LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI I ACARA 2 MIKROPIPET Disusun Oleh : Nama : Fikri Aditya Dwitama NIM : 2011050021 Prodi : TLM A PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK D4 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2020 I. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari mikropipet.. 2. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari bagian-bagian mikropipet. 3. Mahasiswa mampu memahami cara menggunakan dan memelihara mikropipet. II. Dasar Teori Mikropipet merupakan alat presisi yang didesain untuk pengukuran dan pemindahan larutan dengan volume kecil (skala mikroliter) yang akurat. Mikropipet sendiri terdiri dari berbagai macam kapasitas volume pengambilan sampel. Berdasarkan kapasitas volume pengambilan sampel, terdapat 4 jenis mikropipet dengan skala ukuran 0,5-10 μl, 2-20 μl, 2020μl, dan 200-1000 μl (Universitas Queensland, 2013). Mikropipet merupakan alat yang memungkinkan pengukuran volume secara akurat dalam satuan µl. Mikropipet sangat peka, mahal, dan penting terutama dalam pengerjaan DNA. Alat ini menggunakan pengisapan yang bisa mengatur berapa volume yang ingin diambil. Prinsip awal pembuatan mikropipet ditemukan oleh Warren Gilson dan Henry Lardy, Professor bidang biochemistry di University of WisconsinMadison. Pada awalnya, mereka membuat sebuah mesin untuk mengukur berapa volume oksigen yang dibutuhkan saat pertumbuhan suatu sel. Alat ini bekerja dengan menggerakkan piston untuk menjaga tekanan udara konstan saat oksigen digunakan. Tiga hal terpenting yang diperhatikan saat itu adalah, ukuran kecil piston, akurasi pengukuran dan pengaturan (University of Wisconsin, 2013). Prinsip Kerja Mikropipet Mikropipet merupakan alat presisi yang didesain untuk pengukuran dan pemindahan larutan dengan volume kecil (skala mikroliter) yang akurat. Kapasitas volume yang dapat diambil oleh mikropipet pada umumnya sekitar 1μl-1.000 μl. Merk mikropipet yang paling umum digunakan adalah Eppendorf, Hamilton, Rainin, Drummond, Brand Tech, dan Biohit. Mikropipet digunakan bersamaan dengan tip sebagai wadah bagi larutan sampel yang akan diambil. Prinsip pengambilan larutan dengan mikropipet adalah pergantian volume udara yang dikeluarkan oleh mikropipet dengan larutan. Apabila tombol pengatur volume (Plunger) ditekan, tekanan tersebut akan menggerakkan sebuah piston internal untuk salah satu dari dua posisi yang berbeda. Posisi pertama disebut “stop pertama” digunakan untuk mengisi ujung mikropipet, ketika praktikan menekan tombol pengatur volume pada stop pertama, piston internal mengeluarkan volume udara sama dengan volume yang ditampilkan pada indikator volume sehingga larutan yang masuk sama dengan volume udara yang keluar. Posisi kedua disebut “stop kedua” digunakan untuk membuang isi tips (Universitas Buffalo, 2013). Ada banyak hal-hal yang perlu diperhatikan dalampenggunaan mikropipet agar mikropipet berfungsi dengan baik dan tidak rusak, yaitu : 1. Selalu yang gunakan ingin mikropipet dipindahkan. sesuai skala volume larutan Jangan mengambil volume larutan diluar skala volume yang tercantum pada mikropipet. Volume larutan yang diambil harus sesuai dengan skala volume mikropipet. 2. Posisi mikropipet harus selalu tegak pada saat digunakan. Jangan pernah meninggalkan pipet pada posisi mendatar apalagi terbalik saat tip terisi sampel. 3. Jangan pernah memaksa menekan tombol pengatur volume apabila sulit ditekan. 4. Saat pengambilan larutan sampel, tombol pengatur volume mikropipet harus ditekan dengan perlahan, hal ini akan membantu memberikan pengukuran yang akurat dan juga mencegah kerusakan dari pipet. 5. Selalu buang tips ke dalam limbah, setelah dipergunakan. Tips hanya bisa digunakan sekali. (Bates College, 2013) III. Hasil Pengamatan. A. Mikropipet 1) Nama-nama bagian dan Fungsinya a) Plunger button, berfungsi untuk menyedot atau memompa larutan atau cairan dengan cara menekannya. b) Scale volume / parameter knob / tuas penyetel volume cairan, hanya terdapat di mikropipet dengan tipe variable volume. c) Shaft , tempat melekat handle ejector arm, dan menghubungkan antara mikropipet dengan plastic tip. d) (ejector arm ) Bagian micropipette ini berfungsi untuk mebdorong plastic tip agar terlepas dari mikropipet. e) Plastic tip, bagian yang kontak langsung dan menampung liquid saat dilakukan proses penarikan volume tertentu liquid hingga ditransfer. f) Tip effector button, digunakan untuk melepaskan plastc tip setiap kali selesai digunakan. g) Tip ini adalah untuk menampung cairan sementara, yang nantinya akan dipindahkan ke alat atau wadah gelas lainnya. IV. Pembahasan Mikropipet adalah suatu alat yang digunakan untuk mengambil dan/atau memindahkan cairan dalam jumlah kecil secara akurat. Sebenarnya mikropipet mempunyai fungsi seperti pipet biasa, yaitu untuk memindahkan cairan atau larutan. Hanya saja beda akurasi antara mikropipet dengan pipet biasa. Mikropipet memiliki prinsip kerja Saat bulb (plunger) ditekan, maka udara yang ada di bagian dalam pipet akan terdorong keluar dan menjadi vakum. Selanjutnya, saat ujung pipet dimasukkan ke dalam cairan lalu plunger dilepaskan, maka cairan akan masuk ke dalam pipet lewat tip. Cairan di dalam pipet ini akan siap dipindahkan ke wadah lain, yakni dengan cara menekan plungernya. Ada beberapa tahapan untuk mengoperasikan mikropipet secara benar yang antara lain : 1) Set volume, Atur volume dengan cara memutar knop pengatur volume. 2) Pasang tip disposable, Pasanglah tip disposable yang telah tertata pada wadah dengan cara menancapkan ujung mikropipet. 3) Tekan penyedot sampai pembatas pertama. 4) Masukkan tip ke sampel, benamkan tip kedalam cairan yang akan dipindahkan. 5) Ambil sampel. Untuk mengambil sampel ke dalam tip, jagalah tekanan balik berjalan secara perlahan dan halus sampai penuh ke posisi sebelum penyedotan. Jangan birakan penyedot bergerak cepat dan tibatiba. Biarkan tip tetap dibawah permukaan sampel selama pengambilan. 6) Tahan, tunggu sesaat untuk memastikan seluruh sampel yang disedot sudah mengisi tip 7) Tarik tip, penarikan tip dari sampel pindahkan tip dari cairan sampel. Perlu diperhatikan : tidak boleh ada cairan tertinggal di bagian luar tip dan lap/usap butiran cairan di luar dengan tissue, tetapi hanya dari bagian samping saja. 8) Keluarkan sampel 9) Tarik pipet, Dengan penyedot masih dalam posisi tertekan tarik pipet dari wadah penampung sampel dengan terus menempelkan tip didinding wadah khususnya ketika pemipetan dalam jumlah kecil. 10) Lepaskan tekanan penyedot, Secara pelan-pelan biarkan penyedot kembalia pada posisi UP. Jangan biarkan tertekan kembali. 11) Lepaskan tip, Lepaskan tip dengan cara menekan ejector Dalam proses perawatan mikropipet, sepertinya tidak ada yang terlalu khusus pada umumnya. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mikropipet, diantaranya : 1) Membersihkan mikropipet setelah menggunakannya, baik menggunakan air atau alkohol. 2) Sterilkan dengan menggunakan autoclave komponen yang berhubungan dengan bakteri. 3) Hindari menggunakan mikropipet tanpa tip yang terpasang. 4) Usahakan untuk menyediakan beberapa tip untuk berbagai jenis sampel yang berbeda, agar tidak saling terkontaminasi. 5) Pastikan menggunakan mikropipet yang sesuai dengan ukuran volume sample yang akan ditangani, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. 6) Pastikan tip sudah terpasang dengan baik sebelum mulai menyedot sample. 7) Hindari menekan terlalu kencang atau secara tiba-tiba, menghindari ketidak akuratan pengambilan sample. 8) Hindari menyimpan mikropipet secara sembarangan, atau bahkan masih terdapat sample di dalamnya. Kalibrasi pada mikropipet, proses kalibrasi berguna untuk mengecek apakah peralatan ini meneteskan cairan dalam volume yang tepat, sehingga bisa dilakukan perbaikan jika diperlukan. Mengecek Kalibrasi 1) Kumpulkan bahan-bahan yang diperlukan. Untuk mengecek kalibrasi pipet, yang dibutuhkan adalah pipet, tip pipet, air suling, gelas kimia, termometer, neraca, dan cawan timbang. 2) Ukur temperatur air suling. Masukkan termometer ke dalam air dan biarkan setidaknya selama satu menit. Jika garis merah termometer masih bergerak, tunggu sampai satu menit lagi 3) . Secara Letakkan cawan timbang pada neraca dan nol-kan neracanya ideal, neraca yang digunakan memiliki pintu dan ruang terisolasi di dalamnya. Letakkan cawan timbang ke dalam ruang neraca dan tutup pintunya 4) Siapkan pipet untuk dikalibrasi. Usap pipet dengan etanol sebelum memulai dan pastikan tidak ada yang menyumbat ujung pipet. 5) Basuh tip pipet sebelum dikalibrasi. Tekan tombol sampai batas pertama dan masukkan ujung pipet ke dalam air suling sedalam kurang lebih 2 mm. 6) Sedot volume kalibrasinya. Dengan posisi tip pipet di luar air suling, tekan tombol hingga batas pertama. 7) Keluarkan cairan ke cawan timbang pada neraca. Letakkan tip pipet pada dasar cawan timbang lalu tekan tombol pipet ke batas pertama. 8) Catat berat yang ditampilkan di neraca. Tutup pintu bilik neraca jika Anda menggunakan neraca berpintu. 9) Ulangi proses ini untuk melakukan pembacaan setidaknya 10 kali. Nol-kan lagi skala neraca, basuh tip pipet sebelum dipakai, sedot volume cairan yang sama, keluarkan volume tersebut, lalu catat beratnya. V. Kesimpulan Pemipetan harus dilakukan dengan teliti dan hati hati sert memperhatikan prosedur yg benar. kesalahan sedikit saja dapat mempengaruhi hasil kerja sehingga harus mengulang dari awal atau menimbulkan risiko. Automatic berfungsi untuk memompa cairan yang akan dipindahkan dengan volume yang tlah diset, sedang pipette tips merupakan pasangan mikropipet yang berfungsi untuk menampung cairan yang dipompa. Daftar Pustaka Kurnia Ritma Dhanti, S. M. (2017). Mikropipet. Buku Penuntun Praktikum Instrumrntasi I, 1-31. Hidayatussalihin, E. N. (2018). PERBEDAAN PRESISI PEMIPETAN SAMPEL. JURNAL LABORATORIUM KHATULISTIWA, 21-25. Marita Isti Wulandari, Y. E. (2017). REVIEW: STUDI PUSTAKA PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK KULTUR SEL. Suplemen Volume 14 Nomor 2, 207-218. Lampiran JLK 2 (1) (2018) JURNAL LABORATORIUM KHATULISTIWA e-ISSN : 2597-9531 p-ISSN : 2597-9523 PERBEDAAN PRESISI PEMIPETAN SAMPEL MENGGUNAKAN PIPET SAHLIDAN MIKROPIPET PADA PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE CYANMETHEMOGLOBIN Hidayatussalihin, Etiek Nurhayati, Edy Suwandi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail : [email protected] Submitted : 5 Agustus 2018; Revised : 8 September 2018; Accepted : 9 Oktober 2018 Published : 30 November 2018 Abstract International Commite for Standarization in Hematology (ICSH) recommends hemoglobin examination using Cyan- methemoglobin method. Examination of Hb Cyanmethemoglobin using sahli pipette in sampling. The Sampling method flow through the hose. The use of glass pipets do not have high accuracy and precission for less than volumes 1 ml, so in small fluid displacement less than 1000 (microliter) using micropipet or commonly known as automatic pipette. The aim of this research was to know the precision value between sampling using the sahli pipette and mikropipet on examina- tion of hemoglobin value of Cyanmethemoglobin method accepted or not on standard Clinical Laboratoty Improvement Amendments (CLIA) and to analyze the difference of precision between sampling using pipette sahli and micropipette on examination of hemoglobin Cyanmethemoglobin method. The design of this study was descriptive anlytic. This research using EDTA blood examination with the number of 36 test samples. Preliminary period expression used 60 test samples. The hemoglobin examination using Cyanmethemoglobin method by spectrophotometry. Based on the results of the re- search, the value of % CV of sahli’s pipet is 4.60% and the value % CV of micropipet is 2.02%. and the value %CV The maximum recommended by the CLIA can be received from the sahli and mikropipet pipette that is <7%. he data obtained were statistically analyze by using Willcoxon Test and the result P 0.000 <0.05. The conclution of this research was found a significant difference between Sahli pipette and micropipette. Keywords : Precission, Sahli Pipette, Micropipette, Hemoglobin International Commette for Standarization in Hematology (ICSH) merekomendasikan pemeriksaan hemoglobin den- gan menggunakan metode Cyanmethemoglobin. Pemeriksaan Hb Cyanmethemoglobin menggunakan pipet sahli dalam pengambilan sampel. Pengambilan sampel dengan cara dihisap melalui selang. Penggunaan pipet gelas tidak mempu- nyai akurasi dan presisi yang tinggi untuk volume kurang dari 1 ml, sehingga pemindahan cairan dengan volume kecil kurang dari 1000 (microliter) orang cenderung menggunakan mikropipet atau biasa juga dikenal dengan pipet otomatis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai presisi antara pemipetan sampel menggunakan pipet sahli dan mikropi- pet pada pemeriksaan kadar hemoglobin metode Cyanmethemoglobin diterima atau tidak pada standar Standar Clinical Laboratoty Improvement Amendments (CLIA) dan menganalisis perbedaan presisi antara pemipetan sampel mengguna- kan pipet sahli dengan pemipetan sampel menggunakan mikropipet pada pemeriksaan kadar hemoglobin metode Cyan- methemoglobin. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik. Penelitian ini menggunakan bahan pemeriksaan berupa darah EDTA dengan jumlah 36 sampel uji. Ditahapan periode pendahuluan digunakan sebanyak 60 sampel uji. Metode pemeriksaan hemoglobin menggunakan metode Cyanmethemoglobin secara fotometri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh nilai %CV pipet sahli sebesar 4,60% dan nilai %CV mikropipet sebesar 2,02%. Nilai %CV- maksismum yang di rekomendasikan oleh CLIA dapat diterima dari pipet sahli dan mikropipet yaitu <7%. Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan uji Willcoxon didapatkan hasil P 0.000<0.05. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan signifikan antara pipet sahli dan mikropipet. Kata Kunci : Presisi, Pipet Sahli, Mikropipet, Hemoglobin 2 1 JLK 2 (1) (2018) hlm. 21 - 25 PENDAHULUAN Semakin pesatnya kemajuan teknologi serta pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat tentang kesehatan akan mendorong tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan di laboratorium. Mutu pelayanan berdasarkan penelitian hasil pelayanan laboratorium secara keseluruhan dan salah satu titik penting terletak pada mutu pemeriksaan (A, 2000). Jaminan mutu pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menegakkan diagnosa yang tepat. Terdapat dua hal penting yang menjadi perhatian dalam jaminan mutu hasil pemeriksaan laboratorium yaitu akurasi dan presisi (Dhyanaputri, I. S., Agustini, & Puryana, 2013). Akurasi menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya, sedangkan presisi merupakan ketelitian atau derajat seberapa jauh pengulangan analisis memberikan data yang sama. (Karkalousos & Evangelopoulos, 2011). Secara singkat akurasi dapat diartikan ketepatan dan presisi dapat diartikan ketelitian atau reapetability (pengulangan). Presisi atau Reapetability adalah derajat konsensus antara pengukuran berturut-turut yang telah dilakukan pada sampel yang sama dengan kondisi yang sangat mirip, alat yang sama, pengguna yang sama, laboratorium yang sama, metode yang sama dan banyak reagen yang sama dalam waktu yang sangat singkat misalnya dalam jangka waktu sehari percobaan (Karkalousos & Evangelopoulos, 2011). Banyak jenis pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk pemeriksaan penyaring terhadap kelainan dalam tubuh manusia. Kelainan dapat berasal dari penyakit darah atau penyakit yang mengenai bagian lain dari tubuh (W & Herniah, 2001). Pemeriksaan hemoglobin merupakan salah satu pemeriksaan darah rutin yang paling sering dilakukan oleh setiap laboratorium (Norsiah, 2015). Hemoglobin merupkan komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan oksigen. Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Banyak metode yang digunakan untuk pemeriksaan kadar hemoglobin, diantaranya metode Tallquist, Sahli, Cuppersulfat dan Cyanmethemoglobine. Gold standard dari beberapa metode tersebut yang digunakan untuk pemeriksaan kadar hemoglobin adalah metode Cyanmethemoglobine (Hidayat & Sunarti, 2015). International Commette for Standarization in Hematology (ICSH) merekomendasian pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin (Heryanti, Octaviana, & Sumirah, 2013). Metode Cyanmethemoglobin dianjurkan karena larutan standarnya yang stabil, mudah diperoleh dan hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulf hemoglobin (Sacher, R & McPherson, R, 2004). Pada metode Cyanmethemoglobin sampel yang digunakn sebesar 20 ul maka dari itu ketelitian untuk pemipetaan dengan volume yang kecil sangat penting. Pemeriksaan Hb Cyanmethemoglobin menggunakan pipet sahli dalam pengambilan sampel. Pengambilan sampel dengan cara dihisap melalui selang (World Health Organization, 2003). Penggunaan pipet gelas dan pipet gondok tidak mempunyai akurasi yang tinggi untuk volume kurang dari 1 ml, sehingga pada pemindahan cairan dengan volume kecil kurang dari 1000 (microliter) orang cenderung menggunakan mikropipet atau biasa juga dikenal dengan pipet otomatis (Anonym (1), 2016). Pipet otomatis ini memiliki akurasi dan presisi yang lebih baik dibanding dengan pipet gelas. Disamping itu dapat diatur berapapun volumenya dalam range volume pipet tersebut. (Anonym (2), 2016). Pipet jenis ini juga tersedia dalam berbagai kapasitas volume, mulai dari 5 µl sampai 1000 µl (World Health Organization, 2003). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Desain Deskriptif Analitik dengan menggunakan bahan pemeriksaan berupa darah EDTA dengan 6 kali pengulangan. Metode pemeriksaan yang digunakan yaitu Cyanmethemoglobin. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan pipet sahli dilakukan dengan cara dipipet 5ml larutan pengencer Drabkin dan 0,02ml darah vena atau kapiler. Sebelum dipipet darah vena atau kapiler botol berisi darah dengan antikoagulan dibolak-balikkan berulang kali selama kurang lebih 1 menit. Kemudian dimasukkan darah kedalam larutan pengencer Drabkin dan bilas pipet dengan menghisap larutan dan menyemprotkannya kembali sebanyak tiga kali. Larutan dikocok hingga homogen dan didiamkan selama 5 menit. Dengan larutan pengencer Drabkin, diposisikan jarum penunjuk spektrofotometer pada angka nol. kemudian dimasukkan larutan darah pasien yang sudah diencerkan ke dalam tabung reaksi atau kuvet spektrofotometer dan ukur absorbansinya (World Health Organization, 2003). 22 JLK 2 (1) (2018) hlm. 21 - 25 Pemeriksaan hemoglobin menggunakan mikropipet dilakukan dengan pipet volum, dimasukkan 5 ml larutan pengencer Drabkin ke dalam tabung. Dengan mikropipet dipipet sampel sebanyak 0,02 ml lalu dicampurkan ke larutan Drabkin di dalam Tabung. Pemipetan dengan mikropipet digunakan dengan menggunakan metode Reverse. Kemudian dikocok larutan hingga homogen dan didiamkan selama 5 menit. Dengan larutan pengencer Drabkin, diposisikan jarum penunjuk spektrofotometer pada angka nol. Masukkan larutan darah pasien yang sudah diencerkan ke dalam tabung reaksi atau kuvet spektrofotometer, ukur absorbansinya (World Health Organization, 2003). nakan pipet sahli sebesar 13.9167g/ul dan 0.64006 sedangkan nili rata-rata dan SD mikropipet sebesar 14.2894 dan 0.2894. Tingkat ketelitianan atau presisi dinyatakan dalam (%CV) didapatkan pemipetan sampel menggunakan pipet sahli sebesar 4,60% dan Mikropipet 2,02%. Setelah dilakukan pemeriksaan di periode pendahuluan dan pengujian pemipetan bahan pemeriksaan mengunakan pipet sahli dan mikropipet maka tahapan selanjutnya melakukan plotting. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan pipet sahli dan mikropipet masing-masing satu buah dimana tips dari mikropipet selalu di ganti saat penggunaannya dimana dalam penelitian ini menggunakan 30 responden yang diambil darahnya kemudian dibagi menjadi dua. Tahapan periode pendahuluan dalam penelitian ini di ukur sebanyak 60 bahan pemeriksaan dengan masing-masing pengambilan bahan pemeriksaan menggunakan Pipet Sahli 30 bahan pemeriksaan dan Mikropipet 30 bahan pemeriksaan yang kemodian diukur dengan spektrofotometer metode Cyanmethemoglobin. Hasil pemeriksaan ini digunakan sebagai kartu kontrol dalam uji presisi pemipetan sampel menggukana pipet sahli dan mikropipet. Kemudian dihari terakhir dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin untuk hasil uji presisi yang nantinya akan di plotting di peta kontrol yang didapat. Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hemoglobin Menggunakan Pipet Sahli dan Mikropipet Metode Cyanmethemoglobin. PENGULANGAN PIPET SAHLI (S) MICROPIPET (M) a b c A B C 1 13,90 13,90 13,94 2 13,38 13,83 13,60 14,41 13,97 13,97 14,12 14,12 14,05 3 13,90 14,01 4 16,24 14,23 14,08 14,82 14,19 14,97 13,80 14,19 14,23 14,23 5 13,49 6 13,90 13,27 13,27 14,71 14,38 14,01 13,90 13,86 14,45 14,16 14,23 Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif Uji Presisi Pemeriksaan Hemoglobin menggunakan Pipet Sahli dan Mikropipet Metode Cyanmethemoglobin. SAHLI N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation CV (%) 18 13.27 16.24 13.9167 .64006 4.60 18 13.97 14.97 14.2894 .28841 2.02 Berdasarkan tabel di atas menujukkan bahwa nilai rata-rata dan SD pemipetan sampel menggu- Gambar 1. Grafik Lingkaran Plotting uji Presisi Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa hasil yang didapat memeiliki tingkat kedekatan hasil atau derajat konsistensi yang baik dimana hasil tidak ada yang keluar dari batas ±1SD. Uji presisi dilakukan dengan mengukur 1 bahan pemeriksaan yang sama, dalam rentang waktu yang relatif sama, alat yang sama, ditempat yang sama dan dilakukan oleh orang yang sama. Dalam uji presisi dilakukan pengulangan pemeriksaan pada sampel uji paling sedikit 6 kali pengulangan (Riyanto, 2014). Pada penelitian ini bahan dilakukan pemeriksaan secara Triplo pada setiap pengulangan. Tabel 3. Hasil Uji Perbedaan Presisi Pemipetan Sampel Menggunakan Pipet Sahli Dan Mikropipet Mikropipet – Pipet Sahli Z -2.817b Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000 Dari tabel 3 di atas dapat dinyatakan bahwa Ha diterima yang berarti ada perbedaan signifikan antara pipet Sahli dan mikropipet. Uji presisi pemipetan sampel menggunakan pipet sahli dan mikropipet pada pemeriksaan kadar hemoglobin metode Cyanmethemoglobin dilakukan setelah tahapan periode pendahuluan selesai. Dari hasil pemeriksaan kadar hemoglobin pada periode pendahuluan didapatkan hasil pipet sahli rata-rata 13.8517 dan nilai SD 2.31177 sedangkan mikropipet rata-rata 14.0400 dan SD 2.31444. Gold standard pada penelitian ini adalah pemipetan sampel menggunakan pipet sahli. Dari analisis data yang dilakukan pada pemeriksaan dengan pipet sahli didapatkan rata- rata sebesar 13,9167 g/ul, dan mikropipet rata- rata sebesar 14.2894 g/ul. Tingkat 23 JLK 2 (1) (2018) hlm. 21 - 25 ketelitian atau presisi dinyatakan dalam %CV dimana semakin kecil nilainya maka semakin tinggi tingkat ketelitiannya. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan %CV pipet sahli sebesar 4.60% sedangkan Mikropipet sebesar 2.20%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketelitian Mikropipet lebih tinggi dibanding pipet sahli. Namun demikian kedua hasil tersebut masih dapat diterima karena masih di bawah nilai standar %CV maksimum yang direkomendasikan oleh Clinical Laboratoty Improvement Amendments (CLIA) yaitu 7%. Pemeriksaan Hemoglobin metode Cyanmethemoglobin menggunakan pipet sahli dalam pemipetan sampel. Pemipetan dilakukan dengan cara dihisap melalui selang (World Health Organization, 2003). Pada metode Cyanmethemoglobin sampel yang digunakan sebesar 20 ul maka dari itu ketelitian untuk pemipetaan dengan volume yang kecil sangat penting. Perbedaan hasil dapat dilihat dari nilai rata-rata kadar hemoglobin pemipetan sampel menggunakan mikropipet yang lebih tinggi dari pipet sahli. Tingginya kadar hemoglobin dapat disebabkan oleh banyaknya volume yang dipipet dari suatu alat. Dari hasil uji kelayakan penggunaan pipet juga menunjukkan volume yang dipipet oleh mikropipet lebih banyak dari pipet sahli yaitu pipet sahli 0.0198 gram dan mikropipet 0.0201 dengan batas toleransi 1% dimana faktor konversi disuhu 270C sebesar 0.9965 untuk berat jenis aquades. Namun demikian hasil tersebut dapat diterima karena tidak melebihi batas toleransi yang telah ditentukan. Suhu juga dapat berpengaruh terhadap alat-alat gelas yang dapat menyebabkan pemuaian. Pontianak memiliki suhu yang tinggi mencapai 300C dalam penelitian ini proses pengerjaan dilakukan dalam ruangan dengan suhu kurang lebih 270C. Penggunaan pipet gelas dan pipet gondok tidak mempunyai akurasi dan presisi yang tinggi untuk volume kurang dari 1 ml, sehingga pada pemindahan cairan dengan volume kecil kurang dari 1000 (microliter) orang cenderung menggunakan mikropipet atau biasa juga dikenal dengan pipet otomatis (Anonym (1), 2016). Metode yang baik adalah yang mempunyai akurasi dan presisi yang baik. Untuk tujuan penanganan penyakit dan pemantauannya, pemilihan metode dengan presisi yang baik lebih dianggap penting dari pada akurasi yang baik (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Hasil penelitian menunjukkan tingkat presisi mikropipet lebih tinggi dibanding pipet sahli. Dalam arti klinis pada penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemipetan sampel menggunakan pipet sahli dan mikropipet namun demikian dalam pemantauan hasil di quality qontrol hasil tersebut terdapat perbedaan yang signifikan meskipun keduanya masih dalam batas yang ditentukan. Tingkat ketelitian atau presisi dinyatakan dalam impresisi %CV menunjukam nilai mikropipet lebih kecil dibanding pipet sahli yang berarti tingkat ketelitian mikropipet lebih tinggi. Hal ini disebabkan komponen yang dimiliki mikropipet telah dirancang untuk meminimalisir kesalahan dari proses pemipetan. Sedangkan komponen pipet sahli yang sederhana memiliki faktor kesalahan sistematis yang lebih banyak. Nilai tersebut ditunjukkan pada hasil pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan pipet sahli dipengulangan keempat terdapat nilai yang lebih tinggi dari beberapa pemeriksaan sebeum dan sesudahnya. Dari nilai tersebut juga terjadi penurunan hasil yang signifikan dapat pula disebabkan oleh kesalahan yang dipengaruhi oleh stabilitas listrik dan instrumentasi yang digunakan. Kesalahan sistematis merupakan kesalahan yang dapat diketahui secara pasti atau ditimbulkan oleh adanya faktor tetap yang mengakibatkan hasil pengujian yang cenderung lebih rendah atau lebih tinggi dari yang seharusnya. Faktor yang juga mempengaruhi kesalahan sistematis yaitu ketrampilan tenaga laboratorium dalam penggunaan alat serta penggunaan bahan standar atau kontrol yang tidak mampu telusur (A, 2000). PENUTUP Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan pemipetan sampel menggunakan pipet sahli memiliki nilai (%CV) sebesar 4,60% sedangkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan pemipetan sampel menggunakan mikropipet memiliki nilai (%CV) sebesar 2,02%. Dari batas nilai (%CV) maksimun yang direkomendasikan oleh Clinical Laboratoty Improvement Amendments (CLIA) yaitu 7% maka nilai (%CV) dari pipet sahli dan mikropipet dapat diterima, tetapi dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan mikropipet lebih presisi daripada pipet sahli dalam pemeriksaan hemoglobin. DAFTAR PUSTAKA A, H. (2000). System Manajemen Mutu Laboratorium Sesuai ISO/IEC 17025: 2000 “general Requirent For The Competence of Testing And Calibration Laboratories.” Anonym (1). (2016). Jenis-jenis Pipet dan Fungsinya. Retrieved from http://www.alatlabor.com/ article/detail/54/pipet-pipet-ukur-pipettetes Anonym (2). (2016). Spesifikasi Micropipet. Retrieved from http://www.pt-abs.com/ product/macropipette-socorex-p335592 24 JLK 2 (1) (2018) hlm. 21 - 25 25