Uploaded by User98201

etika-profesi-akuntan-makalah

advertisement
ETIKA PROFESI AKUNTAN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Topik Khusus
Dosen : Yogi Ginanjar, SE., AAk
Disusun Oleh :
Titin Kartini
14.06.1.0047
Maya Nurmayani
14.06.1.0089
Rosi Rosmiati
14.06.1.0099
(Kelompok 3 Kelas Akuntansi C)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang telah memberikan kehendak dan keridhoan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Topik Khusus
yakni dengan menyusun makalah yang membahas tentang “Etika Profesi
Akuntan”.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Serta
kami menyadari bahwa makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya
dorongan dan dukungan, bimbingan, serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penulisan dan
penyusunan makalah ini.
Akhir kata, penyusun mengucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Majalengka, April 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3 Maksud dan Tujuan ........................................................................ 6
1.3.1 Maksud .................................................................................... 6
1.3.2 Tujuan ...................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Profesi Akuntan................................................... 7
2.2 Macam-macam Profesi Akuntan .................................................... 9
2.3 Prinsip Dasar Etika Profesi Akuntan ............................................. 11
BAB III CONTOH KASUS
3.1
3.2
3.3
3.4
Alasan Gayus Melakukan Korupsi ................................................ 25
Cara Gayus Melakukan Korupsi.................................................... 26
Peran Akuntan Publik dalam Pemeriksaan Pajak .......................... 28
Analisis Kasus Gayus .................................................................... 30
BAB IV KESIMPULAN .............................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, persaingan menjadi semakin ketat dan hanya
mereka yang siap dan mempunyai bekal serta sikap profesionalisme yang
memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk
bekerja secara profesional. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki adalah
suatu keharusan agar profesi tersebut mampu bersaing di dunia usaha sekarang
ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian khusus, suatu profesi harus memiliki
etika yang merupakan aturan-aturan khusus yang harus ditaati oleh pihak yang
menjalankan profesi tersebut. Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang
sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di
Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku etis karena
selama ini perilaku etis selalu diabaikan. Etis menjadi kebutuhan penting bagi
semua profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari
hukum.
Perusahaan dalam menyusun dan memeriksa laporan keuangannya
memerlukan seorang ahli dalam bidang akuntansi. Peran akuntan dalam penyajian
informasi keuangan sangatlah besar. Akuntan merupakan orang yang ada di
belakang informasi keuangan yang disajikan oleh sebuah perusahaan. Informasi
inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan maka
1
informasi keuangan harus disajikan secara relevan dan andal. Akuntan sebagai
pihak yang bertanggung jawab dalam semestinya dapat dipercaya sebagai orang
yang berperilaku profesional dan etis sehingga hasil pekerjaannya dapat dipercaya
relevansi dan keandalannya. Pemakai informasi keuangan akan meragukan
informasi yang tersaji apabila mereka tidak mempercayai kredibilitas akuntan
dalam memproses dan menyajikan informasi keuangan (Harini, dkk, 2010).
Sebagai anggota suatu profesi, akuntan juga mempunyai tanggung jawab
untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana
mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri. Akuntan
mempunyai tanggung jawab untuk kompeten dan menjaga integritas dan obyektif
mereka. Kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis berhubungan dengan
adanya tuntunan masyarakat terhadap peran profesi akuntan, khususnya atas
kinerja akuntan publik. Masyarakat yang merupakan pengguna jasa profesi
membutuhkan seorang akuntan yang profesional. Label profesional disini
mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada
kepentingan klien dan keinginan yang tulus membantu permasalahan yang
dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat.
Etika pada dasarnya mempelajari perilaku atau tindakan seseorang dan
kelompok atau lembaga yang dianggap baik atau tidak baik. Agoes dan Ardana
(2009:74) dalam Helniyoman (2014) menambahkan bahwa ukuran untuk dapat
menilai baik atau tidaknya suatu tindakan bila dilihat dari hakikat manusia utuh
adalah dilihat dari manfaat atau kerugiannya bagi orang lain, kemampuan
2
tindakan tersebut dalam menciptakan kebahagiaan individu, dan kemampuan
tindakan tersebut dalam meningkatkan kesadaran spiritual seseorang.
Setiap profesi yang menjual jasanya kepada masyarakat membutuhkan
kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Umumnya masyarakat sangat
awam mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh profesi tersebut karena
kompleksnya pekerjaan yang dilakukan oleh profesi. Masyarakat akan sangat
menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan
pekerjaan anggota profesinya, karena dengan demikian masyarakat akan terjamin
untuk memperoleh jasa yang dapat diandalkan dari profesi yang bersangkutan.
Jika masyarakat pemakai jasa tidak memiliki kepercayaan terhadap profesi
akuntan, maka pelayanan profesi tersebut kepada masyarakat pada umumnya
menjadi tidak efektif (Satoto, 2004).
Kode etik profesi merupakan salah satu upaya dari suatu asosiasi profesi
untuk menjaga integritas profesi tersebut agar mampu menghadapi berbagai
tekanan yang dapat muncul dari dirinya sendiri atau pihak luar. Anggota profesi
seharusnya mentaati kode etik profesi sebagai wujud kontra prestasi bagi
masyarakat dan kepercayaan yang diberikannya (Rustiana dan Indri (2002), dalam
Retnowati (2002).
Di Indonesia, isu mengenai etika akuntan berkembang seiring dengan
terjadinya beberapa pelanggaran etika, baik yang dilakukan oleh akuntan publik,
akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Pelanggaran etika oleh akuntan
publik misalnya dapat berupa pemberian opini wajar tanpa pengecualian untuk
laporan keuangan yang tidak memenuhi kualifikasi tertentu menurut norma
3
pemeriksaan akuntan atau Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Pelanggaran etika oleh akuntan intern dapat berupa perekayasaan data akuntansi
untuk menunjukkan kinerja keuangan perusahaan agar tampak lebih baik dari
yang sebenarnya. Sedangkan pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan
pemerintah misalnya dapat berupa pelaksanaan tugas pemeriksaan yang tidak
semestinya karena didapatkannya insentif tambahan dalam jumlah tertentu dari
pihak yang laporan keuangannya diperiksa (Wulandari dan Sularso, 2002).
Seharusnya pelanggaran tersebut tidak akan terjadi jika setiap akuntan dan
calon akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman dan dapat menerapkan etika
secara memadai dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang akuntan yang
profesional. Dengan sikap akuntan yang profesional maka akan mampu
menghadapi tekanan yang muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak
eksternal.
Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah satu-satunya organisasi profesi akuntan
Indonesia yang beranggotakan auditor dari berbagai tipe (auditor pemerintah,
auditor intern dan auditor independen), akuntan manajemen, akuntan yang bekerja
sebagai pendidik, serta akuntan yang bekerja di luar profesi auditor.
Menurut Agoes (2012), kode etik akuntan ini dimaksudkan sebagai
pedoman dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan
publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, di instansi pemerintah, maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya.
4
Dalam kongresnya tahun 1973 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk
pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan di Indonesia.Dengan
adanya Kode Etik Akuntan Profesional diharapkan akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat kepada akuntan, serta meningkatkan kontribusi akuntan
bagi kepentingan masyarakat dan negara.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pemakai
jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku
profesionalnya. Selain itu, prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku
terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.
Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia disebutkan bahwa tujuan profesi
akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme
tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan
publik. Ikatan Akuntansi Indonesia telah berupaya untuk melakukan penegakan
etika profesi bagi akuntan. Namun, perilaku tidak etis dari para akuntan masih
tetap ada. Etika profesi berperan penting dalam membentuk tenaga–tenaga yang
profesional dengan mempertahankan kode etik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun telah membuat makalah yang
akan membahas materi mengenai hal tersebut. Makalah ini berjudul “ETIKA
PROFESI AKUNTAN”.
5
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penyusun merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan etika profesi akuntan ?
2.
Apa saja prinsip-prinsip etika profesi akuntan ?
3.
Bagaimana penerapan etika profesi akuntan terhadap suatu kasus yang terjadi
di Indonesia ?
1.3
Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Maksud dari penulisan dan penyusunan makalah ini diantaranya ialah :
1.
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Topik Khusus
2.
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam mempelajari bidang
akuntansi khususnya mengenai etika profesi akuntan
3.
Dapat mendiskusikan apabila terdapat permasalahan yang berkaitan dengan
bidang akuntansi khususnya mengenai etika profesi akuntan
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan dan penyusunan makalah ini diantaranya ialah :
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etika profesi akuntan
2.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip pada etika profesi akuntan
3.
Untuk mengetahui bagaimana penerapan etika profesi akuntan terhadap suatu
kasus yang terjadi di Indonesia
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Etika Profesi Akuntan
Pengertian Etika
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etika adalah nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
2. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan
kewajiban moral.
3. Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “etika adalah seperangkat aturan atau
norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus
dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau
segolongan masyarakat atau profesi”.
Dari asal usul kata, etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat
istiadat/ kebiasaan yang baik. Perkembangan etika yaitu studi tentang kebiasaan
manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang
menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
buruk, dan tanggung jawab. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai
perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis,
dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu
ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan
tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia,
7
etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Pengertian Akuntan
Akuntan adalah sebutan dan gelar profesional yang diberikan kepada
seorang sarjana yang telah menempuh pendidikan di fakultas ekonomi jurusan
akuntansi pada suatu universitas atau perguruan tinggi dan telah lulus Pendidikan
Profesi Akuntansi (PPAk).
Ketentuan mengenai praktik Akuntan di Indonesia diatur dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan
(Accountant) yang mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh
mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi dan telah
terdaftar pada Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Pengertian Etika Profesi Akuntan
Etika profesi akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku
perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.
Etika sebagai salah satu unsur utama dari profesi menjadi landasan bagi
akuntan dalam menjalankan kegiatan profesional. Akuntan memiliki tanggung
jawab untuk bertindak sesuai dengan kepentingan publik. Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) sebagai organisasi akuntan di Indonesia telah memiliki Kode Etik
IAI yang merupakan amanah dari AD/ART IAI dan peraturan yang berlaku, yaitu
Keputusan Menteri Keuangan No. 263/KMK.01/2014 tentang Penetapan Ikatan
8
Akuntan Indonesia sebagai Organisasi Profesi Akuntan. Kode etik tersebut perlu
untuk dimutakhirkan dengan perkembangan saat ini dan ketentuan kode etik
akuntan profesional yang berlaku secara internasional.
Ciri pembeda profesi akuntansi adalah kesediaannya menerima tanggung
jawab untuk bertindak bagi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung jawab
Akuntan Profesional tidak hanya terbatas pada kepentingan klien atau pemberi
kerja. Dalam bertindak
bagi
kepentingan
publik, Akuntan Profesional
memerhatikan dan mematuhi ketentuan kode etik ini.
2.2
Macam-Macam Profesi Akuntan
Bidang profesi akuntan dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu :
1. Akuntan Publik
Akuntan publik adalah sebuah profesi yang membuka praktik untuk melayani
kebutuhan masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan keahliannya dengan
menerima honor. Tugas seorang akuntan publik, antara lain sebagai pemeriksa
(audit) yang meliputi penyusunan sistem akuntansi, memberikan penyempurnaan
organisasi perusahaan, dan memberi nasihat-nasihat lain yang berkaitan dengan
masalah ekonomi perusahaan, misalnya membuat budget dan feasibility study
untuk memperoleh kredit. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh pemerintah.
2. Akuntan Swasta
Akuntan swasta adalah akuntan yang bekerja di perusahaan-perusahaan swasta
sebagai penasihat atau pembantu tugas-tugas pemilik atau pemimpin perusahaan
yang bersangkutan. Tugas akuntan swasta adalah mengatur pencatatan, membuat
9
laporan keuangan, dan membuat sistem akuntansi perusahaan dan pemeriksaan
intern.
3. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan
pemerintah terutama bertugas mengawasi keuangan milik negara. Badan yang
sangat membutuhkan jasa akuntan pemerintah, antara lain Badan Pemeriksa
Keuangan Negara dan Direktorat Akuntan Negara.
4. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang menjadi tenaga pengajar di perguruan
tinggi dan bertugas mengembangkan pendidikan akuntansi. Mereka umumnya
tidak semata-mata mengajar, tetapi merangkap dengan pekerjaan lain, misalnya
dengan membuka praktik untuk melayani kebutuhan masyarakat atau pihak-pihak
yang membutuhkan keahliannya.
2.3
Prinsip Dasar Etika Profesi Akuntan
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran
penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga
harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
10
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi
profesi. Tanggung jawab profesi dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya.
b. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab
kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat,
dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah
penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran
yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari
klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis
dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan
ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik.
11
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi
yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap
dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa
akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi
sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi
tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan
publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya,anggota harus secara
terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme
yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin. Kepentingan publik dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab
kepada publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di
masyarakat, di mana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien,
pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis
dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan
integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap
kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.
Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
12
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat
dan negara.
b. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya
dengan terus menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang
menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan
utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham
bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi dan sesuai
dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi
tersebut.
c. Dalam mememuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin
menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak
dengan penuh integritar, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota
memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa
terlayani dengan sebaik-baiknya.
d. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota
untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan integritas, obyektivitas,
keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota
diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa
yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan
tingkat profesionalisme yang konsisten dengan prinsip etika profesi ini.
e. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik.
Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara
13
terus-menerus
menunjukkan
dedikasi
mereka
untuk
mencapai
profesionalisme yang tinggi.
f. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan
tugasnya seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan publik, misalnya:
1) Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari
laporan keuangan yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk
mendukung pemberian pinjaman dan kepada pemegang saham untuk
memperoleh modal;
2) Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen
dalam organisasi dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan
efektivitas dari penggunaan sumber daya organisasi;
3) Auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian
internal yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan
dari pemberi kerja kepada pihak luar.
4) Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta
penerapan yang adil dari sistem pajak; dan
5) Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan
umum dalam membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik
14
dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap
jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
Integritas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
b. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan
atau peniadaan prinsip.
c. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak
terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat
yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya
dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang
berintegritas
akan
lakukan
dan
15
apakah
anggota
telah
menjaga
integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik
bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.
d. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas
dan kehati-hatian profesional.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitas adalah
suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan
atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas
yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi.
Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta
konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai
seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah.Mereka
juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi.
Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya
dan memelihara obyektivitasnya. Obyektivitas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap
adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
16
serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak
lain.
b. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam
praktik publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi
manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai
seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan.
Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam
profesi. Apapun jasa atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas
pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
c. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan
dengan aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang
cukup harus diberikan terhadap faktor-faktor berikut:
1) Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan
mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan
ini dapat mengganggu obyektivitasnya.
2) Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua
situasi dimana tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran
(reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar untuk
mengindentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak
obyektivitas anggota.
17
3) Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh
lainnya untuk melanggar obyektivitas harus dihindari.
4) Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terilbat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.
5) Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau
entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orangorang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari
situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan
sebaikbaiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa
dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi
diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka
miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk
memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan
18
profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib
melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih
kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi
masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang
diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini
mengandung
arti
bahwa
anggota
mempunyai
kewajiban
untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggung jawab profesi kepada publik.
b. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota
seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau
pengalaman yang tidak mereka punyai. Dalam semua penugasan dan dalam
semua tanggung jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk
mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa
yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti
disyaratkan oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi
menjadi 2 (dua) fase yang terpisah :
1) Pencapaian Kompetensi Profesional. Pencapaian kompetensi profesional
pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti
oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-
19
subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola
pengembangan yang normal untuk anggota.
2) Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
a) Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk
belajar
dan
melakukan
peningkatan
profesional
secara
berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
b) Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk
terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di
antaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan peraturan
lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.
c) Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa
profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.
c. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang
anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam
hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan,
anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak
lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk
menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan,
pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggung
jawab yang harus dipenuhinya.
20
d. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima
jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung jawab
untuk memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan
mematuhi standar teknis dan etika yang berlaku.
e. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan
mengawasi secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi
tanggung jawabnya.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama
melakukan
jasa
profesional
dan
tidak
boleh
memakai
atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum
dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas
kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar
anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
a. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional
21
yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah
hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.
b. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah
diberikan
atau
terdapat
kewajiban
legal
atau
profesional
untuk
mengungkapkan informasi.
c. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah
pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya
menghormati prinsip kerahasiaan.
d. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi.
Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi
selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlihat
menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan
pihak ketiga.
e. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang
penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu,
anggota tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak disetujui
(unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk
pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung jawab anggota
berdasarkan standar profesional.
f. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai
keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
22
profesional dapat atau perlu diungkapkan. Berikut ini adalah contoh hal-hal
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi
rahasia dapat diungkapkan :
1) Apabila
pengungkapan
diizinkan.
Jika
persetujuan
untuk
mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak
termasuk pihak ketiga yang kepentingannya dapat terpengaruh harus
dipertimbangkan.
2) Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di mana
anggota diharuskan oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia
adalah :
a) untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses
hukum; dan
b) untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik.
3) Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan :
a) untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan seperti
itu tidak bertentangan dengan prinsip etika ini;
b) untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam sidang
pengadilan;
c) untuk menaati penelaahan mutu (atau penelaahan sejawat) IAI atau
badan profesional lainnya;.dan
d) untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau badan
pengatur.
23
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum. Perilaku
Profesional merupakan kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan
tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf,
pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus
ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan
perundang-undangan yang relevan. Standar Teknis merupakan Standar teknis dan
standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan
oleh lkatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan
pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.
24
BAB III
CONTOH KASUS
3.1 Alasan Gayus Melakukan Korupsi
Gayus Tambunan merupakan seorang pegawai Ditjen Pajak dengan
golongan III A ditemukan memiliki kekayaan di rekeningnya sebesar Rp 25
milyar, rumah mewah di Kelapa Gading bernilai sekitar Rp 1 milyar serta mobil
mewah Mercedez Bens dan Fond Everest. Bagi pegawai pajak dengan golongan
III A tak wajar jika memiliki kekayaan sebanyak itu apalagi Gayus berasal dari
keluarga sederhana yang tinggal di sebuah gang padat penduduk di daerah
Warakas, Jakarta Utara dan baru 10 tahun dia mengabdi di Ditjen Pajak.
Gayus Tambunan pernah berurusan dengan Pengadilan Negeri Tangerang.
Dia didakwa melakukan tindak pencucian uang dan penipuan. Namun dakwaan
tersebut tidak berhasil menjeratnya ke penjara karena Pengadilan Negeri
Tangerang memberikan vonis bebas. Pasca putusan Pengadilan Tangerang, Susno
Djuadji membeberkan bahwa terdapat satu kasus dugaan korupsi dengan
ditemukannya aliran dana mencurigakan di rekening pribadi seorang pegawai
pajak. Lalu mengapa seorang Gayus bisa melakukan korupsi ?
Sebab timbulnya korupsi ialah bertambahnya jumlah pegawai negeri
dengan cepat, akibatnya gaji mereka menjadi sangat kurang. Hal ini selanjutnya
mengakibatkan perlunya pendapatan tambahan (Alatas, 1987:122). Apabila gaji
pegawai negeri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari,
mereka mungkin terpaksa menggunakan jabatan mereka untuk mengumpulkan
25
uang suap, terutama apabila risiko tertangkap dan dipecat sedikit sekali (Elliott,
1999:138).
Muliana seorang jurnalis MetroTV mengutip pendapat Paramoedya
Ananta Toer dalam salah satu buku yang ditulis oleh Koesalah Soebagyo Toer,
beliau mengatakan “Orang Indonesia ini hidup konsumtif dan kurang
berproduksi”. Korupsi terjadi karena tidak seimbangnya produksi dengan
konsumsi. Maka, selama produksi dengan konsumsi tidak seimbang, selama itu
korupsi akan terus hidup.
Jadi, berdasarkan sebab korupsi di atas, Gayus diduga melakukan korupsi
karena faktor hidup yang konsumtif dan adanya struktur birokrasi yang
berpenyakit dari sejak dulu.
3.2 Cara Gayus Melakukan Korupsi
Menurut Ketua DPR RI Marzuki Alie mengatakan bahwa Gayus itu orang
cerdas. Dia ingin mengalihkan persoalan pada persoalan lain. Gayus telah
dimanfaatkan sejumlah pihak untuk menyerang Satgas Pemberantasan Mafia
Hukum (Vivanews.com, 2011).
Kasus dugaan korupsi pajak yang dilakukan oleh Gayus mulai terkuak
bersamaan dengan pemberhentian Susno Djuadji dari kabareskrim, diduga Gayus
menerima titipan dari seorang pengusaha bernama Ade Kosasih. Namun Susno
mencurigai bahwa dana tersebut sudah dicairkan dan dibagi-bagi diantara polisi
yang melibatkan tiga orang jenderal polisi (Metrotvnews.com, 2010).
Kasus kedua Gayus yang sudah berjalan namun belum masuk pengadilan
adalah dugaan gratifikasi senilai Rp 28 milyar dan 74 milyar. Sedangkan kasus
26
ketiga karena dia keluar dari Rutan Brimob Kelapa Dua Jakarta untuk pelesiran ke
Bali. Kasus keempat tentang dugaan pemalsuan paspor (cybernews.com, 2011).
Dari beberapa kasus tersebut, Gayus berhasil menyeret nama-nama pejabat aparat
penegak hukum melalui suap sehingga menyebabkan mereka harus rela dicopot
jabatannya dan menerima sanksi hukum yang sesuai.
Gayus ”si Makelar Pajak” yang diduga menerima suap atau success fee
dari kasus-kasus sengketa pajak yang ditanganinya. Posisi Gayus saat itu adalah
sebagai staf penelaah keberatan dan banding di Ditjen Pajak. Posisi ini sangat
strategis karena Gayus-lah yang bertugas menguraikan banding ketika terjadi
sengketa pajak di hadapan hakim di persidangan Pengadilan Pajak.
Berbicara mengenai kasus pajak, dari segi akuntasi, pada laporan
keuangannya semua sudah jelas bahwa tempat pembayaran pajak melalui bank
atau kantor pos. Jadi, tidak memberikan peluang kepada petugas pajak untuk
melakukan korupsi.
Tetapi, mafia pajak atau sindikat pajak, justru memanfaatkan kelemahankelemahan peraturan yang ada. Pada tahapan-tahapan mediasi kasus-kasus antara
wajib pajak dan Dirjen Pajak. Bahkan, wajib pajak terkadang memanfaatkan
konsultan pajak yang bisa merekayasa laporan keuangannya. Jika akuntan
merekayasa laporan keuangan, maka izinnya akan dicabut dan ada aturan dalam
melakukan audit laporan keuangan, akuntan publik tidak boleh melayani sebuah
perusahaan selama empat tahun berturut-turut.
mengantisipasi rekayasa pembayaran pajak.
27
Hal itu dilakukan untuk
3.3 Peran Akuntan Publik dalam Pemeriksaan Pajak
Stigma bahwa profesi akuntan merupakan profesi yang tidak bisa
dipercaya itu tetap melekat sampai sekarang. Wajar tanpa sarat, wajar dengan
pengecualian, pendapat tidak wajar, atau pendapat tidak memberikan pendapat.
Mengingat masih ada organisasi yang bisa meminta akuntan untuk melakukan
“financial engineering” ke dalam laporan keuangannya, sehingga tampak bagus,
cantik, dan sehat. Tetapi tentu saja tidak semua akuntan publik di Indonesia itu
berlaku seperti itu. Akuntan publik yang menjunjung norma dan etika juga tidak
sedikit. Akuntan publik sebagai profesi seperti halnya profesi lain tidak steril
terhadap adanya penyimpangan. Akan ada oknum-oknum yang tidak mematuhi
rambu-rambu yang ditetapkan profesi. Jadi tidak adil dengan generalisasi bahwa
akuntan publik adalah tukang jahit sehingga dijadikan faktor penghambat untuk
dilibatkan dalam masalah perpajakan.
Sudah menjadi tugas IAI untuk segera mengakhiri stigma negatif ini atau
membiarkannya untuk selama-lamanya. Banyak kasus audit yang seharusnya bisa
ditangani oleh kantor akuntan publik lokal, tetapi diserahkan ke akuntan publik
luar. Ini bukan karena akuntan lokal lebih bodoh dari akuntan luar. Standar audit
kita adalah fotokopi dan Generelly Accepted Auditing Standard (GAAS) yang
dibuat oleh AICPA (American Institute of Publik Accountant). Yang membedakan
antara auditor kita dengan auditor luar adalah bahwa auditor kita bisa bertindak
sebagai tukang jahit, sementara auditor luar tidak. Jadi masalahnya adalah
kepercayaan.
28
Terdapat dua kelompok pemakai laporan keuangan. Pihak internal dan
pihak eksternal. Pihak internal adalah manajemen perusahaan. Sementara pihak
eksternal antara lain pemegang saham, kreditor, dan instansi pemerintah seperti
instansi pajak. Sebagai pemakai ekstern, Ditjen Pajak bisa menggunakan laporan
keuangan sesuai kepentingannya, misalnya untuk menghitung pajak terhutang
wajib pajak (WP) yang bersangkutan. Laporan keuangan itu bisa yang telah di
audit maupun tidak, tergantung kepada WP yang menyampaikannya.
Perlakuan Ditjen Pajak terhadap laporan keuangan yang disampaikan WP
adalah bebas. Artinya apakah Ditjen Pajak itu dalam menghitung pajak akan
sepenuhnya berdasarkan laporan keuangan yang dilampirkan WP dalam SPT atau
mengabaikannya dan melakukan pemeriksaan lapangan. Jadi Ditjen Pajak
mempunyai kewenangan penuh untuk mempercayai atau tidak laporan keuangan
WP. Hak Ditjen Pajak itu tetap melekat apakah dimuat dalam undang-undang atau
tidak. Apakah hak inilah yang akan diserahkan ke akuntan publik? Artinya jika
WP telah melampirkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik,
Ditjen Pajak tidak akan melakukan pemeriksaan lagi. Walaupun ada keinginan
untuk itu, sebaiknya tidak dinyatakan secara eksplisit. Tetapi dilakukan secara
diam-diam.
Paragraf pertama dari suatu laporan akuntan berbunyi demikian
“…Laporan keuangan ini merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan.
Tanggung jawab kami adalah memberikan pendapat tehadap laporan keuangan
berdasarkan hasil pemeriksaan”. Jadi akuntan publik mempunyai tanggung jawab
terhadap opini yang diberikan atas laporan keuangan yang diperiksanya. Ia tidak
29
bisa lari dari tanggung jawab jika laporan keuangan yang dikaitkan dengan
pendapatnya itu terdapat penyimpangan.
Besarnya tanggung jawab akuntan publik ini harus dilihat baik dari
perspektif WP maupun akuntan publik. Artinya apakah ketidakbenaran pendapat
akuntan publik itu disebabkan kesalahan WP atau akuntan publik. Jika memang
kesalahan itu ada di akuntan publik, maka akuntan publik harus dikenakan sanksi.
Tetapi jika ternyata kesalahan itu ada pada WP, akuntan publik harus dibebaskan
dari tanggung jawab. Menyeret ke pengadilan akuntan publik yang diduga
melakukan kecurangan merupakan sesuatu yang positif bagi profesi akuntan
secara keseluruhan. Siapa yang salah harus dihukum.
Kembali kepada kasus Gayus, dia adalah salah satu oknum pajak yang
telah memanfaatkan peluang yang ada untuk melakukan manipulasi, sehingga
telah merugikan negara. Dan wajar jika saat ini dia dijadikan tersangka kasus
mafia pajak, dan wajib untuk diadili serta diberikan hukuman yang setimpal.
3.4 Analisis Kasus Gayus
Melihat pemaparan di atas, jika dikaitkan dengan Etika Profesi Akuntansi
yang saat ini sudah disepakati oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan telah
menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pemakai
jasa akuntan, dan rekan, sehingga prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan
perilaku profesionalnya, serta prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku
terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Maka sudah bisa
30
ditebak bahwa Gayus telah melanggar prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi
tersebut, diantaranya :
1. Prinsip Pertama – Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
Tapi dalam kasus pengelapan pajak keuangan negara seorang “Gayus” telah
melupakan tanggung jawab (tidak bertanggung jawab) sebagai profesinya.
Seorang ”Gayus” sebagai pejabat perpajakan seharusnya mempunyai tanggung
jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Pejabat Perpajakan harus
selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan
profesinya,
memelihara
kepercayaan
masyarakat,
dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri secara
profesional dalam membangun bangsa.
2. Prinsip Kedua – Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
Dalam kasus ini, Gayus jelas tidak menghormati kepercayaan masyarakat luas
(kepercayaan publik). Sedangkan ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan
tanggung jawab kepada publik. Profesi pejabat ini memegang peranan yang
penting di masyarakat, dimana publik yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan
31
pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas pejabat ini dalam
memelihara berjalannya fungsi secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan
tanggung jawab pejabat terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota
secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku
pejabat
yang
bersangkutan
dalam
menyediakan
jasanya
mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara, dan semua itu tidak dilakukan oleh
pejabat perpajakan Gayus.
3. Prinsip Ketiga – Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan
profesional.
Integritas
merupakan
kualitas
yang
melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam
menguji semua keputusan yang diambilnya.
Gayus sama sekali tidak memiki integritas yang tinggi dalam hal kejujuran
karena pejabat tersebut telah membohongi publik, dalam hal perilaku pejabat
tersebut telah menggunakan kepercayaan pubik untuk memenuhi keinginan
pribadi. Integritas mengharuskan seorang pejabat untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan
dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat
yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
32
Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat
aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang
bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan
bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang berintegritas akan
lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas
mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan
etika. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas
dan kehati-hatian profesional.
4. Prinsip Keempat – Obyektivitas
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan pejabat. Prinsip obyektivitas mengharuskan bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain. Sementara
Gayus tidak menunjukkan indikasi seperti diatas karena bertentangan dengan
prinsip Obyektivitas yang mana harus bekerja dalam berbagai kapasitas yang
berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi.
Gayus telah memilah dan memilih WP yang akan memberikan keuntungan
pribadi baginya yaitu dengan menerima suap atau success fee dari mereka. Gayus
tidak kuat menerima tekanan dan godaan dari WP yang ditanganinya sehingga
mengganggu obyektivitasnya, dan Gayus tidak bisa mengukur tingkat kewajaran
yang dapat digunakan untuk menentukan standar dalam mengidentifikasi
hubungan yang mungkin akan merusak obyektivitasnya, sehingga dia tidak
mampu untuk menolak ataupun menghindarinya.
33
5. Prinsip Kelima – Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Gayus telah menyalahgunakan kompetensi dan kehati-hatian profesional
untuk tujuan pribadi yaitu meraup keuntungan yang sebanyak-banyaknya hanya
untuk kesenangan pribadi. Kompetensi dan kehati-hatian profesional itu
seharusnya digunakan dan diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan bangsa
lewat perpakajan. Kehati-hatian profesional mengharuskan pejabat untuk
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal
ini mengandung arti bahwa harus mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya
demi
kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada
publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Dalam hal
penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota
wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih
kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi
masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan
yang diperlukan memadai untuk tanggung jawab yang harus dipenuhinya. Pejabat
harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima jasa dan
publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung jawab untuk
memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar
teknis dan etika yang berlaku. Kehati-hatian profesional mengharuskan pejabat
untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama setiap kegiatan profesional
yang menjadi tanggung jawabnya.
34
6. Prinsip Keenam – Kerahasiaan
Melihat kasus terhadap penyimpangan pajak yang dilakukan pejabat
perpajakan Gayus, seharusnya kerahasiaan itu benar-benar dilakukan untuk dan
demi kepentingan pembangunan negara dan bangsa dan bukan untuk melindungi
kepentingan golongan tertentu.
Karena Gayus tidak menjaga kerahasiaan informasi dan tidak menghormati
kerahasiaan informasi tersebut. Pejabat mempunyai kewajiban untuk memastikan
bahwa staf di bawah pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan
bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan. Kerahasiaan tidaklah semata-mata
masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan pejabat yang
memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan
atau terlihat menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau
keuntungan pihak ketiga. Pejabat yang mempunyai akses terhadap informasi
rahasia tentang penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena
itu, anggota tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak disetujui
(unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk
pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung jawab anggota
berdasarkan standar profesional. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa
standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa
terdapat panduan mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai
berbagai keadaan dimana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dapat atau perlu diungkapkan.
35
7. Prinsip Ketujuh – Perilaku Profesional
Gayus sama sekali tidak menujukkan prilaku yang profesional di mata publik,
dimana prilaku profesinya jelas merugikan masyarakat bangsa dan negara.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima
jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Prinsip Kedelapan – Standar Teknis
Dalam kasus penggelapan pajak oleh pejabat perpajakan Gayus tidak
ditemukan standar teknis dan standar profesional dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya yang mana harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
tentunya bermuara pada penerimaan pendapatan negara guna pembangunan
bangsa sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Dengan standar profesi
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar profesional
yang harus ditaati adalah standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia,
International Federation of Accountants, badan pengatur, dan peraturan
perundang-undangan yang relevan.
36
BAB IV
KESIMPULAN
Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia
terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus sebagai Akuntan.
Etika sebagai salah satu unsur utama dari profesi menjadi landasan bagi
akuntan dalam menjalankan kegiatan profesional. Akuntan memiliki tanggung
jawab untuk bertindak sesuai dengan kepentingan publik. Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) sebagai organisasi akuntan di Indonesia telah memiliki Kode Etik
IAI yang merupakan amanah dari AD/ART IAI dan peraturan yang berlaku, yaitu
Keputusan Menteri Keuangan No. 263/KMK.01/2014 tentang Penetapan Ikatan
Akuntan Indonesia Sebagai Organisasi Profesi Akuntan. Kode etik tersebut perlu
untuk dimutakhirkan dengan perkembangan saat ini dan ketentuan kode etik
akuntan profesional yang berlaku secara internasional.
Bidang profesi akuntan dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu : (1)
Akuntan Publik, (2) Akuntan Swasta, (3) Akuntan Pemerintah, dan (4) Akuntan
Pendidik.
Dalam makalah terdapat pula prinsip etika profesi akuntan yang terdiri dari
delapan prinsip, yaitu :
1. Tanggung jawab profesi
2. Kepentingan publik
3. Integritas
37
4. Obyektivitas
5. Kempetensi dan kehati-hatian profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku profesional
8. Standar teknis
Contoh kasus yang dipaparkan dalam makalah ini adalah kasus mengenai
Gayus Tambunan. Ia merupakan seorang makelar pajak yang bekerja di Direktorat
Jendral Pajak dan berprofesi sebagai seorang akuntan yang bekerja pada badan
pemerintah. Dalam kasusnya yang sangat terkenal, ia telah melanggar seluruh
prinsip etika profesi akuntan, dari tanggung jawab profesi, kepentingan publik,
integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan,
perilaku profesional, sampai dengan standar teknis telah dianalisis bahwa ia tidak
mencerminkan etika profesi akuntan yang baik.
38
DAFTAR PUSTAKA
Aprianto, Eko. 2011. Etika Profesi. Universitas Gunadarma : Jakarta
http://arsipakun.blogspot.co.id/2013/01/macam-macam-profesi-dalamakuntansi.html
http://insidewinme.blogspot.com/2007/12/peran-akuntan-publik-dalampemeriksaan.html
http://wikanpre.wordpress.com/2011/10/17/etika-profesi-akuntansi/
Ikatan Akuntan Indonesia. 2016. Exprosure Draft Kode Etik Akuntan Profesional.
Komite Etika : Jakarta
Subaweh, imam. Kode Etik Akuntan Indonesia. Universitas Gunadarma : Jakarta
Indonesia
Download