ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE PADA PASIEN Ny. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS DI LINGKUNGAN BATU RINGGIT SELATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG KARANG OLEH : 1. Ika Wulandari P07120118017 2. Irdaniati P07120118019 3. Muhammad Farqan P07120118023 4. Ni Nyoman Mariani P07120118026 5. Ni Putu Vinka Ernita Dewi P07120118028 6. Nurunniswati P07120118032 7. Safira Nabilaturrahmi P07120118038 8. Sry Fauzia P07120118042 9. Utami Riska Mulyasari P07120118046 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MATARAM TINGKAT 3 / SEMESTER 6 TAHUN 2021 LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada : Hari/ Tanggal : Bangsal / Ruangan : Mengetahui, Pembimbing Akademik ( Pembimbing Lahan ) ( ) VISI DAN MISI PRODI D III KEPERAWATAN Visi Menjadi Program Studi Yang Menghasilkan Tenaga Ahli Madya Keperawatan Yang Expert, Inovatif, Entrepreneur Dan Berdaya Guna Di Bidang Keperawatan Keluarga Dalam Mewujudkan Masyarakat Sehat, Produktif Dan Berkeadilan Pada Tahun 2022. Misi 1. Menyelenggarakan Pendidikan Dan Pengajaran Yang Expert, Inovatif Dan Entrepreneur Di Bidang Keperawatan Keluarga; 2. Mengembangkan Penelitian Berbasis Inovatif Di Bidang Keperawatan Keluarga; 3. Menyelenggarakan Dan Meningkatkan Pengabdian Masyarakat Yang Berdaya Guna Di Bidang Keperawatan Keluarga Dalam Mewujudkan Masyarakat Sehat, Produktif Dan Berkeadilan; 4. Meningkatkan Kerjasama Dengan Pemerintah Daerah, Institusi Pendidikan Dan Lembaga Pelayanan Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas “Asuhan Keperawatan Home Care Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Lingkungan Batu Ringgit Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang” Ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan. Dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan penyusun ke depannya. Tugas laporan pendahuluan ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini. Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami penyusunnya. Mataram, Maret 2021 Penyusun DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN VISI DAN MISI ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan 2 C. Manfaat 1 3 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Home Care 4 B. Konsep Diabetes Melitus C. Konsep Asuhan Keperawatan 5 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran 47 DAFTAR PUSTAKA Lampiran 47 48 24 39 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), Diabetes Melitus (DM) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional dan DM tipe lain. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana, faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas, mengkonsumsi makanan instan, terlalu banyak makanan karbohidrat, merokok, dan stres, kerusakan pada sel pankreas, dan kelainan hormonal (Smeltzer & Bare,2008). Pemberian asuhan keperawatan bagi penderita Diabetes Melitus didasarkan oleh ketepatan dalam penentuan prioritas tindakan keperawatan yang akan diberikan melalui penegakan diagnosa, beberapa diagnosa yang ditegakkan dalam penyakit Diabetes Melitus diantaranya nutrisi perubahan kurang dari kebutuhan tubuh, ketidak berdayaan, serta kurang pengetahuan mengenai penyakit prognosis dan kebutuhan pengobatan. (Doegoes, 2000) Dampak bagi penderita Diabetes Melitus (DM) menurut Depkes (2008) penyakit kardiovaskuler, penyakit paru kronis/menahun dan kanker. Perilaku gaya hidup yang tak sehat bagi individu merupakan faktor yang sangat menentukan bagi timbulnya Diabetes Melitus tipe 2 individu selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan individu dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. makhluk sosial untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan agar individu dapat membina hubungan interpersonal secara positif. Respon yang ditimbulkan akibat penyakit Diabetes Melitus dalam faktor psikososial menurut (Darmono 2005), adanya respon negatife terhadap diagnosis berupa penolakan/tidak mengetahui kenyataan, cemas, merasa tidak berdaya dan depresi. Respon psikososial yang negatif tersebut dapat menghambat Penurunan glukosa darah yang akan berdampak pada perilaku ketidakmampuan dalam menentukan keputusan serta gaya hidup tak sehat, sehingga diperlukan penanganan secara psikoterapi bagi penderita DM penanganan dalam ketidakmampuan individu tersebut merupakan modal dasar dalam keberhasilan pengobatan bagi penderita DM. Berdasarkan data Internasional Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, terdapat 382 juta orang didunia menderita diabetes melitus tipe II dengan kematian mencapai 4,6 juta orang. Pada tahun 2011 Indonesia menduduki peringkat kesepuluh dunia dengan jumlah penderita diabetes melitus tipe II sebanyak 6,6 juta orang, Indonesia menempati tututan ke-7 dari 10 negara dengan penderita diabetes tertinggi pada tahun 2013 (IDF,2013). Data perkumpulan Endokrinologi (PERKINI,2015) jumlah penderita di Indonesia mencapai 9,1 juta orang, dari peringkat ke-7 menjadi peringkat ke-5 teratas diantara negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Angka diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke 7 di dunia untuk prevelensi penderita diabtes melitus tertinggi di dunia bersama dengan Cina, India, Amerika, Brazil, Rusia, dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang dengan diabetes melitus sebesar 10 juta. Diabetes melitus dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi ke 3 di Indonesia. Pada tahun 2015, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta orang dengan rentang usia 2079 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Namun, hanya sekitar separuh dari mereka yang menyadari kondisinya. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Meningkatkan kualitas hidup bagi pasien yang mengalami luka akut atau kronis 2. Tujuan Khusus Memberikan pelayanan perawatan luka dengan berdasarkan pada panduan praktek ilmiah C. Manfaat 1. Memperoleh pelayanan dan perawatan luka yang optimal dan komprehensif 2. Memberika pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Home Care 1. Pengertian Pelayanan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien di rumahnya, yang merupakan sintesa dari pelayanan keperawatan komunitas dan keterampian teknikal tertentu yang berasal dari spesalisasi kesehatan tertentu, yang befokus pada asuhan keperawatan individu dengan melibatkan keluarga, dengan tujuan menyembuhkan, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik, mental/ emosi pasien. Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang. Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu, keluarga, di tempat tinggal mereka mempertahankan, yang bertujuan memulihkan untuk meningkatkan, kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit. Layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan, dikoordinir, oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. 2. Tujuan a. Terpenuhi kebutuhan dasar ( bio-psiko- sosial- spiritual ) secara mandiri. b. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan. c. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah. 3. Manfaat a. Bagi Klien dan Keluarga : 1) Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi keluarga 2) Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa keluarga ada yang sakit 3) Merasa lebih nyaman karena berada dirumah sendiri 4) Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang sakit yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk menggantikannya b. Bagi Perawat : 1) Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang tetap sama 2) Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan kerja perawat akan meningkat. 3) Data dan minat pasien c. Bagi Pelayanan Kesehatan 1) Membuat rumah sakit tersebut menjadi lebih terkenal dengan adanya pelayanan home care yang dilakukannya. 2) Untuk mengevaluasi dari segi pelayanan yang telah dilakukan 3) Untuk mempromosikan rumah sakit tersebut kepada masyarakat B. Konsep Diabetes Melitus 1. Pengertian Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (PERKENI, 2015 dan ADA, 2017). Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemi kronik akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin yang disertai berbagai kelainan metabolik lain akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah ( Rendy dan Margareth, 2012). Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap insulin (Sunaryati dalam Masriadi, 2016). 2. Anatomi dan Fisiologi Gambar 1 Gambar 2 pangreas Pankres terletak melintang di bagian atas abdomen di belakang gaster di dalam ruang retroperitonial. Di sebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus linpa di arah kronio dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas di hubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pangkreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada di leher pankreas bagian kiri bawah kaput pangkreas ini disebut processus unsinatis pangkreas. Pangkreas terdiri dari 2 jaringan utama yaitu: a. Asinus, yang mengekresikan pencernaan kedalam duedenum. b. Pulau langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun sebaliknya mensekresikan insulin dan glukagon langsung kedalam darah. Pangkreas manusia mempunyai 1-2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya berdiameter 0-3 mm dan tersusun mengelilinggi pembuluh darah kapiler. Pulau langerhans mengandung 3 jenis sel utama, yakni sel–alfa, beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira kira 60% dari semua sel terletak terutama di tengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies 1 dengan yang lain. Dalam sel B, muloekus insulin membentuk polimer yang juga komplek dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau akregat seng dari insulin. Insulin disintesis dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian di angkut ke aparatus kolgi, tempat ini dibungkus didalam granula yang diikat membran. Kranula ini pergerak ke dinding sel oleh satu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin kedaerah luar gengan exsositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25% dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10% dari seluruh sel mensekresikan somatostatin. 1) Fisiologi pankreas Pangkreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai 2 fungsi yaitu sebgai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat. Kelenjar pankeas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel-sel di pulau langerhans. Hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatakan glukosa darah yaitu glukagon. Pankreas dibagi menurut bentuknya : a) Kepala (kaput) yang paling lebar terletak dikanan rongga abdomen, masuk lekukan sebelah kiri duodenum yang praktis melingkarinya. b) Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung dan didepan vetebra lumbalis pertama. c) Ekor (kauda) adalah bagian runcing disebelah kiri sampai menyentuh pada limpa (lien). 2) Fisiologi insulin Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel di pulau langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis hormon lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon, menghambat sekresi glokagon dan insulin. Pankreas menghasilkan : somatostatin, a) Garam NaHCO3 : membuat susah basah b) Karbonhidrase : amilase ubah amilum maltose 3) Pulau langerhans Gambar 3.Pulau Langerhans Kepulauan Langerhans membentuk organ endrokrin yang mengekresikan insulin, yaitu sebuah hormon antidiabetik, yang diberikan dalam pengobatan diabetes. Insulin adalah sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim enzim pencernaan protein dan karena itu tidak diberikan melalui mulut melainkan dengan suntikan subkutan. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan dalam hal kekurangan seperti pada diabetes, memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengasorbsi dan menggunakan glukosa dan lemak. Pada pankreas paling sedikit terdapat empat peptida dengan aktivitas hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau (islests) langerhans. Dua dari hormon hormon tersebut, insulin dan glukagen memiliki fungsi penting dalam pengaturan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Hormon 3, somatostatin berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau dan yang keempat polipeptida pankreas pada fungsi saluran cerna. 4) Hormon insulin Insulin merupakan protein kecil, terdiri dari dua rantai asam amino yang satu sama lainya dihubungkan oleh ikatan disulfida. Bila kedua rantai asam amino dipisahkan, maka aktifitas fungsional dari insulin akan hilang. Translasi RNA insulin oleh ribosom yang melekat pada reticulum endoplasma membentuk preprohormon insulin, melekat erat pada reticulum endoplasma, membentuk pro insulin, melekat erat pada alat golgi, membentuk insulin, terbungkus granula sekretorit dan sekitar seperenam lainnya tetap menjadi pro insulin yang tidak mempunyai aktifitas insulin. Insulin dalam darah beredar dalam bentuk yang tidak terikat dan memiliki waktu paruh 6 menit. Dalam waktu 10-15 menit akan dibersihkan dari sirkulasi. Kecuali sebagian insulin yang perikatan dengan reseptor yang ada pada sel target, sisa insulin di dekradasi oleh enzim insulinase dalam hati, ginjal, otot dan jaringan yang lain. Reseptor insulin merupakan kombonasi dari empat sub unit yang saling berikatan bersama oleh ikatan disurfide, 2 sub unit alfa (Terletak seluruhnya diluar membran sel) 2 sub unit beta (menembus membran, menonjol kedalam sitoplasma). Insulin berkaitan dengan sub unit alfa sub unit beta mengalami auto fos forilas-protein kinase-fosforilasi dari banyak enzim intra selular lainnya. Insulin bersifat anbolik meningkatkan simpanan glukosa, asam- asam lemak dan asam amino. Glokogen bersifat katabolik, memobilisasi glukosa, asam-asam lemak, dan asam amino dari penyimpanan kedalam aliran darah. Kedua hormon ini bersifat berlawanan dalam efek keseluruhannya dan pada sebagian besar keadaan disekresikan secara timbal balik. Insulin yang berlebihan menyebabkan hipoglikemia, yang menimbulkan kejang dan koma. Defiensi insulin baik absolute maupun relatif koma menyebabkan diabetes mellitus 1 penyakit komplek yang bila tidak diobati dapat mematikan. Defisiensi glukagon dapat menimbulkan hipoglikemia dan kelebihan glukagon menyebabkan diabetes memburuk. Produksi somatosttin yang berlebihan oleh pangkreas menyebabkan hiperglikemia dan manifestasi diabetes lainnya. Umumnya diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta dari pulaupulau langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin. Disamping itu diabetes mellitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui. (Smeltzer dan Bare, 2015). 3. Etiologi Adapun etiologi dari Diabetes Melitus yang dibagi menurut klasifikasinya adalah : a. Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) DM TIPE I 1) Genetik Umumnya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri namun mewarisi sebuah presdisposisi atau sebuah kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes type I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yg memililiki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses imun lainnya. 2) Imunologi Pada diabetes tipe I terdapat fakta adanya sebuah respon autoimun. Ini adalah respon abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seakan-akan sebagai jaringan asing 3) Lingkungan Faktor eksternal yang akan memicu destruksi sel β pankreas, sebagai sampel hasil penyelidikan menyebutkan bahwa virus atau toksin tertentu akan memicu proses autoimun yang bisa memunculkan destuksi sel β pangkreas. 4) Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) DM TIPE II. Umumnya penyebab dari DM type II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya sebuah resistensi insulin. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya memiliki pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin ataupun dalam kerja insulin. Pada awalnya nampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran pada kerja Insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya pada reseptorreseptor seterusnya terjadi permukaan reaksi sel intraselluler tertentu, yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat sebuah kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini bisa disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang umumnya esponsif insulin pada membran sel. Dan menyebabkan terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sebuah system transport glukosa. Kadar glukosa normal akan dipertahankan dalam saat yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, namun pada hasilnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan kadar hiperglikemia. Diabetes Melitus type II disebut pula Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau bisa disebut dengan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang adalah satu buah group heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, namun terkadang akan timbul pada periode kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya yaitu : a) Umur (resistensi insulin cenderung meningkat pada umur di atas 65 tahun) b) Obesitas c) Riwayat keluarga d) Kelompok etnik 4. Manifestasi Klinis Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya sering kali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita. Manifestasi klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang ginjal untuk ekskresi glukosa yaitu ± 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus (polidipsia). Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price dan Wilson, 2012). Pasien dengan diabetes tipe I sering memperlihatkan awitan gejala yang eksplosif dengan polidipsia, pliuria, turunnya berat badan, polifagia, lemah, somnolen yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu. Pasien dapat menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, mendapatkan serta pengobatan dapat segera. meninggal Terapi kalau insulin tidak biasanya diperlukan untuk mengontrol metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin. Sebaliknya pasien dengan diabetes tipe 2 mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebut mungkin menderita polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif. Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk mnenghambat ketoasidosis (Price dan Wilson, 2012). Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 (PERKENI, 2015) yaitu : a. Gejala akut penyakit DM Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu: 1) Banyak makan (poliphagi). 2) Banyak minum (polidipsi) . 3) Banyak kencing (poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015). b. Gejala kronik penyakit Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015) adalah 1) Kesemutan, 2) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, 3) Rasa tebal di kulit, 4) Kram, 5) Mudah mengantuk, 6) Mata kabur, 7) Biasanya sering ganti kacamata, 8) Gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita, 9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas, 10) Kemampuan seksual menurun, 11) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg. 5. Patofisiologi dan WOC Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prosprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di eksresikan ke dalam urin, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). (Smeltzer dan Bare, 2015). Difisiensi insulin juga akan menganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini kan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang disebabkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan penurunan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting (Smeltzer dan Bare, 2015). DM tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Meskipun pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya DM tipe 2. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik, diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare, 2015). Mekanisme terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan karena resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan (Smeltzer dan Bare, 2015). Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipe 2. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe 2. Meskipun demikian, DM tipe 2 yang tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainnya seperti sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketotik (HHNK) (Smeltzer dan Bare, 2015). Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama-lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit DM selama bertahun-tahun adalah terjadinya komplikasi DM jangka panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis ditegakkan (Smeltzer dan Bare, 2015) 6. Pemeriksaan Penunjang Menurut referensi NANDA NIC NOC pemeriksaan penunjang Diabetes mellitus adalah : a. Kadar glukosa darah Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzim matik sebagai patokan penyaring. Kadar Glukosa Darah sewaktu (mg/dl) Kadar glukosa darah DM Belum Dm sewaktu Plasma darah > 200 100-200 Darah kapiler > 200 80-100 Kadar Glukosa Darah puasa (mg/dl) Kadar glukosa darah Puasa DM Belum pasti Dm Plasma vena >120 110-120 Darah kapiler > 110 90-110 Tabel 1. Kadar Glukosa Darah sewaktu (mg/dl) b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan: 1) Glukosa plasma sewaktu> 200 mg/dl (11,1mmol/ L) 2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8mmol/L) 3) Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200mg/dl c. Tes laboratorium DM Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostit, tes pemantauwan terapi dan tes untuk mendeteksi kompliksi. 1) Tes Dianostik Tes-tes diagnostit pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (glukosa darah 2 jam post prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO. 2) Tes monitoring terapi Tes-tes utuk mendektesi komplikasi adalah : a) GDP : plasma vena ,darah kapiler b) GD2 PP : Plasma vena c) A1c : darah vena, darah kapiler 3) Tes untuk mendeteksi komplikasi Tes-tes untuk mendekteksi komplikasi adalah : Mikroalbuminuria : Urin a) Ureum, kreatinin, asamurat b) Kolesterol total : Plasma vena (puasa) c) Kolesterol LDL : Plasma vena (puasa) d) Kolesterol HDL : Plasma vena (puasa). a) 7. Penatalaksanaan a. Keperawatan Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu : 1) Diet Syarat diet DM hendaknya dapat : a) Memperbaiki kesehatan umum penderita b) Mengarahkan pada berat badan normal c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita e) Menarik dan mudah diberikan 2) Latihan Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya. b) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen d) Meningkatkan kadar kolesterol high density lipoprotein e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru. f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik. 3) Penyuluhan Penyuluhan penyuluhan melalui merupakan kesehatan salah kepada bermacam-macam satu penderita cara atau bentuk DM, media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya. 4) Pemantauan Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal. b. Medis Obat : 1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 2) Mekanisme kerja Biguanida 3) Pemberian Insulin 3) Indikasi penggunaan insulin 4) Cara pemberian insulin 8. Komplikasi Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi akut dan komplikasi kronik (Smeltzer dan Bare, 2015 ; PERKENI, 2015). a. Komplikasi akut 1) Ketoasidosis Diabetik (KAD) KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300320 mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion gap (PERKENI, 2015). 2) Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015). 3) Hipoglikemia Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat, gementar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma (PERKENI, 2015). b. Komplikasi kronik Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM saat ini sejalan dengan penderita DM yang bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya komplikasi kronik. Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari : 1) Komplikasi makrovaskular Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibat aterosklerosis dari pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plak ateroma. Makroangiopati tidak spesifik pada DM namun dapat timbul lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis menunjukkan penyakit bahwa angka kardiovaskular kematian dan penderita akibat DM meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal. Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada hubungan dengan kontrol kadar gula darah yang baik. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia merupakan suatu faktor resiko mortalitas kardiovaskular dimana peninggian kadar insulin dapat menyebabkan terjadinya risiko kardiovaskular menjadi semakin tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL akanmeningkatkan risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar antara lain adalah pembuluh darah jantung atau penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak atau stroke, dan Hiperinsulinemia penyakit juga pembuluh dikenal sebagai darah. faktor aterogenik dan diduga berperan penting dalam timbulnya komplikasi makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2015) 2) Komplikasi mikrovaskular Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah kecil khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati diabetik dibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan retinopati proliferatif. 3) Neuropati Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius akibat DM. Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih dahulu, lalu ke bagian tangan. Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah: a) Kaki terasa terbakar b) Bergetar sendiri c) Lebih terasa sakit di malam hari. Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya polineuropatidistal. Apabila ditemukan adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang memadai akan menurunkan risiko amputasi. Semua penyandang DM yang disertai neuropati perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki (PERKENI, 2015). C. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien agar dapat memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan keperawatan sangat tergantung kepada kecermatan dan ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari 4 komponen antara lain pengelompokan data, analisis data, perumusan diagnosa keperawatan. a. Identitas meliputi : Nama, Umur, Alamat, Pendidikan, No MR, Tanggal Masuk RS, dan Diagnosa Medis. b. Keluhan Utama Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala c. Riwayat kesehatan Sekarang Berisi tentang Hipoglikemik, kapan KAD terjadinya penyakit (Coma (Ketoasidosis Diabetic) HONK (Hiperosmolar Non Ketotik), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD (Ketoasidosis Diabetic) / HONK ( Hiperosmolar Non Ketotik) serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya d. Riwayat Kesehatan Dahulu Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita. e. Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral) f. Riwayat Psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. g. Aktivitas dan istirahat Letih, lemah ,sulit bergerak/berjalan, kram otot ,tonos otot menurun. h. Sirkulai Adakah riwayat hipertensi, kebas, kesemutan pada ektremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhan lama, takikardi, perubahan tekanan darah. i. Eliminasi Perubahan pola berkemih (Poliuria,nokturia,anuria) j. Makanan/cairan Anoreksia, mual dan muntah,tidak mengikuti diet,penurunan berat badan,haus k. Neurosensori Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, gangguan penglihatan l. Nyeri/kenyamanan Abdomen tegang, nyeri( sedang/berat) m. Pemeriksaan fisik 1) Tingkat kesadaran 2) Tanda-tanda vital 3) Manifestasi komplikasi : tanda retinopati ophtamoncopic 4) Suhu kulit, nadi lemah, (posterior tibial dan dorsalis pedia) 5) Sensai : tumpul/tajam n. Laboratorium 1) Serum elektrolit (k dan Na) : Pemeriksaan untuk memantau ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. keabnormal K dalam serum atau plasma dapat mengindikasikan adanya gangguan kesehatan tubuh 2) Glukosa darah : untuk mengukur kadar glukoa darah 3) BUN dan serum cretinin : untuk mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal 4) Microalbuminuria : untuk mengetahui beratnya gangguan ginjal 2. Diagnosa a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat b. Kerusakan integritas kulit b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka gangrene) c. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit d. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (Diabetes Melitus) e. Kekurangan volume cairan b.d gejala poliuria dan dehidrasi f. Nyeri akut b.d agen cidera fisik g. Hambatan mobilitas fisik b.d intoleransi aktivitas fisik 3. Intervensi Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (Mc.Closkey & Bulechek, 2004). Intervensi di bagi menjadi tiga yaitu : a. Intervensi perawat Respon perawat terhadap kebutuhan perawatan kesehatan dan diognosa keperawatan klien. Tipe intervensi ini adalah “suatu tindakan autonomi berdasarkan rasional ilmiah yang dilakukan untuk kepentingan klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan klien” (Mc.Closkey & Bulechek, 2004). Intervensi perawat tidak membutuhkan intruksi dokter atau profesi lainnya. Dokter seringkali dalam intruksi tertulisnya mencakup intervensi keperawatan mandiri, namun demikian berdasarkan UU praktik keperawatan disebagian besar negara bagian, tindakan keperawatan yang berkaitan dengan aktifitas kehidupan sehari-hari, penyuluhan kesehatan,promosi kesehatan, dan konseling berada dalam domain praktik keperawatan. b.Intervensi dokter Didasarkan pada respon dokter terhadap diagnosa medis, dan perawat menyelesaikan intruksi tertulis dokter (Mc.Closkey & Bulechek, 2004). c. Intervensi kolaboratif. Terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian dari berbagai profesional keperawatan kesehatan. NO 1 DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) Nyeri akut berhubungan NOC: dengan agen injuri biologis Tingkat nyeri (penurunan perfusi jaringan Nyeri terkontrol termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Tingkat kenyamanan kualitas dan ontro presipitasi. perifer) Manajemen nyeri : Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. 24 jam, klien dapat : Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk Mengontrol nyeri, dengan indikator : Mengenal faktor-faktor penyebab Mengenal onset nyeri Tindakan pertolongan non farmakologi Menggunakan analgetik Melaporkan gejala-gejala nyeri kepada tim mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya. Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. Kurangi ontro presipitasi nyeri. Pilih dan lakukan penanganan nyeri kesehatan (farmakologis/non farmakologis).. Nyeri terkontrol Menunjukkan tingkat nyeri, dengan indikator: Melaporkan nyeri Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. Frekuensi nyeri Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol nyeri. Lamanya episode nyeri Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain Ekspresi nyeri; wajah Perubahan respirasi rate Perubahan tekanan darah Kehilangan nafsu makan Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.. tentang pemberian analgetik tidak berhasil. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri. Administrasi analgetik :. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi. Cek riwayat alergi.. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping. 2 Kerusakan integritas Tussue integriti : skin and mucous kulit b.d nekrosis Wound healing : primary and secondary kerusakan jaringan ( intention nekrosis luka gangrene) KH : Prssure ulcer prevention wound care Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar Jaga kulit agar tetap bersih dan kering Perfusi jaringan normal Tidak ada tanda infeksi Ketebalan dan tektus jaringan normal Monitor kulit akan adanya kemerahan Menunjukkan pemahaman dalam proses Oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah setiap 2 jam sekali yang tertekan perbaikan kulit dan mencegah terjadinya Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien cidera berulang Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien Menunjukkan terjadinya proses Monitor status nitrisi pasien penyembuhan luka Memandikan pasien denagn sabun dan air hangat Observasi luka: lokasi, demensi, keadaan luka, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi tektur Ajarkan kelurga tentang luka dan perawatan luka Kolaborasi ahli gizi pemberian diit TKTP (tinggi kalori protein) 2 Ketidakseimbangan nutrisi Nutritional Status : Food and Fluid Intake kurang dari kebutuhan Intake makanan peroral yang adekuat tubuh b.d. ketidakmampuan Intake NGT adekuat menggunakan glukose (tipe Intake cairan peroral adekuat 1) Cegah kontimonasi fase dan urine Lakukan teknik perawatan luka dengan streril Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka Hindari kerutan pada tempat tidur Nutrition Management Monitor intake makanan dan minuman yang dikonsumsi klien setiap hari Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang dibutuhkan dengan berkolaborasi dengan ahli Intake cairan yang adekuat gizi Intake TPN adekuat Dorong peningkatan intake kalori, zat besi, protein dan vitamin 3 Ketidakseimbangan nutrisi Nutritional Status : Nutrient Intake Beri makanan lewat oral, bila memungkinkan Kaji kebutuhan klien akan pemasangan NGT Lepas NGT bila klien sudah bisa makan lewat oral Weight Management lebih dari kebutuhan tubuh Kalori b.d. kelebihan intake nutrisi Protein budaya serta faktor hereditas yang mempengaruhi (tipe 2) Lemak berat badan Karbohidrat Diskusikan resiko kelebihan berat badan. Vitamin Kaji berat badan ideal klien. Mineral Kaji persentase normal lemak tubuh klien. Zat besi Beri motivasi kepada klien untuk Kalsium Diskusikan dengan pasien tentang kebiasaan dan menurunkan berat badan. Timbang berat badan setiap hari. Buat rencana untuk menurunkan berat badan klien. Buat rencana olahraga untuk klien. Ajari klien untuk diet sesuai dengan kebutuhan nutrisinya. 4 Defisit Volume Cairan b.d NOC: NIC : Kehilangan volume cairan Fluid balance Fluid management secara aktif, Kegagalan Hydration Timbang popok/pembalut jika diperlukan mekanisme pengaturan Nutritional Status : Food and Fluid Intake Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Kriteria Hasil : Monitor status hidrasi ( kelembaban membran Mempertahankan urine output mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), sesuai jika diperlukan dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal Monitor vital sign Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas Kolaborasikan pemberian cairan IV turgor Monitor status nutrisi Berikan cairan IV pada suhu ruangan Dorong masukan oral Berikan penggantian nesogatrik sesuai output Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Tawarkan snack ( jus buah, buah segar Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul kulit lembab, berlebihan tidak baik, ada membran rasa mukosa haus yang meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi 5 PK: Hipoglikemia Setelah dilakukan askep….x24 jam diharapkan PK: Hiperglikemi perawat akan menangani dan meminimalkan Monitor tingkat gula darah sesuai indikasi episode hipo/ hiperglikemia. Monitor tanda dan gejala hipoglikemi ; kadar gula Managemen Hipoglikemia: darah < 70 mg/dl, kulit dingin, lembab pucat, tachikardi, peka rangsang, gelisah, tidak sadar , bingung, ngantuk. Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk / sejenis jahe setiap 15 menit sampai kadar gula darah > 69 mg/dl Berikan glukosa 50 % dalam IV sesuai protokol K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk dietnya. Managemen Hiperglikemia Monitor GDR sesuai indikasi Monitor tanda dan gejala diabetik ketoasidosis ; gula darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit kepala, pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria, polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi Berikan insulin sesuai order Pertahankan akses IV Berikan IV fluids sesuai kebutuhan Konsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala Hiperglikemia menetap atau memburuk Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya adanya keton pada urine Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi & irama, warna kulit, waktu pengisian kapiler, nadi perifer dan kalium 6 Anjurkan banyak minum Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan Perfusi jaringan tidak efektif NOC : NIC : b.d hipoksemia jaringan. Circulation status Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi Tissue Prefusion : cerebral perifer) Kriteria Hasil : mendemonstrasikan status sirkulasi Tekanan systole dandiastole dalam rentang Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul Monitor adanya paretese yang diharapkan Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit Tidak ada ortostatikhipertensi Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan Gunakan sarun tangan untuk proteksi intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung mendemonstrasikan kemampuan kognitif Monitor kemampuan BAB yang ditandai dengan: Kolaborasi pemberian analgetik berkomunikasi dengan jelas dan Monitor adanya tromboplebitis sesuai dengan kemampuan Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi memproses informasi membuat keputusan dengan benar jika ada lsi atau laserasi 4. Implementasi Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai pelaksanaan tujuan yang meliputi telah ditetapkan. pengumpulan data Kegiatan dalam berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Walid, 2012). Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan situasi yang membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan praktik terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (teknis). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu kandung kemih, pada prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital, mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam catatan keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tanggal, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap perawat yang melakukan tindakan keperawatan. 5. Evaluasi Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah & Walid, 2012). Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil pengamatan. Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan kriteria hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal dan pengetahuan klien tentang perawatan batu kandung kemih meningkat. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE PADA PASIEN Ny. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS DI LINGKUNGAN BATU RINGGIT SELATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG KARANG A. PENGKAJIAN Nama Puskesmas Tanjung Karang Tanggal 16 Maret 2020 Nama Perawat yang mengkaji Mahasiswa Homecare Pengkajian 1. IDENTITAS KLIEN Nama klien Ny”M” Penanggungjawab Tn”A” DiagnosaMedik Diametes Melitus Dokter Penanggung Jawab - Alamat Rumah & Telp Lingkungan Batu Ringgit Selatan Agama &Suku Islam & Sasak Keluhan utama : Sirkulasi/ Cairan Perkemihan Pernapasan Pasien megatakan Edema : - Pola BAK Sianosis : - Terdapat luka pada jempol Bunyi jantung : 3 x/hr, vol 700 kaki sebelah kiri. Normal (S1 S2) ml/hr Hasil Pemeriksaan Asites : - Hematuri :- fisik Akral dingin : - Poliuria :- Sekret / Slym : Irama ireguler : - Tanda Perdarahan : GCS : E4 V5 M6 Oliguria :- Wheezing : - :- Ronki : - TD : 140/70 mm/Hg purpura :- Disuria P : 20 hematom :- Inkontinensia : - Otot S : 36 0 petekie :- Retensi bantu napas N : 80 x/ menit hematemesis : - Nyeri saat BAK : - :- :- melena :- Kemampuan BAK Alat epistaksis :- :Mandiri / Bantu bantu nafas sebagian/tergantun :- g Dispnea : - Takikardia x/ menit C Bradikardia : Tubuh teraba hangat Tanda Anemia : :- TB : 165 cm Pucat/Konjungtiva BB : 55 Kg (-) Alat bantu: Sesak : - pucat/Lidah pucat Tidak(+) Ya (-) Stridor : - (-) Gunakan Obat : Krepirasi : - Bibir pucat (-) Tidak (+) Ya (-) Akral pucat (-) Kemampuan BAB : Penampilan Umum: K.U : Baik - Pasien tampak kurus Tanda Dehidrasi : Mandiri/Bantu mata cekung (-)/ sebagian/tergantun turgor kulit g berkurang(-)/ bibir kering(-) Pusing :- Kesemutan :- Berkeringat :- Rasa Haus :- Pengisian kapiler 3detik : - Catatan : Tidak terdapat masalah pada pemeriksaan fisik, sistem sirkulasi/cairan, sistem perkemihan dan sistem pernapasan pada pasien. Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori Mual : (-) Tonus otot : 5 Fungsi Penglihatan : Muntah : (-) Kontraktur : (-) Fungsiperabaan : (-) Kembung : (-) Fraktur : (-) Nafsu Makan : Nyeri otot/tulang* : : Berkurang/Tidak* (-) Buram : mata sebelah kiri Kesemutan : (-) Tak bisa melihat : (-) Sulit Menelan : (-) Drop Foot Lokasi Disphagia : (-) : (-) Alat bantu : (-) Bau Nafas : (-) Tremor Jenis Disorientasi : (-) Kerusakan gigi/gusi/ tidak ada . Parese : (-) lidah/geraham/rahang/p Malaise / fatique : (-) Visus : (-) alatum* : (-) Atropi : (-) Halusinasi : (-) Distensi Abdomen: (-) Kekuatan otot: Bising Usus: Kebas : (-) Disartria: (-) Fungsi pendengaran : 16 x /menit 5 5 Amnesia : (-) Konstipasi : (-) 5 5 Paralisis : (-) Diare: - x/hr Hemoroid, grade : (-) Teraba Masa Kurang jelas : (+) Postur tidak normal : (-) RPS Atas : bebas/ abdomen : (-) terbatas/kelemaha Stomatitis : (-) n/kelumpuhan Warna : (-). (kanan/kiri)* Riwayat obat RPS Bawah Refleks patologis : (-) Tuli : (-) Kejang : : (-) lama : (-) frekwensi : (-) Alat bantu: (-) Tinnitus : (-) Fungsi Penciuman pencahar : (-) :bebas/terbatas/ Maag : (-) kelemahan/kelumpuhan Terganggu : (-) Konsistensi : Padat (kanan/kiri)* Diet Khusus : Berdiri : :Tidak/Ya* Mandiri/ Bantu Kebiasaan makan- sebagian/tergantun minum : Mandiri/ Bantu sebagian/Tergantung* Mampu : (+) Fungsi Perasa Mampu : (+) Terganggu : (-) Kulit g* Berjalan : Jaringan parut (-) Memar (-) Mandiri/ Bantu Alergi sebagian/tergantun makanan/minuman : g* Tidak/Ya*. Alat Bantu : Alat bantu : Tidak/Ya* Laserasi (-) Ulserasi (-) Pus (-) Bulae/lepuh (-) Tidak/Ya* Nyeri : Tidak/Ya* Perdarahan bawah (-) Krustae (-) Luka bakar (-) Kulit (-) Derajat (-) Perubahan warna (-) Decubitus : Grade (-) Lokasi (-) Tidur dan Istirahat Susah tidur (-) Waktu tidur ± 8 jam Bantuan obat (-) Catatan : Pada sistem pencernaan, pasien mengatakan nafsu makannya berkurang. Pada sistem neurosensory pasien mengatakan penglihatannya sebelah kiri buram dan pendengarannya sebelah kiri kurang jelas. Mental Komunikasi dan Kebersihan Diri Perawatan Cemas (-) Budaya Gigi-Mulut DiriSehari- Denial (-) Interaksi dengan kotor (-) hari Marah (-) Keluarga : Mata kotor (+) Mandi : Takut (-) Baik/Terhambat Kulit kotor (-) Mandiri/Bantu Berkomunikasi : Perineal/genital sebagian/Tergantung Putus asa (-) Depresi (-) Rendah diri (-) Menarik diri (-) Lancar/Terhambat kotor (-) Kegiatan sosial sehari- Hidung kotor (+) hari : berkumpul dengan Kuku kotor (-) tetangga sekitar. Agresif (-) Telinga kotor (+) Perilaku kekerasan (- Rambut-Kepala ) Berpakaian : Mandiri/Bantu sebagian/Tergantung Menyisir Rambut : Mandiri/Bantu sebagian/tergantung kotor (-) Respon pasca trauma (-) Tidak mau melihat bagian tubuh yang Rusak (-) Catatan : Terdapat masalah dalam kebersihan diri pasien, dimana mata, hidung dan telinga pasien tampak kotor dan pasien sudah 4 hari tidak mengganti pakaiannya. DATA PENUNJANG MEDIS INDIVIDU KLIEN Laboratorium Radiologi EKG USG 1. Senin, 15 Februari 2021 GDP : 294 mgdL Terapi Obat : 1. Gliben clamide 2. Metformin 3. Vit. BC Keluhan Tambahan : Pasien memiliki riwayat diabetes, pasien dan keluarga mengatakan luka pada jempol kakinya disebabkan karena tertusuk benda tajam, setelah beberapa hari, luka tersebut kembali berdarah karena digigit tikus. Keluarga pasien mengatakan luka tersebut sudah ± 1 tahun. Luka pasien tampak kotor dan tekstur kulit luka keras. Pasien terlihat tidak menggunakan alas kaki ketika berjalan. Pasien dan keluarga tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya. B. DIAGNOSA 1. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang penyakit Diabetes d/d pasien dan keluarga tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya. 2. Kerusakan integritas kulit b/d nekrosis jaringan ( luka gangrene) d/d terdapat luka pada jempol kaki sebelah kiri. C. RENCANA Nama Puskesmas Tanjung Karang Nama Perawat yangmengkaji Mahasiswa Praktek Nama Individu Ny.M Nama PenanggungJawab/ KK Tn.A Penyakit/MasalahKesehatan Diabetes Melitus Alamat Lingkungan Batu Ringgit Selatan Tgl/No 16 Maret 2021 Diagnosa Keperawatan 1. Kurang Homecare Tujuan Rencana Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pengetahuan b/d selama 3x24 jam pasien dan keluarga kurangnya diharapkan pasien dan tentang penyakit DM informasi d/d keluarga : pasien dan 1. Mengetahui tentang 2. Berikan penyuluhan tentang DM. keluarga tampak penyakitnya, meliputi Pengertian DM bertanya-tanya : Tipe-tipe DM tentang Pengertian DM Penyebab DM penyakitnya. Tipe-tipe DM Tanda dan gejala DM Penyebab DM Cara mengontrol DM Tanda dan gejala 3. Evaluasi ulang tingkat DM pengetahuan pasien dan Cara mengontrol keluarga tentang DM. penyakit DM yang sudah dijelaskan petugas 2. Kerusakan integritas kulit b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV selama 3x24 jam nekrosis kerusakan diharapkan pasien dan jaringan (nekrosis luka gangrene) keluarga : 1. Pasien dan keluarga 2. Observasi keadaan luka 3. Anjurkan jaga luka agar tetap bersih dan kering. 4. Anjurkan keluarga ditandai terdapat memahami cara tentang cara perawatan luka pada jempol perawatan luka secara luka secara mandiri kaki sebelah kiri. mandiri. 2. 5. Anjurkan pasien untuk Tidak terdapat tanda- selalu menggunakan alas tanda infeksi. kaki 6. Lakukan teknik perawatan luka dengan steril. 7. Evaluasi ulang kemampuan pasien dan keluarga tentang proses perawatan luka secara mandiri. D. TINDAKAN DAN EVALUASI Nama Puskesmas Tanjung Karang Nama Perawat yangmengkaji Mahasiswa Praktek Nama Individu Ny.M Nama PenanggungJawab/ KK Tn.A Penyakit/MasalahKesehatan Diabetes Melitus Alamat Lingkungan Batu Ringgit Selatan Tgl/ Diagnosa No. Keperawatan 16 – 19 1. Kurang Homecare Ttd Implementasi 1. Mengkaji tingkat Evaluasi S: Maret pengetahuan pengetahuan pasien dan 2021 b/d kurangnya keluarga tentang belum mengetahui informasi d/d penyakit DM tentang penyakit DM pasien dan 2. memberikan - Pasien dan keluarga - Setelah diberikan keluarga penyuluhan tentang penyuluhan oleh tampak DM. petugas, pasien dan bertanya-tanya 4. Pengertian DM keluarga mengatakan tentang 5. Tipe-tipe DM sudah memahami 6. Penyebab DM tentang penyakit 7. Tanda dan gejala DM. penyakitnya. DM 8. Cara mengontrol O: - Pasien dan keluarga Perawat DM tampak kooperatif saat dilaksanakannya 3. mengevaluasi ulang penyuluhan. tingkat pengetahuan pasien dan keluarga - Pasien dan keluarga tentang penyakit DM yang sudah dijelaskan tampak paham. - Pasien dan keluarga petugas tampak mampu menjelaskan kembali tentang penyakit DM yang sudah dijelaskan petugas. A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan 16-19 2. Kerusakan 1. mengobservasi TTV Maret integritas kulit 2. mengobservasi keadaan 2021 b/d nekrosis kerusakan jaringan luka 3. memonitor kulit akan adanya infeksi (nekrosis luka 4. menganjurkan jaga luka gangrene) agar tetap bersih dan ditandai kering. S: - Pasien dan keluarga mengatakan akan menjaga agar luka tetap bersih dan kering. - keluarga mengatakan akan terdapat luka 5. Anjurkan keluarga melakukan pada jempol tentang cara perawatan perawatan luka kaki sebelah luka secara mandiri secara mandiri. kiri. 6. Anjurkan pasien untuk - Pasien mengatakan selalu menggunakan akan selalu alas kaki menggunakan alas kaki. 7. Melakukan teknik perawatan luka dengan O : steril. 8. Evaluasi ulang TTV : TD : 140/70 mmHg kemampuan pasien dan RR : 20 x/menit keluarga tentang proses perawatan luka secara mandiri. : 36oC S N : 80 x/menit GDP :294 mgdL tidak ada tandatanda infeksi pada luka Pasien dan keluarga tampak memahami cara perawatan luka secara mandiri Keluarga tampak mampu melakukan perawatan luka secara mandiri. A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan Perawatan luka secara mandiri di rumah dan control luka di Puskesmas. FORMAT RENCANA KUNJUNGAN PERAWATAN DI RUMAH Nama Puskesmas Tanjung Karang Nama Perawat yangmengkaji Mahasiswa Praktek Nama Individu Ny.M Nama PenanggungJawab/ KK Tn.A Penyakit/MasalahKesehatan Diabetes Melitus Alamat Lingkungan Batu Ringgit Selatan Kunjungan Hari / Homecare Rencana Kegiatan Kegiatan Tanggal 1. 16 – Maret 2021 1. 2. Lakukan pengkajian 1. keperawatan pada pasien keperawatan pada pasien Diabetes Melitus Diabetes Melitus Kontrak waktu untuk 2. implemtasi 2. 17 – Maret 2021 1. Melakukan pengkajian Lakukan penyuluhan DM 2. Lakukan perawatan luka 3. Kontrak waktu untuk Mengontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya. 1. Melakukan penyuluhan DM 2. Melakukan perawatan luka. implemtasi 3. Mengontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya. 3. 18– Maret 2021 1. Lakukan perawatan luka 1. melakukan perawatan luka 2. mengevaluasi kegiatan 4. 19– Maret 2021 1. Evaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi kegiatan Mengetahui : Nama Pembimbing Tanggal/ Tanda Tangan KET : 1. Kunjungan 1 adalah pengkajian 2. Kunjungan 2 adalah implementasi 3. Kunjungan 3 adalah evaluasi dan terminasi BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu, keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit. Layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan, dikoordinir, oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (PERKENI, 2015 dan ADA, 2017). B. Saran Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca dalam proses penyempurnaan laporan ini. Untuk pasien dan keluarga diharapkan dapat melatih diri untuk melakukan perwatan diri secara mandiri dirumah. DAFTAR PUSTAKA Aditama, 2011. Word diabetes day.http://www.pantonews.com/ Diakses tgl 06 juni 2018 Anandita, widya. 2011. http://mdgsindonesia.org. NCDs : Beban Ganda Bagi American Diabetes Association ( ADA 2015). Diabetes Http://www.diabetes.org/ diabetes-basics/ diakses tgl 11 juni 2018. Bangsa. basic. Kemenkes Ri. 2013.Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:Balitbang Kemenkes Ri/ diakses tagal 17 juni 2018. Lewis, (2011).Patofisiologi: konsep klinis proses-prose penyakit .(edisi 4). Jakarta: EGC / diakses tgl 17 juni 2018. Mansjour,dkk2007.http//www.goegle.co.id/amp/syosefw.wordpress.com/2007/R/ 31/ pengunaan insulin pada pasien diabetes melitus-3/amp/ diakses tgl 17 juni 2018. NANDA, 2015-2017, Diagnosa Keperawatan NANDA Definisi & Klasifikasi. diakses tgl 17 juni 2018. Price, Sylvia A. Wilson dkk, 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed 6. Jakarta; EGC / diakses tgl 17 juni 2018. PERKENI (2015). Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta. PB PERKENI./ diakses tgl 17 juni 2018. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep dasar Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta: EGC; 2012/ diakses tgl 17 juni 2018. Rendy, M Clevo dan Margarets TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika / diakses tgl 17 juni 2018. Smeltzer & Bare (2015), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC / diakses tgl 17 juni 2018. SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIABETES MELITUS Pokok Bahasan : Diabetes Melitus Sub Pokok Bahasan :Peran Keluarga dan Pasien Dalam Memahami Penyakit Diabetes Sasaran : Pasien DM di Lingkungan Batu Ringgit Hari/ tanggal Pelaksanaan : Kamis, 18 Maret 2021 Tempat : Rumah Pasien A. LATAR BELAKANG Diabetes merupakan dunia.Diperkirakan 15,7 permasalahan juta orang di kesehatan Amerika serius Serikat di seluruh menderita diabetesmellitus. Perkiraan tersebut, merupakan perhitungan antara diabetes yang terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di AmerikaSerikat menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan kematian lebih dari 162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk tujuh penyebab utama kematian pada daftar angka kematian di AS, tapi diabetes diyakini termasuk kematian yang tidak tidak terlaporkan, antaranya adalah kondisi dan penyebab kematian. Menurut profil Kesehatan Idndonesia Tahun 2019 didapatkan data penderita diabetes di NTB sebanyak 53. 139 jiwa. Oleh karena latar belakang di atas maka penyusun menyusun satuan cara penyuluhan mengenai diabetes mellitus dengan tujuan supaya setelah dilakukan pedidikan kesehatan mengenai diabetes mellitus. Diharapkan Pasien dapat memahami tentang penyakit darah tinggi. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, Pasien mampu memahami tentang penyakit Diabetes mellitus 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x35 menit di harapkan Pasien mampu menjelaskan kembali tentang: a. Menyebutkan pengertian Diabetes mellitus b. Menyebutkan penyebab Diabetes mellitus c. Meyebutkan tanda dan gejala Diabetes melitus C. GARIS BESAR MATERI. 1. Pengertian Diabetes Melitus 2. Klasifikasi Diabetes Melitus 3. Penyebab Diabetes Melitus 4. Tanda dan gejala Diabetes Melitus 5. Cara Mengontrol Diabetes Melitus D. PELAKSANAAN KEGIATAN NO KEGIATAN PENYULUH PESERTA WAKTU 1 - Menyampaikan - Menjawab 09.00 – Pembukaan dan salam salam - Menjelaskan tujuan penyuluhan salam - Mendengar - Memberi respon 09.05 2 Penyampaian Menyampaikan materi materi : 1. Pengertian - Mendengarkan dan 09.05 – 09. 25 - Memperhatikan Diabetes melitus 2. Penyebab Diabetes melitus 3. Tanda dan gejala Diabetes melitus 3 Penutup dan - Tanya jawab - Menjawab 09.25 – salam - Menyimpulkan - Mendengarkan 09.35 hasil materi yang di diskusikan - Menyampaikan salam E. METODE 1. Ceramah 2. Tanya Jawab F. MEDIA Leaflet - Menjawab salam G. SETTING TEMPAT. Pasien duduk disamping penyaji H. PENGORGANISASIAN. Penyaji : Mahasiswa praktik homecare II I. EVALUASI. 1. Pre. a. Pasien antusias dengan diadakannya penyuluhan kesehatan tentang Diabetes melitus b. Pasien kooperatif saat acara penyuluhan dilaksanakan. c. Pasien mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker 2. Post. a. Pasien mampu memahami tentang : b. Menyebutkan pengertian Diabetes melitus c. Menyebutkan penyebab Diabetes mellitus d. Meyebutkan tanda dan gejala Diabetes melitus MATERI PENYULUHAN A. Pengertian Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metaboliske karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. Berikut kisaran kadar gula darah normal pada tubuh: 1. Sebelum makan: sekitar 70-130 mg/Dl 2. Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/dL 3. Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya delapan jam: kurang dari 100 mg/dL 4. Menjelang tidur: 100 – 140 mg/dL B. Klasifikasi Diabetes Melitus 1. Diabetes Tipe 1 Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. 2. Diabetes Tipe 2 Pada diabetes ini terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gagguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini. 3. Diabetes Pada Kehamilan Diabetes khusus pada ibu hamil yang dinamakan diabetes gestasional. Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon, dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan. C. Penyebab 1. Faktor Genetik Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan antibody autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta. 2. Faktor Berat badan (Obesitas) Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolic. 3. Faktor Makanan Penyebab diabetes pun bisa terjadi dari makanan yang di konsumsi, jika sering mengkonsumsi makan makanan yang tidak sehat seperti hal nya makanan yang mengandung lemak tinggi atau pun memiliki kadar manis dari gula yang banyak maka bisa menjadi penyebab diabetes. Oleh sebab itu jaga asupan makanan yang baik agar tidak mengalami naik nya kadar gula darah. D. Tanda dan Gelaja 1. Banyak kencing (Poliuria) Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari. 2. Banyak minum (polidipsia) Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum. 3. Banyak makan (polifagia) Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes karena pasien mengalmi keseimbangan kalori negative, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan. 4. Penurunan berat badan dan rasa lemah Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relative singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. E. Cara Mengontrol Diabetes Melitus 1. Konsumsi makanan yang tepat Diabetesi harus benar-benar patuh dengan diet, alias pola makan, yang dijalani karena asupan makanan sangat memengaruhi kadar gula darah secara langsung. Pertama, Anda perlu menghindari makanan dengan indeks glikemik tinggi, makanan tinggi lemak dan kalori, serta membatasi sumber karbohidrat sederhana. Jauhi juga makanan dan minuman olahan, terutama yang pengolahannya instan seperti makanan cepat saji (fast food). Pantangan makanan diabetes olahan biasanya tinggi gula sehingga harus dihindari demi mencegah peningkatan gula darah.Kedua, terapkanlah pola makan teratur dengan gizi seimbang. Cara ini menjadi kunci kesuksesan untuk mengontrol gula darah pada penderita diabetes.Artinya, Anda tetap harus mengonsumsi karbohidrat sekalipun makanan ini menghasilkan gula. Pilihan karbohidrat yang aman untuk diabetes adalah karbohidrat kompleks karena lebih lama dipecah menjadi glukosa, sehingga kadar gula darah jadi lebih stabil. Berikut ini contoh pilihan makanan yang baik untuk penderita diabetes: a. Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, ubi panggang, oatmeal, roti, dan sereal dari biji-bijian utuh. b. Daging tanpa lemak atau ayam tanpa kulit. c. Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus, dipanggang, atau dikonsumsi mentah. Sayuran yang baik dikonsumsi untuk penderita diabetes di antaranya adalah brokoli dan bayam. d. Buah-buahan segar e. Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang dikukus, dimasak untuk sup, atau ditumis f. Popcorn tawar. g. Susu atau produk olahan susu rendah lemak, seperti yoghurt dan telur. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi yoghurt rendah lemak tanpa pemanis tambahan dapat mencegah penyakit diabetes tipe 2. h. Berbagai jenis ikan, seperti tuna, salmon, sarden dan makarel. Namun, hindari ikan dengan kadar merkuri tinggi, misalnya ikan tongkol. 2. Mengontrol porsi makan Berikut adalah beberapa cara dan tips mengontrol porsi makan sehingga penderita diabetes dapat menjaga kadar gula darah tetap normal: a. Perhatikan ukuran dan berat makanan b. Makan dalam porsi kecil, tapi sering sepanjang hari c. Hindari makan di restoran berkonsep sekali makan (all-youcan-eat) d. Perhatikan informasi kandungan makanan dalam kemasan, ketahui komposisinya e. Makan secara perlahan-lahan sehingga makanan bisa dicerna dengan baik oleh tubuh 3. Aktif bergerak dan olahraga teratur Olahraga dapat membantu sel-sel di otot Anda mengambil lebih banyak glukosa dan mengubahnya menjadi energi, sehingga mampu menurunkan gula darah. 4. Kelola stres dengan baik Stres berlebihan juga dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat akibat pelepasan kortisol alias hormon stres. Tidak hanya membuat gula darah meningkat, stres juga juga cenderung membuat diabetesi berkeinginan untuk terus makan makanan yang manis (tinggi gula) lebih banyak. 5. Istirahat cukup Cara lain untuk mengontrol kadar gula darah Anda agar tetap di batas normal adalah mendapatkan istirahat yang cukup. Sedikit banyak, kurang tidur terus-menerus membuat kualitas hidup Anda terpengaruh dan menganggu sekresi (pelepasan) insulin. Idealnya, tidur yang baik berkisar antara 7-9 jam setiap malamnya. Tidur yang cukup dapat menyeimbangkan hormon, menghindari stres, dan membuat Anda mendapatkan cukup energi untuk beraktivitas dan berolahraga pada esok harinya. Dengan demikian, kadar gula darah pun dapat terkendali dengan baik. 6. Rutin mengecek gula darah Mengukur dan memantau kadar glukosa darah menggunakan alat pengukur gula darah juga merupakan cara efektif mengontrol gula darah. Rutin melakukan cek gula darah dapat membantu Anda mengetahui bagaimana tubuh bereaksi terhadap makanan tertentu. Dengan terus memantau perubahan kadar gula darah, Anda akan lebih mudah untuk menentukan apakah harus melakukan penyesuaian pola makan atau konsumsi obat. 7. Mengonsumsi suplemen Suplemen berguna untuk menambah asupan vitamin dan mineral di dalam tubuh. Mengonsumsi suplemen untuk diabetes sebenarnya tidak diharuskan. Apalagi jika Anda telah menerapkan pola makan teratur dan asupan makanan telah memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. DAFTAR PUSTAKA H Andra, Yessie. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).Yogyakarta : Nuha Medika Amin, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawtan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction https://www.tribunnews.com/tribunners/2017/08/15/mengenal-penyakit-diabetesmulai-penyebab-gejala-hingga-cara-mencegahnya https://www.alodokter.com/berapa-kadar-gula-darah-normal-padatubuh#:~:text=Berikut%20kisaran%20kadar%20gula%20darah,kurang%20dari%2 0100%20mg%2FdL https://www.alodokter.com/deretan-makanan-untuk-penderita-diabetes-yang-baikdan-buruk Checklist Merawat luka Diabetes Militus Nama Mahasiswa : NIM : Nilai Aspek yang dinilai 0 Definisi : Perawatan luka gangren adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara luka serta mencegah terjadinya infeksi dengan cara aseptik yang terjadi Suatu daerah Yang mengalami perlukaan dan nekrose ( kematian jaringan sebagian yang mengenai suatu bagian badan ) misalnya jari dan tungkai. Tujuan : 1. mencegah komplikasi akibat luka gangren 2. Mempercepat penyembuhan. 3. Mencegah gangguan rasa nyaman bagi yang bersangkutan maupun bagi pasien lain terutama bila luka nekrose dan berbau. Indikasi : 1. Luka terbuka atau kotor 2. Luka gangren Tahap Pre interaksi 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya 2. Perawat Cuci tangan dan menutup sampiran 1 2 3. Siapkan alat-alat a. Alat steril ( bak instrument berisi ) 1 pinset anatomi 1 pinset chirugis 1 klem arteri 1 gunting jaringan Kassa dan deppers steril b. Alat yang tidak steril Larutan NaCL 0,9 % Handscoon Kom kecil cucing Verban Plester atau Hepapik Perlak pengalas Hand sanitizer Bengkok berisi larutan desinfektan ( Lysol ) Masker Obat - obatan sesuai ajuran dokter bila di perlukan Sampiran jika perlu Tahap orientasi 1. Berikan salam, panggil pasien dengan namanya 2. Memperkenalkan nama perawat 3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga 4. Menanyakan kesiapan dan persetujuan pasien sebelum Tindakan 5. Memposisikan pasien senyaman mungkin Tahap kerja 1. Pasang perlak dan pengalas di bawah daerah yang akan diganti balutanya 2. Taruh bengkok di dekat pasien 3. Memakai handscoon 4. Membuka balutan dan membuang balutan lama ke bengkok 5. Bersihkan luka dengan kassa steril yang telah di basahi dengan NaCL 6. Buang bagian - bagian yang kotor atau jaringan nekrotik 7. Bersihkan dari area yang paling bersuh ke area yang kotor ( dari dalam ke luar ) 8. Kompres luka dengan NaCL atau dengan salep yang telah di ajurkan oleh dokter ( jika di perlukan ). 9. Tutup luka dengan kassa steril 10. Balut luka dengan verban dan plester atau hepapik . Tahap terminasi 1. Bereskan alat – alat yang telah digunakan 2. Perawat melepas handscoon 3. Cuci tangan 4. Mengevaluasi hasil Tindakan 5. Berpamitan dengan pasien. Tahap dokumentasi Catat hasil tindakan di dalam catatan keperawatan Total Nilai Keterangan: 0 = tidak dilakukan 1 = dilakukan, tetapi tidak sempurna 2 = dilakukan dengan sempurna Penilaian: 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = Jumlah nilai yang didapat 𝑥 100% jumlah aspek yang dinilai x 2 Mataram,.................2021 Penilai, (.......................................)