Uploaded by User92910

PENGANTAR MANAJEMEN HOSPITALITY - (Digital Version)

advertisement
Pengantar Manajemen Hospitality
Penulis
Hary Hermawan
Erlangga Brahmanto
Faizal Hamzah
Judul Buku
Pengantar Manajemen
Hospitality
(Digital Version)
Penulis
Hary Hermawan
Erlangga Brahmanto
Faizal Hamzah
Editor : Hani Asmarani
Desai sampul : Silviana Asri Wulandari
Versi lengkap diterbitkan oleh :
PT. Nasya Expanding Manajemen
(Penerbit NEM)
Tahun
2018
Saran Pengutipan
Didalam body text :
(Hermawan, Brahmanto, & Hamzah, 2018)
Penulisan daftar pustaka :
Hermawan, H., Brahmanto, E., & Hamzah, F. (2018).
Pengantar Manajemen Hospitality. Jawa Tengah: PT
Nasya Expanding Management.
KATA PENGANTAR
Pariwisata belum lama diresmikan menjadi ilmu mandiri. Oleh
karena itu buku-buku yang membahas mengenai ilmi pariwisata
yang tersedia saat ini masih sangat terbatas, sehingga mahasiswa
yang ingin mendalami ilmu pariwisata masih banyak bergantung
pada karya-karya ilmuan luar negeri.
Kontradisksi bahwa karakteristik pariwisata sebagai ilmu sosial
tidak dapat berlaku universal membuat beberapa teori-teori
kepariwisata yang diciptakan cendikiawan asing terkadang tidak
dapat diaplikasikan secara kafah di Indonesia.
Buku ini merupakan karya kedua penulis yang diperuntukan bagi
mahasiswa maupun kalangan umum yang ingin mendalami ilmu
hospitality dan kepariwisataan. Tentunya buku ini masih jauh dari
sempurna oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan buku ini sangat diharapkan, dapat disampaikan melalui
alamat [email protected].
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang
membantu terselesainya buku ini. Tak lupa ucapan teimakasih
juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam bentuk dukungan moril.
Bandung, 23 Februari 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................
i
DAFTAR ISI ...........................................................................
ii
PENDAHULUAN ...................................................................
1
PENGERTIAN HOSPITALITY .............................................
8
RUANG LINGKUP USAHA HOSPITALITY.......................
16
KARAKTERISTIK USAHA HOSPITALITY
.................
18
USAHA AKOMODASI/ LODGING ESTABLISHMENT ......
40
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Hotel dan Klasifikasinya ............................................
Cottage .......................................................................
Motels .........................................................................
Guest House ...............................................................
Youth Hostel dan dormitory .......................................
Homestay....................................................................
Inns .............................................................................
Marine Inn-Floating-Cruise ship (kapal pesiar) .........
Apartement .................................................................
41
56
57
57
57
58
59
60
60
PERENCANAAN DAN TATA RUANG HOTEL.................
62
1. Perijinan .....................................................................
2. Perencanaan dan Alokasi Tata Ruang ........................
3. Perencanaan Saving Energy dalam Operasional
Hotel ...........................................................................
4. Manajemen Green Hotel ............................................
5. Progam Sanitasi dan Safety Hotel ..............................
62
64
USAHA FOOD AND BEVERAGE / RESTORAN ...............
81
ii
74
76
79
1.
2.
3.
4.
5.
Pengertian Usaha Pelayanan Makanan.......................
Beberapa Alasan Orang Makan di Restoran ..............
Alasan Orang Melakukan Usaha Restoran .................
Jenis Jenis Usaha Restoran .........................................
Jenis Pelayanan dan Menu di Restoran ......................
81
82
87
88
93
PERENCANAAN RESTORAN .............................................
94
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pilih Lokasi yang Strategis .........................................
Identitas dan Citra Usaha Restoran ............................
Penanganan Arus Barang ...........................................
Sistem Kontrol yang Tepat .........................................
Sumber Daya Manusia yang Kometen .......................
Menghidupkan Admospere Restoran dengan
Pelayanan yang Ramah ..............................................
7. Perencanaan Tata Ruang yang Tepat .........................
94
95
96
97
97
98
99
MANAJEMEN HOSPITALITY .............................................
104
MANAJEMEN PEMASARAN HOSPITALITY ...................
107
1. Kondisi Pemasaran Bisnis Hospitality Saat Ini ..........
2. Strategi dan Alat Pemasaran.......................................
3. Menciptakan
Kepuasan
Pelanggan
dengan
Pelayanan Prima .........................................................
109
114
MANAJEMEN
SUMBER
DAYA
MANUSIA
HOSPITALITY .......................................................................
1.
2.
3.
4.
119
129
Administrasi Manajemen ...........................................
Peran Human Relation Departement ..........................
Persiapan Operasional ................................................
Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Bisnis
Hospitality ..................................................................
5. Departemen-departemen dalam Bisnis Akomodasi ...
6. Penilaian Kompetensi Pegawai Hotel ........................
129
130
131
PENGELOLAAN KEUANGAN HOSPITALITY .................
144
iii
132
135
142
1. Fungsi Keuangan Hospitality .....................................
2. Pendekatan Pencapaian Laba dalam Bisnis
Hospitality ..................................................................
3. Kebijakan Keuangan ..................................................
4.
5. Mengenal Risiko Usaha .............................................
6. Pemilihan Investasi dengan Pendekatan MeanStandar Deviasi ..........................................................
7. Manajemen Modal Kerja ............................................
8. Manajemen Piutang ...................................................
9. Manajemen Persediaan ..............................................
10. Nilai Waktu dari Uang ...............................................
11. Konsep Penilaian Investasi.........................................
12. Investasi dan Penggantian Aset ..................................
13. Peramalan Perkembangan Usaha ...............................
14. Mengenal Seksi-seksi dan Tugas Departemen
Acounting Hotel .........................................................
15. Istilah-istilah dalam Laporan Keuangan Hotel ...........
146
STUDI KELAYAKAN BISNIS HOSPITALITY...................
191
1. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis ..................................
2. Tahapan-tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis .......
192
194
DAFTAR PUSTAKA..............................................................
201
PROFIL PENULIS ..................................................................
205
iv
149
151
151
152
155
162
165
169
171
179
181
184
190
PENDAHULUAN
Negara kita Indonesia memiliki daya tarik wisata yang
sangat memikat hati bagi siapapun yang pernah berkunjung.
Potensi kekayaan alam dan keberagaman seni dan budaya
terbentang luas dari sabang sampai merauke seharusnya mampu
menghasilkan diversifiakasi produk wisata unggulan yang sangat
kaya jika dikembangkan dengan benar.
Visi pemerintahan dengan jelas menargetkan kunjungan
wisatatawan sebanyak 20 juta wisatwan mancanegara dan 275
juta wisatawan nusantara sampai tahun 2019 (Sulistyanto, 2016).
Nampaknya implementasi target tersebut sudah mulai terlihat
dengan adanya perencanaan pegembangan sepuluh destinasi
wisata utama di berbagai daerah yang diharapkan akan menjadi
“Bali-Bali barunya Indonesia.” Indikator kedua sarana akomodasi
(hotel) pembangunanya telah dilakukan secara masif di kota-kota
tujuan utama pariwisata di Indonesia misalnya Bali, Jakarta,
Yogyakarta, dan daerah lainya.
Memang
benar
jika
peluang
pasar
pariwisata
internasional masih terbuka luas melihat trend pertumbuhan
wisatawan global yang begitu positif, namun disisi lain tuntutan
persaingan juga akan semakin sengit. Terlepas dari itu semua,
kondisi persaingan pariwisata dunia saat ini telah berubah lebih
1
cepat. Untuk menang di persaingan pariwisata global tidak cukup
hanya bermodal potensi kekayaan alam dan budaya, maupun
akomodasi kelas atas yang dimiliki dimiliki oleh suatu Negara.
Harus jujur kita akui, kenyataan saat ini negara kita masih jauh
tertinggal dengan Negara tetangga Singapura yang kecil, padahal
notabenya kekayaan alam dan keanekaragaman seni-budaya kita
jauh lebih banyak.
Penulis berpendapat bahwa yang menjadi permasalahan
kelemahan daya saing pariwisata kita saat ini salah satunya ada
pada mentalitas para pelaku usaha pariwisata dalam mengelola
bisnisnya.
Terutama
mengenai
bagaimana
pelaku
usaha
pariwisata memberikan pelayanan yang baik dan benar kepada
wisatawanya. Mayoritas pelaku usaha masih memandang
wisatawan sebagai ladang uang sehingga banyak pelaku usaha
yang
semena-mena
dalam
memberikan
pelayanan
demi
keuntungan yang besar. Contoh kasus yang umum terjadi
misalnya
pemaksaaan
wisatawan
untuk
membeli
barang
dagangan, menjual jasa wisata dengan harga yang sangat tidak
wajar, tidak jujur, dan lain sebagainya,“Aji mumpung” (dalam
istilah Bahasa Jawa).
Ulah oknum pelaku usaha wisata diatas membuat banyak
wisatawan kecewa, dan pada akhirnya wisatawan enggan untuk
berkunjung ulang. Dalam era digital seperti saat ini, akibat lebih
buruk dari wisatawan yang kecewa, mereka akan menyebar berita
2
negatif tentang kekecewaanya melalui social media (internet).
Sehingga dengan sekejab rekomendasi negatif tersebut mampu
mempengaruhi banyak calon-calon wisatwan yang lain untuk
tidak berkunjung. Dampak dari segala akumulasi permasalahan
diatas adalah matinya industri wisata tersebut atau discontinue
(bangkrut) karena tidak ada lagi wisatawan yang berminat untuk
mengunjunginya. Tentu pembaca sebagai calon atau pengusaha di
bidang pariwisata tidak ingin hal ini terjadi.
Pendekatan pengelolaan bisnis pariwisata yang sebaiknya
diterapkan untuk saat ini adalah pendekatan dimana pengelolaan
pariwisata dan pelayanan yang berprinsip pada nilai-nilai human
spirits, yaitu memenuhi kebutuhan wisatawan untuk dihargai
sebagai jiwa manusia seutuhnya (Kertajaya, 2013). Dihargai
sebagai jiwa manusia seutuhnya berarti wisatawan diperlakukan
sebagai subjek bisnis, bukan objek penghasil uang. Wisatawan
hendaknya
dianggap
sebagai
patner
untuk
bersama-sama
membangun industri pariwisata yang baik dan adil.
Mengacu pada arah kebijakan dan strategi pembangunan
pariwisata No. 03 point IV dalam Sulistyanto (2016)“Mendorong
terbangunnya sikap/ mental penduduk lokal yang ramah terhadap
wisatawan,” penulis merasa bahwa pelayanan jasa pariwisata
berbasis keramah-tamahan (hospitality) merupakan solusi dalam
memenangkan persaingan bisnis abad ini. Menyesuaikan trend
ekonomi global saat ini dimana sektor usaha jasa mendominasi
3
ekonomi global, sebagai penyumbang Gross Domestik Bruto
(GDP) global terbesar.
Kontribusi industri jasa terhadap GDP Global tahun 2008, sumber
: Lovelock (2011)
Statsistik diatas menunjukan industri jasa termasuk pariwisata
menyubang sebesar 64% GDP Global, diikuti industri manufaktur
32%, kemudian sisanya sebanyak 4% disumbang industri
pertanian/ agriculture.
Tradisi budaya Jawa sejak zaman dahulu sudah mengenal
konsep “ngewongke uwong” yang memiliki arti “memanusiakan
manusia.” Suatu konsep yang sebenarnya sangat sesuai diadopsi
dalam industri jasa pariwisata. Namun dalam bisnis, baru pada
4
saat-saat ini saja mulai dikenalkan konsep pemasaran yang
berbasis human spirits (jiwa manusia) atau marketing 3.0.
Hospitality bukan hanya soal keramah-tamahan seperti
dalam arti sempit bahasa (hospitable). Namun hospitality yang
merupakan pengetahuan dan seni yang kompleks dalam menjual
jasa, yaitu jasa dengan pelayanan yang penuh rasa hormat dan
penuh rasa kemanusiaan sesuai kebutuhan jiwa manusia yang
ingin dihormati dan dihargai sebagai manusia seutuhnya yang
memiliki akal dan budi. Bisnis hospitality bukan hanya tentang
menjual kamar-kamar hotel kelas elit, ataupun menjual makananmakanan enak untuk sekedar memenuhi kebutuhan perut. Akan
tetapi bisnis hospitality adalah bisnis yang membutuhkan jiwa
atau ruh dalam sendi-sendi operasionalnya. Hospitality adalah
mengenai bagaimana menciptakan produk mati menjadi hidup,
sehingga langsung dapat menyentuh perasaan pelanggan sebagai
manusia yang juga memiliki jiwa (ruh).
Dalam hospitality, melayani sepenuh hati merupakan
kunci dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, termasuk
membantu aktualisasi diri mereka memenuhi jiwa manusia sejati.
Pelayanan sepenuh hati tersebut harus mampu diaplikasikan
pelaku usaha selaku penyedia jasa yang baik. Dengan kondisi
demikian diharapkan pelanggan atau wisatawan akan merasa
puas, semakin mencintai produk yang kita tawarkan, bahkan
5
kalau bisa loyal, atau membuat rekomendasi produk kita kepada
rekan-rekanya.
Selain dimaknai sebagai konsep kata kerja, yaitu “ramah
tamah.” Hospitality lebih umum juga sering dikenal sebagai
sebuah nama atau bentuk usaha jasa pariwisata yang spesifik
(sebagai kata benda). Pandangan umum mengatakan bahwa usaha
hospitality adalah usaha pariwisata, meliputi bentuk usaha
akomodasi (accomodation), usaha makanan dan minuman (food
and beverage), resort, usaha atraksi dan rekreasi (atraction and
recreation), usaha taman wisata (theme park), cinema, permainan
dan judi (game/ casino) dan lain masih banyak lagi. Selain yang
disebutkan diatas dapat kita sepakati bahwa setiap bentuk usaha
jasa memiliki kewajiban untuk menerapkan hospitality dalam
setiap pelayananya, maka setiap usaha jasa yang menuntut adanya
kontak langsung antar manusia dapat kita sebut sebagai usaha
hospitality.
Buku yang saya susun ini dimaksudkan sebagai buku
pendukung kuliah manajemen hospitality. Buku ini mengajak
pembaca
untuk
mengenal
bagaimana
karakteristik
bisnis
hospitality, ruang lingkup usaha hospitality, perencanaan usaha
hospitality, manajemen dan operasionalnya, serta kunci-kunci
sukses dalam operasional usaha yang akan dijelaskan penulis
secara detail berdasarkan beberapa teori yang ada ditambah
contoh-contoh untuk membantu pemahaman.
6
Konsep serta teori-teori dalam buku ini sebenarnya dapat
diaplikasikan pembaca untuk model usaha jasa lain dan itu tidak
masalah, karena hampir segala jenis usaha pada saat ini
merupakan bisnis yang hospitality oriented.
7
PENGERTIAN HOSPITALITY
Dari beberapa litaratur keilmuan maupun asal kosa
katanya, diperoleh difinisi hospitality dalam berbagai pemahaman
yang memiliki sedikit perbedaan. Diantara berbagai pengertian
yang ada adalah sebagai berikut :
1. Secara etimologi, kata hospitality berasal dari bahasa
Proto-Italic (yang merupakan cikal bakal bahasa latin)
“hospes”. Kata “hospes” tersebut merupakan gabungan
kata “hostis” yang berarti orang asing, dan “postis” yang
berarti tuan rumah.
2. Hospitality berasal dari bahasa Latin “hospitum” (atau
kata sifatnya hospitalis), yang berasal dari hospes, yang
artinya “tamu” atau “tuan rumah”. Konsep ini juga
dipengaruhi oleh kata Yunani “xenos”, yang menunjuk
kepada orang asing yang menerima sambutan atau yang
melakukan
penyambutan
terhadap
orang
lain
(Hershberger, 1999). Hospitality dalam pengertian nomor
1 dan 2 diatas dimaknai dalam dimensi subjek/ pelaku .
3. Hospitality berasal dari kata “hospes” yang berarti tamu.
Hospitalitas berarti sikap sebagai tuan rumah yang baik.
Sering diartikan sebagai keramah-tamahan orang yang
suka menjamu, akrab dan dapat menciptakan suasana
8
santai (Nouwen, 1998). Hospitality dalam pengertian ini
dimaknai sebagai bentuk kata kerja.
4. Sedangkan dalam bahasa Inggris hospilality didifinisikan
sebagai kata friendly yang artinya “ramah” yang murah
hati atau dermawan dan memberikan hiburan kepada
tamu atau orang baru. Kadang-kadang sering digunakan
untuk memberikan perlakuan istimewa terhadap tamu
yang tinggal dan menggunakan fasilitas. Adapun industry
hospitality dapat diartikan sebagai bentuk perusahaan
yang terlibat dalam penyediaan jasa untuk tamu
(Concierge Oxford Dictionary).
5. Hospitality dalam Kamus Inggris-Indonesia, memiliki
makna keramah-tamahan, kesukaan/kesediaan menerima
tamu (Echols, 1976).
6. Hospitality merupakan interaksi antara tuan rumah
dengan tamu pada saat yang bersamaan mengkonsumsi
makanan dan minuman serta akomodasi (Webster, 2000).
7. Hospitality adalah sikap keramah-tamahan dalam artian
merujuk pada hubungan antara guest/tamu dan host/tuan
rumah/penyedia
jasa
dan
juga
merujuk
pada
aktivitas/kegiatan keramahtamahan yaitu : penerimaan
tamu, dan pelayanan untuk para tamudengan kebebasan
dan kenyamanan (Yudik B).
9
8. Menurut Mill (1990) :“The hospitality of an area is the
general feeling of welcome that tourists receive while
visiting the area. People do not want to go where they do
not feel welcome.” Jika diartikan secara bebas adalah
tempat dimana wisatawan dapat merasa diterima ketika
mengunjungi tempat itu. Orang-orang tidak akan datang
jika mereka merasa tidak diterima.
9. Hospitality memiliki arti keramah-tamahan, kesopanan,
keakraban dan juga rasa saling menghormati. Jika
dikaitkan dengan industry pariwisata, dapat diibaratkan
bahwa hospitality merupakan roh, jiwa, semangat dari
pariwisata. Tanpa adanya hospitality dalam pariwisata,
maka seluruh produk yang ditawarkan dalam pariwisata
itu sendiri seperti benda mati yang tidak memiliki nilai
untuk dijual (Pendit dalam Ambarwati, 2017)
10. Merangkum beberapa pengertian diatas maka pelayanan
hospitality
dapat
didefinisikan
kembali
sebagai
pengetahuan, sikap/ etika dan keterampilan dalam
pelayanan, yang wajib diberikan oleh pelaku usahajasa
(selakutuan rumah) kepada penerima jasa/ konsumen
(sebagai tamu) yang mencerminkan pelayanan yang
penuh
kehangatan
dan
keramahtamahan
sehingga
pelanggan merasa nyaman dan puas, merasa dihargai
sebagai jiwa manusia seutuhnya.
10
Selain ditinjau dari dimensi perbuatan, hospitality juga dapat
dimaknai sebagai objek/benda. Sehingga hospitality juga dapat
berarti berbagai bentuk usaha jasaakomodasi, usaha jasa restoran
food and beverage, atraksi wisata dan rekreasi, healty and spa
serta bentuk-bentuk usaha jasa lain yang mengadopsi keramahtamahan dalam pelayanan didalamnya, serta yang paling penting
didalamnya masih terdapat kontak yang dominan dari manusia ke
manusia (people to people), oleh pelaku usaha kepada pelanggan.
Usaha jasa hospitality pada dasarnya tidak memiliki perbedaan
yang terlalu jauh dibandingkan bidang pelayanan jasa lain. Jika
harus dibedakan, maka perbedaan usaha hospitality dengan
bidang usaha jasa lain adalah dalam 2 hal berikut :
1. Hospitality menuntut adanya kontak langsungmanusia
kepada manusia yang sangat dominan atau lebih dikenal
sebagai“host” (tuan rumah/ penyedia jasa/ produsen jasa)
dan “guest” (tamu/ penerima jasa/ konsumen).
Dalam dunia bisnis modern dikenal dengan instilah
hubungan/ koneksi M2M (Machine to machine), B2B
(business to Busines), P2P (people to people). Bentuk
hubungan yang terakir disebutkan yaitu kontak people to
people. Koneksi (P2P) ini sangat penting dalam bentukbisnis
yang hospitality oriented.
Dalam konsep hospitality, peran manusia masih sangat
dibutuhkan. Sebagai contoh, petugas front office di hotel
11
hendaknya tetap harus seorang manusia. Di Negara Jepang
ada peran robot yang mengambil alih tugas pelayanan front
office. Memang robot sedikit membantu, namun robot tidak
mungkin dapat memahami kompleksitas perasaan konsumen
(manusia yang memiliki hati dan rasa), karena robot hanya
berkerja berdasarkan logika program sehingga robot tidak
memiliki rasa empaty.
Rasa empaty merupakan salah satu syarat dalam pemenuhan
5 dimensi pelayanan. Karena robot tidak memiliki hati untuk
ber-empaty, untuk memahami jiwa manusia, maka konsep
pelayanan dengan robot sedikit bertolak belakang dengan
konsep hospitality yang berprinsip “pelayanan dari hati ke
hati”.
2. Adanya keramah-tamahan dan kehangatan pelayanan dalam
setiap operasionalnya.
Dalam era kompetisi usaha yang semakin ketat seperti saat
ini, menuntut pengusaha sebagai penjual produk jasa untuk
memiliki nilai tambah dalam setiap usaha jasanya. Bukan
hanya dalam hal kecepatan dan ketepatan dalam pelayanan
yang penting, namun keramah-tamahan dalam pelayanan
saat ini juga menjadi tuntutan yang wajib diberikan oleh
pelaku usaha jasa. Hospitality wajib dipraktekan dari top
manajer, middle manajer sampai staf bawah tanpa terkecuali.
Sebagai gambaran adalah tabel berikut.
12
Proporsi kompetensi hospitality yang harus dimiliki dalam
setiap level manajemen adalah sama.
Dari gambaran diatas terlihat bahwa kebutuhan kompetensi
pegawai adalah berbeda untuk menempati setiap level
manajemen di perusahaan, untuk level top manajer lebih
dibutuhkan orang yang memiliki kemampuan manajerial
yang baik, untuk level
middle
manajer/ supervisor
kemampuan manajerial dan operasional yang hendaknya
seimbang, sedangkan pada level staf operasional maka
kemampuan operasional hendaknya dikuasai lebih dominan
daripada kemampuan manajerial.
Akan tetapi dalam bisnis hospitality berbeda, hospitality
yang wajib dikuasai dengan sempurna oleh semua level
menajemen secara sama dan tanpa terkecuali (lihat warna
biru).
13
Contoh kasus, cobalah anda perhatikan sikap seorang
petugas keamanan di suatu bank swasta. Jika dahulu petugas
kemanan diidentikan sebagai seseorang yang kaku dan galak,
namun pada saat ini petugas keamanan juga dituntut untuk
mampu
bersikap
ramah-tamah
selain
pertimbangan
kompetensinya yang tinggi dalam hal pengamanan.Kasus
inijuga mampu mengindikasikan bahwa pada era persaingan
yang ketat seperti saat ini, semua bentuk bisnis pelayanan
akan menjadi bisnis yang hospitality oriented.
Untuk lebih memahami tentang bagaimana bentuk usaha
hospitality, maka dapat digunakan tabel pembanding berikut
:
Usaha Jasa
Usaha Hospitality
Orientasi
Orientasi ke barang
100%
75%
50%
pelayanan
dan
kontak manusia
25%
0
25%
50%
75%
100%
Toko swalayan
Bengkel mobil
Restoran (Food and Beverage)
Hotel dan resort
Taman
wisata
14
rekreasi,
dan
destinasi
Dari tabel diatas menggambarkan makna bahwa semakin
ke kanan dari titik nol (0), mencerminkan bahwa usaha tersebut
semakin hospitality oriented (dimodifikasi dari Sulastiyono,
2011).
Dalam
usaha
hospitality
diketahui
bahwa
unsur
pelayanan dan kontak manusia lebih dominan dalam menentukan
kepuasan, namun bukan berarti untuk toko swalayan yang berada
pada sisi kiri diasumsikan bahwa pelayanan menjadi tidak
penting. Walaupun menjual barang, kenyatanya pada saat ini
hospitality di toko-toko juga sangat penting dalam menentukan
kepuasan pelanggan. Pelayanan staf toko yang tidak ramah akan
menyebabkan pembeli enggan untuk berkunjung kembali di toko
swalayan tersebut. Maka dari itu, toko swalayan saat ini juga
dapat disimpulkan sebagai bentuk usaha yang hospitality
oriented.
15
RUANG LINGKUP USAHA HOSPITALITY
Ruang lingkup dalam usaha hospitality sangatlah luas,
dan juga kadang-kadang sedikit rancu untuk membuat dikotomi,
yang mana jenis usaha hospitality, dan yang mana bentuk usaha
yang bukan termasuk usaha hospitality. Pada kenyataan saat ini
hampir setiap bisnis/ usaha jasa adalah usaha yang hospitality
oriented. Atau lebih mudah kita pahami bahwa seluruh bentuk
usaha pada saat ini adalah usaha hospitality, dengan syarat-syarat
mendekati 7 karakteristik usaha hospitality seperti yang akan
dijelaskan dalam bab selanjutnya.
Contoh sebelumnya dalam pelayanan bank swasta, jika
dahulu bank hanya sekedar pelayanan keuangan dengan staf kaku,
cenderung judes-judes, sekarang imege bank berubah menjadi
bentuk pelayanan yang ramah/ hospilaty oriented. Istruksi
organisasi untuk memberi pelayanan yang ramah-tamahan kepada
pelanggan juga sudah wajib diterapkan oleh seluruh lini jabatan
karyawan, dari lini manajemen terbawah, misalnya satpam
sampai general manajernya.
Namun untuk lebih memudahkan dalam memperlajari
hospitality serta pemberian contoh-contoh relevan dengan
pariwisata, dalam modul ini hanya akan difokuskan pada bentuk
usaha akomodasi dan restoran (makanan dan minuman),
16
sedangkan bentuk usaha hospitality lain,
seperti usaha usaha
atraksi wisata dan rekreasi, healthy and spa, casino, dan
seterusnya akan penulis sampaikan pada kesempatan yang
berbeda.
Sebagai bahan literature tambahan dan diskusi untuk
menambah wawasan mengenai hospitality dan pariwisata secara
lebih up to date, penulis mengajak pembaca untuk mengikuti blog
pribadi penulis di : www.indonesiacultureandtourism.com
17
KARAKTERISTIK USAHA HOSPITALITY
Seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya,
usaha hospitality juga termasuk bentuk usaha jasa yang hampir
sama karakteristiknya dengan bentuk usaha jasa lain. Untuk itu,
dalam merumuskan karakteristik usaha hospitality, harus digali
konsepnya dari usaha jasa secara umum terlebih dahulu baru
kemudian dipahami karakteristiknya secara lebih spesifik.
Dalam dunia pemasaran, beberapa ahli mendefinisikan
jasa dalam berbagai pengertian atau definisi. Akan tetapi,
pengertian-pengertian tersebut tidak jauh berbeda satu sama lain
jika ditinjau secara makna. Yoeti (2004) mendefinisikan jasa
(service) sebagai suatu produk yang tidak nyata (intangible)
dari hasil kegiatan timbal balik antara pemberi jasa (producer)
dan penerima jasa (consumer) melalui suatu atau beberapa
aktifitas untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Zeithaml dan Bitner (1996) memberi batasan tentang
pelayanan/ service sebagai berikut : “service is include all
economic activities whose output is not a physical product or
contraction is generally consumed at that time it is produced and
provides added value in forms (such as convenience, amusement,
confort or health”. Jika diartikan secara bebas, pelayanan
memiliki makna sebagai bentuk aktifitas ekonomi yang hasilnya
18
bukan merupakan produk dalam bentuk fisik, atau berupa
kontruksi/ barang, yang biasa dikonsumsi pada saat yang
bersamaan dengan waktu produksi sambil memberikan nilai
tambah misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau
kesehatan.
Selain kedua pengertian diatas, Philip Kotler (dalam
Yoeti, 2004) memberi batasan tentang pelayanan/ service sebagai
suatu aktivitas yang memberikan manfaat, yang ditawarkan
oleh satu pihak kepada pihak lain dalam bentuk tidak nyata
(intangible) dan tidak menimbulkan perpindahan kepemilikan.
Usaha hospitality sebagai usaha jasa (pelayanan)
memiliki karakter yang lebih spesifik dalam operasionalnya.
Menurut beberapa ahli setidaknya hospitality memiliki 7
karakteristik khusus yang sedikit berbeda jika dibandingkan
bentuk usaha jasa lain, antara lain :
1. Intangibility
Intangibility
merupakan
segala
hal
yang
dapat
memberikan rasa kehangatan kepada tamu sebagai manusia,
serta kesediaan untuk menyenangkan hati orang lain
(Sulastiyono, 2008).
Intangibility can consist of both mental and physical
dimensions. Mental intangibility cannot be easily visualized
and understood, while physical intangibility cannot be
touched or experienced by the other senses (Lovelock,
19
2011). Intangibility dapat terdiri dari kedua dimensi mental
dan fisik. intangibility mental adalah segala sesuatu yang
tidak dapat dengan mudah diimajinasikan/ divisualisasikan
dan dipahami, sedangkan intangibility fisik berupa sesuatu
yang tidak dapat disentuh atau dialami oleh indera lainnya.
Penulis menajamkan arti intangibility sebagai variabel
produk yang tidak nyata atau sesuatu yang susah
diterjemahkan menggunakan panca indera (pengecap, indera
melihat, pendengar, dan indera peraba), akan tetapi masih
dapat dirasakan dan dialami oleh jiwa manusia melalui akal
dan perasaan, yang menentukan kepuasan. Walaupun
kenyataanya setiap rangsangan/ stimulan selalu melewati
indera manusia namun dipahami berbeda-beda oleh masingmasing individu sehingga sulit mendapatkan diskripsi
bentuk yang universal.
Karakteristik yang sangat dominan dalam industri jasa
khususnya hospitality dan pariwisata adalah unsur intangible
dalam operasionalnya. Usur inilah yang sering disebut
sebagai inti atau jiwa dari produk jasa hospitality itu sendiri.
Diagram
gambaran
berikut
perbedaan
diharapkan
antara
mampu
industri
jasa
memberikan
khususnya
hopitality dan pariwisata dengan industri barang dalam hal
komposisi unsur intangible (produk tidak nyatanya).
Semakin ke arah kanan, berarti semakin tinggi proporsi
20
intangible dalam operasional bisnis, misalnya bisnis hotel,
konsultan, pendidikan dan lain sebagainya. Sedangkan
semakin ke arah kiri menunjukan bahwa usaha tersebut
merupakan usaha yang proporsi produk nyatanya (tangible)
lebih dominan dalam operasional misalnya usaha garam,
sofdrink, detergen, kosmetik dan sebagainya.
Gambar diadopsi dari (Zeithaml & Bitner, 1996)
Produk intangible yang dihasilkan dalam operassional
bisnis jasa hendaknya mampu memenuhi keinginankeinginan
atau
ide-ide
pelanggan,
serta
bagaimana
merealisasikan ide-ide tersebut menjadi sebuah bentuk
produk berupa pengalaman
yang dapat
rangsangan kepuasan kepada pelanggan.
21
memberikan
Dalam bisnis hospitality dan pariwisata, produk tidak
nyata (intangible) sangat berkaitan dengan tatakrama atau
sopan santun staf dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan (courtesy). Sebuah hotel dengan fasilitas gedung
yang bagus akan tetap dinilai buruk oleh tamu jika staf
operasinalnya tidak memiliki tata krama atau bahasa tubuh
yang baik pada waktu melayani tamu.
Intangible juga dapat berupa kesan lingkungan usaha
yang tercipta (atmosfer bisnis) yang secara keseluruhan yang
ditangkap oleh tamu. Oleh karena itu, wajib bagi perusahaan
menciptakan suasana yang aman, nyaman, menentramkan
serta mengundang mood positif.
Contoh, kadang kita juga berkunjung ke kafe karena
tertarik terhadap kenyamanan lingkunganya melalui tata
lampunya yang redup/ romantis dengan didukung suarasuara
alam sekitar
yang
natural
sehingga mampu
menentramkan jiwa. Hal itu membuat kita betah duduk
berjam-jam walaupun hanya untuk mengengguk secangkir
kopi. Sebaliknya, seenak apapun makanan dan minuman
yang dihidangkan di sebuah restoran, jika suasananya
kurang nyaman bagi kita, mungkin membuat kita tidak
nyaman, bahkan bisa jadi segera bergegas untuk pergi
setelah makan.
22
Kadang atmosfer bisnis dirasakan oleh pelanggan sering
dinyatakan dengan perasaan ”sreg” atau “cocok”. Namun,
cocok yang bagaimana mereka juga susah mediskripsikanya.
Dalam operasional bisnis, karakteristik produk jasa yang
“tidak nyata” berdampak pada susahnya produk ini untuk di
hitung, sulit untuk di patenkan, distandarisasi, dituliskan,
dikomunikasikan melalui iklan, bahkan sangat sulit juga
dalam penetapan harga jual (Zeithaml & Bitner, 1996).
Kesulitan karakteristik “intangible” untuk dipahami, baik
oleh pelanggan maupun pengelola sendiri, membuat
rekayasa
produk
hospitality
yang
ditujukan
demi
memuaskan pelanggan juga bukan perkara mudah. Ada
sedikit tips mengolah unsur intangible dalam hospitality
dengan menciptakan atmosfer yang nyaman melalui
pengolahan
“panca harja” atau kelima indera manusia.
Asumsi dasarnya adalah “Segala macam kegiatan yang
dilakukan pengelola pasti akan selalu dirasakan tamu
melalui salah satu atau bahkan kelima indera manusia.”
Pengolahan panca harja akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Indera penglihatan : upaya treatment dapat dilakukan
dengan cara menciptakan lanskape atau panorama
lingkungan yang indah, asri dan menawan. Contohnya,
pengelolaan taman di hotel dengan penataan yang baik
akan menimbulkan kesan indah, rindang, dan nyaman di
23
pandang. Taman yang tertata baik juga berfungsi
menciptakan kesan pertama (first impresion) yang baik,
mampu menarik calon tamu diluar untuk mencoba
berkunjung
ke
hotel.
Taman
juga
menambah
kenyamanan tamu yang ada dihotel, dengan beraktifitas
di area taman ini membuat tamu merasa damai dan
mungkin berpengaruh terhadap lama tinggal (lenght of
stay).
Contoh kedua, penataan dekorasi atau pencahayaan yang
tepat juga penting untuk menciptakan atmosfer usaha
yang menyenangkan bagi tamu, pencahayaan yang redup
akan menimbulkan sisi romantis, pencahayaan yang
terang dengan lampu warna warni mampu memberi
kesan glamour. Tentu ini semua dilakukan dengan
memperhatikan siapa tamu atau segmen pasar kita.
b. Indera pendengaran : upaya atau treatment indera
pendengaran dapat dilakukan dengan cara menjauhkan
lingkungan usaha dari polusi suara, atau suara tidak enak
yang biasa disebut ”noise”, contohnya dengan memilih
lokasi usaha yang jauh dari bengkel, jauh dari jalan raya,
dan potensi gangguan suara lainya. Treatment indera
pendengaran juga bisa didukung dengan memutar musik
yang enak didengar, seperti musik jazz dan klasik yang
memberi kesan santai; musik rock yang membuat
24
semangat; suara hutan dan air yang mendamaikan; atau
bisa disesuaikan dengan kebutuhan usaha, mungkin juga
selera musik segment pasar/ tamu kita.
c. Indera
peraba/
kulit
:
dapat
dilakukan
dengan
menciptakan lingkungan yang sejuk dan nyaman.
Contoh dengan pemberian air conditionare (AC) dengan
suhu yang tepat, tidak terlalu dingin dan juga tidak
terlalu panas sehingga menyebabkan ketidak nyamanan.
d. Indera penciuman : upaya treatment melalui indera
penciuman dapat dilakukan dapat dilakukan dengan
pemberian pewangi ruangan di area service supaya
membuat pelanggan atau tamu betah berlama-lama.
Parfum dapat berupa parfum sintetik maupun dengan
pemberian bunga-bunga alami di beberapa titik, bunga
alami yang dirangkai selain wanginya menyegarkan juga
akan menambah daya tarik lingkungan usaha kita.
e. Indera pengecap atau perasa: berhubungan dengan
makanan atau minuman yang enak dan menyegarkan. Di
hotel dapat dilakukan dengan penyediaan welcome drink
bagi tamu yang baru tiba di lobby dengan pelayanan
yang ramah tamah. Welcome drink yang dibagikan
secara gratis tentu akan mengurangi dahaga mereka
selama perjalanan menuju hotel kita. Sedangkan jika
usaha kita restoran dapat dilakukan
25
dengan upaya
menciptakan menu makanan dan minuman yang enakenak.
Treatment panca harja di atas merupakan upaya pengelola
membangun kesan-kesan kepada tamu/ pelanggan. Dalam
hal ini, termasuk salah satu upaya berarti membangun
intengible produk yang mengesankan. Pengalaman yang
mengesankan bagi tamu akan tertanam kuat di dalam ingatan
mereka, tentu harapan bagi kita supaya pengalaman tersebut
akan ditularkan kepada rekan-rekan mereka.
2. Simultaneity
Simultan berarti proses produksi dan konsumsi terjadi
pada saat yang bersamaan (Yoeti, 2004).
Pengertian lainya adalah dari Robert G. Murdick, dkk
(1990) yang menyatakan bahwa pelayanan dapat berbentuk
barang dan jasa pada umumnya dikonsumsi dan diproduksi
secara bersamaan. Dalam perusahaan jasa, pelanggan
merupakan input. Jasa atau pelayanan yang disediakan oleh
penyedia jasa tidak dapat dilaksanakan tanpa kehadiran
pelanggan sebagai input pelayanan tersebut. Oleh karena itu
kepemilikan jasa juga hanya dapat dirasakan oleh pelanggan
(Ariani, 2009).
Hospitality sebagai sebuah produk jasa atau pelayanan
hanya dapat diproduksi oleh produsen jika konsumen telah
hadir dan berpartisipasi dalam proses. Secara sederhana,
26
produk hospitality tersebut hanya dapat diproduksi pada saat
bersamaan dengan waktu konsumsi pelanggan. “Proses
melayani hanya akan terjadi jika sudah ada yang akan
dilayani”, dalam hal ini waktu konsumen menikmati produk
jasa juga berpartisipasi dalam proses pembuatan.
Contoh, jika kita ingin menikmati produk hotel, maka
pelayanan hotel baru dapat kita nikmati (dan produsen
memproduksi) jika kita sudah datang ke hotel tersebut,
misalnya : merasakan pelayanan check-in yang cepat
(memproduksi)
dan
kita
terbantu
(konsumsi);
serta
sambutan ramah dari staf front office (memproduksi) dan
kita bahagia (konsumsi); serta pelayanan lain selama kita
tinggal. Termasuk juga menikmati segala fasilitas hotel
maupun suasananya lingkunganya yang nyaman, sampai
pada saat terakhir kita ceck out meninggalkan hotel. Hotel
akan selalu berupaya memberikan pengalaman menginap
yang terbaik bagi tamu (produksi), selama tamu tinggal
(konsumsi).
Karakter produk jasa hospitality yang simultan tersebut
sering menimbulkan ketidakpastian dalam benak pelanggan,
karena pelanggan tidak dapat mencicipi produk jasa sebelum
mereka membelinya, serta produk jasa hanya akan
diproduksi saat konsumen sudah terlibat (konsumsi).
Walaupun begitu, umumnya konsumen tetap berusaha
27
mencari beberapa informasi umum terlebih dahulu sebelum
membeli, terkait variable tempat, atmosfer, perilaku staf
dalam memberi pelayanan (people), fasilitas yang digunakan
(machine),
bahan-bahan
komunikasi
(communication
materials), symbol/ brand, harga dan lain sebagainya.
Melalui referensi orang lain yang pernah menikmati jasa itu
calon pelanggan dapat memiliki sedikit harapan dan
gambaran sebagai referensi. Pengelola jasa hospitality
setidaknya juga memperhatikan variabel-variabel evaluasi
tersebut dalam mengelola bisnisnya agar selalu dalam
kondisi terbaik serta siap guna dalam memenuhi kebutuhan
dan keinginan pelanggan.
Waktu dari kita ceck-in sampai ceck-out itulah waktu kita
mengonsumsi produk hospitality. Pada waktu itu juga pihak
hotel baru bisa memberikan pelayanan (produksi) terhadap
segala kebutuhan kita, bahkan setiap kontak staf kepada
tamu atapun hanya sekedar sapaan dan senyuman ramah
sudah termasuk rangkaian proses produksi dalam bisnis
hospitality hotel. Setiap perlakuan kepada tamu, pelayanan,
kehangatan, keramahan, dan fasilitas yang diberikan pihak
hotel pada saat tamu menginap akan secara simultan
(bersama-sama) membentuk produk hospitality, yaitu berupa
pengalaman.
28
Keunikan
lainya
dari
produk
hospitality
adalah
“walaupun masa (mengkonsumsi) menginap tamu telah
selesai (berarti proses produksi dan konsumsi berakhir),
dengan pelayanan yang baik, pengalaman tinggal tamu di
hotel tersebut masih akan sangat berkesan dalam waktu yang
lama”. Kesan positif tersebut yang wajib di manage oleh
pengelola usaha berbasis hospitality.
3. Heterogeneity
Secara bahasa heterogen berarti berbeda-beda ataupun
bervariasi,
mendukung
pendapat
Yoeti
(2004)
yang
mengatakan bahwa “Jasa tidak memiliki standar ukuran
yang objektif.”
Heterogeneity jasa berlaku juga dalam konsep bisnis
hospitality. Oleh karena itu, akan sangat banyak sekali faktor
yang menentukan konsumen “puas ataupun tidak puas”
terhadap suatu produk hospitality.
Variable yang menentukan puas dan tidak puas dari
masing-masing konsumen juga akan sangat beragam, sangat
relatif, serta sangat subyektif, walaupun terhadap satu
produk hospitality yang sama.
Sebagai contoh, jika suatu keluarga yang berkunjung ke
restoran, sang bapak akan merasa senang karena pelayanan
stafnya dan suasananya yang nyaman, sedangkan sang ibu
berbeda pendapat dan mengatakan bahwa yang membuat
29
dia senang datang ke restoran tersebut karena faktor
lingkunganya yang bersih, aman dan nyaman untuk bermain
anak disamping makananya yang enak. Hal sangat berbeda
menurut pendapat anak, anak-anak menyenangi restoran
tersebut karena restoran tersebut memiliki fasilitas taman
bermain anak-anak yang menyenangkan.
Ketidakpastian atas faktor mana yang paling menentukan
kepuasan konsumen membuat pengelola harus mampu
berfikir keras dan detail terhadap produk mereka; siapa-siapa
saja yang datang; karakteristik masing-masing segmen
bagaimana; pelayanan bagaimana yang cocok; fasilitas apa
yang bisa kita tawarkan; mungkin banyak lagi faktor yang
dapat dipertimbangkan.
Terkait karakteristik usaha hopitality yang heterogen
tersebut, Zeithaml dan Bitner (1996) mengatakan bahwa
dampak dari karakter produk hospitality yang heterogen
menjadikan produk hospitality akan sangat tergantung pada
kinerja masing masing staf dalam memberikan pelayanan.
Contoh kasus, “Tamu yang datang ke suatu hotel A dan
tidak dilayani dengan baik oleh satu karyawan dapat
berkata bahwa hotel A pelayananya buruk.” Atau bisa
terjadi “Tamu yang datang ke hotel B diperlakukan
istimewa oleh satu staf saja dapat berkata bahwa hotel B
pelayananya bagus.”
30
Hal diatas jika ditinjau dari kacamata riset kuantitatif
berarti “Sampel (1 orang karyawan) untuk generalisasi
populasi (seluruh perusahaan).” Mungkin dalam pemasaran
berlaku jargon “Perilaku karyawan adalah cerminan
perusahaan.” Oleh karena itu, dalam bisnis hospitality
menempatkan staf-staf yang profesional di pelayanan di
garis depan (staf yang berhubungan langsung dengan tamu)
adalah kewajiban.
Selain kinerja staf, masih banyak unsur lain yang
menentukan kepuasan konsumen terhadap kualitas produk
hospitality secara keseluruhan namun sangat tergantung
pada
penilaian
subyektif
masing-masing tamu.
Dari
banyaknya unsur tersebut, beberapa mungkin berasal dari
faktor
eksternal
yang
di
luar
kontrol/
kewenangan
manajemen, misalnya kondisi lingkungan luar yang bising,
suasana yang tidak mengenakan seperti listrik mati, kesan
lingkungan yang angker dan lain-lain. Untuk memudahkan,
Sulastiyono (2008) mencoba menyederhanakan masalah
penting yang menjadi perhatian menjadi 3 golongan, yaitu
P,B,E. Dijelaskan sebagi berikut :
P =
Produk yang dihasilkan, seperti, kebersihan,
kerapihan,kenyamanan, keamanan dan lain-lain.
B =
Behavior atau perilaku dan sopan santun staf
dalam memberi
31
pelayanan, yang mempunyai tanggung jawab
pendistribusian produk hospitality kepada tamu.
E =
Environment atau lingkungan tempat usaha yang
mendukung
4. Perisability
Perisable mengandung arti bahwa produk hospitality
tidak dapat disimpan (Lovelock, 2011). Juga dapat berarti
bahwa produk hospitality tersebut tidak bertahan lama.
Dengan
dengan
karakter produk hospitality yang
demikian itu akan sangat susah bagi perusahaan untuk
menyesuaikan
atau
menyeimbangkan
permintaan
dan
penawaran. Perhitungan tidak akan semudah teori supply
and demand dalam ilmu ekonomi.
Contoh kasus, suatu hotel memiliki kapasitas 600 kamar
dan pada hari ini hanya terjual 500 kamar, maka sebanyak
100 kamar yang tidak laku hari ini dianggap hangus (bukan
sisa), hotel merugi sejumlah biaya maintenance. Kamar
yang tidak laku hari ini sejumlah 100 kamar tidak dapat
dijual kembali pada esok hari karena kapastitas kamar
tetap, yaitu hanya 600 kamar pada esok hari, tidak mungkin
tiba-tiba tambah jadi 700 kamar.
Contoh lain, pada saat kita melihat hiburan berupa
konser musik ataupun atraksi kesenian tari budaya secara
live, setiap detik dari momen tersebut akan terlewatkan jika
32
kita tidak konsentrasi. Dan tidak dapat di replay selayaknya
kita menonton sebuah video youtube di laptop atau kaset.
Dalam kunjungan wisata misalnya, maka setiap kontak dan
kesan yang terjadi antara wisatawan dan tuan rumah yang
terjadi adalah hospitality. Tidak mungkin setiap kontak yang
terjadi secara spontan tersebut akan mampu diulang.
5. Tangible
Tangible atau “komponen produk nyata” adalah segala
sesuatu yang dapat dilihat, disentuh/ diraba, diukur dan
dihitung (Sulastiyono, 2011).
Secara umum komponen produk nyata ini termasuk tempat,
desain furniture, seragam karyawan, fasilitas-fasilitasserta
berbagai aspek nyata lain yang memperngaruhi kepuasan
pelanggan.
Aspek tangible yang sangat sering diperhitungkan adalah
mengenai fasilitas yang tersedia. Dalam industry perhotelan,
pengadaan fasilitas seperti banquets mewah, kolam renang,
discotheque, sauna, lapangan golf akan sangat menentukan
pilihan orang mengapa mereka memilih hotel tersebut. Di
kafe, selain makanan dan minuman yang lezat, tamu juga
akan memperhitungkan fasilitas tambahan seperti wiffi,
kebersihan peralatan yang dipakai dan faktor fisik lainya
sebagainya sebagai penunjang kepuasan,.
33
Lokasi yang strategis dalam usaha hospitality juga
dipandang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan
menentukan kepuasan wisatawan. Suatu hotel resort akan
laku jika dekat dengan panorama pantai ataupun pegunungan
yang indah. Lokasi juga berhubungan dengan daya jangkau
konsumen, sebagus apapun produk wisata tidak akan berarti
jika tidak dapat dijangkau calon wisatawan.
6. Immovability
Karakteristik produk hospitality selanjutnya adalah
immovable, yang memiliki arti “tidak dapat dipindahkan.”
Penulis menegaskan bahwa produk hospitality hanya dapat
dinikmati atau dikonsumsi di tempat dimana produk
hospitality itu dibuat.
Seorang
wisatawan
yang
ingin
menikmati
Candi
Borobudur, maka mustahil bagi pengelola memindahkan
candi Borobudur ke rumah wisatwan. Wisatawanlah yang
harus pergi ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa tengah.
Wisatawan menyuruh semua ahli pahat terbaik untuk
membuatkan candi yang serupa dengan Candi Borobudur.
Sekalipun itu mungkin bisa, nilai otentik dan originalitas
sejarah candi replika dari Candi Borobudur itu tidaklah sama
dengan Candi Borobudur yang asli.
Alasan lain kenapa tidak bisa dipindah adalah faktor
otentik dan originalitas dalam hospitality dan pariwisata
34
sangat memiliki nilai, contoh lain adalah fenomena tugu
jogja, tugu ini hanya memiliki ukuran kecil dengan bentuk
sederhana, tentu sangat mudah ditiru oleh ahli bangunan dan
dibuat tiruanya yang sama persis di kota lain. Namun apakah
mungkin tugu tiruan tersebut akan dijadikan lokasi foto yang
sangat populer dan laris manis seperti tugu Jogja saat ini?
Jawabanya tentu saja tidak, karena tugu replika yang dibuat
tidak memiliki nilai originalitas dan keotentikan sejarah
seperti tugu Jogja yang asli (yang ada di Yogyakarta). Jika
dikaji dalam sudut pandang pemasaran, nilai otentik dan
originalitas
adalah
sebuah
branding,
sesuatu
yang
“ngebrand” akan susah diganti dengan produk lain walupun
sejenis sekalipun mungkin yang lebih baik secara wujud.
7. Inseparability
Philip Kotler (dalam Yoeti, 2004) dan Lovelok (2011)
memberi batasan service, sebagai suatu aktivitas yang
memberikan manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak
kepada pihak lain dalam bentuk tidak nyata (intangible) dan
tidak
menimbulkan
perpindahan
kepemilikan
(Inseparability).
Contoh, saat kita membeli kamar hotel, bukan berarti
setelah kita membayar lunas, segala fasilitas di kamar
tersebut dapat kita “miliki.”
35
Contoh lain, wisatawan yang membeli paket berkunjung
ke suatu candi bukan berarti dapat memiliki atau mengambil
artefak candi atau benda lainya yang ditemui dalam
perjalanan wisatawanya. Kegiatan mengambil benda cagar
budaya adalah sangat terlarang atau illegal.
Fasilitas dalam kamar hotel
Sumber : www.google.co.id, 2016
Membahas karakter inseparability biasanya kita akan
berhadapan dengan beberapa pertanyaan seperti berikut :
“Jika tidak menimbulkan kepemilikan apakah membeli
produk hospitality berarti menyewa?”
Walupun kita membeli dengan tidak menimbulkan
kepemilikan, juga kurang tepat jika kita sebut menyewa.
Perjalanan wisata menggunakan jasa travel mungkin benar
36
bisa kita sebut “menyewa” namun hanya untuk benda-benda
nyatanya (tangible) seperti bus pariwisatanya, tetapi tidak
benar maknanya secara keseluruhan, karena yang ditawarkan
travel adalah jasa wisata bukan jasa sewa bus, bukan juga
jasa antar jemput.
Pada saat itu mungkin timbul di benak kita bahwa apa
yang sebenarnya di beli dari
hospitality jika produk
tersebut tidak dapat dimiliki dan juga bukan menyewa ?
Jawabanya, yang dibeli adalah pengalaman, kebanggaan dan
naiknya nilai diri akibat manfaat produk hospitality yang
dibeli (Lovelock, 2011).
“Di hotel misalnya, segala fasilitas terbaik dan
pelayanan staf yang diberikan pihak hotel hanya untuk
menciptakan
pengalaman
berkunjung
tamu
yang
menyenangkan, memuaskan, dan berkesan. Dari tamu ceckin, selama kita tinggal, sampai terakhir tamu check out”
“Pemandu ekowisata membawa wisatawan menyusuri
pegunungan yang memiliki pemandangan yang indah
dengan medan sedikit menantang. Yang dijual oleh pemandu
wisata kepada wisatawan adalah jasa panduan beserta
pengalaman wisatawan menikmati petualangan alam untuk
sebuah kebanggan serta kepuasan jiwa.”
Sebagai produk: output inti (baik layanan atau barang
pabrikan) sama sama diproduksi oleh perusahaan. Akan
37
tetapi perlu dipahami perbedaan utama produk jasa
dibanding produk industri barang adalah terletak pada
kenyataan bahwa pelanggan biasanya memperoleh nilai dari
layanan
tanpa
(Lovelock,
memperoleh
2011).
perpindahan
Membahas
kepemilikan
inseparability
karakter
biasanya kita akan berhadapan dengan beberapa pertanyaan
seperti berikut : Jika tidak menimbulkan kepemilikan apakah
membeli produk hospitality berarti menyewa?
Walupun kita membeli dengan tidak menimbulkan
kepemilikan bukan berarti menyewa, mungkin benar untuk
benda-benda nyata (tangible) seperti bus pariwisatanya,
tetapi tidak benar maknanya secara keseluruhan.
Tentu kemudian timbul di benak kita bahwa apa yang
sebenarnya di beli dari kedua produk hospitality dalam
contoh diatas jika produk tersebut tidak dapat dimiliki dan
juga bukan menyewa ?
Jawabanya, yang dibeli adalah pengalaman, kebanggaan
dan naiknya nilai diri akibat manfaat produk hospitality yang
dibeli (Lovelock, 2011).
Di hotel misalnya, segala fasilitas terbaik dan pelayanan
staf yang diberikan pihak hotel hanya untuk menciptakan
pengalaman
berkunjung
tamu
yang
menyenangkan,
memuaskan, dan berkesan. Dari tamu ceck-in, selama kita
tinggal, sampai terakhir tamu check out.
38
Pemandu ekowisata membawa wisatawan menyusuri
pegunungan yang memiliki pemandangan yang indah
dengan medan sedikit menantang. Yang dijual oleh pemandu
wisata kepada wisatawan adalah jasa panduan beserta
pengalaman wisatawan menikmati petualangan alam untuk
sebuah kebanggan serta kepuasan jiwa.
39
USAHA AKOMODASI / LODGING ESTABLISHMENT
Usaha penginapan (akomodasi) atau sering juga disebut
lodging establishment adalah tempat bagi seseorang untuk tinggal
sementara, dapat berupa, hotel, losmen, resort, apartement dan
sebagainya.
Akomodasi merupakan bagian penting dari unsur-unsur
pariwisata karena merupakan satu bagian dari konsep 3A, yaitu
atracktion, aksebilities dan amenities.
Akomodasi merupakan amenities, produk dasar yang
sangat menujang keseluruhan kepariwisataan. Dapat dibayangkan
jika suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) tidak memiliki sarana
akomodasi, dimanakah wisatawan tinggal selama mereka
melakukan perjalanan wisata?
Syarat pokok yang harus adal dalam usaha akomodasi
(Lodging Establishment) adalah sebagai berikut :
1. Adanya 2 produk pokok, yaitu :
a. Tangible, seperti room, food baverage, meeting room,
sport, space rental (ballrom dst)
b. Intangible atau produk tak nyata misalnya pelayanan/
service, keamanan/ security dan savety, tatakrama dan
ramah-tamah/ courtesy, kenyamanan/ comfort.
40
2. Personalia :
Jasa pelayanan dengan unsur kompetensi dasar personel
meliputi
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill)
dan sikap baik (attitude).
3. Manajemen
Kelompok
pengelola
hotel
yang
kompeten
untuk
mendapatkan keuntungan
Pada prinsipnya usha akomodasi seperti hotel, motel, resort
dan lainya adalah suatu bentuk perdagangan jasa. Sebagai
industri jasa setiap pengusaha akomodasi akan berusaha
memberikan pelayanan yang maksimal bagi tamunya.
Dengan kata lain kekuatan usaha ini ialah bagaimana para
pelaku usaha menawarkan jasa terbaik pada tamunya
dengan cara memberikan nilai tambah (value added) yang
berbeda (Yoeti, 2004).
Untuk itu akomodasi yang berbentuk sebuah hotel, motel,
losmen, vila, resort , homestay dan lain sebagainya
memiliki karakteristik dan nilai keunggulan masing masing
sesuai kebutuhan tamu. Adapun penjelasanya dari berbagai
bentuk usaha akomodasi adalah sebagai berikut :
1. Hotel
Hotel adalah jenis akomodasi yang dikelola secara
komersial dan professional, disediakan bagi setip
41
orang yang ingin mendapatkan pelayanan penginapan
(rooms), makanan dan minuman (food and beverage),
hiburan
seperti
night
pelayanan menarik lainya
club,
discotheque,
serta
(Undang-Undang No.10
Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan)
Namun demikian, pada dasarnya prouk dan jasa
pelayanan hotel sudah dimulai dinikmati tamu pada
saat ia melakukan check-in dan registrasi. Selanjutnya,
ketika tamu tinggal dan menginap di kamar, makan
dan minum di restoran, main tenis atau berenang,
menikmati hiburan hingga terakhir pada saat check
out, keseluruhanya merupakan produk hotel.
Tipe
hotel
dapat
dibedakan
berdasarkan
pola
pelayanan dan tariff kamar, kapasitas, tipe tamu, lama
menginap, lama operasi (jam buka), dan lain
sebagainya yang dijelaskan sebagai berikut (Utama,
2016).
a. Berdasarkan system penerapan tarif kamar (room
rate), maka biasanya dibagi menjadi 4 sebagai
berikut :
1) Full American plan (FAP), yaitu hotel yang
menganut system dimana harga kamar sudah
termasuk tiga kali makan.
42
2) Modified American plan (MAP), yaitu hotel
yang meganut sistem dimana harga kamar
sudah termasuk makan dua kali
3) Continental plan, yaitu hotel yang menganut
sistm dimana harga kamar sudah termasuk
makan pagi (continental breakfast)
4) European plan, yaitu sitem dimana harga
kamar tidak termasuk makan (room rate
only)
NB: terkadang satu hotel memiliki lebih dari satu
sistem penerapan tariff, yang disuaikan dengan
keinginan dan kebutuhan pelanggan/ tamu yang
datang.
b. Berdasarkan ukuran dan jumlah kamar
1) Small hotel, jumlah kamar sampai dengan 25
kamar
2) Medium hotel, jumlah kamar antara 25 sampai
100 kamar
3) Large hotel, jumlah kamar mencapai lebih dari
300 kamar
43
c. Berdasarkan tipe atau jenis tamu
1) Family hotel, yaitu hotel yang sebagian besar
ta,unya terdiri dari keluarga.
2) Business
hotel,
sebagian
besar
tamunya
merupakan orang-orang bisnis yang sedang
melakukan tugas.
3) Cure hotel, yaitu hotel yang sebagian besar
tamunya datang untung tujuan pengobatan.
4) Pilgrim hotel, yaitu hotel yang sebagian besar
tamunya menginap pada saat melakukan aktifitas
keagamaan.
5) Casino hotel, hotel yang mayoritas alokasi
tempatnya digunakan untuk kegiatan perjudian
dan game
d. Berdasarkan lokasi hotel
1) Downtown hotels
Hotel pusat kota. Hotel konvensi dan hotel
komersialmasuk kategori ini.
2) Suburban hotels
Terletak
di
pinggiran
kota
/
desa
Lebih kecil dari hotel pusat kota (200-350 kamar)
Melibatkan struktur pertengahan rendah naik-ke
Kemungkinan besar memiliki fasilitas pertemuan
dan perjamuan.
44
3) Highway hotels
Hotel yang berlokasi ditepi jalan bebas hambatan
biasanya diantara 2 kota. Spesialisai untuk
traveler yang kemalaman di jalan. biasanya juga
menyediakan fasilitas parkir (seperti motel),
dengan biaya murah.
4) Airport hotels
Hotel yang biasanya terletak di sekitar bandara.
Sebagian besar full service dengan kapasitas 260600 kamar. Biasanya menyediakan layanan
transfer “dari” dan “ke” bandara
5) Mountain
hotels,
hotel
yang
terletak
di
pegunungan
6) Beach hotels, hotel yang terletak di pantai
e. Penggolongan hotel berdasarkan service dan harga
(price)
1) Limited service hotels
Biasanya
limited
service
hotelsmenawarkan
kamar tanpafasilitasmakanan dan minuman atau
fasilitas terbatas.
Tidak ada ruang pertemuan / fungtion, fasilitas
rekreasi dan hiburan terbatas.Juga disebut “bugjet
hotel" atau “kelas ekonomi."
45
2) Full Service Hotels
Full service hotelsmenawarkan berbagai fasilitas
yang lebih banyak.Memiliki lebih banyak fasilitas
ruang publik dan ruang pertemuan / funtion
dengan setidaknya satu fasilitas foodand beverage
atau restoran.Menyediakan katering terutama
untuk pelancong bisnis (42%), pelancong (27%),
konvensi-penonton (25%). Rata-rata ukuran: 285
kamar
46
3) Luxury Hotels (hotel mewah)
Luxury Hotelsmenampilkan dekorasi dan perabot
kelas atas, untuk asosiasi pada kemewahan atau
glamour.
Penuhlayanan
danfasilitas.Biasanya
memiliki
concierge service (petugas penghubung tamu
dengan
hotel)
dan
lebih
foodand
sepertifasilitas
banyak
fasilitas
beverage(termasuk
gourmet atau restoran fine dining), ruang
serbaguna serta layanan kamar 24 jam.
Luxury Hotelsbiasanya juga tersedia: berbagai
macam fasilitas rekreasi dan akses ke fasilitas
terdekat.Rata-rata memiliki 150-400 kamar
47
f.
Penggolongan hotel berdasarkan fungsi
1) Convention Hotels (besar 500-800 kamar)
Convention Hotels besar menawarkan fasilitas
meeting and fuction space yang sangat luas,
biasanya termasuk ballroom besar untuk kegiatan
pameran. Memiliki fasilitas foodand beverage
yang operasionalnya ekstensif, dengan beberapa
restoran, lounge dan ruang serbaguna.
Ciri lain hotel ini adalah seringkali dekat dengan
pusat konvensi.
2) Commercial Hotels
Ciri khas dari commercial hotels
biasanya
memiliki kapasitas kamar yang lebih kecil dari
hotel konvensi, sekitar 150-500 kamar saja.
Memiliki public space yang lebih sedikit, meeting
48
and function space lebih kecil, outlet food and
beveragedan fasilitas rekreasi yang terbatas. Ciri
khas commercial hotels lainya adalah banyak
yang berada di daerah pusat kota, dekat kantor
besar dan toko ritel (area bisnis) atau dekat
dengan pusat hiburan kota.
g. Penggolongan hotel berdasarkan market segment
1) Executive Conference Centers
Executive conference centers mengkhususkan diri
dalam katering eksekutif lokal yang perlu
dirancang dengan baik, pertemuan dan fasilitas
pembelajaran.Biasanya terletak di pinggiran kota.
Memiliki
kurang
dari
300
kamar
dan
menyediakan meeting room kecil dan classroom
dengan dukungan audio-visual dan teknologi
49
penuh. Tarif kamar harian termasuk makanan dan
fasilitas rekreasi
2) Resorts
Biasanya terletak di daerah dengan landscape
indah atau terintegrasi dengan daya terik wisata.
Memiliki 200 hingga 500 kamar(tidak baku).
Menyediakan berbagai fasilitas rekreasi yang
komperhensif dan berbagai outlet food and
beverage. Mayoritas resort terletak di lokasi
terpencil. Resort dapat diklasifikasikan atas dasar
lokasi misalnya: resort laut, resor pegunungan,
dan lain sebagainya. Resort lebih difokuskan
untuk tamu dengan motivasi wisata rekreasi,
menikmati pemandangan, olahraga, budaya, atau
yang lain.
50
3) Healty and spa hotels
Health and spasadalah istilah umum yang
diberikan untuk penginapan yang berfokus
pada penyediaan layanan yang berhubungan
dengan kesehatan.
Beberapa
mengkhususkan
diri
dalam
penurunan berat badan, mengurangi stres atau
terapi kosmetik, orang lain dalam obat atau
alkohol
rehabilitasi,
di
antara
banyak
perawatan lainnya
Memiliki tenaga profesional yang sering
termasuk ahli gizi, terapi, pemijat, ahli
fisiologi olahraga dan dalam beberapa kasus
dokter.
51
Beberapa bentuk spa :
-
Dengan air hangat mineral alam
-
Spa kecantikan
-
Spa kebugaran
-
Spa modifikasi perilaku
-
Spa terapi kesehatan
-
Spa holistik
-
Resort Spa
Dengan meningkatnya populasi orang
berusia
lanjut,
layanan
berorientasi
kesehatan akan lebih berkembang.
h. Pengklasifikasian hotel lainya berdasarkan style
1) All Suite Hotels
All Suite Hotelsadalah gaya hotel yang setiap
kamarnya lebih besar dari standart room, yang
terdiri dari kamar tidur ditambah ruang tamu
(ruang tamu) dan kamar mandi; kadang-kadang
menawarkan fasilitas dapur terbatas.
Banyak all suite hotel tidak memiliki restoran
tradisional, bar dan fasilitas pertemuan (ruang dan
pelayanan publik terbatas).
Beberapa all suite hotel menawarkan gratis
sarapan
52
2) Extended Stay Hotels
Menyediakan banyak fitur yang sama dengan all
suite hotels. fasilitas, seperti kompor dan
microwave , ruang, lemari es, dapur, layanan
belanja bahan makanan, layanan bisnis dan
layanan rumah tangga yang terbatas.
Spesialisasinya adalah adanya katering untuk
mereka yang berniat untuk tinggal lebih lama dari
tamu biasa.
Menyediakan
akomodasi
lingkungan
mereka
di
rumahmenyerupai
sebuah
kompleks
apartemen dilengkapi dengan dapur, taman, ruang
tamu, kamar tidur, mandi dan fasilitas rekreasi.
53
3) Historic Conversions hotels
Hotel Historic Conversions biasanya memiliki
latar belakang peristiwa sejarah yang sangat
signifikan seperti misalnya hotel Indonesia.
Kekuatan hotel lebih mengandalkan adanya
kenangan masa lalu yang otentik ketimbang
fasilitas
yang
tersedia,
contohnya
Hotel
Majapahit di Kota Surabaya yang merupakan
saksi bisu atas sejarah perobekan warna biru pada
bendera Kolonial Belanda menjadi bendera
berwarna merah putih (bendera Indonesia) pada
zaman perjuangan kemerdekaan.
Biasanya tamu yang datang memiliki motivasi
untuk
nostalgia
dibaliknya.
54
ataupun
menggali
sejarah
4) Bed and Breakfast Inns (B&B)
Hotel atau penginapan yang biasanya hanya
memiliki 5 sampai 10 kamar. Ciri khasnya adalah
Sarapan termasuk dalam tarif kamar. Sebagian
besar
terletak
di
pinggiran
kota
/
desa.
Kebanyakan pemilik tinggal di tempat
5) Boutique Hotels
Boutique Hotels memiliki tampilan dan nuansa
terasa
sangat
berbeda
dari
hotel
tradisional.Kekuakan hotel Boutiqueterletak pada
pelayananya yang mengesankan, unik, tidak
konvensional. Gaya desain interior berkisar dari
postmodern ke Homey (kenyamanan). Disukai
oleh pengunjung yang ingin trendi, makmur dan
artistik,
ilustrasi
gambar
Jimbaran bali berikut.
55
Boutiq
Hotel
di
2. Cottage
Cotage juga merupakan vila bernuansa rekreatif,
namun
bangunan
“bungalow”.
56
lebih
mengarah
pada
3. Motels
Bangunan terletak di antara 2 kota besar. Ciri
khasnya,
biasanya
memiliki
pintu
masuk
tersendiri dan stu garasi parkir mobil. Digunakan
untuk istirahat para pengguna mobil biasanya
kurang dari 24 jam, kemudian melanjutkan
perjalanan pada esok hari.
4. Guest House
Sejenis akomodasi yang dimiliki oleh perusahaan
atau instansi yang diperuntukan bagi para tamu
yang menginap dan mendapatkan makan dan
minum, dengan fasilitas sederhana.
5. Youth Hostel dan dormitory
Ciri khas utamanya adalah cheap (harga murah)
biasanya digunkana untuk pelajar dan anak muda
yang sedang study tour.
57
6. Homestay
Berasal dari rumah-rumah rakyat yang telah
ditingkatkan fasilitas dan sarananya, sehingga
memenuhi
syarat-syarat
kesehatan
untuk
digunakan sebagai usaha penginapan.
Homestay di Indonesia banyak berada di desadesa wisata sebagai sarana wisata tambahan
untuk menginap wisatawan selama berkunjung di
desa wisata.
Homestay yang dicari biasanya yang memiliki
daya tarik unik, bercorak etnis yang khas sesuai
tradisi setempat, alami dan tidak dibuat-buat.
Selama tinggal di homestay wisatawan mengikuti
dan mematuhi tata hidup induk semang (tuan
rumah), membantu aktifitas mereka dan makan
makanan seperti apa yang dimakan tuan rumah.
58
7. Inn (istilah umum sebagai penginapan)
Pada umumnya istilah bagi tempat penginapan
disebut dengan Inn.
59
8. Marine Inn-Floating-Cruise ship (kapal pesiar)
Cruise ship atau kapal pesiar, paa dassarnya
merupakan sebuah moda transportasi perairan
yang sekaligus merupakan sebuah hotel apung
berjalan. Kapal pesiar pada umumnya melakukan
pelayaran di laut antar benua/ negara tetapi ada
juga yang berlayar melewati sungai.
9. Apartement (rent/ sale)
Tempat tinggal yang disewakan dalam jangka
waktu tertentu, termasuk fasilitas, kamar, dapur,
dan seterusnya.
10. Condominium/Time
Share
(involves
joint
ownership)
Merupakan sejenis hotel dengan kepemilikan
bersama beberapa pemilik (ouwnner), yang
60
digunakan dalam jangka waktu berbeda dan
bergantian.
Jenis-jenis hotel yang sudah disebutkan diatas
adalah sebagai panduan dasar dalam menyusun produk
hospitality khususnya akomodasi, seperti yang telah kita
pelajari diatas bahwa setiap nama atau jenis hotel
memiliki karakteristik, gaya pelayanan tersendiri.
Dalam membuat sebuah hotel dipastikan dahulu siapa
segmen
pasarya,
dimana
letak
dan
bagaimana
lingkunganya, siapa target yang diharapkan datang, dan
layanan seperti apa yang dibutuhkan dan pertimbanganperttimbanan lainya.
61
Perencanaan dan Tata Ruang Hotel
Perijinan dan Perencanaan Tata Ruang
1. Pendirian badan hukum (PT)
Setelah mendapatkan tanda daftar perusahaan perseroan
terbatas
dari
mengajukan
pemerintah
untuk
daerah
mendapatkan
setempat
Surat
kemudian
Ijin
Usaha
Kepariwisataan (SIUK) yang dikeluarkan ke Pemda yang
harus didaftar ulang setiap 3 tahun.
SIUK hanya berlaku untuk 3 tahun, tidak dapat dipindahkan
tangan dan berisi :
a. Ijin Pemasangan Elevator
b. Ijin Pemasangan Boiler
c. Ijin Pemasangan Generator
d. Ijin Pemasangan Mekanik dan Elektronik lainnya.
SIUK dipergunakan oleh Departemen Dalam Negeri atau
Pemerintah Daerah untuk memberikan :
a. Ijin Peruntuhan tanah (Ijin lokasi, Ijin pembebasan
tanah)
b. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
c. Hak-hak Atas Tanah
d. Ijin
Undang-Undang
Gangguan/HO
Termasuk
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)
62
2. Ijin tetap usaha kepariwisataan
Diterbitkan Oleh Pemda Setempat Berlaku Selama Hotel
Masih Dioperasikan, Mencakup :
a. Ijin Penggunaan Elevator
b. Ijin Penggunaan Bangunan
c. Ijin Pengoperasian Boiler
d. Ijin Pengimpangan Jam Kerja
e. Ijin Penyimpanan Minuman Keras
f.
Ijin Siaran Video
g. Ijin Penggunaan Parabola
h. Ijin Penggunaan Kolam Renang
i.
Ijin Penyelenggaraan Diskotik
j.
Ijin Pengadaan Mandi Uap
k. Ijin Penyelenggaraan Laundry dan Dry Cleaning
l.
Ijin Penyelenggaraan Sarana Olahraga dan Rekreasi
m. Ijin Pengelolaan Parkir
n. Ijin Promosi Usaha Mandiri
o. Ijin Keramaian
p. Ijin Pertunjukan Terbatas
q. Ijin Penggunaan Tenaga Kerja
r.
Ijin Penyelenggaraan Restoran dan Bar
63
Perencanaan dan Alokasi Tata Ruang
1. Kebutuhan untuk Kamar
Biasanya 60% sampai dengan 90% area yang ada, diperlukan
untuk
pertimbangan
utama:
room
department
dapat
memberikan keuntungan antara 60% sd 80% sebagai
seumber keuntungan (profit earning center) paling besar.
Ratio Kebutuhan Untuk 4 Type Kamar Yang Populer
Tipe Kamar
Ratio terhadap kamar yang
tersedia
Single
10% sampai 30%
Double
20% sampai 30%
Twin
30% sampai 60%
Twin Double
70% sampai 20%
Ruang Yang Diperlukan :
a. Entry and Storage
15 sampai 20%
b. Living and Recreation
30 sampai 40%
c. Sleeping
20 sampai 40%
d. Bothing and Dressing
15 sampai 20%
Guest-Room Interior :
a. Floor Coverings
b. Wall Coverings
c. Draperies
d. Beds
e. Living Space, Luggage, Cloth Storage
64
f.
Kitchenetee and Dining Area
g. Guest Supplies
2. Lobby dan Lounge
Tidak ada pola/standart umum yang menentukan beberapa
luas lobby dan lounge sebuah hotel, dewasa ini lobby yang
luas dengan langit-langit yang tinggi, dengan balkon
“mezzanine” sudah terasa kuno dan kurang mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi sehingga pengunaan AC kurang
memerlukan langit-langit yang tinggi.
Dan adanya trend memperluaskan “Living Space” untuk
setiap kamar tamu, area ini termasuk untuk reception dan
information desk, drug store, serta jalan ke restoran dan bar
yang ada. Ruang perkantoran yang disewakan public toilets
(pria
dan
wanita),
barber/beauty
shop.
Business
center/service dan lainya perlu disiapkan areanya sejak awal.
3. Food And Beverange Facilities
Jumlah kursi dan ruangan di restoran biasanya dikaitkan
dengan :
a. Jumlah kamar tersedia
b. Disiapkan cukup untuk makan pagi pada tingkat hunian
yang normal
c. Jumlah kursi juga dikaitkan dengan tipe pelayanan yang
ada
65
d. Untuk acara banquet duduk, perlu 10 square feet per
orang (1 feet: 3 cm)
e. Untuk “priced table service” cukup dengan 15 square
feet
f.
Untuk area service dan preparation hampir sama dengan
kebutuhan di dining room
g. Di bar sekitar 18/20 square feet per orang
Restoran
1) Coffee shop
2) Dining room
3) Bars (service bar, main bar)
4) Convention facilities, MICE, Outside Catering
5) Room Service (pelayanan makanan ke kamar)
6) Kitchen
7) Receiving dan Storage Area
8) Ware washing/ Steward Area
4. General service and store area
Hendaknya disiapkan sejak dini di area dekat dengan yang
dilayani. Misalnya laundry, linen room, tempat penyimpanan
meja, kursi, gudang, repair dan maintenance. Bila tidak
disiapkan sejak awal biasanya akan menimbulkan masalah
antara housekeeping, engineering, manager, auditor dsb.
5. Parking driveways and entrance
66
Sangat member nilai tambah buat perusahaan, area ini
disiapkan
sesuai
dengan
jenis
tamu
dan
kebiasaan
kendaraannya. Apakah banyak untuk jenis kendaraan bis,
pribadi atau limousine. Apakah langsung ke / dari jalan raya,
tikungan untuk maneuver kendaraan besar, dan sebagainya.
Parkir sementara yang beratap check-in / out tamu, antar
jemput ke pantai (untuk resort). Posisi jalan utama arah
masuk dan keluar, jalan bagi pejalan kaki hendaknya
direncanakan dengan baik.
Biasanya
dipertimbangkan
untuk
dapat
menampung
(Bambang Sujatno, diskusi langsung 2015) :
1) Satu area parkir untuk setiap 5 kamar
2) Satu area parkir untuk setiap 5 kursi restoran yang ada
3) Satu area parkir untuk setiap 3 pegawai
4) Dua area parkir untuk dua kendaraan truk
5) Satu area untuk menurunkan barang dari kendaraan
Khusus area parkir, menurut persyaratan yang termuad
dalam blanko Advice Planning dari Pemda Kota DIY
(2009), diberi rumus
67
0,20 x SRP (1 SRP (satuan ruang parkir)
12,50m2) x jumlah kamar Bila jumlah kamar 100
diperlukan areal sbb :
0,20 x 12,50m2 x 100 : 250m2
Berarti minimal menampung 250m2 :
12,50m2 x mobil : 20 mobil
Atau setiap 5 kamar disediakan 1 tempat parkir
kendaraan
6. Landscaping
Kesan pertama muncul di area entrance, oleh karena itu
Landscaping di area ini harus mampu menjadi daya tarik
tamu, disamping tampilan gedung, papan nama dsb.
Taman yang hijau, indah bersih terpelihara, dapat menambah
“Length Of Stay” para tamunya, sehingga harus ditangani
oleh ahlinya secara professional sejak perencanaan dibuat.
7. Recreation
Sarana rekreasi disiapkan sesuai standar dan jenis tamu yang
ada, misalnya swimming pool dengan ukuran dympic atau
alami / air panas, golf, spa mengikuti tren / pola hidup kini.
Biasanya juga disiapkan untuk pelayanan makanan /
minuman disitu, ruang ganti, shower room / bilas.
8. Control, storage and utility areas
68
Ruang ini tidak menghasilkan pendapatan secara langsung.
Namun
diperlukan
untuk
mengendalikan
operasional
menyeluruh melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
secara professional agar kelangsungan roda perusahaan
berjalan sesuai yang diharapkan. Bangunan, alat-alatnya,
hendaknya dipilih sesuai kebutuhannya. (misalnya: untuk
gudang, shiller cold storage, heater, getaran mesin, laundry
plant, power plant, ventilasi, kelembaban ruang kantor, dsb)
perencanaan yang matang akan menghemat biaya untuk
pemeliharaan maupun tenaga kerjanya pada saat diperasikan
nantinya.
Kebutuhan Area
Umumnya setiap tamu memerlukan :
1. 10 sampai dengan 15 square feet untuk registration,
manajemen, accounting, ruang pengawasan ( 1 feet=30 cm)
2. 10 sampai dengan 15 square feet untuk gudang, furniture,
alat-alat lain
3. 25 sampai dengan 30 square feet untuk perlengkapan
engineering untuk penggunaan ruang boiler, AC, plumbing,
electricity, gas, alat pengolah limbah, penanganan air.
Control Area
Dasar utamanya disesuaikan dengan kebutuhan yang terkait
dengan kamar tamu dan pelayanan yang ada. Termasuk
69
didalamnya antara lain front office, kantor manager ( GM
dan para manajer ), kantor accounting, kantor housekeeping,
ruang satpam ( dekat pintu masuk pegawai ), locker / ruang
ganti / ruang istirahat / toilet karyawan. Termasuk sistem
pengamanan yang diperlukan, misalnya fire alarm, sringkler,
kunci, closed circuit, tv / cctv, dsb.
Frontdesk
Disiapkan untuk kemudahan proses registrasi, chech out,
pusat informasi, tempat alat-alat kerjanya, kasir, telepon,
tempat kunci dan ruang untuk kerja sesuai persyaratan /
kebutuhannya agar tidak bersedakan. Kebutuhan akan privasi
dan keamanan tamu yang akan di check in / check out
dewasa ini sangat mempengaruhi penempatan front desk ini.
Ruang untuk safety deposit box, ruang lost and found,
biasanya juga berada di area yang mudah dikunjungi tamu.
Executive Ofice
Kantor General Manager ( GM ) / manager ( Mgr )
disiapkan dekat lobby. Cukup untuk meja kursi lemari kerja,
meja kursi untuk menerima tamu / pegawai yang
memerlukan bertemu dan ruang secretariat. Tampilan ruang
hendaknya
mencerminkan
wajah
Perusahaan
yang
dipimpinnya. Kadang diperlukan juga ruang dan alat-alat
untuk presentasi atau semacam operation room. Ruang
accounting sebaiknya terpusat dan mudah ke front desk, dan
70
dekat dengan kantor manager. Ruangan cukup untuk seluruh
staff acconting dengan alat-alat kerja masing-masing,
termasuk ruang arsip serta stationaries. Bila diperlukan,
disiapkan pula ruang khusus untuk menyimpan uang cash
sementara yang terlindungi / aman.
Housekeeping dan Laundry
Termasuk ruang untuk penyimpanan linen, meja, lemari,
penyimpanan linen bersih untuk kebutuhan operasional, juga
tempat cleaning materials, lalu lintas kerja. Disarankan
berdekatan dengan laundry atau housekeeping untuk delivery
dan pengontrolannya.
Faktor pertimbangan untuk laundry :
a. Jumlah kamar tamu
b. Tingkat hunian
c. Tipe bed
d. Tipe linen
e. Jumlah dan tipe handuk
f.
Dimana handuk dipakai (kamar, pool, salon, spa dll)
g. Jumlah dan macam napkin
h. Tamu yang datang dan pergi (restouran turn over)
i.
Kebutuhan dry cleaning
71
Keuntungan sewa linen dan outside laundry
Beberapa hotel memilih untuk menggunakan outside
loundy, hal ini mengacu beberapa pertimbangan berikut :
a. Biaya invest ruang dan operasional yang efisien
b. Tidak perlu belanja detergen dan chemical lain
c. Biaya perawatan mesin laundry tidak ada
d. Mudah pengontrolan (berhubungan dengan cost)
e. Meniadakan satu departemen berarti efisiensi untuk
bugjed pegawai
Keuntungan laundry sendiri
Laundry sendiri merupakan salah satu alternatif, hal ini jika
menimbang beberapa faktor sebagai berikut :
a. Mandiri terbebas dari resiko luar (cuaca, pegawai dll)
b. Kontrol langsung ditangani sendiri
c. Pemeliharaan langsung agar lebih awet
d. Dicuci sesuai kebutuhan occupancy
Alokasi ruang untuk laundry
1. Washer extracktor sesuai ukuran
2. Tumbler/ pengering dengan variasi ukuran
3. Mesin lipat dan pengering
4. Perlengkapan untuk kondisi air
5. Alat pressing
6. Steambox
7. Alat lain
72
*strategy: pencucian bath rug (keset) towel,yang kecil
dicuci sendiri dengan mesin kecil, sedang linen-linen
berat di laundry di luar.
Perencanaan ruang penunjang
Ruang untuk up to date working ,drawing, wiring,
diagram plumbing dan perbaikan dari kontruksi ASLI
(as built drawing) harus ada.
73
Perencanaan Saving Energy dalam Operasional Hotel
Setiap gedung maupun bangunan lama dapat diambil
langkah untuk hemat energy. Khusus untuk penghematan
pemakaian listrik pada peralatan yang telah lama terpasang
dinyatakan sebagai tahapan Proriten (Program Pengiritan Energi).
Prinsip saving energy dalam operasional hotel :
1. No cost eco
Tidak ada biaya dalam pelaksanaan Program Pengiritan
Energi (Proriten). Contoh : mengadakan jadwal pemakaian
AC, Listrik, elevator, pompa air dan lainya.
2. Low cost eco
Beaya rendah sesuai anggaran yang disediakan setiap bulan.
contoh : jadwal pelaksanaan preventif dan maintenance
secara teratur.
3. Hight cost eco
Penggunaan beaya investasi serta perencanaan lebih tearah,
misalnya renvasi.
Dampak Penghematan Energi
1. Menekan biaya investasi
Hemat ernergi berkorelasi positif dengan pencegahan
reinvesment. Dengan kata lain, semakin upaya hemat energi
ditingkatkan
umur
investasi
akan
semakin
panjang.
Contohnya mematikan lampu pada kamar atau floor yang
tidak digunakan, hal ini akan menambah usia lampu.
74
2. Menambah keuntungan
Upaya hemat energy pada umumnya akan berkorelasi positif
dengan meningkatnya keuntungan. Hemat energy berarti
juga efisiensi biaya. Secara bisnis biaya operasional usaha
yang semakin kecil akan berpengaruh terhadap peningkatan
pendapatan. Contoh real adalah penggantian bathup di kamar
mandi
dengan
shower,
otommatis
akan
menghemat
penggunaan air dan listrik.
3. Hasil penghematan dipergunakan untuk biaya investasi atau
bonus prestasi kerja karyawan atau sebagai dana cadangan
Macam-Macam Program Konservasi Energi
1. kampanye untuk meningkatkan kesadaran karyawan
2. Pendidikan dan pelatihan
3. Penggunaan teknologi konservasi energy kepada para
pelaksana
4. Penelitian dan pengembangan setelah program dilakukan
5. Identifikasi proses :
a. Perbaikan fisiensi proses
b. Perbaikan efisiensi sarana
c. Perbaikan efisiensi peralatan
75
6. Penagturan prosedur (SOP yang memudahkan)
Mengenal Konsumsi Listrik pada Peralatan
Peralatan
Konsumsi listrik rata-rata
1. Pendingin
52 %
2. Penerangan
25 %
3. Peralatan listrik
4
4. Pompa air
6%
5. Elevator
4%
6. Lain-lain
2%
%
Manajemen Green Hotel
Green hotel adalah salah satu bagian dari green tourism
product. Green tourism sendiri merupakan komponen dari
sustainable
tourism
perjalanan
untuk
yang
didefinisikan
mewujudkan
sebagai
kegiatan
keberkelanjutan
dengan
melestarikan sumber daya alam, melestarikan budaya serta
memberikan sumbangan pada sektor ekonomi (Graci & R Dodds,
2008)
Direktorat
Standardisasi
Pariwisata
Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2011, tentang Penilaian Green
Hotel Award Kriteria green hotel yang dikutip oleh Sinangjoyo
(2013) mensyaratkan beberapa kriteria sebagai berikut :
76
1. Pengelolaan lahan dengan kriteria manajemen tapak
ramah lingkungan, luas area lansekap, lokal nursery
untuk ekterior
2. Efesiensi energi berkaitan dengan penghematan energi
listrik,
kampanye
penghematan
energi,
intensitas
konsumsi energi, pemantauan energi, implementasi
penghematan energi melalui selubung bangunan
3. Efesiensi air dengan melaku kan pengendalian air
limpasan hujan, penghematan air, pemasangan sub-meter
pene rapan pemeriksaan fasilitas pemipaan
4. Material termasuk pembelian bahan ramah lingkung an
yang meliputi renewable, reuse, reduce, recycle.
5. Kualitas udara dalam ruang, contohnya kampanye bebas
rokok, sistem ventilasi, sumber polutan, CO2 monitoring
6. Manajemen lingkungan sekitar salah satunya dengan
membentuk tim manajemen yang peduli lingkungan,
pengelolaan limbah, emisi udara, kerjasama pihak hotel
dan
tenant
(Direktorat
Standardisasi
Pariwisata
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2011,
tentang Penilaian Green Hotel Award)
Pedoman standarisasi dan sertifikasi ASEAN Tourism pada
green hotel memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Kebijakan terhadap lingkungan dan langkah untuk
operasionalisasi hotel
77
2. Pemakaian produk ramah lingkungan, secara sederhana
dapat diwujudkan dengan Penggantian tisu dengan
napkin atau penggunaan kertas bekas untuk print memo.
3. Menjalin kemitraan dengan masyarakat lokal, hal ini
ditujukan untuk membantu mengangkat nilai jual
produk–produk lokal, misalnya jajanan pasar yang dibeli
di pasar tradisional untuk menu coffebreak
4. Sumber daya manusia yang memiliki kommpetensi dan
komitment dalam menjalankan program green hotel
5. Pengelolaan limbah dan sampah, green hotel adalah hotel
yang
ramah
lingkungan
dalam
artian
dalam
operasionalnya tidak boleh menghasilkan limbah, sampah
atau polusi yang mengganggu ekositem/ lingkungan
sekitar.
6. Efesiensi energy, contohnya dengan Penggantian Ac
central dengan per-room dan masih banyak langkah
lainya
7. Ada upaya Efisiensi Air, dapat diwujudkan dengan
Mengganti pengunaan arid dari gayung menjadi shower
8. Management kualitas udara, dapat dilakuan dengan
penanaman tanaman perindang dan tananam yang mampu
menyerap karbon.
9. Pengendalian kebisingan suara, operasional hotel dengan
mesin-mesin tidak diperkenankan menghasilkan polusi
78
suara yang mengganggu masyarakat atau lingkungan
sekitar,
10. Pengelolaan
pembuangan
zat
kimia
beracun
(http://www.asean-tourism.com)
Program Sanitasi dan Safety Hotel
1. Sanitasi
: program pencegahan/ kesehata lingkungan.
Mencegah penyakit dan kecelakaan kerja dalam cara yang
aman
2. Safety
: Bebas dari gangguan, luka dan kehilangan.
Program manajemen safety selain harus mampy memberi
kesan aman juga harus mampu melindungi para tamu
maupun karyawan.
Sumber Pengawasan Sanitay Dan Safety
1. Personil
2. Inventory
3. Facility
4. Equipment (alat-alat)
Manfaat Pengawasan Sanitay dan Safety
1. Melindungi kesehatan tamu maupun pegawai
2. Mengurangi tingkat ketidakhadiran pegawai
3. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
4. Menambah umur peralatan
5. Mengurangi beban pengawasan
79
6. Mengurangi waste (kemubaziran)
7. Memberi rasa aman dan meningkatkan kinerja
pegawai
8. Memudahkan prosedur penanganan masalah (Sumber
: Bambang, 2011)
80
USAHA FOOD AND BEVERAGE / RESTORAN
Usaha Pelayanan Makanan
Sebelum membahas lebih jauh mengenai usaha restoran,
terlebih dahulu kita harus membedakan dua istilah berikut :
1. Food service = menyediakan makanan yang disiapkan untuk
dikonsumsi
2. Food service Establishment = berhubungan dengan usaha
penyediaan servis makanan
Definisi Restoran : restoran adalah satu jenis usaha jasa
pangan dilengkapi dengan peralatan danperlengkapan untuk
proses pembuatan penyimpanan, penyajian dan penjualan
makanan dan minuman bagi umum yang menempati sebuah
bangunan (KEP. Dirjen Pariwisata No: 15/U/11/1988 Tanggal 25
Februari 1988 tentang Pelaksanaan Usaha dan Penggolongan
Restoran)
Restoran (usaha food and beverage) pada intinya adalah
hospitality industri yang menjual jasa keramah-tamahan. Jasa
keramah-tamahan berarti dituntut adanya hubungan/ interaksi/
kontak yang baik antara penyedia jasa (staf) sebagai host dan
(pelanggan) sebagai guest. Intangible (factor tidak nyata) juga
menjadi penting sebagai faktor penentu kepuasan.
81
Beberapa Alasan Orang Makan di Restoran
Jika kita mengkaji lebih jauh menganai alasan pelanggan untuk
makan diluar, kira-kira akan kita temukan beberapa alasan
berikut:
1. To escape from boredom (melepaskan dari kejenuhan)
Terkadang tujuan seseorang datang ke restoran tidak hanya
sekedar untuk makan, banyak diantaranya yang datang untuk
sekedar melepas kejenuhan. Misalnya seseorang yang datang
ke kafe, tujuan utamanya adalah untuk sekedar menikmati
hiburan musik untuk melepas kejenuhan ditemani secangkir
kopi panas yang nikmat.
Jika banyak sekmen pengunjung dengan karakteristik
seperrti ini, maka pengembangan restoran bertema hiburan
atau cafe lebih cocok untuk dikembangkan, contoh : hard
rock kafe dan sebagainya.
82
2. To socialize (untuk bersosialisasi)
Pengunjung di restoran sering datang tidak untuk sekedar
makan, akan tetapi lebih sering untuk bersosial dengan
kolega, keluarga, meeting kecil, dan sebagainya. Contoh
yang paling sederhana adalah konsep angkringan di Jogja,
orang-orang datang ke angkringan motivassi utamanya
adalah untuk bersosial, sekedar ngobrol-ngobrol ringan
dengan rekan sejawat.
3. To be waited on (menunggu kolega)
Menunggu teman, atau menjadikan restoran atau kafe
sebagai tempat pertemuan (kopi darat) sudah menjadi budaya
umum di Indonesia.
83
4. To have food and environment different from those one has
at home (mencari lingkungan yang berbeda dari rumah)
Banyak restoran yang didirikan di tempat terpencil, di kaki
atau puncak gunung, pinggiran sungai, di area persawahan
adalah untuk memberikan suasana berbeda dari restoran lain.
Restoran jenis ini adalah untuk mengakomodasi orang-orang
yang datang dengan motivasi mencari hal berbeda dari
biasanya.
84
5. For convenience (untuk pertemuan)
Beberapa restoran sengaja menyediakan layanan banquets
servis dengan dilengkapi meeting room serta fassilitas
mendukung untuk memenuhi segment pelanggan yang
sengaja datang untuk mengadakan pertemuan di restoran.
6. For new experience (mencari pengalaman baru)
Trend wisata kuliner saat ini sedang berkembang pesat,
mencoba makanan khas dari berbagai daerah. Wisata kuliner
termassuk juga dalam hal mencari makanan baru dan
pengalaman baru.
85
7. For self-esteem (in case of up-scale restaurant) (Aktualisasi
diri).
Sebagian orang datang ke sebuah restoran dengan menu
super mahal atau datang ke sebuah restoran dengan menu
yang tidak biasa, tujuanya hanya untuk aktualisasi diri,
menunjukan gengsi tentang siapa dirinya, contoh :
Menikmati jamuan makan malam ala kerajaan dengan musik
di restoran Antique Bazaar Dubai, seolah-olah membuat kita
menjadi bagian dari keluarga kerajaan serta penuh
kebanggaan, karena besarnya biaya untuk menikmati
layanan ini hanya dapat dijangkau sebagian kecil dari
orang-orang yang mampu.
86
Alasan Orang Melakukan Usaha Restoran
Setelah mengkaji mengenai alasan seseorang untuk makan di
restoran maka sebagai bahan perbandingan kita dapat mengkaji
juga menganai beberapa alasan seseorang menjalakan bisnis
restoran, berikut beberapa alasan yang biasa menjadi dasar
seseorang berbisnis restoran:
1. Potensi pasar besar dan selalu bertambah
Hal ini sangat jelas setiap manusia yang hidup pasti selalu
membutuhkan makanan, untuk itu bisnis restoran merupakan
bisnis yang prospektif sepanjang jaman.
2. Peralatan
pendukung
operasional
telah
berkembang,
membuat bisnis FnB semakin mudah
Peralatan yang semakin lengkap serta kemajuan teknologi
dalam bidang kuliner membuat pekerjaan menjadi semakin
ringan, contoh adalah mesin pencuci piring otomatis, dengan
mesin ini hanya dibutuhkan satu staf oprerator untuk
menjalankan mesin, dengan kapasitas mencuci hingga
87
ribuan. Hal ini tenu sangat efisien dalam mendukung
operasional bisnis kuliner.
3. Waktu luang meningkat serta beberapa kondisi tertentu
menambah alasan orang makan di luar.
4. Harga makanan lebih tinggi = kesempatan yang baik untuk
mendapatkan uang (Marsum W.A., 1993).
Jenis Jenis Usaha Restoran
Dalam mengalola restoran fokuskan pada segmen mana
yang akan anda geluti (pada dining market atau eating market)
1.
Dining market (dinning food service)
Adalah golongan pasar dalam usaha makanan dan minuman,
dimana tujuan utama konsumen datang ke dining restoran
adalah untuk tujuan kegiatan bersosialisasi sambil makan,
menjalin relasi, kumpul-kumpul bersama teman dan lainya.
Yang harus ditekankan jika anda memilih konsen pada
dining market adalah dalam hal pelayanan. Pelayanan
makanan dan minuman dalam dining market harus prima,
ramah, dan berkelas.
Mempelajari
tipe-tipe
dasar
pelayanan
direstoran
seperti American service, English service, French service,
Russian service akan sangat membantu mengoperasikan
usaha restoran.
88
Dinning food service secara teori masih dibagi menjadi 2
kategori lagi yaitu fine dinning food service dan casual
dinning food service. Ciri khas restoran fine dinning food
service adalah :
a. Tamu lebih tua, lebih berpendidikan, berpenghasilan
tinggi, sosialisasi dan perjalanan wisata
b. Makanan disiapkan oleh chef dan waiters yang berskill
tinggi
c. Pelayanan prima adalah mutlak karena harga pelayanan
mahal
d. Mayoritas pelanggan adalah pelanggan-pelanggan loyal
yang harus di perlakukan dengan sangat hati-hati
(spesial)
e. Pelayanan terkesan sangat formal
Sedangkan ciri restoran casual dinning food service adalah
sebagai berikut :
a. Casual dining lebih cocok/ diminati lebih banyak level
pelanggan (multi segment)
b. Tamu dalam casual dining lebih tertarik pada menu
yang enak-enak.
c. Servis dalam casual dining lebih cepat, lebih sedikit
waktu dalam mengkonsumsi makanan, harga lebih
murah dibanding fine-dining formal restaurants.
89
2.
Eating market (eating food service)
Eating market adalah segment pasar dimana pelanggan
datang ke restoran hanya untuk sekedar makan. Hanya
memenuhi kebutuhan dasar biologisnya menghilangkan
lapar.
Yang harus ditekankan dalam pelayanan adalah kecepatan
melayani, dan kepraktisan serta tidak bertele-tele. Kategori
atau bentuk eating food service dalam restoran :
a. Off-premise operations, dinikmati diluar restoran
(Utama, 2016).
1)
Take away/ out (dibawa pulang)
Ciri khas, makanan disiapkan untuk dikonsumsi
diluar operasional restoran (off premises operations),
biasanya
makanan
dikemas,
dan
pelanggan
membawa ke tempat lain (diluar restoran) untuk
dimakan/ dibawa pulang
2)
Drive through (letakan langsung ke piring)
Ciri khas, makanan diletakan oleh penjual ke piring
pelangganmelalui semacam konter/ jendela
3)
Delivery (diantar)
Biasanya merupakan bentuk pelayanan tambahan/
divisi bagian pada suatu restoran, yang mengantarkan
pesanan makanan ke rumah pelanggan. Pelayanan
delivery
membutuhkan:area
90
parker
kendaraan
pengantar,
staf operator telepon yang terlati,
pengendara/ driver antar yang terlatih
b. On-premise operations (pelayanan di lokasi)
1)
Quick-service restaurants (restoran cepat saji)
Biasanya cocok untuk berbagai jenis / segmen pasar
yg luas, Biasanya cocok untuk servis kepada setiap
kalangan demografis, tidak begitu membutuhkan
skill pegawai yang tinggi, mengandalkan kecepatan
servis dan harga murah, menawarkan menu yang
terbatas,
membutuhkan
skill
manajerial
yang
terampil.
2)
Mid-scale restaurants (restoran skala menengah)
Merupakan jenis quick-service operations, system
produksi yang disederhanakan dengan menu-menu
yang dispesialisasikan untuk mereduksi kebutuhan,
keterampilan pegawai, biasanya juga menjaga harga
dan mengembangkan servisyang cepat
a) Famili restaurants
Restoran
sederhana
yang
menghidangkan,
makanan dan minuman dengan harga murah,
terutama disediakan untuk, tamu-tamu keluarga
/ rombongan
91
b) Cafetaria/ kafe / buffet
Cafetaria/ kafe adalah restoran kecil yang,
Mengutamakan
penjualan
cake
(kue),
Sandwich(roti isi), kopi dan the. Pilihan
makanan terbatas dan tidak menjualalkohol
c) Pizza operation
Restoran yang khusus menjual pizza. Kadang
juga menjual spagheti serta makanan khas italia
yang lain.
3)
Casual restoran
Karakteristiknya adalah suasana restoran yang
rileks/santai, cocok untuk berbagai kalangan.
a) Spesiality restoran
Restoran
dengan
suasana
dan
dekorasi,
disesuaikan dengan tipe khas makanan, yang
disajikan atau menurut tema, misal restoran
Cina, Jepang, Indonesia, pelayanan berdasarkan
negara asal tersebut
b) Etnic Restoran
Restoran yang mengasosiasikan budaya tertentu
c) Entertaiment/ Theme Resto
Restoran yang didesain dengan tema tertentu di
wujudkan melalui penataan element dekorasi,
konsep dan suasana contoh : English Circus
92
Theme, Railroad Cars or Stations, Automobiles,
the Old West, dan lainya.
Jenis Pelayanan dan Menu di Restoran
Dalam bisnis restoran terdapat beraneka ragam gaya
pelayanan, gaya pelayanan yang dimaksud meliputi :
1. A la carte
Menu makanan minuman yang masing2 jenis makanan dapat
diorder secara terpisah.
2. Table d’hote
Menu makanan lengkap, dari hidangan pembuka utama
sampai dengan hidangan penutup, yang disajikan secara
berurutan.
3. Continental Breakfast
Continental Breakfast adalah jenis pelayanan untuk makan
pagi ringan yang murah, biasanya berisi menu berikut :
93offee/ croissant, butter, jam, fruit, juice, 93offee/ tea.
4. American Breakfast
American Breakfast dapat berrarti pelayanan atau menu yang
memiliki ciri khas adanya egg, bacon/ ham/ sausage, cereal,
cake, fruit, juice, cofee/ tea.
93
PERENCANAAN RESTORAN
Pilih Lokasi yang Strategis
Secara logika restoran yang ramai di pusat kota akan
mengalami kemunduran jika lokasinya saya pindahkan ke
pelosok, restoran yang ramai di pelosok akan lebih ramai lagi jika
saya pindahkan ke tengah kota yang ramai aktifitas manusia.
Memang tidak menutup kemungkinan restoran di pelosok
pedesaan juga ramai jika restoran tersebut memiliki keunikan
tersendiri serta susah ditemui di restoran lain baik dari segi
konsep/tema, lokasi alam sekitar yang indah, rasa makanan dan
admosfer keramahan sosial-budaya yang medukung.
Akan tetapi sangat tidak disarankan untuk mengabaikan
faktor lokasi jika restoran anda adalah restoran yang umum atau
biasa biasa saja missal restoran franchise KFC, Jogja Chiken,
bakso dan lainnya.
Hal yang dapat dipertimbangkan dalam memilih lokasi
adalah kemudahan dijangkau, keamanan, kemudahan mendapat
ijin usaha, prospek lokasi ke depan dan potensi banyaknya
pelanggan dan faktor teknis lain seperti lahan parkir, dukungan
air, listrik, kejenuhan/ persaingan usaha sejenis dan seterusnya.
94
Identitas dan Citra Usaha Restoran
Identitas usaha dalah ciri-ciri yang dapat dibuat dengan
berbagai atribut seperti logo, dominasi warna, bentuk pelayanan,
menu makanan, konsep tempat, admosfer/ tema yang dibentuk
dan lain-lain.
Sedangkan citra adalah mengenai bagai mana persepsi konsumen
dalam alam perasaanya meniali usaha atau produk kita.
Kekhususan identitas harus terus kita pertahankan
keseragamanya,
keunikanya,
dari waktu
ke
waktu
serta
konsistensinya, bahkan dari tempat ke tempat jika kita ingin
membentuk cabang usaha. Janganlah kita yang menjalankan
restoran prancis tetapi kita juga menjual menu-menu masakan
China. Hal ini akan membuat kerancuan terhadap identitas dan
citra usaha kita.
Untuk terus memperkuat citra dengan selalu melakukan
usaha pemasaran/
promosi, atau
bahasa
kerenya
menjaga
“Brand Image”. Beberapa contoh branding yang dapat dipakai
misalnya “restoran anti MSG,” “retoran dengan rendah lemak,”
“warung makan organic” dan lain sebagainya. Pemilihan
branding dibuat menarik, kreatif, disesuaikan dengan permintaan
pasar dan isu-isu segar terkini.
95
Penanganan Arus Barang
Perhatikan mutu (kualitas, kuantitas dan kesesuaian barang
yang kita pesan dengan barang spesifikasi barang yang diterima).
1. Dalam
pembelian, orang
orang
yang
terlibat
dalam
pembelian harus orang terpercaya dan menguasai benar
tentang kualitas bahan makanan atau food grade agar tidak
mudah tertipu oleh supliyer nakal. Misalnya saja tentang
perbedaan antara jenis daging yang biasa dipakai dalam
pembuatan steak. Staf bagian pembelian harus bisa
membedakan mana yang tenderloin, mana yang sirloin, rip
dan sebagainya.
2. Dalam penerimaan, setiap barang yang diterima wajib di cek
kesesuaian dengan fraktur/ nota, tanggal kedaluarsa, jumlah,
keutuhan kemasan, dan lain-lainya.
3. Penyimpanan, gunakan
system
FIFO
(first
in
first
out), pelajari metode penyimpanan yang tepat terhadap setiap
jenis bahan makanan yang berbeda karakter. Misalnya,
tentang bagai mana menyimpan bahan-bahan serbuk yang
benar, bagaimana menyimpan daging yang benar, bagaimana
menyimpan sayuran dan seterusnya.
4. Pengeluaran/ masuk, setiap pengeluaran barang dari gudang
dan barang masuk kegudang wajib dicatat.
96
System Kontrol yang Tepat
Jenis harta restoran yang umumnya dikendalikan adalah
persediaan, kas, dan aktiva lancar, dapat dilakukan dengan
pembuatan jurnal akutansi yang tertib, didukung sitem nota yang
aman sehingga sulit dimanipulasi. Sedangkan yang berupa aktifa
tetap, misalnya peralatan makan dapat diinventori secara berkala,
bisa bulanan atau setiap 3 bulan tergantung tingkat resiko. Barang
barang kecil yang digunakan setiap hari seperti spoon, cup, glass
sebaiknya diinventori minimum sebulan sekali.
Catat kehilangan, apakah kehilangan masih dalam batas
yang relevan? Jika hanya satu dua rusak karena pecah dan
seterusnya itu merupakan hal yang wajar, dan dapat segera
diganti.
Sumber Daya Manusia yang Kompeten
Manusia yang kita pekerjakan harus memiliki standar
kompetensi (pengetahuan, keterampilan, attitude, serta integritas)
yang baik.
Sebuah kasus di restoran di Cipa-- yang mulanya sangat
ramai menjadi bangkrut hanya karena stafnya kepergok
mencampur bebrapa sisa minuman teh dari gelas yang diminum
tamu dalam gelas baru untuk kemudian disajikan ke tamu
berikutnya. Hal ini hanya masalah attitude staf, namun
97
dampaknya sangat liuar biasa, dalam sekejap bisa meruntukan
citra restoran besar.
Sedikit saja komentar /kekecewaan pelanggan pada era
sekarang dengan kemajuan teknologi internet dapat dengan
sekejab dapat merusak image usaha kita melalui isu di dalam
media social.
Menghidupkan Admospere Restoran dengan Pelayanan yang
Ramah
Usaha restoran merupakan usaha hospitality dimana
keramah-tamahan menjadi fundamental usaha. Sebagai usaha
hospitality,usaha restoran dituntut adanya interaksi/ kontak yang
baik antara tuan rumah (pemilik restoran, staf pelayan dll) dan
tamu (pelanggan).
Ramah dalam istilah bahasa jawa (sumeh/ sumringah),
dapat diciptakan dari senyuman, tutur sapa, bahkan bahasa tubuh
staf yang baik saat melakukan pelayanan. Ingat juga bahwa
suasana restoran, cat dekorassi, pencahayaan juga mendukung
kesan ramah. Ramah bagi satu segmen belum tentu remah bagi
segmen lainya, wujudkan suasana ramah bagi anak harus yang
bagaimana, ramah bagi remaja bagaimana menciptakanya, dan
sebagainya sangat relatif.
Dalam lingkup usaha hospitality memang terdapat produk
yang nyata yaitu makanan yang enak dan lezat, namun produk
98
yang tidak nyata berperan secara lebih dominan yaitu keramahan
staf yang bertugas, service yang baik, serta atmosfer lingkungan
yang hangat/menyenangkan dan berkesan.
Perencanaan Tata Ruang yang Tepat
Tata letak yang ideal adalah tata letak yang memudahkan
dalam operasional kita terutama dalam pelayanan, rapi, indah
dipandang, menunjang kenyamanan pelanggan dan staf dalam
melayani. Pemilihan jenis kursi, meja, wara serta letaknya harus
dipikirkan benar benar, karena selain menunjang karakter restoran
anda, penataan yang tepat akan mengurangi tingkat kecelakaan
kerja.
Saya menyarankan penataan layout sebaiknya disesuaikan
dengan urutan asemblingnya mulai dari tempat barang mentah
datang, tempat proses pengolahan, hingga tempat keluarnya
produk dan akhirnya disajikan kepada tamu.
Usahakan garis urutan ini tidak menemui batu sandungan,
saling bertabrakan, tikungan maut, putaran ular, apalagi putaran
terbalik karena nantinya akan sangat berbahaya jika pergerakan
staf saling bertabrakan saat bekerja.
Fasilitas food and beverage memiliki 3 area utama:
1. Food area, dimana makanan disiapkan :
a. Purchasing
b. Receiving
99
c. Storing and Issuing
d. Producing
e. Serving
2. Dining area, tempat dimana pelanggan mengkonsumsi
makanan dan minuman
3. Beverage area, dimana produk minuman diolah/ disiapkan.
Layouting
Yang diperhitungkan dalam pembuatan layout yang efisient
1. Space (ruang)
2. Equipment (alat-alat)
3. Lighting (penerangan)
4. Ventilation (ventilasi)
5. Materials flow (arus barang)
6. Traffic flow (aliran untuk jalan)
Lighting
Ada 2 dasar pencahayaan menurut teori, diantaranya :
1. Direct lighting  adalah penerangan langsung yang produce
shadow (memproduksi bayangan)
2. Indirect lighting  adalah penerangan pendukung yang
softer and produce no shadow (tidak memproduksi
bayangan)
100
3. Low lighting level  to create an intimate atmosphere,
remang-remang untuk menambah keromantisan, hal ini
sangat cocok untuk restoran dinning.
Perencanaan Sesuai Materials Flow
Smooth process of food, atau proses makanan yang lembut,
lembut dalam hal ini berarti alur proses pengolahan yang lancar,
praktis, efisien, dan tanpa ada halangan. Untuk mengupayakan
smooth process of food dapat mengacu alur berikut :
Receiving Area  Storing Area  Issuing Area 
Production Area  Finising Area  Serving Area
Area penerimaan (receiving) hendaknya diletakan dekat
dengan
pintu
masuk
barang-barang
untuk
memudahkan
penerimaan barang bahan baku produksi dari supliyer/ vendor.
Kemudian storing atau gudang penyimpanan diletakan
setelah receiving area, hal ini bertujuan untuk memudahkan
dalam mengambil barang yang baru datang dari bagian
penerimaan (receiving) untuk disimpan di gudang (store).
Producing area diletakan dekan antara stroring dan isuing
area, bagian produksi atau kichen dan bar merupakan bagian yang
sangat sibuk dalam mengolah makanan dan minuman. Permintaan
pelanggan yang terkadang datang tiba-tiba, serta stok di dapur
yang sering habis membuat staf harus segera mengambil bahabahan baru dari gudang atas persetujuan bagian isuing. Untuk
101
alasan inilah maka penempatan producing area penting untuk
ditempatkan disamping stroring dan isuing area.
Serving area diletakan setelah area finishing (produksi
akhir). Serving area merupakan area dimana tamu mendapatkan
pelayanan dari waiters, mudahnya serving area adalah tempat
dimana tamu makan dan minum di meja makan. Hendaknya
serving area terletak disamping area finishing (produksi akhir).
Finishing area merupakan tempat makanan atau minuman telah
siap saji lengkap dengan alat saji, garnis, dan ornamen hiasan
lainya.
Pertimbangan Traffic Flow
Pertimbangan menentukan arus jalan karyawan adalah
dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut :
1. Cukup luas untuk lewat pelayan dan segala peralatanya
Pertimbangkan juga mengenai gaya pelayanan, apakah
cukup untuk lewat sebuah trolly.
2. Bebas pergerakanya (ergonomis)
Ergonomis adalah tentang kesesuaian alat dan lingkungan
kerja dengan postur atau tubuh manusia. Ergonomi
berhubungan dengan stamina, kemudahan, kenyamanan serta
mengurangi potensi cidera. Contoh aplikasi ergonomi
berhubungan dengan keamanan, misalnya gagang pisau yang
dibuat dengan ukuran cukup pas bagi telapak tangan/
102
genggaman manusia dewasa, dibuat dari bahan karet atau
kayu sehingga tidak licin dan resiko terlepas dari genggaman
sangat kecil. Ergonomi berhubungan dengan kenyamanan,
contoh sepatu yang anda pakai, akan lebih nyaman jika
ukuranya pas (ergonomi) tidak terlalu longgar, tidak terlalu
sesak.
Pertimbangan Beverage Area
Pada prinsipnya, penempatan ruang beverage area hampir
sama dengan tata letak food area dengan prinsip smooth process.
Pada umumnya servis minuman biasanya memerlukan 5 area
sebagai berikut
1. Purchasing, area pembelajaan untuk barang yang baru
datang atau diatar supliyer
2. Receiving, area peneriamaan barang
3. Storing and Issuing, area gudang
4. Producing, area produksi minuman yang tidak terlihat tamu/
pelanggan
5. Front bar, bar depan
6. Service bar, area servis minuman dalam bar
7. Special-purpose bar
8. Serving area, area pelayanan kepada tamu yang lebih luas
103
MANAJEMEN HOSPITALITY
Fungsi manajemen secara umum dikenal dengan singkatan
POAC, karena fungsi manajemen terkait dengan kegiatan
Planning, Organizing, Actuiting, Controling.
Planning, merupakan kegiatan manajemen dalam hal
merencanakan, planning paling penting untuk digunakan dalam
berbagai tipe bisnis. Tanpa perencanaan yang baik tentu risiko
kegagalan bisnis akan semakin besar. Kriteria perncanaan yang
baik adalah ada kemungkinan dicapai, harus terukur dalam hasil,
ada batas waktu pencapaianya.
Organizing
termasuk
staffing,
terkait
kemampuan
manajemen dalam membagi aliran kekuasaan dan komunikasi
antara tingkat-tingkat jabatan dalam organisasi. Sedangkan
stafing terkait dengan kemampuan manajemen untuk merekrut
dan memilih orang yang tepat dalam mengisi suatu jabatan
organisasi yang nantinya personil-pesonil tersebut menentukan
kinerja organisasi keseluruhan.
Actuitinng
atau
kadang
dikenal
dengan
directing,
berrkaitan dengan kemampuan manajer untuk memimpin dan
memberi pengarahan, motivasi, melatih, kepada para stafnya.
Controling/
Evaluating,
merupakan
kemampuan
manajemen untuk menentukan perluasan capaian perusahaan.
104
Evaluasi juga berarti melihat kembali pada tujuan awal
perusahaan
apakah telah tercapai secara sempurna, serta
perencanaan kembali untuk masa yang akan datang. Controling
juga terkait apakah standar operasional prosedur berjalan sesuai
yang seharusnya.
Mengingat ruang lingkup bisnis hospitality yang sangat
luas, maka dalam buku ini pembahasan manajemen akan
difokuskan pada dua bentuk usaha hospitality, yaitu usaha
penginapan (lodging establishment) khususnya hotel, dan usaha
makanan dan minuman/ restoran (food and beverage). Akan
tetapi konsep manajeman hospitality dalam buku ini sebenarnya
masih dapat diaplikasikan pada bentuk usaha lainya yang
mengutamakan hubungan baik pelaku usaha kepada pelangganya
(hospitality oriented), misalnya diaplikasikan pada pelayanan
bank, jasa konsultan, minimarket, dan lain sebagainya.
Bisnis hospitality adalah bisnis tentang bagaiamana
mengelolah hubungan sesama manusia, antara pelaku usaha
sebagai tuan rumah yang baik (host) dan pelanggan sebagai tamu
yang datang (guest).
Selain dari aspek pemasaran dan pelayanan, mewujudkan
bisnis hospitality yang sukses juga perlu didukung dengan
pengelolaan/ manajemen sumber daya manusia yang profesional,
juga manajemen keuangan dan operasional yang efektif dan
efisien.
105
Fungsi-fungsi manajemen diatas akan dibahas dalam buku
ini secara keseluruhan namun dalam sudut pandang makro
sebagai sebuah pengantar. Untuk mempelajari aspek manajerial
secara lebih mendalam, penulis tetap menyarankan untuk
memperlajari buku-buku lainya yang membahas secara lebih
spesifik mengenai manajemen pemasaran, manajemen keuangan,
manajemen SDM, dan juga manajemen operasional.
106
MANAJEMEN PEMASARAN HOSPITALITY
Devinisi Pemasaran
Devinisi pemasaran yang diterima secara umum adalah
devinisi yang digunakan oleh UK Chatered Institute of
Marketing, yaitu pemasaran sebagai proses manajemen yang
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengantisipasi, dan
memuaskan kebutuhan konsumen secara menguntungkan
(Suryadana, 2015).
Sementara Kotler & Makens (1999), mengungkapkan
pengertian pemasaran sebagai proses dimana perusahaan
menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan
yang kuat dengan pelanggan untuk menangkap nilai yang baik
dari pelanggan sebagai imbalanya.
Sedangkan
pemasaran adalah
Kertajaya
sebuah
(2013)
menyatakan
disiplin bisnis strategi
bahwa
yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran, serta perubahan
nilai dari satu inisiator kepada stakeholder-nya.
Jika
dirangkum
dari
beberapa
poin
kunci
yang
diungkapkan para ahli diatas, dapat kita rangkum sebuah
definisi pamasaran yang baru sebagai sebuah upaya atau proses
menciptakan, menawarkan, membangun hubungan baik, serta
memberikan nilai lebih yang mampu memuaskan pelanggan.
107
Dalam pemasaran bisnis hopitality, upaya membangun
hubungan baik yang memuaskan serta menguntungkan kedua
belah pihak, pelanggan dan pemberi jasa, adalah suatu
kemutlakan. Dan interaksi merupakan hal penting yang harus
dikelola dengan baik oleh perusahaan jasa termasuk juga dalam
bisnis hospitality (C. Lovelock, 2011).
Contoh, sebuah hotel yang baik tidak akan dapat disebut
bisnis hospitality jika tidak terdapat hubungan yang baik antara
pelanggan dan pelaku usaha, tidak ada unsur keramahan dan
pelayanan yang prima dari para stafnya terhadap tamu,
sekalipun ada hotel seperti itu kemungkinan laku hanya jika
hotel tersebut tidak memiliki pesaing sejenis yang setara
(monopoli).
Contoh bisnis monopoli adalah PLN, sekalipun kita tidak
puas, listrik sering padam tanpa pemberitahuan, tetap saja kita
berlangganan listrik dari PLN. Hal ini tidak dapat disebut
sebagai puas atau loyal, melainkan hanyalah ketidakberdayaan
akibat tidak adanya pilihan lain, atau biasa disebut sebagai
loyalitas semu.
108
Kondisi Pemasaran Bisnis Hopitality Saat Ini
Pelaku pemasaran dalam bidang usaha hospitality seperti
hotel dan restoran menemukan masalah kritis pemasaran untuk
alasan berikut: perhotelan dan produk pariwisata lain mayoritas
berbasis barang tidak berwujud (intangible), tidak dapat
dievaluasi sebelum dikonsumsi mereka (simultanity), sehingga
meningkatkan pentingnya pengaruh interpersonal; banyak
produk hospitality dipandang sebagai pembelian berisiko tinggi
(high risk), yang risiko emosional referensi evaluasi kelompok
merupakan aspek penting dari proses pengambilan keputusan;
umumnya hospitality khususnya yang terkait pariwisata
merupakan produk musiman dan tidak tahan lama (perishable)
sehingga kemungkinan meningkatkan tingkat stres bagi
penyedia jasa; perhotelan dan industri pariwisata adalah sangat
kompetitif,
menunjukkan
bahwa
penggunaan
pengaruh
antarpribadi secara online mungkin memberikan keuntungan
kompetitif; dan akhirnya, mengingat keunikan karakter industri
hospitality serta sedikitnya literatur yang berhubungan dengan
masalah ini , muncul pengembangan dan diskusi strategi untuk
mengelola pengaruh interpersonal dalam lingkungan elektronik
(Litvin, Goldsmith, & Pan, 2008).
Saat ini pemasaran memasuki era baru dimana peran
internet sangat mendominasi, orang-orang semakin terkoneksi,
dengan internet didukung media sosial berita menjadi sangat
109
mudah menyebar dalam hitungan detik, hal ini merupakan
sebuah keuntungan juga merupakan masalah baru yang perlu
disikapi dengan bijak oleh pemasar dalam binis hospitality.
Internet
sebagai
sebuah
meningkatkan
efisiensi
dan
informasi/
komunikasi.
kentungan
efektivitas
Dengan
dalam
sisi
serta
kecepatan
penyebaran
elektronik
teknologi, tidak mengherankan bahwa interaksi maya antar
konsumen semakin menjamur (Yoo & Goldsmith, 2006).
Saat ini semakin mudah penjual jasa hotel, destinasi
wisata atau restoran dalam mempromosikan bisnisnya dengan
bekerjasama dengan penyedia website informassi wisata.
Contoh tripadvisor.com
yang disebut-sebut oleh perusahaan
sebagai "situs terbesar untuk ulasan wisata yang memberikan
kisah nyata tentang hotel, atraksi dan restoran di seluruh dunia.
Lebih dari 1.926.031 berisi ulasan dan diperbarui setiap menit
dan setiap hari oleh wisatawan nyata; itu berisi 'telah ada,
melakukan itu di dalam informasi serta tawaran terbaik untuk
tanggal perjalanan (tripadvisor.com, 2005).
Selain sebagai sebuah keuntungan, teknologi khususnya
internet juga dapat menjadi sebuah ancaman bisnis yang nyata
jika tidak disikapi dengan baik. Kecepatan informasi negatif
tentang bisnis kita juga sangat mudah tersebar, sekali pelanggan
dikecewakan dengan mudah mereka mengunggah berita
kekecewaanya terhadap bisnis kita di internet, seketika itu juga
110
informasi menyebar dengan pesat tanpa mampu untuk
dibendung, layaknya bom waktu, ataupun longsoran bola salju
yang semakin lama akan semakin besar.
Dalam kondisi dunia usaha yang semakin komplek,
dibutuhkan model pelayaanan yang juga kompleks, konsep
pemasaran holistik merupakan suatu pendekatan terhadap suatu
pemasaran yang mencoba mengakui dan mendamaikan lingkup
dan kompleksitas kegiatan pemasaran. Dalam pemassaran
holistik segala sesuatu bisa terjadi, pemasaran dengan perspektif
yang luas dan terpadu sering membutuhkan empat komponen
dari pemasaran holistik yaitu relationship marketing, integrated
marketing, internal marketing, dan sosial responsibility
marketing (Suryadana, 2015).
1. Relationship marketing, merupakan pemasaran yang
bertujuan membangun hubungan jangka panjang serta
saling
memuaskan
antara
pemasar
(pelaku
bisnis
hospitality) dengan steakholder usaha yaitu : pelanggan,
pemasok, distributor, masyarakat sekitar dan lain-lainya).
Hospitality merupakan bisnis hubungan, seperti telah
disebutkan dalam bab pengantar, maka dari itu menjaga
hubungan yang baik dan saling memuaskan adalah kunci
utama dalam memasarkan bisnis ini. Hubungan yang baik
dapat diwujudkan dengan upaya-upaya pelayanan yang
prima yang akan dibahas pada bahasan yang akan datang.
111
2. Internal marketing, pemasaran internal adalah merekrut,
melatih dan memotivasi karyawan yang mampu melayani
pelanggan dengan baik sehingga pelanggan terpuaskan.
Ingatlah bahwa bisnis hospitality merupakan bisnis
mengelola hubungan manusia. Sebuah bisnis kopi
starbuck memiliki tips jitu agar karyawan memiliki
kemampuan untuk mampu memberikan pelayanan yang
memuaskan, yaitu dengan cara memuaskan pegawai/
stafnya dahulu. Upaya yang dilakukan starbuck adalah
dengan menciptakan pola dan lingkungan kerja yang
menyenangkan bagi karyawan. Mereka percaya bahwa
karyawan yang puas, akan berkerja dengan senang dan
sepenuh hati sehingga mampu memberikan pelayanan
pelanggan yang memuaskan.
3. Sosial responsibility marketing, konsep pemasaran yang
menuntut para pemassar untuk memasukan pertimbangan
sosial dan etis ke dalam praktik pemasaran mereka. Para
pemasar
harus
kepentingan
laba
mengatur
perusahaan,
dan
menyeimbangkan
pemuasan
keinginan
konsumen dan juga kepentingan publik. Isu sara dalam
promosi jelas bukan hal yang etis untuk dilakukan dalam
pemasaran bisnis apapun, apalagi bisnis hospitality atau
keramah-tamahan yang menuntut adanya hubungan baik.
Isu mengenai dampak sosial usaha terhadap lingkungan
112
atau masyarakat sekitar wajib dikelola, hendaknya suatu
usaha memberikan kontribusi manfaat ekonomi dan sosial
bagi masyarakat sekitarya agar usaha tersebut tetap
berkelanjutan.
4. Integrated marketing, adalah pemasaran yang terpadu
untuk menciptakan, mengkomunikasikan , menjaga
hubungan baik serta memberikan manfaat atau nilai bagi
pelanggan. Penerapan aktifitas pemasaranya secara
menyeluruh dalam manajemen permintaan, manajemen
sumberdaya dan manajemen jaringan.
Jika disederhanakan, tujuan akhir pemasaran adalah sebuah
transaksi, ringkasnya sistem pemasaran adalah menciptakan
kondisi sebagai berikut :
1. Tingkat konsumsi/ penjualan produk yang maksimum
dan berkelanjutan.
2. Kepuasan konsumen yang maksimum, sukur jika
kualitas prosuk kita bisa melamapai puas, yaitu surprise
3. Tingkat pilihan konsumen yang maksimum, dengan
inovasi dan variasi produk serta pengalaman baru bagi
pelanggan.
4. Kualitas hidup konsumen yang maksimum, hospitality
dan pariwisata adalah usaha atau bisnis yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pelanggan.
113
Strategy dan Alat Pemasaran
Variasi konsep, definisi, dan teori pemassaran sangat
beragam dan masing-masing disampaikan para ahli dengan sangat
baik. Namun dalam buku ini penulis akan mencoba untuk
menyederhanakan berbagai konsep yang telah ada menjadi
strategy dan alat pemasaran.
Strategi pemasaran yang dimaksud meliputi : segementasi,
targeting, dan positioning (STP).
Segmentasi,
secara
sederhana
merupakan
upaya
mengelompokan pasar yang heterogen (beraneka ragam) menjadi
kelompok-kelompok
yang
lebih
homogen.
Segmentasi
merupakan dasar untuk memulai strategi pemasaran. Segmentasi
dapat dilakukan berbasarkan geofrafi (asal wisatawan), demografi
(jenis kelamin, usia, pendidikan dan seterusnya), psikografi (gaya
hidup dan kepribadian) dan banyak cara lainya. Dipilih yang
paling sesuai dan mudah dipahami dan diaplikasikan.
Targeting, mentarget adalah upaya mengevaluasi setiap
daya tarik segmen kemudian memilih satu atau lebih segmen
(karakteristik) untuk dilayani
(Kotler & Armstrong, 2012).
Targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan
menjangkau
pasar.
Tentunya
target
dipilih
yang
paling
menguntungkan serta kebutuhan dan permintaanya dapat dilayani
dengan efektif dan efisien.
114
Positioning, adalah tindakan untuk merancang produk dan
bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu di benak
konsumen. Contoh Indonesia melakukan positioning dalam
pemasaran pariwisata dengan jargon “wonderful asia”, tentu
dalam persepsi calon konsumen Negara Indonesia dianggap
sebagai
negara
yang
menakjubkan
di
Asia
dengan
keanekaragaman budaya yang dimiliki. Positioning hendaknya
memang menggambarkan keadaan sebenarnya dari produk kita,
bukan sekedar jargon semata. Karena positioning membentuk
persepsi, persepsi yang akan diuji keabsahanya setelah pelanggan
benar-benar menicicipi produk kita (uji realibility), positioning
yang berlebihan akan menciptakan harapan yang terlalu tinggi.
Sedangkan harapan yang terlalu tinggi jika tidak mampu
terpenuhi menimbulkan kekecewaan.
Untuk mengimplementasikan strategi pemasaran (STP)
diatas, dibutukan sebuah media, metode, ataupun alat. Dalam
buku ini, alat pemasaran yang dimaksud adalah bauran
pemasaran. Dalam dunia pemasaran keempat konsep tersebut
terkenal dengan istilah 4 P. Ruang lingkup dan permasalahan
dalam bauran pemasaran diataranya :
1. Apa
produk
yang
cocok
dijual
dan
bagaimana
mengemasnya (product). Sebelumnya menentukan produk
bagaimana yang akan kita jual, pembaca dalam meninjau
kembali pada bab awal buku ini mengenai karakteristik
115
hospitality. Dalam bisnis hospitality, mengambil contoh
hotel. “Bukan sekedar tentang kamar yang dijual, bukan
sekedar makanan yang diasajiakan kepada tamu, namun
produk hospitality adalah keseluruhan unsur (tangible dan
intangible) yang membentuk pengalaman tamu, dari
pelayanan sejak dia datang ke hotel, selama berada dan
menikmati segala fasilitas hotel, hingga terakir dia pergi
meninggalkan hotel kita.” Bahkan mungkin hospitality
dapat
diupayakan
sebelum
tamu
datang
dengan
menciptakan kesan hospitable, atau jauh hari setelah
terakhir berkunjung dengan cara recaling tamu yang pernah
menginap dengan memberi ucapan selamat pada hari
spesialnya (menjaga hubungan).
2. Bagaimana cara promosinnya (promotion), bauran promosi
dapat berupa iklan, personal seling, sales promosion,
publisitas dan sebagainya. Saat ini era digital, kegiatan
promosi menjadi mudah melalui internet, namun jangan
dilupakan bahwa saat ini masih terdapat sebagian kecil
masyarakat yang gagap teknologi (gaptek). Ada jargon
sederhana “Kenali ikanya dan pakailah jaring yang benar,”
hal ini juga berlaku dalam promosi pemasaran. Mengenali
siapa target pasar yang akan di kejar terlebih dahulu
kemudian baru memilih alat dan sarana prosmosi yang
tepat agar kegiatan promosi berjalan secara efektif. Tidak
116
selamanya online marketing/ marketing elektronik efektif,
dan tidak selamanya marketing secara offline/ media cetak,
personal seliling dianggap tidak effektif. Semua tergantung
kepada siapa, dimana, dan kapan promosi dilakukan.
3. Dimana lokasi dan bagaimana cara distribusinya (place),
Dalam bisnis hospitality yang distribusi yang dimaksud
bukanlah memidahkan barang yang dijual, melainkan
upaya memudahkan akses pembelian dan informasi agar
mudah dijangkau konsumen.
Bekerjasama dengan pihak ketiga merupakan solusi jitu
dalam bisnis hospitality. Pelaku usaha dapat berkerjasama
dalam pemasaran dengan travel agent, biro perjalanan
wisata, ataupun dengan situs penyedia informasi wisata
seperti traveloka.com untuk memasarkan produk kita.
Terakhir tentang berapa harga jual yang pantas dibebankan
kepada pelanggan (price), karakteristik produk hospitality
yang heterogen menyebabkan penentuan harga menjadi
sedikit sulit.
4. Berapa harga yang pantas
Mengingat produk horpitality merupakan produk jasa yang
susah diukur secara kuantitatif maka untuk menetapkan
harga
menjadi
sangat
susah.
Menentukan
berapa
sebenarnya biaya prosuksi dan berapa harga yang pantas
untuk ditawarkan kepada pasar bukan merupakan perkara
117
mudah. Untuk membantu biasanya ditetapkan dengan
konsep Activity Based Costing (ABC), atau harga berbasis
pada aktifitas jasa yang didapat, atau perlakuan (C. H.
Lovelock & Wirtz, 2001).
Kadang kala dalam prakteknya dikenal dengan istilah
pelanggan reguler atau VIP, member silver, emas, atau
platinum serta istilah-istilah lainya. Masing-masing nama
atau jenis pelanggan tersebut berhubungan dengan hak
pelayanan/treatment yang didapat pelanggan dari penyedia
jasa, serta besarnya biaya yang harus dikeluarkan.
Alat dan metode
implementasi :
Stategy
STP
4P
Perlu diingat bahwa bauran pemasaran yang diajukan para
ahli tidak hanya 4P seperti disebutkan penulis diatas, ada juga
yang menambah menjadi 6P, ditambah unsur manusia (pople) dan
kerjasama (partnership), akan tetapi mengingat produk hospitality
terdiri dari keseluruhan unsur yang heterogen membentuk suatu
pengalaman/ produk hospitality, maka unsur people dan
partnership sudah termasuk dalam elemen produk. Pengalaman
mengesankan tidak akan terwujud tanpa adanya people staf-staf,
yang ramah. Pengalaman yang berkesan tidak akan terwujud
118
dalam kompleksitas usaha hospitality jika dengan kerjasama yang
baik pelaku jasa tidak maksimal.
Menciptakan Kepuasan Pelanggan dengan Pelayanan Prima
Dalam
era
teknologi
informasi
sekarang
ini,
mengandalkan komunikasi vertikal (pemasar ke konsumen)
dengan promosi yang dibesar-besarkan menjadi hal yang kurang
efektif. Disisi lain kemudahan informasi secara horisontal (calon
konsumen ke calon konsumen lain yang lebih pengalaman), serta
kebebasan berekspresi di dunia digital/ internet tidak dapat
dibendung lagi oleh pemasar.
Keramahan untuk mewujudkan Pelayanan Prima Restoran,
Sumber : www.google.co.id
119
Kasus diatas bukan berarti kita dapat mengabaikan fungsi
promosi dan iklan dianggap tidak perlu digunakan lagi. Iklan
tetap dapat digunakan untuk memberi informasi kepada calon
konsumen, akan tetapi mengandalkan iklan tidak cukup lagi untuk
era pemasaran saat ini. Calon konsumen lebih cenderung percaya
komunikasi horisontal daripada komunikasi vertikal, mudahnya
calon konsumen lebih percaya apa kata temanya dibanding
perkataan seorang sales (Hermawan, 2017).
Pemasaran dalam kondisi yang serba terbuka seperti pada
saat ini hendaknya mengandalkan “mulut ke mulut” atau “word of
mouth”. Berikan pelayanan/ produk dengan kualitas prima dan
hospitable/ ramah serta memuaskan bagi pelanggan, kemudian
biarkanlah word of mouth bekerja dengan sendirinya. Hal ini akan
jauh lebih tepat daripada sibuk membuat pencitraan.
Pelayanan adalah dasar dan motivasi utama dari usaha
hospitality yang dijalankan. Semangat dalam melayani dengan
mengutamakan kebutuhan pelanggan harus dimiliki oleh seluruh
jajaran staf tanpa pandang bulu, baik itu top manajer maupun staf
operasional sesuai porsi dan uraian tugas masing-masing.
Semangat melayani adalah memahami segala persoalan dari sudut
pandang pelanggan. Apa yang disukai pelanggan?, perlakuan
bagaimana yang membuatnya bahagia?, bagaimana kita dapat
meningkatkan pelayanan?
Berkaitan dengan pertanyaan-
pertanyaan itu, para karyawan harus menyadari kepuasan/
120
kebahagiaan
pelanggan
lebih
penting
daripada
kepuasan
pimpinan. Karena pelangganlah yang akan membuat usaha
hospitality dapat terus hidup dan berjalan (Sulastiyono, 2011).
Dalam teori pemasaran, kepuasan sendiri diartikan
sebagai kondisi dalam diri seseorang, dimana ia telah berhasil
mendapatkan kenyataan sesuai nilai yang diharapkan sebelumnya.
Sedangkan ketidakpuasan adalah kondisi dimana manusia
mendapatkan pemenuhan kebutuhan dan keinginan-keinginanya
di bawah nilai harapan sebelumnya (Ali, 2015).
Sehingga berlaku rumus sebagi berikut.
=1 (puas)
<1 (tidak puas)
Secara umum, kualitas pelayanan dalam bisnis hospitality
dinilai dari seberapa baik pelaku usaha memenuhi kebutuhan
pelanggan sesuai nilai yang telah di ekspetasikan sebelumnya
sehingga pelanggan merasa puas. Namun era persaingan yang
semakin ketat seperti saat ini, ternyata membuat pelanggan puas
saja tidaklah cukup karena setiap pelaku usaha berlomba-lomba
membuat pelanggan puas, sehingga pelanggan tidak akan loyal.
Untuk itu, perlu diupayakan strategi baru dalam pelayanan untuk
mampu membuat pelanggan loyal, yaitu bagaimana membuat
pelanggan mendapatkan nilai produk yang mampu melebihi
ekpetasinya sebelumnya. Sehingga berlaku rumus baru sebagai
berikut.
121
>1 (sangat puas/ surprise)
Setidaknya menurut teori beberapa ahli pelanggan
menilai
kualitas
pelayanan
hospitality
melalui
dimensi
pelayanan sebagai tolok ukurnya, yaitu:
(realibility),
1. Realibilitas
adalah
kemampuan
untuk
memberikan secara tepat dan benar jenis pelayanan sesuai
yang telah dijanjikan kepada pelanggan.
2. Responsif (Responsiveness), yaitu kesadaran atau keinginan
untuk bertindak capat dalam membantu pelanggan dan
memberikan pelayanan tepat waktu.
3. Kepastian/jaminan (Assurance), adalah pengetahuan dan
kesopan santunan serta kepercayaan diri pegawai. Dimensi
assurance memiliki ciri-ciri: kompetensi untuk memberikan
pelayanan dan memiliki sifat respek kepada tamu.
4. Empati (Empathy), memberikan perhatian individu kepada
tamu secara khusus. Dimensi empati memiliki ciri-ciri :
kemauan
untuk
perlindungan
dan
melakukan
usaha
pendekatan,
untuk
mengerti
memberikan
keinginan,
kebutuhan dan perasaan tamu.
5. Kemampuan akses (Access), kemampuan pendekatan dan
kontak mata
6. Courtesy, kesopanan, rasa Hormat, pertimbangan dan
keramahan personil kontak pelanggan
122
7. Communication, menjaga informasi dalam bahasa mereka
dapat memahami
8. Keamanan, kebebasan dari risiko, bahaya atau diragukan
9. Memahami / mengetahui pelanggan membuat upaya untuk
mengetahui kebutuhan pelanggan.
10. Nyata (Tangibles) yaitu sesuatu yang Nampak atau yang
nyata yaitu: penampilan para pegawai yang rapi, fasilitas
peralatan yang bersih dan higyene, peralatan fasilitas
penunjang yang berfungsi baik dan lain sebagainya
(penyempurnaan konsep dari Parasuraman dkk., Dalam
Saleh & Ryan, 1991).
Proses
pelayanan
yang
memuaskan
pelanggan
dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
1. Proses calon pelanggan mencari informasi mengenai produk
hospitality.
Informasi
diperoleh
melalui
berbagai
macam
cara
diantaranya yaitu perolehan informasi dari rekomendasi
teman (world of mouth), dibandingkan dengan sejauh mana
kebutuhan dan keinginan pelanggan sendri terhadap produk,
juga dibandingkan dengan informasi melalui pengalaman
pelanggan terhadap bisnis sejenis. Atau bisa juga alurnya
berbeda, yang dimulai dari faktor kebutuhan, kemudian
mencari informasi dari teman atau relasi, dikomparasi
123
dengan pengalaman masa lalu terhadap produk sejenis. Atau
bahkan bisa juga pola lain.
2. Dari ketiga sumber informasi tersebut kemudian muncul
ekspetasi/ harapan baru terhadap produk hospitality yang
akan dicoba.
Semua orang yang datang menginap pada suatu hotel pasti
sudah memiliki harapan dan ekpetasi, sangat jarang dan
mungkin tidak ada seseorang yang tiba-tiba menginap di
hotel. Bahkan seseorang yang belum pernah menginap di
hotel pun akan mamiliki imajinasi dan fantasi tentang
bagamana penglalamanya tinggal di hotel. Bahkan di era
digital saat ini membuat pelanggan semakin pintar, berbagi
informasi produk sangat mudah sekali di dapatkan di dunia
maya sebagai pembanding kualitas, jadi sangat mungkin
sekali jika tuntuan konsumen dan ekpetasinya semakin hari
akan semakin tinggi.
Jadi sudah sepantasnya jika pelaku bisnis hospitality bersiap
untuk
pelayanan
yang
selalu
meningkatkan
strategi
pelayanan secara berkelanjutan.
3. Dari ekspetasi tersebutlah yang nantinya akan di bandingkan
dengan kenyataan yang diterima dari produk hospitality yang
dicoba, sehingga menentukan hasil akir berupa puas, tidak
puas, atau bahkan surprise. Untuk saat ini dan sebagai
124
standar ukuranya yang umum adalah konsep dimensi
pelayanan.
Model konseptual kualitas pelayanan menurut penulis.
125
Karakteristik produk hospitality yang sedikit berbeda dengan
produk jasa lain, maka untuk dapat memberikan pelayanan
terbaik pengelola usaha di bidang hospitality wajib memahami
beberapa hal kunci yang sangat krusial antara lain :
1. Focus customer
Kunci dalam bisnis hospitality adalah focus customer
Semangat melayani kuncinya adalah memahami segala
persoalan dari sudut pandang pelanggan. Apa yang
disukai
pelanggan?,
membuatnya
perlakuan
bahagia?,
bagaimana
bagaimana
kita
yang
dapat
meningkatkan pelayanan? Berkaitan dengan pertanyaanpertanyaan
itu,
para
karyawan
harus
menyadari
kepuasan/kebahagiaan pelanggan lebih penting daripada
kepuasan pimpinan. Karena pelangganlah yang akan
membuat usaha hospitality dapat terus hidup dan berjalan.
2. Operasional yang kompleks
Usaha hospitality seperti akomodasi perhotelan misalnya,
sangat membutuhkan divisi operasional yang komplek.
Bagaimana tidak satu tamu saja yang datang menginap
tentu mempunyai banyak kebutuhan dan keinginan yang
harus dipenuhi, misalnya keinginan untuk makan, tidur,
hiburan, laundry dan seterusnya untuk itu setiap hotel
membutuhkan
banyak
divisi
126
seperti
front
office,
housekeeping, food and beverage dan seterusnya hanya
untuk melayani kebutuhan tamu.
3. Sangat tergantung pada kontak staf
“Despite technology advances, many services will always
require direct interaction between customers and service
employees.” (C. Lovelock, 2011).
Usaha hospitality sebagai usaha keramah-tamahan sangat
tergantung pada kontak setiap staf yang bertugas kepada
tamu. Dalam dunia perhotelan berlaku “staf adalah citra
hotel.”
Tamu datang dengan harapan untuk dapat dilayani
dengan baik, ramah dan memuaskan. Satu orang staf yang
pelayananya dianggap tidak menyenangkan oleh tamu,
akan menggambarkan citra hotel secara keseluruhan
sebagai hotel dengan pelayanan buruk.
4. Kritis penggunaan kapasitas
Sebagai mana point no 2 diatas, selain operasional yang
kompleks, usaha hospitality misalnya hotel, dibutuhkan
penggunaan sumber daya yang kritis. Kritis berarti harus
presisi atau tepat, benar-benar pas antara kebutuhan
sumber daya/kapasitas dengan permintaan pelayanan (C.
Lovelock, 2011).
127
Kritis pada penggunaan kapasitas bertujuan untuk :
a. Memenuhi janji pelayanan perusahaan
b. Servis yang baik
c. Pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan
Sebagai contoh, idealnya dalam pelayanan makan table
manner, 1 table hendaknya di handle 1 pelayan, jadi
untuk sepuluh table adalah 10 pelayan. Jika salah
mengalokasikan SDM, misalnya hanya diberikan 5 orang
yang in-charge, maka sudah pasti pelayanan yang
diberikan tidak akan maksimal, staf / pelayan akan kocar
kacir malayani semua tamu, dan tamu yang tidak
terlayani dengan baik sudah pasti akan mengeluh atau
buffering.
Buffering berarti pelanggan yang menunggu terlalu lama
di proses pelayanan. Itu terkait erat dengan manajemen
proses
pelayanan
dalam
hal
ketidakseimbangan
permintaan dan kapasitas usaha, desain sistem dan antrian
menunggu, serta upaya/ manajemen psikologi pelanggan
pada saat mereka menunggu yang masih kurang baik (C.
Lovelock, 2011).
128
MANAJEMEN SDM HOSPITALITY
Administrasi Manajemen
Manajemen dan karyawan mempunyai wewenang dan
batasan yang digambarkan melalui sebuah organization cart
setiap divisi, departemen dan seksi-seksi.
Organization cart (bagan organisasi) menggambarkan
beberapa informasi sebagai berikut :
1.
anggung jawab antar individu maupun kelompok
2.
Pengelompokan pekerja dalam satu divisi, departemen,
sesuai fungsi, spesialisasi, tradisi pada umumnya, proses
organisasi, lokasi, waktu dan sebagainya.
3.
Menggambarkan garis komando dan komunikasi, sesuai
wewwnag dan tanggung jawab.
4.
Beberapa struktur sesuai piramida organisasi
5.
Perbedaan peran staf garis lurus maupun terputus
Industri hospitality pada umumnya padat karya, harus
dilaksanakan dalam sebuah tim kerja/ manajemen. Tim ini
diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi yang menunjukan
adanya garis tanggung jawab (line authority) yang digambarkan
dengan garis vertical maupun horizontal yang disusun sesuai
kebutuhan agar setiap pekerjaan ada penanggung jawab.
Dilengkapi dengan :
129
1.
Job diskripsi
2.
Job spesifikasi
3.
SOP
4.
Peraturan perusahaan
5.
Visi misi perusahaan
6.
Manning table (jumlah SDM yang dibutuhkan)
Peran Human Resouse Departemen (HRD)
Departemen HRD dalam bisnis hospitality memiliki peran
yang hampi sama dengan bisnis lain pada umumnya, yaitu:
1. Rekrutmen
2. Hirring at all level (training/ percobaan)
3. Maintaining dan improfing productivity
4. Building employe morale and satisfaction
5. Prektek pengelolaan pegawai sesuai undang-undang
6. Mempensiunkan (retirement)
Mendapatkan
calon
pegawai
yang
kompetensi yang dibutuhkan perusahaan.
130
sesuai
dengan
Persiapan Operasional
Sebelum suatu usaha dijalankan, HRD perlu membuat
persiapan pra-operasional diantaranya :
1. Bagan organisasi disertai manning table (jumlah staf)
2. Job deskripsi
3. System kepegawaian (recriutmen-pensiun)
4. Training
5. Peraturan-peraturan
6. System penggajian
7. Corporate culture
8. Standart operasional prosedur
9. Jadwal metting, rapat, untuk eksekutif, kepala departemen,
dan metting operasional lainya.
131
10. Program Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Bisnis Hospitality
Riset mengungkapkan bahwa kualitas merupakan faktor
utama dalam meningkatkan daya saing dan mewujudkan kinerja
perusahaan di bidang jasa wisata termasuk bisnis hospitality
(Butnaru & Miller, 2012).
Daya saing dan kemudahan teknologi informasi membuat
perusahaan harus lebih peduli dengan kualitas layanan yang
mereka tawarkan, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan pelanggan pada masa kini.
Perkembangan kualitas pelayanan berhubungan tingkat
pemahaman kualitas oleh manajemen, termasuk kualitas sumber
daya yang diperlukan untuk mendapatkan kualitas pelayanan
yang maksimal. Konsep kualitas dalam perusahaan modern
menuntut keterlibatan seluruh personil perusahaan dalam
melayani relasinya, kususnya bisnis hospitality (lihat bagan
piramida pada bab pendahuluan).
Bisnis jasa, khususnya hospitality membutuhkan staf-staf
yang memiliki kompetensi tinggi. Selain kompeten dalam hal
pengetahuan produk dan skill yang mendalam, setiap pelaku
bisnis hospitality dituntut untuk memiliki attitude yang baik,
sopan santun, keramah-tamahan, serta kepekaan jiwa untuk
mengerti kondisi orang lain, parasaan orang lain dan lain
132
sebagainya, dalam bahasa pariwisata dikenal dengan courtesy.
Kompetensi diatas wajib dimiliki pelaku bisnis hospitality untuk
memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan.
Untuk mendapatkan calon pegawai yang sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan perusahaan, hendaknya dikaji
terlebih dahulu mengenai kecocokan antara kualifikasi yang
dimiliki calon pegawai dengan prasyarat jabatan yang dibutuhkan
perusahaan beserta kecocokan dengan krakateristik bisnis
hospitality Anda (Micheal Andrianto, 2011).
KARAKTER
ORGANISASI
PRASYARAT
JABATAN
KUALIFIKASI
KANDIDAT
133
Kualifikasi kandidat merupakan gabungan antara seberapa
besar kemampuan serta motivasi untuk berkerja dan berkembang,
serta motivassi untuk mau menyesuaikan diri dengan budaya
kerja perusahaan, sebagai gambaran dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
Rumus p = f (a.m)
Keterangan :
p = perfomance (kinerja)
a = ability (kemampuan)
a = motivasi
Sebelum rekrutmen dilakukan hendaknya perusahaan menyiapkan
terlebih dahulu beberapa persiapan berikut dilaksanakan dengan
matang :
1. Bagan organisasi disertai manning table (jumlah staf)
2. Job deskripsi
3. System kepegawaian (recriutmen, promosi/ karir, sampai
pensiun)
4. Trainaing
5. Peraturan-peraturan
6. System penggajian yang jelas
7. Corporate culture yang baik
8. Standart operasional prosedur
9. Jadwal metting, rapat, untuk eksekutif, kepala departemen,
dan metting operasional lainya.
134
10. Program Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Departemen-Departemen dalam Industri Akomodasi
Divisi hotel adalah pelayanan, akan tetapi dalam
pelayananya dibedakan menjadi 2 (dalam Sujatno, 2008) :
1. Front of the house : secara sederhana merupakan istilah bagi
divisi hotel yang memiliki kontak langsung untuk melayani
tamu, contohnya adalah departemen front office, FB service
dst.
2. Back of the house : merupakan istilah bagi fungsi department
yang tidak berhubungan secara langsung (kontak) dengan
tamu, contohnya : departemen accounting, HRD dan
seterusnya.
Pembagian fungsi departemen berdassarkan Guest Contact
Area sebagai berikut
Manajer
Front of the House
Back of the
House
Front Office
Accounting
House Keeping
Food Product
Food Baverage
Engineering
HRD
Laundry
135
Sedangkan
pembagian
fungsi
departemen
menurut
prinsip
Cost & Revenue Centers seperti berikut :
Manager
Revenue Centers
Cost Centers
Front Office
Accounting
House Keeping
HRD
Food Baverage
Engineering
Marketing
Revenue Centers : Merupakan istilah umum bagi divisi
hotel yang bertugas memberi pelayanan kepada tamu untuk
mengahasilkan uang (keuntungan/ generate revenue), contohnya :
Front office, housekeeping, food and beverage servis.
Cost Centers : merupakan istilah untuk mengelompokan
divisi hotel yang bertugas mengeluarkan uang/ membelanjakan
uang, contoh : Engineering department, acounting, marketing.
136
Departemen-departemen Hotel
1. Departemen Front Office
Alasan departemen ini dinamakan front office (kantor depan)
Mudah diliihat, cepat bereaksi kepada tamu, berlokasi paling
depan dalam akomodasi/hotel, sebagai kunci penentu kesan
pertama.
Front Office: fungsi utama adalah berfunsi menjual kamar
kepada tamu
Seksi-seksi dalam departemen front office dibagi menjadi
berikut (Komar, 2014) :
a. Reservation/ seksi pemesanan
1) Menangani pemesanan kamar
2) Membuat perkiraan tingkat hunian kamar
3) Membuat daftar tamu yang diharapkan datang
b. Uniform service/ bellboy/valet
1) Menangani barang bawaan tamu saat ceck-in dan
ceck-out
2) Menyambut dan mengantar tamu kekamar
3) Melayani parkir kendaraan
4) Menjelaskan cara menggunakan fasilitas didalam
kamar
c. Reception/ penerima tamu
1) Menangani tamu ceck-in (masuk) dan ceck-out
(mengakhiri masa tinggal)
137
2) Membuat status kamar, laporan penjualan kamar
d. Information/ seksi informasi
Melayani informasi yg dibutuhkan tamu Menyediakan
tamu dengan saran dan arah yang berkaitan dengan
makan, hiburan, transportasi lokal, belanja dan fasilitas
lainnya / jasa.
e. Operator
1) Menangani incoming-outgoing telephone (telepon
masuk dan keluar)
2) Menangani morning call (telepon pagi jika ada
tamu yang memesan untuk dibangunkan)
3) Mengoperasikan video-music di lobi dan ruang
karyawan
f.
Guest Relation Officer (GRO)
1) Menangani tamu VIP tamu rombongan / Groups
2) Menangani komplain tamu.
2. Departemen Housekeeping (HK)
Tugas utama departemen housekeeping adalah membuat hotel
nyaman, bersih, ramah, berfungsi dan berestetika.
The house keeping departement is responsibility for the
cleanliness, maintenace and aesthetic of the hotel just a
nomenclature signifies, the role housekeeping is to keep a
clean, confortable and safe house (Andrews, 2013).
138
Fungsi penting departemen housekeeping dalam sebagai
berikut (Parsidi, 2011) :
a. Generate
revenue,
menghasilkan
uang
dengan
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada tamu
b. Public relation, sebagai penghubung pihak hotel dengan
tamu
c. Protec investment, menjaga investasi
d. Potec long life furniture finishing, menjaga umur
perabotan-perabotan hotel
e. Largest bugjet (menunda pembiayaan ulang), menunda
investasi ulang
f.
Role of the room attendant to guest, service langsung
kepada tamu
Housekeeping umunya masih dibagi menjadi beberapa seksi
seperti berikut :
a. Room section
b. Houseman section/ publick area
c. Linen and uniform
d. Flower section
e. Housekeeping ofice
139
3. Food and Beverage Departement (Restoran)
Food And Beverage Departement adalah bagian di dalam
industri akomodasi yang tugas utamanya menyediakan
pelayanan makanan dan minuman (Davis, Lockwood,
Pantelidis, & Alcott, 2013). FB Departement dibagi menjadi 2
bagian yaitu :
a. FB Product ; Kitchen
Bagian yang bertanggung jawab menyiapkan dan
mengolah makanan dari bahan mentah hingga siap saji
b. FB Service
Bagian yang bertanggung jawab menyajikan makanan
minuman kepada tamu
Food and Beverage Produk, dalam departemen ini massih
akan dibagi menjadi beberapa seksi seperti berikut :
a. Sauce Section
Adalah bagian yang bertugas menyediakan jenis hot &
cold sauce
b. Butcher Section
Adalah bagian yang bertugas menyediakan jenis daging
c. Pasta Section
Adalah bagian yang bertugas menyediakan jenis pasta
d. Gardemanger Section
Adalah bagian yang bertugas menyediakan hidangan
dingin
140
e. Pastry/Patisseries Section; (Bakery & Glaciers)
Adalah bagian yang bertugas menyediakan dessert atau
hidangan penutup
Food and Beverage Service, merupakan bagian yang
bertanggung jawab menyajikan makanan dan minuman kepada
tamu
a. Restaurant
1) Coffee shop
Suasana informal, pelayanan 24 jam
2) Supper club
Khusus buka malam hari; live show; Video
3) Speciality Restaurant
Menyediakan menu khusus (japanesse, thai, chinesse
4) Dining Room
Suasana formal, mewah, eksklusif terkesan mahal
5) Grill Room; steak house
Hidangan dipanggang didepan tamu (rotisserie)
b. Bar ( Bar Section) café, Lounge, Pub, Pool Snack Bar
Menyajikan minuman beralkohol & non alkohol menu
fast food dengan sitting arena/counter, live music; video;
billyard.
c. Room Service Section
Melayani pemesanan dan penyajian hidangan di kamar.
141
d. Function Room (Banquet section)
Pelayanan acara khusus di suatu tempat yang khusus
digunakan untuk segala event: ballroom, convention
room, pool / garden
e. Steward Section
Mengurus peralatan yang dipergunakan di area F&B
membersihkan, meyimpan, memelihara
f.
Catering Service
1) Menyediakan jasa pemesanan makanan sistem
delivery
2) Menyediakan pelayanan makan & peralatan/dekorasi
3) Menawarkan menu paket maupun secara terpisah
Penilaian Kompetensi Pegawai Hotel
Kompetensi pegawai hotel/ hotelier merupakan penguasaan
terhadap 3 aspek berikut :
1. Produk knowlege
Seluk beluk operasional akomodasi dan restoran , karakter
produk dan fasilitas lain.
2. Prospecting
Mempunyai pandangan ke depan mengkaji dampak atas
perbuatan
3. Aproach
Pendekatan dengan kemampuan yang dimiliki
142
4. Presentation
Kemampuan mengemukakan pendapat secara logis &
sistematis.
Begitulah gambaran dari manajemen sumber daya manusia dalam
suatu hotel maupun restoran, beserta pengertian beberapa
department-departemen utama dan tugas/ fungi dari masingmasing seksinya. Mungkin belum dapat dijelaskan secara
menyeluruh namun semuga dapat menjadikan wawasan baru bagi
pembaca.
143
PENGELOLAAN KEUANGAN HOSPITALITY
Usaha di bidang hospitality menuntut adanya manajemen
keuangan yang extra ketat, dengan control dan alokasi anggaran
yang benar-benar efektif, dan efisien, serta diharapkan membawa
untung berupa profit dan kesejahteraan perusahaan jangka
panjang.
Walaupun bisnis jasa sangat prospektif dan saat ini
sedang mendominasi perokonomian global, namun bisnis jasa
khususnya hospitality dan pariwisata merupakan jenis bisnis
yang sangat fluktuatif. Fluktuatif berarti banyak gejolak, bisnis
bisa cepat naik signifikan dan bisa juga turun drastis dalam
sekejap. Fluktuasi pasar dalam usaha hospitality dan pariwisata
sangat tergantung pada tingkat daya beli konsumen, isu politik,
isu keamanan, transportasi, event/ liburan, gejolak ekonomi dan
lain sebagainya. Perubahan-perubahan atau gejolak tersebut
setiap
saat
akan
mempengaruhi
pencapaian
keuntungan
perusahaan.
Transaksi pembelian dalam bisnis hospitality saat ini
mayoritas menggunakan kartu kredit, hal ini akan menimbulkan
piutang jangka pendek bagi perusahaan. Sedangkan perusahan
sendiri dalam melakukan pembelian bahan-bahan produksi
kepada supliyer juga dilakukan secara kredit yang menimbulkan
144
hutang. Ditambah lagi biaya-biaya lainya seperti gaji pegawai
dan perawatan sarana-prasarana juga masih harus ditanggung
perusahaan guna menjaga kualitas pelayanan yang terbaik
kepada pelanggan.
Berdasarkan
kondisi
tersebut
maka
dalam
bisnis
hospitality dituntut adanya perencanaan dan manajemen
keuangan yang matang. Seorang manajer keuangan dalam bisnis
hospitality dituntut untuk peka membaca situasi, serta responsif
terhadap perubahan lingkungan bisnis dalam menetapkan
berbagai kebijakan keuangan. Sehingga perusahaan tetap mampu
mendapat keuntungan meskipun lingkungan bisnis berfluktuasi
(Hermawan, 2010).
Terkait manajemen keuangan hospitality, dalam buku ini
akan dibahas beberapa metode aplikatif yang dapat membantu
manajer dalam mengelola keuangan, sesuai dengan tuntutan
karakteristik bisnis hopitality yang fluktuatif seperti diuraikan
diatas.
145
Fungsi Manajemen Keuangan
Beberapa diantara kita masih awam mengenai perbedaan
akuntansi dan manajemen keuangan. Keduanya memang samasama terkait dengan pengelolaan keuangan perusahaan akan tetapi
ruang lingkup kegiatanya sebenarnya berbeda. Kegiatan akutansi
antara lain mencatat transaksi sampai pelaporan, pengendalian
atau control transaksi dengan penyusunan prosedur-prosedur
transaksi dan pemeriksaan keuangan.
Laporan keuangan akuntansi bisnis biasanya berisi hal-hal
berikut.
1. Neraca,
adalah
laporan
yang
bertujuan
memberikan
informasi nilai bersih kekayaan hotel pada waktu laporan
tersebut dibuat.
2. Laporan rugi/laba, adalah untuk memberikan informasi
tentang laba ataupun kerugian hotel secara keseluruhan.
3. Laporan arus kas, adalah laporan yang menyajikan
informasi-informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan tujuan laporan keuangan hotel secara menyeluruh.
Laporan arus kas memberikan informasi rinci tentang arus
kas masuk dan arus kas keluar. Selain itu, laporan arus kas
(cash flow) membantu pengelolaan untuk mendapatkan
informasi tentang : bagaimana neraca hotel selalu mengalami
perubahan dari awal sampai akhir periode akuntansi.
146
Pihak-pihak yang menggunakan laporan akuntansi terdiri
dari pihak individu (seperti pmilik hotel, pengelola) dan
kelompok-kelompok luar (seperti bank, pajak,dan seterusnya)
yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan usaha.
Sedangkan fungsi manajemen keuangan kegiatanya meliputi
perencanaan pencarian dana dan pembelanjaan, alokasi dana
untuk investasi, pemupukan dana dalam perusahaan dan
pemeliharaan struktur modal yang sehat (Hermawan, 2010).
Perubahan lingkungan bisnis yang sangat dinamis seperti
telah diuraikan sebelumnya menuntut manajemen untuk terus
mengelola keuanganya secara cermat, baik untuk membiayai
operasional maupun investasi guna memenuhi tuntutan perubahan
pasar. Hanya perushaan dengan pengelolaan keuangan yang baik
yang akan bertahan hidup.
Manajemen keuangan fungsinya memberikan suatu imput
bagi manajemen untuk mengambil keputusan terhadap rencanarencana manajemen dalam menghadapi setiap perubahan. Dalam
menghadapi setiap perubahan tersebut Manajemen Keuangan
mempunyai fungsi utama yaitu:
1. Membuat solusi keputusan investasi
Meanajemen keuangan memberikan solusi hasil analisi
terhadap beberapa pilihan manajemen mengenai investasi.
Memberikan
pilihan
pada
investasi
yang
paling
menguntungkan dengan risiko yang paling kecil. Contoh
147
kasus : pertimbangan dalam membuat suatu investasi usaha
perjalanan wisata, manajemen ingin memiliki sebuah bus
sebagai aset tetap, atau lebih menguntungkan dengan
menyewa saja kepada perusahan lain.
2. Membuat kepuatusan keuangan
Keputusan keuangan yang dimaksud meliputi pemenuhan
pendanaan untuk keperluan investasi. Apakah seluruhnya
didanai dengan modal sendiri atau tidak (sebagian hutang).
Dengan
perhitungan
pendanaan,
diharapkan
akan
memberikan jaminan keuangan perusahaan tetap sehat.
3. Keputusan pengelolaan aset
Manajemen
keuangan
memberikan
analisis
mengenai
kebutuhan operasional dalam pengelolaan aset. Keputusan
ini berkaitan dengan pengelolaan kas yang mencukupi
pembiayaan
operasional,
pengumpulan
piutang
untuk
memenuhi kecukupan kas, serta pengelolaan persediaan yang
efisien.
Pedoman dalam menjalankan fungsi keuangan dan
membuat keputusan bagi manajer adalah sebagai berikut :
1. Pilih yang paling menguntungkan
2. Hindari atau minimalisir risiko
3. Membagi investasi, membagi investasi dalam berbagai
bentuk adalah hal yang paling aman dan menguntungkan
untuk menghindari risiko usaha.
148
4. Tambahan
benefit,
menguntungkan
suatu
apabila
investasi
dianggap
memberikan
tambahan
pendapatan atau penghematan.
5. Informasi lengkap, tanpa data keputusan atau kesimpulan
yang dihasilkan akan berisiko tinggi.
6. Keseimbangan antara risiko dan hasil
7. Nilai waktu, perlu diingat bahwa nilai uang dari waktu ke
waktu terus mengalami penurunan. Investasi yang
sepintas menguntungkan, namun jangka waktu lama
dibutuhkan dalam memperloh keuntungan tersebut, bisa
jadi sebenarnya profit investasi yang ditawarkan tersebut
tidak menguntungkan jika tidak dilakukan perhitungan
penurunan nilai mata uang sebelumnya.
Pendekatan Pencapaian Laba dalam Bisnis Hospitality
Secara umum tujuan perusahaan yaitu memperoleh
keuntungan,
namun
sebaiknay dalam menjalankan bisnis
hospitality hedaknya lebih berorientasi pada kemakmuran
(maksimisasi wealth) jangka panjang. Maksimisasi kemakmuran
berarti perusahaan beupaya meningkatkan kemakmuran para
pemegang saham dengan jalan menjaga keuntungan dan
kelangsungan hidup perusahaan. Keputusan-keputusan keuangan
hendaknya mempertimbangkan keuntungan di masa datang
daripada keuntungan jangka pendek namun berisiko tidak
149
berkelanjutan. Tujuan utamanya adalah kelangsungan hidup
perusahaan, meningkatkan harga saham, meningkatkan deviden,
dan keamanan investasi para pemegang saham dalam perusahan
untuk jangka panjang.
Usaha hospitality yang berorientasi pada kemakmuran
perusahaan biasanya akan menerapkan lankah-langkah berikut
dalam kegiatanya, antara lain :
1. Menghindari risiko tinggi, yaitu resiko jangka panjang
yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan,
contoh : jangan pernah mengambil alokasi dana
perawatan aset demi penghematan yang nantinya berisiko
terhadap
kerusakan
alat-alat
operasional,
sehingga
berdampak re-investasi yang lebih besar.
2. Membayar
deviden.
Kebijakan
laba
ditahan
saat
perusahaan baru tumbuh untuk menjaga kelangsungan
usaha, kemudian membayar deviden lebih besar saat
perusahaan dalam kondisi matang.
3. Mengusahakan pertumbuhan perusahaan di masa depan
dengan diversifikasi usaha dan perluasan investasi.
4. Mempertahankan harga saham peusahaan
150
Kebijakan Keuangan
Kebijakan keuangan dalam bisnis hospitality berorientasi
pada memaksimalkan kemakmuran perusahaan (wealth), tentu
juga harus mempertimbangkan profit. Kebijakan keuangan harus
pula menyelaraskan antara penerimaan dan pengeluaran, baik
untuk operasional maupun investasi. Kebijakan keuangan
meliputi :
1. Kebijakan pembelanjaan
2. Keijakan investasi
3. Kebijakan
deviden,
besar
kecilnya
deviden
dan
pengaruhnya terhadap kemakmuran/ wealth.
Mengenal Risiko Usaha
Usaha apapun pasti suatu saat akan menghadapi kondisi
yang tidak menguntungkan. Kejadian tidak menguntungkan
dalam usaha dibagi dalam dua kategori, pertama adalah risiko,
risiko usaha berarti sebuah kerugian. Risiko dapat diupayakan dan
diperhitungkan
sebelumnya.
Sedangkan
kejadian
tidak
menguntungkan kedua yang tidak dapat diperhitungkan atau
diprediksi sebelumnya disebut ketidakpastian atau uncentainty.
Risiko yang dapat diperhitungkan dan dihindari dalam
bisnis hospitality dan pariwisata
contonya : persaingan, pola
kunjungan wisatawan yang musiman, peruabahn selera tamu dan
sebagainya. Sedangkan ketidakpastian atau kejadian tidak
151
menguntungkan yang tidak dapat diperhitungkan misalnya
bencana alam, kebakaran dan sebagainya.
Terkait pengambilan keputusan keuangan bisnis, ada dua
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu tingkat pengembalian/ hasil
dan
risikonya.
penyimpangan
Risiko
dari
keuangan
rata-rata
berupa
tingkat
kemungkinan
pengembalian
yang
diharapkan. Sedangkan dalam sebuah analisis investasi, kriteria
yang digunakan untuk mempertibangkan akan diterima atau
ditolak adalah sebagai berikut :
1. Meminimalkan risiko, memperoleh hasil paling besar
dengan risiko paling minimal
2. Fuktuasi arus kas masuk/ profit yang paling kecil
3. Mempertimbangkan nilai waktu dari uang, semakin cepat
uang diterima semakin baik
4. Pertimbangan dengan standar deviasi
Pemilihan
Investasi
dengan Pendekatan
Mean-Standar
Deviasi
Besarnya risiko
investasi
dapat
diperkirakan dari
besarnya penyebaran arus kas dari proyek tersebut. Kalau risiko
di hubungkan dengan probabilitas arus kas yang terjadi, maka
dapat dikatakan semakin besar penyebaran, semakin besar risiko
terjadi
(Budi Hermawan, 2010).
Contoh sebuah Hotel
merencanakan 2 bentuk investasi (restoran dinning atau cafe),
152
masing-masing memiliki arus kas masuk dengan probabilitasnya
sebagai berikut:
RESTORAN
Prob
KAFE
Arus Kas
Prob
Arus Kas
0,2
Rp
5.000
0,2
Rp
3.000
0,5
Rp
6.000
0,5
Rp
7.000
0,3
Rp
8.000
0,3
Rp
9.000
Total
Rp
19.000
Total
Rp 19.000
Mean (rata-rata) distribusi probabilitas dihitung sebagai berikut:
RESTORAN
Prob
Arus Kas
0,2
Rp 5.000
Rp
0,5
Rp 6.000
0,3
Rp 8.000
Mean
KAFE
f(P*A)
=
Prob
Arus Kas
f(p*A)
1.000
0,2
Rp 3.000
Rp
Rp
3.000
0,5
Rp 7.000
Rp 3.500
Rp
2.400
0,3
Rp 9.000
Rp 2.700
Rp
6.400
Mean
=
Rp 6.800
600
Penyebaran dari distribusi probabilitas dicari dengan standar
deviasi sebagai berikut.
2
x=1 (AX-Ậ) .P
Rumus : ơ =
∑
Dimana
: Ậ = Mean atau expeted value dari arus kas
A = Arus kas
P = Probabilitas
153
Penyebaran dari distribusi probabilitas dari perhitungan dua
investasi diatas adalah sebegai berikut :
Restoran dinning
(Rp 5.000 – Rp. 6.400)2 x 0,2 = 392.000
(Rp 6.000 – Rp. 6.400)2 x 0,5 = 80.000
(Rp 8.000 – Rp. 6.400)2 x 0,3 = 768.000 +
Rp. 1.240.000
Jadi
QA
Jadi
QA
=√1.240.000= Rp 1.114
Cafe
(Rp 3.000 – Rp. 6.800)2 x 0,2 = 2.888.000
(Rp 7.000 – Rp. 6.800)2 x 0,5 =
20.000
2
(Rp 9.000 – Rp. 6.800) x 0,3 = 1.452.000 +
Rp. 4.360.000
=√4.360.000= Rp 2.088
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa standar deviasi kafe
lebih besar dari pada restoran (2.088>1.114) hal ini menunjukan
bahwa usaha kafe jauh lebih berisiko sedangkan usaha restoran
relatif lebih mengungtungkan. Catatan : semakin besar standar
deviasi arus kas/ profit semakin besar risiko usaha.
154
Manajemen Modal Kerja
Modal kerja merupakan dana atau kekayaan perusahaan
yang siap digunakan untuk membiayai operasional perusahaan
sehari-hari. Pengelolaan modal kerja merupakan yang yang
sangat penting bagi manajemen untuk kehidupan peusahaan baik
jangka panjang maupun pendek. Contoh : jika hotel kekurangan
modal kerja misalnya dalam persediaan bahan makanan, tentu
akan membatasi produksi dan penjualan, akibatnya hotel
kehilangan kesempatan mendapat keuntungan karena tidak
mampu memenuhi permintaan pasar.
Manajemen modal kerja merupakan proses yang terus
menerus selama kegiatan perusahaan berjalan, agar operasional
berjalan dengan baik. Modal kerja dipengaruhi oleh 3 hal berikut.
1. Jumlah akiva lancar
2. Proporsi hutang jangka pendek (hutang lancar)
3. Sumber dana
Modal kerja perusahaan berupa kas dibelanjakan untuk
persediaan, pesediaan digunakan untuk produksi, produk dijual
kemudian perusahaan menerima kas dari hasil penjualan.
Perputaran modal kerja tersebut dimulai dari kas dibelanjakan
sampai kembali menjadi kas kembali yang diterima perusahaan
melalui penjualan. Semakin pendek periode perputaran tersebut,
semakin cepat tingkat perputaranya, berarti bisnis semakin bagus
(Hermawan, 2010).
155
Untuk
memperjelasnya
dapat
digunakan
ulustrasi
perputaran kas pada sebuah usaha restoran seperti berikut. Produk
restoran adalah jasa pelayanan makanan dan minuman yang tidak
tahan lama dan tidak dapat disimpan. Sebagai usaha jasa proses
prosuksinya bersamaan dengan proses konsumsi serta pasa saat
itu transaksi penjualan terjadi. Sedangkan tamu, umumnya yang
datang melalui biro perjalanan wisata kemungkinan juga dapat
membayar melalui kredit, dan baru ditagih kemudian hari.
Berikut perhitungan waktu perputaran modal kerjanya :
Waktu yang dibutuhkan untuk pembelian bahan makanan
= 2 hari
Waktu penyimpanan bahan persediaan
= 5 hari
Waktu untuk proses produksi
= 1 hari
Waktu penjualan
= 0 hari
Waktu penagihan piutang
= 10 hari +
Total waktu perputaran
= 18 hari
Sedangkan rata-rata pengeluaran kas per hari untuk :
Pengadaan persediaan, produksi dan penjualan
=
Rp.
=
Rp.
1.000.000
Biaya Overhead lainya
200.000
156
Kebutuhan modal kerja per periode sebagaiberikut
Kebutuhan modal kerja = periode perputaran modal kerja x
rata-rata pengeluaran kas/ bulan.
Maka kebutuhan modal kerja per periode = 18 hari x Rp.
1.200.000,= Rp. 21.600.000
Dalam realisasinya pemenuhan modal kerja tidak selamanya
berasal dari modal sendiri (intern: Laba ditahan, aktiva tetap,
depresiasi
dll),
akan
tetapi
terkadang
perusahaan
perlu
menggunakan alternatif penambahan modal luar (exstern) dalam
kondisi tertentu demi memenuhi kebutuhan perusahaan. Apalagi
dalam bisnis hospitality dan pariwisata yang cenderung fluktiatif
atau musiman. Manajemen dapat menambah modal luar dengan
melakukan pinjaman ke bank. Berikut beberapa pedoman
pemilihan sumber modal kerja.
1. Memisahkan modal kerja perrmanen dan modal kerja
variabel
a. Modal kerja variabel adalah modal kerja yang
dibutuhkan beberapa saat saja, misalnya industri
hotel yang membutuhkan tambahan modal untuk
memenuhi permintaan pasar yang besar pada musimmusim libur.
b. Modal kerja permanen dibutuhkan secara teruss
menerus jumlahnya cenderung tetap, sebaiknya
dibiayai dengan dana jangka panjang.
157
2. Jumlah kas dan piutang harus seimbang dengan hutanghutang jangka pendek (pertimbangan likuiditas).
3. Setengah aktiva lancar sebaiknya dibiayai dari sumber
jangka pendek (hutang jangka pendek), sedang sisanya
diiayai dengan dana jangka panjang atau modal sendiri.
Batas antara jumlah pinjaman jangka panjang dan pendek
disebut optimum modal. Menurut Jl. Meij dalam Hermawan
(2010), untuk menghitung jumlah modal optimum, perlu
diperhitungkan jangka waktu kritis. Jangka waktu kritis adalah
titik jangka waktu dimana biaya untuk pinjaman jangka panjang
sama jumlahnya dengan biaya pinjaman jangka pendek.
Jangka waktu kritis =
x Jumlah hari dalam setahun
PL
= tingkat bunga kredit jangka panjang (%)
PK
= tingkat bunga kredit jangka pendek (%)
PC
= tingkat bunga simpanan di bank (%)
Asumsi rumus diatas agar berfungsi efektif adalah : PK>PL>PC
Contoh
: PL =18%, PK=24%, PC=15%
Jangka waktu kritis (18-15)/(24-15) X 365 hari = 121 hari atau 4
bulan.
Ketentuan
:
1. Jangka waktu kritis > dari jangka waktu kebtuhan dana,
maka kredit dipenuhi dengan hutang jangka pendek
2. Jangka waktu lebih kecil < dari jangka waktu kebutuhan
dana, dipenuhi dengan hutang jangka panjang
158
3. Kredit jangka panjang yang belum digunakan sementara
disimpan di bank, untuk memperoleh bunga simpanan
sehingga meringankan bunga pinjaman
Contoh kasus
Hotel Aston merencanakan kebutuhan modal kerja yang harus
dibiayai dengan dana pinjaman satu tahun sebagai berikut :
1 Januari sampai 31 Maret
= 75.000
1 April sampai 31 Mei
= 125.000
1 Juni sampai 31 Agustus
= 200.000
1 September sampai 31 Oktober
1 November sampai 21 Desember
= 150.000
= 100.000
Sedangkan tingat bunga yang berlaku sebagai berikut :
PL 10%, PK 15%, dan PC 6% per tahun. Kemudian perhitungan
komposisi kreditnya akan dilakukan sebagai berikut :
Jangka waktu kritis = (10-6)/(15-6) x 365 = 162 hari
Penggolongan modal kerja
159
Kebutuhan dana
GOL 1
A
B
C
D
E
(1/1-31/3)
(1/4-31/5)
(1/6-31/8)
(1/9-31/10)
(1/11-31/12)
*75.000
125.000
200.000
150.000
100.000
(75.000)
(75.000)
(75.000)
(75.000)
(75.000)
0
GOL 2
GOL 3
GOL 4
50.000
125.000
75.000
*25.000
(25.000)
(25.000)
(25.000)
(25.000)
*25.000
100.000
50.000
0
(25.000)
(25.000)
(25.000)
75.000
*25.000
25.000
(25.000)
50.000
0
0
GOL 5
0
Dari perhitungan diatas, jangka waktu periode setiap kebutuhan
dana adalah sebagai berikut :
Gol 1
sebesar 75.000 dibutuhkan
(1/1-31/3)= 365 hari**
Gol 2
sebesar 25.000 dibutuhkan
(1/4-31/5)= 275 hari**
Gol 1
sebesar 25.000 dibutuhkan
(1/6-31/8)= 214 hari**
Gol 1
sebesar 25.000 dibutuhkan
(1/9-31/10)= 153 hari
Gol 1
sebesar 50.000 dibutuhkan
(1/11-31/12)= 92 hari
Berdasarkan jangka waktu kritis yang diketahui sebelumnya
ditetapkan bahwa dana yang digunakan melebihi 162 hari
dibiayai
dengan
hutang
jangka
panjang
(lihat
tanda
**=365,275,214). Sebesar 75.000+25.000+25.000= Rp. 125.000.
Jumlah tersebut merupakan jumlah modal optimum, yaitu bagian
dari kebutuhan modal kerja yang dipenuhi dengan menggunakan
kredit jangka panjang dengan alternatif biaya pinjaman paling
160
efisien. Sengkan yang dibiayai dengan kredit jangka pendek
(kurang dari 162 hari) total sebesar 75.000.
Langkah penghematan :
1. Bunga kredit jangka pendek (JK) (jika dibiayai dibiayai
jangka pendek selruhnya):
Gol 1
= 15% x 75.000= 11.250
Gol 2
= 15% x (275/365) x 25.000= 2.825
Gol 3
= 155 x (214/365) x 25.000= 2.198
Total
= Rp. 16.273
2. Bunga kredit jangka panjang :
Gol 1 selama 1 tahun
= 10% x 75.000= 7.500
Gol 2 bunga 1 tahun
= 10% x 25.000= 2.500
Karena pennggunaan lama disimpan di bank dahulu :
365-275 hari = selama 90 hari, sehingga (90/365) x 6% x
25.000 = (370)
Gol 3 = Bunga 1 tahun = 10% x 25.000= 2.500
Karena pennggunaan lama disimpan di bank dahulu :
365-214 hari = selama 151 hari, sehingga (151/365) x 6%
x 25.000 = (620)
Total Rp. 11.510
Jadi penghematanya 16.273 - 11.520= Rp. 4.763
Penghematan dan perencanaan modal kerja yang cermat
menjadi salah satu kunci sukses dalam bisnis di bidang
hospitality yang memiliki karakter unik ini. Strategi
161
penghematan modal menjadi kunci dalam meningkatkan
efisiensi perusahaan yang berarti meningkatkan peluang
keuntungan bagi perusahaan.
Manajemen Piutang
Transaksi jasa dalam bisnis hospitality sangat sering
menggunakan sistem kredit. Penjualan secara kredit sendiri
dianggap memudahkan bagi konsumen. Pembayaran secara kredit
juga
diharapkan
meningkatkan
minat
untuk
pembelian
dibandingkan harus dengan sistem cash karena pelanggan dapat
mendapatkan pelayanan tanpa harus membayarnya terlebih
dahulu.
Di satu sisi pembelian secara kredit menimbulkan piutang
bagi perusahaan, dengan risiko tidak tertagih dan berarti kerugian
bagi perusahaan. Sedangkan besar kecilnya piutang perusahaan
sendiri akan ditentukan beberapa faktor berikut :
1. Volume penjualan kredit
2. Syarat pembayaran penjualan kredit, misal batas waktu
3. Batas volume penjualan kredit, jumlah barang atau jasa
4. Kebiasaan membayar para pelanggan sendiri melalui
kartu kredit
5. Kegiatan penagihan piutang perusahaan
Risiko kredit dapat diminimalkan oleh perusahaan
dengan cara meminimalkan risiko piutang (piutang tidak
162
tertagih). Dalam mempertimbangkan risiko kredit ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan pengelola, diantaranya :
1. Penentuan jumlah piutang yang sanggup ditanggung
perusahaan
Permainan kredit memang mau tidak mau berpeluang
untuk terjadinya risiko piutang. Oleh karena itu
manajemen hendaknya menetapkan peluang piutang tidak
tertagih sebesar 5% dari saldo piutang. Gunanya apabila
kelak pada akhir tahun (periode usaha) piutang tidak
terbayar, maka hal tersebut merrupakan hal yang sudah
dipertimbangkan manajemen (bukan merupakan hal yang
diluar dugaan).
2.
Melakukan penyelidikan historis
Kemampuan konsumen berbeda beda dalam hal finansial,
manajemen perlu mengklasifikasikan golongan risiko
para konsumen berdasarkan pengalaman masa lalu (data
historis).
3. Mengadakan seleksi pelanggan
Manajemen perlu menyeleksi pelanggan-pelanggan yang
sebaiknya tidak memperoleh fasilitas kredit.
Manajemen usaha hospitality khususnya hotel dapat
menerapkan langkah-langkah berikut untuk meminimalisir risiko
kredit (piutang tidak terbayar), diantaranya:
163
1. Penilaian
subyektif
kepada
tamu
ceck-in
saat
menggunakan kriteria 5C, caracter (karakter), capacity
(data historis pembayaran), capital (diukur berdasarkan
kondisi finassial secara umum/ performa perusahaan),
collateral (jaminan/ nilai kontrak dengan pelanggan), dan
condition (pengaruh trend ekonomi terhadap perusahaan
konsumen).
2. Batas kredit atau besarnya limmit yang boleh diberikan
kepada tamu salama menginap.
3. Batas waktu
Tentukan batas waktu, berapa lama tamu harus
memberikan deposit atas billnya selama menginap,
berdasarkan rata-rata lama tinggal tamu hotel kita
4. Penerapan sistem informasi manajemen yang baik
Penggunaan sistem jaingan komputer yang terintegrasi
secara
online
memudahkan
manajemen
memantau
kebijakan kredit yang ditetapkan selama tamu menginap.
Selain pertimbangan risiko kebijakan piutang dapat
dibuat dengan analisis rasio finansial, salah satunya adalah
dengan mengukur seberapa cepat rata-rata piutang dapat ditagih
dalam jumlah tertentu :
Acct Receivable turn over
Average
=
=
=
Acct
=
.
164
.
.
.
= 8 kali
Receivable
.
Collegtion period
=
/
=
. .
=20,27 hari
Manajemen Persediaan
Usaha hospitality dan pariwisata merupakan usaha yang
sangat fluktuatif, misal peningkatan permintaan wisata di resort.
Pada saat musim liburan tiba-tiba tamu datang membludak,
terutama jika ada event festifal tertentu. Namun saat musim kerja,
permintaan wisata di resort bisa tiba-tiba sangat sepi. Iklim usaha
bisnis yang seperrti ini dalam operasionalnya harus disiapkan
dengan matang.
Termasuk juga dalam memanage persediaan
bahan-bahan baku produksi. Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk menentukan jumlah persediaan, yaitu :
1. Rata-rata bulanan
Persediaan dihitung berdasarkan rata-rata kebutuhan
barang setiap tahun kemudian dicari rata-rata kebutuhan
setiap bulanya. Cara ini adalah cara termudah dalam
menentukan jumlah persediaan namun belum cukup
ampuh
untuk
digunakan
dalam
usaha
dengan
karakteristik fluktuatif (hospitality).
2. Rata-rata bulanan bergerak
Jumlah persediaan berubah sesuai tingkat kebutuhan ratarata tiap triwulanya (3 bulan).
3. Batas minimum dan maximum
165
Penentuan persediaan dilakukan dengan menentukan
batas minimum stok gudang yang harus segera ditambah
pada posisi stok tertentu. Ilustrasinya seperti pada jarum
penunjuk bensin di motor anda, ketika jarum menunjuk
angka merah harus segera ditambah untuk berjaga-jaga,
padahal sebenarnya bensin dalam tangki motor masih
tersedia untuk jalan beberapa km.
4. Tingkat perputaran persediaan
Perputaran persediaan merupakan kali secara rata-rata
persediaan masuk dan keluar dalam satu tahun. Cara ini
lumayan efektif untuk digunakan dalam operasional.
Rumusnya :
Inventori Turn Over (ITO)
=
Avarage inventori
=
Jumlah inventori per bulan
= (ITO/12) x Avarage
Inventori
Contoh, penggunaan bahan baku beras dalam suatu
restoran per tahun 3.000kg, persediaan awal 200kg, dan
persediaan akhir 400kg,
maka jumlah persediaan
sebaiknya ditentukan seperti berikut.
.
Inventori Turn Over (ITO)
=
Avarage inventori
=
Jumlah inventori per bulan
= (I0/12) x 300 = 250kg
166
= 10 kali
= 300kg
Manajemen persediaan ayang baik hendaknya didukung
dengan kebijakan pembelian yang ekonomis (economical order
quantity). Ada sebuah cara untuk membuat pembelanjaan menjadi
efisien yaitu dengan pendekatan Economical Order Quantity
(EOQ).
EOQ = V
Dimana :
R = Jumlah persediaan yang dibeli dalam satu periode
O = Biaya setiap kali pemesanan
C = Biaya kirim dan penyimpanan per unit
Contoh, kebutuhan gula 1 tahun sebesar 1.400kg, biaya per
pemesanan Rp.50, biaya kirim dan penyimpanan Rp.5 per unit.
EOQ = √
=
=
= √28.000= 167kg
Jadi setiap kali pembelian dilakukan sebesar 167kg dan dalam 1
tahun dilakukan sebanyak
= 8,33 kali atau 1,5 bulan sekali
Mengelola bisnis jasa hospitality yang permintaan
pasarnya fluktuatif harus lebih cermat dibandingkan mengelola
bisnis yang tingkat permintaanya cenderung stabil seperti bisnis
bahan-bahan pokok. Contoh kasus, dalam bidang pariwisata dapat
tiba-tiba
komunitas
mengadakan
acara
tertentu
yang
menyebabkan suatu hotel kelimpahan tamu akibat masa event
yang datang kurang dapat diprediksi. Sangat tidak baik pada
167
moment tersebut dimana bisnis hotel seharusnya mendapatkan
untung justru tidak dapat melayani permintaan dikarenakan bahan
baku produksi di gudang justru sedang kehabisan stok.
Reorder Point (RO) digunakan untuk mencari tahu kapan
sebaiknya melakukan pemesanan kembali sebelum barang di
gudang habis. Dalam penentuan reorder point perlu ditentukan :
1. Waktu dibutuhkan untuk memperoleh persediaan (lead
time)
2. Jumlah persediaan minimum (safety stok)
Rumus Reorder Point (RO)= (lead time x comsumtion) + safety
stock
Contoh kasus, pemakaian minyak goreng suatu restoran guna
memenuhi kebutuhan operasional
adalah 4 liter/hari, waktu
pemesanan sampai diterima gudang 3 hari, dan persediaan aman
minimum 16 liter.
Reorder Point (RO)= (3hr x 4 liter) + 16 liter = 28 liter
Diatas merupakan metode-metode alternatif dalam mengelola
persediaan. Akan lebih baik lagi jika didukung kemampuan
seorang manajer dalam mempertimbangkan pekiraan pemintaan
(peramalan), seperti yang akan dihahas dalam pembahasan
mengenai peramalan pada bahasan yang akan datang.
168
Nilai Waktu dari Uang (skala waktu)
Suatu perusahaan dalam mengelola profit harus memiliki
pertimbangan nilai waktu dari uang, apakah akan ditabung atau
diinvestasikan ke dalam bentuk usaha rill. Perlu diketahui bahwa
menyimpan uang tidak selamanya menguntungkan, mengingat
pada umumnya nilai waktu dari uang semakin lama semakin
menurun (inflansi).
Time
Preferensi
waktu
(skala
waktu),
kaitannya
dengan pengertian yang menyatakan bahwa sejumlah sumber
yang tersedia saat ini akan dinikmati lebih disenangi dari pada
jumlah yang sama tapi baru tersedia beberapa tahun yang
akan datang. Dalam perhitungan nilai uang dan waktu dikenal
dengan dua istilah present value dan future value.
Present value merupakan perhitungan sejumlah
nilai
yang ada sekarang (yang kita terima sekarang) bila jumlah
(nilai) pada waktu yang akan datang diketahui.
Rumus : P = F * 1/ (1 + i)n
Dimana :
P = nilai sekarang
F = nilai yang akan datang
i = suku bunga
n = (pangkat) jumlah tahun
169
Sedangkan future value merupakan suatu perhitungan
nilai jumlah pada masa yang akan datang bila jumlah atau nilai
masa sekarang sudah diketahui.
Future Value : P (1 + i)n
Dimana :
P = Present Value
i = suku bunga
n = jumlah tahun
Contoh, Ali meminjam uang sebanyk Rp. 4.000,- selama 4 tahun
dengan tingkat bunga 18% per tahun. Berapa uang yang harus
dikembalikan pada 4 tahun yang akan datang.
P = Rp. 4.000,- I = 18% n = 4 F = ?
Perhitungan biasa : 4.000 + (i + 0,18) (I + 0,18) (I + 0,18)
F = P (1 + I)4
= 4.000 (1 + 0,18) 4 = Rp 7.755
170
Konsep Penilaian Investasi
Sebelum
melakukan
investasi
perlu
dilakukan
suatu
studi/penilaian investasi untuk memperkirakan apakah investasi
yang dilakukan layak atau tidak. Setelah menemukan informasi
yang relevan terhadap investasi untuk menentukan kelayakanya
biasanya digunakan beberapa alternatif metode berikut.
1. Metode Average Rate of Return (ARR)
Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan ratarata yang diperoleh dari suatu investasi. Angka yang
digunakan adalah laba setelah pajak dibandingkan
dengan total atau avarage investment.
Contoh :
Suatu proyek memerlukan investasi 1 M (untuk aktiva
tetap sebesar Rp. 800 juta dan Rp. 200 juta untuk
modal kerja). Akativa tetap ekonomisnya 8 tahun
tanpa nilai tanpa nilai sisa, penyusutan dengan metode
garis lurus. Penghasilan ditaksir sebesar Rp. 1.500 juta
per tahun. Biaya operasional tunai Rp. 1.000 juta.
Sedangkan pajaknya 35%. Hitung berapa nilai ARR?
171
2. Metode Paybak Period
Metode ini mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa
kembali karena metode ini mengukur seberapa cepat
suatu investasi bisa kembali, dasar yang
adalah aliran kas.
Rumus :
Nilai Investasi/ Kas Masuk Bersih x 1 tahun
172
digunakan
3. Metode Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara present value dari
investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan kas
bersih.
Kriteria penilaian :
Jika NPV > 0 usulan proyek diterima
Jika NPV < 0 usulan proyek ditolak
Jika NPV = 0 nilai perusahaan tetap
Contoh, Suatu usulan investasi hotel yang mempunyai
data
sebagai
berikut
:
Proyek memerlukan investasi sebesar Rp. 72.000.000,-.
Usia
proyek
Laba setelah pajak :
173
6
tahun.
Tahun 1 Rp. 33.000.000
Tahun 2 Rp. 10.000.000
Tahun 3 Rp. 8.000.000
Tahun 4 Rp. 1.000.000
Tahun 5 Rp. 1.000.000
Tahun 6 Rp. 1.000.000
174
NPV Rp. 26.381.000,- lebih besar dari (>) 0 , kesimpulan
proyek diterima
175
4. Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini berguna untuk mencai tingkat bunga yang
dipakai untuk mendiskontokan aliran kas bersih yang
akan diterima dimasa datang sehingga jumlahnya sama
besar dengan investasi awal.
Kriteria :
Jika IRR > modal awal, investasi dikatakan layak.
Suatu
usulan investasi hotel yang
sebagai
berikut
mempunyai data
:
Proyek memerlukan investasi sebesar Rp. 72.000.000,-.
Usia
proyek
Laba setelah pajak :
Tahun 1 Rp. 33.000.000
Tahun 2 Rp. 10.000.000
Tahun 3 Rp. 8.000.000
Tahun 4 Rp. 1.000.000
Tahun 5 Rp. 1.000.000
Tahun 6 Rp. 1.000.000
176
6
tahun.
177
5. Metode Profitability Index
178
Investasi penggantian aset
Seiring waktu berlalu beberapa peralatan pendukung
yang digunakan dalam bisnis hospitality akan mengalami
keausan, usang atau rusak. Tentu perfoma peralatan yang
menurun akan membuat kualitas pelayanan pelanggan serta
kapasitas produksi akan menurun. Penggantian mungkin perlu
dilakukan untuk segera memulihkan performa pelayanan. Akan
tetapi perencanaan penggantian aset harus tetap diperhitungkan
bagaimana yang paling menguntungkan, atau kadang untuk
melayani pemintaan pasar tertentu harus ditambahkan sarana,
apakah lebih menguntungkan membeli atau menyewa.
Perlu tidak nya aset diganti tergantung pada prospek
manfaat yang didapat. Melalui perbandingan kas yang di present
value dari aset lama dan aset baru maka akan diketahui berapa
manfaat yang akan diperoleh dengan adanya keputusan
penggantian aset/ investasi.
179
Dari segi biaya, jika “present value” pengeluaran biaya
investasi lama “lebih besar” dibandingkan investasi baru maka
dinilai layak diganti. Untuk memudahkan akan dijelaskan dalam
ilustrasi kasus berikut.
Investasi mesin laundry lama (A) masih beroperassi normal
selama 2 tahun. Cash in flow (PV) yang dihasilkan per tahun Rp.
40.000. Mesin lama akan diganti dengan mesin baru yang
umurnya 3 tahun. Harga mesin baru Rp. 150.000 dengan cash in
flow pertahun Rp. 80.000. tingkat bunga 6%. Apakah mesin
tersebut sudah waktunya diganti.
Analisis :
Cach In Flow
Tahun
Tahun
Tahun
1
2
3
Tahun 0
Mesin lama
0
40.000
40.000
0
Mesin baru
-150.000
80.000
80.000
80.000
*Mesin baru harus diperhitungkan NPVnya :
NPV (6%)
= RP 63. 840
*Dicari equivalen NPV Rp. 63,840 untuk cash flow 3 tahun
DF 6%, tahun anuiti
=
.
,
= 2,673
=Rp.23.880
180
Perbandingan mesin lama vs baru
Cach In Flow
Tahun
Tahun
Tahun
1
2
3
COF
Mesin lama
-
40.000
40.000
-
Mesin baru
-
23.880
23.880
23.880
Kesimpulan : jika diganti sekarang rugi, sebab mesin lama
menghasilkan Rp. 40.000, sedangkan mesin baru hanya Rp.
23.880
Peramalan Perkembangan Usaha
Dalam perencanaan keuangan usaha hospitality terkadang
membutuhkan kemampuan untuk meramalkan prospek bisnis
dimasa depan, misalnya peramalan peningkatan permintaan.
Beberapa metode dapat digunakan untuk membuat
peramalan, salah satu metode yang dapat digunakan untuk
membuat
ramalan adalah analisis data berkala (time series
analisis) untuk membuat gambaran perkembangan data, baik
dalam arti positiv maupun negatif dalam jangka
(Santoso, 2016).
Rumus : y = a+bX
Dimana
:
Y = nilai trend periode tertentu
A = intersep persamaan linear
B = koefisien
181
panjang
X = periode waktu
Untuk lebih memudahkan dalam aplikasi, akan dicontohkan jenis
analisis time series yang dengan metode kuadrat terkecil yang
merupakan metode paling mudah.
Perumusan garis trend
Ŷ = a+Bx dimana :
a=∑
b=∑
dengan syarat ∑x=0 dimana x adalah variabel waktu dari data
berkala dan Ŷ adalah nilai-nilai data berkala. Secara teknisn nilai
∑x=0 ditentukan berdassarkan banyaknya nilai data berkala, jika
jumlah data historis yang akan digunakan ganjil maka x ......-3,2,-1,0,1,2,3 ..... sedangkan jika genap ......-5,-3,-1,1,3,5 .....
Contoh :
Kunjungan tamu hotel Pasundan selama 8 bulan terakhir adalah
sebagai dibawah, berapa perkiraan tamu yang datang bulan 9
sampai akhir tahun.
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
12
8
18
16
20
24
22
23
Sep
Okt
Nov
Des
?
?
?
?
Kunjungan
dlm ribuan
182
Cara analisis :
Buat tabel penolong
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
jumlah
Kunj (Y)
12
8
18
16
20
24
22
23
143
X
-4
-3
-2
-1
1
2
3
4
0
x2
16
9
4
1
1
4
9
16
60
Xy
-48
-24
-36
-16
20
48
66
92
102
Mencari persamaan garis dahulu Ŷ = a+Bx dengan :
a=∑
=17,87
b=∑
=1,7
Jadi persamaan garisnya Ŷ = a+Bx adalah Ŷ = 17,87+1,7x
Langkah selanjutnya masukan persamaan Ŷ = 17,87+1,7x dalam
kolom ramalan Ŷ. Sebelumnya isilah dahulu kolom x dengan
angka selanjutnya. Maka hasilnya ramalan kunjungan sampai
akhir tahun ada pada warna biru.
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
(Y)
12
8
18
16
20
24
22
23
X
-4
-3
-2
-1
1
2
3
4
x2
16
9
4
1
1
4
9
16
Xy
-48
-24
-36
-16
20
48
66
92
11
13
14,5
16
19,6
21
23
Sep
Okt
Nov
Des
5
6
7
8
26
28
29,8
31,5
Kunj
Ramalan
(Y)
183
24
Jadi perkiraan jumlah kunjungan pada bulan ke 9 sampai bulan 12
adalah 26 ribu 28 ribu, 28,8 ribu, 31,5 ribu. Sedangkan
perkiraan/ramalan paling tepat pada bulan april.
Memang kenyataan di dalam binis tidak selamanya demikian
namun setidaknya kita dapat membuat perkiraan dan persiapan.
184
Dapatkan
versi
lengkapnya
hanya
di
www.penerbitnem.com,
atau www.indonesiacultureandtourism.com,
atau
menghubungi
penulis
via
email
[email protected],
[email protected] , [email protected]
185
di
PROFIL PENULIS
Hary
Hermawan,
lahir
di
Yogyakarta tepatnya di Sleman pada
tanggal 30 September 1990. Lulus
Sarjana di STP AMPTA Yogyakarta
tahun 2015 dengan gelar Sarjana
Pariwisata
(S.Par),
kemudian
menyelesaikan studi S2 manajemen
pariwisata di Universitas Sarjana
Wiyata Yogyakarta.
Saat ini penulis bekerja sebagai
dosen di salah satu perguruan tinggi pariwisata di Daerah
Istimewa Yogyakarta, sekaligus aktif melakukan riset terkait
bidang kepariwisataan.
Selain seorang akademisi, penulis juga seorang praktisi
pariwisata. Selama masa kuliah S1 sampai lulus penulis juga
bekerja paruh waktu di hotel. Penulis juga pernah bekerja sebagai
koordinator food and beverage di Jogja Expo Center selama 2
tahun. Bersama itu, juga merangkap koordinator dan pendiri salah
satu Event Organizer yang telah beberapa kali sukses mengelola
event kecil-kecilan di Kota Yogyakarta, diantaranya: lomba
burung berkicau JEC jogja, food festival, band, bazar ramadhan
dan lain sebagainya.
Buku lain yang pernah ditulis berjudul “Geowisata : Perencanaan
Pariwisata Berbasis Konservasi” diterbitkan oleh PT. Nasya
Expanding Management (Penerbit NEM).
186
Erlangga
Brahmanto
lahir
di
Yogyakarta pada tanggal 11 Mei 1982.
Lulus Sarjana di STIEPARI Semarang
tahun 2015 dengan gelar Sarjana
Manajemen Perhotelan (SE.), kemudian
menyelesaikan studi S2 manajemen
pariwisata di Sekolah Tinggi Pariwisata
STIEPARI Semarang pada tahun 2015.
Penulis pernah bekerja sebagai praktisi
pariwisata di Melati Tour Yogyakarta.
Pada saat ini, penulis mejabat sebagai ketua prodi di salah satu
kampus swasta mengampu mata kuliah bartending, analisis
wilayah, dan geologi pariwisata.
Penulis juga aktif sebagai pengurus HILDIKTIPARI
(Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia).
Buku lain yang pernah ditulis berjudul “Geowisata : Perencanaan
Pariwisata Berbasis Konservasi” diterbitkan oleh PT. Nasya
Expanding Management (Penerbit NEM).
187
Faizal Hamzah, lahir di Kota Bandung
pada 16 Februari 1993.
Penulis adalah sarjana manajemen
lulusan STP ARS Internasional
Bandung,
mengambil
konsentrasi
“Manajemen Kepariwisataan” yang
lulus pada tahun 2016.
Saat ini penulis adalah salah satu dosen
pariwisata di AKPAR BSI Bandung sekaligus memegang amanah
strategis sebagai ujung tombak dalam pemasaran kampus
AKPAR BSI Bandung.
Pengalaman penulis di bidang praktisi hospitality dan pariwisata
sudah tidak diragukan lagi, berkat ketekunanya bekerja dan
mendalami karir di salah satu hotel di Kota Bandung. Penulis juga
pernah menjabat sebagai koordinator wilayah dan psychotester di
LPSDM Ganesha Dwija Pertiwi dari tahun 2011 sampai 2016.
188
Download