Rice Processing Complex Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta jiwa dimana sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Diperkirakan impor beras Indonesia pada tahun 2006 ini mencapai lebih dari 1 juta ton. Dengan jumlah impor sebanyak itu, maka Indonesia akan menjadi negara importir terbesar di dunia. Salah satu faktor yang menyebabkan hal itu adalah karena belum mencukupinya produksi nasional. Untuk menaikkan produksi beras nasional tersebut, maka perlu dilakukan terobosan baru terutama pada aspek pra panen dan pasca panen tanaman padi. Untuk pra panen, yang menjadi permasalahan utama yaitu tingkat kehilangan hasil yang masih tinggi yang terjadi mulai pada waktu pemanenan (± 20 %) hingga gabah diproses menjadi beras (± 510 %). Untuk pasca panen, sampai saat ini proses pengolahan gabah menjadi beras ditingkat petani umumnya masih menggunakan teknologi konvensional, yaitu RMU (Rice Milling Unit). Teknologi yang digunakan di RMU masih tergolong sederhana, karena hanya terdiri dari proses pengupasan dan pemolesan saja. Pada proses penggilingan beras di RMU, persentase beras pecah masih tinggi, beras yang dihasilkan belum memenuhi kualitas ekspor (first grade) dan rendemen yang rendah (± 55 %). Untuk menghasilkan beras yang berkualitas tinggi dengan rendemen tinggi, maka diperlukan suatu teknologi pemrosesan beras yang lebih teliti dan maju. Teknologi ini dapat ditemui pada tempat pemrosesan beras modern yaitu RPC (Rice Processing Complex). Pada RPC, proses yang dilakukan meliputi pengeringan, penyimpanan, pemisahan batuan, penggilingan, pemolesan/pemutihan, pemisahan pecahan beras, sortasi warna dan pengemasan, dimana semua proses kegiatan itu dilakukan dalam satu tempat. Dengan demikian untuk RPC ini tidak diperlukan lahan yang luas karena lantai jemur gabah tidak diperlukan lagi. Sebagai catatan peningkatan rendemen beras dengan teknologi RPC mencapai ( 10 % dibandingkan dengan teknologi RMU. Dalam sebuah RPC terdapat 3 tahap produksi beras yaitu Rice Drying & Storage System (RDSS), Rice Processing System (RPS) dan Rice Quality Management System (RQMS). RDSS merupakan proses awal dari proses produksi beras. Proses produksi beras dimulai dari pengeringan gabah. Secara tradisional proses pengeringan gabah dilakukan dengan menjemur gabah basah di lantai jemur. Kelebihan dari system ini adalah biaya yang realatif murah, akan tetapi memiliki banyak kekurangan, antara lain: derajat pengeringan yang kurang seragam, kecepatan pengeringan tidak terkontrol, memerlukan tempat penjemuran yang relative luas dan pada musim hujan tidak bisa dilakukan penjemuran karena kurangnya sinar matahari. Pengeringan gabah yang baik sangat menentukan kualitas dari beras yang dihasilkan, apabila pengeringan terlalu cepat dilakukan akan mengakibatkan tingginya gabah yang pecah saat proses kupas kulit ataupun pada saat proses poles dan sebaliknya pengeringan yang terlalu lambat mengakibatkan gabah busuk ataupun merubah warna dan rasa dari beras sehingga kualitasnya menjadi rendah. Untuk mencegah hal ini maka dikembangkan system RDSS. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam proses RDSS adalah: pembersihan gabah, pengeringan, dan penyimpanan gabah dalam kondisi simpan yang terkontrol. Gabah aman disimpan pada kondisi kering pada KA 14%. Proses pembersihan gabah dalam RPC dilakukan dengan mesin yang disebut Pre-Cleaner, dalam mesin ini gabah dibersihkan sehingga gabah yang keluar dari mesin ini adalah gabah yang berisi dan telah bebas dari gabah hampa, kotoran dan debu. Setelah gabah dibersihkan gabah selanjutnya akan dikeringkan dengan menggunakan mesin continuous dryer. Gabah basah akan dikeringkan secara bertahap didalam mesin ini dengan kecepatan pengeringan yang terkontrol. Didalam mesin ini selain gabah dikeringkan juga akan dibersihkan kembali dengan adanya turbo cleaner. Dengan adanya mesin pengering ini proses pengeringan gabah tidak tergantung lagi dengan sinar matahari. Setelah melewati proses pembersihan dan pengeringan gabah yang telah kering (KA 14%) akan disimpan dalam Square bin, Silo/Hopper silo dan ton bag. Square bin sangat membantu dengan adanya berbagai macam varietas padi yang ada di Indonesia. Dengan adanya square bin kemungkinan tercampurnya antar varietas padi menjadi kecil. Silo/Hopper Silo digunakan untuk menyimpan gabah kering yang jumlahnya relatif besar, sementara ton bag akan digunakan apabila square bin dan silo sudah tidak mampu menampung stok gabah. Kelebihan dari square bin dan silo adalah terdapatnya spreader dan ventilating blower/fan sehingga pengkondisian udara dapat dilakukan. Proses produksi beras setelah RDSS adalah Rice Processing system (RPS), dalam kegiatan ini gabah dikupas kulitnya dengan mesin rice huller. Untuk mengupas sekam (kulit gabah) digunakan 2 buah rubber roll yang tekanannya bisa diatur secara pneumatic, sehingga untuk berbagai varietas gabah dengan bentuk yang berbeda tekanannya dapat diatur untuk mengurangi beras pecah. Setelah gabah dipisahkan dari kulit gabah akan di-polesh untuk mendapatkan beras bersih. Proses pemolesan dilakukan secara bertahap yaitu secara abrasive, friction, one-pass dan high brilliant polisher. Tujuan pemolesan secara bertahap adalah untuk mengurangi gaya dan panas yang diterima beras sehingga tingkat pecahannya berkurang. Output dari proses pemolesan adalah beras kepala yang masih tercampur dengan patah besar dan patah kecil serta beras warna. Untuk mendapatkan beras kualitas tinggi diperlukan satu tahap lagi yaitu Rice Quality Management System (RQMS). Dalam proses ini beras akan disortir berdasarkan ukuran dan warna sehingga didapatkan beras yang bersih, seragam, utuh dan rasa yang enak sesuai dengan grade yang diinginkan. Proses terakhir dari produksi beras adalah beras kristal kualitas tinggi yang dikemas dalam kemasan plastic dan kertas sehingga relative aman dari pengaruh lingkungan. Kelebihan dalam sebuah RPC salah satunya adalah semua kegiatan produksinya terkontrol dan terpusat dalam sebuah main control panel (MCCP). Seluruh aktifitas produksi dikendalikan dari MCCP dan terdokumentasi secara computerize. Untuk mengurangi polusi debu yang biasa terjadi dalam kegiatan produksi beras, dalam RPC dilengkapi dengan dust collecting system, husk room dan dust suction dalam setiap komponen mesinnya. Beras yang dihasillkan RPC merupakan beras kristal kualitas tinggi sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi pula. Dengan tingginya harga jual beras maka diharapkan harga jual gabah dari petani meningkat sehingga tingkat pendapatan petani yang mayoritas merupakan rakyat miskin meningkat. RPC juga akan menjaga stok gabah dan beras dipasar sehingga stabilitas ketahanan pangan secara nasional dapat dijaga.