Open Course Selamat Belajar Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu (1) (Besaran Listrik, Model Sinyal, Model Piranti) Oleh: Sudaryatno Sudirham Pengantar Dalam kuliah ini dibahas analisis rangkaian listrik di kawasan waktu dalam kondisi mantap. Kuliah ini merupakan tahap awal dalam mempelajari analisis rangkaian listrik. Isi Bab 1 Pendahuluan Bab 2: Besaran Listrik dan Model Sinyal Bab 3: Pernyataan Sinyal dan Spektrum Sinyal Bab 4: Model Piranti Pasif Bab 5: Model Piranti Aktif Pendahuluan • Banyak kebutuhan manusia, seperti: – Sandang – Pangan – Papan – Kesehatan – Keamanan – Energi – Informasi – Pendidikan – Waktu Senggang – dll. Sajian kuliah ini terutama terkait pada upaya pemenuhan kebutuhan ini Pendahuluan Penyediaan Energi Listrik Energi yang dibutuhkan manusia tersedia di alam, namun tidak selalu dalam bentuk yang dibutuhkan. Energi di alam terkandung dalam berbagai bentuk sumber energi primer misalnya air terjun, batubara, sinar matahari, angin dan lainnya. Selain daripada itu, sumber energi tersebut tidak selalu berada di tempat di mana energi dibutuhkan. Oleh karena itu diperlukan konversi (pengubahan bentuk) energi. Energi di alam yang biasanya berbentuk non listrik, dikonversikan menjadi energi listrik. Dalam bentuk listrik inilah energi dapat disalurkan dan didistribusikan dengan lebih mudah ke tempat ia diperlukan. Di tempat tujuan ia kemudian dikonversikan kembali ke dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya energi mekanis, panas, cahaya. Pendahuluan Penyediaan energi listrik dilakukan dengan serangkaian tahapan sbb: Transmisi dan Distribusi Energi Konversi Energi GENERATOR BOILER TURBIN TRANSFORMATOR GARDU DISTRIBUSI Pendahuluan energi kimia diubah menjadi energi panas energi panas diubah menjadi energi mekanis GENERATOR BOILER TURBIN TRANSFORMATOR energi mekanis diubah menjadi energi listrik GARDU DISTRIBUSI energi listrik diubah menjadi energi listrik pada tegangan yang lebih tinggi Pendahuluan energi listrik ditransmisikan GENERATOR BOILER TURBIN TRANSFORMATOR GARDU DISTRIBUSI pelanggan tegangan tinggi pelanggan tegangan menengah pelanggan tegangan rendah Pendahuluan Penyediaan Informasi Demikian pula halnya dengan informasi. Informasi yang dibutuhkan manusia berada dalam berbagai bentuk dan tersedia di di berbagai tempat, tidak selalu berada di tempat di mana informasi dibutuhkan. Oleh karena itu diperlukan konversi informasi. Berbagai bentuk informasi dikonversikan ke dalam bentuk sinyal-sinyal listrik. Sinyal listrik hasil konversi ini disalurkan ke tempat ia dibutuhkan. Sampai di tempat tujuan sinyal tersebut dikonversikan kembali ke dalam bentuk-bentuk yang dapat ditangkap oleh indera manusia ataupun dimanfaatkan untuk suatu keperluan lain (pengendalian misalnya). Dengan cara itulah kita dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di belahan bumi yang lain dalam waktu yang hampir bersamaan dengan berlangsungnya kejadian, tanpa harus beranjak dari rumah. Konversi informasi dari bentuk aslinya ke bentuk sinyal listrik maupun konversi balik dari sinyal listrik ke bentuk yang dapat ditangkap indera, dilakukan dengan memanfaatkan komponen-komponen elektronika. Pendahuluan Penyediaan Informasi Pendahuluan Pemrosesan Energi dan Pemrosesan Informasi dilaksanakan dengan memanfaatkan rangkaian listrik Rangkaian listrik merupakan interkoneksi berbagai piranti yang secara bersama melaksanakan tugas tertentu Pendahuluan Rangkaian listrik di atas meja Rangkaian listrik di atas pulau Pendahuluan Untuk mempelajari perilaku suatu rangkaian listrik kita melakukan analisis rangkaian listrik Untuk keperluan analisis itu, rangkaian listrik yang ingin kita pelajari kita pindahkan ke atas kertas dalam bentuk gambar. Piranti-piranti dalam rangkaian listrik kita nyatakan dengan menggunakan simbol-simbol Gambar yang kita buat itu kita sebut diagram rangkaian, yang biasa disebut dengan singkat rangkaian. Pendahuluan + Piranti Simbol Piranti Perubahan besaran fisis yang ada dalam rangkaian kita nyatakan dengan model matematis yang kita sebut Perilaku piranti kita nyatakan dengan model matematis yang kita sebut model sinyal model piranti Pendahuluan Analisis rangkaian listrik dapat dilakukan di kawasan waktu, fasor, ataupun kawasan s. Analisis di Kawasan Fasor Analisis di Kawasan s (Transf. Laplace) Sinyal Sinus & Bukan Sinus Sinyal Sinus Sinyal Sinus & Bukan Sinus Keadaan Mantap Keadaan Mantap Keadaan Mantap Analisis di Kawasan Waktu Keadaan Transien Tahapan pertama kuliah kita Keadaan Transien Pendahuluan Struktur Dasar Rangkaian Listrik + Bagian yang aktif memberikan daya (sumber) Penyalur daya Bagian yang pasif menyerap daya (beban) daya yang dikirim oleh sumber > daya yang diterima beban tegangan sumber > tegangan beban Pendahuluan + CONTOH Agar beban menerima daya sebesar 100000 watt atau 100 kilowatt (100 kW), sumber harus mengeluarkan daya lebih besar dari 100 kW, misalnya sebesar 105000 watt atau 105 kW. Hal ini berarti saluran menyerap daya sebesar 5 kW. Terjadi susut daya sebesar 5 % di saluran. Susut daya yang terjadi di saluran merupakan peristiwa alamiah: sebagian energi yang dikirim oleh sumber berubah menjadi panas di saluran Pendahuluan Jika saluran dianggap ideal (tidak menyerap daya) maka Struktur Dasar Rangkaian Listrik menjadi: + Pendahuluan + +++ Dalam kenyataan, rangkaian listrik tidaklah sederhana Pada jaringan penyalur daya listrik, sumber mengeluarkan daya sesuai dengan permintaan beban. tidak normal Jaringan listrik perlu dilindungi dari berbagai kejadian yang dapat menyebabkan terjadinya Pada rangkaian penyalur informasi, dayategangan. sumber terbatas. Oleh kelebihan arus atau kelebihan karena itu alih daya ke beban perlu diusahakan maksimal. Jaringan perlu sistem proteksi yaitu Alih daya ke lebih beban akan maksimal jika tercapai proteksi arus dan proteksi tegangan lebih. matching (kesesuaian) antara sumber dan beban. Jaringan listrik juga memerlukan sistem pengendali untuk mengatur aliran energi ke beban. Pendahuluan Keadaan transien + Kondisi operasi jaringan tidak selalu mantap. Pada waktu-waktu tertentu (misalnya beberapa saat yang pendek setelah penutupan ataupun pembukaan saklar) bisa terjadi keadaan peralihan atau keadaan transien. Dalam keadaan transien, besar dan bentuk tegangan dan arus tidak seperti keadaan dalam keadaan mantap. Keadaan mantap adalah keadaan setelah peristiwa transien menghilang, yaitu setelah saklar lama tertutup atau telah lama terbuka. Pendahuluan Contoh tegangan dantransien arus transien Contoh tegangan 30 v [V] i vs12 20 10 v -20 -30 12 12e1000t [V] 0 [A] -10 0 v i t 20 0 4 6 t [s] 8 0.002 0.004 Tegangan di suatu piranti tertentu Tegangan sumber vs memerlukan waktu merupakan sekitar 0,004tegangan detik untuk sinusoidal. meningkat dari 0 V Tegangan sebelum (v)mencapai dan arus nilai (i) di mantap pirantikeadaan memerlukan waktu 12 nilai V. untuksebesar mencapai mantapnya yang akan berbentuk sinusoidal juga. 10 [ms] Pendahuluan Landasan Untuk Melakukan Analisis Hukum Ohm Hukum Kirchhoff Hukum-Hukum Rangkaian Kaidah-Kaidah Rangkaian Teorema Rangkaian Metoda-Metoda Analisis Rangkaian Ekivalen Kaidah Pembagi Tegangan Kaidah Pembagi arus Transformasi Sumber Metoda Analisis Dasar Reduksi Rangkaian Unit Output Superposisi Rangkaian Ekivalen Thevenin Rangkaian Ekivalen Norton Proporsionalitas Superposisi Thevenin Norton Substitusi Milmann Tellegen Alih Daya Maksimum Metoda Analisis Umum Metoda Tegangan Simpul Metoda Arus Mesh Pendahuluan Hukum-Hukum Rangkaian Analisis rangkaian listrik dilakukan berbasis pada dua hukum dasar: Hukum Ohm dan Hukum Kirchhoff Hukum Arus Kirchhoff (HAK) atau Kirchhoff’s Current Law (KCL) Hukum Tegangan Kirchhoff (HTK) atau Kirchhoff’s Voltage Law (KVL) Pendahuluan Proporsionalitas X masukan + Y keluaran Hubungan antara masukan dan keluaran dapat dinyatakan dengan suatu diagram yang disebut diagram blok x K y y=Kx Jika K bernilai konstan, rangkaian disebut sebagai rangkaian linier Pendahuluan Theorema Thévenin X masukan + Y keluaran Rangkaian dapat dipandang sebagai terdiri dari dua seksi, yaitu seksi sumber dan seksi beban Seksi sumber adalah bagian rangkaian yang mengandung sumber (yang mungkin ada beberapa sumber di dalamnya). Seksi beban adalah bagian rangkaian mengandung beban. Jika seksi sumber adalah linier, seksi sumber ini dapat digantikan oleh suatu rangkaian yang hanya terdiri dari saru sumber (VTH) dan satu elemen rangkaian saja (RTH), yang disebut Rangkaian ekivalen Thévenin VTH + RTH Seksi beban boleh linier boleh pula tidak linier Pendahuluan Metoda Analisis Metoda rangkaian ekivalen Thevenin merupakan salah satu metoda dasar dalam analisis rangkaian listrik. Metoda dasar yang lain adalah metoda reduksi rangkaian. metoda unit output, dan metoda superposisi. Metoda dasar sesuai untuk digunakan dalam analisis secara manual pada rangkaian-rangkaian sederhana. Untuk rangkaian yang agak rumit digunakan metoda umum, yaitu metoda tegangan simpul (node voltage method) ataupun metoda arus mesh (mesh current method). Untuk rangkaian yang sangat rumit digunakan cara analisis berbantuan komputer dengan program yang disusun berbasiskan metoda umum. Pendahuluan Pada dasarnya aplikasi metoda umum akan memberikan kepada kita satu set persamaan linier dan kita melakukan perhitunganperhitungan aljabar linier. CONTOH satu set persamaan linier 4v A 8v B 15 4v A 8v B 15 v A vB 2 4v A 4v B 8 Selanjutnya bacalah vBLinier” 1,75 4vB 7 “Matriks dan Persamaan v A 2 1,75 0,25 dapat dituliskan dalam bentuk matriks: 4v A 8v B 15 v A vB 2 4 8 v A 15 1 1 v 2 B Besaran Listrik Besaran Listrik Dua besaran fisika yang menjadi besaran dasar dalam kelistrikan adalah Muatan [satuan: coulomb] Energi [satuan: joule] akan tetapi kedua besaran dasar ini tidak dilibatkan langsung dalam pekerjaan analisis Yang dilibatkan langsung dalam pekerjaan analisis adalah arus coulomb/detik [ampere] tegangan joule/coulomb [volt] daya joule/detik [watt] ketiga besaran ini mudah diukur sehingga sesuai dengan praktek engineering Besaran Listrik Perubahan besaran fisis yang ada dalam rangkaian kita nyatakan dengan model matematis yang kita sebut model sinyal. Peubah-peubah sinyal dalam analisis rang kaian adalah arus, tegangan, dan daya. Tiga peubah sinyal ini tetap kita sebut sebagai sinyal, baik untuk rangkaian yang bertugas melakukan pemrosesan energi maupun pemrosesan sinyal. Kita akan melihat bahwa rangkaian yang akan dipelajari terbatas pada rangkaian dengan sinyal waktu kontinyu atau sinyal analog dan rangkaiannya kita sebut rangkaian analog. Dalam bab ini kita akan memahami bahwa pengolahan peubah sinyal harus memperhatikan referensi sinyal. Kita juga akan memahami berbagai bentuk gelombang sinyal dan pernyataan-pernyataannya. Setelah selesai mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu menyatakan bentuk gelombang sinyal baik secara grafis maupun matematis; mahasiswa juga mampu mencari nilai rata-rata dan nilai efektif suatu bentuk gelombang sinyal. Peubah Sinyal Peubah Sinyal Besaran yang dilibatkan langsung dalam pekerjaan analisis disebut peubah sinyal yaitu: arus dengan simbol: i satuan: ampere [ A ] (coulomb/detik) tegangan dengan simbol: v satuan: volt [ V ] (joule/coulomb) daya dengan simbol: p satuan: watt [ W ] (joule/detik) Hubungan antara arus, tegangan, daya, dengan muatan dan energi: dq i= dt dw v= dq dw p= dt Peubah Sinyal • Sinyal listrik pada umumnya merupakan fungsi waktu, t, dan dapat kita bedakan dalam dua macam bentuk sinyal yaitu – sinyal waktu kontinyu atau sinyal analog – sinyal waktu diskrit Sinyal waktu diskrit mempunyai nilai hanya pada t tertentu yaitu tn dengan tn mengambil nilai dari satu set bilangan bulat Sinyal waktu kontinyu mempunyai nilai untuk setiap t dan t sendiri mengambil nilai dari satu set bilangan riil Dalam kuliah ini kita hanya membahas rangkaian yang berisi sinyal analog Peubah Sinyal v(t) Sinyal waktu kontinyu (sinyal analog) 0 t v(t) Sinyal waktu diskrit 0 t Referensi Sinyal Perhitungan-perhitungan dalam analisis bisa menghasilkan bilangan positif ataupun negatif. Tanda positif dan negatif tergantung dari pemilihan referensi sinyal yang akan memiliki arti fisis. tegangan diukur antara dua ujung piranti + piranti arus melewati piranti Dalam menentukan referensi sinyal, kita menganut Konvensi Pasif yaitu: Arah arus digambarkan masuk ke elemen pada titik yang bertanda “+”. Dengan konvensi pasif ini maka: daya positif berarti piranti menyerap daya daya negatif berarti piranti memberikan daya Referensi Sinyal Referensi tegangan dinyatakan dengan tanda “+” dan “” di ujung simbol piranti; ujung dengan tanda “+” dianggap memiliki tegangan (potensial) lebih tinggi dibanding ujung yang bertanda “”. Jika dalam perhitungan diperoleh angka negatif, hal itu berarti tegangan piranti dalam rangkaian sesungguhnya lebih tinggi pada ujung yang bertanda “”. Referensi arus dinyatakan dengan anak panah. Arah anak panah dianggap menunjukkan arah positif arus. Jika dalam perhitungan diperoleh angka negatif, hal itu berarti arus pada piranti dalam rangkaian sesungguhnya berlawanan dengan arah referensi. Suatu simpul (titik hubung dua atau lebih piranti) dapat dipilih sebagai titik referensi tegangan umum dan diberi simbol “pentanahan”. Titik ini dianggap memiliki tegangan nol. Tegangan simpul-simpul yang lain dapat dinyatakan relatif terhadap referensi umum ini. referensi arus A i1 1 i2 B 2 + v1 + v2 + v3 3 G referensi tegangan piranti i3 referensi tegangan umum (ground) Referensi Sinyal CONTOH: (isilah kotak yang kosong) Piranti v [V] i [A] A 12 5 B 24 -3 C 12 E 72 -4 D 24 p [W] 96 72 menerima/ memberi daya Bentuk Gelombang Sinyal Bentuk Gelombang Sinyal Bentuk gelombang adalah suatu persamaan atau suatu grafik yang menyatakan sinyal sebagai fungsi dari waktu. Ada dua macam bentuk gelombang, yaitu: Bentuk Gelombang Dasar Bentuk Gelombang Komposit Hanya ada 3 macam bentuk gelombang dasar yaitu: Bentuk gelombang komposit merupakan kombinasi (penjumlahan, pengurangan, perkalian) dari bentuk gelombang dasar. Anak tangga (step) Eksponensial Sinus Bentuk Gelombang Sinyal • Tiga Bentuk Gelombang Dasar v • Contoh Bentuk Gelombang Komposit v v 1,2 1,2 00 t Anak tangga t20 0 00 0 t20 -1,2 -1,2 Sinus teredam Eksponensial ganda v 1,2 0 0 20 -1,2 t Sinus v v 0 0 t Deretan pulsa v Gelombang persegi 1,2 0 0 0 Eksponensial v v t t 20 0 Gigi gergaji t 0 t Segi tiga Bentuk Gelombang Dasar Fungsi Anak-Tangga ( Fungsi Step ) v v u (t ) 0 untuk t 0 1 0 t VA v v V Au (t ) 0 untuk t 0 0 t VA v 0 Ts 1 untuk t 0 V A untuk t 0 Amplitudo = 1 Muncul pada t = 0 Amplitudo = VA Muncul pada t = 0 v V Au (t Ts ) 0 untuk t 0 t V A untuk t Ts Amplitudo = VA Muncul pada t = Ts Bentuk Gelombang Dasar Gelombang Eksponensial v VA v [VA e 0.368VA 0 1 2 3 4 5 t / t / ] u(t ) Amplitudo = VA : konstanta waktu Pada t = sinyal sudah menurun sampai 36,8 % VA. Pada t = 5 sinyal telah menurun sampai 0,00674VA , kurang dari 1% VA. Kita definisikan durasi (lama berlangsungnya) suatu sinyal eksponensial adalah 5. Makin besar konstanta waktu, makin lambat sinyal menghilang. Bentuk Gelombang Dasar Contoh v1 (t ) 5e t / 2u (t ) V 10 Konstanta waktu = 2 v [V] 5 v2 v2 (t ) 10 e t / 2u (t ) V v3 Konstanta waktu = 2 v1 0 0 5 t [detik] 10 v3 (t ) 10 e t / 4u(t ) V Konstanta waktu = 4 Makin besar konstanta waktu, makin lambat gelombang menurun Bentuk Gelombang Dasar Gelombang Sinus v T0 VA -2 T0 v 1,2 VA 0 t VA -2 00 V-1,2 A -1,2 v VA cos[2(t Ts ) / To ] v = VA cos(2 t / To) ( Nilai puncak pertama terjadi pada t = 0 ) Dapat ditulis ( Nilai puncak pertama terjadi pada t = TS ) v VA cos[2 t / To ] dengan 2 Karena frekuensi siklus f 0 1 T0 2 dan frekuensi sudut 0 2f 0 T0 t TS maka Ts (sudut fasa) T0 v V A cos[2 f 0 t ] atau v V A cos[0 t ] Bentuk Gelombang Komposit Fungsi Impuls Dipandang sebagai terdiri dari dua gelombang anak tangga v 0 v 0 A t T1 T2 A v Au t T1 t T1 A T2 Muncul pada t = T1 v Aut T2 Muncul pada t = T2 v Au t T1 Au t T2 Bentuk Gelombang Komposit Impuls satuan v Impuls simetris thd sumbu tegak Lebar impuls diperkecil dengan mempertahankan luas tetap 1 Impuls simetris thd sumbu tegak Luas = 1 0 Lebar impuls terus diperkecil sehingga menjadi impuls satuan dengan definisi: v (t) t 0 t v (t ) 0 untuk t 0 1 untuk t 0 Bentuk Gelombang Komposit Fungsi Ramp v r(t) ramp berubah secara linier muncul pada t = 0 t 0 v(t ) r (t ) t u(t ) Kemiringan = 1 Fungsi Ramp Tergeser r r(t) t ramp rerubah secara linier muncul pada t = T0 r(t ) K t T0 ut T0 0 T0 Kemiringan fungsi ramp Bentuk Gelombang Komposit Sinus Teredam v sin(t ) VAet / u (t ) = VA sint e t / u (t ) Faktor yang menyebabkan penurunan secara eksponensial VA v 0,5 0 0 Fungsi sinus beramplitudo 1 Fungsi eksponensial beramplitudo VA Maksimum pertama fungsi sinus < VA -0,5 5 10 15 20 t 25 Bentuk Gelombang Komposit CONTOH: (bentuk gelombang anak tangga dan kompositnya) v1 a). v1 = 4 u(t) V v2 b). 1 2 3 4 5 4V 0 c). v3 4V 1V 0 0 3V t v3 = 4u(t)3u(t2) V t 1 2 3 4 5 Dipandang sebagai terdiri dari dua gelombang anak tangga t v2 = 3 u(t2) V v3 4V 0 va = 4u(t) V t 1 2 3 4 5 vb = 3u(t2) V Bentuk Gelombang Komposit Dipandang sebagai terdiri dari tiga gelombang anak tangga d). v4 v = 4u(t)7u(t2)+3u(t5) V 4 4V 0 3V t 1 2 3 4 5 6 v4 va = 4u(t) V 4V vc = 3u(t5) V t 0 1 2 3 4 5 6 7V vb = 7u(t2) V Bentuk Gelombang Komposit CONTOH: (fungsi ramp dan kompositnya) a). v1 4V 0 v1 = 2t u(t) V b). v2 0 t 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 t 4V 2(t2) u(t2) V 2tu(t) V c). v3 4V 0 2tu(t) 2(t2) u(t2) V t 1 2 3 4 5 6 Dipandang sebagai terdiri dari dua fungsi ramp v3 4V 0 t 1 2 3 4 5 6 2(t2) u(t2) V Bentuk Gelombang Komposit CONTOH: (fungsi ramp dan kompositnya) d). v4 v4 4V 4V 0 t 1 2 3 4 5 6 0 2tu(t) V t 1 2 3 4 5 6 2(t2) u(t2) V 2tu(t) 4(t2)u(t-2) V v5 e). 4V 0 2tu(t) 2(t2)u(t2) 4u(t5) 2tu(t) 2(t2) u(t2) V v6 f). 4V 2tu(t) 2(t2)u(t2) 4u(t2) t 1 2 3 4 5 6 t 1 2 3 4 5 6 Bentuk Gelombang Komposit CONTOH: sinus teredam 10 10 V5 5 00 v1 v2 t [detik] 0 0 0.1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.4 0.3 0.4 -5-5 -10 -10 sinus v1 10 cos50 (t 0,020 ) u (t ) V sinus teredam v2 10 cos50(t 0,020) e t / 0,1 u(t ) V yang dapat diabaikan nilainya pada t > 0,5 detik Pernyataan Gelombang Sinyal Pernyataan Gelombang Sinyal • • • • • Sinyal periodik & Sinyal Aperiodik Sinyal Kausal & Non-Kausal Nilai sesaat Amplitudo Nilai amplitudo puncak ke puncak (peak to peak value) • Nilai puncak • Nilai rata-rata • Nilai efektif ( nilai rms ; rms value) Pernyataan Gelombang Sinyal Sinyal kausal, berawal di t = 0 perioda v(t) v(t) t 0 t 0 aperiodik periodik Sinyal non-kausal, berawal di t = v(t) v(t) 0 t 0 t Pernyataan Gelombang Sinyal Nilai sesaat Nilai puncak Amplitudo maksimum v(t) t3 0 t1 t2 t Amplitudo minimum Sinyal periodik perioda v(t) 0 t amplitudo puncak ke puncak Pernyataan Gelombang Sinyal • Nilai rata-rata v Vrr 1 T t 0 T v( x)dx t0 v T T 6V 6V t 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 t 4V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 • Nilai efektif (rms) V rms 1 T t 0 T [v(t )] 2 dt t0 36 36 0 1 2 3 4 5 6 7 8 t 0 t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Spektrum Sinyal Spektrum Sinyal • Tujuan – memahami bahwa sinyal periodik dapat dipandang sebagai suatu spektrum; – memahami arti lebar pita frekuensi Spektrum Sinyal Bentuk Gelombang Periodik dan Komponennya 4 v 4 0 -5 15 t v 0 -5 15 -4 -4 v = 1+3 cos 2f0t v = 3 cos 2f0t v v 4 0 -5 t 15 1 t -4 v = 1+3 cos 2f0t 2cos(2(2f0)t) -5 15 t -4 v = 1+3 cos 2f0t 2cos{2(2f0)t+45o } Spektrum Sinyal CONTOH: Sinyal: v 10 30 cos2f 0t 15 sin2(2 f 0 )t 7,5 cos2(4 f 0 )t Uraian: Frekuensi 0 f0 2 f0 4 f0 Amplitudo (V) 10 30 15 7,5 Sudut fasa 0 90 180 Spektrum Sudut Fasa 40 180 30 90 Sudut Fasa [ o ] Amplitudo [ V ] Spektrum Amplitudo 20 10 0 0 1 2 3 -90 0 0 1 2 3 Frekwensi [ x fo ] 4 5 -180 Frekwensi [ x fo ] 4 5 Spektrum Sinyal Contoh : Bentuk Gelombang Persegi sinus dasar sin dasar + harmonisa 3 sin dasar + harmonisa 3 + 5 sin dasar + harmonisa 3 + 5 + 7 sin dasar + harmonisa 3 s/d 21 Spektrum Sinyal Lebar Pita (band width) – Selisih dari frekuensi tertinggi dan terendah – Frekuensi tertinggi adalah batas frekuensi dimana amplitudo dari harmonisa-harmonisa yang frekuensinya di atas frekuensi ini dapat diabaikan – Batas frekuensi terendah adalah frekuensi sinus dasar jika bentuk gelombang yang kita tinjau tidak mengandung komponen searah. Jika mengandung komponen searah maka frekuensi terendah adalah nol Spektrum Sinyal Deret Fourier Fungsi periodik: f (t ) a 0 an cos(2nf0t ) bn sin(2nf0t ) y (t ) a 0 Komponen searah a 2 b 2 cos(n t ) n 0 n n n 1 Amplitudo komponen sinus Sudut Fasa komponen sinus 1 T0 / 2 a0 f (t )dt T0 T0 / 2 an 2 T0 / 2 f (t ) cos(2nf 0 t )dt T0 T0 / 2 bn 2 T0 / 2 f (t ) sin(2nf 0 t )dt T0 T0 / 2 bn tan n an Spektrum Sinyal Simetri Genap y (t ) y (t ) y(t) A bn 0 -T0/2 T0/2 t y (t ) a o an cos(n0t ) n 1 To Simetri Ganjil y (t ) y (t ) y(t) A T0 a0 0 dan a n 0 t A y (t ) bn sin(n0t ) n 1 Spektrum Sinyal Contoh: simetri ganjil - Penyearahan Setengah Gelombang v a0 A / 2A / n genap; an 0 n ganjil 1 n2 b1 A / 2 ; bn 0 n 1 an T0 t Contoh: simetri genap - Sinyal Segitiga v a0 0 T0 A 8A n ganjil; an 0 n genap ( n ) 2 bn 0 untuk semua n an t Spektrum Sinyal Contoh: Penyearahan Setengah Gelombang Koefisien Fourier a0 0,318 a1 0 b1 0,5 a2 -0,212 b2 0 a4 -0,042 b4 0 a6 -0,018 b6 0 Amplitudo [rad] 0.6 0,318 0,5 1,57 0.5 [V] 0.4 0.3 0,212 0 0.2 0.1 0,042 0 0 0 0,018 2 3 4 0 A0 0,318 V; A1 0,5 V; A2 0,212 V; A4 0,042 V; A6 0,018 V 1 1.2 [V] 0.8 5 6 harmonisa v v1 0.4 v0 0 0 -0.4 90 180 270 [o] 360 Tujuan: Memahami bahwa dalam analisis rangkaian listrik piranti dinyatakan sebagai elemen rangkaian yang merupakan model linier dari piranti; Mampu memformulasikan karakteristik arus-tegangan piranti / elemen pasif : resistor, kapasitor, induktor, transformator, saklar. Piranti pasif menyerap daya aktif memberi daya Model Piranti Pasif Model Piranti Pasif Perilaku suatu piranti dinyatakan oleh karakteristik i-v yang dimilikinya, yaitu hubungan antara arus yang melalui piranti dengan tegangan yang ada di antara terminalnya. tegangan diukur antara dua ujung piranti i linier + piranti arus melewati piranti tidak linier v Model Piranti Pasif Resistor nyata i batas daerah linier model R v Simbol: vR R iR atau iR G vR dengan G p R v R iR iR2 R 1 R vR2 G vR2 R Model Piranti Pasif CONTOH: vR 40 sin 314 t V Resistor : R 4 pR 400sin 2 314 t W iR 10 sin 314 t A 100 80 V 60 A W 40 pR vR 20 iR 0 -20 -40 -60 0 0.01 0.02 0.03 0.04 t [detik] Model Piranti Pasif Kapasitor iC C C simbol 1 dvC/dt t dvC dt iC C 1 vC vC (t0 ) iC dt C t0 Kapasitansi pC vC iC = CvC wC dvC d 1 CvC2 dt dt 2 1 C vC2 konstanta 2 Model Piranti Pasif CONTOH: Kapasitor : C 2 F 2 10 6 F dvC 80000 cos 400 t V dt vC 200 sin 400 t V iC 0,16 cos 400 t A pC 16 sin 800 t W 200 vC V mA 100 W iC 0 pC 0 0.01 0.02 -100 -200 iC muncul lebih dulu dari vC 0.03 0.04 t 0.05 [detik] Model Piranti Pasif Induktor L diL dt 1/L simbol 1 vL t vL L diL dt pL vLiL LiL Konstanta proporsionalitas Induktansi wL iL iL (t0 ) 1 vL dt L t0 diL d 1 LiL2 dt dt 2 1 2 Li L konstanta 2 Model Piranti Pasif Induktor : L = 2,5 H CONTOH: vL = 200sin400t Volt diL 1 vL L iL v L dt 0,2 cos 400t iL 0 A dt L p L vL iL 20 sin 800 t W 200 V mA 100 W vL iL pL 0 0 0.01 0.02 -100 -200 vL muncul lebih dulu dari iL 0.03 0.04 0.05 t [detik] Model Piranti Pasif Resistor Kapasitor Induktor vR R iR dvC iC C dt diL vL L dt konstanta proporsionalitas L R A resistivitas L: panjang konduktor A: luas penampang A C d konstanta dielektrik A: luas penampang elektroda d: jarak elektroda L kN 2 konstanta N: jumlah lilitan Model Piranti Pasif Induktansi Bersama i1 v1 L1 k1 N12 M12 k12 N1 N 2 medium magnet linier : i2 v2 L2 k 2 N 22 M 21 k 21N 2 N1 k12 = k21 = kM M12 M 21 kM N1N 2 M k di1 di2 v1 L1 M dt dt L1L2 di2 di1 v2 L2 M dt dt Model Piranti Pasif 1 i1 1 2 i1 i2 i2 Konvensi Titik Arus i yang masuk ke ujung yang bertanda titik di salah satu kumparan, membangkitkan tegangan berpolaritas positif pada ujung kumparan lain yang juga bertanda titik. Besarnya tegangan yang terbangkit adalah M di/dt. 2 substraktif aditif i1 v1 i2 v2 i1 i2 v1 v2 di di v1 L1 1 M 2 dt dt v1 L1 di1 di M 2 dt dt di di v2 L2 2 M 1 dt dt v2 L2 di2 di M 1 dt dt Model Piranti Pasif Transformator Ideal i1 i2 v1 v2 Kopling sempurna k1 = k2 = k12 = k21 = kM L1 k1 N12 L2 k 2 N 22 M12 k12 N1 N 2 M 21 k 21N 2 N1 di1 di di di M 2 N1 k M N1 1 k M N 2 2 dt dt dt dt di di di di v2 L2 2 M 1 N 2 k M N 2 2 k M N 1 1 dt dt dt dt v1 L1 v1 N 1 v2 N2 Susut daya nol v1 i1 v2 i2 0 i2 v N 1 1 i1 v2 N2 Model Piranti Pasif CONTOH: i1 + v1 _ i2 + v2 50 _ N1/N2 = 0,1 v1 = 120sin400t V v2 ( N 2 / N1 ) v1 1200 sin 400 t V i2 v2 / 50 24 sin 400 t A i1 ( N 2 / N1 ) i2 240 sin 400 t A pL v2i2 28.8 sin 2 400 t kW. Model Piranti Pasif Saklar i i simbol simbol v v saklar terbuka i = 0 , v = sembarang saklar tertutup v = 0 , i = sembarang Tujuan: Memahami bahwa dalam analisis rangkaian listrik piranti dinyatakan sebagai elemen rangkaian yang merupakan model linier dari piranti; Mampu memformulasikan karakteristik arus-tegangan piranti / elemen aktif : sumber tegangan bebas, sumber arus bebas, sumber praktis, sumber tak bebas VCVS, CCVS, VCCS, CCCS, Op Amp. Model Piranti Aktif Sumber Tegangan Bebas Ideal v = vs (tertentu) dan i i = sesuai kebutuhan + Vo Vo v Karakteristik i - v sumber tegangan konstan i Simbol sumber tegangan konstan vs + _ i Simbol sumber tegangan bervariasi terhadap waktu Model Piranti Aktif Sumber Arus Bebas Ideal i = is (tertentu) dan v = sesuai kebutuhan i i Is Is , is v Karakteristik sumber arus ideal v + Simbol sumber arus ideal Model Piranti Aktif CONTOH: + 40V beban Sumber Tegangan 5A beban Sumber Arus vbeban = vsumber = 40 V ibeban = isumber = 5 A pbeban= 100 W i = 2,5 A pbeban= 100 W v = 20 V pbeban= 200 W i = 5 A pbeban= 200 W v = 40 A Tegangan sumber tetap, arus sumber berubah sesuai pembebanan Arus sumber tetap, tegangan sumber berubah sesuai pembebanan Model Piranti Aktif Sumber Praktis i vs +_ Rs + v i is ip v Rp + Sumber tegangan praktis terdiri dari sumber ideal vs dan resistansi seri Rs sedangkan tegangan keluarannya adalah v. Sumber arus praktis terdiri dari sumber ideal is dan resistansi paralel Rp sedangkan tegangan keluarannya adalah v. vs tertentu, akan tetapi tegangan keluarannya adalah v = vs iR is tertentu, akan tetapi arus keluarannya adalah i = is ip Model Piranti Aktif Sumber Tak-Bebas (Dependent Sources) CCVS VCVS i1 + _ r i1 CCCS VCCS i1 i1 + v1 _ + v1 _ + _ v1 g v1 Model Piranti Aktif Contoh: Rangkaian dengan sumber tak bebas tanpa umpan balik is io vs = 24 V + 60 is 0,4 A + + 500 i v s o 20 vo 500 is 200 V (vo ) 2 po 2000 W 20 Model Piranti Aktif Sumber tak bebas digunakan untuk memodelkan Penguat Operasional (OP AMP) catu daya positif masukan non-inversi +VCC vo 8 + 7 Top keluaran 1 masukan inversi 6 5 + 2 3 4 vP = tegangan masukan non-inversi; vN = tegangan masukan inversi; vo = tegangan keluaran; vN vP VCC catu daya negatif +VCC : catu daya positif VCC : catu daya negatif Model Sumber + Tak Bebas OP AMP iP Ro vP + Ri vN + iN + io (vP vN ) + vo Model Piranti Aktif OP AMP Ideal Jika OP Amp dianggap ideal maka terdapat relasi yang mudah pada sisi masukan masukan non-inversi masukan inversi vp i p vn + in vP vN iP iN 0 vo keluaran Model Piranti Aktif, Rangkaian Dengan OP AMP Contoh: Rangkaian Penyangga (buffer) iP vP vs + vN + io vo R iN v P vs v N vo vP v N vo vs Model Piranti Aktif, Rangkaian Dengan OP AMP Contoh: Rangkaian Penguat Non-Inversi iP vP vs + vN + iN vo v P vs R1 vN R2 R2 vo R1 R2 vP v N umpan balik vo R2 vo vs R1 R2 R1 R2 vs R2 Model Piranti Aktif, Rangkaian Dengan OP AMP CONTOH: vB = ? 2k + 5V + iB = ? pB = ? vo iB 2k + vB 1k v p vN RB =1k iP iN 5 vN 0 vN 5 V 2000 1 v o 5 V v o 15 V 3 Rangkaian dengan OP AMP yang lain akan kita pelajari dalam bab tentang rangkaian pemroses sinyal Courseware Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu (1) Sudaryatno Sudirham