MODUL PERKULIAHAN AUDITING LANJUTAN Pengendalian Internal dan Evaluasinya Fakultas Program Studi PASCA SARJANA MAGISTER AKUNTANSI MATERI Kode MK 8 Disusun Oleh Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Abstract Kompetensi Pada pokok bahasan ini akan dijelaskan : Mahasiswa diharapkan mampu: 1. . MATERI 1 - MEMAHAMI DAN MENGEVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL MEMAHAMI PENGENDALIAN INTERNAL A. Tujuan Untuk memberikan petunjuk tentang langkah-langkah memahami pengendalian internal dalam rangka suatu audit, yang mencakup evaluasi atas rancangan dan implementasi pengendalian intern, dan dokumentasinya. ISA 315 merupakan ISA acuan dalam pembahasan ini. ISA 315 Alinea 4c Terjemahan dari ISA 315 Alinea yang Bersangkutan Pengendalian internal-proses yang dirancang, diimplementasi, dan dipelihara oleh TCWG, manajemen dan karyawan lain untuk memberikan asurans yang memadai tentang tercapainya tujuan entitas mengenai keandalan pelaporan keuangan, efektif dan efisiennya operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan. Istilah pengendalian bermakna satu atau beberapa unsur pengendalian internal. Alinea 12 Auditor wajib memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal yang relevan dengan audit. Meskipun kebanyakan pengendalian yang relevan dengan audit pada umumnya berkaitan dengan pelaporan keuangan, tidak semua pengendalian yang berkaitan dengan pelaporan keuangan adalah relevan dengan audit. Pertimbangan profesional auditor menentukan apakah pengendalian, secara individual atau gabungan dengan pengendalian lain, memang relevan dengan audit. Alinea 13 Ketika memperoleh pemahaman tentang pengendalian yang relevan dengan audit, auditor wajib mengevaluasi rancangan pengendalian tersebut dan menentukan apakah pengendalian tersebut memang diimplementasi, dengan melakukan prosedur tertentu di samping bertanya kepada karyawan entitas. Alinea 18 Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai sistem informasi (termasuk proses bisnis terkait) yang relevan bagi pelaporan keuangan termasuk area berikut: 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2 - Jenis transaksi dalam operasi entitas yang penting dalam laporan keuangan. - Prosedur, dan sistem IT (Information Technology) maupun non-IT (manual system)yang digunakan untuk mengolah transaksi sejak penyiapan, pencatatan, pengolahan, pembetulan, pemindahan ke buku besar dan pelaporannya dalam laporan keuangan. - Catatan akuntansi, yang mendukung informasi dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang digunakan untuk menyiapkan, mencatat, mengolah, dan melaporkan transaksi, termasuk pembetulan informasi yang salah, dan bagaimana informasi dipindahkan ke buku besar. Catatan ini dapat terbentuk catatan elektronis dan non elektronis (manual). - Bagaimana sistem informasi merekam peristiwa dan keadaan (di luar transaksi) yang penting dalam laporan keuangan. - Proses pelaporan keuangan yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan entitas, termasuk estimasi akuntansi dan pengungkapan yang penting. - Pengendalian atas journal entries, termasuk non-standard journal entries yang digunakan untuk mencatat transaksi yang tidak berulang (nonrecurring transactions), transaksi luar biasa (unusual transactions) atau penyesuaian dan koreksi (adjustments). Alinea 19 Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai bagaimana entitas mengomunikasikan peran dan tanggung jawab pelaporan keuangan dan halhal penting lainnya berkenaan dengan pelaporan keuangan, termasuk: - Komunikasi antara manajemen dan TCWG; dan - Komunikasi eksternal, misalnya dengan regulator. Alinea 20 Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai kegiatan pengendalian yang relevan untuk auditnya, yakni pengendalian yang dipandang auditor adalah penting untuk menilai risiko salah saji yang material di tingkat asersi, dan merancang prosedur audit lanjutan untuk menanggapi risiko tersebut. Suatu audit tidak mewajibkan pemahaman semua kegiatan pengendalian 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3 yang berkenaan dengan jenis transaksi, saldo akun, dan disclosure yang penting dalam laporan keuangan atau mengenai setiap asersi. Alinea 21 Dalam memahami kegiatan pengendalian entitas, auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai bagaimana entitas tersebut menanggapi risiko yang timbul dari teknologi informasi. Alinea 22 Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai kegiatan utama yang digunakan entitas untuk memantau pengendalian internal atas pelaporan keuangan, termasuk kegiatan pengendalian yang relevan dengan audit, dan bagaimana entitas mengambil tindakan perbaikan terhadap kekurangan atau kelemahan pengendalian. Alinea 24 Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai sumber informasi yang digunakan entitas untuk memantau kegiatan, dan dasar yang digunakan manajemen untuk menyimpulkan bahwa informasi itu cukup andal untuk tujuan pemantauan. Pengendalian internal adalah proses, kebijakan dan prosedur yang dirancang manajemen untuk memastikan pelaporan keuangan yang andal dan pembuatan laporan keuangan sesuai dengan kerangka akuntansi yang berlaku. Pemahaman yang cukup mengenai pengendalian internal adalah pemahaman mengenai hal-hal yang relevan untuk melaksanakan audit. Ini meliputi pelaksanaan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi pengendalian yang secara langsung atau tidak langsung menanggulangi salah saji material. Informasi yang diperoleh, akan membantu auditor dalam: Menilai risiko residual (residual risk); risiko residual adalah risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk); 2015 Merancang prosedur audit selanjutnya, untuk menanggapi risiko yang dinilai. Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4 B. Risiko dan Pengendalian Gambar 1. Risiko bawaan (inherent risks) yang merupakan risiko bisnis (business risks) maupun risiko kecurangan (fraud risks) diidentifikasi dalam tahap identifikasi dan penilaian risiko. Manajemen menanggulangi risiko ini dengan merancang dan mengimplemantasi pengendalian intern yang akan menurunkan risiko ini ke tingkat rendah yang dapat diterima (acceptably low level). Risiko yang “tersisa”, sesudah pengendalian intern dirancang dan diimplementasi, disebut residual risk atau risiko sisa, yang merupakan risiko salah saji material. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5 Tujuan pengendalian ialah untuk menanggulangi risiko (to mitigate risk). Risiko haru ada terlebih dahulu sebelum risiko itu ditanggulangi dengan pengendalian manajemen. C. Pengendalian Internal Pervasif dan Spesifik Pengendalian internal secara luas dapat dikategorikan ke dalam pengendalian pervasif (pervasive controls) atau pengendalian di tingkat entitas (entity-level controls) dan pengendalian spesifik (specific controls) atau pengendalian transaksional (transactional controls). Perbedaan di antara kedua katogori pengendalian ini dijelaskan dalam gambar 2. Gambar 2 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 6 1. Pengendalian internal Pervasif Pengendalian pervasif berurusan dengan governance dan general management. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan pengawasan menyeluruh (overall control environment) yang memberikan “tone at the top”. Sifatnya mengayomi, mamayungi, dan meneladani. Proses pengendalian dalam kategori ini meliputi SDM, penanganan kecurangan, risk assesment dan masalah management override, general IT management, pembutan financial information (termasuk laporan keuangan dan estimasi yang mendasarinya), dan pemantauan berjalan (ongoing monitoring) terhadap operasi entitas. Dalam entitas kecil, pengendalian ini umumnya dan terutama berhubungan dengan sikap manajemen (management’s attitudes) terhadap integritas dan pengendalian. 2. Pengendalian internal Spesifik Pengendalian transaksional adalah pengendalian atau proses yang spesifik dirancang agar: - Transaksi dicatat dengan benar untuk membuat laporan keuangan; - Catatan pembukuan dibuat cukup rinci untuk mencerminkan secara benar dan wajar smua transaksi dan penggunaan aset; - Penerimaan dan pengeluaran hanya dibuat jika ada persetujuan manajemen; dan - Akuisisi/pembelian, penggunaan, atau penghapusan aset dicegah atau terdeteksi dengan cepat. D. Lima Komponen Pengendalian Internal Berbagai jenis pengendalian internal dalam suatu entitas dibagi dalam 5 komponen inti seperti dalam gambar 3 berikut ini: Financial Reporting Objectives - Tujuan Pelaporan Keuangan 2015 1. Control Environment-Lingkungan Pengendalian 2. Risk Assessment-Penilaian Risiko 3. Information System-Sistem Informasi 4. Control Activities-Kegiatan Pengendalian 5. Monitoring-Pemantauan Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 7 Gambar 3. Setiap komponen pengendalian internal mendapat perhatian auditor sebagai: - Bagian dari pemahamannya terhadap pengendalian intern atas pelaporan keuangan; - Informasi untuk mempertimbangkan bagaimana berbagai aspek pengendalian internal itu bisa mempengaruhi audit. Dalam pengendalian pervasif terlihat control environment, risk management, dan monitoring. Dalam pengendalian spesifik terlihat control activities. Sedangkan information system menjembatani pengendalian pervasi dan pengendalian spesifik, seperti terlihat dalam gambar 4. Gambar 4. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 8 E. Pengendalian Internal Entitas Kecil Entitas kecil mempunyai pegawai relatif sedikit. Kenyataan in imenjadi kendala pemisahan tugas (segregation of duties) dan “jejak kertas” (paper rail). Pengendalian internal pada entitas kecil berasal dari lingkungan pengendalian (control environment): komitmen manajemen atas nilai-nilai etika, kompetensi, sikap/cara pikir mengenai pengendalian, dan sikap tindakan sehari-hari. Pengendalian internal pada entitas kecil tidak berpusat pada pengendalian spesifik atas transaksi. F. Tidak Adanya Pengendalian Internal Jika tidak ada banyak kegiatan pengendalian (control activities) yang bisa diidentifikasi, auditor mempertimbangkan apakah: 1. Mungkin menangani asersi-asersi relevan dengan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang terutama merupakan prosedur substantif; atau 2. Ketiadaan kegiatan pengendalian atau komponen pengendalian lainnya (sangat jarang terjadi) tidak memungkinkan auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 9 Hal-hal lain menimbulkan tanda tanya mengenai apakah audit seharusnya dijalankan, seperti berikut: 1. Keraguan mengenai integritas manajemen, perilaku non-etis, atau sikap yang mengabaikan pengendalian internal. Kelamahan dalam lingkungan pengendalian cenderung mengerdilkan makna pengendalian dalam komponen pengendalian lainnya. Hal itu juga meningkatkan risiko kebohongan oleh manajemen dan risiko kecurangan. 2. Kekhawatiran mengenai kondisi dan keandalan catatan entitas yang membuat auditor tidak mungkin memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Jika keraguan dan kekhawatiran di atas terjadi, auditor perlu mempertimbangan untuk memodifikasi laporan auditornya atau mengundurkan diri dari penugasan sama sekali. Jika pengunduran diri yang dipilih, auditor harus mempertimbangkan tanggung jawab profesional dan hukumnya, termasuk kewajiban untuk melaporkan kepada orang yang memberikan penugasan dan regulator. Auditor juga harus membahas pengunduran dirinya dan alasan untuk itu dengan tingkat manajemen yang tepat atau dengan TCWG (Those Charged With Governance). G. Pengendalian Memberantas Kecurangan Management override atau peniadaan pengendalian oleh manajemen, dalam entitas kecil, dapat dimitasi atau ditekan dengan menetapkan beberapa kebijakan dan prosedur inti dan mendokumentasikannya. Contoh, kebijakan tertulis mengenai semua non-routine journal entries harus mendapat persetujuan; ini akan memberdayakan pemegang buku untuk meminta atasannya menyetujui journal entries yang diusulkannya. Kebijakan in itidak menutup pintu bagi terjadinya management override, tetapi akan menjadi deterrent. Jika anti-fraud policies and procedures (kebijakan dan prosedur pemberantasan kecurangan) tidak ada atau tidak berfungsi, risiko terjadinya management override perlu ditanggi auditor melalui pelaksanaan prosedur audit lainnya. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 10 Pengendalian mengenai kepatuhan terhadap ketntuan perundang-undangan yang tidak relevan dengan audit (di mana ketidakpatuhan tidak menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan) tidak perlu ditangani dalam audit tersebut. H. Pengendalian Internal yang Relevan untuk Audit Tidak semua pengendalian relevan bagi audit itu. Ini berarti, pengendalian tertentu dapat dikeluarkan dari lingkup audit, seperti pengendalian yang: 1. Tidak berurusan dengan pelaporan keuangan. Contoh: pengendalian operasional (operational controls) di lantai produksi dalam proses manufaktur, dan 2. Sekalipun tidak ada, kemungkinan terjadinya salah saji material dalam laporan keuangan sangat kecil. Gambar 5. Dalam hal tertentu, mungkin ada tumpang tindih antara pengendalian keuangan (financial controls) dan pengendalian operasional dan yang berurusan dengan tujuan kepatuhan. Sebagai contoh, pengendalian yang berhubungan dengan data yang dievaluasi atau digunakan auditor dalam menerapkan prosedur audit lain, antara lain: 1. 2015 Data yang diperlukan untuk prosedur analitikal (contoh: statistik produksi); Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 11 2. Pengendalian yang mendeteksi ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundangundangan; 3. Pengendalian berupa pengamanan aset yang penting untuk pelaporan keuangan; dan 4. Pengendalian terhadap lengkapnya dan akuratnya informasi yang digunakan sebagai dasar untuk menhitung pengukuran kinerja utama (key performance measures). MENGEVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL Tujuan Pembahasan ini bertujuan untuk memberikan petunjuk mengenai mengevaluasi rancangan dan implementasi pengendalian internal, dengan menggunakan empat langkah kunci dan mendokumentasikan hasilnya, dengan acuan ISA 315. ISA 315 Terjemahan dari ISA 315 mengenai kewajiban auditor sehubungan dengan evaluasi pengendalian intern, dan pendokumentasian hasilnya ISA 315.13: Dalam memperoleh pemahaman mengenai pengendalian yang relevan dengan audit, auditor wajib mengevaluasi rancangan dari pengendalian tersebut dan menentukan apakah pengendalian tersebut sudah diimplementasi, dengan melaksanakan prosedur tambahan di samping bertanya kepada pegawai entitas. ISA 315. 29: Jika auditor sudah menentukan adanya risiko signifikan, auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai pengendalian entitas, termasuk kegiatan pengendalian, yang relevan dengan risiko tersebut. ISA 315.32: Auditor wajib memasukkan dalam dokumentasi audit, antara lain: - pembahasan di antara anggota tim (penugasan) audit seperti yang diharuskan dalam alinea 10 dan keputusan signifikan yang dicapai; 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 12 - unsur utama pemahaman yang diperoleh mengenai setiap aspek tentang entitas dan lingkungannya seperti yang disebutkan dalamn alinea 11 dan setiap komponen pengendalian intern yang disebutkan dalam alinea 14-24; sumber informasi dari mana pemahaman itu diperoleh; dan prosedur penilaian risiko yang dilaksanakan; - risiko (salah saji material) yang diidentifikasi dan dinilai pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat aserti seperti yang diharuskan dalam alinea 25; dan - risiko yang diidentifikasi, dan pengendalian terkait yang dipahami, sebagai hasil (pelaksanaan) kewajiban dalam alinea 27-30. Auditor wajib mengevaluasi rancangan dan implementasi pengendalian, apakah ia akhirnya akan melaksanakan atau tidak melaksanakan uji pengendalian (tests of controls) untuk mengumpulkan bukti. Evaluasi ini merupakan suatau proses yang terdiri dari empat langkah yaitu: Langkah 1 - Risiko apa yang harus dimitigasi: Identifikasi risiko bawaan mengenai salah saji material (yang terdiri atas risiko bisnis dan risiko kecurangan), dan apakah risiko ini bersifat pervasif yang mempengaruhi semua asersi atau merupakan risiko spesifik yang mempengaruhi area laporan keuangan dan asersi tertentu. Langkah 2 - Apakah pengendalian yang dirancang manajemen, memitigasi risiko itu? Idenfitikasi proses bisnis apa saja yang sudah ada: - Wawancarai personalia entitas untuk mengidentifikasi pengendalian apa yang memitigasi risiko yang diidentifikasi dalam Langkah-1 tersebut. - Review hasilnya, apakah benar pengendalian itu memang memitigasi risikonya. - Komunikasikan setiap kelemahan signifikan yang diidentifikasi dalam pengendalian intern entitas kepada manajemen dan TCWG (Those Charged With Governance) 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 13 Langkah 3 - Apakah pengendalian yang memitigasi risiko itu berfungsi? Amati atau inspeksi operasi pengendalian internal yang relevan untuk memastikan bahwa pengendalian intern tersebut sudah diimplementasikan. Perhatikan, prosedur bertanya (inquiry) saja tidak cukup. Auditor harus memastikan apakah pengendalian internal yang relevan memang diimplementasikan. Langkah 4 - Apakah operasi pengendalian yang relevan, sudah didokumentasikan? Langkah ini dapat terdiri atas penjelasan naratif sederhana (dibuat oleh manajemen atau auditor) mengenai proses-proses utama, yang menggambarkan operasi pengendalian intern yang relevan. Dokumentasi tidak perlu dimasukkan: - Deskripsi rinci tentang proses bisnis atau arus dokumen dalam entitas; atau - Pengendalian internal yang mungkin ada, tetapi tidak relevan untuk audit. A. Langkah 1 : Risiko Apa Yang Harus Dimitigasi? Langkah pertama adalah mengidentifikasi dan kemudian menilai faktor risiko yang signifikan dan faktor risiko lain yang ada. Kalau tidak, evaluasi atas pengendalian internal dilakukan tanpa memahami risiko apa yang harus dimitigasi atau ditanggulangi dengan pengendalian internal. Tabel berikut ini menampilkan bagaimana mengikhtisarkan beberapa sumber risiko yang sering ditemukan dan jenis pengendalian yang dapat memitigasi risiko tersebut. Tabel 1 Apa yang Bisa Salah? Sumber Risiko Pengendalian Penaggulangan (Mitigating Controls) Laporan keuangan tidak andal 2015 yang Faktor industri/eksternal (risiko Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pengendalian dan proses pada entitas Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 14 pervasive) Sifat entitas Pengendalian TI (Teknologi Kebijakan akuntansi Tujuan dan sasaran entitas Informasi) umum Pengendalian transaksional Pengukuran kinerja Kecurangan Salah saji menyiapkan ketika Estimasi akuntansi laporan keuangan (risiko pervasive) Pengendalian pada tingkat entitas Penyisihan Kebijakan akuntansi Penggunaan lembar kerja Pengendalian TI (Teknologi Informasi) umum Pengendalian transaksional Transaksi nonrutin Journal entries, rekonsiliasi Info untuk pengungkapan (disclosure) Transaksi yang tidak diolah Mengidentifikasi/pencatatan atau dicatat dengan akurat transaksi yang sudah disetujui Klasifikasi transaksi Pengukuran, pisah batas Pengendalian transaksional Pengendalian aplikasi TI Beberapa pengendalian pada tingkat entitas, yang spesifik Pengamanan aset Dalam “Pengendalian Penanggulangan” untuk risiko yang bersifat pervasif ada: entitiy-level controls (pengendalian pada tingkat entitas), general IT controls (pengendalian teknologi informasi umum), dan transactional controls (pengendalian transaksional). Sedangkan pengendalian untuk risiko yang bersifat spesifik: transactional controls (pengendalian transaksional), IT application controls (pengendalian aplikasi), dan beberapa entity-level controls (pengendalian pada tingkat entitas) yang spesifik. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 15 B. Langkah 2 : Apakah Pengendalian Memitigasi Risiko? Langkah 2 perlu dikaji untuk kelima unsur pengendalian (control components) dalam pengendalian internal. Apakah ada kelemahan signifikan dalam pengendalian? Dalam mengevaluasi apakah suatu pengendalian sudah dirancang dengan tepat oleh manajemen, auditor menilai apakah pengendalian yang diidentifikasi benar-benar akan menangkal atau memitigasi faktor risiko. Ini berarti, manajemen harus memperhatikan apakah pengendalian itu efektif untuk: - Mencegah (preventing) terjadinya salah saji material; atau - Menemukan/mengungkapkan (detecting) dan mengoreksi (correcting) salah saji material, setelah salah saji itu terjadi. Ada dua cara yang lazim digunakan untuk menyandingkan pengendalian internal dengan faktor risiko atau tujuan pengedaliannya yang dirancang untuk menangkal risiko. Kedua pendekatan ini adalah one-risk-to-many controls (satu risiko dengan banyak pengedalian) dan many-risks-to-many controls (banyak risiko dengan banyak pengendalian). One-Risk-to-Many Controls Dalam pendekatan ini, setiap faktor risiko dipertimbangkan satu per satu. Semua pengendalian yang menangani faktor risiko tersebut, diidentifikasi. Pendekatan ini sangat bermanfaat khususnya dalam memetakan atau menyandingkan faktor risiko pervasif pada tingkat entitas besarta pengendaliannya. Contoh pendekatan. Tabel 2 Faktor Risiko/ Asersi Pengendalian yang Menangani Risiko Tujuan Pengendalian Faktor Risiko 2015 C Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI 1. Prosedur pengendalian A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 16 2. Prosedur pengendalian B 3. Prosedur pengendalian C 4. Prosedur pengendalian D Faktor Risiko EA 1. Prosedur pengendalian E 2. Prosedur pengendalian F 3. Prosedur pengendalian G 4. Prosedur pengendalian H Faktor Risiko A 1. Prosedur pengendalian I 2. Prosedur pengendalian J 3. Prosedur pengendalian K 4. Prosedur pengendalian L Faktor Risiko CA 1. Prosedur pengendalian M 2. Prosedur pengendalian N 3. Prosedur pengendalian O 4. Prosedur pengendalian P Singkatan Asersi: C (Completeness), E (existence), A (accuracy) Beberapa pengendalian yang dapat dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk menangani pervasife risk (risiko pervasif) ini, antara lain: - Manajemen terus menerus menunjukkan, dengan kata dan perbuatan, komitmen terhadap standar etika yang tinggi; - Manajemen menghilangkan atau mengurangi insentif atau godaan yang menyebabkan pegawai berbuat tidak jujur atau tidak etis; - Ada kode perilaku/etik atau semacamnya yang menetapkan standar etika dan perilaku moral yang tinggi; - Pegawai dengan jelas memahammi dan dapat membedakan perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima, dan mengetahui apa yang harus dilakukan jika mereka berperilaku buruk; dan - Pegawai selalu dikenakan disiplin/sanksi untuk perilaku tidak terpuji. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 17 Pertama-tama, auditor akan membaca risiko atau tujuan pengendalian dari daftar risiko seperti contoh di atas dan kemudian mengidentifikasi pengendalian yang mungkin ada untuk memitigasi risiko. Sebagai hasilnya, auditor membuat dokumentasi seperti disajikan dalam tabel 3 berikut. Tabel 3 Komponen Faktor Risiko Pengendalian Pengendalian yang Rancangan Diidentifikasi Pengendalian Internal Lingkungan Tidak menekankan Kode etik atau pakta Sudah membaca Pengendalian integritas atau etika. integritas kode etik dan kode ditandatangani etik pegawai setiap tahun menekankan dan ditegakkan integritas melalui disiplin. perilaku etis. itu Pegawai yang tidak Ada ketentuan Sudah kompeten spesifikasi pun mengenai pengetahuan mungkin direkrut. memang dan mereview tugas dan kemahiran yang untuk posisi kunci, wjib dimilik pegawai. dan spesifikasi itu dapat diterima. Penilaian Risiko Manajemen sering Risiko bisnis Sudah mereview kali terkejut dengan diidentifikasi dan rencana bisnis; peristiwa yang dinilai setiap tahun risiko sudah sebenarnya dapat sebagai bagian dari diidentifikasi, diduga. perencanaan bisnis. dimutakhirkan, dan dinilai. Many-Risks-to-Many Control 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 18 Untuk risiko spesifik dan risiko transaksional, pendekatan paling umum dalam mengevaluasi rancangan pengendalian, ialah menggunakan apa yang disebut “control design matrix” atau “matriks rancangan pengendalian”. Matrik ini memungkinkan auditor secara sekilas dengan cepat dapat melihat: - Hubungan “banyak-dengan-banyak” (many-to-many relationships) antara risiko dan pengendalian; - Di mana kuatnya pengendalian internal; - Di mana lemahnya pengendalian internal; dan - Pengendalian utama yang menanggapi banyak risiko/asersi dan dapat diuji efektif/tidaknya pengendalian tersebut. Bagaimana Mengidentifikasi PI yang Relevan Umumnya melalui diskusi atau wawancara dengan mereka yang bertanggungjawab untuk mengelola suatu risiko. Atau, istilah sederhananya, mereka yang mengelola proses tertentu. Dalam entitas yang lebih kecil, orang ini adalah pemilik merangkap pengelola (owner-manager) atau seorang manajer senior (senior manager). Menyimpulkan Rancangan Pengendalian Langkah terakhir dalam menilai rancangan pengendalian ialah menarik kesimpulan mengenai apakah pengendalian yang diidentifikasi memang benar-benar memitigasi faktor risiko tertentu. Untuk setiap asersi yang relevan atau faktor risiko, perhatikan apakah tanggapan manajemen cukup untuk menekan risiko salah saji material ke tingkat rendah yang dapat diterima (acceptably low level). Ringkasan evaluasi pengendalian menyeluruh untuk kelima komponen pengendalian disajikan dalam gambar berikut ini. Gambar 6. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 19 C. Langkah 3 : Apakah Pengendalian itu Berfungsi? Langkah 3 ini ingin memastikan bahwa pengendalian yang diidentifikasi, benar-benar berfungsi sesuai yang dirancang. Sekedar bertanya kepada manajemen tidak cukup untuk mengevaluasi rancangan prosedur pengandalian internal atau apakah prosedur pengendalian internal itu sudah diimplementasi. Auditor perlu mengamati pengendalian yang berjalan, observe internal control in action! Alasannya adalah: - Proses dapat berubah dengan perubahan waktu, mungkin karena adanya produk atau jasa baru, adanya efisiensi dalam operasi, pergantian pegawai, dan implementasi dari aplikasi IT pendukung yang baru; - Pegawai entitas mungkin menjelaskan bagaimana suatu sistem seharusnya berfungsi, dan bukan bagaimana sistem itu dalam kenyataannya berfungsi; dan - Beberapa aspek dari suatu sistem secara tidak sengaja terabaikan dalam upaya memahami pengendalian intern. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 20 Prosedur penilaian risiko (risk assessment procedures) yang diwajibkan untuk memperolah bukti audit mengenai diimplementasikannya pengendalian meliputi: - Bertanya (inquiry) kepada pegawai entitas; - Mengamati (observing) atau mengulangi (re-performing) aplikasi dari pengendalian tertentu; - Menginspeksi dokumen dan pelaporan; dan - Menelusuri satu atau beberapa transaksi melalui sistem informasi yang relevan untuk pelaporan keuangan. Penelusuran ini sering disebut walkthrough (napak tilas). Implementasi atas pengendalian membuktikan apakah pengendalian benar-benar dilaksanakan pada waktu-waktu ertentu. Pemeriksaan mengenai implementasi ini tidak membuktikan bahwa pengendalian ini efektif selama periode yang diaudit. Bukti mengenai efektifnya pengendalian akan diperoleh melalui uji pengendalian (test of controls) yang mengumpulkan bukti mengenai berfungsinya pengendalian selama periode yang diaudit, misalnya 1 tahun. Sesudah disimpulkan bahwa pengendalian intern yang relevan untuk audit, sudah dirancang dan diimplementasi, barulah saatnya mempertimbangkan: - Uji pengendalian atas efektifnya operasi yang mana (jika ada) akan menurunkan kebutuhan untuk uji substantif lainnya; dan - Pengendalian mana uji pengendalian, karena tidak ada cara lain untuk memperoleh bukti audit yang cukup tepat. D. Langkah 4 : Apakah Pengendalian Sudah Didokumentasi? Langkah 4 ingin memastikan konteks beroperasinya pengendalian, sejak awal sampai pelaporan keuangan. Tujuan dari langkah ini adalah untuk memberikan informasi tentang beroperasinya pengendalian yang relevan, yang diidentifikasi dalam langkah 2. Bebearpa luas/banyaknya dokumentasi, ditentukan oleh kearifan profesional auditor. Dokumenasi yang baik akan membantu auditor: 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 21 - Memahami sifat, operasi (menyiapkan, memproses, mencatat dan seterusnya), dan konteks (seperti siapa yang melaksanakan pengendalian, dimana pengendalian dilaksanakan, berapa sering dan pendokumentasian hasilnya) dari pengendalian yang diidentifikasi; dan - Menentukan apakah pengendalian itu andal dan berfungsi efektif. Jika memang demikian, dapat diuji sebagai bagian dari tanggapan audit terhadap assessed risks/risiko yang dinilai. Jika keputusan dibuat untuk menguji efektifnya pengendalian, dokumentasi ini juga akan membantu auditor dalam merancang pengujiannya, seperti menetapkan populasi yang digunakan untuk memilih sampel, atribut pengendalian apa yang akan dipilih, siapa yang melaksanakan pengendalian, dan dimana dokumentasi dapat ditemukan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangan dalam mendokumentasikan pengendalian intern yang relevan, yang diidentifikasi dalam langkah 2 adalah: - Bagaimana transaksi signifikan disiapkan, diotorisasi, dicatat, diolah, dan dilaporkan; - Arus transaksi dalam detail yang cukup untuk menentukan titik-titik di mana salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan dapat terjadi; dan - Pengendalian intern selama periode proses pelaporan keuangan, termasuk estimasi akuntansi yang signifikan dan pengungkapannya. Bentuk dokumentasi yang paling umum dibuat oleh manajemen atau auditor adalah: - Penjelasan naratif (narrative descriptions) atau memo (memoranda); - Bagan arus (flow chars); - Kombinasi antara flow charts dan narrative descriptions; dan - Kuesioner (questionnaires) dan daftar uji (checklists). Sifat dan luas/banyaknya dokumentasi yang diperlukan, ditentukan oleh kearifan profesional auditor. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah: - Sifat, ukuran, dan kompleksitas entitas dan pengendalian intern; - Tersedianya informasi pada entitas; - Metodologi dan teknologi audit yang digunakan. Pemutakhiran Dokumentasi di Tahun Mendatang Auditor dapat menggunakan dokumentasi yang dibuat atau didapat dalam audit periode yang lalu, ketika merencanakan audit tahun berikutnya. Pemutakhiran ini meliputi: 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 22 - Buat salinan (copy) dari kertas kerja tahun yang lalu, sebagai tolok ukur pemutahhiran di tahun berjalan. Jika tidak ada perubahan, evaluasi control implementation. Jika pengendalian sudah diimplementasikan dan risikonya tidak berubah, rancangannya dapat diterima; - Memutakhirkan daftar risiko yang dimitigasi oleh pengendalian; - Identifikasikan perubahan dalam pengendalian intern pada tingkat entitas dan tingkat transaksional; - Jika ditemukan ada perubahan (risiko atau pengendalian), tentukan apakah pengendalian intern yang baru sudah dirancang dan diimplementasikan; - Memutakhirkan keterkaitan antara pengendalian intern dengan faktor risiko yang tepat; - Memutakhirkan kesimpulan pada risiko pengendalian. Representasi Tertulis tentang Pengendalian Internal Representasi atau pernyataan tertulis tentang pengendalian intern harus diminta dari manajemen yang mengakui bertanggungjawab untuk mengadakan dan memelihara pengendalian intern yang menurutnya diperlukan untuk membuat laporan keuangan yang bebas dari salah saji yang material, yang disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan. MATERI 2 - MENGKOMUNIKASIKAN KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL Pelaporan pengendalian internal menurut section 404 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 23 Berdasarkan penilaian dan pengujian auditor atas pengendalian internal, auditor diharuskan oleh UU Sarbanes-Oxley untuk menyusun laporan audit mengenai pengendalian internal atas laporan keuangan. Auditor dapat mengeluarkan laporan audit terpisah atau gabungan laporan keuangan dan pengendalian internal atas laporan keuangan. Laporan auditor mengenai pengendalian internal harus mencakup dua pendapat auditor : 1. Pendapat auditor mengenai apakah penilaian manajemen terhadap keefektifan pengendalian internal atas laporan keuangan per akhir periode fiskal telah dinyatakan secara wajar, dalam semua hal yang material. 2. Pendapat auditor mengenai apakah perusahaan telah menyelenggarakan, dalam semua hal yang material, pengendalian internal yang efektif atas laporan keuangan per tanggal yang disebutkan . Dalam praktik, tidak mungkin bagi auditor untuk mengeluarkan pendapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian mengenai apakah penilaian manajemen telah dinyatakan secara wajar. Jika auditor menyimpulkan bahwa manajemen belum mengidentifikasi dan melaporkan semua kelemahan yang material, hal terbaik yang harus dilakukan manajemen adalah merevisi penilaiannya agar sesuai dengan kesimpulan auditor. Manajemen mungkin akan merevisi penilaiannya untuk menunjukkan bahwa mereka tidak menyelenggarakan pengendalian internal yang efektif. Jadi, pendapat auditor dapat menyatakan bahwa penilaian semacam itu telah dinyatakan secara wajar. Sebaliknya, pendapat auditor tentang efektivitas pelaksanaan pengendalian internal perusahaan mungkin akan lebih bervariasi, tergantung pada ada tidaknya kelemahan yang material. Lingkup laporan auditor mengenai pengendalian internal seperti yang diisyaratkan oleh PCAOB Standard 2, terbatas pada perolehan kepastian yang layak bahwa kelemahan yang material dalam pengendalian internal telah teridentifikasi. Jadi, audit tidak dirancang untuk mendeteksi defisiensi pengendalian internal yang secara individual, atau secara agregat, lebih ringan ketimbang kelemahan yang material. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 24 Jenis – jenis pendapat : 1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Auditor akan mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian mengenai pengendalian internal atas laporan keuangan apabila dua kondisi berikut berlaku: 2. Tidak ada kelemahan material yang teridentifikasi Tidak ada pembatasan atas ruang lingkup pekerjaan auditor Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Bila ada kelemahan yang material, auditor harus menyatakan pendapat tidak wajar mengenai efektivitas pengendalian internal. Penyebab paling umum dikeluarkannya pendapat tidak wajar dalam laporan auditor mengenai pengendalian internal adalah apabila manajemen mengidentifikasi suatu kelemahan yang meterial dalam laporan. 3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian atau Menolak Memberikan Pendapat (Qualified or Disclaimer of Opinion) Pembatasan ruang lingkup mengharuskan auditor untuk menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat mengenai pengendalian internal atas laporan keuangan. Jenis pendapat ini dikeluarkan apabila auditor tidak dapat menentukan apakah ada kelemahan yang material, akibat pembatasan ruang lingkup audit terhadap pengendalian internal atas laporan keuangan atau situasi lainnya dimana auditor tidak dapat memperoleh bukti yang mencukupi. Oleh karena audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal atas laporan keuangan terintegrasi, auditor harus memperhitungkan hasil prosedur audit yang dilakukan untuk mengeluarkan laporan audit mengenai laporan keuangan ketika mengeluarkan laporan audit mengenai pengendalian internal. Sebagai contoh, anggaplah auditor mengidentifikasi salah saji yang material dalam laporan keuangan yang sebelumnya tidak teridentifikasi oleh 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 25 pengandalian internal perusahaan. Dari temuan tersebut dapat muncul empat respons berikut ini : 1. Karena ada kesalahan yang material dalam laporan keuangan, PCAOB Standard 2 mengharuskan auditor untuk melakukan temuan ini setidaknya sebagai defisiensi yang signifikan, dan mungkin sebagai kelemahan yang material dalam pengendalian internal atas laporan keuangan karena salah saji yang material itu tidak tercegah atau terdeteksi oleh pengendalian internal. Penentuan apakah salah saji itu merupakan suatu kelemahan yang material atau defisiensi yang signifikan memerlukan pertimbangan dan tergantung pada sifat serta besar salah saji. 2. Auditor dapat mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan jika klien menyesuaikan laporannya untuk mengoreksi salah saji sebelum diterbitkan. 3. Manajemen mungkin akan mengubah laporannya mengenai pengendalian internal untuk menegaskan bahwa pengendalian tidak berjalan efektif. 4. Auditor kemudian dapat mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian tentang penilaian manajemen atas pengendalian internal, tetapi auditor harus mengeluarkan pendapat tidak wajar mengenai pengendalian internal atas laporan keuangan, jika defisiensi itu dianggap sebagai kelemahan yang material. MATERI 3 - PROSEDUR PENILAIAN RESIKO ISA 315.5 Auditor wajib melakukan prosedur penelian resiko untuk mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi. Prosedur penilaian resiko itu sendiri tidak memberikan bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar pemberian opini audit. ISA 315.6 Prosedur penilaian resiolo meliputi berikut ini. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 26 a) Bertanya kepada manajemen dan pihak lain dalam entitas yang menurut auditor mungkin mempunyai informasi yang dapat membantu mengidentifikasi resiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan atau kekeliruan. b) Prosedur analitikal c) Pengamatan dan inspeksi ISA 315. 11 Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai berikut ini. a) Industri terkait ketentuan perundangan, dan faktor ekteral lainnya, termasuk kerangka pelaopran keuangan yang diterapkan. b) Sifat entitas, termasuk : i. Operasinya; ii. Struktur kepemilikan dan governance-nya ; Jenis investasi atau penanaman yang dilakukan entitas dan rencana penanaman lainya, termasuk investasi dalam entitas bertujuan khusus; dan bagaimana struktur keuangan entitas untuk memahami jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang seharusnya ada dalam laporan keuangan. c) Pemlihan dan penerapan kebijakan akuntans, termasuk alasan untuk mengubah kebijakan akuntansi. Auditor wajib mengevaluasi apakah kebijakan akuntansi yang diterapkan entitas cocok untuk bisnis itu dan konsisiten dengan kerangka pelaporan yang diterapkan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam industri itu. d) Pengukuran dan review kinerja keuangan entitas. ISA 315. 12 Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai pengendalian internal yang relevan bagi auditnya. Meskipun kebanyakan pengdelian yang relevan dengan audit, sangat berhubungan dengan pelporan keuangan, namun, tidak semua pengendalian yang berhubngan dengan pelaporan keuangan, adalah relevan dengan audit. Dengan kearifan profesionalnya, auditor menilai apakah suatu pengendalian, secara individu atau dalam kombinasi dengan pengendalian lain, adalah relevan dengan auditnya;. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 27 BUTIR PERTIMBANGAN ISAS yang berikut memberikan garis besar dari hal-hal khusu yang perlu diingat dalam merancang sifat dan luasnya prosedur penilian resiko. ISA 240.16 Kecurangan Dalam Audit Atas Laporan Keuangan Ketika melaksanakan prosedur penilaian resiko dan kegiatan terkait untuk memperoleh pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, sesuai ketentuan ISA 315, auditor wajib melaksanakan prosedur dalam alinea 17-24 (dari ISA 240) untuk memperoleh informasi yang akan digunakan untuk mengidentifikasi resiko salah saji kearena kecurangan. ISA 540.8 Auditing Atas Estimasi Akuntansi Ketika melaksanakan prosedur penilaian resiko dan kegiatan terkait untuk memperoleh pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, sesuai ketentuan ISA 315, auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai hal-hal berikut untuk memperoleh informasi yang akan digunakan untuk mengidentifikasi resiko salah saji karena estimasi akuntansi. a) Ketentuan mengenai estimasi akuntansi, termauk pengungkapannya, sesuai kerangka pelopran keuangan yang diterapkan. b) Bagaimana manajamen mengidentifikasi transaksi, peristiwa, dan keadaaan yang mungkin membutuhkan estimasi akuntansi yang akan dimasukkan atau diungkapkan dalam laporan keuangan. Auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang perubahan keadaan yang mungkin memerlukan estimasi akuntansi baru atau memerlukan revisi atau estimasi akuntansi yang ada. c) Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan pemahaman tentang data yang digunakan sebagai dasar, termasuk : i. 2015 Metode atau model yang digunakan untuk membuat estimasi akuntansi; Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 28 ii. Pengendalian yang relevan; iii. Apakah manajemen mengunakan tenaga ahli; iv. Asumsi yang mendasari estimasi akuntansi; v. Apakah ada perubahan atau seharusnya ada perubahan dari tahun lalu, dalam membuat estimasi akuntansi, dan jika demikian, mengapa; dan vi. Apakah manajemen menilai dampak ketidakpastian estimasi (estimation uncertainnty), dan jika demikian, bagaimana manajemen menilai dampak tersebut. ISA 550.11 Pihak-Pihak Yang Berelasi (Related Parties) Sebagai bagian prosedur penilaian resiko dan kegiatan terkait sesuai ketentuan ISA 315 dan ISA 240, auditor wajib melaksanakan prosedur audit dan kegiatan terkait seperti disebutkan dalam alinea 12-17 (dari ISA 550) untuk memperoleh informasi yang relevan guna mengidentifikasi risiko salah gaji yang material berkaitan dengan pihak-pihak yang berelasi (related-party relationships) dan transaksi di antara pihak-pihak tersebut. ISA 570.10 Going Concern Ketika melaksanakan prosedur penilaian resiko sesuai ketentuan ISA 315, auditor wajib mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang membuat kemampuan entitas untuk mempertahankan hidupnya (atau melanjutkan bisnisnya sebagai suatu going concern) diragukan. Prosedur penilaian resiko yang disebutkan dalam ISA yang disebutkan dalam ISA 315.6 yakni : a) Bertanya kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of management and others); b) pengamatan dan inspeksi (observation and inspection); dan c) prosedur analitikal (analytical procedures). Selayang Pandang Tujuan prosedur penilaian resiko adalah mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melalui pemahaman mengenai 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 29 entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai pengendalian intern dari entitas tersebut. Informasi dapat diperoleh dari sumber-sumber eksternal, seperti dari internet dan publikasi yang diterbitkan asosiasi/industri yang bersangkutan maupun dari sumber-sumber internal seperti karyawan. Pemahaman entitas merupakan upaya yang berkesimbangungan dan proses yang dinamis dalam mengumpulkan, memutakhirkan, serta mengalisis informasi selama audit berlangsung. Bukti Audit Prosedur penilaian resiko memberikan bukti audit untuk mendukung penilaian resiko pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi. Namun, bukti itu saja tidak cukup. Bukti dari prosedur penilaian resiko harus dilengkapi dengan prosedur audit lanjutan yang merupakan tanggapan atas resiko yang diidentifikasi, seperti pengujian pengendalian dan/atau prosedur substantif. Auditor menggunakan kearifan professionalnya untuk menentukan prosedur penilaian risiko yang harus dilaksanakannya, dan beberapa dalam ia perlu memahami entitas itu. Dalam audit tahun pertama, auditor menggunakan banyak waktu untuk memperoleh dan mendokumentasikan informasi ini. Jika informasi ini didokumentasikan dengan baik di tahun pertama, waktu untuk mengumpulkan informasi di tahun berikutnya seharusnya tidak sebanyak pada tahun pertama. Auditor perlu melaksanakan prosedur penilaian risiko yang cukup untuk mengidentifikasi risiko bisnis dan risiko kecurangan yang bisa berdampak pada salah saji yang material. Auditor menyelidiki dengan seksama keadaan yang menimbulkan keraguan tentang kemampuan entitas melanjutkan usahanya (going concern). Lingkup dan luasnya pemahaman terhadap entitas disajikan dalam alinea 11 dan 12 ISA 315. Pemahaman auditor tidak sedalam pemahaman manajemen, kecuali jika auditor itu pernah bekerja di entitas itu atau perusahaan sejenis. Ketiga Prosedur Penilaian Resiko Seperti disebutkan di awal bab ini, ketiga prosedur penilaian risiko ini terdiri atas : a) prosedur menyanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of managment and others); 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 30 b) pengamtan dan inspeksi (observation and inspection); c) prosedur analitikal (analytical procedures). Ketiga prosedur penilaian risiko ini dilakukan selama berlangsungnya audit. Dalam banyak situasi, hasil dari satu prosedur akan membawa pada prosedur lain. Contoh, dalam wawancara dengan manager penjualan, terungkap adanya kontrak penjualan yang tidak biasa. Wawancara ini (prosedur inquiry) diikuti dengan prosedur inspeksi atas kontrak penjualan dan dilanjutkan dengan analisis (analytical procedure) mengenai dampaknya terhadap margin penjualan. Atau, temuan dari pelaksanaan analytical procedures atas angka-angka dalam draf laporan laba rugi mungkin memicu pertanyaan bagi manajemen. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu dan membawa auditor ke prosedur inspeksi atas dokumen tertentu atau prosedur pengamatan atas kegiatan tertentu. Sifat dan penggunaan masing-masing prosedur dari ketiga prosedur penilaian risiko ini akan dibahas berikutnya. Menanyakan Kepada Manajemen dan Pihak Lain Kutipan dari ISA 240 tentang prosedur “Menanyakan kepada manajemen dan pihak lain”, termasuk menanyakan masalah kecurangan, disajikan di bawah. ISA 240.17 Auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang : a) penilaian oleh manajemen mengenai risiko salah salah saji yang material dalam laporan keuangan karena kecurangan, termasuk tentang sifat, luas dan berapa seringnya penilaian tersebut dilakukan. b) Proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam entitas itu, termasuk risiko kecurangan yang diidentifikasi oleh manajemen atau yang dilaporkan kepada manajemen, atau risiko kecurangan mungkin terjadi dalam jenis transaksi, salso, akun, atau pengungkapan. c) Komunikasi manajemen dengan TCWG mengenai proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam entitas itu; dan d) Komunikasi manajemen dengan karyawan, jika ada, tentang pandangan manajemen mengenai praktik-praktik bisnis dan perilaku etis. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 31 ISA 240.18 Auditor wajib menyanyakan kepada manajemen, dan pihak lain di dalam entitas (jika perlu), untuk menentukan apakah mereka mengetahui kecurangan yang terjadi, atau yang dituduhkan, yang mempunyai dampak pada entitas. ISA 240.20 Kecuali jika TCWG terlibat dalam mengelola entitas, auditor wajib memperoleh pemahaman tentang bagaimana TWGC melaksanakan pengawasan terhadap proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam entitas itu dan pengendalian intern yang dibangun manajemen untuk menanggulangi risiko tersebut. ISA 240.21 Kecuali jika TCWG terlibat dalam mengelola entitas, auditor wajib menanyakan kepada TCWG untuk menentukan apakah TCWG mengetahui tentang kecurangan yang terjadi, yang dicurigai, atau yang dituduhkan, yang berdampak pada entitas. Pertanyaan ini diajukan untuk memperkuat tanggapan atas pertanyaan serupa kepada manajemen. Prosedur bertanya digunakan auditor dalam hubungannya dengan prosedur penilaian risiko lainnya, untuk mengidentifikasi risiko salah saji yang material. Perhatian utama dalam pertanyaaan yang diajukan adalah pemahaman mengenai setiap aspek yang wajib diketahui (lihat alinea 11 dan 12 dari ISA 315). Kebanyakan informasi dalam prosedur inquiry diperoleh dari manajemen dan mereka yang bertanggung jawab atas pelaporan keuangan. Namun, bertanya kepada orang lain dalam entitas itu dan pegawai dengan jenjang otoritas yang berlainan dapat memberikan perspektif yang berbeda, dan juga informasi tambahan yang dapat berguna untuk mengidentifikasi risiko salah saji yang material yang mungkin terabaikan. Sebagai contoh, pembicaraan dengan manajer penjualan mengungkapkan adanya transaksi penjualan yang dilakukan pada saat-saat terakhir penutupan tahun buku dan dicatat tidak sesuai dengan kebijakan pengakuan pendapatan estitas tersebut. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 32 Wawancara untuk menanyakan hal-hal 1. TCWG Lingkungan dimana laporan keuangan dibuat. Pengawasan (oversight) terhadap proses manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan atau kesalahan dalam entitas, dan pengendalian intern yang dibangun manajemen untuk menagkai risiko ini. Informasi tentang kecurangan yang terjadi, yang dicuragai, atau yang dituduhkan, yang berdampak pada entitas. Pertimbangan menghadiri pertemuan TCWG dan bca risalah rapat pertemuan yang lalu. 2. Manajemen dan TCWG Penilaian risiko oleh manajemen bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material karena kecurangan, termasuk bertanya tentang sifat, luas, dan seringnya penilaian tersebut dilakukan. Komunikasi manajemen dengan karyawan, jika ada, tentang pandangan manajemen mengenai praktik-praktik bisnis dan perilaku etis. Budaya entitas (nilai-nilai dan etika). Gaya kepemimpinan manajemen, khususnya dalam operasi entitas. Skema insentif untuk manajemen. Potensi manajemen “potong kembali” (management override). Informasi tentang kecurangan (yang terjadi atau yang dicurigai). Bagaimana estimasi akuntansi dibuat. Proses pembuatan dan revisi laporan keuangan. Jika ada, komunikasi manajemen dengan TCWG 3. Pegawai Kunci Tren dalam bisnis dan peristiwa luar biasa (unusual events). Bagaimana transaksi yang rumit atau luar biasa: dimulai, diolah, atau dicatat. Praktik manajemen “potong kendali” (apakah pegawai pernah diminta oleh manajemen untuk mengabaikan atau melanggar pengendalian intern?) 2015 Apakah kebijakan akuntansi sudah tepat? Dilaksanakan? Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 33 4. Bagian Penjualan Tren dalam strategi penjualan dan pemasaran Insentif kinerja penjualan Perjanjian/kontrak dengan pelanggan Praktik manajemen “potong kendali” (apakah pegawai pernah diminta oleh manajemen untuk mengabaikan atau melanggar kebijakan akuntansi mengenai pengakuan pendapatan?) Butir Pertimbangan Dalam audit entitas kecil, jangan dibatasi pertanyaan kepada owner-manager dan akuntansi/pemegang buku. Tanya kepada pegawai lain (misalnya yang menangani penjualan, produksi, dan lain-lain), mengenai tren, peristiwa luar biasa, risiko bisnis yang besar, berfungsi/tidaknya pengendalian intern, dan contoh manajemen “potong kendali”. Prosedur Analitikal Prosedur analitikal sebagai prosedur penilaian risiko membantu mengidentifikasi hal-hal yang mempunyai implikasi laporan keuangan dan audit. Sebagai contoh, segala sesuatu yang bersifat luar biasa, seperti transaksi atau peristiwa luar biasa, angka-angka yang terlalu tinggi, rasio-rasio yang “melenceng” dan tren yang ganjil. Di samping sebagai prosedur penilaian risiko, prosedur analitikal juga dapat digunakan sebagai prosedur audit selanjutnya dalam : Memperoleh bukti mengenai asersi laporan keuangan. Ini adalah prosedur analitikal substantif yang dibahas dalam Bab 31 (Prosedur Audit Selanjutnya); dan Melakukan reviu menyeluruh atas laporan keuangan pada atau menjelang akhir audit. Kebanyakan prosedur analatikal tidak terlalu detail atau rumit. Prosedur analitikal pada umumnya menggunakan data agregatif. Ini berarti, hasil dari prosedur analitikal hanya memberi indikasi awal yang sangat luas/umum mengenai terjadinya salah saji yang material. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 34 Tentukan Hubungan Antardata Kembangkan ekspetasi mengenai hubungan yang sangat mungkin (plausible relationship) di antara berbagai informasi. Sedapat mungkin, gunakan informasi independen/eksternal. Informasi keuangan dan non-keuangan antara lain terdiri atas : Laporan keuangan dengan pembanding tahun-tahun yang lalu: Budget, prakiraan (forecast), dan ekstrapolasi (termasuk ekstrapolasi dengan data interim dan data tahunan); dan Informasi tentang industri dimana entitas beroperasi dan kondisi ekonomi pada saat ini. Bandingkan Bandingkan ekspetasi dengan jumlah yang dicatat atau rasio berdasarkan jumlah yang dicatat. Evaluasi Hasilnya Jika ditemukan hubungan luar biasa atau tak terduga (unusual or unexpected relationships), pertimbangkan potensi salah saji yang material. Hasil prosedur analitikal dibandingkan dengan informasi yang dikumpulkan untuk : Mengidentifikasi risiko salah saji yang material mengenai asersi yang terkandung dalam unsur-unsur laporan keuangan yang signifikan; dan Membantu merancang sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit selanjutnya. Entitas kecil mungkin tidak dapat menyediakan informasi keuangan yang mutakhir. Mereka mungkin tidak menyiapkan laporan keuangan bulanan. Dalam hal ini, beberapa informasi 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 35 mungkin diperoleh melalui prosedur inquiry, prosedur inquiries yang lebih detail harus menunggu sampai draf awal laporan keuangan sudah tersedia. Observasi (Pengamatan) dan Inspeksi Observasi atau pengamatan dan inspeksi (observation and inspection) mempuyai dua fungsi yaitu : mendukung prosedur inquiries (bertanya) kepada manajemendan pihak-pihak lain; dan menyediakan informasi tambahan mengenai entitas dan lingkungannya. Prosedur pengamatan dan inspeksi biasanya meliputi prosedur dan penerapan dari 1. Observasi Pertimbangan untuk mengamati : bagaimana entitas beroperasi dan dikelola; bangunan, pabrik, dan fasiltas lainnya yang digunakan atau dimiliki entitas; gaya kepemimpinan manajemen dalam bidang operasional dan sikapnya terhadap pengendalain intern; pelaksanaan berbagai prosedur pengendalian intern; dan kepatuhan terhadap kebijakan utama. 2. Inspeksi Pertimbangan untuk menginspeksi dokumen seperti: 2015 rencana bisnis, strategi, dan proposal bisnis; kajian industri dan laporan media mengenai entitas; kontrak dan komitmen besar; ketentuan perundangan dan korespondensi dengan regulator; kebijakan dan catatan akuntansi; Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 36 buku pedoman (manuals) pengendalian intern; laporan yang dibuat manajemen (seperti data kinerja dan laporan keuangan interim); dan laporan lain, seperti risalah rapat TCWG dan laporan konsultan, dan lain-lain. Rancangan dan Impelementasi Pengendalian Internal Prosedur penilaian risiko meliputi prosedur evaluasi atas rancangan atau desain dan implementasi pengendalian Internal. Sumber Lain Mengenai Risiko : 1. Prosedur Menerima/Melanjutkan Klien. Ini adalah prosedur yang dilakukan sebelum audit dimulai, yakni untuk memutuskan apakah KAP akan menerima atau meneruskan audit untuk entitas yang sudah manjadi klien tahun lalu. Ada informasi penting dari prosedur ini, yang relevan dalam menilai risiko. 2. Penugasan Masa Lalu Pengalaman dari penugasan audit atau penugasan lain di entitas tersebut pada masa yang lalu, bisa di manfaatkan untuk menilai risiko tahun ini. Contoh : hal-hal yang menjadi perhatiam dalam audit yang lalu; kelemahan dalam pengendalian intern; perubahan struktur organisasi, proses bisnis, dan pengendalian intern; dan salah saji di masa yang lalu dan apakah salah saji dikoreksi tepat waktu. 3. Informasi Eksternal 2015 Inquiries pada pengecara atau ahli penilaian yang digunakan entitas. Reviu atas laporan yang dibuat bank atau lembaga pemeringkat (rating agencies) Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 37 Informasi mengenai industri yang bersangkutan dan keadaan ekonomi (dari internet, terbitan asosiasi perusahaan sejenis, jurnal-jurnal ekonomi dan keuangan, dan lainlain. 4. Diskusi Tim Audit Diskusi tim audit (termasuk enggement partner-nya) mengenai kerawanan laporan keuangan entitas tersebut terhadap risiko-risiko tertentu. 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 38 Daftar Pustaka 1. Tuanakotta Theodorus M, Audit Kontemporer, 2015. 2. Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, Auditing and Assurance Service, 15 th Edition, 2013. 3. Institut Akuntan Publik Indonesia, Standar Profesional Akuntan Publik, 2015 . 4. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, 2015 5. Undang-undang no 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik, 2015 Auditing Lanjutan Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 39