Uploaded by naqiya2707

TAUBAT NASUHA KEL 3.1

advertisement
TAZKIYATUN NAFS
TAUBAT NASUHA
Dosen Pengampu : Tahanil Fawaid, S.Hum., M. Hum
DISUSUN :
NAMA KELOMPOK
1.
Alvi Utami
C/KM/VI (14184560)
2.
Anifah
C/KM/VI (14184561)
3.
Riska Yulianti
C/KM/VI (14184586)
4.
Naqiya Fauzia
D/KM/VI (14184618)
5.
Neli Anissah
D/KM/VI (14184619)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah
Tazkiyatun Nafs ini.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan
ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Yogyakarta, 15 Februari 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A.
Pengertian Tubat Nasuha ............................................................................................ 3
B.
Syarat Taubat Nasuha.................................................................................................. 4
C.
Macam-Macam Dosa Yang Mengharuskan Taubat Nasuha ....................................... 6
D.
Rukun Taubat dan Cara Taubat Nasuha ...................................................................... 8
E. Keutamaan dan Hikmah .................................................................................................. 9
BAB III ................................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan...................................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara bahasa taubat adalah masdar dari kata‚ “taba-yatubu-tawbatan” yang
artinya kembali kepada Allah dari kemaksiyatan atau ‘ada - ya’udu (kembali). Secara
istilah, tobat adalah meninggalkan dosa yang telah diperbuat dan kembali kepada Allah
dengan mengagungkanNya dan takut akan murkanya. Sedangkan menurut kamus besar
bahasa Indonesia, tobat yaitu sadar atau menyesal akan dosa dan berniat untuk
memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya.
Allah SWT, berfirman yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah denganTaubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu
akan menghapuskesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu kedalam surga yang
mengalir dibawahnya sungai-sungai”.(QS. At-Tahrim : 8). Ayat diatas merupakan
seruan kepada orang-orang yang beriman agarkembali kepada Allah dari perbuatanperbuatan dosa dengan Taubat yang benar-benar murni dan tulus, yaitu dengan niat
sungguh-sungguh
tidak
mengulangiperbuatan
maksiat
itu kembali,
sesudah
menyesalatas perbuatan yang terlanjurdilakukan.
Seseorang akan diterima taubatnya apabila ia bersungguh-sungguh dalam bertaubat,
syarat diterimanya taubat ialah menyesali dosa yang telah diperbuat, dan berjanji tidak
akan mengulanginya lagi, selanjutnya adalah berdoa, berdzikir atau melakukan ibadah
lain agar taubatnya di terima Allah SWT. Salah satu contohnya ialah melakukan sholat
taubat. Allah maha pengasih dan penyayang, ada sebuah kisah dimana seorang pelacur
yang diterima taubatnya lantaran memberikan air untuk minum kepada anjing yang
sedang kehausan. Taubat akan diterima selama seseorang masih hidup didunia, dan
tidak diterima taubatnya apabila nyawanya sudah sampai kerongkongan apalagi sudah
di akhirat, memohon apapun Allah tidak akan menerimanya taubatnya kecuali ia
mendapatkan syafaat di akhirat kelak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian taubat nasuha?
2. Apa saja syarat taubat nasuha?
1
3. Apa saja macam-macam dosa yang diharuskan untuk taubat nasuha?
4. Apa saja rukun taubat nasuha dan bagaimana cara taubat nasuha?
5. Apa hikmah dan keutamaan taubat nasuha?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Taubat Nasuha
Secara bahasa kata taubat berasal dari bahasa Arab ‫ متابا‬- ‫ تاب – يتوب – توبا – توبة‬yang
artinya kembali dari maksiat kepada taat. Dalam Kamus Al-Munawwir, disebut ‫تاب إلى‬
‫( هللا‬bertaubat); ‫( غفر له‬mengampuni); ‫( ندم‬menyesal); ‫( تاب على هللا‬bertaubat); ‫إستتابته طلب‬
‫( منه ات يتوب‬meminta agar bertaubat); ‫( التوبه‬taubat); ‫( التاىب‬yang bertaubat). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata taubat diartikan sadar dan menyesal akan dosa
(perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan
perbuatan.3 Taubat berakar dari kata taba. Searti dengan kata taba adalah anaba dan
aba. Orang yang taubat karena takut azab.
Sedangkan secara bahasa, ‫( نصح‬na-sha-kha) artinya sesuatu yang bersih atau murni
(tidak bercampur dengan sesuatu yang lain). Sesuatu disebut (‫( )الناصح‬an-naashikh),
jika sesuatu tersebut tidak bercampur atau tidak terkontaminasi dengan sesuatu yang
lain, misalnya madu murni atau sejenisnya. Dia antara turunan kata ‫نصح‬
adalah ‫( النصيحة‬an-nashiihah).
a) Al-Kalbiy mengartikan: “Taubat Nasuha ialah menyesal dalam hati, minta
ampunan dengan lidah, berhenti disaat itu juga dari dosa tersebut dan
meneguhkan „azam tidak hendak mendekat kesana lagi.”
b) Sa‟id bin Jabair berkata; “Taubat Nasuha ialah yang diterima Tuhan. Untuk
diterima taubatnya itu hendaknya memenuhi tiga syarat, pertama, takut
taubatnya tidak akan diterima, kedua, mengharap agar diterima, ketiga,
memulai saat itu memenuhi hidup dengan taat.
c) Menurut Sa‟id bin Al-Musayyab; “Taubat Nasuha ialah menasihati diri karena
telah bersalah dan patuh menuruti nasihat itu.
d) Ibnu Katsir berpendapat: "Taubat Nasuha adalah, taubat yang haq dilakukan
sepenuh hati akan menghapus keburukan keburukan yang dilakukan
sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertaubat, serta
menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya."
3
Dari beberapa pengertian tentang taubat yang telah dipaparkan di atas tadi, penulis
menyimpulkan bahwa taubat yang diterima oleh Allah ialah Taubat Nasuha, yaitu
taubat yang sebenar-benarnya yang mana taubat itu berlaku untuk siapa saja, bukan
hanya untuk orang yang mempunyai dosa saja, namun taubat diperintahkan untuk
semua orang.
Pernah suatu saat Zir bertanya kepada Ubay bin Ka’ab, “Apakah taubat nasuha
itu?”. Jawab Ubay, “Saya telah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, dan beliau
bersabda “menyesal atas dosa yang diperbuat, lalu meminta ampun kepada-Nya dan
tidak akan mengulangi perbuatan itu selama-lamanya. Dan ditanya Umar tentang
taubat nasuha, ia menjawab “Taubat Nasuha itu tidak kembali kepada perbuatan
dosa, sebagaimana tidak kembalinya air susu pada payudara ibu yang menyusui
anaknya”.
B. Syarat Taubat Nasuha
Para Ulama bersepakat, yang dimaksud Taubat Nasuha tu terdiri dari empat syarat,
yaitu :
1. Menghentikan Maksiat.
Untuk memenuhi syarat yang pertama ini sangat diperlukan sikap bara’ah
(sikap tegas yang disertai tindakan berelpas diri atau pemutusan hubungan dari
segala perkara yang dapat menimbulkan perbuatan maksiat. Diantara ciri-ciri
orang yang menghentikan maksiat :
a) Menghilangkan sifat sombong
b) Hijrah
c) Tidak berputus asa dari rahmat Allah
d) Tidak berprasangka buruk kepada Allah
2. Menyesal atas perbuatan yang terlanjut dilakukan.
Ini adalah syarat kedua, dan bukan dinamakan taubat jika tidak ada penyesalan
a) Melafadzkan taubat dan berdo’a
b) Tidak menangguhkan taubat
3. Niat sungguh-sungguh tidak mengulangi perbuatan itu kembali. Apabila
kemaksiatan itu ada hubungannya dengan manusia, maka syarat tobatnya ada
empat. Tiga syarat yang telah disebutkan di atas dan keempat adalah
4
4. Menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak. Jika tanggungan itu berupa
harta atau semisalnya, maka wajib mengembalikan kepada pemiliknya. Jika
berupa tuduhan berbuat zina atau yang semisalnya, maka hendaklah mencabut
tuduhan tersebut atau meminta maaf. Jika berupa umpatan, maka hendaklah ia
meminta maaf atas umpatan tersebut kepada orang yang diumpatnya.
Seseorang itu wajiblah bertobat dari segala macam dosa. Jika seseorang bertobat dari
sebagian dosanya, maka tobatnya juga sah, tetapi dosa-dosa yang lainnya masih tetap
ada dan belum diampuni Allah. Al-Quran, sunnah Rasulullah saw. Dan ijma’ umat
Islam bahwa bertobat itu hukumnya wajib.
Allah berfirman:
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا تُوبُوا إِلَى‬
‫صو ًحا‬
ُ َ‫َّللاِ ت َ ْوبَةً ن‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At-Tahrim [66]: 8).
Disebutkan dalam beberapa riwayat, di antaranya:
‫سلَّم‬
ِ :‫َع ْن أبي ُه َري َْرة َ رضي هللا عنه قا َل‬
ُ ‫سمعتُ َر‬
َ ‫صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه و‬
َ ِ‫سو َل هللا‬
ً ‫مرة‬
َّ :ُ‫َيقُول‬
ُ ُ ‫ َوأَت‬،‫فر هللا‬
َّ ‫س ْب ِعين‬
ُ ‫وَّللا ِإ ِنّي أل َ ْست َ ْغ‬
َ ‫ أَكثر ِم ْن‬،‫ في ال َي ْو ِم‬،‫وب ِإليْه‬
)‫(رواه البخار‬
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Saya mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya saya memohon ampunan
kepada Allah serta bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari”. (HR.
Bukhari).
5
C. Macam-Macam Dosa Yang Mengharuskan Taubat Nasuha
Dosa besar ialah setiap dosa yang diancam oleh Allah mendapatkan balasan
siksaan neraka. Demikian dikatakan oleh seorang ulama dari kalangan golongan Ulama
Salaf. Bertolak dari pengertian ini, maka yang disebut dosa kecil adalah kebalikan dari
itu, yaitu dosa-dosa yang tidak membawa sanksi siksaan neraka. Para sahabat dan
Tabiin berbeda-beda pendapatnya mengenai hal ini. Menurut pendapat yang dapat
dijadikan pedoman ialah, bahwa dosa besar itu ada 17 macam, yang kesemuanya dapat
diketahui uraiannya dari berbagai Hadis Nabi SAW. Tujuh belas macam dosa besar itu,
Empat macam terletak di hati, yaitu :
1. Menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu.
2. Berbuat maksiat yang terus menerus.
3. Putus asa mengharapkan rahmat dari Allah.
4. Merasa aman dari ancaman siksaan dari Allah.
Empat macam lagi terletak dilisan yaitu:
1. Penyaksian dusta dan bathil. (Menjadi saksi palsu, dengan memberikan
keterangan yang dusta dan tidak benar).
2. Menuduh berzina seseorang yang tidak berzina.
3. Melakukan perbuatan sihir.
4. Bersumpah palsu, yaitu bersumpah membenarkan sesuatu yang sebenarnya
salah, atau menyalahkan sesuatu yang sebetulnya benar
Tiga macam terletak di perut yaitu:
1. Minum minuman yang memabukkan (minuman keras).
2. Makan harta benda anak yatim secara dzalim
3. Makan harta riba, sedang ia sendiri mengetahui hal itu.
Dua macam terletak pada kemaluan:
1. Persetubuhan di luar nikah (zina).
2. Persetubuhan antara sesama jenis (Liwath).
6
Dua macam terletak pada kedua tangan:
1. Membunuh seseorang tanpa haq.
2. Mencuri
Satu macam terletak pada kedua kaki yaitu:
1. Melarikan diri dari medan perang, yaitu jika seorang muslim menghadapi dua
orang kafir, atau 10 orang muslin menghadapi 20 orang kafir.
Satu macam lagi terletak di seluruh badan:
1. Durhaka atau berani kepada kedua orang tua.
Di luar yang 17 macam ini, sebenarnya masih banyak lagi dosa besar lain, seperi: bunuh
diri, takabbur, berjudi memutus silaturahmi, berkata atau berbuat dusta, meninggalkan
shalat lima waktu, membatalkan puasa Ramadhan dengan tidak ada alasan yang dapat
dibenarkan, curang dalam hal sukatan, timbangan atau ukuran, dan lain sebagainya.
Menurut Adz-Dzahabi, sebagaimana yang dinukil oleh Yusuf Qardhawi bahwa, dosa besar
itu ada 70 (tujuh puluh) macam banyaknya dan dosa kecil itu dapat juga berkembang dan
berubah menjadi dosa besar dengan adanya berbagai sebab, yaitu:
a. Apabila dosa kecil itu dikerjakan terus-menerus atau dikekalkan saja
mengerjakannya tanpa ada hentinya. Karena itu ada yang mengatakan : "Bukan
dosa kecil lagi jika dikekalkan mengerjakannya dan bukan dosa besar lagi jika
dimohonkan ampunannya".
b. Adanya anggapan kecil pada dosa yang dilakukannya. Dosa itu jika oleh yang
melakukannya dianggap besar, maka di sisi Allah dianggap kecil, dan jika oleh yang
mengerjakannya dipandang kecil maka di sisi Allah dipandang besar.
c. Dosa kecil itu dikerjakan dengan senang hati dan merasa nikmat. Sebabnya ialah
karena dosa yang dikerjakan dengan gembira dan ni‟mat, ia akan berbekas sangat
mendalam dalam batin, bahkan juga akan menimbulkan kehitaman yang sangat
pada kalbu. Tidak ada rasa penyesalan dan selalu ingin mengulanginya lagi.
Perasaan berbahagia di dalam dosa, satu hal yang sangat buruk.
7
d. Dosa kecil itu dikerjakan dengan perasaan aman dari kontrol/balasan Allah.
Sebenarnya perbuatan apapun besar atau kecil tidak mungkin terlepas dari kontrol
atau pengawasan Allah. Allah amat sangat teliti mengawasi segala sesuatu. Hanya
orang yang bodoh/sesat yang merasa dirinya aman dari kontrol Allah itu. Kalaupun
(tampaknya) aman dari balasan Allah, barangkali karena Allah memang
menangguhkan balasan itu sebagai kemurkaan-Nya, agar dengan demikian makin
banyak lagi dosa yang dikerjakan.
e. Dosa kecil itu diberitahukan atau diperlihatkan kepada orang lain. Adakalanya dosa
tersebut dilakukan dengan tidak diketahui orang lain, tetapi kemudian diberitahukan
kepada orang lain. Dan adakalanya pula waktu melakukannya memang di hadapan
orang lain. Orang yang demikian telah melakukan dua macam pelanggaran.
Sebenarnya dosa yang dikerjakannya menjadi rahasia dirinya sendiri, sebab hanya
dia sendiri yang mengetahui. Tetapi tutup yang diberikan oleh Allah itu justru malah
dibuangnya jauh-jauh dengan perbuatannya memberitahukan dosanya itu kepada
orang lain yang semula tidak tahu.
f. Dosa kecil itu dilakukan oleh orang alim yang mempunyai banyak pengikut. Orang
yang alim mempunyai pengaruh besar kepada para pengikutnya. Karena itu dosa
yang dikerjakannya kemungkinan besar akan diikuti pula oleh para pengikutnya.
Inilah yang menyebabkan dosa kecil tadi berubah menjadi dosa besar.
D. Rukun Taubat dan Cara Taubat Nasuha
1. Rukun Taubat Nasuha
Abu Zakaria Muhyiddin Yahya An-Nawawi menerangkan, bahwa taubat
itu hendaknya dilakukan dengan mengerjakan rukun-rukun taubat yang terdiri
dari :
a. Berhenti dari maksiat.
b. Menyesal atas dosa-dosa yang telah dikerjakan.
c. Berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi berbuat
dosa.
d. Dalam hal dosa kepada orang lain, hendaklah ditambah dengan
menyelesaikan persoalan dengan orang lain yang bersangkutan.
8
2. Cara Taubat Nasuha
Al-Quraizhiy sebagaimana yang dinukil oleh Hamka, mengatakan bahwa untuk
memenuhi perlengkapan Taubat Nashuha adalah dengan empat cara,
1. Memohon ampunan dengan lidah
2. Berhenti dari dosa itu dengan badan
3. Berjanji dengan diri sendiri tidak akan mengulangi lagi
4. Menjauhkan diri dari teman-teman yang hanya akan membawa
terperosok kepada yang buruk saja. Orang yang berdosa, wajib berusaha
memperbaiki diri dan berjuang menghilangkan dosanya.
5. Dengan bertaubat kepada Allah, yaitu dengan berusaha secara khusus
untuk menghilangkan sesuatu dosa. Dengan beribadah kepada Allah
seperti shalat, puasa dan amal-amal baik lainnya, sebab salah satu
diantara fungsi ibadah dalam Islam ialah menghapuskan dosa, misalnya
a. ibadah shalat lima waktu. Shalat adalah besar peranannya dalam
menghapuskan dosa.
b. Contoh yang lain umpamanya ibadah haji. Seperti halnya shalat,
ibadah haji juga besar manfaatnya dalam menghapuskan dosa
E. Keutamaan dan Hikmah
1. Keutamaan Taubat
Taubat mendapat perhatian yang sangat besar dalam Al-Qur'an, sebagaimana yang
tertuang di berbagai ayat dari yang disebutkan dalam Al-Qur'an sehubungan
dengan taubat adalah firman-Nya
Artinya: …"Dan, bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman, supaya kalian beruntung." (An-Nur, (24): 31). Di dalam ayat ini Allah
memerintahkan agar semua orang mukmin mau bertaubat dan tidak ada
9
pengecualian bagi siapa pun di antara mereka, seperti apa pun tingkat
istiqamahnya, seperti apa pun derajatnya sebagai orang yang bertakwa. Al-Ghazaly
menjelaskan, bahwa taubat itu mendatangkan dua buah:
a) Penghapusan kesalahan, sehingga pelakunya menjadi seperti orang yang tidak
mempunyai dosa.
b) Memperoleh derajat yang menjadikannya kekasih Allah
Adapun beberapa di antara keutamaan taubat lainnya ialah :
a) Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
Allah ta’ala berfirman :
َ َ ‫َّللاَ يُ ِحبُّ الت َّ َّوابِينَ َويُ ِحبُّ ْال ُمت‬
ّ ‫إِ َّن‬
َ‫ط ِّه ِرين‬
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai
orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
b) Taubat merupakan sebab keberuntungan.
c) Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan
atas kesalahan-kesalahannya.
Allah ta’ala berfirman
‫ت‬
ِ ‫سيِّئَا‬
َّ ‫ع ْن ِعبَا ِد ِه َويَ ْعفُو َع ِن ال‬
َ َ‫َو ُه َو الَّذِي يَ ْقبَ ُل الت َّ ْوبَة‬
“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha
mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
d) Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
e) Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
f) Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai
kebaikan.
10
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat dari
suatu dosa sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah,
dishahihkan oleh Al Albani)
g) Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
‫فَإِن ت ُ ْبت ُ ْم فَ ُه َو َخي ٌْر لَّ ُك ْم‬
“Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi
kalian.” (QS. At Taubah: 3)
h) Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
i) Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta
bertambahnya kekuatan.
2. Hikmah Taubat
Ketahuilah bahwa tidaklah Allah memerintahkan sesuatu melainkan ada
hikmah di balik perintah tersebut, termasuk perintah agar kita bertaubat
kepada-Nya. Taubat memiliki hikmah, yaitu:
a) Terhapusnya dosa.
Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang bertaubat (dari dosanya) seakanakan ia tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, no. 4250).
b) Kejelekan diganti dengan kebaikan.
Allah berfirman, artinya, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman
dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah
dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” (Qs. al-Furqan: 70).
c) Membawa keberuntungan.
Allah berfirman, artinya, “Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta
mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang
beruntung” (QS. al-Qashash: 67).
11
d) Jalan menuju Surga.
Allah berfirman, artinya, “Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan
beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya
(dirugikan) sedikitpun” (QS. Maryam: 60).
e) Pembersihan Hati.
Allah berfirman, artinya, “Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka
sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima
kebaikan)” (QS. at-Tahriim: 4).
f) Diberi kenikmatan yang baik.
Allah berfirman, artinya, “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada
Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang
demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus
menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan”
(QS. Huud: 3).
g) Mendapat kecintaan Allah.
Allah berfirman, artinya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
(Qs. al-Baqarah: 222).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taubat Nasuha secara bahasa, berasal dari bahasa Arab - ‫تاب – يتوب – توبا – توبة‬
‫متابا‬
yang artinya kembali dari maksiat kepada taat. Dan ‫( نصح‬na-sha-kha)
artinya sesuatu yang bersih atau murni (tidak bercampur dengan sesuatu yang
lain). Sehingga penulis menyimpulkan bahwa taubat nasuha ialah taubat yang sebenarbenarnya yang mana disesali dalam hati, minta ampunan dengan lidah, berhenti disaat
itu juga dari dosa tersebut dengan badan dan meneguhkan, azam tidak hendak mendekat
kesana lagi.”
Keutamaan taubat adalah menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan
turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya, taubat merupakan sebab masuk
surga dan keselamatan dari siksa neraka,taubat adalah sebab mendapatkan ampunan
dan rahmat, dan taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai
kebaikan.
B. Saran
Taubat menjadi sarana untuk memohon ampun kepada Allah Swt. Dan menjadi
media untuk kembali ke jalan Allah. Taubat dapat dilakukan kapan saja, tidak hanya
karena melakukan dosa, tetapi juga harus dilakukan sekalipun tidak memiliki dosa.
Orang sudah melakukan dosa, setelah taubat diterima dan dikabulkan Allah, bagaikan
orang yang tidak pernah melakukan dosa. Oleh karena itu, gunakanlah sarana taubat ini
untuk selalu dekat kepada Allah dan kembali ke jalan-Nya. Kita harus selalu optimis
bahwa taubat itu pasti diterima Allah Swt. Insya Allah.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dakwatuna.com/2014/09/12/56880/tiga-syarat-tobat-kepada-allah-dalam-kitabriyadhus-shalihin/#axzz6ogUuYS9A
Bab Taubat, Kitab Riyadhus Shalihin, Karya Imam Nawawi. )‫(باب التوبة في كتاب رياض الصالحين‬
https://muslimah.or.id/7359-pengertian-taubat-nasuha.html
ANNISA NURLIANITA,7 Hikmah Bertaubat bagi Umat Muslim, Apa Saja?./ Diterbitkan
NOVEMBER 28, 2019. Diakses 11 Maret 2021 pukul 10:37. https://umroh.com/blog/hikmahbertaubat/#:~:text=Berhenti%20dari%20maksiat.,untuk%20tidak%20mengulangi%20berbuat%20
dosa.
Buletin Dakwah An-Nur, Hakikat Taubat, (Jakarta : 2016)
14
Download