Uploaded by User97384

1. CPOB

advertisement
Cara Pembuatan Obat Yang Baik
(CPOB)
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., Apt.
S1 Farmasi FMIPA UNS
1
Sejarah CPOB





2019
CPOB 1988
CPOB 2001
CPOB 2006
CPOB 2012
CPOB 2018
2
CPOB 2018
 CPOB 2018 mengacu pada Pedoman PIC/S
Good Manufacturing Practices for Medicinal
Products PIC/S PE 009-14 (July 2018).
2019
3
Prinsip CPOB
 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara
konsisten, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
 CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu.
2019
4
Prinsip Umum CPOB
 Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh
adalah sangat esensial untuk menjamin bahwa
konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.
Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi
produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa,
atau memulihkan atau memelihara kesehatan .
 Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus
dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih
penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke
dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada
bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan
pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai
dan personil yang terlibat.
2019
5
Prinsip Umum CPOB
 Pemastian mutu suatu obat tidak hanya
mengandalkan pada pelaksanaan pengujian
tertentu saja; namun obat hendaklah dibuat dalam
kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara
cermat.
 CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan
untuk memastikan agar mutu obat yang
dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan
penggunannya; bila perlu dapat dilakukan
penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa
standar mutu obat yang telah ditentukan tetap
dicapai.
2019
6
Prinsip Umum CPOB
 Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan
oleh industri farmasi sebagai dasar
pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan.
 Pedoman ini berlaku terhadap pembuatan obat
dan produk sejenis yang digunakan manusia.
 Pada pedoman ini istilah “pembuatan” mencakup
seluruh kegiatan penerimaan bahan, produksi,
pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang,
pengawasan mutu, pelulusan, penyimpanan
dan distribusi dari obat serta pengawasan
terkait.
2019
7
Prinsip Umum CPOB
 Cara lain selain tercantum di dalam Pedoman ini
dapat diterima sepanjang memenuhi prinsip
Pedoman ini. Pedoman ini bukanlah bermaksud untuk
membatasi pengembangan konsep baru atau teknologi
baru yang telah divalidasi dan memberikan tingkat
Pemastian Mutu sekurang-kurangnya ekuivalen dengan
cara yang tercantum dalam Pedoman ini.
 Pada pedoman ini istilah “hendaklah” menyatakan
rekomendasi untuk dilaksanakan kecuali jika tidak
dapat diterapkan, dimodifikasi menurut pedoman lain
yang relevan dengan Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik atau digantikan dengan petunjuk alternatif
untuk memperoleh tingkat pemastian mutu minimal
yang setara.
2019
8
Profil Industri Farmasi di Indonesia
2019
9
Profil Industri Farmasi di Indonesia
2019
10
Profil Industri Farmasi di Indonesia
2019
11
Materi CPOB 2018
CPOB 2012
•
•
•
•
•
•
•
•
Manajemen Mutu
Personalia
Bangunan dan Fasilitas
Peralatan
Sanitasi dan Higiene
Produksi
Pengawasan Mutu
Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan
Audit & Persetujuan Pemasok
• Penanganan Keluhan terhadap
Produk dan Penarikan Kembali
Produk
• Dokumentasi
• Pembuatan dan Analisis
Berdasarkan Kontrak
• Kualifikasi dan Validasi
2019
CPOB 2018
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Sistem Mutu Industri Farmasi
Personalia
Bangunan – Fasilitas
Peralatan
Produksi
Cara Penyimpanan dan
Pengiriman Obat yang Baik
Pengawasan Mutu
Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan
Audit & Persetujuan Pemasok
Keluhan dan Penarikan Produk
Dokumentasi
Kegiatan Alih Daya
Kualifikasi dan Validasi
12
Perubahan Fundamental
2019
13
I. Sistem Mutu Industri Farmasi
14
Sistem Mutu Industri Farmasi
2019
15
Prinsip
 Pemegang Izin Industri Farmasi harus membuat
obat sedemikian rupa agar sesuai tujuan
penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar
atau Persetujuan Uji Klinik, jika diperlukan, dan
tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
pasien pengguna disebabkan karena keamanan,
mutu atau efektifitas yang tidak memadai.
 Industri farmasi harus menetapkan manajemen
puncak yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan atau pabrik dengan kewenangan dan
tanggung jawab memobilisasi sumber daya dalam
perusahaan atau pabrik untuk mencapai
kepatuhan terhadap regulasi.
2019
16
Prinsip
 Manajemen puncak bertanggung jawab untuk
pencapaian sasaran mutu, yang memerlukan partisipasi
dan komitmen dari personel pada semua tingkat di berbagai
departemen dalam perusahaan, juga pemasok dan
distributor. Untuk mencapai sasaran mutu yang handal,
diperlukan Sistem Mutu yang didesain secara komprehensif
dan diterapkan secara benar serta mencakup Cara
Pembuatan Obat yang Baik dan Manajemen Risiko Mutu.
 Pelaksanaan sistem ini hendaklah didokumentasi
lengkap dan dimonitor dipantau efektivitasnya. Semua
bagian Sistem Mutu hendaklah didukung ketersediaan
personel yang kompeten, bangunan dan sarana serta
peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung
jawab legal diberikan kepada pemegang Izin Industri
Farmasi (IIF) dan kepada Pemastian Mutu.
2019
17
1.1. Sistem Mutu Industri Farmasi
 Manajemen Mutu adalah suatu konsep luas
yang mencakup semua aspek baik secara
tersendiri maupun secara kolektif, yang akan
memengaruhi mutu dari obat yang
dihasilkan.
 Manajemen Mutu adalah totalitas semua
pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat memiliki mutu yang
sesuai tujuan penggunaan. Oleh karena itu
Manajemen Mutu mencakup juga Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
2019
18
1.2. Sistem Mutu Industri Farmasi
 CPOB diterapkan pada tahap-tahap siklus
pembuatan obat investigasi, alih teknologi,
produksi komersial hingga produk yang
tidak diproduksi lagi.
 Namun, Sistem Mutu dapat meluas ke tahap
siklus pengembangan produk seperti
diuraikan dalam ICH Q10, yang memfasilitasi
inovasi dan perbaikan berkesinambungan serta
memperkuat hubungan antara kegiatan
pengembangan produk dan kegiatan
pembuatan produk.
2019
19
1.3. Sistem Mutu Industri Farmasi
 Luas dan kompleksitas aktivitas perusahaan
hendaklah dipertimbangkan saat mengembangkan
suatu Sistem Mutu baru maupun ketika
memodifikasi sistem yang sudah ada.
 Desain sistem hendaklah menggabungkan
prinsip-prinsip manajemen risiko yang sesuai
termasuk penggunaan perangkat yang tepat.
Sementara beberapa aspek suatu sistem dapat
berlaku di industri farmasi dan aspek lain hanya di
satu pabrik yang spesifik, keefektifan suatu sistem
biasanya ditunjukkan pada tingkat pabrik.
2019
20
1.4. Sistem Mutu Industri Farmasi
 Suatu Sistem Mutu yang tepat bagi pembuatan
obat hendaklah menjamin bahwa:
a. realisasi produk diperoleh dengan mendesain,
merencanakan, mengimplementasikan, memelihara
dan memperbaiki sistem secara berkesinambungan
sehingga secara konsisten menghasilkan produk
dengan atribut mutu yang sesuai;
b. pengetahuan mengenai produk dan proses dikelola
pada seluruh tahapan siklus hidup;
c. desain dan pengembangan obat dilakukan dengan
cara yang memerhatikan ketentuan CPOB;
2019
21
1.4. Sistem Mutu Industri Farmasi
d. kegiatan produksi dan pengawasan diuraikan
secara jelas dan mengacu pada ketentuan CPOB;
e. tanggung jawab manajerial diuraikan secara jelas;
f. pengaturan ditetapkan untuk pembuatan,
pemasokan dan penggunaan bahan awal dan
pengemas yang benar; seleksi dan pemantauan
pemasok, dan untuk memverifikasi setiap
pengiriman bahan berasal dari pemasok yang
disetujui;
g. proses tersedia untuk memastikan pengelolaan
aktivitas yang dikontrakkan ke pihak ketiga
(outsource);
2019
22
1.4. Sistem Mutu Industri Farmasi
h.kondisi pengawasan ditetapkan dan dijaga dengan
mengembangkan dan menggunakan sistem
pemantauan dan pengendalian yang efektif untuk
kinerja proses dan mutu produk;
i. hasil pemantauan produk dan proses
diperhitungkan dalam pelulusan bets, investigasi
penyimpangan, dan perencanaan tindakan
pencegahan yang digunakan untuk menghindari
penyimpangan yang berpotensi terjadi di kemudian
hari;
j. semua pengawasan diperlukan terhadap produk
antara dan pengawasan selama-proses serta
2019 validasi dilaksanakan;
23
1.4. Sistem Mutu Industri Farmasi
k.perbaikan berkelanjutan difasilitasi melalui
penerapan peningkatan mutu yang sesuai dengan
kondisi terkini terhadap pengetahuan tentang produk
dan proses;
l. pengaturan tersedia untuk evaluasi prospektif
terhadap perubahan yang direncanakan dan
persetujuannya sebelum dimplementasikan dengan
memerhatikan laporan kepada Badan Pengawas Obat
dan Makanan dan mendapatkan persetujuan
pengaturan jika diperlukan;
2019
24
1.4. Sistem Mutu Industri Farmasi
m.setelah pelaksanaan perubahan, evaluasi dilakukan
untuk mengonfirmasi pencapaian sasaran mutu
dan bahwa tidak terjadi dampak merugikan terhadap
mutu produk;
n. analisis akar penyebab masalah yang tepat
hendaklah diterapkan selama investigasi
penyimpangan, dugaan kerusakan produk dan
masalah lain.
2019
25
1.4. Sistem Mutu Industri Farmasi
Hal ini dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip
Manajemen Risiko Mutu. Dalam kasus di mana akar penyebab
masalah sebenarnya tidak dapat ditetapkan, hendaklah
dipertimbangkan mengidentifikasi beberapa akar penyebab
masalah yang paling mungkin terjadi dan mengambil tindakan
yang diperlukan.
Apabila faktor kesalahan manusia dicurigai atau diidentifikasi
sebagai penyebab masalah, faktor ini hendaklah dijustifikasi
dengan pengambilan tindakan yang memastikan bahwa proses,
prosedur atau sistem yang berpotensi menimbulkan kesalahan
atau masalah tidak diabaikan, jika faktor kesalahan manusia
terjadi.
Tindakan korektif – tindakan pencegahan (TKTP) yang tepat
hendaklah diidentifikasi dan dilaksanakan sebagai respons
terhadap hasil investigasi. Efektivitas tindakan tersebut
hendaklah dipantau dan dinilai, sesuai prinsip Manajemen
Risiko Mutu;
2019
26
1.4. Sistem Mutu Industri Farmasi
o.penilaian produk mencakup kajian dan evaluasi
terhadap dokumentasi bets produksi yang relevan dan
penilaian deviasi
p.obat tidak boleh dijual atau didistribusikan
sebelum Pemastian Mutu meluluskan tiap bets
produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam Izin Edar dan
peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi,
pengawasan mutu dan pelulusan produk;
2019
27
1.4. Sistem Mutu Industri Farmasi
q.pengaturan yang memadai untuk memastikan
bahwa, sedapat mungkin, produk disimpan,
didistribusikan dan selanjutnya ditangani agar
mutu tetap dipertahankan selama masa simpan
obat; dan
r. proses inspeksi diri dan/atau audit mutu yang
mengevaluasi efektivitas dan penerapan Sistem Mutu
secara berkala.
2019
28
1.5. Sistem Mutu Industri Farmasi
 Manajemen puncak memiliki tanggung jawab
paling tinggi untuk memastikan Sistem Mutu
yang efektif tersedia, berasal dari sumber yang
memadai dan bahwa peran, tanggung jawab, dan
wewenang ditetapkan, dikomunikasikan dan
diimplementasikan di seluruh organisasi.
 Kepemimpinan dan partisipasi aktif manajemen
puncak dalam Sistem Mutu sangat penting.
 Kepemimpinan ini hendaklah menjamin dukungan
dan komitmen personel di semua tingkat dan pabrik
dalam organisasi terhadap Sistem Mutu.
2019
29
1.6. Sistem Mutu Industri Farmasi
 Secara berkala hendaklah dilakukan
pengkajian manajemen terkait
pengoperasian Sistem Mutu dengan
melibatkan manajemen puncak, untuk
mengidentifikasi peluang perbaikan produk,
proses dan sistem secara berkelanjutan.
2019
30
1.7. Sistem Mutu Industri Farmasi
 Sistem Mutu hendaklah ditetapkan dan
didokumentasi. Manual Mutu atau
dokumentasi setara hendaklah ditetapkan dan
mengandung deskripsi sistem manajemen mutu
termasuk tanggung jawab manajemen.
2019
31
1.8. CPOB
 CPOB adalah bagian dari Manajemen Mutu yang
memastikan obat dibuat dan dikendalikan secara
konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan persyaratan
Izin Edar, Persetujuan Uji Klinik atau spesifikasi
produk.
 CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan
Mutu.
 Prinsip dasar CPOB adalah:
a. semua proses pembuatan obat ditetapkan secara jelas,
dikaji secara sistematis berdasarkan pengalaman dan
terbukti mampu menghasilkan obat yang memenuhi
persyaratan mutu dan spesifikasi yang ditetapkan secara
konsisten;
2019
32
1.8. CPOB
b. tahap proses kritis dalam proses pembuatan, dan
perubahan signifikan dalam proses divalidasi;
c. tersedia semua fasilitas CPOB yang diperlukan mencakup:
personel terkualifikasi dan terlatih;
bangunan dan fasilitas dengan luas yang memadai;
peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
bahan, wadah dan label yang benar;
prosedur dan instruksi yang disetujui sesuai Sistem
Mutu; dan
tempat penyimpanan dan transportasi memadai.
2019
33
1.8. CPOB
d.prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi
dengan bahasa jelas, tidak bermakna ganda, dapat
diterapkan secara spesifik pada fasilitas yang tersedia;
e.prosedur dan instruksi dilaksanakan dengan benar
dan operator diberi pelatihan untuk menerapkannya;
f. pencatatan dilakukan selama pembuatan baik secara
manual dan/atau dengan alat pencatat yang
menunjukkan bahwa semua langkah pembuatan
dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan
benarbenar dilaksanakan dan bahwa kuantitas serta
mutu produk sesuai yang diharapkan;
2019
34
1.8. CPOB
g.setiap penyimpangan signifikan dicatat dengan
lengkap, diinvestigasi dengan tujuan untuk
menentukan akar masalah dan pelaksanaan tindakan
korektif – tindakan pencegahan yang tepat;
h.catatan pembuatan termasuk distribusi obat yang
memungkinkan ketertelusuran riwayat bets, disimpan
dalam format yang komprehensif dan mudah diakses;
i. distribusi obat memperkecil risiko terhadap mutu obat
dan mematuhi Cara Distribusi Obat yang Baik;
2019
35
1.8. CPOB
j. tersedia sistem penarikan bets obat dari peredaran;
dan
k.keluhan terhadap produk yang beredar dikaji,
penyebab cacat mutu diinvestigasi serta tindakan
tepat diambil terkait cacat produk dan pencegahan
keberulangan keluhan.
2019
36
1.9. Pengawasan Mutu
 Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB
yang mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian, serta organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa pengujian yang diperlukan
dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan
tidak diluluskan untuk digunakan serta produk
jadi tidak diluluskan untuk dijual atau didistribusi
sampai mutunya dinilai sudah memenuhi
syarat.
2019
37
Prinsip Dasar Pengawasan Mutu
 fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia
prosedur yang disetujui untuk pengambilan sampel,
pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan
kondisi lingkungan sesuai tujuan CPOB;
 pengambilan sampel bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi dilakukan oleh personel yang
ditetapkan dan menggunakan metode yang
disetujui;
2019
38
Prinsip Dasar Pengawasan Mutu
 metode pengujian telah tervalidasi;
 pencatatan dilakukan secara manual dan/atau dengan
alat pencatat selama pembuatan yang menunjukkan
bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam
prosedur pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian benar-benar telah dilaksanakan. Tiap
penyimpangan dicatat lengkap dan diinvestigasi;
 produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara
kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan yang tercantum
dalam Izin Edar atau Persetujuan Uji Klinik, memiliki
derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas
dalam wadah yang sesuai dan pelabelan yang benar;
2019
39
Prinsip Dasar Pengawasan Mutu
 dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian
bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan, dan produk jadi yang secara
formal dinilai terhadap spesifikasi; dan
 sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi
disimpan dalam jumlah yang cukup sesuai Aneks
11 Sampel Pembanding dan Sampel Pertinggal,
untuk pengujian ulang di kemudian hari bila perlu.
Sampel produk jadi disimpan dalam kemasan
akhir.
2019
40
1.9. Pengawasan Mutu
2019
41
1.10. Pengkajian Mutu Produk
 Pengkajian mutu produk secara berkala
hendaklah dilakukan terhadap semua obat
terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan
untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian
dengan spesifikasi bahan awal, bahan pengemas
dan produk jadi, untuk melihat tren dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk
produk dan proses.
 Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya
dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan,
dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang
sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:
2019
42
1.10. Pengkajian Mutu Produk
a.kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas
yang digunakan untuk produk, terutama yang dipasok
dari sumber baru; khususnya pengkajian
ketertelusuran pemasok bahan baku obat aktif;
b.kajian terhadap pengawasan selama proses kritis dan
hasil pengujian produk jadi;
c.kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan dan investigasi yang
dilakukan;
2019
43
1.10. Pengkajian Mutu Produk
d.kajian terhadap semua penyimpangan atau
ketidaksesuaian mutu yang signifikan, investigasi
terkait yang dilakukan dan efektivitas hasil tindakan
korektif dan pencegahan;
e.kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan
terhadap proses atau metode analisis;
f. kajian terhadap variasi Izin Edar yang diajukan,
disetujui atau ditolak termasuk dokumen registrasi
untuk produk ekspor;
g.kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas
dan segala tren yang tidak diinginkan;
2019
44
1.10. Pengkajian Mutu Produk
h.kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan
penarikan obat terkait mutu produk, termasuk
investigasi yang telah dilakukan;
i. kajian kelayakan tindakan korektif sebelumnya
terhadap proses produk atau peralatan;
j. kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan
pada obat yang baru mendapatkan persetujuan
pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran;
2019
45
1.10. Pengkajian Mutu Produk
k.status kualifikasi peralatan dan sarana penunjang kritis
yang relevan misal sistem tata udara (HVAC), sistem
pengolahan air, gas bertekanan, dan lain-lain; dan
l. kajian terhadap ketentuan teknis kontrak pembuatan
obat sebagaimana diuraikan dalam Kontrak di Bab 11
Kegiatan Alih Daya untuk memastikan tetap mutakhir.
2019
46
1.11. Pengkajian Mutu Produk
 Industri farmasi dan, apabila berbeda, Pemegang
Izin Edar hendaklah mengevaluasi hasil
pengkajian. Penilaian dilakukan apakah tindakan
korektif dan pencegahan atau validasi ulang
hendaklah dilakukan sesuai yang ditetapkan Sistem
Mutu. Hendaklah disiapkan prosedur manajemen
untuk pengelolaan secara berkesinambungan dan
pengkajian atas tindakan ini.
 Efektifitas dari prosedur ini diverifikasi saat
pelaksanaan inspeksi diri.
 Pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut
jenis produk, misal sediaan padat, sediaan cair,
produk steril, d.l.l yang dijustifikasi secara ilmiah.
2019
47
1.11. Pengkajian Mutu Produk
 Bila Pemilik Izin Edar bukan pabrik pembuat,
hendaklah dibuat ketentuan teknis dalam
kontrak antara pihak terlibat yang menetapkan
tanggung jawab masing-masing dalam
pelaksanaan pengkajian mutu produk.
Pemastian Mutu yang bertanggung jawab
mensertifikasi bets produk akhir bersama
Pemegang Izin Edar hendaklah memastikan
bahwa pengkajian mutu dilaksanakan secara
teratur dan akurat.
2019
48
1.12. Manajemen Risiko Mutu
 Manajemen risiko mutu adalah suatu proses
sistematis untuk melakukan penilaian,
pengendalian, komunikasi dan pengkajian
risiko terhadap mutu suatu obat. Proses ini
dapat diaplikasikan baik secara proaktif
maupun retrospektif.
2019
49
Prinsip Manajemen Risiko Mutu
 evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan
berdasarkan pengetahuan secara ilmiah,
pengalaman dengan proses dan pada akhirnya
dikaitkan pada perlindungan pasien; dan
 tingkat upaya pengambilan tindakan, formalitas
dan dokumentasi dari proses manajemen risiko
mutu sepadan dengan tingkat risiko.
2019
50
Cara Penyimpanan dan Pengiriman
Obat yang Baik
51
Prinsip
 Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian
yang penting dalam kegiatan dan manajemen
rantai pemasokan obat yang terintegrasi.
 Untuk menjaga mutu awal obat, semua
kegiatan dalam penyimpanan dan
pengirimannya hendaklah dilaksanakan sesuai
prinsip CPOB dan CDOB.
2019
52
Cara Penyimpanan dan
Pengiriman Obat yang Baik
Personalia
Kegiatan
Kontrak
Organisasi dan
Manajemen
Manajemen
Mutu
Keluhan
Bangunan dan
Fasilitas
Penyimpanan
Dokumentasi
2019
Kondisi
Penyimpanan
dan Transportasi
Penerimaan
53
Personalia
 Semua personel yang terlibat dalam kegiatan
penyimpanan dan pengiriman hendaklah dilatih
dengan semua persyaratan yang ada.
 Personel kunci yang terlibat dalam penyimpanan dan
pengiriman obat hendaklah memiliki kemampuan dan
pengalaman yang sesuai dengan tanggung jawab.
 Prosedur dan kondisi kerja bagi karyawan yang
mempunyai akses pada obat harus dirancang dan
dijaga untuk meminimalkan kemungkinan produk
jatuh ke pihak yang tidak berwenang.
 Kode praktik dan prosedur disiplin hendaklah
diterapkan untuk mencegah dan menangani situasi
penyalahgunaan dan/atau pencurian.
2019
54
Organisasi dan Manajemen
 Bagian gudang termasuk dalam struktur organisasi
industri farmasi.
 Personel tidak dibebani tanggungjawab berlebih.
 Manajemen dan personel tidak memiliki konflik
kepentingan.
 Tanggungjawab dan kewenangan personel jelas.
 Tersedia prosedur keselamatan.
2019
55
Bangunan dan Fasilitas
Penyimpanan
 Area Penyimpanan
 Tidak terjadi kontaminasi, kecampur-bauran,
kontaminasi silang
 Pencahayaan memadai
 Rotasi dan Pengendalian Stok
 Rekonsiliasi stok secara periodik
 Apabila terdapat perbedaan dilakukan investigasi
2019
56
Pengawasan Mutu
57
Prinsip
 Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan,
dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk
diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan.
 Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan
laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua
keputusan yang terkait dengan mutu produk.
 Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi
dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu
dapat melakukan kegiatan dengan benar.
2019
58
Umum




2019
Tiap pemegang Izin Industri Farmasi mempunyai Bagian Pengawasan
Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah
tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan
pengalaman yang sesuai.
Bagian Pengawasan Mutu mempunyai tanggung jawab, antara lain
membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu, mengawasi pengendalian sampel pembanding dan/atau sampel
pertinggal dari bahan dan produk bila perlu, memastikan kebenaran label
pada wadah bahan dan produk, memastikan pelaksanaan pemantauan
stabilitas dari produk, ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait
dengan mutu produk, dll.
Penilaian produk jadi mencakup semua faktor yang terkait, termasuk
kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses, evaluasi dokumen
produksi (termasuk pengemasan), sesuai dengan Spesifikasi Produk jadi
dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.
Personel Pengawasan Mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi
untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang sesuai.
59
Pengawasan Mutu
Cara Berlaboratorium
Pengawasan yang
Baik.
Transfer Metode
Analisis
Dokumentasi
Program Stabilitas
Pasca Pemasaran
2019
Pengambilan Sampel
Persyaratan
Pengujian
(Spesifikasi)
Pengujian
60
Pengambilan Sampel Bahan Awal
2019
61
Pengambilan Sampel
2019
62
KELUHAN DAN PENARIKAN
PRODUK
2019
63
Prinsip
 Untuk melindungi kesehatan masyarakat, suatu sistem dan
prosedur yang sesuai hendaklah tersedia untuk mencatat, menilai,
menginvestigasi dan meninjau keluhan termasuk potensi cacat
mutu dan, jika perlu, segera melakukan penarikan obat termasuk
obat uji klinik dari jalur distribusi secara efektif.
 Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Mutuhendaklah diterapkan pada
investigasi, penilaian cacat mutu dan proses pengambilan
keputusan terkait dengan tindakan penarikan produk, tindakan
perbaikan dan pencegahan serta tindakan pengurangan-risiko lain.
 Semua otoritas pengawas obat terkait hendaklah diberitahu secara
tepat waktu jika ada cacat mutu yang terkonfirmasi (kesalahan
pembuatan, kerusakan produk, temuan pemalsuan, ketidakpatuhan
terhadap izin edar atau spesifikasi produk, atau isu mutu serius
lain) terhadap obat atau obat uji klinik yang dapat mengakibatkan
penarikan produk atau pembatasan pasokan.
2019
64
Keluhan dan Penarikan Produk
Personel dan
Pengelolaan
2019
Prosedur
Penanganan
dan Investigasi
Keluhan
termasuk Cacat
Mutu yang
Mungkin Terjadi
Investigasi dan
Pengambilan
Keputusan
Analisis Akar
Masalah dan
Tindakan
Perbaikan dan
Pencegahan
Penarikan
Produk dan
Kemungkinan
Tindakan
Pengurangan
Risiko Lain
65
Dokumentasi
66
Prinsip
 Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang
esensial dari sistem pemastian mutu dan
merupakan kunci untuk pemenuhan persyaratan
CPOB.
 Dokumentasi dapat dibuat dalam berbagai bentuk,
termasuk media berbasis kertas, elektronik atau
fotografi.
 Tujuan utama sistem dokumentasi yang
dimanfaatkan haruslah untuk membangun,
mengendalikan, memantau dan mencatat semua
kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung
berdampak pada semua aspek kualitas produk
obat.
2019
67
Dokumentasi
 Ada dua jenis dokumentasi utama yang
digunakan untuk mengelola dan mencatat
pemenuhan CPOB:
 prosedur/instruksi (petunjuk, persyaratan)
 catatan/laporan.
2019
68
Jenis-jenis Dokumen
Dokumen Induk Industri Farmasi (DIIF)
• Dokumen yang menjelaskan tentang aktivitas terkait CPOB.
Instruksi (Petunjuk/Persyaratan)
• Spesifikasi
• Dokumen Produksi Induk, Formula Pembuatan, Prosedur Pengolahan,
Prosedur Pengemasan dan Instruksi Pengujian/Metode Analisis
• Prosedur (Protap)  memberikan petunjuk cara pelaksanaan suatu
kegiatan
• Protokol  Memberikan instruksi untuk melakukan dan mencatat kegiatan
tertentu
• Perjanjian Teknis
Catatan/Laporan
• Catatan
• Sertifikat Analisis
• Laporan
2019
69
Penyimpanan Dokumen
 Diperlukan persyaratan khusus untuk catatan bets
harus disimpan selama satu tahun setelah tanggal
daluwarsa bets atau lima tahun setelah diluluskan
bets oleh Pemastian Mutu, yang mana yang lebih
lama.
 Catatan bets obat uji klinik harus disimpan paling
sedikit lima tahun setelah uji klinik selesai atau
penghentian formal.
 Persyaratan lain untuk penyimpanan dokumen dapat
dijelaskan dalam peraturan perundang-undangan
terkait dengan jenis produk tertentu (misal Advanced
Therapy Medicinal Products) dan penentuan jangka
waktu penyimpanan yang lebih lama ditetapkan untuk
dokumen tertentu.
2019
70
Terima Kasih..
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., Apt.
71
Download