-kelainan pada kulit
(Briliani, dkk., 2016).
H.
Krim
1.
Pengertian Krim
Krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung
tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2
yaitu: krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A). Untuk
membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan
anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2008).
Sifat umum sediaan semi padat terutama krim ini adalah mampu melekat pada
permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini
dicuci atau dihilangkan. Krim yang digunakan sebagai obat umumnya digunakan
13
untuk mengatasi penyakit kulit seperti jamur, infeksi ataupun sebagai anti radang
yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Anwar, 2012).
2.
Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air
dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga
digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe
minyak dalam air (M/A) dan krim tipe air dalam minyak (A/M). Pemilihan zat
pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk
krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
Sedangkan krim tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin,
natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai
tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan
emulygidum (Elmitra, 2017).
3.
Bahan Penyusun Krim
Bahan penyusun krim antara lain: zat berkhasiat, minyak (bahan obat yang
larut dalam minyak, bersifat asam), air (bahan obat yang larut dalam air, bersifat
basa), dan pengemulsi (disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat)
(Elmitra, 2017).
4.
Kelebihan dan Kekurangan Krim
Kelebihan dan kekurangan krim menurut Elmitra (2017) yaitu:
a.
Kelebihan Krim
1).
Mudah menyebar rata.
14
2).
Praktis.
3).
Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A
(minyak dalam air).
4).
Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
5).
Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).
6).
Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup
beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
7).
Aman digunakan dewasa maupun anak-anak.
8).
Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M.
9).
Bisa digunakan dalam mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada
bayi, pada fase A/M karena kadar lemaknya cukup tinggi.
10). Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim
kuku, dan deodorant.
11). Bisa meningkatkan rasa lembut dan lenut pada kulit, tetapi tidak
menyebabkan kulit berminyak.
b.
Kekurangan Krim
1).
Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M karena terganggu
system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan
perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak
tersatukan.
2).
Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam
keadaan panas.
15
I.
3).
Mudah lengket, terutama tipe A/M.
4).
Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
5).
Pembuatannya harus secara aseptic.
Daun Katuk
Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) mempunyai banyak manfaat
dalam kehidupan sehari-hari. Kandungan kimia dalam daun katuk berkhasiat untuk
melindungistruktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi,
mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik alami. Fungsi lainnya yaitu
berperan langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi mikroorganisme
seperti bakteri atau virus dan juga meningkatkan imunitas tubuh (Middleton, dkk.,
2000).
J.
Buah Pepaya
Pepaya merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidaya oleh petani
dan menjadi sumber asupan buah-buahan. Buah pepaya dalam bentuk ekstrak dan
fraksi sering dimanfaatkan khususnya dalam bidang kosmetika. Kandungan
senyawa metabolit sekunder yang berada dalam buah pepaya yaitu vitamin C,
polifenol, flavonoid dan steroid (Yuliastuti, dkk., 2019).
K.
Daun Mangga
Tanaman mangga merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai
tanaman obat. Tanaman Mangga merupakan tanaman yang berpotensi sebagai obat
16
herbal karena mengandung senyawa metabolit sekunder, salah satu bagian tanaman
mangga yang dapat digunakan sebagai obat herbal adalah daunnya. Daun mangga
mengandung senyawa metabolit sekunder seperti golongan alkaloid, flavonoid,
steroid, polifenol, tanin, dan saponin (Ningsih, 2017).
L.
Flavonoid
Flavonoid adalah metabolit sekunder dari polifenol, ditemukan secara luas
pada tanaman serta makanan dan memiliki berbagai efek bioaktif termasuk anti
virus, antiinflamasi (Qinghu, dkk., 2016), kardioprotektif, antidiabetes, antikanker
(Marzouk, 2016), antipenuaan dan antioksidan (Vanesa, dkk., 2014). Senyawa
flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon. Flavonoid
terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap
ekstrak tumbuhan (Arifin dan Ibrahim, 2018).
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi literatur, yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan, mempelajari dan menelaah jurnal ilmiah
(Singarimbun dan Effendi, 1995). Tahapan penelitian yaitu: (1) reduksi data berupa
penyuntingan dan meringkas sehingga didapatkan data utama inti tulisan; (2)
penyajian data, yaitu data dalam tabel deskriptif; (3) penarikan kesimpulan,
melakukan verifikasi dan tinjauan ulang data yang didapat agar penarikan simpulan
dilakukan dengan benar. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juni tahun 2020.
B.
Objek Penelitian
Objek penelitian yaitu aktivitas antioksidan sediaan krim ekstrak daun
mangga, krim ekstrak daun katuk dan krim ekstrak buah pepaya dengan parameter
nilai IC50.
C.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif yaitu analisis
dengan membuat gambaran dari data-data yang terkumpul.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pencarian literatur maka didapatkan tiga artikel yang telah
memenuhi kriteria. Artikel penelitian tersebut menjelaskan tentang sifat fisik
sediaan krim dan mengidentifikasi nilai IC50 pada ekstrak tumbuhan yang
terkandung di dalam krim. Ringkasan literatur yang telah dipublikasikan, dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Penelitian sebelumnya
Judul
Uji Aktivitas
Antioksidan Krim
Ekstrak Daun Mangga
(Mangifera indicia L.)
Terhadap DPPH (1,1diphenyl-2picrylhydrazil)
Uji Efektivitas Antioksidan
Ekstrak Metanol Buah
Pepaya (Carica papaya L.)
Dalam Formulasi Krim
Terhadap DPPH (2,2diphenyl-1-picrylhydrazil)
Lusi Nurdianti dan Ira
Rahmiyani
Uji Aktivitas
Antioksidan Krim
Ekstrak Etanol Daun
Katuk (Sauropus
androgynus (L) Merr)
Terhadap DPPH (1,1diphenyl-2picrylhydrazil).
Lusi Nurdianti dan
Lilis Tuslinah
Peneliti
Lembaga/Nama
Jurnal, Tahun
Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada 16 (1),
2016
Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada
(17) 1, 2017
Jurnal Mahasiswa Farmasi
Fakultas Kedokteran
UNTAN 1 (1), 2014
Tujuan
Peneitian
Untuk mengetahui sifat
fisik yang baik dari
sediaan krim daun
mangga dengan variasi
konsentrasi basis setil
alkohol serta aktivitas
antioksidan krim
ekstrak etil asetat daun
mangga
DPPH
Krim dengan
konsentrasi 1% ekstrak
daun mangga
memberikan nilai IC50
sebesar 50,54 ppm dan
tergolong antioksidan
kuat
Untuk mengetahui
sifat fisik dan kimia
serta aktivitas
antioksidan krim
ekstrak etanol daun
katuk
Untuk mengetahui
efektivitas antioksidan
krim dari ekstrak metanol
buah papaya
DPPH
Krim dengan
konsentrasi 3%
ekstrak daun katuk
memberikan nilai
IC50 sebesar 55,85
ppm dan tergolong
antioksidan kuat
DPPH
Krim dengan konsentrasi
4,03% ekstrak buah papaya
memberikan nilai IC50
sebesar 99,86 ppm dan
tergolong antioksidan kuat
Metode
Hasil Penelitian
19
Eva Mayati, Liza Pratiwi,
Bambang Wijianto
20
Penelitian Nurdianti dan Rahmiyani (2016) tentang Uji Aktivitas Antioksidan
Krim Ekstrak Daun Mangga (Mangifera indicia L.) Terhadap DPPH (1,1-diphenyl2-picrylhydrazil) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas krim
antioksidan dari ekstrak daun mangga. Sediaan krim ekstrak daun mangga
dilakukan dengan melakukan variasi terhadap kandungan konsentrasi setil alkohol
7,5%, 10%, dan 12%. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan
metode DPPH.
Tabel 2. Data hasil penelitian Nurdianti dan Rahmiyani (2016)
Krim daun mangga
Konsentrasi ekstrak daun
1%
mangga
Konsentrasi setil alkohol
12%
Uji organoleptik
Baik dan stabil
Uji pH
6
Uji viskositas
2356-2420 cps
Berdasarkan tabel 2 bahwa krim ekstrak daun mangga yang terbaik yaitu pada
konsentrasi setil alkohol 12%, lebih baik dari formula lain dengan setil alkohol
7,5%, dan 10%. Setil alkohol berfungsi sebagai agen pengemulsi dan stiffening
agent yang dapat meningkatkan stabilitas dan viskositas dari sediaan krim (Rowe,
dkk., 2009), sehingga konsentrasi setil alkohol 12% adalah krim yang paling baik.
Sifat fisik dari krim ekstrak daun mangga dengan konsentrasi 12%
menunjukan tidak ada perbedaan secara organoleptik selama 28 hari penyimpanan
yaitu berwarna hijau daun dan berbau khas lemon. Uji pH pada didapatkan pH 6
yang menunjukan bahwa pH krim berada pada rentang pH kulit yaitu 4,5 – 6,5
(Naibaho, dkk., 2013). Krim di pH 6 aman digunakan, karena jika pH yang terlalu
asam dapat mengiritasi kulit sedangkan pH yang terlalu basa dapat membuat kulit
21
bersisik. Nilai viskositas 2356-2420 cps memenuhi syarat viskositas yang baik
menurut SNI 16-4399-1996 yaitu dengan rentang nilai 2000-50.000 cps.
Peningkatan nilai viskositas dapat dipengaruhi oleh setil alkohol. Menurut
penelitian Rahmatika (2017) semakin tinggi konsentrasi setil alkohol akan semakin
meningkat viskositas pada sediaan krim.
Nurdianti dan Tuslinah (2017) juga meneliti tentang Uji Aktivitas
Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Daun Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr)
Terhadap DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui efektivitas krim antioksidan dari ekstrak daun katuk. Sediaan krim
ekstrak daun katuk dilakukan dengan melakukan variasi terhadap kandungan
konsentrasi ekstrak daun katuk 0%, 1%, 2%, 3% dan menggunakan emulsifier dan
stiffening agent setil alkohol sebesar 12%. Uji aktivitas antioksidan dilakukan
dengan menggunakan metode DPPH.
Tabel 3. Data hasil penelitian Nurdianti dan Tuslinah (2017)
Krim daun katuk
Konsentrasi
3%
ekstrak daun katuk
Uji organoleptik
Baik dan stabil
Uji pH
6
Uji viskositas
2090-2110 cps
Uji tipe emulsi
O/W
Uji hedonik
Disukai (30 penelis)
Berdasarkan tabel 3, krim ekstrak daun katuk dengan sifat fisik yang terbaik
yaitu pada konsentrasi ekstrak daun katuk 3%. Menurut Widyaningrum, dkk.,
(2012) yaitu semakin besar kadar ekstrak yang ditambahkan, konsistensi dari
sediaan krim akan semakin tinggi viskositasnya. Hal ini akan mempengaruhi sifat
22
fisik dari sediaan krim, sehingga konsentrasi ekstrak daun katuk 3% adalah yang
paling baik.
Sifat fisik dari krim daun katuk dengan konsentrasi 3% menunjukan tidak ada
perbedaan secara organoleptik selama 28 hari penyimpanan artinya tidak
menunjukan perubahan terhadap warna dan bau selama penyimpanan. Uji pH pada
krim didapatkan pH 6 yang menunjukan bahwa pH krim berada pada rentang pH
kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Naibaho, dkk., 2013). Krim pH 6 aman digunakan, karena jika
pH yang terlalu asam dapat mengiritasi kulit sedangkan pH yang terlalu basa dapat
membuat kulit bersisik. Pengujian hedonik meliputi kelembutan, kelengketan,
kemudahan dibersihkan dan kemudahan diratakan yang dilakukan kepada 30
penelis. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan krim ekstrak daun katuk dengan
konsentrasi 3% paling disukai. Nilai viskositas krim ekstrak daun katuk sebesar
didapatkan 2090 - 2110 cps di mana ini termasuk memenuhi parameter viskositas
yang baik menurut SNI 16-4399-1996 yaitu dalam rentang nilai 2000 - 50.000 cps.
Hasil yang diperoleh pada saat uji tipe emulsi menunjukan krim terencerkan dalam
air. Hal ini membuktikan bahwa krim ekstrak daun katuk merupakan tipe o/w yang
di mana tipe emulsi ini memiliki banyak keuntungan, salah satunya yaitu mudah
dicuci (Daud dan Suyanti, 2017).
Selanjutnya Mayati, dkk., (2014) meneliti tentang Uji Efektivitas Antioksidan
Ekstrak Metanol Buah Pepaya (Carica papaya L.) dalam Formulasi Krim Terhadap
DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil) dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas
krim antioksidan dari ekstrak buah pepaya. Konsentrasi ekstrak buah pepaya dalam
sediaan krim bervariasi 0,03%, 1,03%, 2,03%, 3,03%, 4,03% dan menggunakan
23
emulgator TEA dengan konsentrasi 1,5%. Uji aktivitas antioksidan dilakukan
dengan menggunakan metode DPPH.
Tabel 4. Data hasil penelitian Mayati, dkk., (2014)
Krim buah pepaya
Konsentrasi ekstrak
4,03%
buah pepaya
Uji hedonik
Disukai
Uji organoleptik
Baik dan stabil
Uji pH
7,45-7,82
Berdasarkan tabel 4, krim ekstrak buah pepaya yang memiliki sifat fisik
terbaik
yaitu pada konsentrasi ekstrak buah pepaya 4,03%. Menurut
Widyaningrum, dkk., (2012) yaitu semakin besar kadar ekstrak yang ditambahkan,
konsistensi dari sediaan krim akan semakin tinggi viskositasnya.
Sifat fisik dari krim ekstrak buah pepaya dengan konsentrasi 4,03%
menunjukan tidak ada perbedaan secara organoleptik selama 28 hari penyimpanan
artinya tidak menunjukan perubahan terhadap warna dan bau selama penyimpanan.
Uji pH pada krim didapatkan pH 7,45-7,82 yang menunjukan bahwa pH krim
berada nilai pH sedikit basa. Hasil ini tidak memenuhi persyaratan pH kulit, akan
tetapi nilai pH produk kulit berdasarkan SNI 15-4399-1996 tentang sediaan tabir
surya, yaitu berkisar antara 4,5-8,0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pH krim
ekstrak metanol buah pepaya masih memenuhi persyaratan SNI.
Tabel 5. Nilai IC50 sebelum dan sesudah dibuat krim
IC50
% Inhibisi
1
Ekstrak etil asetat daun mangga
21,79 ppm
Krim ekstrak daun mangga 1
50,85 ppm
2
Ekstrak etanol daun katuk
32,04 ppm
Krim ekstrak daun katuk 2
55,85 ppm
3
Ekstrak metanol buah pepaya
276,20 ppm
3
Krim ekstrak buah pepaya
99,86 ppm
81,17%
Sumber: Nurdianti dan Rahmiyani (2016) 1 , Nurdianti dan Tuslinah (2017) 2,
Mayati, dkk., (2014) 3
24
Berdasarkan tabel 5, sediaan krim esktrak daun mangga, krim ekstrak daun
katuk dan krim ekstrak buah pepaya memiliki nilai IC50 masing- masing 50,54 ppm,
55,85 ppm, dan 99,86 ppm yang dikategorikan sebagai antioksidan kuat dengan
rentang nilai 50-100 ppm (Tristantini, 2016). Terdapat perbedaan nilai IC50 ekstrak
sebelum dan sesudah dibuat krim. Perbedaan antara nilai IC50 ekstrak dan nilai IC50
krim dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan krim sebelum diuji (Hamzah, dkk.,
2014).
Pada krim ekstrak buah pepaya didapatkan % peredaman 81,17%, karena
krim ekstrak buah pepaya mengandung ekstrak dalam jumlah yang lebih banyak.
Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin
besar aktivitas antioksidan. % peredaman jika lebih dari 90%, menunjukan aktivitas
antioksidan sangat tinggi, 50%-90% aktivitas antioksidan tinggi, 20%-50%
aktivitas antioksidan sedang, kurang dari 20% aktivitas antioksidan rendah, dan 0%
menunjukan tidak ada aktivitas antioksidan (Wulansari dan Chairul, 2011).
Terdapat perbedaan yang cukup besar antara ekstrak metanol buah pepaya
dan krim buah pepaya yaitu 276,20 ppm dan 99,86 ppm. Penelitian Mayati, dkk.,
(2014) tentang krim ekstrak buah pepaya dilakukan di Indonesia, sedangkan
penelitian tentang tentang aktivitas anttioksidan ekstrak buah pepaya dilakukan
oleh Jamuna, dkk., (2012) di India. Sehingga terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perbedaan nilai IC50 yaitu, tempat pengambilan sampel, perbedaan
unsur hara, dan ketinggian permukaan laut.
Formula krim tidak mempengaruhi perbedaan nilai IC50 krim dan ekstrak.
Berdasarkan penelitian Hamzah, dkk., (2014). Jenis dan jumlah emulgator anionik
25
trietanolamin dengan konsentrasi 2%, 3% dan 4% maupun nonionik span 60 dan
tween 60 dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4% tidak mempengaruhi efektivitas
antioksidan. Tetapi yang mempengaruhi efektivitas antioksidan adalah lama
penyimpanan sediaan krim.
Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi juga mempengaruhi kadar zat
senyawa metabolit sekunder yang ditarik. Menurut prinsip polarisasi, senyawa akan
larut akan pada pelarut yang mempunyai kepolaran yang sama. Flavonoid adalah
senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam senyawa polar (Suryani, dkk.,
2016). Ekstrak daun mangga menggunakan pelarut etil asetat yang dikatakan
sebagai pelarut semi polar, kemudian ekstrak daun katuk dan ekstrak buah pepaya
menggunakan pelarut lebih polar masing-masing etanol dan metanol. Dari nilai IC50
yang paling tinggi aktivitas antioksidannya yaitu ekstrak daun mangga dengan
pelarut etil asetat, karena ekstrak etil asetat melarutkan lebih banyak komponen
senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid. Efektivitas etil asetat yang semi
polar bersatu dengan antioksidan ekstrak etil asetat daun mangga dalam
menetralkan radikal bebas (Huliselan, dkk., 2015).
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Sediaan krim ekstrak daun mangga 1%, krim ekstrak daun katuk 3%, dan
krim ekstrak buah pepaya 4,03% memiliki nilai masing-masing 50,54 ppm, 55,85
ppm dan 99,86 ppm. Aktivitas antioksidan ketiga krim tersebut termasuk kategori
kuat.
B.
Saran
Peneliti selanjutnya dapat menggunakan literatur hasil penelitian krim dengan
kadar antioksidan yang lebih kuat untuk membandingkan hasilnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi.
Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Arifin, B dan Ibrahim, S. 2018. “Struktur, Bioaktivitas dan Antioksidan Flavonoid”.
Jurnal Zarah. 6 (1): 21-29.
Brand-Williams, W., Cuvelier, M.E., dan Berset, C. 1995. Use of a Free Radical
Method to Evaluate Antioxidant Activity. Lebensmittel-Wissenschaft undTechnologie. Hal:25-30.
Badan POM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang
Metode Analisis Kosmetika. Jakarta: BPOM.
Briliani, R. A., Safitri, D., dan Sudarno. 2016. “Analisis Kecenderungan Pemilihan
Kosmetik Wanita di Kalangan Mahasiswi Jurusan Statistika Universitas
Diponegoro Menggunakan Biplot Komponen Utama”. J. Gaussian. Sci. 5
(3): 545-551.
Daud, R. S., dan Suyanti, E. 2017. “Formulasi Emulgel Antijerawat Minyak Nilam
(Patchouli Oil) Menggunakan Tween 80 dan Span 80 Sebagai Pengemulsi
dan HPMC Sebagai Basis Gel”. J. Mandala Pharmacon Indonesia. Sci. 3
(2): 90-95.
Departeman Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V Cetakan Pertama.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Hal: 51
Elmitra. 2017. Dasar-Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid. Yogyakarta:
Deepublish. Hal: 119-126.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hamzah, N., Ismail, I., dan Saudi, A, D, A. 2014. “Pengaruh Emulgator Terhadap
Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella”.
Jurnal Kesehatan. 7 (2): 276-285.
Huliselan, Y. M., Runtuwene, M. R. J., dan Wewengkang, D. S. 2015. “Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol, Etil Asetat, dan n-Heksan dari Daun
Sesewanua (Clerodendron squamatum Vahl.)”. Jurnal Ilmiah Farmasi. 4
(3): 155-163.
Irianto, Koes. 2013. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Penerbit Alfabeta.
27
28
Jamuna, K. S., Ramesh, C. K., Srinivasa, T. R., dan Raghu, K. L. 2011. “In Vitro
Antioxidant Studies In Some Common Friuts”. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3 (1): 60-63.
Khopkar, S. M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik.. Jakarta: UI-Press.
Krismayanti, L. 2015. Anatomi Fisiologi Manusia. Mataram: Institut Agama Islam
Negeri Mataram. Hal: 27-33.
Marzouk, M. M. 2016. “Flavonoid Constituents and Cytotoxic Activity of Erucaria
Hispanica (L.) Druce Growing Wild In Egypt”. Arabian Journal Of
Chemistry”. (9): 411-415.
Mayati, E., Pratiwi, L., dan Wijianto, B. 2014. “Uji Efektivitas Antioksidan Ekstrak
Metanol Buah Pepaya (Carica papaya L.) Dalam Formulasi Krim
Terhadap DPPH (2,20 diphenyl-1-picrylhydrazil)”. Jurnal Mahasiswa
Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN. 1 (1): 1-11.
Mescher, A. L. 2010. Junquiera’s Basic Histology Text &Atlas 12th ed. New York:
The McGraw-Hill Companies, Inc.
Middleton E., Kandaswami C., dan Theoharides, T. C. 2000. “The Effects of Plant
Flavonoids on Mammalian Cells: Implications for Inflammation, Heart
Disease, and Cancer”. The American Society for Pharmacology and
Ecperimental Therapeutics. 52: 673-751.
Molyneux, P. 2004. “The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) For Estimating Antioxidant Activity”. Songklanakarin Journal
Science and Technology. 26 (2):211-219.
Naibaho, O. H, Yamelan, P. V. Y., dan Wiyono. W. 2013. “Pengaruh Basis Salep
Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum
sanctum L.) pada Kulit Punggung Kelinci yang Dibuat Infeksi
Staphylococcus aureus”. Jurnal Ilmiah Farmasi - UNSRAT. 2 (2): 27-33.
Ningsih, D. R., Zusfahair., dan Mantari, D. 2017. “Ekstrak Daun Mangga
(Mangifera indica L.) sebagai Antijamur terhadap jamur Candida
albicanus dan Indentifikasi Golongan Senyawanya”. Jurnal Kimia Riset.
2 (1): 61-68.
Nurdianti, L., dan Rahmiyani, I. 2016. “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun
Mangga (Mangifera indica L.) Terhadap DPPH Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada. 16 (1): 50-56.
Nurdianti, L., dan Tuslinah, L. 2017. “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun
Katuk (Sauropus androgynus (L)) Terhadap DPPH”. Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada. 17 (1): 87-97.
Qinghu, W., Jinmei, J., Nayintai, D., Narenchaoketu, H., Jinging, H., dan
Baiyinmuqier, B. 2016. “Antiinflammatory Effects, Nuclear Magnetic
29
Resonance Identification And High Performance Liquid Chromatography
Isolation Of The Total Flavonoids From Artemisia Frigida”. Jurnal Of
Food And Drug Analysis. 24: 385-391.
Rauf, R., Santoso, U., dan Suparmo. 2010. “Aktivitas Penangkapan Radikal DPPH
Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb.)”. Agritech. 30 (1): 55-62.
Ramadhan, P. 2015. Mengenal Antioksidan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal: 4-38.
Rowe, C., Raymod, S., dan Weller, P. J. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipient. Edition Sixth. London: The Pharmaceutical Press and American
Pharmaceutical Association.
Sharma, O. P., dan Bhat, T. K. 2009. “Analytical Methods dpph antioxidant assay
revisited”. Food Chemistry. 113 (4): 1202-1205.
Sinaga, F. A. 2016. “Stress Oksidatif dan Status Antioksidan Pada Aktivitas Fisik
Maksimal”. Jurnal Generasi Kampus. 9 (2): 176-189.
Singarimbun, M., dan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT.
Pustaka LP3ES.
Standar Nasional Indonesia. 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional. SNI 16-4399-1996.
Suryani, N. C. 2016. “Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Kandungan Total Flavonoid
dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata)”.
Jurnal ITEPA. 5 (1): 1-10.
Trifena. 2010. “Analisis Uji In Vitro dan In Vivo Ekstrak Kombinasi Kulit Manggis
dan Pegagan Sebagai Krim Antioksidan”. Skripsi. Depok: Universitas
Indonesia. Hal: 12.
Tristantini, D., Ismawati, A., Pradana, B. T., dan Jonathan, J. G. 2016. “Pengujian
Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH pada Daun Tanjung
(Mimusops elengi L)”.Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
Kejuangan. 1: 1-16.
Vanesa, M., Munhoza, R. L., Jose, R. P., Joao, A. C., Zequic, E., Leite, M., Gisely,
C., Lopesa, J. P., dan Melloa. 2014. “Extraction Of Flavonoids From
Tagetes Patula: Process Optimization And Screening For Biological
Activity. Rev Bras Farmacogn. 24: 576-583.
Widiastuti, N. 2010. “Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode Cuprac,
DPPH, dan Frap Serta Korelasinya dengan Fenol dan Flavonoid pada
Enam Tanaman”. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hal: 9.
Widyaningrum, N., Murrukmihadi, M., dan Ekawati, S. K. 2012. “Pengaruh
Konsentrasi Ekstrak etanolik daun teh hijau (Camellia sinesis L.) dalam
30
Sediaan Krim Terhadap Sifat Fisik dan Aktivitas Antibakteri”.Sains
Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 4 (2): 147-156.
Wulansari, D., dan Chairul. 2011. “Penapisan Aktivitas Antioksidan dan Beberapa
Tumbuhan Obat Indonesia Menggunakan radikal 2,2-Diphenyl-1picrylhydrazyl (DPPH)”. Majalah Obat Tradisional. 16 (1): 22-25.
Yuliastuti, D., Sari, W. Y., dan Islamiyati, D. 2019. “Skrining Fitokimia dan Fraksi
Etanol 70% Daging Buah Pepaya (Carica papaya L.)”. Media Informasi.
15 (2): 110-114.
Yuslianti, E. R. 2018. Pengantar Radikal Bebas dan Antioksidan. Yogyakarta:
Deepublish.
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Alif Tri Budi, dilahirkan di
Samarinda, pada tanggal 27 Agustus 1999. Penulis
merupakan anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan
Bapak Sutomo dan Ibu Painah. Penulis menyelesaikan
pendidikan resmi di SD Negeri 042 Sindang Sari pada
tahun 2011. Selanjutnya Penulis melanjutkan pendidikan
ke SMP Negeri 32 Samarinda dan tamat pada tahun 2014. Setelah itu Penulis
melanjutkan pendidikan menengah kejuruan di SMK Kesehatan Samarinda dan
tamat pada tahun 2017. Kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan
Prodi D-III Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda pada tahun 2017
hingga tahun 2020.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma PMI
di jalan Palang Merah Indonesia dan di Rumah Sakit Umum Dr. Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan pada tahun 2020. Kemudian Penulis menyelesaikan
pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda dengan melaksanakan
tugas akhir Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGUJIAN EFEK
ANTIOKSIDAN DARI SEDIAAN KRIM DENGAN METODE DPPH”.
Download