PENGUJIAN EFEK ANTIOKSIDAN DARI SEDIAAN KRIM DENGAN METODE DPPH KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program D-III Farmasi pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda Oleh: ALIF TRIBUDI 18.4840117.1211 PROGRAM STUDI D-III FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA SAMARINDA 2020 PENGUJIAN EFEK ANTIOKSIDAN DARI SEDIAAN KRIM DENGAN METODE DPPH KARYA TULIS ILMIAH Oleh: ALIF TRIBUDI 18.4840117.1211 PROGRAM STUDI D-III FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA SAMARINDA 2020 i ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO “ Hati itu, dalam perjalanannya menuju Allah, adalah seperti seekor burung. Cinta kepada Allah adalah kepalanya, sedangkan rasa takut dan harap adalah kedua sayapnya. Jika kepala dan kedua sayapnya sehat, maka ia terbang dengan baik. Jika kepalanya putus, maka burung itu tentu mati, dan jika kedua sayapnya hilang atau patah, maka ia akan mudah sekali ditangkap oleh pemburu atau disantap pemangsa.” (Ibnul Qayyim rahimahullah) “Karya Tulis Ilmiah ini Saya buat dengan mengharap Ridho dari Allah Jalla Jalaluhu, dengan ridho kedua orang tua tercinta Bapak Sutomo dan Ibu Painah dan dukungan dari kakak Fajar Sahrianto maupun adik Nabila Pitaloka yang tersayang serta seluruh teman-teman yang saya banggakan” iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Alif Tri Budi NIM : 18.4840117.1211 Judul KTI : PENGUJIAN EFEK ANTIOKSIDAN DARI SEDIAAN KRIM DENGAN METODE DPPH Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan KTI ini berdasarkan penelitian, pemikiran, dan pemaparan asli dari saya sendiri yang diarahkan oleh pembimbing KTI saya dan penelitian ini belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia meenerima saksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh dan sanksi lain sesuai peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda. Samarinda, 16 Juni 2020 Alif Tri Budi iv KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Pertama-tama Penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala atas limpahan rahmat dan nikmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengujian Efek Antioksidan dari Sediaan Krim dengan Metode DPPH. Penulis menyadari, tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka penelitian ini tidak akan mudah terselesaikan. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak apt. Supomo, M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda. 2. Ibu apt. Husnul Warnida, S.Si., M.Si. dan Ibu apt. Hayatus Sa’adah, M.Sc. selaku dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penyusunan karya tulis ilmiah, serta semua saran dan masukan yang telah diberikan kepada Penulis yang telah banyak memotivasi. 3. Bapak apt. Heri Wijaya, S.Farm., M.Si. selaku pembimbing akademik dan Bapak Sapri, S.Si. selaku dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda. Terimakasih telah banyak mencurahkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan pelajaran yang bermakna serta nasehat maupun motivasi selama perkuliahan maupun di luar perkuliahan. 4. Bapak Sutomo dan ibu Painah selaku kedua orang tua penulis yang senantiasa merawat, mendidik, dan mendoakan penulis dari masa kecil penulis hingga saat ini. v 5. Kakak dan adik penulis tersayang Fajar Sahrianto dan Nabila Pitaloka yang selalu memberikan dorongan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian ini. 6. Para dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda yang telah memberikan ilmu dan pendidikan yang sangat berharga kepada penulis yang menjadi bekal untuk penyelesaian penelitian dan karya tulis ilmiah. 7. Kepada teman-teman penulis. Terima kasih atas kerja samanya selama tiga tahun lamanya semoga pertemanan ini tetap terjalin baik. Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pohak sangat Penulis harapkan. Demikian laporan penelitian ini Penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Semoga Allah Subhanahuwata’ala berkenan memasukannya sebagai amal jariyah di akhirat kelak aamiin. Samarinda, 16 Juni 2020 Penulis vi ABSTRAK Daun mangga, daun katuk dan buah pepaya adalah tumbuhan berkhasiat obat yang mengandung senyawa flavonoid. Senyawa tersebut memiliki aktivitas antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah kerusakan sel yang dapat menyebabkan penuaan dini dan disebabkan oleh radikal bebas. Studi ini bertujuan untuk menggambarkan efektivitas antioksidan sediaan krim ekstrak daun mangga, krim esktrak daun katuk dan krim ekstrak buah pepaya berdasarkan nilai IC50. Penelitian merupakan jenis penelitian studi literatur dengan objek penelitian berupa aktivitas antioksidan sediaan krim ekstrak daun mangga, krim ekstrak daun katuk dan krim esktrak buah pepaya dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2picrylhydrazil). Tahap penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari dan menelaah berbagai literatur ilmiah dan melakukan verifikasi serta tinjauan ulang data yang didapat yaitu nilai IC50. Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif dengan membuat gambaran dari data-data yang tekumpul. Nilai IC50 dari sediaan krim ekstrak daun mangga (50,54 ppm), krim ekstrak daun katuk (55,85 ppm) dan krim ekstrak buah pepaya (99,86 ppm). Aktivitas antioksidan dari ketiga krim tersebut dikategorikan sebagai antioksidan yang kuat. Kata kunci: antioksidan, daun katuk, buah pepaya, daun mangga, krim. vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN KTI................................................................ iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v ASBTRAK ...................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3 C. Hipotesis ................................................................................................. 3 D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3 E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. Radikal Bebas ......................................................................................... 4 1. Pengertian Radikal Bebas ................................................................ 4 2. Sifat Radikal Bebas ......................................................................... 4 3. Tahap Reaksi Radikal Bebas ........................................................... 4 4. Stres Oksidatif ................................................................................. 5 Antioksidan ............................................................................................. 5 1. Pengertian Antioksidan ................................................................... 5 2. Antioksidan Berdasarkan Sumbernya ............................................. 5 3. Berdasarkan Mekanisme Kerja ........................................................ 6 DPPH ...................................................................................................... 7 viii D. IC50 (Inhibitor Concetration).................................................................. 7 E. Spektrofotometri UV-Vis ....................................................................... 8 1. Sumber Sinar ................................................................................... 8 2. Monokromator ................................................................................. 9 3. Sel Absorpsi..................................................................................... 9 4. Detektor ........................................................................................... 9 Kulit ........................................................................................................ 10 1. Pengertian Kulit ............................................................................... 10 2. Fungsi Kulit ..................................................................................... 10 3. Struktur Kulit ................................................................................... 10 Kosmetik ................................................................................................. 12 1. Pengertian Kosmetik ....................................................................... 12 2. Fungsi Kosmetik .............................................................................. 12 Krim ........................................................................................................ 12 1. Pengertian Krim .............................................................................. 12 2. Penggolongan Krim ........................................................................ 12 3. Bahan Penyusun Krim .................................................................... 13 4. Kelebihan dan Kekurangan Krim ................................................... 14 I. Daun Katuk ............................................................................................. 15 J. Buah Pepaya ........................................................................................... 16 K. Daun Mangga.......................................................................................... 16 L. Flavonoid ................................................................................................ 16 M. Vitamin C................................................................................................ 17 F. G. H. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian.............................................................................. 18 B. Objek Penelitian...................................................................................... 18 C. Analisis Data ........................................................................................... 18 ix BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V PENUTUP A. Simpulan ................................................................................................ 26 B. Saran ...................................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 31 x DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Penelitian Sebelumnya............................................................................ 19 2. Data Hasil Penelitian Nurdianti dan Rahmiyani (2016) ......................... 20 3. Data Hasil Penelitian Nurdianti dan Tuslinah (2017)............................. 21 4. Data Hasil Penelitian Mayati, dkk., (2014) ............................................ 23 5. Nilai IC50 Sebelum dan Sesudah Dibuat Krim ....................................... 24 xi DAFTAR TABEL Gambar 1. Halaman Lapisan-lapisan Kulit .............................................................................. xii 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa pembentuk radikal bebas tidak dapat dihindari, di antaranya yaitu paparan sinar matahari, radiasi, racun dan polusi udara. Senyawa ini merupakan molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Elektron yang terambil akan menjadi radikal bebas baru sehingga akan terjadi reaksi berantai yang mengakibatkan kerusakan sel (Yuslianti, 2018). Radikal bebas dalam jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan tetapi dalam jumlah yang berlebih mengakibatkan stres oksidatif. Stres oksidatif didefinisikan sebagai suatu keadaan terjadinya peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS). Keadaan tersebut dapat mengurangi daya tahan tubuh, penurunan imunitas dan berbagai efek lainnya (Sinaga, 2016). Oleh karena itu, antioksidan dibutuhkan untuk menghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas (Widiastuti, 2010). Penggunaan senyawa antioksidan banyak digunakan untuk mencegah berbagai macam penyakit serta melindungi kulit dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Penggunaan antioksidan topikal banyak ditemui pada sediaan kosmetik (Trifena, 2010), salah satu sediaan yang biasa digunakan dalam sediaan topikal adalah krim. Krim adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (DepKes RI, 2014). Keuntungan penggunaan krim memiliki kemampuan penyebaran yang 1 2 baik, selain itu tipe minyak dalam air biasanya banyak digunakan karena sifatnya yang mudah dibersihkan. Salah satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas adalah metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl). DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang stabil (Tristantini, dkk., 2016). DPPH merupakan senyawa yang mengandung gugus dengan elektron tidak berpasangan (Sharma dan Bhat, 2009). Parameter dari metode DPPH adalah Inhibition Concentration 50% (IC50) atau konsentrasi yang dapat meredam aktivitas radikal bebas sebesar 50%. Suatu senyawa dikatakan memiliki aktivitas antioksidan kelompok sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kelompok kuat IC50 antara 50-100 ppm, kelompok sedang jika nilai IC50 100-150 ppm, dan kelompok lemah jika nilai IC50 antara 151-200 ppm (Tristantini, dkk., 2016). Semakin kecil nilai IC50 maka semakin besar aktivitas antioksidannya. Berdasarkan penelitian Ningsih (2017), Yuliastuti (2019), dan Susanti (2014). Daun mangga, buah pepaya dan daun katuk memiliki kandungan zat fitokimia seperti flavonoid, sehingga dapat berkhasiat sebagai antioksidan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran efektivitas antioksidan yang terkandung dalam formulasi krim ekstrak daun mangga, krim ekstrak daun katuk, dan krim ekstrak buah pepaya. 3 B. Rumusan Masalah Bagaimanakah gambaran efektivitas antioksidan bahan alam yang terkandung dalam formulasi krim dengan menggunakan metode DPPH? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran efektivitas antioksidan bahan alam yang terkandung dalam formulasi krim dengan menggunakan metode DPPH. D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai antioksidan. 2. Sebagai sumber referensi bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Radikal Bebas 1. Pengertian Radikal Bebas Radikal bebas merupakan molekul atau senyawa dapat berdiri sendiri mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Kehadiran satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan menyebabkan molekul ini mudah tertarik pada suatu medan (paramagnetik) dan menyebabkan molekul sangat rekatif. Radikal bebas akan menyerang molekul yang stabil terdekat dan mengambil elektron. Zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas baru sehingga akan terjadi reaksi berantai yang mengakibatkan kerusakan sel (Yuslianti, 2018). 2. Sifat Radikal Bebas Radikal bebas mempunyai sifat reaktivitas yang sangat tinggi yaitu kecenderungan untuk menarik elektron dan kemampuannya mengubah suatu molekul menjadi radikal bebas baru sehingga terjadi reaksi rantai, dan reaksi rantai ini baru berhenti jika radikal bebas diredam dengan antioksidan (Yuslianti, 2018) 3. Tahap Reaksi Radikal Bebas Sumber radikal bebas baik endogenus maupun eksogenus terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi. Pertama pembentukan awal radikal bebas (insiasi), lalu perambatan atau terbentuknya radikal baru (propagasi), dan tahap terkahir (terminasi), yaitu pemusnahan atau pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan tak reaktif (Yuslianti, 2018). 4 5 4. Stres Oksidatif Pada keadaan sehat keberadaan prooksidan berimbang dengan antioksidan, akan tetapi pada keadaan tertentu keseimbangan terganggu, dimana keadaan ini disebut sebagai stes oksidatif. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan biokimiawi pada jaringan (nekrosis), peristiwa stres oksidatif diduga kuat mendasari hampir semua patofisiologi penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas, termasuk kanker. Stresk oksidatif terjadi apabila ROS lebih besar dari antioksidan (Yuslianti, 2018). B. Antioksidan 1. Pengertian Antioksidan Antioksidan adalah senyawa yang mampu mengiaktivasi radikal bebas atau mengurangi efek negatif radikal bebas dalam tubuh dengan memberikan elektron untuk mencegah terjadinya penyakit seperti kardiovaskuler, jantung koroner, kanker, serta penuaan dini (Ramadhan, 2015). 2. Antioksidan Berdasarkan Sumbernya Berdasarkan sumbernya antioksidan dapat dibagi menjadi dua macam antioksidan yaitu: (Yuslianti, 2018) a. Antioksidan dalam tubuh (antioksidan enzimatik) seperti enzim superoksida dismutase, katalase, glutation perokside. b. Antioksidan non-enzimatik yang terdiri dari antioksidan dari alam (antioksidan alami) seperti flavonoid, dan antioksidan hasil sintesis 6 reaksi kimia (antioksidan sintetik) seperti Butil Hidroksi Anisol (BHA) dan Butil Hidroksi Toluen (BHT). 3. Berdasarkan Mekanisme Kerja a. Antioksidan Primer Mencegah pembentukan radikal bebas dan memutus rantai radikal dengan mendonorkan atom hidrogen sehingga lebih stabil. Antioksidan primer atau yang biasa disebut antioksidan endogenus karena prosesnya terjadi di dalam tubuh yang bisa bereaksi dengan lipid sehingga mengubah produk menjadi lebih stabil. Contohnya superoksida berfungsi untuk melindungi hancurnya sel tubuh (Ramadhan, 2015). b. Antioksidan Sekunder Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih besar. Antioksidan sekunder diantaranya adalah vitamin E, Vitamin C, Vitamin A, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buahbuahan. c. Antioksidan Tersier Antioksidan tersier merupakan antioksidan yang bekerja memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita kanker. 7 C. DPPH Radikal DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) merupakan radikal organik nitrogen yang stabil, yang memberikan efek warna ungu (Rauf, dkk., 2010). Larutan DPPH yang berwarna ungu merupakan kumpulan radikal-radikal bebas dan akan diikat oleh ion H dari senyawa antioksidan sehingga intensitas warna ungu akan turun. Penurunan intensitas warna ungu dapat diukur pada panjang gelombang 517 nm (Brand-William, dkk., 1995). 1. Pembuatan Larutan DPPH 40 ppm Pembuatan larutan DPPH dengan konsentrasi 40 ppm dibuat dengan cara menimbang sebanyak 0,004 g DPPH di masukkan ke dalam gelas kimia kemudian ditambahkan etanol 70% secukupnya diaduk hingga larut lalu di masukkan ke dalam labu ukur 100 mL lalu ditambahkan etanol 70% hingga tanda batas, digojok hingga homogen. D. IC50 (Inhibitor Concetration) IC50 adalah parameter yang digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan, dapat menghambat aktivitas radikal bebas sebesar 50%. Dalam penetapan IC50 diperlukan persamaan kurva standar dari persen inhibisi sampel sebagai sumbu y dan konsentrasi sampel antioksidan sebagai sumbu x. Kemudian dihitung nilai IC50 kedalam kurva standar sebagai sumbu y, dan kemudian dihitung nilai x sebagai konsentrasi IC50. Parameter ini menunjukan bahwa semakin tinggi aktivitas antioksidan maka semakin rendah nilai IC50 (Molyneux, 2004). 8 E. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2007). Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400750 nm (Gandjar dan Rohman, 2007). Spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak kontinu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2007). Prinsip kerja spektrofotometri UVVis yaitu apabila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian dipancarkan (Yuliaastuti, 2014). Komponen-komponen spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar monokromator dan sistem optik yaitu: 1. Sumber Sinar Lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 350-900 nm (Gandjar dan Rohman, 2007). 2. Monomakromator Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma atau grafting. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah masuk dan celah keluar 9 (Khopkar, 2007). Monokromator digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen panjang gelombang yang selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrument melewati spectrum (Gandjar dan Rohman, 2007). 3. Sel Absorpsi Pada pengukuran di daerah sinar tampak kovet kaca atau kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya (Khopkar, 2007). 4. Detektor Detektor merupakan kepingan elektronik yang disebut dengan tabung pengganda foton yang digunakan untuk mengukur intensitas radiasi yang mengenainya (Gandjar dan Rohman, 2007). Peranan detektor penerima adalah memberkan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 2007). F. Kulit 1. Pengertian Kulit Kulit adalah suatu organ dengan struktur yang cukup kompleks dan memiliki berbagai fungsi vital. Kulit merupakan organ tubuh yang memiliki luas paling besar, yaitu sekitar 1,9 m2 pada orang dewasa (Irianto, 2013). 10 Gambar 1. Lapisan-lapisan kulit (Sumber: Mescher, 2010) 2. Fungsi Kulit Sebagai alat ekskresi, kulit berfungsi mengeluarkan keringat. Fungsi kulit yang lain, antara lain melindungi tubuh terhadap gesekan, kuman, penyinaran, panas, dan zat kimia. Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga yang berfungsi sebagai pelindung, peraba atau alat komunikasi, alat pengatur suhu panas, tempat penyimpanan, alat absorpsi, dan sebagai ekskresi (Krismayanti, 2015). 3. Struktur Kulit Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan utama yaitu kulit ari (epidermis) dan kulit jangat (dermis). Kedua lapisan ini berhubungan dengan lapisan yang ada dibawahnya dengan perantara jaringan ikat bawah kulit (hipodermis/ subkutis) (Krismayanti, 2015). a. Lapisan Epidermis/ kutikua (kulit ari) Lapisan epidermis merupakan lapisan terluar, sebagian besar terdiri dari epitel skuamosayang bertingkat yang mengalami krateinisasi yang tidak 11 memiliki pembuluh darah. Lapisan epidermis terdiri dari 5 lapisan, yaitu: lapisan tanduk, lapisan bening, lapisan berbutir, lapisan taju/ stratum malphigi, lapisan tunas (Krismayanti, 2015). b. Lapisan Dermis (Kulit Jangat) Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen sellular dan folikel rambut. Dilapisi oleh membran baslis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis (Krismayanti, 2015). c. Lapisan Subkutis (Hipodermis) Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak sebagai cadangan makanan, penahan benturan, sumber energi, dan juga pembuluh darah limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju ke lapisan kulit jangat. Berfungsi sebagai tempat menimbun makanan, membentuk tubuh, dan sebagai isolator tubuh (mempertahankan panas dan melindungi tubuh dari cuaca dingin) (Krismayanti, 2015). G. Kosmetik 1. Pengertian Kosmetik Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.11.07331 tahun 2011 tentang Metode Analisis Kosmetik menyebutkan bahwa kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, 12 kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, dan mengubah penampilan, dan/atau (memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik). 2. Fungsi Kosmetik Berdasarkan kegunaannya kosmetik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kosmetik riasan (make-up) adalah kosmetik yang diperlukan untuk merias atau memperindah penampilan kulit dan kosmetik perawatan kulit atau skin care adalah kosmetik yang diutamakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan kulit, bahkan kadang-kadang untuk menghilangkan kelainan-kelainan pada kulit (Briliani, dkk., 2016). H. Krim 1. Pengertian Krim Krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu: krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2008). Sifat umum sediaan semi padat terutama krim ini adalah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim yang digunakan sebagai obat umumnya digunakan 13 untuk mengatasi penyakit kulit seperti jamur, infeksi ataupun sebagai anti radang yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Anwar, 2012). 2. Penggolongan Krim Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam- asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan krim tipe air dalam minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan krim tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum (Elmitra, 2017). 3. Bahan Penyusun Krim Bahan penyusun krim antara lain: zat berkhasiat, minyak (bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam), air (bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa), dan pengemulsi (disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat) (Elmitra, 2017). 4. Kelebihan dan Kekurangan Krim Kelebihan dan kekurangan krim menurut Elmitra (2017) yaitu: a. Kelebihan Krim 1). Mudah menyebar rata. 14 2). Praktis. 3). Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A (minyak dalam air). 4). Cara kerja langsung pada jaringan setempat. 5). Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air). 6). Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien. 7). Aman digunakan dewasa maupun anak-anak. 8). Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M. 9). Bisa digunakan dalam mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada fase A/M karena kadar lemaknya cukup tinggi. 10). Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant. 11). Bisa meningkatkan rasa lembut dan lenut pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit berminyak. b. Kekurangan Krim 1). Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan. 2). Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas. 15 I. 3). Mudah lengket, terutama tipe A/M. 4). Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas. 5). Pembuatannya harus secara aseptic. Daun Katuk Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Kandungan kimia dalam daun katuk berkhasiat untuk melindungistruktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik alami. Fungsi lainnya yaitu berperan langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi mikroorganisme seperti bakteri atau virus dan juga meningkatkan imunitas tubuh (Middleton, dkk., 2000). J. Buah Pepaya Pepaya merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidaya oleh petani dan menjadi sumber asupan buah-buahan. Buah pepaya dalam bentuk ekstrak dan fraksi sering dimanfaatkan khususnya dalam bidang kosmetika. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang berada dalam buah pepaya yaitu vitamin C, polifenol, flavonoid dan steroid (Yuliastuti, dkk., 2019). K. Daun Mangga Tanaman mangga merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat. Tanaman Mangga merupakan tanaman yang berpotensi sebagai obat 16 herbal karena mengandung senyawa metabolit sekunder, salah satu bagian tanaman mangga yang dapat digunakan sebagai obat herbal adalah daunnya. Daun mangga mengandung senyawa metabolit sekunder seperti golongan alkaloid, flavonoid, steroid, polifenol, tanin, dan saponin (Ningsih, 2017). L. Flavonoid Flavonoid adalah metabolit sekunder dari polifenol, ditemukan secara luas pada tanaman serta makanan dan memiliki berbagai efek bioaktif termasuk anti virus, antiinflamasi (Qinghu, dkk., 2016), kardioprotektif, antidiabetes, antikanker (Marzouk, 2016), antipenuaan dan antioksidan (Vanesa, dkk., 2014). Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan (Arifin dan Ibrahim, 2018). BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi literatur, yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari dan menelaah jurnal ilmiah (Singarimbun dan Effendi, 1995). Tahapan penelitian yaitu: (1) reduksi data berupa penyuntingan dan meringkas sehingga didapatkan data utama inti tulisan; (2) penyajian data, yaitu data dalam tabel deskriptif; (3) penarikan kesimpulan, melakukan verifikasi dan tinjauan ulang data yang didapat agar penarikan simpulan dilakukan dengan benar. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juni tahun 2020. B. Objek Penelitian Objek penelitian yaitu aktivitas antioksidan sediaan krim ekstrak daun mangga, krim ekstrak daun katuk dan krim ekstrak buah pepaya dengan parameter nilai IC50. C. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif yaitu analisis dengan membuat gambaran dari data-data yang terkumpul. 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pencarian literatur maka didapatkan tiga artikel yang telah memenuhi kriteria. Artikel penelitian tersebut menjelaskan tentang sifat fisik sediaan krim dan mengidentifikasi nilai IC50 pada ekstrak tumbuhan yang terkandung di dalam krim. Ringkasan literatur yang telah dipublikasikan, dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Penelitian sebelumnya Judul Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Daun Mangga (Mangifera indicia L.) Terhadap DPPH (1,1diphenyl-2picrylhydrazil) Uji Efektivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Pepaya (Carica papaya L.) Dalam Formulasi Krim Terhadap DPPH (2,2diphenyl-1-picrylhydrazil) Lusi Nurdianti dan Ira Rahmiyani Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Daun Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) Terhadap DPPH (1,1diphenyl-2picrylhydrazil). Lusi Nurdianti dan Lilis Tuslinah Peneliti Lembaga/Nama Jurnal, Tahun Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada 16 (1), 2016 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada (17) 1, 2017 Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN 1 (1), 2014 Tujuan Peneitian Untuk mengetahui sifat fisik yang baik dari sediaan krim daun mangga dengan variasi konsentrasi basis setil alkohol serta aktivitas antioksidan krim ekstrak etil asetat daun mangga DPPH Krim dengan konsentrasi 1% ekstrak daun mangga memberikan nilai IC50 sebesar 50,54 ppm dan tergolong antioksidan kuat Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia serta aktivitas antioksidan krim ekstrak etanol daun katuk Untuk mengetahui efektivitas antioksidan krim dari ekstrak metanol buah papaya DPPH Krim dengan konsentrasi 3% ekstrak daun katuk memberikan nilai IC50 sebesar 55,85 ppm dan tergolong antioksidan kuat DPPH Krim dengan konsentrasi 4,03% ekstrak buah papaya memberikan nilai IC50 sebesar 99,86 ppm dan tergolong antioksidan kuat Metode Hasil Penelitian 19 Eva Mayati, Liza Pratiwi, Bambang Wijianto 20 Penelitian Nurdianti dan Rahmiyani (2016) tentang Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Daun Mangga (Mangifera indicia L.) Terhadap DPPH (1,1-diphenyl2-picrylhydrazil) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas krim antioksidan dari ekstrak daun mangga. Sediaan krim ekstrak daun mangga dilakukan dengan melakukan variasi terhadap kandungan konsentrasi setil alkohol 7,5%, 10%, dan 12%. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Tabel 2. Data hasil penelitian Nurdianti dan Rahmiyani (2016) Krim daun mangga Konsentrasi ekstrak daun 1% mangga Konsentrasi setil alkohol 12% Uji organoleptik Baik dan stabil Uji pH 6 Uji viskositas 2356-2420 cps Berdasarkan tabel 2 bahwa krim ekstrak daun mangga yang terbaik yaitu pada konsentrasi setil alkohol 12%, lebih baik dari formula lain dengan setil alkohol 7,5%, dan 10%. Setil alkohol berfungsi sebagai agen pengemulsi dan stiffening agent yang dapat meningkatkan stabilitas dan viskositas dari sediaan krim (Rowe, dkk., 2009), sehingga konsentrasi setil alkohol 12% adalah krim yang paling baik. Sifat fisik dari krim ekstrak daun mangga dengan konsentrasi 12% menunjukan tidak ada perbedaan secara organoleptik selama 28 hari penyimpanan yaitu berwarna hijau daun dan berbau khas lemon. Uji pH pada didapatkan pH 6 yang menunjukan bahwa pH krim berada pada rentang pH kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Naibaho, dkk., 2013). Krim di pH 6 aman digunakan, karena jika pH yang terlalu asam dapat mengiritasi kulit sedangkan pH yang terlalu basa dapat membuat kulit 21 bersisik. Nilai viskositas 2356-2420 cps memenuhi syarat viskositas yang baik menurut SNI 16-4399-1996 yaitu dengan rentang nilai 2000-50.000 cps. Peningkatan nilai viskositas dapat dipengaruhi oleh setil alkohol. Menurut penelitian Rahmatika (2017) semakin tinggi konsentrasi setil alkohol akan semakin meningkat viskositas pada sediaan krim. Nurdianti dan Tuslinah (2017) juga meneliti tentang Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Daun Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) Terhadap DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas krim antioksidan dari ekstrak daun katuk. Sediaan krim ekstrak daun katuk dilakukan dengan melakukan variasi terhadap kandungan konsentrasi ekstrak daun katuk 0%, 1%, 2%, 3% dan menggunakan emulsifier dan stiffening agent setil alkohol sebesar 12%. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Tabel 3. Data hasil penelitian Nurdianti dan Tuslinah (2017) Krim daun katuk Konsentrasi 3% ekstrak daun katuk Uji organoleptik Baik dan stabil Uji pH 6 Uji viskositas 2090-2110 cps Uji tipe emulsi O/W Uji hedonik Disukai (30 penelis) Berdasarkan tabel 3, krim ekstrak daun katuk dengan sifat fisik yang terbaik yaitu pada konsentrasi ekstrak daun katuk 3%. Menurut Widyaningrum, dkk., (2012) yaitu semakin besar kadar ekstrak yang ditambahkan, konsistensi dari sediaan krim akan semakin tinggi viskositasnya. Hal ini akan mempengaruhi sifat 22 fisik dari sediaan krim, sehingga konsentrasi ekstrak daun katuk 3% adalah yang paling baik. Sifat fisik dari krim daun katuk dengan konsentrasi 3% menunjukan tidak ada perbedaan secara organoleptik selama 28 hari penyimpanan artinya tidak menunjukan perubahan terhadap warna dan bau selama penyimpanan. Uji pH pada krim didapatkan pH 6 yang menunjukan bahwa pH krim berada pada rentang pH kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Naibaho, dkk., 2013). Krim pH 6 aman digunakan, karena jika pH yang terlalu asam dapat mengiritasi kulit sedangkan pH yang terlalu basa dapat membuat kulit bersisik. Pengujian hedonik meliputi kelembutan, kelengketan, kemudahan dibersihkan dan kemudahan diratakan yang dilakukan kepada 30 penelis. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan krim ekstrak daun katuk dengan konsentrasi 3% paling disukai. Nilai viskositas krim ekstrak daun katuk sebesar didapatkan 2090 - 2110 cps di mana ini termasuk memenuhi parameter viskositas yang baik menurut SNI 16-4399-1996 yaitu dalam rentang nilai 2000 - 50.000 cps. Hasil yang diperoleh pada saat uji tipe emulsi menunjukan krim terencerkan dalam air. Hal ini membuktikan bahwa krim ekstrak daun katuk merupakan tipe o/w yang di mana tipe emulsi ini memiliki banyak keuntungan, salah satunya yaitu mudah dicuci (Daud dan Suyanti, 2017). Selanjutnya Mayati, dkk., (2014) meneliti tentang Uji Efektivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Pepaya (Carica papaya L.) dalam Formulasi Krim Terhadap DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil) dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas krim antioksidan dari ekstrak buah pepaya. Konsentrasi ekstrak buah pepaya dalam sediaan krim bervariasi 0,03%, 1,03%, 2,03%, 3,03%, 4,03% dan menggunakan 23 emulgator TEA dengan konsentrasi 1,5%. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Tabel 4. Data hasil penelitian Mayati, dkk., (2014) Krim buah pepaya Konsentrasi ekstrak 4,03% buah pepaya Uji hedonik Disukai Uji organoleptik Baik dan stabil Uji pH 7,45-7,82 Berdasarkan tabel 4, krim ekstrak buah pepaya yang memiliki sifat fisik terbaik yaitu pada konsentrasi ekstrak buah pepaya 4,03%. Menurut Widyaningrum, dkk., (2012) yaitu semakin besar kadar ekstrak yang ditambahkan, konsistensi dari sediaan krim akan semakin tinggi viskositasnya. Sifat fisik dari krim ekstrak buah pepaya dengan konsentrasi 4,03% menunjukan tidak ada perbedaan secara organoleptik selama 28 hari penyimpanan artinya tidak menunjukan perubahan terhadap warna dan bau selama penyimpanan. Uji pH pada krim didapatkan pH 7,45-7,82 yang menunjukan bahwa pH krim berada nilai pH sedikit basa. Hasil ini tidak memenuhi persyaratan pH kulit, akan tetapi nilai pH produk kulit berdasarkan SNI 15-4399-1996 tentang sediaan tabir surya, yaitu berkisar antara 4,5-8,0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pH krim ekstrak metanol buah pepaya masih memenuhi persyaratan SNI. Tabel 5. Nilai IC50 sebelum dan sesudah dibuat krim IC50 % Inhibisi 1 Ekstrak etil asetat daun mangga 21,79 ppm Krim ekstrak daun mangga 1 50,85 ppm 2 Ekstrak etanol daun katuk 32,04 ppm Krim ekstrak daun katuk 2 55,85 ppm 3 Ekstrak metanol buah pepaya 276,20 ppm 3 Krim ekstrak buah pepaya 99,86 ppm 81,17% Sumber: Nurdianti dan Rahmiyani (2016) 1 , Nurdianti dan Tuslinah (2017) 2, Mayati, dkk., (2014) 3 24 Berdasarkan tabel 5, sediaan krim esktrak daun mangga, krim ekstrak daun katuk dan krim ekstrak buah pepaya memiliki nilai IC50 masing- masing 50,54 ppm, 55,85 ppm, dan 99,86 ppm yang dikategorikan sebagai antioksidan kuat dengan rentang nilai 50-100 ppm (Tristantini, 2016). Terdapat perbedaan nilai IC50 ekstrak sebelum dan sesudah dibuat krim. Perbedaan antara nilai IC50 ekstrak dan nilai IC50 krim dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan krim sebelum diuji (Hamzah, dkk., 2014). Pada krim ekstrak buah pepaya didapatkan % peredaman 81,17%, karena krim ekstrak buah pepaya mengandung ekstrak dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar aktivitas antioksidan. % peredaman jika lebih dari 90%, menunjukan aktivitas antioksidan sangat tinggi, 50%-90% aktivitas antioksidan tinggi, 20%-50% aktivitas antioksidan sedang, kurang dari 20% aktivitas antioksidan rendah, dan 0% menunjukan tidak ada aktivitas antioksidan (Wulansari dan Chairul, 2011). Terdapat perbedaan yang cukup besar antara ekstrak metanol buah pepaya dan krim buah pepaya yaitu 276,20 ppm dan 99,86 ppm. Penelitian Mayati, dkk., (2014) tentang krim ekstrak buah pepaya dilakukan di Indonesia, sedangkan penelitian tentang tentang aktivitas anttioksidan ekstrak buah pepaya dilakukan oleh Jamuna, dkk., (2012) di India. Sehingga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai IC50 yaitu, tempat pengambilan sampel, perbedaan unsur hara, dan ketinggian permukaan laut. Formula krim tidak mempengaruhi perbedaan nilai IC50 krim dan ekstrak. Berdasarkan penelitian Hamzah, dkk., (2014). Jenis dan jumlah emulgator anionik 25 trietanolamin dengan konsentrasi 2%, 3% dan 4% maupun nonionik span 60 dan tween 60 dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4% tidak mempengaruhi efektivitas antioksidan. Tetapi yang mempengaruhi efektivitas antioksidan adalah lama penyimpanan sediaan krim. Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi juga mempengaruhi kadar zat senyawa metabolit sekunder yang ditarik. Menurut prinsip polarisasi, senyawa akan larut akan pada pelarut yang mempunyai kepolaran yang sama. Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam senyawa polar (Suryani, dkk., 2016). Ekstrak daun mangga menggunakan pelarut etil asetat yang dikatakan sebagai pelarut semi polar, kemudian ekstrak daun katuk dan ekstrak buah pepaya menggunakan pelarut lebih polar masing-masing etanol dan metanol. Dari nilai IC50 yang paling tinggi aktivitas antioksidannya yaitu ekstrak daun mangga dengan pelarut etil asetat, karena ekstrak etil asetat melarutkan lebih banyak komponen senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid. Efektivitas etil asetat yang semi polar bersatu dengan antioksidan ekstrak etil asetat daun mangga dalam menetralkan radikal bebas (Huliselan, dkk., 2015). BAB V PENUTUP A. Simpulan Sediaan krim ekstrak daun mangga 1%, krim ekstrak daun katuk 3%, dan krim ekstrak buah pepaya 4,03% memiliki nilai masing-masing 50,54 ppm, 55,85 ppm dan 99,86 ppm. Aktivitas antioksidan ketiga krim tersebut termasuk kategori kuat. B. Saran Peneliti selanjutnya dapat menggunakan literatur hasil penelitian krim dengan kadar antioksidan yang lebih kuat untuk membandingkan hasilnya. 26 DAFTAR PUSTAKA Anwar. 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat. Arifin, B dan Ibrahim, S. 2018. “Struktur, Bioaktivitas dan Antioksidan Flavonoid”. Jurnal Zarah. 6 (1): 21-29. Brand-Williams, W., Cuvelier, M.E., dan Berset, C. 1995. Use of a Free Radical Method to Evaluate Antioxidant Activity. Lebensmittel-Wissenschaft undTechnologie. Hal:25-30. Badan POM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang Metode Analisis Kosmetika. Jakarta: BPOM. Briliani, R. A., Safitri, D., dan Sudarno. 2016. “Analisis Kecenderungan Pemilihan Kosmetik Wanita di Kalangan Mahasiswi Jurusan Statistika Universitas Diponegoro Menggunakan Biplot Komponen Utama”. J. Gaussian. Sci. 5 (3): 545-551. Daud, R. S., dan Suyanti, E. 2017. “Formulasi Emulgel Antijerawat Minyak Nilam (Patchouli Oil) Menggunakan Tween 80 dan Span 80 Sebagai Pengemulsi dan HPMC Sebagai Basis Gel”. J. Mandala Pharmacon Indonesia. Sci. 3 (2): 90-95. Departeman Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V Cetakan Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Hal: 51 Elmitra. 2017. Dasar-Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid. Yogyakarta: Deepublish. Hal: 119-126. Gandjar, I. G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hamzah, N., Ismail, I., dan Saudi, A, D, A. 2014. “Pengaruh Emulgator Terhadap Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella”. Jurnal Kesehatan. 7 (2): 276-285. Huliselan, Y. M., Runtuwene, M. R. J., dan Wewengkang, D. S. 2015. “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol, Etil Asetat, dan n-Heksan dari Daun Sesewanua (Clerodendron squamatum Vahl.)”. Jurnal Ilmiah Farmasi. 4 (3): 155-163. Irianto, Koes. 2013. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Penerbit Alfabeta. 27 28 Jamuna, K. S., Ramesh, C. K., Srinivasa, T. R., dan Raghu, K. L. 2011. “In Vitro Antioxidant Studies In Some Common Friuts”. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3 (1): 60-63. Khopkar, S. M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik.. Jakarta: UI-Press. Krismayanti, L. 2015. Anatomi Fisiologi Manusia. Mataram: Institut Agama Islam Negeri Mataram. Hal: 27-33. Marzouk, M. M. 2016. “Flavonoid Constituents and Cytotoxic Activity of Erucaria Hispanica (L.) Druce Growing Wild In Egypt”. Arabian Journal Of Chemistry”. (9): 411-415. Mayati, E., Pratiwi, L., dan Wijianto, B. 2014. “Uji Efektivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Pepaya (Carica papaya L.) Dalam Formulasi Krim Terhadap DPPH (2,20 diphenyl-1-picrylhydrazil)”. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN. 1 (1): 1-11. Mescher, A. L. 2010. Junquiera’s Basic Histology Text &Atlas 12th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Middleton E., Kandaswami C., dan Theoharides, T. C. 2000. “The Effects of Plant Flavonoids on Mammalian Cells: Implications for Inflammation, Heart Disease, and Cancer”. The American Society for Pharmacology and Ecperimental Therapeutics. 52: 673-751. Molyneux, P. 2004. “The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) For Estimating Antioxidant Activity”. Songklanakarin Journal Science and Technology. 26 (2):211-219. Naibaho, O. H, Yamelan, P. V. Y., dan Wiyono. W. 2013. “Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) pada Kulit Punggung Kelinci yang Dibuat Infeksi Staphylococcus aureus”. Jurnal Ilmiah Farmasi - UNSRAT. 2 (2): 27-33. Ningsih, D. R., Zusfahair., dan Mantari, D. 2017. “Ekstrak Daun Mangga (Mangifera indica L.) sebagai Antijamur terhadap jamur Candida albicanus dan Indentifikasi Golongan Senyawanya”. Jurnal Kimia Riset. 2 (1): 61-68. Nurdianti, L., dan Rahmiyani, I. 2016. “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Mangga (Mangifera indica L.) Terhadap DPPH Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 16 (1): 50-56. Nurdianti, L., dan Tuslinah, L. 2017. “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus (L)) Terhadap DPPH”. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 17 (1): 87-97. Qinghu, W., Jinmei, J., Nayintai, D., Narenchaoketu, H., Jinging, H., dan Baiyinmuqier, B. 2016. “Antiinflammatory Effects, Nuclear Magnetic 29 Resonance Identification And High Performance Liquid Chromatography Isolation Of The Total Flavonoids From Artemisia Frigida”. Jurnal Of Food And Drug Analysis. 24: 385-391. Rauf, R., Santoso, U., dan Suparmo. 2010. “Aktivitas Penangkapan Radikal DPPH Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb.)”. Agritech. 30 (1): 55-62. Ramadhan, P. 2015. Mengenal Antioksidan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal: 4-38. Rowe, C., Raymod, S., dan Weller, P. J. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Edition Sixth. London: The Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association. Sharma, O. P., dan Bhat, T. K. 2009. “Analytical Methods dpph antioxidant assay revisited”. Food Chemistry. 113 (4): 1202-1205. Sinaga, F. A. 2016. “Stress Oksidatif dan Status Antioksidan Pada Aktivitas Fisik Maksimal”. Jurnal Generasi Kampus. 9 (2): 176-189. Singarimbun, M., dan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES. Standar Nasional Indonesia. 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI 16-4399-1996. Suryani, N. C. 2016. “Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Kandungan Total Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata)”. Jurnal ITEPA. 5 (1): 1-10. Trifena. 2010. “Analisis Uji In Vitro dan In Vivo Ekstrak Kombinasi Kulit Manggis dan Pegagan Sebagai Krim Antioksidan”. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Hal: 12. Tristantini, D., Ismawati, A., Pradana, B. T., dan Jonathan, J. G. 2016. “Pengujian Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH pada Daun Tanjung (Mimusops elengi L)”.Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan. 1: 1-16. Vanesa, M., Munhoza, R. L., Jose, R. P., Joao, A. C., Zequic, E., Leite, M., Gisely, C., Lopesa, J. P., dan Melloa. 2014. “Extraction Of Flavonoids From Tagetes Patula: Process Optimization And Screening For Biological Activity. Rev Bras Farmacogn. 24: 576-583. Widiastuti, N. 2010. “Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode Cuprac, DPPH, dan Frap Serta Korelasinya dengan Fenol dan Flavonoid pada Enam Tanaman”. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hal: 9. Widyaningrum, N., Murrukmihadi, M., dan Ekawati, S. K. 2012. “Pengaruh Konsentrasi Ekstrak etanolik daun teh hijau (Camellia sinesis L.) dalam 30 Sediaan Krim Terhadap Sifat Fisik dan Aktivitas Antibakteri”.Sains Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 4 (2): 147-156. Wulansari, D., dan Chairul. 2011. “Penapisan Aktivitas Antioksidan dan Beberapa Tumbuhan Obat Indonesia Menggunakan radikal 2,2-Diphenyl-1picrylhydrazyl (DPPH)”. Majalah Obat Tradisional. 16 (1): 22-25. Yuliastuti, D., Sari, W. Y., dan Islamiyati, D. 2019. “Skrining Fitokimia dan Fraksi Etanol 70% Daging Buah Pepaya (Carica papaya L.)”. Media Informasi. 15 (2): 110-114. Yuslianti, E. R. 2018. Pengantar Radikal Bebas dan Antioksidan. Yogyakarta: Deepublish. 31 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Alif Tri Budi, dilahirkan di Samarinda, pada tanggal 27 Agustus 1999. Penulis merupakan anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Sutomo dan Ibu Painah. Penulis menyelesaikan pendidikan resmi di SD Negeri 042 Sindang Sari pada tahun 2011. Selanjutnya Penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 32 Samarinda dan tamat pada tahun 2014. Setelah itu Penulis melanjutkan pendidikan menengah kejuruan di SMK Kesehatan Samarinda dan tamat pada tahun 2017. Kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan Prodi D-III Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda pada tahun 2017 hingga tahun 2020. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma PMI di jalan Palang Merah Indonesia dan di Rumah Sakit Umum Dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan pada tahun 2020. Kemudian Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda dengan melaksanakan tugas akhir Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGUJIAN EFEK ANTIOKSIDAN DARI SEDIAAN KRIM DENGAN METODE DPPH”.