Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No.2, 2012, halaman 118-125 ISSN : 1410-0177 PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH NAGA Hylocereus undatus (Haw.) Britt&Rose TERHADAP JUMLAH HEMOGLOBIN, ERITROSIT DAN HEMATOKRIT PADA MENCIT PUTIH BETINA Helmi Arifin ,Welli Nofiza, dan Elisma Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang ABSTRACT Sub-acute toxicity test of dragon fruit juice has been research Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose of with hematological parameters to female white mice. Juice given orally by 0,5 mL/20 g of weight dose with variation are 100%, 50% and 25%, once a day along 7, 14 and 21 days. A female white mice were only given food and water used as comparison. Calculated and measured parameters are levels of hemoglobin, erythrocytes and hematocrit, using tools haemometer Sahli, haemositometer and centrifuge. Results that given dose of dragon fruit juice Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose has been provided the effect to increased hemoglobin and erythrocytes level (p < 0,05), but did not raised the hematocrit level (p > 0,05). Keyword : Hylocereus undatus (Haw.) Britt&Rose and Haemoglobin, Eritrosit, Hematokrit. PENDAHULUAN Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Khususnya jumlah dan morfologi sel-sel darah, serta sumsum tulang. Darah adalah jaringan khusus yang berbeda dengan organ lain, karena berbentuk cairan. Jumlah darah dalam tubuh adalah 68% berat tubuh total. Empat puluh lima sampai 60% darah terdiri dari sel-sel, terutama eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah adalah sebagai media transportasi, serta memelihara suhu tubuh dan keseimbangan cairan (Atul & Victor, 2008). Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah masa eritrosit (red cell mass), sehingga darah tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin dan hematokrit (Bakta, et al., 2009) Buah naga adalah buah kaktus dari marga Hyloreceus dan Selenicereus. Meskipun termasuk buah yang baru di Indonesia, buah ini sudah banyak di konsumsi oleh masyarakat sebagai obat untuk dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagai obat penambah darah (Evi, et al., 2007) Dari hasil penelitian sebelumnya buah naga yang matang banyak mengandung asam organik (Stinzing, et al., 2004), protein (Le Bellec, et al., 2006), mineral seperti potassium, magnesium, kalsium dan besi serta vitamin C (Cal et al., 2003). Dari kandungan kimia buah naga yang banyak mengandung mineral, besi dan vitamin C, diharapkan buah ini dapat menjadi obat alternatif dalam mengobati anemia. 118 Helmi A., et al. METODE PENELITIAN Alat dan bahan A. Alat Penelitian ini menggunakan juiser (Signora), timbangan hewan, timbangan elektrik, tabung penampung darah (Green Vac-Tube), Hemometer Sahli, Haemometer (Improved Neubauer), sentrifuse, (Eppendorf centrifuge), pipa kapiler, tabung reaksi, pipet mikro, pipet tetes, jarum oral, becker glas, mikroskop okuler , jarum sonde. pH meter (Archevo), refraktometer Abbe, buret, waterbath. B. Bahan Bahan yang digunakan adalah buah naga, Asam Benzoat, etanol 95%, Fehling A dan B, Phenolphthalein , Natrium Hidroksida 0,1 N, Kalsium Karbonat, Amonium Hidroksida, Larutan KMnO4 0,1 N, HCl, aquadest, larutan Hayem. Pengambilan bahan dan identifikasi. Sampel buah naga dibeli di Kataping, Kabupaten Padang Pariaman sebanyak lebih kurang 1 kg. Identifikasi tanaman dilakukan di Herbarium Anda, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas Padang. Pembuatan jus buah naga Buah naga segar dibersihkan dari pengotor, kemudian dicuci sampai bersih. Setelah bersih timbang sebanyak 0,5 kg. Ambil daging buahnya, lalu dipotong kecil, masukkan kedalam juiser, maka akan terpisah antara ampas dan sari buah. Saring sari buah dengan kapas yang dibungkus dengan kain kasa, ukur volume jus yang didapat dengan gelas ukur, kemudian tambahkan aquadest sampai 500 mL. Jus J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012 segar yang didapat diawetkan dengan penambahan asam benzoat 0,1% diamkan selama beberapa hari, sampai pektin yang terdapat dalam jus diendapkan oleh enzim. Ini ditunjukan dengan penambahan alkohol (95%) kedalam sedikit jus, dan apabila dibiarkan beberapa saat jus tidak keruh lagi (Martin & Cook, 1961). Identifikasi jus (USP, 2007). 1. Organoleptis : Bentuk, warna, rasa dan bau. 2. Fisika : Berat jenis, indek bias 3. Kimia : a. Pemeriksaan karbohidrat Untuk mengamati kandungan karbohidrat dari jus buah naga dengan memakai larutan 1 mL Fehling A dan 1 mL larutan Fehling B b. Penentuan pH Untuk menentukan derajat keasaman dan kebasaan yang dimiliki oleh jus buah naga c. Menentukan residu asam yang mengendap Tujuan untuk mengetahui adanya ikatan peptide dari suatu protein dan membuktikan adanya asam amino. getir dalam bebrbagai buah. Gunanya bagi tubuh adalah untuk meningkatkan produksi energy dalam sel, meringankan gejala fibromyalgia dan sindrom kelelahan kronis. d. Menentukan residu asam yang tidak mengendap. e. Pengujian asam malat Perlakuan jus buah naga terhadap hewan uji Hewan yang digunakan adalah mencit putih betina dengan umur 2-3 bulan dengan berat badan 17-25 gram sebanyak 60 ekor. Hewan dikelompokkan secara acak menjadi 4 119 Helmi A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012 kelompok, dimana tiap-tiap kelompok terdiri dari 15 ekor dan dibagi lagi dalam sub Kelompok masing-masingnya 5 ekor. Sebelum diperlakukan mencit diadaptasi selama 7 hari (sebelum dan sesudah adaptasi hewan ditimbang berat badan) dengan diberi makan dan minum yang cukup. Mencit yang akan digunakan adalah mencit yang sehat, pertumbuhannya normal, tidak menunjukkan kelainan yang berarti, deviasi bobot selama pemeliharaan tidak lebih dari 10 %, suhu badan normal (Depkes RI, 1979). setetes demi setetes, tiap kali penambahan diaduk dengan batang pengaduk yang tersedia, persamaan warna campuran dan batang standart harus dicapai dalam waktu 35 menit setelah saat darah dan HCl dicampur. Pada usaha menyamakan warna, tabung diputar sedemikian rupa, hingga garis bagi tid ak terlihat. Baca kadar hemoglobin dengan gram/dL darah (Gandasubrata, 1999). Kelompok 1 kontrol hanya diberi makan dan minum standar. Sedangkan kelompok uji diberi jus buah naga dengan konsentrasi 100%, 50% dan 25% dengan volume pemberian 0,5 mL/20 gram BB, interval pemberian 1 kali sehari, diberikan secara oral.. Perlakuan di berikan selama 21 hari berturut-turut, pada hari ke 7, 14 dan 21 darah mencit diambil melalui sinus orbital, ditampung pada tabung yang berisi K2EDTA (Green Vac-Tube) kemudian tentukan parameter hematologi (hemoglobin, eritrosit dan hematokrit). Darah dihisap 0,5 skala pada pipet toma (pipet eritrosit), kemudian regensia hayem (Natrium Sulfat 5 g, NaCl 1 g, HgCl 0,5 g aquadest ad 200 ml, disaring) dihisap sampai angka 101 lalu dicampur dengan menggoyang pipet hingga rata. Setelah itu dibuang larutan tersebut 3 tetes, kemudian tetesan selanjutnya diteteskan pada bagian tengah atas dan bawah kamar hitung improved neubaeur. Tutup kamar hitung improved neubaeur dengan menggunakan deck glass. Biarkan selama 5 menit di atas kamar hitung, setelah itu diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 40 kali, hitung jumlah eritrosit pada bagian kotak yang lebih kecil dari arah A, lalu ke B, lanjut C kemudian D dan terakhir E. Setiap eritrosit yang dilihat dihitung dengan bantuan mengklik Laboratory Counter untuk menghindari kesalahan penghitungan dan hasilnya ditulis. Pemeriksaan parameter hematologi Pengukuran kadar haemoglobin Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan berdasarkan metode Sahli, dengan alat Haemometer Sahli, dengan cara: Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer hemometer. Isap darah dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 uL, masukakan darah dari pipet ke dalam dasar tabung pengencer yang berisi HCl. Angkat pipet sedikit, isap HCl yang jernih dalam pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet. Campur isi tabung supaya darah dan asam bersenyawa, sampai warna campuran menjadi coklat tua. Tambah air Menghitung eritrosit Perhitungan eritrosit Pengenceran dalam pipet eritrosit ialah 200 kali, tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan eritrosit dihitung dalam 5 x bidang kecil. Faktor untuk mendapat jumlah eritrosit per µl darah menjadi 5 x 10 x 200 = 10.000 (Gandasoebrata, 1999) Rumus perhitungan jumlah eritrosit 120 Helmi A., et al. ∑ Eritrosit / mm3 = ∑ Eritrosit dalam 5 kamar X 10.000 Pemeriksaan kadar hematokrit Darah dihisap dengan hematokrit kapiler sebanyak ¾ dari kapiler tersebut. Setelah itu tutup bagian bawah dengan parapin. Lalu dimasukkan ke dalam sentrifuse dengan bagian yang tertutup mengarah ke luar, sentrifuse selama 30 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Baca hasilnya dengan memperhatikan: 1. Warna plasma di atas yang warna kuning, tebalnya lapisan putih di atas sel-sel merah yang tersusun dari leukosit dan trombosit (buffy coat). 2. Volume sel-sel darah merah. Analisa Data Data hasil penelitian dianalisa secara statistik dengan menggunakan metoda uji statistic analisa variansi (ANOVA) dua arah SPSS 15, dan dilanjut- kan dengan uji jarak berganda metoda Duncan (David, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di herbarium ANDA Universitas Andalas Padang, sampel ternyata adalah Hylocereus undatus (Haw.) Britt&Rose, tanaman ini termasuk dalam family Cactaceae, Dari hasil pengujian organoleptis jus buah naga memiliki bau yang lemah, bentuk konsistensi kental, warna merah ping, rasa agak manis, dari pemeriksaan fisika diketahui berat jenis 0,92, indek bias 1,21 , dan dari pemeriksaan kimia diketahui jus buah naga mengandung karbohidrat, karena pada penambahan fehling A dan B yang J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012 dipanaskan terbentuk endapan warna merah bata, pH 5,3; jumlah residu asam yang mengendap 770 mg, residu asam yang tidak mengendap 13,04 mg dan asam malat 16,96 mg. Jus buah naga ini diberikan secara oral, rute ini dipilih karena lebih umum digunakan, cara yang mudah dan relatif lebih aman serta tidak menyakiti. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih betina, hal ini didasarkan harga yang murah dan mudah ditangani. Semua hewan percobaan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 7 hari sebelum perlakuan, dengan tujuan untuk penyesuaian terhadap kondisi lingkungan (Depkes RI, 1979). Setelah itu mencit diberi jus buah naga selama 21 hari yang tujuannya untuk melihat pengaruh hematologi dari jus buah naga Hylocereus undatus terhadap uji hematologi mencit putih betina dan dilakukan pengujian hematologi pada hari ke 7, 14, dan 21. Darah mencit diambil melalui vena konjungtiva dan ditampung dalam tabung (Green Vac-Tube) yang berisi antikoagulan K2 EDTA, segera lakukan pencampuran dengan cara membolak-balikkan tabung beberapa kali untuk menghindari penggumpalan trombosit dan pembentukan bekuan darah (Gandasoebrata, 1999). Hasil pemeriksaan hematologi diuji secara statistik dengan analisa variansi (ANOVA) dua arah, menggunakan program SPSS 15 dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah masing- masing kelompok perlakuan mempunyai perbedaan yang signifikan atau tidak. Dari hasil penelitian diperoleh kadar hemoglobin pada kelompok kontrol pada hari ke 7, 14 dan 21 diperoleh rata-rata 121 Helmi A., et al. pengamatan berturut-turut adalah 12,92 g/dL; 12,48 g/dL; 13,04 g/dL dengan rata– rata 12,81 g/dL. Untuk kelompok 2 dengan konsentrasi jus 100% di peroleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14, dan 21 berturut- turut adalah 13,32 g/dL; 13,38 g/dL; 12,66 g/dL dengan rata-rata 13,12 g/dL. Untuk kelompok 3 dengan dosis 50% di peroleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 berturut- turut adalah 12,8 g/dL; 13,03 g/dL; 12,18 g/dL dengan rata-rata 12,67 g/dL dan pada kelompok 4 dengan dosis 25% di peroleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 berturut- turut adalah 13,74 g/dL; 13,68 g/dL; 12,82 g/dL dengan rata-rata 13,41 g/dL. Jika dibandingkan dengan kadar hemoglobin pada manusia masih berada dalam rentang normal yaitu 12 g/dL -16 g/dL (Metha & Hoffbrand, 2006). Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada pemeriksaan jumlah hemoglobin terhadap perlakuan konsentrasi berpengaruh secara nyata terhadap kenaikan hemoglobin karena signifikansinya 0,033 lebih kecil dari 0,05 sedangkan lama pemberian tidak berpengaruh karena signifikansinya adalah 0,051 lebih besar dari 0,05. Setelah dilanjutkan dengan uji Duncan memperlihatkan bahwa konsentrasi 50% dan kontrol berada pada subset yang sama, ini memperlihatkan bahwa kedua perlakuan ini hampir sama yaitu tidak mempengaruhi jumlah hemoglobin pada mencit. Sedangkan konsentrasi 100% dan 25% berada pada subset ke-2 yang berarti konsentrasi ini mempengaruhi jumlah hemoglobin pada mencit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi 50% tidak mempengaruhi jumlah hemoglobin, dan konsentrasi 100% dan 25% mempengaruhi jumlah hemoglobin pada mencit. Begitu pula dengan lama pemberian memperlihatkan bahwa pada hari ke 21 berada pada subset 1, hari ke 14 dan 7 J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012 berada pada subset 2, sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan jumlah haemoglobin yang begitu nyata pada hari ke 7 dan ke 14. Sedangkan pada hari ke 21 tidak berbeda nyata dengan hari ke 14. Gambar 1. Diagram batang pemeriksaan haemoglobin Hasil penelitian untuk eritrosit menunjukan pada kelompok perlakuan 1 (kontrol) di peroleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 berturut – turut adalah 9,92 jt/mm3; 9,56 jt/mm3; 10,07 jt/mm3 dengan rata – rata 9,86 jt/mm3 Untuk kelompok 2 dosis dengan 100% diperoleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 berturut- turut adalah 10,85 jt/mm3; 10,41 jt/mm3; 9,78 jt/mm3 dengan rata-rata 10,35 jt/mm3. Pada kelompok 3 dengan dosis 50% diperoleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 berturut- turut adalah 9,87 jt/mm3; 10,26 jt/mm3; 9,29 jt/mm3 dengan rata-rata 9,81 jt/mm3 dan pada kelompok 4 dengan dosis 25% diperoleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 berturut- turut adalah 10,63 jt/mm3; 10,35 jt/mm3; 10,3 jt/ mm3 dengan rata-rata 10,83 jt/mm3. Untuk mencit angka eritrosit yang diperoleh berada pada ring normal yaitu 6,86 -11,7 jt/mm3 dan jika dibandingkan dengan jumlah eritrosit pada manusia berada jauh diatas rentang normal yaitu 4,5 jt/mm3- 5,9 jt/mm3. Pada manusia apabila ditemukan jumlah eritrosit yang lebih besar dari angka yang ada pada ring 122 Helmi A., et al. diatas, keadaan ini disebut polisitemia sekunder, jenis ini umumnya disebut polisitemia fisiologis, kapan pun jaringan mengalami hipoksia akibat terlalu sedikitnya oksigen dalam atmosfer atau akibat gagalnya pengiriman oksigen ke jaringan, seperti yang terjadi pada gagal jantung maka organ-organ pembentuk darah secara otomatis akan memproduksi sejumlah besar eritrosit (Metha & Hoffbrand, 2006). Selanjutnya untuk pemeriksaan jumlah eritrosit, hasil perhitungan statistik dari tabel dependent variable menunjukkan bahwa jumlah eritrosit terhadap perlakuan konsentrasi tidak berpengaruh secara nyata dan begitupun dengan lama pemberian dan interaksi konsentrasi dengan lama pemberian karena signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,075; 0,3 dan 0,0397. Setelah dilanjutkan dengan uji Duncan memperlihatkan bahwa konsentrasi 50% dan kontrol berada pada subset yang sama yaitu 1, ini menunjukan bahwa konsentrasi 50% tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan eritrosit, untuk konsentrasi 25% dan 100% yang berada pada subset 2 menunjukan bahwa konsentrasi ini memberikan pengaruh yang nyata terhadap kenaikan jumlah eritrosit. Untuk lama pemberian hari ke 7, 14 dan 21 berada pada subset satu, ini menunjukan bahwa lama pemberian tidak mempengaruhi jumlah eritrosit pada mencit. Keadaan ini bisa terjadi karena dalam penelitian ini kita memakai mencit yang sehat, mencit tidak dikondisikan dalam keadaan anemia, sehingga tubuh mencit mempunyai batas untuk memproduksi sel darah merah sesuai dengan kebutuhannya(Metha & Hoffbrand, 2006). J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012 Gambar 2. Diagram batang pemeriksaan eritrosit Hasil penelitian untuk hematokrit menunjukan pada kelompok perlakuan 1 (kontrol) diperoleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 berturut – turut adalah 43,54%; 43,2%; 41,84% dengan rata-rata 42,86%. Pada kelompok 2 dosis 100% diperoleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 berturut- turut adalah 43%; 45,56%; 40,2%, dengan rata-rata 42,92% . Pada kelompok 3 dosis 50% diperoleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 berturut- turut adalah 42,6%; 44,1%; 39,6% dengan rata-rata 42,1%. Pada kelompok 4 dosis 25% diperoleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 berturut-turut adalah 45,2%; 46,5%; 40,84% dengan rata-rata 44,18%. Jika dibandingkan dengan hematokrit manusia, angka ini berada pada rentang normal yaitu 40 – 54% untuk pria dan 37– 47% untuk wanita (Metha & Hoffbrand, 2006). Untuk pemeriksaan hematokrit hasil perhitungan statistik dari tabel dependent variabel menunjukkan bahwa jumlah hematokrit terhadap konsentrasi tidak berpengaruh secara nyata karena signifikansinya besar dari 0,05 yaitu 0,28, sedangkan lama pemberian berpengaruh secara nyata terhadap hematokrit, karena signifikansinya kecil dari 0,05 yaitu 0,00 dan interaksi konsentrasi dengan lama pemberian 123 Helmi A., et al. tidak berpengaruh secara nyata karena signifikansinya besar dari 0,05 yaitu 0,66. Setelah dilanjutkan dengan uji Duncan memperlihatkan bahwa konsentrasi 25%, 50%, 100% dan kontrol berada pada subset yang sama yaitu 1, menunjukan bahwa konsentrasi tidak mempengaruhi akan jumlah hematokrit pada mencit. Untuk lama pemberian hari ke 21 berada pada subset 1, ini menunjukkan bahwa pada hari ke 21 tidak berpengaruh terhadap kenaikan hematokrit, sedangkan hari ke 7 dan 14 berada pada subset 2 yang menunjukkan bahwa kenaikan hematokrit secara nyata dibandingkan dari hari ke 7. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012 UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang setulusnya atas bantuan, bimbingan, do’a, dukungan, semangat, dan perhatian atas terwujudnya tulisan ini kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Helmi Arifin, MS. Apt selaku Pembimbing I dan Ibu Elisma, M Farm. Apt selaku pembimbing II. 2. Bapak Ki Maswandi Yusuf, SH selaku Penasehat Akademik, Bapak dan Ibu dosen yang telah mengajar dan memberi perhatian, petunjuk dan bimbingan selama masa perkuliahan. 3. Sahabat- sahabat, rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah membantu Penulis dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA Gambar 3. Diagram batang pemeriksaan hematokrit KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa: Buah naga (Hylocereus undatus) dapat menaikan hemoglobin dan eritrosit pada mencit putih betina karena signifikansinya 0,033 (P<0,05) dan dapat mempengaruhi persentase hematokrit dengan significant (P<0,05) yaitu 0,00 tetapi tidak mempengaruhi lama pemberian pada mencit putih betina. Atul, B. M. & Victor, H. (2008). Haemotology at a glance (Edisi 2). Penerjemah: H. Hartanto. Jakarta: Erlangga. Bakta, I. M. (2009). Pendekatan terhadap pasien anemia. In Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (Ed.5) Ilmu penyakit dalam . Jakarta: Internal Publishing Cal, Y. Z., Luo, Q., Sun, M., Corke, H. (2003). Antioxidant activity and phenolic coumpounds of 112 traditional chinese . Medical Plants Associated with Anticancer. Life Sci.74; 2157-2184. David, S. J. (2010). Pharmaceutical statistics. Penerjemah: H.U. Ramadaniati, H. Rivai. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan RI, (1979) Farmakope Indonesia. (Edisi 3). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Evi Umayah, U., Moch Amrun, H. (2007). Uji aktivitas antioksidan ekstrak buah naga Hylocereus undatus (Haw) Britt. & Rose. Jurnal Ilmu Dasar, 8. (1) ; 83-90 Gandasoebrata, R. (1999). Penuntun laboratorium klinik, (Edisi 10). Jakarta: Dian Rakyat. 124 Helmi A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012 Le Bellec, F., Vailant, F., Imbert, E., Pitahaya (2006): A new fruit crop. a market a future. Fruits, 61; 237-250 Martin, E. W & Cook, E. F. (1961). Remington’s praktice of pharmacy. (12rd ed) Easton Pennsylvania: Mack Publishing Company.. Metha, A. & Hoffbrand, V. (2006) Hematologi. (Edisi 2). Jakarta: Erlangga. Stintzing, F. C., Schleber, A. & Carle, R. (2003). Evaluation of colour properties and chemical quality parameters of cactus juices. Trends in Food Science & Technology (15); 19-38. USP 30 ,NF25 (2007). The united states pharmacopeia the national formulary.Vol.1.U.S . Pharmacopeia. The official compendia of standards. 125