Uploaded by michael15paskah

Laporan Pengaruh Asetilen Terhadap Pemasakan Buah

advertisement
PENGARUH ASETILEN TERHADAP PEMASAKAN BUAH
Dosen Penanggung Jawab
Ir. Ismed Suhaidi, M.Si.
Oleh
Daniel Juliansen Sitorus (190305001)
Hafizd Al Ghani Purba (190305004)
Michael Paskah Joshua Ricardo (190305006)
Mardha Mahmuda Lubis (190305035)
Ghea Iga Adami (190305036)
ITP A
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pisang merupakan jenis buah-buahan yang banyak dikonsumsi rakyat
Indonesia baik dalam bentuk segar maupun olahan. Produksi buah-buahan
nasional banyak dipengaruhi oleh kontribusi pisang yaitu sebesar 34,65% dari
total produksi buah nasional. Pisang barangan (Musa paradisiacal L) merupakan
buah yang umum dipanen dalam keadaan belum matang. Sementara itu,
permintaan konsumen terhadap pisang barangan umumnya dalam keadaan yang
siap konsumsi yaitu pisang yang sudah masak (ripe/ranum). Untuk mendapatkan
tingkat kematangan yang diinginkan, dilakukan proses pemasakan buah pisang.
Proses pemasakan buah pisang umumnya dilakukan dengan penambahan etilen.
Penambahan etilen terhadap pisang dapat berupa etilen alami dari buah
(endogenus) maupun dengan penambahan etilen dari luar buah. Proses yang
dilakukan terhadap pematangan buah pisang barangan sama dengan buah
klimakterik lainnya (Siahaan, dkk., 2012).
Etilen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang berwujud gas
pada suhu ruang. Gas etilen tersebut memiliki keefektifan 100 kali lebih besar
dibandingkan dengan asetilen. Penggunaan zat perangsang dalam pematangan
buah pisang umumnya menggunakan kalsium karbida. Kalsium karbida (CaC2)
merupakan senyawa kimia yang apabila ditambahkan air akan bereaksi
menghasilkan gas asetilen (C2H2) dan Ca(OH)2. Gas asetilen yang dihasilkan
tersebut yang berperan dalam pemasakan buah. Proses pemasakan akan merubah
karakteristik fisik maupun kimia yang meliputi tekstur, warna, dan nilai gizi dari
buah. Penggunaan perangsang kalsium karbida pada buah klimakterik seperti
pisang dapat mempercepat proses pematangan namun hasil yang di dapatkan dari
penggunaan kalsium karbida sering lebih rendah dari pematangan buah secara
alami (Utami, dkk., 2013).
Pematangan buah pisang umumnya dapat dilakukan dengan cara tradisonal
maupun dengan pengkarbitan. Pada pematangan buah dengan cara tradisional,
digunakan tempayan tanah liat sebagai wadah pemeraman. Pisang disusun di
dalam tempayan tanah liat kemudian ditutup sehingga tidak ada udara yang
keluar. Setelah itu, dilakukan pembakaran terhadap tanah liat dan penutup
sehingga tempayan menjadi panas dan pisang menjadi matang. Selain cara
tradisional, pematangan buah pisang juga dapat dilakukan dengan cara
pengkarbitan. Cara pengkarbitan dapat dilakukan dengan penyusunan pisang
diatas terpal dan diberi karbit disetiap sudut tumpukan pisang lalu ditutup kembali
dengan menggunakan terpal. Proses pemeraman yang berjalan dnegan baik dapat
akan menghasilkan pisang yang matang dengan seragam, berasa manis, dan
mengeluarkan aroma yang harum (Wirasaputra, dkk., 2017).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penggunaan gas asetilen terhadap pemasakan buah.
BAHAN DAN METODE
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah wadah plastik, kotak
kardus, dan timbangan.
Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah pisang barangan matang
(mature).
Prosedur Percobaan
- Dipilih pisang barangan matang (mature; warna kulit hijau) dengan bentuk
dan ukuran seragam.
- Disimpan pisang barangan yang telah ditimbang beratnya (masing-masing 3
buah) pada suhu ruang dalam :
a. Wadah terbuka
b. Wadah tertutup
c. Wadah terbuka, diberi karbid sebanyak 0,5% dari berat pisang
d. Wadah tertutup, diberi karbid sebanyak 0,5% dari berat pisang
- Diamati perubahan yang terjadi setiap 2 hari selama 6 hari, terhadap :
a. Susut bobot (timbang)
b. Tekstur (organoleptik)
c. Warna (organoleptik)
d. Ada tidaknya air pada kemasan (diamati secara visual)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data
sebagai berikut :
1. Susut Bobot (%)
Perlakuan Penyimpanan pada
No
Hari
Suhu Ruang
0
2
4
6
1.
Wadah terbuka
0%
4,29%
7,14%
8,57%
2.
Wadah tertutup
0%
0%
1,44%
1,44%
3.
Wadah terbuka, diberik karbid
0%
2,9%
6,47%
8,52%
4.
Wadah tertutup, diberi karbid
0%
3,07%
3,08%
7,69%
2. Organoleptik Tekstur (skor)
Perlakuan Penyimpanan pada
No
Hari
Suhu Ruang
0
2
4
6
1.
Wadah terbuka
2
3
4
5
2.
Wadah tertutup
2
2
3
4
3.
Wadah terbuka, diberik karbid
2
3
4
4
4.
Wadah tertutup, diberi karbid
2
4
4
5
3. Organoleptik Warna (skor)
Perlakuan Penyimpanan pada
No
Hari
Suhu Ruang
0
2
4
6
1.
Wadah terbuka
2
4
4
5
2.
Wadah tertutup
2
3
3
3
3.
Wadah terbuka, diberik karbid
2
4
4
5
4.
Wadah tertutup, diberi karbid
2
4
4
5
4. Ada tidaknya air pada kemasan
Perlakuan Penyimpanan pada
No
Hari
Suhu Ruang
0
2
4
6
1.
Wadah tertutup
-
+
+
+
2.
Wadah tertutup, diberi karbid
-
-
-
-
Pembahasan
Pisang merupakan jenis buah-buahan yang banyak dikonsumsi masyarakat
Indonesia baik dalam bentuk segar maupun olahan. Pisang merupakan salah satu
buah yang dipanen dalam keadaan belum matang. Sementara itu, permintaan
konsumen terhadap pisang barangan umumnya dalam keadaan yang siap
konsumsi yaitu pisang yang sudah masak atau ranum (ripe). Buah pisang akan
menjadi matang dalam waktu 4-5 hari setelah panen tanpa perlakuan pematangan.
Hanya saja tingkat kematangan buah pisang yang diperoleh tidak seragam dan
warnanya kurang menarik.
Proses pematangan pada buah pisang umumnya dilakukan dengan
penambahan etilen. Penambahan etilen terhadap pisang dapat berupa etilen alami
dari dalam buah (endogenus) maupun dari luar buah. Proses yang dilakukan
terhadap pematangan buah pisang barangan sama dengan buah klimakterik lain
pada umumnya (Siahaan, dkk., 2012).
Pengamatan pada susut bobot dari hasil yang didapat bahwa penyusutan
yang paling besar pada hari ke-enam diperlakuan wadah yang terbuka tanpa
karbid sebanyak 8,57% serta penyusutan terendah pada hari ke-enam yaitu
perlakuan pada wadah tetutup tanpa karbid sebanyak 1,44%. Penggunaan karbid
dapat mempengaruhi susut bobot pisang selama penyimpanan. Menurut Utami,
dkk (2017) pisang tidak mengalami penghambatan pematangan selama
penyimpanan sehingga kehilangan bobot akibat proses transpirasi dan respirasi
yang terjadi di dalam pisang relatif sama pada semua perlakuan.
Kekerasan kulit pisang memiliki hubungan dengan susut bobot. Semakin
tinggi susut bobot maka tekstur pisang semakin lunak. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa setiap perlakuan pada pisang mengalami nilai yang tidak
jauh berbeda yaitu lunak hingga sangat lunak. Hal itu terjadi dikarenakan
meningkatnya kadar air dan perubahan komposisi mineral selama pematangan.
Wirasputra, dkk (2017) menyatakan bahwa pelunakan buah pisang menjadi
parameter dari hasil pematangan dan lunaknya tekstur buah pisang disebabkan
oleh perombakan protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut atau
hidrolisis zat pati atau lemak.
Pada pengamatan ini diperoleh data bahwa semakin matang buah pisang
ditandai dengan perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi kuning. Menurut
Utami, dkk (2017) perubahan warna kulit pisang dari hijau gelap menjadi kuning
disebabkan oleh terjadinya degradasi klorofil secara bertahap yang tidak tertutupi
oleh pigmen karotenoid selama proses pematangan.
KESIMPULAN
Buah pisang akan matang setelah dipanen karena buah pisang merupakan
buah klimaterik. Tetapi kematangan buah pisang tidak seragam dan warnanya
kurang menarik jika tidak diberi perlakuan pematangan. Pematangan buah pisang
dapat dilaukan dengan cara penambahan etilen. Proses yang dilakukan terhadap
pematangan buah pisang barangan sama dengan buah klimakterik lain pada
umumnya. Penggunaan karbit dapat mempengaruhi susut bobot pisang selama
penyimpanan. Semakin besar susut bobot buah, maka semakin tinggi tingkat
kelunakan dan kematangan buah. Tingkat kematangan buah pisang dapat dilihat
dari perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi kuning yang disebabkan oleh
terjadinya degradasi klorofil secara bertahap yang tidak tertutupi oleh pigmen
karotenoid selama proses pematangan.
DAFTAR PUSTAKA
Siahaan, K. J., Julianti, E., Ridwansyah. 2012. Aplikasi perangsang pematangan
pada buah pisang barangan (musa paradisiacal l) yang dikemas dengan
kemasan atmosfir termodifikasi. 1(1): 57-69.
Utami S, Widiyanto J dan Kristianita. 2017. Pengaruh Cara Dan Lama
Pemeraman Terhadap Kandungan Vitamin C Pada Buah Pisang Raja
(Musa paradisiaca L). Jurnal Edukasi Matematika dan Sains. 1(2) : 44-47.
Wirasaputra A, Mursalim dan Waris. 2017. Pengaruh Penggunaan Zat Etefon
Terhadap Sifat Fisik Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L). Jurnal
AgriTechno. 10(2) : 89-98.
LAMPIRAN
Hari 0
Hari 2
Hari 4
Hari 6
Download