Uploaded by irdaniati2207

ASKEP HOME CARE DM FIX

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE PADA PASIEN Ny. M DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS DI LINGKUNGAN BATU
RINGGIT SELATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG KARANG
OLEH :
1. Ika Wulandari
P07120118017
2. Irdaniati
P07120118019
3. Muhammad Farqan
P07120118023
4. Ni Nyoman Mariani
P07120118026
5. Ni Putu Vinka Ernita Dewi
P07120118028
6. Nurunniswati
P07120118032
7. Safira Nabilaturrahmi
P07120118038
8. Sry Fauzia
P07120118042
9. Utami Riska Mulyasari
P07120118046
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MATARAM
TINGKAT 3 / SEMESTER 6
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh
pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :
Hari/ Tanggal :
Bangsal / Ruangan
:
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
(
Pembimbing Lahan
)
(
)
VISI DAN MISI
PRODI D III KEPERAWATAN
Visi
Menjadi Program Studi Yang Menghasilkan Tenaga Ahli Madya Keperawatan
Yang Expert, Inovatif, Entrepreneur Dan Berdaya Guna Di Bidang Keperawatan
Keluarga Dalam Mewujudkan Masyarakat Sehat, Produktif Dan Berkeadilan Pada
Tahun 2022.
Misi
1. Menyelenggarakan
Pendidikan
Dan
Pengajaran
Yang Expert,
Inovatif Dan Entrepreneur Di Bidang Keperawatan Keluarga;
2. Mengembangkan Penelitian Berbasis Inovatif Di Bidang Keperawatan
Keluarga;
3. Menyelenggarakan Dan Meningkatkan Pengabdian Masyarakat Yang
Berdaya Guna Di Bidang Keperawatan Keluarga Dalam Mewujudkan
Masyarakat Sehat, Produktif Dan Berkeadilan;
4. Meningkatkan Kerjasama Dengan Pemerintah Daerah, Institusi Pendidikan
Dan Lembaga Pelayanan Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas “Asuhan Keperawatan Home
Care Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Lingkungan Batu Ringgit
Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang” Ini dapat terselesaikan pada
waktu yang telah di tentukan.
Dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan penyusun ke depannya.
Tugas laporan pendahuluan ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa
bantuan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
kami penyusunnya.
Mataram, Maret 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
VISI DAN MISI
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan 2
C.
Manfaat
1
3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep Home Care
4
B.
Konsep Diabetes Melitus
C.
Konsep Asuhan Keperawatan
5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran 47
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
47
48
24
39
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), Diabetes
Melitus (DM) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe
1, DM tipe 2, DM Gestasional dan DM tipe lain. Beberapa tipe yang ada,
DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan yaitu
lebih dari 90-95%. Dimana, faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa
obesitas, mengkonsumsi makanan instan, terlalu banyak makanan
karbohidrat, merokok, dan stres, kerusakan pada sel pankreas, dan
kelainan hormonal (Smeltzer & Bare,2008).
Pemberian asuhan keperawatan bagi penderita Diabetes Melitus
didasarkan oleh ketepatan dalam penentuan prioritas tindakan keperawatan
yang akan diberikan melalui penegakan diagnosa, beberapa diagnosa yang
ditegakkan dalam penyakit Diabetes Melitus diantaranya nutrisi perubahan
kurang dari kebutuhan tubuh, ketidak berdayaan, serta kurang pengetahuan
mengenai penyakit prognosis dan kebutuhan pengobatan. (Doegoes, 2000)
Dampak bagi penderita Diabetes Melitus (DM) menurut Depkes
(2008) penyakit kardiovaskuler, penyakit paru kronis/menahun dan
kanker. Perilaku gaya hidup yang tak sehat bagi individu merupakan faktor
yang sangat menentukan bagi timbulnya Diabetes Melitus tipe 2 individu
selalu
berusaha
untuk
mempertahankan
keseimbangan
hidupnya.
Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan, keadaan ini disebut dengan sehat.
Sedangkan individu dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. makhluk sosial untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan agar individu dapat membina hubungan
interpersonal secara positif. Respon yang ditimbulkan akibat penyakit
Diabetes Melitus dalam faktor psikososial menurut (Darmono 2005),
adanya respon negatife terhadap diagnosis berupa penolakan/tidak
mengetahui kenyataan, cemas, merasa tidak berdaya dan depresi. Respon
psikososial yang negatif tersebut dapat menghambat
Penurunan glukosa darah yang akan berdampak pada perilaku
ketidakmampuan dalam menentukan keputusan serta gaya hidup tak sehat,
sehingga diperlukan penanganan secara psikoterapi bagi penderita DM
penanganan dalam ketidakmampuan individu tersebut merupakan modal
dasar dalam keberhasilan pengobatan bagi penderita DM. Berdasarkan
data Internasional Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, terdapat 382
juta orang didunia menderita diabetes melitus tipe II dengan kematian
mencapai 4,6 juta orang. Pada tahun 2011 Indonesia menduduki
peringkat kesepuluh dunia dengan jumlah penderita diabetes melitus
tipe II sebanyak 6,6 juta orang, Indonesia menempati tututan ke-7 dari 10
negara dengan penderita diabetes tertinggi pada tahun 2013 (IDF,2013).
Data perkumpulan Endokrinologi (PERKINI,2015) jumlah penderita di
Indonesia mencapai 9,1 juta orang, dari peringkat ke-7 menjadi peringkat
ke-5 teratas diantara negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di
dunia.
Angka diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2015, Indonesia
menempati peringkat ke 7 di dunia untuk prevelensi penderita diabtes
melitus tertinggi di dunia bersama dengan Cina, India, Amerika, Brazil,
Rusia, dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang dengan diabetes melitus
sebesar 10 juta. Diabetes melitus dengan komplikasi merupakan penyebab
kematian tertinggi ke 3 di Indonesia. Pada tahun 2015, penderita diabetes
di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta orang dengan rentang usia 2079 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Namun, hanya
sekitar separuh dari mereka yang menyadari kondisinya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas hidup bagi pasien yang mengalami luka akut
atau kronis
2. Tujuan Khusus
Memberikan pelayanan perawatan luka dengan berdasarkan pada
panduan praktek ilmiah
C. Manfaat
1. Memperoleh pelayanan dan perawatan luka yang optimal dan
komprehensif
2. Memberika pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Home Care
1. Pengertian
Pelayanan
kesehatan
di
rumah
adalah
pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien di rumahnya, yang
merupakan sintesa dari pelayanan keperawatan komunitas dan
keterampian teknikal tertentu yang berasal dari spesalisasi
kesehatan tertentu, yang befokus pada asuhan keperawatan
individu
dengan
melibatkan
keluarga,
dengan
tujuan
menyembuhkan, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
fisik, mental/ emosi pasien.
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah
merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien
(Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam
keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien
yang telah melalui sejarah yang panjang.
Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home
care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif diberikan kepada individu, keluarga, di tempat
tinggal
mereka
mempertahankan,
yang
bertujuan
memulihkan
untuk
meningkatkan,
kesehatan/memaksimalkan
kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit.
Layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang
direncanakan, dikoordinir, oleh pemberi layanan melalui staff yang
diatur berdasarkan perjanjian bersama.
2. Tujuan
a. Terpenuhi kebutuhan dasar ( bio-psiko- sosial- spiritual )
secara mandiri.
b. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di
rumah.
3. Manfaat
a. Bagi Klien dan Keluarga :
1) Program
Home
Care
(HC)
dapat
membantu
meringankan biaya rawat inap yang makin mahal,
karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien,
transportasi dan konsumsi keluarga
2) Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu
berdekatan pada saat anggoa keluarga ada yang sakit
3) Merasa lebih nyaman karena berada dirumah sendiri
4) Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah,
sehingga tugas merawat orang sakit yang biasanya
dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran
perawat untuk menggantikannya
b. Bagi Perawat :
1) Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak
jenuh dengan lingkungan yang tetap sama
2) Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan
baik, sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan
sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien,
dengan
begitu
kepuasan
kerja
perawat
akan
meningkat.
3) Data dan minat pasien
c. Bagi Pelayanan Kesehatan
1) Membuat rumah sakit tersebut menjadi lebih terkenal
dengan
adanya
pelayanan
home
care
yang
dilakukannya.
2) Untuk mengevaluasi dari segi pelayanan yang telah
dilakukan
3) Untuk mempromosikan rumah sakit tersebut kepada
masyarakat
B. Konsep Diabetes Melitus
1. Pengertian
Diabetes
melitus
merupakan
sekumpulan
gangguan
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia
kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh
terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah
(PERKENI, 2015 dan ADA, 2017).
Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme
dengan hiperglikemi kronik akibat defisiensi sekresi insulin atau
berkurangnya efektifitas biologis dari insulin yang disertai
berbagai kelainan metabolik lain akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf
dan pembuluh darah ( Rendy dan Margareth, 2012).
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis
yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat
insufisiensi fungsi insulin. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans
kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel
tubuh terhadap insulin (Sunaryati dalam Masriadi, 2016).
2. Anatomi dan Fisiologi
Gambar 1
Gambar 2 pangreas
Pankres terletak melintang di bagian atas abdomen di belakang
gaster di dalam ruang retroperitonial. Di sebelah kiri ekor pankreas
mencapai hilus linpa di arah kronio dorsal dan bagian atas kiri kaput
pankreas di hubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas
yaitu bagian pangkreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm,
arteri dan vena mesentrika superior berada di leher pankreas bagian
kiri bawah kaput pangkreas ini disebut processus unsinatis pangkreas.
Pangkreas terdiri dari 2 jaringan utama yaitu:
a. Asinus,
yang
mengekresikan
pencernaan
kedalam
duedenum.
b. Pulau langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk
mengeluarkan getahnya namun sebaliknya mensekresikan
insulin dan glukagon langsung kedalam darah. Pangkreas
manusia mempunyai 1-2 juta
pulau langerhans, setiap
pulau langerhans hanya berdiameter 0-3 mm dan tersusun
mengelilinggi pembuluh darah kapiler. Pulau langerhans
mengandung 3 jenis sel utama, yakni sel–alfa, beta dan
delta. Sel beta yang mencakup kira kira 60% dari semua sel
terletak terutama di tengah setiap pulau dan mensekresikan
insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam
sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies 1
dengan yang lain. Dalam sel B, muloekus insulin
membentuk polimer yang juga komplek dengan seng.
Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena
perbedaan dalam ukuran polimer atau akregat seng dari
insulin. Insulin disintesis dalam retikulum endoplasma sel
B, kemudian di angkut ke aparatus kolgi, tempat ini
dibungkus didalam granula yang diikat membran. Kranula
ini pergerak ke dinding sel oleh satu proses yang
tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin kedaerah luar
gengan exsositosis. Kemudian insulin melintasi membran
basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata
kapiler untuk mencapai aliran darah.
Sel alfa yang
mencakup kira-kira 25% dari seluruh sel mensekresikan
glukagon. Sel delta yang merupakan 10% dari seluruh sel
mensekresikan somatostatin.
1) Fisiologi pankreas
Pangkreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai 2
fungsi yaitu sebgai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin.
Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret yang mengandung
enzim
yang dapat
menghidrolisis protein,
lemak, dan
karbohidrat, sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin
dan
glukagon
yang
memegang
peranan
penting
pada
metabolisme karbohidrat. Kelenjar pankeas dalam mengatur
metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon yang
disekresikan oleh sel-sel di pulau langerhans. Hormon ini dapat
diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar
glukosa darah
yaitu insulin dan hormon yang dapat
meningkatakan glukosa darah yaitu glukagon.
Pankreas dibagi menurut bentuknya :
a) Kepala (kaput) yang paling lebar terletak dikanan
rongga abdomen, masuk lekukan sebelah kiri duodenum
yang praktis melingkarinya.
b) Badan
(korpus)
menjadi
bagian
utama
terletak
dibelakang lambung dan didepan vetebra lumbalis
pertama.
c) Ekor (kauda) adalah bagian runcing disebelah kiri
sampai menyentuh pada limpa (lien).
2) Fisiologi insulin
Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel di pulau
langerhans
menyebabkan
timbulnya
pengaturan
secara
langsung sekresi beberapa jenis hormon lainnya, contohnya
insulin
menghambat
sekresi
glukagon,
menghambat sekresi glokagon dan insulin.
Pankreas menghasilkan :
somatostatin,
a) Garam NaHCO3 : membuat susah basah
b) Karbonhidrase : amilase ubah amilum maltose
3) Pulau langerhans
Gambar 3.Pulau Langerhans
Kepulauan Langerhans membentuk organ endrokrin yang
mengekresikan insulin, yaitu sebuah hormon antidiabetik, yang
diberikan dalam pengobatan diabetes. Insulin adalah sebuah
protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim enzim
pencernaan protein dan karena itu tidak diberikan melalui
mulut
melainkan
dengan
suntikan
subkutan.
Insulin
mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai
pengobatan dalam hal kekurangan seperti pada diabetes,
memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengasorbsi dan
menggunakan glukosa dan lemak.
Pada pankreas paling sedikit terdapat empat peptida dengan
aktivitas hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau (islests)
langerhans. Dua dari hormon hormon tersebut, insulin dan
glukagen
memiliki
fungsi
penting
dalam
pengaturan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Hormon 3,
somatostatin berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau dan
yang keempat polipeptida pankreas pada fungsi saluran cerna.
4) Hormon insulin
Insulin merupakan protein kecil, terdiri dari dua rantai asam
amino yang satu sama lainya dihubungkan oleh ikatan
disulfida. Bila kedua rantai asam amino dipisahkan, maka
aktifitas fungsional dari insulin akan hilang. Translasi RNA
insulin oleh ribosom yang melekat pada reticulum endoplasma
membentuk preprohormon insulin, melekat erat pada reticulum
endoplasma, membentuk pro insulin, melekat erat pada alat
golgi, membentuk insulin, terbungkus granula sekretorit dan
sekitar seperenam lainnya tetap menjadi pro insulin yang tidak
mempunyai aktifitas insulin.
Insulin dalam darah beredar dalam bentuk yang tidak
terikat dan memiliki waktu paruh 6 menit. Dalam waktu 10-15
menit akan dibersihkan dari sirkulasi. Kecuali sebagian insulin
yang perikatan dengan reseptor yang ada pada sel target, sisa
insulin di dekradasi oleh enzim insulinase dalam hati, ginjal,
otot dan jaringan yang lain.
Reseptor insulin merupakan kombonasi dari empat sub unit
yang saling berikatan bersama oleh ikatan disurfide, 2 sub unit
alfa (Terletak seluruhnya diluar membran sel) 2 sub unit beta
(menembus membran, menonjol kedalam sitoplasma). Insulin
berkaitan dengan sub unit alfa sub unit beta mengalami auto fos
forilas-protein kinase-fosforilasi dari banyak enzim intra selular
lainnya.
Insulin bersifat anbolik meningkatkan simpanan glukosa,
asam- asam lemak dan asam amino. Glokogen bersifat
katabolik, memobilisasi glukosa, asam-asam lemak, dan asam
amino dari penyimpanan kedalam aliran darah. Kedua hormon
ini bersifat berlawanan dalam efek keseluruhannya dan pada
sebagian besar keadaan disekresikan secara timbal balik.
Insulin yang berlebihan menyebabkan hipoglikemia, yang
menimbulkan kejang dan koma. Defiensi insulin baik absolute
maupun relatif koma menyebabkan diabetes mellitus 1 penyakit
komplek yang bila tidak diobati dapat mematikan. Defisiensi
glukagon dapat menimbulkan hipoglikemia dan kelebihan
glukagon
menyebabkan
diabetes
memburuk.
Produksi
somatosttin yang berlebihan oleh pangkreas menyebabkan
hiperglikemia dan manifestasi diabetes lainnya.
Umumnya diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya
sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta dari pulaupulau langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan
insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin. Disamping itu
diabetes mellitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap
fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel.
Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain
yang belum diketahui. (Smeltzer dan Bare, 2015).
3. Etiologi
Adapun etiologi dari Diabetes Melitus yang dibagi menurut
klasifikasinya adalah :
a. Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) DM TIPE I
1) Genetik
Umumnya
penderita
diabetes
tidak
mewarisi
diabetes tipe I itu sendiri namun mewarisi sebuah
presdisposisi atau sebuah kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes type I. Kecenderungan
genetik ini ditentukan pada individu yg memililiki
type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi & proses imun lainnya.
2) Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat fakta adanya sebuah
respon autoimun. Ini adalah respon abnormal di mana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seakan-akan sebagai jaringan asing
3) Lingkungan
Faktor eksternal yang akan memicu destruksi sel β
pankreas,
sebagai
sampel
hasil
penyelidikan
menyebutkan bahwa virus atau toksin tertentu akan
memicu proses autoimun yang bisa memunculkan
destuksi sel β pangkreas.
4) Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
DM TIPE II.
Umumnya penyebab dari DM type II ini belum
diketahui, faktor genetik diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya sebuah resistensi
insulin. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
(DMTTI) penyakitnya memiliki pola familiar yang
kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi
insulin ataupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
nampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran pada
kerja
Insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya
pada
reseptorreseptor
seterusnya
terjadi
permukaan
reaksi
sel
intraselluler
tertentu,
yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran
sel.
Pada pasien dengan DMTTI terdapat sebuah
kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.
Hal ini bisa disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang umumnya esponsif insulin pada
membran sel. Dan menyebabkan terjadi penggabungan
abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan
sebuah system transport glukosa. Kadar glukosa
normal akan dipertahankan dalam saat yang cukup
lama dan meningkatkan sekresi insulin, namun pada
hasilnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan kadar hiperglikemia.
Diabetes Melitus type II disebut pula Diabetes Melitus
tidak tergantung insulin (DMTTI) atau bisa disebut
dengan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus
(NIDDM) yang adalah satu buah group heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, namun terkadang akan
timbul pada periode kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya DM tipe II, diantaranya yaitu :
a) Umur (resistensi insulin cenderung meningkat
pada umur di atas 65 tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik
4. Manifestasi Klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya sering
kali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita. Manifestasi
klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik
defisiensi insulin. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi
ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini
akan
mengakibatkan
diuresis
osmotik
yang
meningkatkan
pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang ginjal untuk
ekskresi glukosa yaitu ± 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus
(polidipsia). Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin
akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price dan Wilson,
2012).
Pasien dengan diabetes tipe I sering memperlihatkan awitan
gejala yang eksplosif dengan polidipsia, pliuria, turunnya berat
badan, polifagia, lemah, somnolen yang terjadi selama beberapa
hari atau beberapa minggu. Pasien dapat menjadi sakit berat dan
timbul
ketoasidosis,
mendapatkan
serta
pengobatan
dapat
segera.
meninggal
Terapi
kalau
insulin
tidak
biasanya
diperlukan untuk mengontrol metabolisme dan umumnya penderita
peka terhadap insulin. Sebaliknya pasien dengan diabetes tipe 2
mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dan
diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di
laboratorium
dan
melakukan
tes
toleransi
glukosa.
Pada
hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebut mungkin menderita
polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak
mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi insulin
secara absolut namun hanya relatif. Sejumlah insulin tetap
disekresi dan masih cukup untuk mnenghambat ketoasidosis (Price
dan Wilson, 2012).
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2
(PERKENI, 2015) yaitu :
a. Gejala akut penyakit DM
Gejala
penyakit
DM
bervariasi
pada
setiap
penderita, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa
pun
sampai
saat
tertentu.
Permulaan
gejala
yang
ditunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu:
1) Banyak makan (poliphagi).
2) Banyak minum (polidipsi) .
3) Banyak kencing (poliuri).
Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan
timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu
makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan
cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah
lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual
(PERKENI, 2015).
b. Gejala kronik penyakit
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM
(PERKENI, 2015) adalah
1) Kesemutan,
2) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum,
3) Rasa tebal di kulit,
4) Kram,
5) Mudah mengantuk,
6) Mata kabur,
7) Biasanya sering ganti kacamata,
8) Gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita,
9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas,
10) Kemampuan seksual menurun,
11) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau
kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi
berat lahir lebih dari 4 kg.
5. Patofisiologi dan WOC
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan
insulin
karena
sel-sel
beta
pankreas
telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi
akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping
itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia prosprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glikosuria). Ketika glukosa
yang berlebihan di eksresikan ke dalam urin, eksresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan
ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). (Smeltzer dan Bare,
2015).
Difisiensi insulin juga akan menganggu metabolisme
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia),
akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)
dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam
amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin,
proses ini kan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut
menimbulkan
hiperglikemia.
Disamping
itu
akan
terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menganggu keseimbangan
asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
disebabkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton
dan bila tidak ditangani akan menimbulkan penurunan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi
serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting
(Smeltzer dan Bare, 2015).
DM tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan
karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik.
Meskipun pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan
memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya DM tipe
2. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor
lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik,
diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare,
2015). Mekanisme terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan
karena resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan
(Smeltzer dan Bare, 2015).
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa
akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipe 2. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe 2,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
DM tipe 2. Meskipun demikian, DM tipe 2 yang tidak terkontrol
akan menimbulkan masalah akut lainnya seperti sindrom
Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketotik (HHNK) (Smeltzer dan
Bare, 2015).
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan DM tipe 2
dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama-lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat
tinggi). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit DM
selama bertahun-tahun adalah terjadinya komplikasi DM jangka
panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan
vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis
ditegakkan (Smeltzer dan Bare, 2015)
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut referensi NANDA NIC NOC pemeriksaan penunjang
Diabetes mellitus adalah :
a. Kadar glukosa darah
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzim matik sebagai patokan penyaring.
Kadar Glukosa Darah sewaktu (mg/dl)
Kadar
glukosa
darah DM
Belum Dm
sewaktu
Plasma darah
> 200
100-200
Darah kapiler
> 200
80-100
Kadar Glukosa Darah puasa (mg/dl)
Kadar glukosa darah Puasa
DM
Belum pasti Dm
Plasma vena
>120
110-120
Darah kapiler
> 110
90-110
Tabel 1. Kadar Glukosa Darah sewaktu (mg/dl)
b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada
sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
1) Glukosa plasma sewaktu> 200 mg/dl (11,1mmol/ L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam
kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat
(2 jam post prandial (pp) >200mg/dl
c. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes
diagnostit,
tes
pemantauwan
terapi
dan
tes
untuk
mendeteksi kompliksi.
1) Tes Dianostik
Tes-tes diagnostit pada DM adalah : GDP, GDS,
GD2PP (glukosa darah 2 jam post prandial),
Glukosa jam ke-2 TTGO.
2) Tes monitoring terapi
Tes-tes utuk mendektesi komplikasi adalah :
a) GDP : plasma vena ,darah kapiler
b) GD2 PP : Plasma vena
c) A1c : darah vena, darah kapiler
3) Tes untuk mendeteksi komplikasi Tes-tes untuk
mendekteksi
komplikasi
adalah
:
Mikroalbuminuria : Urin
a) Ureum, kreatinin, asamurat
b) Kolesterol total : Plasma vena (puasa)
c) Kolesterol LDL : Plasma vena (puasa)
d) Kolesterol HDL : Plasma vena (puasa).
a)
7. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
mengurangi
terjadinya
komplikasi
vaskuler
serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM,
yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit
angiopati diabetic
d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan
keadaan penderita
e) Menarik dan mudah diberikan
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi
penderita DM, adalah
a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila
dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah makan,
berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita
dengan
kegemukan
atau
menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas
insulin
dengan
reseptornya.
b) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan
pagi dan sore
c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah
suplai oksigen
d) Meningkatkan kadar kolesterol high density
lipoprotein
e) Kadar
glukosa
otot
dan
hati
menjadi
berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida
dalam darah karena pembakaran asam lemak
menjadi lebih baik.
3) Penyuluhan
Penyuluhan
penyuluhan
melalui
merupakan
kesehatan
salah
kepada
bermacam-macam
satu
penderita
cara
atau
bentuk
DM,
media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
4) Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa
darah secara mandiri diharapkan pada penderita
diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
b. Medis
Obat :
1) Tablet
OAD
(Oral
Antidiabetes)/
Obat
Hipoglikemik Oral (OHO)
2) Mekanisme kerja Biguanida 3) Pemberian Insulin
3) Indikasi penggunaan insulin
4) Cara pemberian insulin
8. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM
tipe 2 akan menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM
tipe 2 terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi
akut dan komplikasi kronik (Smeltzer dan Bare, 2015 ; PERKENI,
2015).
a. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan
adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton
(+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300320
mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion gap
(PERKENI, 2015).
2) Hiperosmolar Non Ketotik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa
darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda
dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat
meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-),
anion
gap
normal
atau
sedikit
meningkat
(PERKENI, 2015).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya
kadar glukosa darah mg/dL. Pasien DM yang tidak
sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan
hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari
berdebar-debar, banyak keringat, gementar, rasa
lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun
sampai koma (PERKENI, 2015).
b. Komplikasi kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi
pada pasien DM saat ini sejalan dengan penderita DM yang
bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang tidak
terkontrol dalam waktu yang lama akan menyebabkan
terjadinya komplikasi kronik. Kategori umum komplikasi
jangka panjang terdiri dari :
1) Komplikasi makrovaskular
Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi
akibat aterosklerosis dari pembuluh-pembuluh darah
besar, khususnya arteri akibat timbunan plak
ateroma. Makroangiopati tidak spesifik pada DM
namun dapat timbul lebih cepat, lebih sering terjadi
dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis
menunjukkan
penyakit
bahwa
angka
kardiovaskular
kematian
dan
penderita
akibat
DM
meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal.
Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada
hubungan dengan kontrol kadar gula darah yang
baik. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi
bahwa hiperinsulinemia merupakan suatu faktor
resiko mortalitas kardiovaskular dimana peninggian
kadar insulin dapat menyebabkan terjadinya risiko
kardiovaskular menjadi semakin tinggi. Kadar
insulin puasa > 15 mU/mL akanmeningkatkan risiko
mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat.
Makroangiopati, mengenai pembuluh darah
besar antara lain adalah pembuluh darah jantung
atau penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak
atau
stroke,
dan
Hiperinsulinemia
penyakit
juga
pembuluh
dikenal
sebagai
darah.
faktor
aterogenik dan diduga berperan penting dalam
timbulnya komplikasi makrovaskular (Smeltzer dan
Bare, 2015)
2) Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat
penyumbatan pada pembuluh darah kecil khususnya
kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan
nefropati diabetik. Retinopati diabetik dibagi dalam
2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan
retinopati proliferatif.
3) Neuropati
Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf
sebagai komplikasi serius akibat DM. Komplikasi
yang tersering dan paling penting adalah neuropati
perifer, berupa hilangnya sensasi distal dan biasanya
mengenai kaki terlebih dahulu, lalu ke bagian
tangan. Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya
ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering
dirasakan adalah:
a) Kaki terasa terbakar
b) Bergetar sendiri
c) Lebih terasa sakit di malam hari.
Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien
perlu
dilakukan
skrining
untuk
mendeteksi
adanya
polineuropatidistal. Apabila ditemukan adanya polineuropati
distal, perawatan kaki yang memadai akan menurunkan risiko
amputasi. Semua penyandang DM yang disertai neuropati
perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki untuk
mengurangi risiko ulkus kaki (PERKENI, 2015).
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar
proses keperawatan diperlukan pengkajian yang cermat untuk
mengenal masalah klien agar dapat memberikan tindakan
keperawatan. Keberhasilan keperawatan sangat tergantung kepada
kecermatan dan ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini
terdiri dari 4 komponen antara lain pengelompokan data, analisis
data, perumusan diagnosa keperawatan.
a. Identitas meliputi : Nama, Umur, Alamat, Pendidikan, No
MR, Tanggal Masuk RS, dan Diagnosa Medis.
b. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen,
nafas pasien mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul,
poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan
sakit kepala
c. Riwayat kesehatan Sekarang
Berisi
tentang
Hipoglikemik,
kapan
KAD
terjadinya
penyakit
(Coma
(Ketoasidosis
Diabetic)
HONK
(Hiperosmolar Non Ketotik), penyebab terjadinya penyakit
(Coma Hipoglikemik, KAD (Ketoasidosis Diabetic) /
HONK ( Hiperosmolar Non Ketotik) serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya
penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat
melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama
stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit)
atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,
kontrasepsi oral)
f. Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
g. Aktivitas dan istirahat
Letih, lemah ,sulit bergerak/berjalan, kram otot ,tonos otot
menurun.
h. Sirkulai
Adakah
riwayat
hipertensi,
kebas,
kesemutan
pada
ektremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhan lama,
takikardi, perubahan tekanan darah.
i. Eliminasi
Perubahan pola berkemih (Poliuria,nokturia,anuria)
j. Makanan/cairan
Anoreksia,
mual
dan
muntah,tidak
mengikuti
diet,penurunan berat badan,haus
k. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, gangguan penglihatan
l. Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri( sedang/berat)
m. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran
2) Tanda-tanda vital
3) Manifestasi komplikasi : tanda retinopati
ophtamoncopic
4) Suhu kulit, nadi lemah, (posterior tibial dan dorsalis
pedia)
5) Sensai : tumpul/tajam
n. Laboratorium
1) Serum elektrolit (k dan Na) : Pemeriksaan untuk
memantau ketidakseimbangan cairan dalam tubuh.
keabnormal K dalam serum atau plasma dapat
mengindikasikan adanya gangguan kesehatan tubuh
2) Glukosa darah : untuk mengukur kadar glukoa darah
3) BUN dan serum cretinin : untuk mengetahui adanya
gangguan fungsi ginjal
4) Microalbuminuria : untuk mengetahui beratnya
gangguan ginjal
2. Diagnosa
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
b. Kerusakan integritas kulit b.d nekrosis kerusakan jaringan
(nekrosis luka gangrene)
c. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit
d. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi
darah keperifer, proses penyakit (Diabetes Melitus)
e. Kekurangan volume cairan b.d gejala poliuria dan dehidrasi
f. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
g. Hambatan mobilitas fisik b.d intoleransi aktivitas fisik
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang
perawat lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi
yang di prakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif
(Mc.Closkey & Bulechek, 2004).
Intervensi di bagi menjadi tiga yaitu :
a. Intervensi perawat
Respon
perawat
terhadap
kebutuhan
perawatan
kesehatan dan diognosa keperawatan klien. Tipe intervensi
ini adalah “suatu tindakan autonomi berdasarkan rasional
ilmiah yang dilakukan untuk kepentingan klien dalam cara
yang diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa
keperawatan dan tujuan klien” (Mc.Closkey & Bulechek,
2004).
Intervensi perawat tidak membutuhkan intruksi dokter
atau profesi lainnya. Dokter seringkali dalam intruksi
tertulisnya mencakup intervensi keperawatan mandiri,
namun demikian berdasarkan UU praktik keperawatan
disebagian besar negara bagian, tindakan keperawatan yang
berkaitan
dengan
aktifitas
kehidupan
sehari-hari,
penyuluhan kesehatan,promosi kesehatan, dan konseling
berada dalam domain praktik keperawatan.
b.Intervensi dokter
Didasarkan pada respon dokter terhadap diagnosa medis,
dan
perawat
menyelesaikan
intruksi
tertulis
dokter
(Mc.Closkey & Bulechek, 2004).
c. Intervensi kolaboratif.
Terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan
keahlian dari berbagai profesional keperawatan kesehatan.
NO
1
DIAGNOSA
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
Nyeri akut berhubungan
NOC:
dengan agen injuri biologis
Tingkat nyeri
(penurunan perfusi jaringan
Nyeri terkontrol
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Tingkat kenyamanan
kualitas dan ontro presipitasi.
perifer)
Manajemen nyeri :

Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
24 jam, klien dapat :

Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

Mengontrol nyeri, dengan indikator :

Mengenal faktor-faktor penyebab

Mengenal onset nyeri

Tindakan pertolongan non farmakologi

Menggunakan analgetik

Melaporkan gejala-gejala nyeri kepada tim
mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.

Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi
nyeri
seperti
suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan.

Kurangi ontro presipitasi nyeri.

Pilih
dan
lakukan
penanganan
nyeri
kesehatan
(farmakologis/non farmakologis)..

Nyeri terkontrol


Menunjukkan tingkat nyeri, dengan indikator:

Melaporkan nyeri

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

Frekuensi nyeri

Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol nyeri.

Lamanya episode nyeri

Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain

Ekspresi nyeri; wajah

Perubahan respirasi rate

Perubahan tekanan darah

Kehilangan nafsu makan
Ajarkan
teknik
non
farmakologis
(relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
tentang pemberian analgetik tidak berhasil.

Monitor penerimaan klien tentang manajemen
nyeri.
Administrasi analgetik :.

Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis,
dan frekuensi.

Cek riwayat alergi..

Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal.

Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
analgetik.

Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri
muncul.

Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek
samping.
2
Kerusakan integritas
Tussue integriti : skin and mucous
kulit b.d nekrosis
Wound healing : primary and secondary
kerusakan jaringan (
intention
nekrosis luka gangrene)
KH :
Prssure ulcer prevention wound care

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
longgar

Jaga kulit agar tetap bersih dan kering

Perfusi jaringan normal


Tidak ada tanda infeksi

Ketebalan dan tektus jaringan normal

Monitor kulit akan adanya kemerahan

Menunjukkan pemahaman dalam proses

Oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah
setiap 2 jam sekali
yang tertekan
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya

Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien
cidera berulang

Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien
Menunjukkan terjadinya proses

Monitor status nitrisi pasien
penyembuhan luka

Memandikan pasien denagn sabun dan
air hangat

Observasi luka: lokasi, demensi, keadaan
luka, jaringan nekrotik, tanda-tanda
infeksi lokal, formasi tektur

Ajarkan kelurga tentang luka dan perawatan luka

Kolaborasi ahli gizi pemberian diit
TKTP (tinggi kalori protein)
2
Ketidakseimbangan nutrisi
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
kurang dari kebutuhan
Intake makanan peroral yang adekuat
tubuh b.d. ketidakmampuan
Intake NGT adekuat
menggunakan glukose (tipe
Intake cairan peroral adekuat
1)

Cegah kontimonasi fase dan urine

Lakukan teknik perawatan luka dengan streril

Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka

Hindari kerutan pada tempat tidur
Nutrition Management

Monitor intake makanan dan minuman yang
dikonsumsi klien setiap hari

Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi
yang dibutuhkan dengan berkolaborasi dengan ahli
Intake cairan yang adekuat
gizi
Intake TPN adekuat

Dorong peningkatan intake kalori, zat besi, protein
dan vitamin
3
Ketidakseimbangan nutrisi
Nutritional Status : Nutrient Intake

Beri makanan lewat oral, bila memungkinkan

Kaji kebutuhan klien akan pemasangan NGT

Lepas NGT bila klien sudah bisa makan lewat oral
Weight Management
lebih dari kebutuhan tubuh

Kalori

b.d. kelebihan intake nutrisi

Protein
budaya serta faktor hereditas yang mempengaruhi
(tipe 2)

Lemak
berat badan

Karbohidrat

Diskusikan resiko kelebihan berat badan.

Vitamin

Kaji berat badan ideal klien.

Mineral

Kaji persentase normal lemak tubuh klien.

Zat besi

Beri motivasi kepada klien untuk

Kalsium
Diskusikan dengan pasien tentang kebiasaan dan
menurunkan berat badan.

Timbang berat badan setiap hari.

Buat rencana untuk menurunkan berat badan klien.

Buat rencana olahraga untuk klien.

Ajari klien untuk diet sesuai dengan kebutuhan
nutrisinya.
4
Defisit Volume Cairan b.d
NOC:
NIC :
Kehilangan volume cairan
Fluid balance
Fluid management
secara aktif, Kegagalan
Hydration

Timbang popok/pembalut jika diperlukan
mekanisme pengaturan
Nutritional Status : Food and Fluid Intake

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Kriteria Hasil :

Monitor status hidrasi ( kelembaban membran

Mempertahankan
urine
output
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
sesuai
jika diperlukan
dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal

Monitor vital sign

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam

batas normal

Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
intake kalori harian
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas

Kolaborasikan pemberian cairan IV
turgor

Monitor status nutrisi

Berikan cairan IV pada suhu ruangan

Dorong masukan oral

Berikan penggantian nesogatrik sesuai output

Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

Tawarkan snack ( jus buah, buah segar

Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
kulit
lembab,
berlebihan
tidak
baik,
ada
membran
rasa
mukosa
haus
yang
meburuk

Atur kemungkinan tranfusi

Persiapan untuk tranfusi
5
PK: Hipoglikemia
Setelah dilakukan askep….x24 jam diharapkan
PK: Hiperglikemi
perawat akan menangani dan meminimalkan

Monitor tingkat gula darah sesuai indikasi
episode hipo/ hiperglikemia.

Monitor tanda dan gejala hipoglikemi ; kadar gula
Managemen Hipoglikemia:
darah < 70 mg/dl, kulit dingin, lembab pucat,
tachikardi, peka rangsang, gelisah, tidak sadar ,
bingung, ngantuk.

Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk / sejenis
jahe setiap 15 menit sampai kadar gula darah > 69
mg/dl

Berikan glukosa 50 % dalam IV sesuai protokol

K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk dietnya.
Managemen Hiperglikemia

Monitor GDR sesuai indikasi

Monitor tanda dan gejala diabetik ketoasidosis ;
gula darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton,
sakit kepala, pernafasan kusmaul, anoreksia, mual
dan muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan kabur
atau kadar Na,K,Po4 menurun

Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi

Berikan insulin sesuai order

Pertahankan akses IV

Berikan IV fluids sesuai kebutuhan

Konsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala
Hiperglikemia menetap atau memburuk

Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi

Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl
khususnya adanya keton pada urine

Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi & irama,
warna kulit, waktu pengisian kapiler, nadi perifer
dan kalium
6

Anjurkan banyak minum

Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan
Perfusi jaringan tidak efektif NOC :
NIC :
b.d hipoksemia jaringan.
Circulation status
Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi
Tissue Prefusion : cerebral
perifer)
Kriteria Hasil :

mendemonstrasikan status sirkulasi

Tekanan systole dandiastole dalam rentang

Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
terhadap panas/dingin/tajam/tumpul

Monitor adanya paretese
yang diharapkan

Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit

Tidak ada ortostatikhipertensi

Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan

Gunakan sarun tangan untuk proteksi
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)

Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
mendemonstrasikan kemampuan kognitif

Monitor kemampuan BAB
yang ditandai dengan:

Kolaborasi pemberian analgetik
berkomunikasi dengan jelas dan

Monitor adanya tromboplebitis
sesuai dengan kemampuan

Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi



menunjukkan perhatian, konsentrasi
dan orientasi

memproses informasi

membuat keputusan dengan benar
jika ada lsi atau laserasi
4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai
pelaksanaan
tujuan
yang
meliputi
telah
ditetapkan.
pengumpulan
data
Kegiatan
dalam
berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Walid, 2012).
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang
bantuan situasi yang membutuhkan tambahan beragam dan
mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan praktik
terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor
(teknis). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada
batu kandung kemih, pada prinsipnya adalah menganjurkan klien
untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital, mengawasi
pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi
untuk mengatasi nyeri, memberikan obat dan memantau hasil
pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta melibatkan
keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang
dilakukan ke dalam catatan keperawatan secara lengkap yaitu ;
jam, tanggal, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap
perawat yang melakukan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah & Walid, 2012). Menurut
teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang menentukan
apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu
rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan,
perawat harus mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau
evaluasi diperoleh dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan
objektif didapatkan langsung dari hasil pengamatan. Penilaian
keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan
kriteria hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang,
tanda-tanda vital dalam batas normal dan pengetahuan klien
tentang perawatan batu kandung kemih meningkat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE PADA PASIEN Ny. M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS DI LINGKUNGAN
BATU RINGGIT SELATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG
KARANG
A. PENGKAJIAN
Nama Puskesmas
Tanjung Karang
Tanggal
16 Maret 2020
Nama Perawat yang mengkaji
Mahasiswa Homecare
Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama klien
Ny”M”
Penanggungjawab
Tn”A”
DiagnosaMedik
Diametes Melitus
Dokter Penanggung Jawab
-
Alamat Rumah & Telp
Lingkungan Batu Ringgit Selatan
Agama &Suku
Islam & Sasak
Keluhan utama :
Sirkulasi/ Cairan
Perkemihan
Pernapasan
Pasien megatakan
 Edema : -
 Pola BAK
 Sianosis : -
Terdapat luka pada jempol  Bunyi jantung :
3 x/hr, vol 700
kaki sebelah kiri.
Normal (S1 S2)
ml/hr
Hasil Pemeriksaan
 Asites : -
 Hematuri
:-
fisik
 Akral dingin : -
 Poliuria
:-
 Sekret / Slym :
 Irama ireguler :
-
 Tanda Perdarahan :
GCS : E4 V5 M6
 Oliguria
:-
 Wheezing : -
:-
 Ronki : -
TD : 140/70 mm/Hg
purpura
:-
 Disuria
P
:
20
hematom
:-
 Inkontinensia : -
 Otot
S
:
36
0
petekie
:-
 Retensi
bantu napas
N
:
80
x/ menit
hematemesis : -
 Nyeri saat BAK : -
:-
:-
melena
:-
 Kemampuan BAK
 Alat
epistaksis
:-
:Mandiri / Bantu
bantu nafas
sebagian/tergantun
:-
g
 Dispnea : -
 Takikardia
x/ menit
C
 Bradikardia :  Tubuh teraba hangat
 Tanda Anemia :
:-
TB : 165
cm
Pucat/Konjungtiva
BB : 55
Kg
(-)
 Alat bantu:
 Sesak : -
pucat/Lidah pucat
Tidak(+) Ya (-)
 Stridor : -
(-)
Gunakan Obat :
 Krepirasi : -
Bibir pucat (-)
Tidak (+) Ya (-)
Akral pucat (-)
 Kemampuan BAB :
Penampilan Umum:
K.U : Baik
- Pasien tampak kurus
 Tanda Dehidrasi :
Mandiri/Bantu
mata cekung (-)/
sebagian/tergantun
turgor kulit
g
berkurang(-)/ bibir
kering(-)
 Pusing
:-
 Kesemutan
:-
 Berkeringat
:-
 Rasa Haus
:-
 Pengisian kapiler
3detik : -
Catatan :
Tidak terdapat masalah pada pemeriksaan fisik, sistem sirkulasi/cairan, sistem perkemihan dan
sistem pernapasan pada pasien.
Pencernaan
Muskuloskeletal
Neurosensori
 Mual : (-)
 Tonus otot : 5
Fungsi Penglihatan :
 Muntah : (-)
 Kontraktur : (-)
Fungsiperabaan : (-)
 Kembung : (-)
 Fraktur : (-)
 Nafsu Makan :
 Nyeri otot/tulang* : :
Berkurang/Tidak*
(-)
 Buram : mata sebelah kiri
Kesemutan : (-)
 Tak bisa melihat : (-)
 Sulit Menelan : (-)
 Drop Foot Lokasi
 Disphagia : (-)
: (-)
 Alat bantu : (-)
 Bau Nafas : (-)
 Tremor Jenis
 Disorientasi : (-)
 Kerusakan gigi/gusi/
tidak ada .
 Parese : (-)
lidah/geraham/rahang/p
 Malaise / fatique : (-)
 Visus : (-)
alatum* : (-)
 Atropi : (-)
 Halusinasi : (-)
 Distensi Abdomen: (-)  Kekuatan otot:
 Bising Usus:
Kebas : (-)
Disartria: (-)
Fungsi pendengaran :
16 x /menit
5
5
 Amnesia : (-)
 Konstipasi : (-)
5
5
Paralisis : (-)
 Diare: - x/hr
 Hemoroid, grade
: (-)
 Teraba Masa
 Kurang jelas : (+)
 Postur tidak normal
: (-)
 RPS Atas : bebas/
abdomen : (-)
terbatas/kelemaha
 Stomatitis : (-)
n/kelumpuhan
Warna : (-).
(kanan/kiri)*
 Riwayat obat
 RPS Bawah
 Refleks patologis : (-)
 Tuli : (-)
 Kejang : : (-) lama : (-)
frekwensi : (-)
Alat bantu: (-)
 Tinnitus : (-)
Fungsi Penciuman
pencahar : (-)
:bebas/terbatas/
 Maag : (-)
kelemahan/kelumpuhan  Terganggu : (-)
 Konsistensi : Padat
(kanan/kiri)*
 Diet Khusus :
 Berdiri :
:Tidak/Ya*
Mandiri/ Bantu
 Kebiasaan makan-
sebagian/tergantun
minum : Mandiri/
Bantu
sebagian/Tergantung*
 Mampu : (+)
Fungsi Perasa
 Mampu : (+)
 Terganggu : (-)
Kulit
g*
 Berjalan :
 Jaringan parut (-)
 Memar (-)
Mandiri/ Bantu
 Alergi
sebagian/tergantun
makanan/minuman :
g*
Tidak/Ya*.
 Alat Bantu :
 Alat bantu :
Tidak/Ya*
 Laserasi (-)
 Ulserasi (-)
 Pus (-)
 Bulae/lepuh (-)
Tidak/Ya*
 Nyeri : Tidak/Ya*
 Perdarahan bawah (-)
 Krustae (-)
 Luka bakar (-)
Kulit (-) Derajat (-)
 Perubahan warna (-)
 Decubitus :
Grade (-) Lokasi (-)
Tidur dan Istirahat
 Susah tidur (-)
 Waktu tidur
± 8 jam
 Bantuan obat (-)
Catatan :
Pada sistem pencernaan, pasien mengatakan nafsu makannya berkurang. Pada sistem
neurosensory pasien mengatakan penglihatannya sebelah kiri buram dan pendengarannya
sebelah kiri kurang jelas.
Mental
Komunikasi dan
Kebersihan Diri
Perawatan
 Cemas (-)
Budaya
 Gigi-Mulut
DiriSehari-
 Denial (-)
 Interaksi dengan
kotor (-)
hari
 Marah (-)
Keluarga :
 Mata kotor (+)
 Mandi :
 Takut (-)
Baik/Terhambat
 Kulit kotor (-)
Mandiri/Bantu
 Berkomunikasi :
 Perineal/genital
sebagian/Tergantung
 Putus asa (-)
 Depresi (-)
 Rendah diri (-)
 Menarik diri (-)
Lancar/Terhambat
kotor (-)
 Kegiatan sosial sehari-
 Hidung kotor (+)
hari : berkumpul dengan
 Kuku kotor (-)
tetangga sekitar.
 Agresif (-)
 Telinga kotor (+)
 Perilaku kekerasan (-
 Rambut-Kepala
)
 Berpakaian :
Mandiri/Bantu
sebagian/Tergantung
 Menyisir Rambut :
Mandiri/Bantu
sebagian/tergantung
kotor (-)
 Respon pasca trauma
(-)
 Tidak mau
melihat bagian
tubuh yang
Rusak (-)
Catatan :
Terdapat masalah dalam kebersihan diri pasien, dimana mata, hidung dan telinga pasien
tampak kotor dan pasien sudah 4 hari tidak mengganti pakaiannya.
DATA PENUNJANG MEDIS INDIVIDU KLIEN
Laboratorium
Radiologi
EKG
USG
1. Senin, 15
Februari 2021
GDP : 294 mgdL
Terapi Obat :
1. Gliben clamide
2. Metformin
3. Vit. BC
Keluhan Tambahan :
Pasien memiliki riwayat diabetes, pasien dan keluarga mengatakan luka pada jempol kakinya
disebabkan karena tertusuk benda tajam, setelah beberapa hari, luka tersebut kembali berdarah
karena digigit tikus. Keluarga pasien mengatakan luka tersebut sudah ± 1 tahun. Luka pasien
tampak kotor dan tekstur kulit luka keras. Pasien terlihat tidak menggunakan alas kaki ketika
berjalan. Pasien dan keluarga tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.
B. DIAGNOSA
1. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang penyakit Diabetes
d/d pasien dan keluarga tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.
2. Kerusakan integritas kulit b/d nekrosis jaringan ( luka gangrene) d/d
terdapat luka pada jempol kaki sebelah kiri.
C. RENCANA
Nama Puskesmas
Tanjung Karang
Nama Perawat yangmengkaji
Mahasiswa Praktek
Nama Individu
Ny.M
Nama PenanggungJawab/ KK
Tn.A
Penyakit/MasalahKesehatan
Diabetes Melitus
Alamat
Lingkungan Batu Ringgit Selatan
Tgl/No
16 Maret
2021
Diagnosa Keperawatan
1. Kurang
Homecare
Tujuan
Rencana
Setelah dilakukan tindakan
1. Kaji tingkat pengetahuan
pengetahuan b/d
selama 3x24 jam
pasien dan keluarga
kurangnya
diharapkan pasien dan
tentang penyakit DM
informasi d/d
keluarga :
pasien dan
1. Mengetahui tentang
2. Berikan penyuluhan
tentang DM.
keluarga tampak
penyakitnya, meliputi
 Pengertian DM
bertanya-tanya
:
 Tipe-tipe DM
tentang

Pengertian DM
 Penyebab DM
penyakitnya.

Tipe-tipe DM
 Tanda dan gejala DM

Penyebab DM
 Cara mengontrol DM

Tanda dan gejala

3. Evaluasi ulang tingkat
DM
pengetahuan pasien dan
Cara mengontrol
keluarga tentang
DM.
penyakit DM yang sudah
dijelaskan petugas
2. Kerusakan
integritas kulit b/d
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV
selama 3x24 jam
nekrosis kerusakan diharapkan pasien dan
jaringan (nekrosis
luka gangrene)
keluarga :
1.
Pasien dan keluarga
2. Observasi keadaan luka
3. Anjurkan jaga luka agar
tetap bersih dan kering.
4. Anjurkan keluarga
ditandai terdapat
memahami cara
tentang cara perawatan
luka pada jempol
perawatan luka secara
luka secara mandiri
kaki sebelah kiri.
mandiri.
2.
5. Anjurkan pasien untuk
Tidak terdapat tanda-
selalu menggunakan alas
tanda infeksi.
kaki
6. Lakukan teknik
perawatan luka dengan
steril.
7. Evaluasi ulang
kemampuan pasien dan
keluarga tentang proses
perawatan luka secara
mandiri.
D. TINDAKAN DAN EVALUASI
Nama Puskesmas
Tanjung Karang
Nama Perawat yangmengkaji
Mahasiswa Praktek
Nama Individu
Ny.M
Nama PenanggungJawab/ KK
Tn.A
Penyakit/MasalahKesehatan
Diabetes Melitus
Alamat
Lingkungan Batu Ringgit Selatan
Tgl/
Diagnosa
No.
Keperawatan
16 – 19
1. Kurang
Homecare
Ttd
Implementasi
1. Mengkaji tingkat
Evaluasi
S:
Maret
pengetahuan
pengetahuan pasien dan
2021
b/d kurangnya
keluarga tentang
belum mengetahui
informasi d/d
penyakit DM
tentang penyakit DM
pasien dan
2. memberikan
- Pasien dan keluarga
- Setelah diberikan
keluarga
penyuluhan tentang
penyuluhan oleh
tampak
DM.
petugas, pasien dan
bertanya-tanya
4. Pengertian DM
keluarga mengatakan
tentang
5. Tipe-tipe DM
sudah memahami
6. Penyebab DM
tentang penyakit
7. Tanda dan gejala
DM.
penyakitnya.
DM
8. Cara mengontrol
O:
- Pasien dan keluarga
Perawat
DM
tampak kooperatif
saat dilaksanakannya
3. mengevaluasi ulang
penyuluhan.
tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga
- Pasien dan keluarga
tentang penyakit DM
yang sudah dijelaskan
tampak paham.
- Pasien dan keluarga
petugas
tampak mampu
menjelaskan kembali
tentang penyakit DM
yang sudah
dijelaskan petugas.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
16-19
2. Kerusakan
1. mengobservasi TTV
Maret
integritas kulit 2. mengobservasi keadaan
2021
b/d nekrosis
kerusakan
jaringan
luka
3. memonitor kulit akan
adanya infeksi
(nekrosis luka 4. menganjurkan jaga luka
gangrene)
agar tetap bersih dan
ditandai
kering.
S:
- Pasien dan keluarga
mengatakan akan
menjaga agar luka
tetap bersih dan
kering.
- keluarga
mengatakan akan
terdapat luka
5. Anjurkan keluarga
melakukan
pada jempol
tentang cara perawatan
perawatan luka
kaki sebelah
luka secara mandiri
secara mandiri.
kiri.
6. Anjurkan pasien untuk
- Pasien mengatakan
selalu menggunakan
akan selalu
alas kaki
menggunakan alas
kaki.
7. Melakukan teknik
perawatan luka dengan O :

steril.
8. Evaluasi ulang
TTV :
TD : 140/70 mmHg
kemampuan pasien dan RR : 20 x/menit
keluarga tentang proses
perawatan luka secara
mandiri.
: 36oC
S
N : 80 x/menit
GDP :294 mgdL

tidak ada tandatanda infeksi pada
luka

Pasien dan
keluarga tampak
memahami cara
perawatan luka
secara mandiri

Keluarga tampak
mampu melakukan
perawatan luka
secara mandiri.
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan Perawatan
luka secara mandiri di
rumah dan control luka
di Puskesmas.
FORMAT
RENCANA KUNJUNGAN PERAWATAN DI RUMAH
Nama Puskesmas
Tanjung Karang
Nama Perawat yangmengkaji
Mahasiswa Praktek
Nama Individu
Ny.M
Nama PenanggungJawab/ KK
Tn.A
Penyakit/MasalahKesehatan
Diabetes Melitus
Alamat
Lingkungan Batu Ringgit Selatan
Kunjungan
Hari /
Homecare
Rencana Kegiatan
Kegiatan
Tanggal
1.
16 – Maret 2021 1.
2.
Lakukan pengkajian
1.
keperawatan pada pasien
keperawatan pada pasien
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
Kontrak waktu untuk
2.
implemtasi
2.
17 – Maret 2021 1.
Melakukan pengkajian
Lakukan penyuluhan DM
2.
Lakukan perawatan luka
3.
Kontrak waktu untuk
Mengontrak waktu untuk
kegiatan selanjutnya.
1.
Melakukan penyuluhan
DM
2.
Melakukan perawatan
luka.
implemtasi
3.
Mengontrak waktu untuk
kegiatan selanjutnya.
3.
18– Maret 2021 1. Lakukan perawatan luka
1. melakukan perawatan
luka
2. mengevaluasi kegiatan
4.
19– Maret 2021 1.
Evaluasi kegiatan
1.
Mengevaluasi kegiatan
Mengetahui :
Nama Pembimbing
Tanggal/
Tanda Tangan
KET : 1. Kunjungan 1 adalah pengkajian
2. Kunjungan 2 adalah implementasi
3. Kunjungan 3 adalah evaluasi dan terminasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan
kepada individu, keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan/memaksimalkan
kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit. Layanan
diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan,
dikoordinir, oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan
perjanjian bersama.
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer dan
Bare, 2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau
gangguan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia
kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf,
jantung dan pembuluh darah (PERKENI, 2015 dan ADA, 2017).
B. Saran
Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu
kami mohon kritik dan saran dari pembaca dalam proses penyempurnaan
laporan ini. Untuk pasien dan keluarga diharapkan dapat melatih diri untuk
melakukan perwatan diri secara mandiri dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, 2011. Word diabetes day.http://www.pantonews.com/ Diakses tgl 06
juni 2018
Anandita,
widya. 2011.
http://mdgsindonesia.org.
NCDs
:
Beban
Ganda
Bagi
American Diabetes Association ( ADA
2015). Diabetes
Http://www.diabetes.org/ diabetes-basics/ diakses tgl 11 juni 2018.
Bangsa.
basic.
Kemenkes Ri. 2013.Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:Balitbang
Kemenkes Ri/ diakses tagal 17 juni 2018.
Lewis, (2011).Patofisiologi: konsep klinis proses-prose penyakit .(edisi 4).
Jakarta: EGC / diakses tgl 17 juni 2018.
Mansjour,dkk2007.http//www.goegle.co.id/amp/syosefw.wordpress.com/2007/R/
31/ pengunaan insulin pada pasien diabetes melitus-3/amp/ diakses tgl 17 juni
2018.
NANDA, 2015-2017, Diagnosa Keperawatan NANDA Definisi & Klasifikasi.
diakses tgl 17 juni 2018.
Price, Sylvia A. Wilson dkk, 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Ed 6. Jakarta; EGC / diakses tgl 17 juni 2018.
PERKENI (2015). Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus tipe
2 di Indonesia. Jakarta. PB PERKENI./ diakses tgl 17 juni 2018.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep dasar Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta: EGC; 2012/ diakses tgl 17 juni 2018.
Rendy, M Clevo dan Margarets TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika / diakses tgl 17 juni 2018.
Smeltzer & Bare (2015), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &
suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC / diakses tgl 17 juni 2018.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIABETES MELITUS
Pokok Bahasan
: Diabetes Melitus
Sub Pokok Bahasan
:Peran Keluarga dan Pasien Dalam Memahami
Penyakit Diabetes
Sasaran
: Pasien DM di Lingkungan Batu Ringgit
Hari/ tanggal Pelaksanaan : Kamis, 18 Maret 2021
Tempat
: Rumah Pasien
A. LATAR BELAKANG
Diabetes
merupakan
dunia.Diperkirakan
15,7
permasalahan
juta
orang
di
kesehatan
Amerika
serius
Serikat
di
seluruh
menderita
diabetesmellitus. Perkiraan tersebut, merupakan perhitungan antara diabetes
yang terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di
AmerikaSerikat menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan
kematian lebih dari 162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk tujuh
penyebab utama kematian pada daftar angka kematian di AS, tapi diabetes
diyakini termasuk kematian yang tidak tidak terlaporkan, antaranya adalah
kondisi dan penyebab kematian. Menurut profil Kesehatan Idndonesia Tahun
2019 didapatkan data penderita diabetes di NTB sebanyak 53. 139 jiwa.
Oleh karena latar belakang di atas maka penyusun menyusun satuan cara
penyuluhan mengenai diabetes mellitus dengan tujuan supaya setelah
dilakukan pedidikan kesehatan mengenai diabetes mellitus. Diharapkan
Pasien dapat memahami tentang penyakit darah tinggi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, Pasien mampu memahami
tentang penyakit Diabetes mellitus
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x35 menit di harapkan Pasien
mampu menjelaskan kembali tentang:
a. Menyebutkan pengertian Diabetes mellitus
b. Menyebutkan penyebab Diabetes mellitus
c. Meyebutkan tanda dan gejala Diabetes melitus
C. GARIS BESAR MATERI.
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
3. Penyebab Diabetes Melitus
4. Tanda dan gejala Diabetes Melitus
5. Cara Mengontrol Diabetes Melitus
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
NO KEGIATAN
PENYULUH
PESERTA
WAKTU
1
- Menyampaikan
- Menjawab
09.00 –
Pembukaan
dan salam
salam
- Menjelaskan
tujuan
penyuluhan
salam
- Mendengar
- Memberi
respon
09.05
2
Penyampaian
Menyampaikan
materi
materi :
1. Pengertian
- Mendengarkan
dan
09.05 –
09. 25
- Memperhatikan
Diabetes melitus
2. Penyebab
Diabetes melitus
3. Tanda dan gejala
Diabetes melitus
3
Penutup dan
- Tanya jawab
- Menjawab
09.25 –
salam
- Menyimpulkan
- Mendengarkan
09.35
hasil materi yang
di diskusikan
- Menyampaikan
salam
E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. MEDIA
Leaflet
- Menjawab
salam
G. SETTING TEMPAT.
Pasien duduk disamping penyaji
H. PENGORGANISASIAN.
Penyaji
: Mahasiswa praktik homecare II
I. EVALUASI.
1. Pre.
a. Pasien antusias dengan diadakannya penyuluhan kesehatan
tentang Diabetes melitus
b. Pasien kooperatif saat acara penyuluhan dilaksanakan.
c. Pasien mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan
masker
2. Post.
a. Pasien mampu memahami tentang :
b. Menyebutkan pengertian Diabetes melitus
c. Menyebutkan penyebab Diabetes mellitus
d. Meyebutkan tanda dan gejala Diabetes melitus
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metaboliske karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati.
Berikut kisaran kadar gula darah normal pada tubuh:
1. Sebelum makan: sekitar 70-130 mg/Dl
2. Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/dL
3. Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya delapan jam: kurang
dari 100 mg/dL
4. Menjelang tidur: 100 – 140 mg/dL
B. Klasifikasi Diabetes Melitus
1. Diabetes Tipe 1
Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun.
2. Diabetes Tipe 2
Pada diabetes ini terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gagguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Diabetes tipe
2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini
disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap
insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan
dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95%
persen penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini.
3. Diabetes Pada Kehamilan
Diabetes khusus pada ibu hamil yang dinamakan diabetes gestasional.
Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon, dan gula
darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan.
C. Penyebab
1. Faktor Genetik
Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan antibody
autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta.
2. Faktor Berat badan (Obesitas)
Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh
tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolic.
3. Faktor Makanan
Penyebab diabetes pun bisa terjadi dari makanan yang di konsumsi,
jika sering mengkonsumsi makan makanan yang tidak sehat seperti hal
nya makanan yang mengandung lemak tinggi atau pun memiliki kadar
manis dari gula yang banyak maka bisa menjadi penyebab diabetes.
Oleh sebab itu jaga asupan makanan yang baik agar tidak mengalami
naik nya kadar gula darah.
D. Tanda dan Gelaja
1. Banyak kencing (Poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan
sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
2. Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.
Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja
yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak
minum.
3. Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes
karena pasien mengalmi keseimbangan kalori negative, sehingga
timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar
itu penderita banyak makan.
4. Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relative singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat menyebabkan
penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini
disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel,
sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
E. Cara Mengontrol Diabetes Melitus
1. Konsumsi makanan yang tepat
Diabetesi harus benar-benar patuh dengan diet, alias pola makan, yang
dijalani karena asupan makanan sangat memengaruhi kadar gula darah
secara langsung. Pertama, Anda perlu menghindari makanan dengan
indeks glikemik tinggi, makanan tinggi lemak dan kalori, serta
membatasi sumber karbohidrat sederhana. Jauhi juga makanan dan
minuman olahan, terutama yang pengolahannya instan seperti
makanan cepat saji (fast food). Pantangan makanan diabetes olahan
biasanya tinggi gula sehingga harus dihindari demi mencegah
peningkatan gula darah.Kedua, terapkanlah pola makan teratur dengan
gizi seimbang. Cara ini menjadi kunci kesuksesan untuk mengontrol
gula darah pada penderita diabetes.Artinya, Anda tetap harus
mengonsumsi karbohidrat sekalipun makanan ini menghasilkan gula.
Pilihan karbohidrat yang aman untuk diabetes adalah karbohidrat
kompleks karena lebih lama dipecah menjadi glukosa, sehingga kadar
gula darah jadi lebih stabil.
Berikut ini contoh pilihan makanan yang baik untuk penderita
diabetes:
a. Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat
kompleks, seperti nasi merah, ubi panggang, oatmeal, roti, dan
sereal dari biji-bijian utuh.
b. Daging tanpa lemak atau ayam tanpa kulit.
c. Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus,
dipanggang, atau dikonsumsi mentah. Sayuran yang baik
dikonsumsi untuk penderita diabetes di antaranya adalah
brokoli dan bayam.
d. Buah-buahan segar
e. Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu
yang dikukus, dimasak untuk sup, atau ditumis
f. Popcorn tawar.
g. Susu atau produk olahan susu rendah lemak, seperti yoghurt
dan telur. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi yoghurt
rendah lemak tanpa pemanis tambahan dapat mencegah
penyakit diabetes tipe 2.
h. Berbagai jenis ikan, seperti tuna, salmon, sarden dan makarel.
Namun, hindari ikan dengan kadar merkuri tinggi, misalnya
ikan tongkol.
2. Mengontrol porsi makan
Berikut adalah beberapa cara dan tips mengontrol porsi makan
sehingga penderita diabetes dapat menjaga kadar gula darah tetap
normal:
a. Perhatikan ukuran dan berat makanan
b. Makan dalam porsi kecil, tapi sering sepanjang hari
c. Hindari makan di restoran berkonsep sekali makan (all-youcan-eat)
d. Perhatikan informasi kandungan makanan dalam kemasan,
ketahui komposisinya
e. Makan secara perlahan-lahan sehingga makanan bisa dicerna
dengan baik oleh tubuh
3. Aktif bergerak dan olahraga teratur
Olahraga dapat membantu sel-sel di otot Anda mengambil lebih
banyak glukosa dan mengubahnya menjadi energi, sehingga mampu
menurunkan gula darah.
4. Kelola stres dengan baik
Stres berlebihan juga dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat
akibat pelepasan kortisol alias hormon stres. Tidak hanya membuat
gula darah meningkat, stres juga juga cenderung membuat diabetesi
berkeinginan untuk terus makan makanan yang manis (tinggi gula)
lebih banyak.
5. Istirahat cukup
Cara lain untuk mengontrol kadar gula darah Anda agar tetap di batas
normal adalah mendapatkan istirahat yang cukup. Sedikit banyak,
kurang tidur terus-menerus membuat kualitas hidup Anda terpengaruh
dan menganggu sekresi (pelepasan) insulin. Idealnya, tidur yang baik
berkisar antara 7-9 jam setiap malamnya. Tidur yang cukup dapat
menyeimbangkan hormon, menghindari stres, dan membuat Anda
mendapatkan cukup energi untuk beraktivitas dan berolahraga pada
esok harinya. Dengan demikian, kadar gula darah pun dapat terkendali
dengan baik.
6. Rutin mengecek gula darah
Mengukur dan memantau kadar glukosa darah menggunakan alat
pengukur gula darah juga merupakan cara efektif mengontrol gula
darah. Rutin melakukan cek gula darah dapat membantu Anda
mengetahui bagaimana tubuh bereaksi terhadap makanan tertentu.
Dengan terus memantau perubahan kadar gula darah, Anda akan lebih
mudah untuk menentukan apakah harus melakukan penyesuaian pola
makan atau konsumsi obat.
7. Mengonsumsi suplemen
Suplemen berguna untuk menambah asupan vitamin dan mineral di
dalam tubuh. Mengonsumsi suplemen untuk diabetes sebenarnya tidak
diharuskan. Apalagi jika Anda telah menerapkan pola makan teratur
dan asupan makanan telah memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
H Andra, Yessie. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa).Yogyakarta : Nuha Medika
Amin, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawtan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction
https://www.tribunnews.com/tribunners/2017/08/15/mengenal-penyakit-diabetesmulai-penyebab-gejala-hingga-cara-mencegahnya
https://www.alodokter.com/berapa-kadar-gula-darah-normal-padatubuh#:~:text=Berikut%20kisaran%20kadar%20gula%20darah,kurang%20dari%2
0100%20mg%2FdL
https://www.alodokter.com/deretan-makanan-untuk-penderita-diabetes-yang-baikdan-buruk
Checklist Merawat luka Diabetes Militus
Nama Mahasiswa
:
NIM
:
Nilai
Aspek yang dinilai
0
Definisi :
Perawatan luka gangren adalah suatu tindakan keperawatan dalam
memelihara luka serta mencegah terjadinya infeksi dengan cara
aseptik yang terjadi Suatu daerah Yang mengalami perlukaan dan
nekrose ( kematian jaringan sebagian yang mengenai suatu bagian
badan ) misalnya jari dan tungkai.
Tujuan :
1. mencegah komplikasi akibat luka gangren
2. Mempercepat penyembuhan.
3. Mencegah gangguan rasa nyaman bagi yang bersangkutan
maupun bagi pasien lain terutama bila luka nekrose dan berbau.
Indikasi :
1. Luka terbuka atau kotor
2. Luka gangren
Tahap Pre interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya
2. Perawat Cuci tangan dan menutup sampiran
1
2
3. Siapkan alat-alat
a. Alat steril ( bak instrument berisi )

1 pinset anatomi

1 pinset chirugis

1 klem arteri

1 gunting jaringan

Kassa dan deppers steril
b. Alat yang tidak steril

Larutan NaCL 0,9 %

Handscoon

Kom kecil

cucing

Verban

Plester atau Hepapik

Perlak pengalas

Hand sanitizer

Bengkok berisi larutan desinfektan ( Lysol )

Masker

Obat - obatan sesuai ajuran dokter bila di perlukan

Sampiran jika perlu
Tahap orientasi
1. Berikan salam, panggil pasien dengan namanya
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4. Menanyakan
kesiapan
dan persetujuan pasien sebelum
Tindakan
5. Memposisikan pasien senyaman mungkin
Tahap kerja
1. Pasang perlak dan pengalas di bawah daerah yang akan diganti
balutanya
2. Taruh bengkok di dekat pasien
3. Memakai handscoon
4. Membuka balutan dan membuang balutan lama ke bengkok
5. Bersihkan luka dengan kassa steril yang telah di basahi dengan
NaCL
6. Buang bagian - bagian yang kotor atau jaringan nekrotik
7. Bersihkan dari area yang paling bersuh ke area yang kotor (
dari dalam ke luar )
8. Kompres luka dengan NaCL atau dengan salep yang telah di
ajurkan oleh dokter ( jika di perlukan ).
9. Tutup luka dengan kassa steril
10. Balut luka dengan verban dan plester atau hepapik .
Tahap terminasi
1. Bereskan alat – alat yang telah digunakan
2. Perawat melepas handscoon
3. Cuci tangan
4. Mengevaluasi hasil Tindakan
5. Berpamitan dengan pasien.
Tahap dokumentasi
Catat hasil tindakan di dalam catatan keperawatan
Total Nilai
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
Jumlah nilai yang didapat
𝑥 100%
jumlah aspek yang dinilai x 2
Mataram,.................2021
Penilai,
(.......................................)
Download