MAKALAH KE-NU-AN IMPLEMANTASI SIKAP TA’ADDUL (ADIL) PADA BIDANG PROFESI APOTEKER Dosen Pengampu: Bapak Nur Cholid, M.Ag., M.Pd. Disusun Oleh Kelompok 8: 1. A. Ni’ma A. Pletari JH 18405021043 2. Baiq Aryn Mustika P 18405021010 3. Fatmawati Fatimah Syamaun 18405021061 4. Ismail Daryono 18405021066 5. Septi Putri Utami 18405021058 6. Siti Saidah 18405021020 7. Yenny Endah Sari 18405021060 8. Zainur Hamidah 18405021030 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 2018 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Dalam makalah ini kami akan membahas “Implementasi Sikap Ta’addul (Adil) dalam Bidang Profesi Apoteker”. Pmbuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari banyak pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. H. Nur Cholid, M.Ag., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan aswaja dan teman-teman yang telah bertanggung jawab dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semarang, September 2018 Penulis DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR DAFTAR ISIIII BAB I PENDAHULUAN1 A. Latar Belakang ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 2 C. Tujuan ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................ 3 A. Pengertian Aswaja ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 3 B. Sikap Ta’addul (Adil) ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 3 C. Implementasi Sikap Ta’addul (Adil) dalam Bidang Profesi Apoteker ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ BAB III PENUTUP ............................................................................................................................................ A. Kesimpulan ................................................................................................................................ B. Saran ................................................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aswaja (Ahl al-Sunnah Wa al-Jama‟ah) sebagai salah satu paradigma kegamaan yang telah lama dikembangkan dan dianut oleh masyarakat Nahdlatul Ulama (NU), khususnya harus menjadi perhatian serius untuk terus diaktualisasikan. Sebab, nilai-nilai Aswaja dapat dijadikan sebagai counter untuk membendung arus radikalisme. Melalui ideologisasi nilai-nilai Aswaja yang kemudian disosialisasikan secara massif, salah satunya melalui jalur pendidikan diharapkan dapat memberikan pemahaman masyarakat terhadap signifikansi ajaran Islam yang moderat (Masyudi Muchtar dkk, 2007 dalam Ibniyanto, 2017). Terlepas dari itu Nahdlatul Ulama menumbuhkan sikap kemasyarakatan atas dasar-dasar pendirian keagamaan salah satunya adalah sikap Ta’addul (adil) merupakan sikap menegakkan keadilan dan bersikap proporsional dalam menjalani kehidupan sehingga memiliki komitmen dan konsistensi dalam memegang prinsip kebenaran dan kebaikan diberbagai bidang kehidupan (Cholid, 2017). Sikap keagamaan inilah sebagai perwujudan dari pengalaman dan penghayatan seseorang terhadap agama, dan agama menyangkut persoalan batin seseorang, karenanya persoalan sikap keagamaan pun tak dapat dipisahkan dari kadar ketaatan seseorang terhadap agamanya. Sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara unsur kognisi (pengetahuan), afeksi (penghayatan) dan konasi (perilaku) terhadap agama diri seseorang, karenanya ia berhubungan erat dengan gejala jiwa pada seseorang (Masyudi Muchtar dkk, 2007 dalam Ibniyanto, 2017). Menurut M. Quraish Syihab, dalam al-Qur’an kata “adil” dalam berbagai bentuknya terulang 28 kali. Tema dan konteknya beragam. Salah satunya menyebutkan bahwa Allah SWT sangat mencintai kepada orang orang yang berlaku adil, terutama kepada para pemimpin yang adil. Ini kentara dari firman Allah “Dan berbuat adillah, sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang berbuat adil.” (Qs. al-Hujarat/49:9). Rasulullah SAW bersabda “(Diantara) penghuni surga ialah tiga orang : seorang penguasa yang adil,serta ahli sedekah dan mendapat bimbingan dari Allah; orang yang memiliki sifat penyanyang dan lembut hati kepada keluarga dekatnya dan setiap kepada muslim serta orang yang tidak mau meminta-minta sementara ia menanggung beban keluarga yang banyak jumlahnya.” (HR.Muslim). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana implementasi sikap Ta’addul dalam bidang keprofesian. Perkembangan profesi mengimplikasikan kepada tuntutan-tuntutan norma etik yang melandasi persoalan profesional. Profesi apoteker merupakan salah satu dari sekian profesi lain karena profesi ini sangat bersentuhan langsung dengan kesehatan masyarakat yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup kesehatan masyarakat. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian sikap Ta’addul (adil) ? 2. Apa prinsip dan karakter Ta’addul (adil) ? 3. Bagaimana implementasi sikap Ta’addul (adil) dalam bidang profesi apoteker? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui tentang pengertian sikap Ta’addul (adil). 2. Untuk mengetahui apa saja prinsip dan karakter sikap Ta’addul (adil). 3. Untuk mengetahui implementasi sikap Ta’addul (adil) dalam bidang profesi apoteker. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ahlussunnah Waljama’ah Pengertian Aswaja (Ahl al-Sunnah Wa al-Jama‟ah) secara bahasa berasal dari kata Ahlun yang artinya keluarga, golongan atau pengikut. Al-Sunnah berarti orang-orang yang mengikuti sunnah (perkataan, pemikiran atau amal perbuatan Nabi Muhammad SAW) sedangkan al-Jama‟ah adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan. Jika dikaitkan dengan madzhab, Aswaja mempunyai arti sekumpulan orang yang berpegang teguh pada salah satu imam madzhab dengan tujuan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat (Siradj. 2008 dalam Ibniyanto. 2016). Lain dengan para ulama NU di Indonesia yang menganggap Aswaja sebagai upaya pembakuan atau menginstitusikan prinsip-prinsip tawasuth (moderat), tasamuh (toleran) dan tawazun (seimbang) serta ta’adul (keadilan), yaitu Said Aqil Sirodj yang mereformulasikan Aswaja sebagai metode berfikir (manhaj al-fikr) keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berdasarkan pada proses modernisasi, menjaga keseimbangan dan toleransi. Konsep yang ditawarkan ini bertujuan untuk memberikan warna baru terhadap pemahaman Aswaja yang selama ini dianggap “final”. Munculnya pendidikan Aswaja, tentu memiliki tujuan untuk menumbuh kembangkan aqidah ahlussunnah wal jama’ah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Aswaja sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT berdasarkan faham Ahlussnnah wal jama’ah. Mewujudkan umat Islam yang taat beragama dan berakhlak mulia, yaitu umat yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, etis, jujur dan adil. B. Sikap Ta’addul (Adil) Sikap Ta’addul atau Al-I’tidal yang berarti tegak lurus, tidak condong ke kanan dan tidakcondong ke kiri, diambil dari kata al’adlu keadilan atau I’diluu = bersikap adillah. Jadi, Al-I’tidal adalah perlikau yang tidak condong ke kanan atau ke kiri serta dapat berlaku adil, dan tidak berpihak kecuali pada yang benar dan yang harus dibela. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman: Artinya : Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalia menjadi rang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS alMaidah: 8). Kata I’Tidal atau adil berasal dari bahasa Arab yang secara harfiyah berarti sama. Menurut kamus Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, berpegang kepada kebenaran dan sepatutnya. Dengan demikian,seseorang disebut berlaku adil apabila ia tidak berat sebelah dalam menilai sesuatu, tidak berpihak kepada salah satu kecuali keberpihakannya kepada siapa saja yang benar sehingga ia tidak akan berlaku sewenang-wenang. C. Implementasi Sikap Ta’addul (Adil) dalam Bidang Profesi Apoteker Dalam hidup ini untuk mencapai sesuatu dengan sukses dalam segala hal dan bidang apapun sebenarnya, selain kerja keras, usaha, dan talenta, ada satu lagi yang paling penting demi sebuah profesionalisme atau keberhasilan yaitu keadilan. Sikap Ta’addul atau Adil adalah dimana semua orang mendapat hak menurut kewajibannya. Sebagian besar orang mendefenisikan kata adil adalah suatu sikap yang tidak memihak atau sama rata, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang, tidak ada pilih kasih dan masih banyak lagi persepsi yang lainnya. Sedangkan sikap prefesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian. Jadi bisa di simpulkan bahwa sikap prefesional lebih condong ke dalam dunia kerja sedangkan siikap adil lebih condong dalam kehidupan sehari hari dan dalam mengambil sebuah keptusan. Sebagaimana Allah SWT berfirman : Artinya : Wahai orang-orang yang berfirman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupin miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha Mengetahui terhadap segala apa yang kamu kerjakan. (QS An-Nisa: 135). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa paham Aswaja yang dikembangkan melalui pendidikan, lebih dari sekedar madzhab tetapi merupakan manhajul fikr (metodologi berpikir). Hal ini tercermin dari sikap Aswaja yang mendahulukan Nash, namun juga memberikan porsi yang longgar terhadap akal, sehingga tidak gampang menganggap bid’ah berbagai tradisi dan perkara baru yang muncul dalam semua aspek kehidupan, baik aqidah, mu’amalah, akhlaq, sosial, politik, budaya dan lain-lain. Karakter Aswaja yang sangat dominan adalah selalu bisa beradaptasi dengan situasi dan kondisi. Profesional berarti anda menempatkan diri sebagai seorang yang mengerti dan paham akan tugas dan tanggung jawab pekerjaan, hubungan dan relasi kerja dengan tim lain, serta fokus dan konsisten dengan target serta tujuan organisasi. Perilaku yang cenderung individu semakin dieliminir karena tidak hanya merugikan pribadi sendiri namun dapat pula menjatuhkan performa tim. Pelayanan kefarmasian mulai berubah orientasinya dari drug oriented menjadi patient oriented. Perubahan paradigma ini dikenal dengan nama pharmaceutical care atau asuhan pelayanan kefarmasian (Kemenkes RI, 2011). Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan pola pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Pola pelayanan ini bertujuan mengoptimalkan penggunaan obat secara rasional yaitu efektif, aman, bermutu dan terjangkau bagi pasien (Depkes RI, 2008). Hal ini meningkatkan tuntutan terhadap pelayanan farmasi yang lebih baik demi kepentingan dan kesejahteraan pasien. Asuhan kefarmasian, merupakan komponen dari praktek kefarmasian yang memerlukan interaksi langsung apoteker dengan pasien untuk menyelesaikan masalah terapi pasien, terkait dengan obat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Kemenkes RI, 2011). Akibat dari perubahan paradigma pelayanan kefarmasian, Apoteker diharapkan dapat melakukan peningkatan keterampilan, pengetahuan, serta sikap sehingga diharapkan dapat lebih berinteraksi langsung terhadap pasien. Adapun pelayanan kefarmasian tersebut meliputi pelayanan swamedikasi terhadap pasien, melakukan pelayanan obat, melaksanakan pelayanan resep, maupun pelayanan terhadap perbekalan farmasi dan kesehatan, serta dilengkapi dengan pelayanan konsultasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap pasien serta melakukan monitoring terkait terapi pengobatan pasien sehingga diharapkan tercapainya tujuan pengobatan dan memiliki dokumentasi yang baik (Depkes RI,2008). Apoteker harus menyadari serta memahami jika kemungkinan untuk terjadinya kesalahan pengobatan (Medication Error) dalam proses pelayanan kefarmasian dapat terjadi sehingga diharapkan Apoteker dapat menggunakan keilmuannya dengan baik agar berupaya dalam melakukan pencegahan dan meminimalkan masalah tentang obat (Drug Related Problem) dengan membuat keputusan yang tepat dan profesional agar Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum. Perkembangan diatas dapat menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan bagi Apoteker untuk maju meningkatkan kompetensinya sehingga dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian secara komprehensif dan simultan baik yang bersifat manajerial maupun farmasi klinik. Dalam pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, maka profesi apoteker harus berlaku adil kepada pasien. Tidak boleh ada perlakuan khusus/istimewa terhadap pasien atas dasar apapun. Pasien mempunyai hak untuk dilayani secara adil. Dalam hal ini profesi apoteker harus memegang teguh prinsip kedua dari primafacie ini yaitu adil. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien tidak boleh ada diskriminasi atau perlakuan khusus berbasiskan pada ras, agama, jabatan dan lainnya. Perlakuan khusus akan dilakukan hanya jika dalam resep tertulis bahwa resep harus segera dikerjakan atau diserahkan kepada pasien, dengan pertimbangan keadaan kesehatan pasien yang membahayakan (cito atau periculum in mora) (Dumadi, 2016). Suatu contoh kasus dalam bersikap Ta’addul (Adil). Pada suatu rumah sakit di Instalasi Farmasi seorang Apoteker dihadapi dengan sebuah kendala dimana harus membuat jadwal sift malam kepada dua orang Asisten Apoteker. Kendala yang dihadapi yaitu ada Asisten Apoteker (A) yang baru saja memiliki bayi yang berusia 5 bulan dan seorang Asisten Apoteker (B) yang belum menikah. Berdasarkan kasus tersebut dalam 1 minggu Asisten Apoteker harus memiliki jadwal sift malam sebanyak 2 kali. Sehingga seorang Apoteker ini harus membuat jadwal sift malam yang secara adil dan tidak pilih kasih terhadap ke dua Asisten Apoteker tersebut. Agar tidak terjadi kesalahpahaman Apoteker mengadakan musyawarah kepada seluruh pegawai di Intalasi Farmasi agar mereka dapat memahamai bahwa hak dan kewajiban harus berjalan secara adil. Dalam contoh kasus tersebut keadilan memang harus dimiliki dalam diri seseorang, keadilan adalah dambaan setiap orang, ingin diperlakukan adil sebagaimana yang lainnya, tidak ada kata pembedaan-bedaan. Jika keadilan ini terwujud semestinya, maka ketertiban dan kedamaian akan menjadi balasan atas apa yang kita perbuat. Contoh lain implementasi sikap adil (Ta’addul) dalam keprofesian yaitu mengenai pelayanan BPJS. Kepuasan pasien BPJS dan non BPJS berbeda, hasil penelitian kepuasan pasien di Wonogiri pada tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kepuasan pasien BPJS dan pasien non BPJS di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, dengan hasil tingkat kepuasan pasien non BPJS lebih baik dibandingkan dengan pasien BPJS. Dalam mengukur tingkat kepuasan pasien dapat dijelaskan bahwa masih terdapat beberapa macam pelayanan yang belum memuaskan, salah satunya yaitu ketidakpuasan pasien BPJS terhadap petugas yang tidak adil dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga pasien BPJS merasa kurang puas dengan layanan yang diberikan. Oleh karena itu sebagai Apoteker harus tetap adil dalam memberikan pelayanan kepada pasien BPJS ataupun non BPJS sehingga pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan lancer sesuai dengan kode etik apoteker. Dalam bidang profesi apoteker sendiri sikap adil dan profesionalsime dalam menjalankan tugas sangat dibutuhkan baik sesama apoteker, tenaga medis lain atau terhadap pasien, sesuai dengan kompetensi dari masing-masing tenaga kesehatan tersebut. Profesi Apoteker sendiri memiliki kode etik apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian dan harus dipatuhi oleh setiap individu. Dalam pelayanan kefarmasian kepada masyarakat yang terdapat pada BAB II pasal 9, seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat, menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani, maka profesi apoteker harus berlaku adil kepada pasien. Tidak boleh ada perlakuan khusus atau istimewa terhadap pasien atas dasar apapun. Pasien mempunyai hak untuk dilayani secara adil. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien tidak boleh ada diskriminasi atau perlakuan khusus berbasiskan pada ras, agama, jabatan dan lainnya. Perlakuan khusus akan dilakukan hanya jika dalam resep tertulis bahwa resep harus segera dikerjakan atau diserahkan kepada pasien, dengan pertimbangan keadaan kesehatan pasien yang membahayakan (cito atau periculum in mora). Sesuai pasal 10 BAB III dalam kode etik apoteker yaitu seorang apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Oleh karena itu konsepsi ASWAJA yang bercirikan sikap adil ini juga sangat dibutuhkan. Pekerjaan apoteker merupakan pekerjaan yang membutuhkan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, sehingga dengan kerjasama yang baik akan memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien. Sikap adil disini misalnya dalam membagi tugas dan tanggungjawab tidak membebankan kepada salah satu pihak lebih berat dari yang lain. Saling membantu dan menghomarti tanpa membedakan status jabatan dan usia. Dari sikap Adil sendiri kita akan mendapatkan keamanan di dunia dan akhirat, mendapat keridhoan Allah SWT. Menjadikan pribadi yang mulia (tidak mementingkan diri sendiri) ,memiliki belas kasihan, bijak/tegas dan berani mengambil resiko. DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an Cholid Nur. 2007. Pendidikan Ke-Nu-an Konsepsi Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah. Semarang: CV Presisi Cipta Media. Depkes RI. 2008. petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Dumadi, W., 2016, Malpraktik Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian, Tesis, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Ibniyanto. 2017. Implementasi Pembelajaran Aswaja dalam Pembentukan Perilaku Sosial dan Keagamaan Peserta Didik. Tesis. Kemenkes RI. 2011. Profil Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No.72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rmah Sakit. Sari, P.A., 2015, Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien BPJS Dengan Pasien Umum Di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Skripsi, Universitas Muhamadiyah Surakarta.