Uploaded by sielahoni

1. Di Tempat Ini

advertisement
Di Tempat Ini-1Hujan deras sore itu tak menyurutkan semangat seorang gadis rambut blonde panjang itu.
Sambil membopong tas abu-abunya, ia tergopoh-gopoh berlari menyusuri gang-gang
sempit, mencoba memecah derasnya air hujan yang berusaha membasahi sekujur tubuhnya.
Seragam hitamnya telah basah seluruhnya. Hujan seakan tak memberi ampun, celah-celah
kecil sepatu dan saku-saku seragamnya semuanya telah terisi air. Rambut blonde
panjangnya dibiarkan diguyur begitu saja. Ia berlari sekencang-kencangnya. Bahkan suara
rintik-rintik hujan tak mampu menutupi suara nafasnya yang tersengal. Ia melangkah
masuk ke sebuah taman. Ketika dari kejauhan ia melihatnya; sebuah pohon oak besar di
pojok taman seakan telah berdiri lama menunggu kedatangannya. Ia tersenyum puas.
"Huahh, kelihatan juga.."
Di tempat lain, dua orang gadis bermantel biru dan hijau juga tampak tergesa-gesa. Sebuah
lamborghini melintas dengan kecepatan tak tertandingi, menyambar genangan air
disamping mereka. Mantel biru-hijau itu juga tak tanggung-tanggung disambar air. Merasa
tak terima, seorang dari antara mereka; yang bermantel biru, mengumpat marah. Sambil
menendang genangan air itu, ia berteriak kearah mobil antik itu yang kian menjauh,
mengeluarkan kalimat-kalimat yang terdengar tak menarik di telinga gadis yang satunya;
yang bermantel hijau. Sang gadis bermatel hijau menepuk pundaknya
"Sudahlah, sia-sia saja kau teriaki, orang kaya emang begitu"
"Lihat saja kalau nanti aku punya koenigsegg, lamborghini-mu itu bukan sesuatu
yang luar biasa, kau tahu itu!"
Semakin tak puas, gadis bermantel biru itu menunjuk-nunjuk mobil yang sudah hampir
lenyap dari pandangan; tertutup derasnya air hujan.
"Konyol! Bualan mu sudah selesai? Ayo jalan, yang lain mungkin sudah disana"
Gadis bermantel hijau itu menarik lengan sang gadis mantel biru. Yang terpenting sekarang
adalah sampai di tempat tujuan mereka dengan lebih cepat.
Pada waktu yang sama, dua orang gadis lain lagi baru akan berjalan keluar dari gerbang
sekolah yang berdiri megah itu. Untuk menembus hujan yang semakin ganas, keduanya
hanya mengandalkan sebuah payung merah tua lebar milik salah satu dari mereka; gadis
yang memakai syal merah.
"Huh..padahal kupikir hari ini bakal cerah, ramalan cuaca hari ini juga bilang
begitu" Gerutu sang gadis twintail.
"Salahmu sendiri, buat apa percaya begituan?"
Kedua gadis itu baru saja mengisi kegiatan ekstrakurikulernya. Gadis yang memakai syal
merah itu menggenggam sebuah tas badminton, sedangkan sang gadis twintail sambil
menggenggam tongkat payung, melantunkan serentetan nada-nada lagu yang baru saja
dipelajarinya dalam klub paduan suara. Walau alunannya dikalahkan oleh suara hujan yang
tak tertandingkan, ia tetap santai melanjutkannya tanpa terusik.
" Itu Megino datang" tunjuk gadis bersyal merah
Dari kejauhan, tampak seorang gadis berlari tergopoh-gopoh membopong dua tas plastik
yang sudah penuh dengan keripik dan susu hangat. Gadis bernama Megino itu memakai
mantel bening, bisa dilihat rambutnya setengah dikepang mengelilingi kepala.
"Nggak bisa nunggu dikit apa? Main jalan melenggang aja!" Gerutunya
"Habis kamu lama banget, jadi kita jalan aja pelan-pelan" Gadis twintail itu menjawab
santai
"Huh.. berat tauk! Bantuin gih!" Sambil menyodorkan tas plastik itu kepada kedua
temannya.
"Cepetan deh, yang lain pasti udah sampai"
~123456~
"Mereka udah kelihatan tuh"
Sambil menanggalkan mantel birunya, Ringo menunjuk keluar; kearah gerbang taman yang
tegap dikelilingi morning glory.
“Nggak salah kan mata gue? Itu kayaknya plastik isi keripik, deh” kata Kei sambil mengibasngibas mantel hijau antiknya.
Download