RUBRIK PENILAIAN 2: LAPORAN RP3KBT MATA KULIAH : Berpikir Strategis SKS : 2 TAHUN : 2021 TUGAS KE : 4 PERTEMUAN : 4 Laporan RP3KBT No: 4 Judul RP3KBT : PERAN LATAR BELAKANG BUDAYA UNTUK PENGEMBANGAN BERPIKIR STRATEGIS Kelompok Nomor :4 Anggota Kelompok, Nomor & Nama Mahasiswa : 1. 20911010 / Natasha Anggia 2. 20911011 / Septian Vairy 3. 20911012 / Tri Kuncoro Prasetyo Hutomo 4. _______________ / _______________________________________ DIMENSI Tata Tulis Cara Penyajian data Kualitas Usulan Program RP2KBT Kualitas Referensi Final Score (100%) Bobot (%) 25% 25% 25% Nilai (1-10) Nilai Total 25% 100% KOMENTAR : ___________________________________________________________________________ ___ ___________________________________________________________________________ _____________ Saya menyatakan bahwa dalam tugas ini tidak terdapat plagiarisme. Apabila kemudian terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar saya sanggup menerima sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku di UII dan hukuman Allah SWT. Tanggal Pengumpulan: 14 Februari 2021 Tanggal Pemeriksaan: Tanda Tangan Mahasiswa: Tanda Tangan Dosen: Tri Kuncoro P. H. (Trias Setiawati, Dra, M.Si, Dr) PERAN LATAR BELAKANG BUDAYA UNTUK PENGEMBANGAN BERPIKIR STRATEGIS PT. TRIAS “Rancangan Program Pelatihan dan Pengembangan Bagi Karyawan Bertalenta (RP3KBT)” Disusun Oleh: Kelompok 4 1. Natasha Anggia 20911010 2. Septian Vairi 20911011 3. Tri Kuncoro P.H. 20911012 Dosen Pengampu: Dr. Dra. Trias Setiawati, M.Si PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2021 2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, rahmat, dan inayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas untuk menyusun rancangan program pelatihan dan pengembangan bagi karyawan bertalenta (RP3KBT) pada perusahaan kami PT. TRIAS yang bergerak di bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Semoga rancangan ini bisa bermanfaat bagi kami kelompok penyusun dan bagi stakeholder lainnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dra. Trias Setiawati, M.Si sebagai dosen matakuliah berpikir strategis yang telah memberikan kami kesempatan untuk menyusun RP3KBT yang sangat bermanfaat ini. Penyusunan RP3KBT adalah tugas yang diberikan kepada tim penyusun sebagai syarat kelulusan mata kuliah “Berpikir Strategis”. Judul RP3KBT kami ini adalah “PERAN LATAR BELAKANG BUDAYA UNTUK PENGEMBANGAN BERPIKIR STRATEGIS PT. TRIAS”. Hasil dari RP3KBT ini diharapkan memberikan kami pemahaman dalam mengintegrasi dan menyelaraskan perbedaan latar belakang budaya antar anggota/ karyawan perusahaan dalam usaha mencapai pemikiran strategis guna mengambil keputusan strategis. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, Tim penyusun menyadari bahwa penyusunan RP3KBT ini memiliki banyak kekurangan mengingat terbatasnya kemampuan dan wawasan yang kami miliki. Kami mengharapkan seluruh pihak dapat memberikan saran dan kritikan yang membangun bagi penulisan RP3KBT selanjutnya. Terima Kasih. Yogyakarta, 9 Februari 2021 Kelompok 4 3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………… 2 KATA PENGANTAR …………………………………………… 3 DAFTAR ISI …………………………………………… 4 RINGKASAN EKSEKUTIF …………………………………………… 6 PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………… 7 B. Rumusan Masalah …………………………………………… 7 C. Tujuan Penulisan …………………………………………… 8 D. Manfaat Penulisan …………………………………………… 8 A. Acuan Penelititan Terdahulu ……………………………………………. 9 B. Landasan Teori ……………………………………………. 12 A. Pendekatan Penelitian ……………………………………………. 16 B. Lokasi Penelitian ……………………………………………. 16 C. Instrumen Penelitian ……………………………………………. 16 D. Uji Instrumen Data ……………………………………………. 16 E. Jenis Data ……………………………………………. 16 F. Populasi dan Sampel ……………………………………………. 17 G. Metode Pengambilan Data ……………………………………………. 17 H. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………. 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 V. USULAN AKHIR PROPOSAL ……………………………………………. ……………………………………………. ……………………………………………. 29 ……………………………………………. 31 I. II. III. KAJIAN PUSTAKA METODE PENELITIAN 27 PROGRAM RP3KBT VI. REKOMENDASI DALAM PROSES IMPLEMENTASI RP3KBT VII. KESIMPULAN DAN SARAN 4 VIII. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 32 IX. ……………………………………………. 33 LAMPIRAN-LAMPIRAN 5 RINGKASAN EKSEKUTIF Penyusunan Rancangan Program Pelatihan dan Pengembangan Bagi Karyawan Bertalenta (RP3KBT) ini disusun oleh kelompok 4 yang beranggotakan Natasha Anggia, Septian Vairy, dan Tri Kuncoro P. H. dalam rangka ingin mengetahui dan memahami bagaimana mengintegrasi dan menyelaraskan perbedaan latar belakang budaya anggota/ karyawan dalam suatu perusahaan. Proses ini nantinya diharapkan dapat digunakan untuk pencapaian pemikiran strategis guna mengambil keputusan strategis. Metode yang kami gunakan adalah metode kualitatif lewat wawancara tentang kepribadian, pandangan atau persepsi oleh anggota kelompok. Dari hasil wawancara, kami refleksikan pada landasan teori serta analisis untuk kemudian diperoleh gambaran output program yang dapat dinilai sebagai acuan untuk dapat membangun dan mengembangkan intuisi dan analisis guna mengoordinir dua hal tersebut. Serta memberikan saran yang membangun terkait intuisi dan analisis untuk berpikir strategis. Setiap anggota memiliki kelebihan dan cara masing-masing dalam berinteraksi, berdiskusi, berpendapat, dan menghadapi masalah dalam rangka membangun dan mengembangkan pemikiran strategis. Tetapi karena keterbatasan pengalaman membuat hal tersebut masih harus dikembangkan guna melatih pemikiran yang strategis tersebut. Keywords: budaya, mengintegrasi, menyelaraskan, pemikiran strategis, keputusan strategis 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Sebuah organisasi atau perusahaan biasanya memiliki tujuan yang ingin diraih berdasarkan latar belakang perusahaan tersebut. Di dalam meraih tujuan tersebut perusahaan tak jarang menghadapi masalah-masalah yang datang. Terkadang kendala yang muncul adalah pencapaian visi dan penciptaan misi tidak sejalan antar anggota perusahaan dikarenakan perbedaan persepsi dan gaya komunikasi serta pola pemikiran yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya. Sehingga tak jarang pemikiran yang strategis sulit untuk dicapai, sehingga keputusan yang diambil dalam penyelesaian masalah masih kurang tepat. Berpikir strategis memiliki tujuan yaitu bagaimana cara untuk menemukan ide-ide yang strategis yang unggul, yang mampu untuk bersaing dan menciptakan visi yang lebih baik. Kemampuan berpikir secara strategis tentunya sangat dibutuhkan di dalam sebuah perusahaan. Gaya berpikir yang strategis sudah pasti salah satu aspek yang perlu dikuasai atau dimiliki oleh seluruh anggota perusahaan, terutama manajer. Selain, dituntut harus berpikir strategis untuk menyelesaikan masalah, manajer juga harus berpikir strategis untuk menyelaraskan anggota-anggota perusahaannya agar dapat saling terintegrasi dan memiliki persepsi yang sama dalam menanggapi suatu permasalahan. Persepsi yang sama bukan berarti tidak menerima masukan, tetapi menerima masukan secara luas dan membawanya ke dalam satu ide strategis yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Hal inilah yang penting bagi seorang manajer selaku pihak yang merencanakan, mengorganisir, dan mengevaluasi kinerja perusahaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah kami jelaskan, kami merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana cara menyelaraskan perbedaan latar belakang budaya antar anggota perusahaan? 7 2. Bagaimana cara mengintegrasi perbedaan latar belakang budaya antar anggota perusahaan agar diperoleh persamaan persepsi yang berguna untuk menunjang visi dan misi perusahaan? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah, kami memiliki tujuan penelitian yaitu : 1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara menyelaraskan perbedaan latar belakang budaya antar anggota perusahaan 2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana mengintegrasi perbedaan latar belakang budaya antar anggota perusahaan agar diperoleh persamaan persepsi yang berguna untuk menunjang visi dan misi perusahaan D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan dari penelitian ini adalah akan tercipta kondisi yang kondusif di suatu perusahaan dalam rangka mencapai visi dan misi, dikarenakan antar anggota karyawan yang berbeda latar belakang budaya dapat saling selaras dan terintegrasi dalam menjalankan perusahaannya. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Acuan Penelitian Terdahulu Jurnal 1 (Fusch, Fusch, Booker, & Fusch, 2016) Globalisasi memiliki pengaruh yang mendalam bagi pemimpin saat ini dan dalam lingkungan kerja. Seorang pemimpin harus mengadaptasi gaya manajemen, aturan-aturan, tugas-tugas, dan strategi-strategi untuk bekerja dengan orang-orang yang berbeda latar belakang budaya. Hal ini dikarenakan organisasi semakin beragam khususnya mengenai jenis kelamin, usia, ras, suku, dan orientasi seksual. Kebudayaan harus dapat diterima secara sosial dan konsisten dengan kebutuhan dan nilai-nilai dalam suatu perusahaan. Jurnal 2 (Morcos, 2018) Kita dapat mendefinisikan budaya dalam empat cara. Pertama, setiap budaya adalah unik, dan tidak ada jawaban tunggal yang benar. Meskipun jika organisasi memiliki tujuan yang sama dalam menciptakan kepuasan karyawan, namun caranya dapat berbeda-beda. Kedua, budaya memberikan kita petunjuk jelas untuk menemukan karyawan potensial yang sesuai dengan perusahaan. Ketika perusahaan merekrut karyawan, yang cenderung lebih berkembang di lingkungan perusahaan, maka peluang keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan akan meningkat signifikan. Ketiga, kebudayaan seperti cairan dan tumbuh secara organic, perlu ditanam dan dipelihara seperti relationship. Keempat, beberapa organisasi dapat meningkatkan budaya internal menjadi bagian dari identitas eksternal dan membedakan dengan yang lain. 9 Jurnal 3 (Obaji, Olaolu, & Daniel, 2020) Kebudayaan merupakan konsep jelas yang sering digunakan untuk mendeskripsikan sebuah perusahaan, alasan tingkah laku orang-orang, sebagai petunjuk tindakan, sebuah penyebab untuk hukuman dan pujian, atau identifikasi kualitas. Budaya menuntun cara entitas dan kelompok dalam suatu organisasi untuk berhubungan antar anggota dan dengan pihak luar. Hal ini merupakan keunggulan kompetitif terdepan dari organisasi berperforma tinggi. Pada akhirnya akan membentuk budaya organisasi yang baik, yang didefinisikan sebagai program kolektif dari pemikiran-pemikiran yang membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya. Jurnal 4 (Tedla, 2016) Model budaya organisasi Denison (1990) disajikan sebagai konsep framework utama dalam pembelajaran. Di dalamnya mencakup empat elemen penting : a. Adaptability b. Misi c. Konsistensi d. Pengikutsertaan Alasan dibalik teori budaya organisasi adalah persepsi manajer bahwasanya budaya organisasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi efektifitas organisasi. Manajer bisnis menggunakan teori budaya organisasi untuk menempatkan isuisu bisnis yang berbeda dalam organisasi. Budaya organisasi yang efektif mencakup : (a) Strategi yang sukses; (b) Kepemimpinan efektif; (c) Kinerja karyawan yang baik; (d) Filsafat etis. Dalam budaya organisasi yang efektif, anggota organisasi memahami cara berinteraksi dengan berbagai pemangku kepentingan karena setiap organisasi 10 memiliki budaya organisasi yang berbeda yang mencakup berbagai perilaku dalam organisasi. Jurnal 5 (Tran, 2017) Budaya dominan (Google) dalam organisasi tergantung pada lingkungan di mana perusahaan mengoperasikan tujuannya, sistem kepercayaan pada karyawan, dan gaya manajemen perusahaan. Budaya kolaboratif menghadirkan tenaga kerja yang terdesentralisasi dengan unit terpadu dan bekerja sama menemukan solusi untuk masalah atau kegagalan. Pada perusahaan Google, memberi perhatian pada bagaimana karyawan bekerja dan membantu mengoreksi kesalahan mereka adalah penting daripada menegaskan kerusakan dan menyalahkan seseorang yang menjadi penyebab. Perusahaan lebih tertarik pada sesuatu yang menjadi penyebab kemudian memperbaikinya dengan cepat dan efisien. Jurnal 6 (da Costa, Pereira, Pereira, & Jeronimo, 2018) Budaya dapat dikatakan memiliki beberapa tingkatan, menjadi level yang mana fenomena terlihat dan tidak terlihat. Tingkat ini bervariasi dari yang mungkin untuk dilihat dan dirasakan (artefak), hingga yang tidak disadari namun secara mendalam tertanam (asumsi dasar) yang didefinisikan sebagai esensi budaya. Di antara kedua tingkatan ini, ada keyakinan, nilai, norma, dan aturan perilaku yang digunakan sebagai cara menggambarkan budaya mereka sendiri maupun pihak lain. Hal inilah yang memberikan organisasi “identitas” dan “kepemilikan”. 11 Landasan Teori Sebagai landasan teori, kami mengacu pada Buku “Learning to Think Strategically” karya Julia Sloan. Aturan Kebudayaan dalam Pemikiran Strategis Jaringan yang rumit dari eksekutif, manajer, professional, entrepreneur, konsumen, penyuplai, pemangku saham, pemerintah, dan kompetitor dari latar belakang budaya berbeda di dunia global sangat mempengaruhi pengambilan keputusan strategis. Ekspatriat, repatriat, dan nasionalis masuk dalam pengembangan kapasitas untuk menciptakan dan menciptakan ulang strategi inovatif, berkelanjutan, dan adaptif. Pemikiran strategis yang sukses tidak terjadi secara vakum. Strategi inovatif, berkelanjutan, adaptif, dan kemenangan dapat terjadi ketika hal tersebut dapat dirombak dan di-frame ulang pada dasar asumsinya dan organisasinya. Ini artinya proses perubahan frame dengan mendukung penggunaan proses refleksi kritis untuk menantang setiap orang secara konstruktif termasuk dalam proses strategis. Kebudayaan menuntun kita untuk memberikan perhatian. Hal ini memberikan outline dari pola yang harus diakui, dan memberikan penghargaan pada pembelajarannya. Pola spesifik menuntun kita pada ketakutan dan skeptis tentang apa yang kita bisa percaya dan tidak, di mana bisa memberi nilai, dan nilai apa yang diberikan pada pola dan frame tertentu. Budaya itu sendiri, bagaimanapun juga bukan faktor pembeda dalam proses pembelajaran pemikiran strategis. Kebudayaan merupakan satu faktor yang mempengaruhi pengalaman. Proses berpikir strategis sering terlepas dari kebudayaan, karena pemikiran strategis dikendalikan oleh proses pembelajaran informal, bukan dengan budaya. Menurut Khalid Alaya, kebudayaan nasional menjadi tidak relevan dalam berpikir dan belajar. Penelitian luas pada kebudayaan manajemen di Timur tengah memunculkan penemuan, yang mengklaim pada “tindakan orang-orang dan …organisasi beroperasi pada jalan yang sama terlepas dari lokasi mereka, … terlepas dari kebudayaan atau pengalaman historis masyarakat. 12 Sering terjadi, kita menemukan kebudayaan sebagai penutup dari sisa, frustasi, pertanyaan tak terjawab tentang proses berpikir strategis—terutama ketika kita bekerja dengan eksekutif dari luar kebudayaan kita. Semua kebudayaan memiliki adat dan nilai yang tertanam yang membantu kita menentukan apa yang kita tahu, bagaimana kita mengetahuinya, dan bagaimana kita tahu tingkat keamanan atau ketidakamanan untuk menggunakan tantangan, dialog, dan refleksi kritis dengan konteks organisasi. Meskipun kebudayaan itu sendiri bukan hal utama dalam pembelajaran berpikir strategis, kebudayaan memiliki dampak terlihat dalam pola yang kita pelajari untuk mengakuinya dan frame yang digunakan pada outline dan data strategis, informasi, dan keputusan. Sebagai contoh, kebudayaan menentukan cara menilai kelayakan kredit untuk mergers, hal ini mempengaruhi mengapa kita memprediksi stabilitas politik dari investasi, yang mempengaruhi bagaimana kita menilai kepercayaan pemerintah propinsi atau menteri deputi untuk joint venture, dan hal itu menentukan bagaimana kita merencanakan strategi pemasaran. Perombakan dan Pengulangan Frame Lintas Budaya Dalam konteks budaya, kita belajar frame pertama kita, mana yang baik dan mana yang buruk. Kita belajar untuk melihat situasi dalam cara berbeda dan membuat keputusan yang sesuai dengan frame. Kita juga belajar derajat nilai yang diberikan pada analisis dan intuisi. Kebudayaan melatih kita secara tacit dalam pengetahuan. Perombakan mewajibkan bahwa kita harus menantang dan menguji diri sendiri, orang lain, lingkungan, kepercayaan, dan asumsi yang mendukung tradisi organisasi. Kita harus bersedia untuk lepas dari zona nyaman dan ketidakpastian. Kita perlu hidup dengan semua yang menghantui kita sebagai hasil dari perombakan frame : Bagaimana jika pertanyaan kita ditertawakan? Bagaimana jika data/ informasi berkontradiksi dengan yang biasa diterima? Bagaimana jika kita tidak tahu jawaban dari pertanyaan kita sendiri? Bagaimana jika kita membantai “sacred cow” atau sesuatu yang kebal dari kritik atau pertanyaan? Waktu dan klien dari seluruh penjuru dunia berkomentar bahwa secara actual sangat penting untuk membebaskan diri dari hal-hal mendalam karena domain pembelajaran tidak membiarkan mereka menyerahkan diri tentang otentifikasi mereka. 13 “Tingkat komitmen dan determinasi personal dan organisasi lebih penting dalam pemikiran strategis dibandingkan setiap frame kulturasi.” Ketika klien berhasil mencapai langkah perombakan, proses berpikir strategis terbebas secara identik dengan kebudayaan, karena proses tersebut dikendalikan oleh pembelajaran informal, bukan kebudayaan. Setiap Orang dapat Belajar Berpikir Strategis Skenario Abo merupakan seorang pemikir strategis dari Afrika. Negara yang memiliki tingkat buta huruf dan ekonomi, politik, social yang mengerikan. Negaranya mendapatkan keberuntungan karena menjadi bagian dari pengembangan nasional yang dilakukan oleh pemerintah. Sehingga Abo pada akhirnya diundang dalam rangka pekerjaan pengembangan strategi karena kontribusi, pertanyaan yang berwawasan, dan kecerdasan yang baik. Dia merupakan ahli strategis yang berpengalaman karena memang hal tersebut adalah proses pembelajaran informal, bukan berdasar pada budaya, gender, kelas, kecerdasan, dan pendidikan. Abo merupakan pemikir strategis berpengalaman yang tidak membaca maupun menulis, dia berpikir pada tingkat mendalam dan memiliki kapablitas refleksi kritis yang luar biasa. Untuk menebus waktu hilangnya menempuh pendidikan kognitif, akhirnya dia mengambil kesempatan untuk mendaftar pada program literasi, yang menunjang karirnya sebagai pemikir strategis. Berikut ini 7 sugesti dalam memperkenalkan pemikiran strategis pada lintas budaya sosionasional : 1. Klarifikasi maksud, karena pembelajaran lebih mudah jika fokus pada hal eksplisit 2. Ambil dan seleksi secara mandiri. Pilih mereka yang ingin menjadi pemikir strategis. Ijinkan orang-orang untuk seleksi mandiri di awal, untuk membuat model dan momentum 14 3. Berikan ijin untuk menggunakan analisa mendalam, level mendalam dalam pembelajaran yang berisi proses refleksi kritis pada penyelidikan, tantangan, refleksi, dan pengujian 4. Sediakan banyak informasi tentang proses pemikiran strategis 5. Gunakan proses pengembangan informal, seperti pelatihan dan mentoring, dan bersabarlah pada frame yang dibutuhkan, jangan menekan orang lain untuk terpaku pada hasil 6. Jangan berasumsi. Klarifikasi fakta yang sama-sama diketahui. 7. Cegah menggunakan “kebudayaan” sebagai alasan untuk tidak mengembangkan pemikiran strategis. Proses pembelajaran informal dan atributnya yang diwajibkan adalah manusia, bukan kebudayaan. Kesimpulannya, kita harus memahami apa pengaruh kira melakukan frame sebagaimana mempertahankan asumsi dan kepercayaan. Penting bagi kita memahami pembelajaran framework yang sesuai dengan kebudayaan. Pembelajaran untuk perombakan dan reframe meyakini bahwa pengaruh budaya harus terjadi dalam pembelajaran berpikir strategis. Memang, hal ini dapat sedikit ataupun banyak menantang kebudayaan satu dengan yang lain, tetapi hal ini adalah bagian dari adaptasi manusia yang bisa dipelajari (inklusif). 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu dengan cara wawancara. Wawancara adalah proses tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang dilakukan secara langsung (Dewi, 2015). Adapun wawancara dilakukan kepada karyawan PT. TRIAS kemudian memverifikasi serta memperluas informasi yang diperoleh. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dengan terintegrasi pada platform chatting, kuesioner online, dan panduan Curriculum Vitae (CV) dengan metode wawancara yang dapat dilakukan di tempat masing-masing. C. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah : objek penelitian dan sekaligus peneliti yaitu anggota kelompok 4 (Natasha Anggia, Septian Vairy, Tri Kuncoro P. H.) platform Whatsapp, Kuesioner online, dan Panduan Lembar CV. D. Uji Instrumen Penelitian Mengingat penelitian ini bersifat kualitatif, maka untuk menguji instrumen penelitian, peneliti memanfaatkan pertanyaan untuk mengetahui seberapa relevan kemampuan dalam berdialog anggota kelompok ketika dihadapkan pada studi kasus yang ada pada organisasi. E. Jenis Data Data yang didapatkan adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung yaitu data primer. Menurut Sugiyono (2012), data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data tersebut diperoleh langsung dari subjek penelitian tanpa media perantara berupa opini orang secara individual atau kelompok. Data primer didapatkan dari wawancara dan CV milik karyawan yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar acuan dalam penyusunan RP3KBT. 16 F. Populasi dan Sampel Sampel diambil dari populasi anggota perusahaan yang berperan sebagai pendiri perusahaan (Natasha Anggia, Septian Vairy, dan Tri Kuncoro P. H.) G. Metode Pengambilan Data Pengambilan data dalam RP3KBT adalah menggunakan metode wawancara. (Yusuf Muri 2014) menjelaskan bahwa Wawancara adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai (interviewe) melalui komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatap muka (face to face) antara pewawancara dengan sumber informasi, di mana pewawancara bertanya langsung tentang suatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya. H. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan metode pengambilan data, kami menggunakan teknik analisis kualitatif dalam menyusun RP3KBT ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain (Moloeng, 2014) secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL GAMBARAN KUALITAS SDM DI INDONESIA DALAM BIDANG STRATEGIC THINKING Budaya adalah warisan sosial yang mengintegrasikan komunikasi antar generasi dalam membangun suatu bangsa. Keaneragaman budaya yang dimiliki bangsa terbentuk sesuai dengan budaya di masing-masing masyarakat. Keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah bentuk kekayaan warisan yang dimiliki bangsa Indonesia. Perbedaan akan suku, adat istiadat, agama, bahasa dan etnis menjadikan Indonesia sebagai negara berjuta budaya besar dalam lingkup dunia. Sebagaimana dipaparkan oleh Barnouw dalam buku Matsumoto (2004) mendefinisikan budaya sebagai sekumpulan sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang yang dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya lewat bahasa atau beberapa sarana komunikasi lain. Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Indonesia adalah negara penghasil berbagai macam budaya yang sangat besar, ternyata di Indonesia budaa dan nilai banyak mempengaruhi dalam pengambilan suatu keputusan. Salah satu contohnya adalah pada budaya Jawa. Suku Jawa memiliki pengruh yang sangat kuat dan memiiki keanekaragaman yang unik. Dalam prakteknya budaya mengambil peran dalam pengambilan keputusan. Sebagai cotoh seperti masyarakat jawa dengan budaya “manut” nya. Dalam penelitian yang dilakukan Gugus Adab, dkk, pada tahun 2012 yang berjudul “Budaya Manut Dalam Pengambilan Keputusan di Jawa” dengan subyek masyarakat Solo dan informan para mahasiswa ditemukan bahwa responden merasa dirinya ditengah-tengah antara sosok manut dan tidak manut. Kecenderungan responden menjawab fenomena manut dalam pengambilan keputusan adalah dengan manut atasan atau keputusan terbanyak dan teman. Sedangkan sosok yang paling menjadi panutan adalah orang tua, dan dampak dari manut adalah hasil yang diinginkan tidak sesuai harapan. Pengambilan keputusan yang didasari pada sikap manut tidak lain disebabkan oleh adanya suara lain yang lebih dominan serta adanya tekanan dari kelompok. Adanya rasa takut, malu dan sungkan dalam memberikan solusi atau alternatif-alternatif lainnya dalam 18 pengambilan keputusan. Fenomena manut dalam pengambilan keputusan dapat terjadi seperti manut terhadap atasan atau keputusan terbanyak atau teman. Peristiwa seperti ini seringkali dijumpai dalam forum-forum yang sifatnya formal maupun informal. Adanya contoh yang dipaparkan diatas mengenai budaya manut dalam pengambilan keputusan memiliki implikasi terhadap adanya pengaruh baik secara keseluruhan maupun sebagian bahwa budaya Indonesia berpengaruh terhadap pola berikir strategis. Namun, terlepas dapat dijadikan landasan atau acuan mengenai haltersebut, fakta menunjukkan bukti bahwa budaya masih memiliki peran dalam pengambilan keputusan. GAMBARAN ANGGOTA KELOMPOK DAN KUALITAS ANGGOTA DALAM BIDANG STRATEGIC THINKING PT. Trias merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyelenggaraan haji dan umroh. Didirikan oleh tiga profesional muda dengan keahlian masing-masing, Trias selalu akan memberikan pelayanan terbaik dari sisi akomodasi hingga logistik. Sebagai perusahaan jasa yang terdaftar di Amphuri dan Kemenag RI serta memberangkatkan jamaah terbanyak pada kurun waktu 10 tahun terakhir, menjadikan PT. Trias mendapatkan Rekor Muri 2018 sebagai perusahan jasa penyelenggaraan Haji dan Umroh terbesar. Visi : Menjadi perusahaan jasa penyelenggaraan Haji dan Umroh terbesar se-Asia Tenggara Misi : 1. Menggandeng agen perjalanan, akomodasi, dan logistik yang berkualitas di seluruh Asia Tenggara 2. Memberikan jam penyelenggaraan umroh dengan intensitas yang tinggi 3. Selalu memberikan pelayanan terbaik kepada jamaah 4. Menciptakan kestabilan, keselarasan, keharmonisan antara seluruh anggota perusahaan dan jamaah 19 Anggota kelompok/ organisasi dalam penulisan ini terdiri dari 3 orang dari latar belakang pendidikan akademik yang berbeda serta kebudayaan yang berbeda. Hal ini membuat kami saling melengkapi satu sama lain dengan persepsi dan pemikiran yang berbeda untuk kemudian dilakukan penyelarasan dan pengintegrasian. Natasha Anggia Anggota perusahaan yang berasal dari Kepulauan Riau. Latar belakang pendidikan S1 Manajemen Dakwah, konsentrasi bidang Manajemen Haji dan Umrah. Perusahaan jasa yang bergerak pada pelayanan penyelenggaraan haji dan umrah ini tentu membutuhkan karyawan dengan keterampilan yang unggul sesuai keahlian dan kompetensi yang dimiliki dalam pengelolaan travel dan administrasi perjalanan haji dan umrah. Dengan latar belakang Ilmu manajemen dakwah dan fokus pada manajemen haji dan umrah diharapkan dapat memberikan kontribusi dan penguatan terhadap berbagai problematika bagi keberlangsungan hidup perusaahaan. Septian Vairy Anggota perusahaan dari latar belakang S1 Manajemen Dakwah, berasal dari Riau. Dengan pandangan dari ilmu Manajemen dakwah, sebuah dialog, diskusi, dan debat yang diberikan selalu berdasarkan syariat. Ilmu manajemen bukan hanya sekedar ilmu tata kelola sebuah lembaga atau organisasi yang berlatar belakang ekonomi melainkan bagaimana tata kelola yang baik sesuai syariat Islam. Dengan latar belakang Ilmu manajemen dakwah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap masalah tata kelola sebuah perusahaan sejalan dengan norma dan aturan agama Islam. Tri Kuncoro P. H. Anggota kelompok dengan latar belakang pendidikan S1 Matematika, berasal dari Yogyakarta. Perusahaan yang berproses dengan sistem, tentunya membutuhkan logika dalam penerapannya. Serta perhitungan yang akurat mengenai laba, rugi, dan penjadwalan. Dengan kajian bidang matematika, tentu akan mendukung kemajuan dari sistem manajemen perusahaan. 20 B. PEMBAHASAN I. PERMASALAHAN SDM INDONESIA DALAM BERPIKIR STRATEGIS Sumber daya manusia merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. (Hasiani, 2015) Perbedaan latar belakang budaya yang dimiliki oleh setiap anggota karyawan dalam perusahaan ternyata memiliki pengaruh bagaimana seseorang atau karyawan tersebut berperilaku dan bersikap. Budaya adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial seseorang. Perbedaan pola berpikir dan berperilaku yang berbeda tidak hanya disebabkan oleh budaya namun juga latar belakang pendidikan yang berbeda. Perbedaan tersebut diharapkan mampu menjadi dasar dan alasan dalam proses pembelajaran berpikir strategis. Perbedaan latar belakang budaya dijadikan sebagai sarana dalam mengembangkan cara berpikir dan menjadi motivasi bagi anggota lainnya untuk dapat mengasah intuisi dan rasionalitasnya dalam berpikir strategis II. PERMASALAHAN DALAM BERPIKIR STRATEGIS 1. Analisis Eksternal Budaya adalah warisan sosial yang mengintegrasikan komunikasi antar generasi dalam membangun suatu bangsa. Budaya menjadi salah satu faktor penting bagaimana seseorang berperilaku dan bertindak dengan pola pergaulan dan cara berpikir yang dimilikinya. Dalam lingkup perusahaan, karyawan yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda akan mempunyai pola pergaulan yang berbeda pula. Perbedaan budaya antar anggota karyawan beimplikasi pada bagaimana cara berpikirnya. Perbedaan tidak hanya pada budaya, namun juga latar belakang pendidikan, daerahm serta karakter yang dimiliki masing-masing anggota karyawan. Adanya perbedaan latar belakang oleh masing-masing anggota karyawan diharapkan dapat memahami segala perbedaan yang ada. Menjadikan setiap perbedaan sebaagi sebuah keunggulandan kemampuan dalam mewujudkan proses berpikir strategis. Perbedaan budaya diharapkan mnenjadi alasan yang tepat dalam proses pembelajaran berpikir strategis. Gambaran dari perbedaan latar belakang budaya disetiap anggota dapat 21 mewakili budaya masyarakat Indonesia dalam skala kecil sehingga dapat menjadi motivasi anggota kelompok lainnya dalam mengembangkan proses pemikiran strategis. 2. Analisis Internal Berdasarkan hasil analisis internal melalui metode kuesioner secara online, pada anggota kelompok yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda maka diperoleh gambaran kemampuan berpikir strategis yang berbeda-beda dalam setiap kelompok. Penilaian mengenai proses pengambilan keputusan salah satunya didasarkan pada beberapa kuesioner. Berdasarkan dari diskusi kelompok dan penilaian kuesioner, maka diperoleh kesimpulan kualitas anggota kelompok dalam bentuk analisis SWOT, diantaranya adalah: • Strength: 1) Secara umum, perbedaan kebudayaan yang dimiliki anggota kelompok memiliki implikasi pengaruh positif terhadap cara berpikir strategis. Pola komunikasi yang dilakukan terlihat dari watak atau karakter yang dimiliki anggota kelompok dalam menunjang pembelajaran berpikir strategis. 2) Perbedaan latar belakang dan pengalaman yang dimiliki anggota kelompok pada saat berdiskusi dan berdialog menciptakan gagasan serta ide-ide yang smart. • Weakness: 1) Kelemahan utama yang ada pada kelompok ini adalah tidak semua watak yang dimiliki anggota kelompok dapat menunjang berpikir strategis. Watak yang negatif berpotensi menghambat dama menciptakan ide atau gagasan dalam berpikir strategis. 2) Tidak mengintegrasikan budaya yang dimiliki dalam pengembangan berpikir strategis. • Opportunity: 1) Keberagaman pendapat, suku, latar belakang pendidikan menjadikan sebuah tantangan dalam pengembangan pengetahuan mengenai budaya. Selain itu dapat memperkaya pengetahuan mengenai budaya yang beragam 22 2) Adanya perbedaan dapat memotivasi dan dapat dimanfaatkan oleh anggota kelompok untuk beradaptasi dan berintrospeksi diri untuk mencapai peluang berpikir strategis secara lebih baik. • Threat: 1) Ancaman yang timbul dari kelompok terletak pada proses komunikasi, dimana penyimpanan informasi menjadi terhambat disebabkan oleh proses penyampaian berbeda dengan budaya yang dimiliki maasing-masing individu anggota kelompok. 2) Kemampuan adaptasi anggota kelompok harus diimbangi dengan kemampuan softskil yang dimiliki masing-masing anggota kelompok. Jika tidak, maka akan mengalami hambatan dan berpengaruh terhadap kinerja anggota kelompok. Situasi yang diharapkan adalah: Perbedaan latar belakang yang dimiliki masing-masing anggota kelompok diharapkan dapat menyadari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Peran latar belakang budaya dalam pengembanagn beroikir strategis dapat menjadi alasan bagi anggota kelompok untuk bekerja keras dalam meningkatkan kekuatannya dab memperbaiki kelemahan agar kemudian dapat memanfaatkan peluang yang ada serta dapat menghadapi segala ancaman. Selain itu, anggota kelompok dapat meningkatkan softskill yang dapat menunjang watak yang dimiliki untuk dapat menutup kekurangan yang ada. Masalah Kualitas Karyawan ▪ Masih rendahnya minat belajar dan kajian keilmuan dalam mengembangkan diri untuk menyelaraskan perbedaan latar belakang budaya antar anggota perusahaan serta menggali potensi mengenal peran budaya dalam proses berpikir strategis. ▪ Perbedaan watak yang dimiliki berpengaruh terhadap kinerja anggota karyawan ▪ Minimnya pemahaman dalam mengintegrasi perbedaan latar belakang budaya antar anggota perusahaan agar diperoleh persamaan persepsi. 23 Urutan Prioritas Masalah yang Harus Ditindak Lanjuti ▪ Meningkatkan pemahaman peanan budaya dalam anggota karyawan ▪ Menyelaraskan perbedaan latar belakang budaya antar anggota perusahaan serta menggali potensi mengenal peran budaya dalam proses berpikir strategis. ▪ Membuka cara berpikir yang luas sehingga mampu menciptakan perspektif atau persepsi baru dalam memandang perbedaan budaya A.) Alternatif Usulan RP3KBT Berdasarkan pada analisis eksternal dan internal mengenai kualitas sumber daya manusia pada perusahaan, terdapat masalah yang dihadapi. Sehingga perlu adanya program alternatif usulan RP3KBT • Studi Kasus dan Diskusi/ Dialog Kelompok Studi kasus merupakan suatu pembelajaran dan pembahasan mengenai kasus pada topik tertentu yang nyata pernah ada atau sedang terjadi untuk kemudian direfleksikan menjadi permasalahan yang sedang dihadapi. Studi kasus ini mewajibkan setiap anggota kelompok untuk melakukan diskusi agar melatih pemikiran yang strategis. Pada diskusi yang dilakukan selama 4 periode waktu, akan terlihat karakter tiap individu berdasarkan latar belakang budaya mereka. Dari sini, masing-masing akan memahami karakter tiap individu sehingga pencapaian solusi pada studi kasus dapat selaras sesuai karakter masing-masing anggota kelompok Keunggulan : Diskusi atau dialog pada studi kasus menuntut setiap anggota kelompok untuk berperan aktif menyampaikan ide-ide, gagasan, dan argument yang membangun sehingga tercipta kemampuan untuk mengembangkan pemikiran strategis Kelemahan : Studi yang fokus pada suatu kasus menyebabkan setiap anggota kelompok hanya terfokus pada satu permasalahan saja. Sehingga kurang adanya eksplorasi pada pemikiran dan informasi lain yang terkait. Spontanitas dalam mengemukakan ide kadang kala hanya didominasi oleh mereka yang gemar berbicara dan memiliki pengetahuan lebih luas disbanding lainnya. 24 • Mengikuti Workshop Pelatihan Workshop adalah pertemuan dari sekelompok orang yang memiliki minat, keahlian, dan profesi tertentu untuk aktif dalam suatu diskusi dan kegiatan intensif pada suatu subjek dan proyek tertentu. Keunggulan : Partisipan dalam workshop dapat bertemu dengan partisipan lain yang belum pernah kenal, dari tempat yang jauh, atau disipilin ilmu berbeda. Sehingga dapat terjalin koneksi yang luas. Serta biasanya menghadirkan pembicara dari luar kota yang sekaligus dapat memberikan ilmu bermanfaat Kelemahan : Kadangkala, bertemu dengan orang baru menjadikan seseorang canggung untuk berdiskusi. Workshop juga dinilai menghabiskan biaya lebih besar karena menghadirkan pembicara sebagai instruktur dalam dialog/ diskusi. • Program Magang Program magang merupakan suatu program dimana peserta mengajukan proposal untuk dapat bekerja di suatu perusahaan multinasional. Keunggulan : Seseorang mampu menempatkan diri secara langsung sebagai karyawan di suatu perusahaan multinasional, dimana banyak sekali karyawan dari berbagai latar belakang budaya di sana. Program ini mampu menambah pengalaman kerja sekaligus kemampuan berinteraksi dengan karyawan dari latar belakang budaya lain, sehingga peserta magang tersebut dituntut untuk adaptif agar tercipta keefektifan dalam bekerja. Kelemahan : Program magang membutuhkan proposal yang mungkin memakan waktu lama untuk pengerjaannya. Juga harus mencari perusahaan yang sekiranya sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu menyelaraskan dan mengintegrasi perbedaan latar belakang budaya. 25 B.) Tujuan RP3KBT Adapun tujuan penyusunan RP3KBT ini adalah sebagai berikut : • Membantu karyawan memahami peran latar belakang budaya dari tiap karyawan dalam perusahaan. • Membantu karyawan untuk dapat menyelaraskan dan mengintegrasikan persepsi yang berbeda karena latar belakang budaya yang berbeda. C.) Strategi yang Dipilih Berdasarkan pilihan alternatif usulan, kelompok penulis memilih “Program magang di perusahaan multinasional” Keunggulan Seseorang mampu menempatkan diri secara langsung sebagai karyawan di suatu perusahaan multinasional, dimana banyak sekali karyawan dari berbagai latar belakang budaya di sana. Program ini mampu menambah pengalaman kerja sekaligus kemampuan berinteraksi dengan karyawan dari latar belakang budaya lain, sehingga peserta magang tersebut dituntut untuk adaptif agar tercipta keefektifan dalam bekerja. Kelemahan : Program magang membutuhkan proposal yang mungkin memakan waktu lama untuk pengerjaannya. Juga harus mencari perusahaan yang sekiranya sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu menyelaraskan dan mengintegrasi perbedaan latar belakang budaya. Sebenarnya kelemahan ini dapat dijadikan suatu keunggulan, mengingat pengajuan proposal membutuhkan kemampuan pelobian yang baik. Sehingga dari mulai proses pelobian hingga diterima dalam program magang, termasuk dalam pembelajaran untuk memahami latar belakang budaya yang berbeda antar organisasi satu dengan yang lain. 26 V. USULAN AKHIR PROPOSAL PROGRAM RP3KBT Judul Program : “Menerapkan Lima Atribut Kritis Dalam Pengembangan Berpikir Strategis dari Budaya yang Berbeda-beda. Indonesia dengan keanekaragaman latar belakang budaya yang berbeda dari Sabang sampai Merauke merupakan bentuk kekayaan yang semestinya dijaga kelestariannya. Perbedaan budaya, suku, bahasa, agama dan adat istiadat memiliki karakteristik yang berbeda-beda disetiap wilayahnya. Adanya perbedaan latar belakang budaya yang dimiliki bangsa Indonesia pastinya menjadikan setiap individu memiliki karakteristik yang berbedabeda yang kemudian akan mempengaruhi kemmapuan berpikir strategis mereka salah satunya dalam bentuk pengambilan keputusan. Budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Keberagaman budaya yang dimiliki oleh setiap individu semestinya menjadikan seseorang kaya akan pengalaman yang didapat secara informal untuk kemudian memudahkannya dalam mengembangkan kemampuan berpikir strategis. Namun, terkadang perbedaan budaya yag dimiliki oleh setiap individu justru berimplikasi pada pengambilan keputusan yang didalamnya terdapat perbedaan dan perdebatan yang tidak bisa dihindari. Perlu diketahui bahwa penting untuk setiap individu terutama bagi seoranng manajer untuk mengtahui karakteristik dan pola pikir anggota karyawannnya yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda untuk memudahkan proses pengambilan kepuutusan. Tujuannya bukan untuk menjatuhkan karakter budaya setiap individu namun agar antar karyawan satu dan karyawan lainnya lebih toleran. Selai itu, kita juga perlu memahami bahwa proses pengambilan keputusan merupakan suatu kemampuan berpikir strategis yang tidak sepenuhnya dipengaruhi atau berasal dari budaya. Terlepas dari budaya, proses pengambilan keutusan juga diperoleh dari kemampuan berpikir strategis yang dikembangka secara formal. Bedanya adalah, budaya hanya salah satu faktor yang membentuk kerangka pikir individu terhadap suatu masalah atau mengenai situasi atau kondisi yang dihadapi.terdapat lima atribut kritis yang cukup penting untuk dikembangkan dalam proses pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran berpikir startegis. Dalam hal ini kami mengadakan program magang di perusahaan multinasional untuk mengembangkan pemikiran strategis dan menerapakan lima atribut kritis suntuk melihat dan 27 mengintegrasikan perbedaan latar belakang budaya antar anggota perusahaan agar diperoleh persamaan persepsi. Tujuan Program Magang di Perusahaan Multinasional a. Mengintegrasikan perbedaan latar belakang budaya antar anggota perusahaan agar diperoleh persamaan persepsi. b. Untuk memberikan peserta berbagai proses penerapan lima atribust dalam setiap individu c. Meningkatkan dan mengembangkan proses berpikir strategis dalam pengambilan keputusan d. Menyelaraskan perbedaan latar belakang budaya antar anggota perusahaan Hasil yang di harapkan a. Setiap individu dapat menerapkan lima atribut kritis dalam kehidupan mereka b. Indivdu menjadi lebih mudah dalam mengambil keputusan strategis c. Setiap inndividu dapat mengintegrasikan perbedaan latar belakang budaya antar anggota perusahaan agar diperoleh persamaan persepsi d. Memberikan pemahaman budaya sebagai salahh satu hal yang mempengaruhi dalam setiapproses pegambilan keputusan strategis. Sasaran Program Karyawan perusahaan Uraian Kelemahan Program magang membutuhkan proposal yang mungkin memakan waktu lama untuk pengerjaannya. Juga harus mencari perusahaan yang sekiranya sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu menyelaraskan dan mengintegrasi perbedaan latar belakang budaya 28 VI. REKOMENDASI DALAM PROSES IMPLEMENTASI RP3KBT Program Magang 1. Menentukan pola dan bentuk magang (pendampingan atau membantu terjun langsung dalam membantu permasalahan dan pengambilan keputusan) 2. Menentukan persyaratan magang 3. Penetapan lokasi 4. Pembuatan proposal 5. Teknis magang dengan program shifting dari 10 karyawan magang, 1 hari hanya 2-3 karyawan masuk. Dosen Pembimbing Magang Dra. Trias Stiawati, M.Si, Ph.D Jadwal Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan selama 1 bulan Diperkirakan pada : Senin, 2 Agustus 2021 sampai dengan Jumat, 27 Agustus 2021 Aktif pada hari kerja Senin hingga Jumat, dengan sistem shifting berdasarkan aturan pembatasan sosial selama pandemi. Tempat dan waktu Pelaksanaan Perusahaan PT Sari Husada (SGM) Jalan Kusumanegara No 173, Muja Muju, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta 29 Anggaran yang dibutuhkan A. Anggaran Belanja Operasional 1. Alat tulis kantor @ 50.000 untuk 10 peserta Rp 500.000,- 2. Uang transport @300.000 untuk 10 peserta (1 bulan) Rp 3.000.000,- 3. Uang makan @300.000 untuk 10 peserta (1 bulan) Rp 3.000.000,- B. Biaya Honorarium 1. Honorarium instruktur/ narasumber @5.000.000 untuk dosen Rp 5.000.000,- pembimbing TOTAL Rp 11.500.000,- 30 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Budaya memiliki pengaruh dan implikasi yang kuat dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan. Meskipun budaya bukan sebagai faktor utama dalam berfikir strategis tetapi budaya dapat mendorong sesorang untuk menjadi pemikir strategis. Berbagai macam tantangan muncul dalam lingkungan bisnis yang sangat global mengharuskan manajer atau pemimpin perusahaan untuk lebih mengetahui terkait dengan pemahaman budaya yang dimiliki anggota karyawannya. Beragam keanekaragaman latar belakang budaya, etnik, kewarganegaraan diharapkan mampu mendorong dan menciptakan pemikir-pemikir strategis yang handal bagi keberlangsungan perusahaan. Pengembangan pemikiran strategis berdasarkan lima atribut yang telah dipaparkan di atas, adaptasi dan seni dalam anggota masih terdapat beberapa kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu dibutuhkannya latihan dengan keseriusan dan kesungguhan agar dapat mengembangkan pemikiran strategis. Saran Diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan melalui lintas budaya, memaksimalkan pengetahuan budaya untuk menciptakan serta mengembangkan berpikir strategis melalui pendekatan-pendekatan yang interaktif. Setiap individu atau seluruh elemen yang ada didalam perusahaan untuk dapat memperkuat pengetahuan mereka mengenai sejauh mana suatu budaya dapat mempengaruhi proses pemikiran strategis. 31 VIII. DAFTAR PUSTAKA da Costa, R. L., Pereira, C. S., Pereira, L., & Jeronimo, C. (2018). The Influence of Culture in International Leadership. Journal of International Business and Economics, 73-88. Fusch, G. E., Fusch, C. J., Booker, J. M., & Fusch, P. I. (2016). Why Culture Matters in Business Research. Journal of Social Change, 39-47. Hasiani, F. (2015). Analisis Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pelalawan. Morcos, M. (2018). Organisational Culture : Definitions and Trends. Obaji, N., Olaolu, D., & Daniel, C. O. (2020). Impact of Organisational Culture and Strategic Management on Organisational Performance. Sloan, J. (2006). Learning to Think Strategically. Burlington: Butterworth-Heinemann. Tedla, T. B. (2016). The Impact of Organizational Culture on Corporate Performance. Tran, S. K. (2017). GOOGLE : A Reflection of Culture, Leader, and Management. International Journal of Corporate Social Reponsibility. 32 IX. LAMPIRAN-LAMPIRAN Kuesioner Pengaruh Budaya Terhadap Pengambilan Keputusan (Berpikir Strategis) Tata cara pengisian kuesioner dengan penilaian angka: 1 (sangat tidak setuju), 2 ( tidak setuju), 3 (netral), 4 (setuju), 5 ( sangat setuju). No 1 Pertanyaan Kuncoro Kesukesesan kelompok lebih penting disbanding kesuksesan individu 2 Pegawai tidak seharusnya tidak setuju dengna keputusan manajemen 3 Pegawai seharusnya hanya mengejar target mereka sendiri disbanding kesejahteraan kelompok 4 Proseedur standard operasi (SOP) sangat membantu pegawai dalam pekerjaannya 5 Manjer sebaiknya membuat sebagian besar keputusan tanpa harus berkonsultasi dengan bahwahan 6 Kesejahteraan kelompok lebih penting disbanding penghargaan individu 7 Sangat penting bagi manajer untuk menggunakan otoritas dan kekuasaannya ketik berhadapan dengan bawahan 8 Manajer berharap pegawai mengikuti instruksi dan prosedur dengan sesuai mungkin 9 Individual diungkinkan melepaskan target mereka demi tujuan mencapai kesuksesan kelompok 10 Manajer seharusnya sesekali menanyakan pendapat pegawai 11 Peraturan dan regulasi merupakan hal penting karena berfungsi sebagai pemberitahuan kepada pegawai apa yang diharapkan organisasi dari mereka 12 Dapat diterima oleh anggota-anggota kelompok 33 Anggia Septian dalam pekerjaan merupakan hal yang penting 13 Manajer seharusnya menghindari hubungan sosial diluar pekerjaan dengan pegawai 14 Manajer seharusnya mendorong loyalitas kelompok meskipun target individu harus dikorbankan 15 Manajer seharusnya tidak mendelegasikan tugas penting kepada pegawai 16 Sangat penting untuk menjelaskan secara detail mengenai persyaratan dan instruksi kerja agar pegawai mengetahui apa yang seharusnya mereka kerjakan 17 Instruksi operasional sangat penting bagi pegawai dalam pekerjaannya Kuesioner Nama: Catatan: Beri Font Merah sebagai jawaban 1. The company's sales aren't where they should be. You: 1) Don't worry about it; that's a sales problem. All you can do is put the message out there. 2) Wait to see if the owner/president/CEO approaches you and asks for your input. 3) Ask the owner/president/CEO sales team if you can do anything to help. 4) Prepare an agenda, research options, and call a meeting with the owner/president/CEO and sales team to brainstorm marketing ideas 2. Your website is pretty good (you think), but you don't really know how it's performing, so you: 1) Think to yourself, "That's really not my department; it's an IT issue." 2) Suggest the IT department start using web analytics to measure the site's effectiveness and let you know if they find anything useful. 3) Start researching Google analytics to see what type of information is available. 34 4) Start generating and reviewing analytics and tweaking the website to improve effectiveness. 3. Your CEO tells you it's time to beef up your social media. Do you: 1) Hope it's a phase that will pass. 2) Wait to see what she comes up with. 3) Start researching social media so you'll be ready when she tells you what she wants. 4) Offer to conduct research online, talk with other distributor and develop a social media plan. 4. You aren't attending management meetings, so you: a. Count yourself lucky — that's one fewer meeting to attend! b. Ask attendees to fill you in on what's said in meetings that affects marketing. c. Suggest to the CEO that you should be in meetings, but you won't say anything. d. Demand to attend meetings because you need to know what's going on to effectively market the company and contribute to the management process. 5. You've noticed several of your competitors offering online ordering (through their website), but you know making the conversion would come out of your budget, so you: a. Don't say anything; you need your budget for your existing marketing plan. b. Wait until the owner/president/CEO suggests it and let the IT department lead the initiative. c. Suggest to the owner/president/CEO that the company consider online ordering in the future. d. Develop a plan and budget to move your company toward online ordering. 6. You know your company is not aggressive enough it its marketing, you: 1) Do nothing; your job is pretty manageable. Why rock the boat? 2) Ask the owner/president/CEO if he'd like you to do anything differently. 3) Suggest that your budget be increased so you can afford to build on your existing marketing efforts. 4) Research marketing tactics and find new no-cost/low-cost ways to more aggressively market the company. 7. When it comes to developing an annual marketing plan and budget you: a. Just do what's always been done. Nobody's ever asked for a detailed plan, so why bother? 35 b. There's just no time; you have too many other day-to-day responsibilities. c. You've tried, but you always get interrupted with other tasks or asked to "put out fires." d. If you have to, you go off-site for a day or two to get it done and delegate or postpone your daily tasks. 8. You have an annual marketing plan and budget. Mid-year, you learn about a great opportunity but it will cost approximately 5% of your budget. You: 1) Ignore it. You have a plan and are sticking with it. 2) Put it on the calendar for next year. 3) Ask the owner/president/CEO to increase the budget. 4) Come up with a plan to work it into this year's budget and present it to the owner/president/CEO. 9. Your owner/president/CEO has asked you to step up the company's marketing, but you don't quite know how. You: 1) Try to find another job that's more in line with your skill set. 2) Suggest hiring a consultant. 3) Ask friends, coworkers and associates what they would do if they were you. 4) Take classes, read books, work with a consultant, and anything else you can do to learn the skills you need. 10. You're actively seeking to more aggressively market the company and its products. You: 1) Do more of what you've always done. 2) Try one or two new strategies and tactics you've been considering. 3) Look at best practices in the electrical distribution industry. 4) Look at best practices in other industries. 36 Curiculum Vitae Karyawan PT. Trias Karyawan 1: Natasha Anggia A. Identitas Diri Nama : Natasha Anggia Tempatnanggal Lahir : Letung, 21 Juli 1998 Alamat : JI. Kampung Tengah Letung RT/RW 002/002 Letung, Jemaja, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Handphon : 085264163120 Status : Belum Menikah Email : [email protected] Nama Ayah Aprizal Nama Ibu Hartini B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal a. TK Sri Kemuning Letung (2002-2003) b. SD Negeri 001 Letung (2004-2010) c. SMP Negeri 1 Jemaja (2011-2013) d. SMA IT Yapidh (Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah) Bekasi (2014-2016) e. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2016-2020) 2. Pendidikan Non-Formal a. Pondok Pesantren Darul Hikmah Kota Bekasi (2014-2016) b. Rumah Qur’an JogJa (2017-2020) C. Prestasi/Penghargaan 1. Juara 2 MHQ 5 juz dan Tilawah Kabupaten Kepulauan Anambas 2. Juara I MHQ 10 juz Kabupaten Kepulauan Anambas 3. Presenter Konferensi Pengabdian Masyarakat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta D. Pengalaman Organisasi 1. Koordinator Divisi Ibadah (IPDHA) Ikatan Pelajar Darul Hikmah Akhwat (2014-2015) 37 2. Pengurus Divisi Bahasa Arab UKM (SPBA) Studi dan Pengembangan Bahasa Asing UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2017-2018) 3. Anggota UKM Al-Mizan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 4. Pengajar Rumah Qur’an Jogja (2017-2020) 5. Anggota Organisasi Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas-Yogyakarta Karyawan 2 : Septian Vairi A. Identitas Diri Nama : Septian Vairi Tempatnanggal Lahir : Pekanbaru, 07 September 1998 Alamat : JI. Serai, Perum. Harmoni Residence. Blok D7. Kelurahan Tangkerang Barat, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Handphon : 081258787811 Status : Belum Menikah Email : [email protected] Nama Ayah Vairizon Nama Ibu Maylan B. Riwayat Pendidikan a. Pendidikan Formal i. TK Pertiwi Provinsi Kota Pekanbaru (2001-2004) ii. SD Negeri 002 Senapelan (2004-2010) iii. SMP IT Al-Azhar Syifa Budi Pekanbaru II (2011-2013) iv. SMA IT Al-Azhar Syifa Budi Pekanbaru II(2014-2016) v. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (2016-2020) b. Pendidikan Non-Formal i. Master Taekwondo Club (2014-2019) C. Prestasi/Penghargaan a. Juara 1 ASL (2015) b. Juara 3 Open tournament Taekwondo kelas Over 87 (2017) 38 D. Pengalaman Organisasi a. Anggota Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) SMA Al-Azhar Syifa Budi Pekanbaru (2013-2014) b. Ketua Divisi Bela Negara Osis SMA Al-Azhar Syifa Budi Pekanbaru (2014-2015) c. Wakil Ketua Dojang RA-One Taekwondo Club (2017-2019) E. Pengalaman Kerja a. Anggota administrasi PT. Mas Artha Sarana (2016-2017) b. Petugas Lapangan PT. Pusaka Indrapuri (2017-2019) Karyawan 3 : Tri Kuncoro Prasetyo Hutomo A. Identitas Diri Nama : Tri Kuncoro Prasetyo Hutomo Tempat/ tanggal Lahir : Yogyakarta, 29 Mei 1991 Alamat : Mantrijeron MJ 3/ 872 Yogyakarta Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Handphon : 08989489494 Status : Belum Menikah Email : [email protected] Nama Ayah : Wahyono (Alm) Nama Ibu : Sri Yuniarsih, S. E. B. Riwayat Pendidikan a. Pendidikan Formal i. TK Dharma Siddaya (1995-1996) ii. SD Negeri 2 Timuran Yogyakarta (1997-2003) iii. SMP Negeri 16 Yogyakarta (2003-2006) iv. MAN Yogyakarta 2 (2006-2009) v. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2009-2014) 39 b. Pendidikan Non-Formal Toefl and Conversation Program Global English, Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur (2019) C. Pengalaman Organisasi a. Ketua Calon Mubaligh MAN Yogyakarta 2 (2007-2008) b. Anggota Pleton Inti Pasukan Khusus MAN Yogyakarta 2 (2006-2008) c. Kepala Departemen Bidang Usaha Himpunan Mahasiswa Matematika UGM (2010-2011) D. Pengalaman Kerja a. Chief Editor CV BukuOryzaee Android Publisher Yogyakarta (2015-2017) b. Pengajar Matematika tetap Neutron Kediri Jawa Timur (2017-2020) c. Freelance Journalist Quality Magazine Jakarta (2019-2020) d. Pengajar Matematika Bimbingan Belajar Indonesia Mind Center Yogyakarta (2020) 40 41