TAZKIYATUN NAFS TAUBAT NASUHA Dosen Pengampu : Tahanil Fawaid, S.Hum., M. Hum DISUSUN : NAMA KELOMPOK 1. Alvi Utami C/KM/VI (14184560) 2. Anifah C/KM/VI (14184561) 3. Riska Yulianti C/KM/VI (14184586) 4. Naqiya Fauzia D/KM/VI (14184618) 5. Neli Anissah D/KM/VI (14184619) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL YOGYAKARTA 2021 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Tazkiyatun Nafs ini. Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Yogyakarta, 15 Februari 2021 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii BAB I ......................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1 BAB II........................................................................................................................................ 3 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3 A. Pengertian Tubat Nasuha ............................................................................................ 3 B. Syarat Taubat Nasuha.................................................................................................. 4 C. Macam-Macam Dosa Yang Mengharuskan Taubat Nasuha ....................................... 6 D. Rukun Taubat dan Cara Taubat Nasuha ...................................................................... 8 E. Keutamaan dan Hikmah .................................................................................................. 9 BAB III ................................................................................................................................... 13 PENUTUP................................................................................................................................ 13 A. Kesimpulan...................................................................................................................... 13 B. Saran ................................................................................................................................ 13 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara bahasa taubat adalah masdar dari kata‚ “taba-yatubu-tawbatan” yang artinya kembali kepada Allah dari kemaksiyatan atau ‘ada - ya’udu (kembali). Secara istilah, tobat adalah meninggalkan dosa yang telah diperbuat dan kembali kepada Allah dengan mengagungkanNya dan takut akan murkanya. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, tobat yaitu sadar atau menyesal akan dosa dan berniat untuk memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Allah SWT, berfirman yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah denganTaubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai”.(QS. At-Tahrim : 8). Ayat diatas merupakan seruan kepada orang-orang yang beriman agarkembali kepada Allah dari perbuatanperbuatan dosa dengan Taubat yang benar-benar murni dan tulus, yaitu dengan niat sungguh-sungguh tidak mengulangiperbuatan maksiat itu kembali, sesudah menyesalatas perbuatan yang terlanjurdilakukan. Seseorang akan diterima taubatnya apabila ia bersungguh-sungguh dalam bertaubat, syarat diterimanya taubat ialah menyesali dosa yang telah diperbuat, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, selanjutnya adalah berdoa, berdzikir atau melakukan ibadah lain agar taubatnya di terima Allah SWT. Salah satu contohnya ialah melakukan sholat taubat. Allah maha pengasih dan penyayang, ada sebuah kisah dimana seorang pelacur yang diterima taubatnya lantaran memberikan air untuk minum kepada anjing yang sedang kehausan. Taubat akan diterima selama seseorang masih hidup didunia, dan tidak diterima taubatnya apabila nyawanya sudah sampai kerongkongan apalagi sudah di akhirat, memohon apapun Allah tidak akan menerimanya taubatnya kecuali ia mendapatkan syafaat di akhirat kelak. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian taubat nasuha? 2. Apa saja syarat taubat nasuha? 1 3. Apa saja macam-macam dosa yang diharuskan untuk taubat nasuha? 4. Apa saja rukun taubat nasuha dan bagaimana cara taubat nasuha? 5. Apa hikmah dan keutamaan taubat nasuha? 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Taubat Nasuha Secara bahasa kata taubat berasal dari bahasa Arab متابا- تاب – يتوب – توبا – توبةyang artinya kembali dari maksiat kepada taat. Dalam Kamus Al-Munawwir, disebut تاب إلى ( هللاbertaubat); ( غفر لهmengampuni); ( ندمmenyesal); ( تاب على هللاbertaubat); إستتابته طلب ( منه ات يتوبmeminta agar bertaubat); ( التوبهtaubat); ( التاىبyang bertaubat). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata taubat diartikan sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan.3 Taubat berakar dari kata taba. Searti dengan kata taba adalah anaba dan aba. Orang yang taubat karena takut azab. Sedangkan secara bahasa, ( نصحna-sha-kha) artinya sesuatu yang bersih atau murni (tidak bercampur dengan sesuatu yang lain). Sesuatu disebut (( )الناصحan-naashikh), jika sesuatu tersebut tidak bercampur atau tidak terkontaminasi dengan sesuatu yang lain, misalnya madu murni atau sejenisnya. Dia antara turunan kata نصح adalah ( النصيحةan-nashiihah). a) Al-Kalbiy mengartikan: “Taubat Nasuha ialah menyesal dalam hati, minta ampunan dengan lidah, berhenti disaat itu juga dari dosa tersebut dan meneguhkan „azam tidak hendak mendekat kesana lagi.” b) Sa‟id bin Jabair berkata; “Taubat Nasuha ialah yang diterima Tuhan. Untuk diterima taubatnya itu hendaknya memenuhi tiga syarat, pertama, takut taubatnya tidak akan diterima, kedua, mengharap agar diterima, ketiga, memulai saat itu memenuhi hidup dengan taat. c) Menurut Sa‟id bin Al-Musayyab; “Taubat Nasuha ialah menasihati diri karena telah bersalah dan patuh menuruti nasihat itu. d) Ibnu Katsir berpendapat: "Taubat Nasuha adalah, taubat yang haq dilakukan sepenuh hati akan menghapus keburukan keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertaubat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya." 3 Dari beberapa pengertian tentang taubat yang telah dipaparkan di atas tadi, penulis menyimpulkan bahwa taubat yang diterima oleh Allah ialah Taubat Nasuha, yaitu taubat yang sebenar-benarnya yang mana taubat itu berlaku untuk siapa saja, bukan hanya untuk orang yang mempunyai dosa saja, namun taubat diperintahkan untuk semua orang. Pernah suatu saat Zir bertanya kepada Ubay bin Ka’ab, “Apakah taubat nasuha itu?”. Jawab Ubay, “Saya telah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, dan beliau bersabda “menyesal atas dosa yang diperbuat, lalu meminta ampun kepada-Nya dan tidak akan mengulangi perbuatan itu selama-lamanya. Dan ditanya Umar tentang taubat nasuha, ia menjawab “Taubat Nasuha itu tidak kembali kepada perbuatan dosa, sebagaimana tidak kembalinya air susu pada payudara ibu yang menyusui anaknya”. B. Syarat Taubat Nasuha Para Ulama bersepakat, yang dimaksud Taubat Nasuha tu terdiri dari empat syarat, yaitu : 1. Menghentikan Maksiat. Untuk memenuhi syarat yang pertama ini sangat diperlukan sikap bara’ah (sikap tegas yang disertai tindakan berelpas diri atau pemutusan hubungan dari segala perkara yang dapat menimbulkan perbuatan maksiat. Diantara ciri-ciri orang yang menghentikan maksiat : a) Menghilangkan sifat sombong b) Hijrah c) Tidak berputus asa dari rahmat Allah d) Tidak berprasangka buruk kepada Allah 2. Menyesal atas perbuatan yang terlanjut dilakukan. Ini adalah syarat kedua, dan bukan dinamakan taubat jika tidak ada penyesalan a) Melafadzkan taubat dan berdo’a b) Tidak menangguhkan taubat 3. Niat sungguh-sungguh tidak mengulangi perbuatan itu kembali. Apabila kemaksiatan itu ada hubungannya dengan manusia, maka syarat tobatnya ada empat. Tiga syarat yang telah disebutkan di atas dan keempat adalah 4 4. Menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak. Jika tanggungan itu berupa harta atau semisalnya, maka wajib mengembalikan kepada pemiliknya. Jika berupa tuduhan berbuat zina atau yang semisalnya, maka hendaklah mencabut tuduhan tersebut atau meminta maaf. Jika berupa umpatan, maka hendaklah ia meminta maaf atas umpatan tersebut kepada orang yang diumpatnya. Seseorang itu wajiblah bertobat dari segala macam dosa. Jika seseorang bertobat dari sebagian dosanya, maka tobatnya juga sah, tetapi dosa-dosa yang lainnya masih tetap ada dan belum diampuni Allah. Al-Quran, sunnah Rasulullah saw. Dan ijma’ umat Islam bahwa bertobat itu hukumnya wajib. Allah berfirman: َّ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا تُوبُوا إِلَى صو ًحا ُ ََّللاِ ت َ ْوبَةً ن “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At-Tahrim [66]: 8). Disebutkan dalam beberapa riwayat, di antaranya: سلَّم ِ :َع ْن أبي ُه َري َْرة َ رضي هللا عنه قا َل ُ سمعتُ َر َ صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه و َ ِسو َل هللا ً مرة َّ :َُيقُول ُ ُ َوأَت،فر هللا َّ س ْب ِعين ُ وَّللا ِإ ِنّي أل َ ْست َ ْغ َ أَكثر ِم ْن، في ال َي ْو ِم،وب ِإليْه )(رواه البخار Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya saya memohon ampunan kepada Allah serta bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari”. (HR. Bukhari). 5 C. Macam-Macam Dosa Yang Mengharuskan Taubat Nasuha Dosa besar ialah setiap dosa yang diancam oleh Allah mendapatkan balasan siksaan neraka. Demikian dikatakan oleh seorang ulama dari kalangan golongan Ulama Salaf. Bertolak dari pengertian ini, maka yang disebut dosa kecil adalah kebalikan dari itu, yaitu dosa-dosa yang tidak membawa sanksi siksaan neraka. Para sahabat dan Tabiin berbeda-beda pendapatnya mengenai hal ini. Menurut pendapat yang dapat dijadikan pedoman ialah, bahwa dosa besar itu ada 17 macam, yang kesemuanya dapat diketahui uraiannya dari berbagai Hadis Nabi SAW. Tujuh belas macam dosa besar itu, Empat macam terletak di hati, yaitu : 1. Menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu. 2. Berbuat maksiat yang terus menerus. 3. Putus asa mengharapkan rahmat dari Allah. 4. Merasa aman dari ancaman siksaan dari Allah. Empat macam lagi terletak dilisan yaitu: 1. Penyaksian dusta dan bathil. (Menjadi saksi palsu, dengan memberikan keterangan yang dusta dan tidak benar). 2. Menuduh berzina seseorang yang tidak berzina. 3. Melakukan perbuatan sihir. 4. Bersumpah palsu, yaitu bersumpah membenarkan sesuatu yang sebenarnya salah, atau menyalahkan sesuatu yang sebetulnya benar Tiga macam terletak di perut yaitu: 1. Minum minuman yang memabukkan (minuman keras). 2. Makan harta benda anak yatim secara dzalim 3. Makan harta riba, sedang ia sendiri mengetahui hal itu. Dua macam terletak pada kemaluan: 1. Persetubuhan di luar nikah (zina). 2. Persetubuhan antara sesama jenis (Liwath). 6 Dua macam terletak pada kedua tangan: 1. Membunuh seseorang tanpa haq. 2. Mencuri Satu macam terletak pada kedua kaki yaitu: 1. Melarikan diri dari medan perang, yaitu jika seorang muslim menghadapi dua orang kafir, atau 10 orang muslin menghadapi 20 orang kafir. Satu macam lagi terletak di seluruh badan: 1. Durhaka atau berani kepada kedua orang tua. Di luar yang 17 macam ini, sebenarnya masih banyak lagi dosa besar lain, seperi: bunuh diri, takabbur, berjudi memutus silaturahmi, berkata atau berbuat dusta, meninggalkan shalat lima waktu, membatalkan puasa Ramadhan dengan tidak ada alasan yang dapat dibenarkan, curang dalam hal sukatan, timbangan atau ukuran, dan lain sebagainya. Menurut Adz-Dzahabi, sebagaimana yang dinukil oleh Yusuf Qardhawi bahwa, dosa besar itu ada 70 (tujuh puluh) macam banyaknya dan dosa kecil itu dapat juga berkembang dan berubah menjadi dosa besar dengan adanya berbagai sebab, yaitu: a. Apabila dosa kecil itu dikerjakan terus-menerus atau dikekalkan saja mengerjakannya tanpa ada hentinya. Karena itu ada yang mengatakan : "Bukan dosa kecil lagi jika dikekalkan mengerjakannya dan bukan dosa besar lagi jika dimohonkan ampunannya". b. Adanya anggapan kecil pada dosa yang dilakukannya. Dosa itu jika oleh yang melakukannya dianggap besar, maka di sisi Allah dianggap kecil, dan jika oleh yang mengerjakannya dipandang kecil maka di sisi Allah dipandang besar. c. Dosa kecil itu dikerjakan dengan senang hati dan merasa nikmat. Sebabnya ialah karena dosa yang dikerjakan dengan gembira dan ni‟mat, ia akan berbekas sangat mendalam dalam batin, bahkan juga akan menimbulkan kehitaman yang sangat pada kalbu. Tidak ada rasa penyesalan dan selalu ingin mengulanginya lagi. Perasaan berbahagia di dalam dosa, satu hal yang sangat buruk. 7 d. Dosa kecil itu dikerjakan dengan perasaan aman dari kontrol/balasan Allah. Sebenarnya perbuatan apapun besar atau kecil tidak mungkin terlepas dari kontrol atau pengawasan Allah. Allah amat sangat teliti mengawasi segala sesuatu. Hanya orang yang bodoh/sesat yang merasa dirinya aman dari kontrol Allah itu. Kalaupun (tampaknya) aman dari balasan Allah, barangkali karena Allah memang menangguhkan balasan itu sebagai kemurkaan-Nya, agar dengan demikian makin banyak lagi dosa yang dikerjakan. e. Dosa kecil itu diberitahukan atau diperlihatkan kepada orang lain. Adakalanya dosa tersebut dilakukan dengan tidak diketahui orang lain, tetapi kemudian diberitahukan kepada orang lain. Dan adakalanya pula waktu melakukannya memang di hadapan orang lain. Orang yang demikian telah melakukan dua macam pelanggaran. Sebenarnya dosa yang dikerjakannya menjadi rahasia dirinya sendiri, sebab hanya dia sendiri yang mengetahui. Tetapi tutup yang diberikan oleh Allah itu justru malah dibuangnya jauh-jauh dengan perbuatannya memberitahukan dosanya itu kepada orang lain yang semula tidak tahu. f. Dosa kecil itu dilakukan oleh orang alim yang mempunyai banyak pengikut. Orang yang alim mempunyai pengaruh besar kepada para pengikutnya. Karena itu dosa yang dikerjakannya kemungkinan besar akan diikuti pula oleh para pengikutnya. Inilah yang menyebabkan dosa kecil tadi berubah menjadi dosa besar. D. Rukun Taubat dan Cara Taubat Nasuha 1. Rukun Taubat Nasuha Abu Zakaria Muhyiddin Yahya An-Nawawi menerangkan, bahwa taubat itu hendaknya dilakukan dengan mengerjakan rukun-rukun taubat yang terdiri dari : a. Berhenti dari maksiat. b. Menyesal atas dosa-dosa yang telah dikerjakan. c. Berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi berbuat dosa. d. Dalam hal dosa kepada orang lain, hendaklah ditambah dengan menyelesaikan persoalan dengan orang lain yang bersangkutan. 8 2. Cara Taubat Nasuha Al-Quraizhiy sebagaimana yang dinukil oleh Hamka, mengatakan bahwa untuk memenuhi perlengkapan Taubat Nashuha adalah dengan empat cara, 1. Memohon ampunan dengan lidah 2. Berhenti dari dosa itu dengan badan 3. Berjanji dengan diri sendiri tidak akan mengulangi lagi 4. Menjauhkan diri dari teman-teman yang hanya akan membawa terperosok kepada yang buruk saja. Orang yang berdosa, wajib berusaha memperbaiki diri dan berjuang menghilangkan dosanya. 5. Dengan bertaubat kepada Allah, yaitu dengan berusaha secara khusus untuk menghilangkan sesuatu dosa. Dengan beribadah kepada Allah seperti shalat, puasa dan amal-amal baik lainnya, sebab salah satu diantara fungsi ibadah dalam Islam ialah menghapuskan dosa, misalnya a. ibadah shalat lima waktu. Shalat adalah besar peranannya dalam menghapuskan dosa. b. Contoh yang lain umpamanya ibadah haji. Seperti halnya shalat, ibadah haji juga besar manfaatnya dalam menghapuskan dosa E. Keutamaan dan Hikmah 1. Keutamaan Taubat Taubat mendapat perhatian yang sangat besar dalam Al-Qur'an, sebagaimana yang tertuang di berbagai ayat dari yang disebutkan dalam Al-Qur'an sehubungan dengan taubat adalah firman-Nya Artinya: …"Dan, bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung." (An-Nur, (24): 31). Di dalam ayat ini Allah memerintahkan agar semua orang mukmin mau bertaubat dan tidak ada 9 pengecualian bagi siapa pun di antara mereka, seperti apa pun tingkat istiqamahnya, seperti apa pun derajatnya sebagai orang yang bertakwa. Al-Ghazaly menjelaskan, bahwa taubat itu mendatangkan dua buah: a) Penghapusan kesalahan, sehingga pelakunya menjadi seperti orang yang tidak mempunyai dosa. b) Memperoleh derajat yang menjadikannya kekasih Allah Adapun beberapa di antara keutamaan taubat lainnya ialah : a) Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla. Allah ta’ala berfirman : َ َ َّللاَ يُ ِحبُّ الت َّ َّوابِينَ َويُ ِحبُّ ْال ُمت ّ إِ َّن َط ِّه ِرين “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222) b) Taubat merupakan sebab keberuntungan. c) Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya. Allah ta’ala berfirman ت ِ سيِّئَا َّ ع ْن ِعبَا ِد ِه َويَ ْعفُو َع ِن ال َ ََو ُه َو الَّذِي يَ ْقبَ ُل الت َّ ْوبَة “Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25) d) Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka. e) Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat. f) Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan. 10 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat dari suatu dosa sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani) g) Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan. Allah ta’ala berfirman, فَإِن ت ُ ْبت ُ ْم فَ ُه َو َخي ٌْر لَّ ُك ْم “Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi kalian.” (QS. At Taubah: 3) h) Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar. i) Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya kekuatan. 2. Hikmah Taubat Ketahuilah bahwa tidaklah Allah memerintahkan sesuatu melainkan ada hikmah di balik perintah tersebut, termasuk perintah agar kita bertaubat kepada-Nya. Taubat memiliki hikmah, yaitu: a) Terhapusnya dosa. Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang bertaubat (dari dosanya) seakanakan ia tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, no. 4250). b) Kejelekan diganti dengan kebaikan. Allah berfirman, artinya, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs. al-Furqan: 70). c) Membawa keberuntungan. Allah berfirman, artinya, “Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung” (QS. al-Qashash: 67). 11 d) Jalan menuju Surga. Allah berfirman, artinya, “Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun” (QS. Maryam: 60). e) Pembersihan Hati. Allah berfirman, artinya, “Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan)” (QS. at-Tahriim: 4). f) Diberi kenikmatan yang baik. Allah berfirman, artinya, “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan” (QS. Huud: 3). g) Mendapat kecintaan Allah. Allah berfirman, artinya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Qs. al-Baqarah: 222). 12 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Taubat Nasuha secara bahasa, berasal dari bahasa Arab - تاب – يتوب – توبا – توبة متابا yang artinya kembali dari maksiat kepada taat. Dan ( نصحna-sha-kha) artinya sesuatu yang bersih atau murni (tidak bercampur dengan sesuatu yang lain). Sehingga penulis menyimpulkan bahwa taubat nasuha ialah taubat yang sebenarbenarnya yang mana disesali dalam hati, minta ampunan dengan lidah, berhenti disaat itu juga dari dosa tersebut dengan badan dan meneguhkan, azam tidak hendak mendekat kesana lagi.” Keutamaan taubat adalah menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya, taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka,taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat, dan taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan. B. Saran Taubat menjadi sarana untuk memohon ampun kepada Allah Swt. Dan menjadi media untuk kembali ke jalan Allah. Taubat dapat dilakukan kapan saja, tidak hanya karena melakukan dosa, tetapi juga harus dilakukan sekalipun tidak memiliki dosa. Orang sudah melakukan dosa, setelah taubat diterima dan dikabulkan Allah, bagaikan orang yang tidak pernah melakukan dosa. Oleh karena itu, gunakanlah sarana taubat ini untuk selalu dekat kepada Allah dan kembali ke jalan-Nya. Kita harus selalu optimis bahwa taubat itu pasti diterima Allah Swt. Insya Allah. 13 DAFTAR PUSTAKA https://www.dakwatuna.com/2014/09/12/56880/tiga-syarat-tobat-kepada-allah-dalam-kitabriyadhus-shalihin/#axzz6ogUuYS9A Bab Taubat, Kitab Riyadhus Shalihin, Karya Imam Nawawi. )(باب التوبة في كتاب رياض الصالحين https://muslimah.or.id/7359-pengertian-taubat-nasuha.html ANNISA NURLIANITA,7 Hikmah Bertaubat bagi Umat Muslim, Apa Saja?./ Diterbitkan NOVEMBER 28, 2019. Diakses 11 Maret 2021 pukul 10:37. https://umroh.com/blog/hikmahbertaubat/#:~:text=Berhenti%20dari%20maksiat.,untuk%20tidak%20mengulangi%20berbuat%20 dosa. Buletin Dakwah An-Nur, Hakikat Taubat, (Jakarta : 2016) 14