MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI PERILAKU KEKERASAN” NAMA : BELLA ANGELA PANIE (181111044) MAHASISWA KEPERAWATAN B/V UNIVERSITAS CITRA BANGSA TAHUN AJARAN 2020/2021 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Manfaat BAB II Tinjauan Teori 2.1 Konsep Teori 2.1.1 Pengertian 2.1.2 Prevalensi 2.1.3 Psikodinamika 2.1.4 Tanda Gejala 2.1.5 Etiologi 2.1.6 Rentang Respon 2.1.7 Penatalaksanaan Farmakologi Dan Non-Farmakologi BAB III Konsep Asuhan Keperawatan 3.1 Pengkajian Keperawatan (Pohon Masalah) 3.2 Diagnosa Keperawatan 3.3 Perencanaan Keperawatan 3.4 Implementasi Keperawatan 3.5 Evaluasi Keperawatan BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa, karna atas berkat dan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II ini dengan baik Dalam penulisan makalah ini banyak mendapatkan kendala dan hambatan baik dalam memperoleh sumber maupun dari segi penulisan . Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan. untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa mendatang . Demikian makalah yang dapat saya buat, atas perhatianya saya ucapkan Terima Kasih Kupang, September 2020 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang, yang ditunjukan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000) Suatu keadaan dimana seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 1998) Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat yang membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya : memaki-maki orang disekitarnya, membanting–banting barang, mencederai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda motor. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Perasaan marah berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menantang, biasanya dilakukan individu karena merasa kuat. Cara demikian dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan menimbulkan tingkah laku yang destruktif, sehingga menimbulkan perilaku kekerasan yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan dan bahkan akan merusak diri sendiri. Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif, yang timbul sebagai akibat dari kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan memicu individu menjadi pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Perilaku kekerasan yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai tinggi, yaitu agresif yang memperlihatkan permusuhan keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberikan kata-kata ancaman tanpa niat melukai sampai pada perilaku kekerasan atau gaduh gelisah. Perawat harus mampu memutuskan tindakan yang tepat dan segera, terutama jika klien berada pada fase amuk. Kemampuan perawat berkomunikasi secara terapeutik dan membina hubungan saling percaya sangat diperlukan dalam penanganan klien marah pada semua fase amuk / perilaku kekerasan. Dengan dasar ini perawat akan mempunyai kesempatan untuk menurunkan emosi dan perilaku amuk agar klien mampu merubah perilaku marah yang destruktif menjadi perilaku marah yang konstruktif. Berdasarkan uraian diatas, kami menulis makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan”. 1.1 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang mendasari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut. 1.2.1 Apakah pengertian dari perilaku kekerasan? 1.2.2 Apakah prevalensi dari perilaku kekerasan? 1.2.3 Apakah psikodinamika dari perilaku kekerasan? 1.2.4 Bagaimanakah tanda dan gejala dari perilaku kekerasan? 1.2.5 Apakah etiologi dari masalah perilaku kekerasan? 1.2.6 Bagaimanakah rentang respon dari perilaku kekerasan? 1.2.7 Apakah penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi dari perilaku kekerasan? 1.2.8 Apakah asuhan keperawatan perilaku kekerasan 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan 1.3.2 Untuk mengetahui prevalensi dari perilaku kekerasan 1.3.3 Untuk mengetahui psikodinamika dari perilaku kekerasan 1.3.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasan 1.3.5 Untuk mengetahui etiologi dari masalah perilaku kekerasan 1.3.6 Untuk mengetahui rentang respon dari perilaku kekerasan 1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi dari perilaku kekerasan 1.3.8 Untuk mengetahui asuhan keperawatan perilaku kekerasan 1.3 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini ialah agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai asuhan keperawatan perilaku kekerasan agar memudahkan mahasiswa mengaplikasikannya dalam menyikapi masalah yang didapat ketika praktik di Rumah Sakit BAB II PEMBAHASAN 2.1 konsep teori 2.1.1 Pengertian perilaku kesehatan Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaab emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara destruktif. (H. Iyus Yosep,dkk, 2014) Agresi berkaitan dengan trauma pada masa anak pada saat merasa lapar, kedinginan, basah, atau merasa tidak nyaman. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi secara terus menerus, maka ia akan menampakan reaksi yang berupa menangis, kejang, kontraksi otot, perubahan ekspresi warna kulit, bahkan mencoba menahan napasnya. (H. Iyus Yosep,dkk, 2014) Setelah anak berkembang dewasa ia menampakan reaksi yang lebih keras pada saat kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi. Seperti tempertantrum, melempar, menjerit, menahan napas, mencakar, merusak, atau bersikap agresif pada bonekanya. Bila reward and punishment tidak dilakukan maka ia cenderung menganggap perbuatan tersebut benar. (H. Iyus Yosep,dkk, 2014) Bila kontrol lingkungan seputar anak tidak berfungsi maka reaksi agresi tersebut bertambah kuat sampai dewasa. Sehingga apabila ia merasa benci atau frustasi dalam mencapai tujuannya ia akan bertindak agresif. Hal ini akan bertambah apabila ia merasa kehilangan orangorang yang dicintai dan orang yang berarti. Tetapi pelan-pelan ia akan belajar mengontrol hidupnya dengan norma dan etika dari dalam dirinya yang dia adopsi dari pendidikan dan lingkungan sekitarnya. Ia akan belajar mana yang baik dan mana yang tidak baik. Sehingga pola asuh dan orang-orang terdekat sekitar lingkungan akan sangat berarti. (H. Iyus Yosep,dkk, 2014) Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan (voilence) di sisi yang lain. (H. Iyus Yosep,dkk, 2014) 2.1.2 Klasifikasi Distosia 1. distosia karena kelainan presentasi malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referens,masalah ;janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama. Kelainan letak, persentasi atau posisi a). Posisi oksipitalis posterior persisten Yaitu persalinan persentasi belakang kepala b). Presentasi puncak kepala Bila defleksinya ringan sehingga UUB merupakan bagian terendah c). Presentasi Muka Dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung. d). Presentasi Dahi Kedudukan kepala berada antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah e). Letak sungsang Janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri f). Letak lintang Sumbu memanjang janin menyilang, sumbu memanjang ibu tegak lurus atau mendekati 90 derajat g). Presentasi Ganda Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan di samping bokong janin dijumpai tangan 2. Distosia Kelainan Tenaga dan / His a. Inersia uteri atau Hypotonic uterine countraction. Kontraksi uterus lebih lemah, singkat dan jarang daripada normal. Keadaan umum biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. b. His terlampau kuat atau Hypertonic uterine contraction (tetania uteri) His yang terlalu kuat dan sering menyebabkan persalinan berlangsung singkat tanpa relaksasi rahim. Hal ini dapat membahayakan bagi ibu karena terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir (dapat menyebabkan ruptura uteri) sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena mendapat tekanan kuat dalam waktu singkat. c. Aksi uterus inkoordinasi atau uncoordinate hypertonic uterine contraction. Sifat his yang tidak berubah dimana tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin. 3. Distosia karena alat kandungan dan jalan lahir Meliputi alat kelamin luardan dalam,adapun yang bisa mempengaruhi kemajuan persalinan dapat dijabarkan sebagi berikut : a. Pada vulva edema ditemukan pada persalinan lama yang disebabkan pasien dibiarkan mengedan terus,jarang mempengaruhi kelangsungan persalinan. Stenosis pada vulva yang diakibatkan oleh radang dapat sembuh dan meninggalkan jaringan perut sehingga mengalami kesulitan pada kala pengeluaran sehingga diperlukan episiotomy yang cukup luas. Tumor dalam bentuk neoplasma. b. Pada vagina Septum vagina yang tidak lengkap menyebabkan kadang-kadang menahan turunnya kepala janin sehingga harus dipotong dahulu. Stenosis vagina yang tetap kaku menyebabkan halangan untuk lahirnya janin perlu dipertimbangkan seksio sesaria Tumor vagina menyebabkan rintangan persalinan pervaginam,beresiko kelancaran persalinan pervaginam. c. Pada uterus Posisi anterversio uteri (posisi uterus ke depan)pada kala 1 pembukaan kurang lancar sehingga tenaga his salah arah,ajurkan ibu untuk tidur pada posisi terlentang. Kelainan uterus seperti uterus sub septus dan uterus arkuatus yang menyebabkan terjadinya letak lintang dan tidak bisa dikoreksi.biasanya jalannya partus kurang lancar dan his kurang lancar yang menyebabkan fungsi uterus kurang baik. d. Kelainan pada ovarium Kista ovarium,jika tempatnya di daerah fundus maka persalinan dapat berlangsung normal Jika kedudukan kista di pelvis minor,maka dapat menganggu persalinan dan persalinan diakhiri dengan seksio saesaria. 4. Distosia karena kelainan janin Klasifikasi : - Distosia kepala : hydrosefalus (kepala besar,hygromonas koli / tumor leher) - Distosia bahu : bahu janin lebar seperti anak kingkong - Distosia perut : hydro post fetalis,asites,akardiakus - Distosia bokong : meningokel,spina bifida dan tumor pada bokong janin - Kembar siam (double monster) - Monster lainnya. a. Pertumbuhan janin yang berlebihan (janin besar ) Dikenal dengan makrosomia,atau giant baby adalah bayi dengan berat badan diatas 4 kilogram. b. hydrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam pentrikel otak,sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran suturasutura dan ubun-ubun.cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya antara 500-1500 ml,akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter.hydrosefalus seringkali disertai kelainan bawaan lain seperti misalnya spinabifida. c. Anencefalus Suatu kelainan congenital dimana tulang tengkorak hanya terbentuk dari bagian basal dari os frontalis,os parietalis,dan os oksipitali,os orbita sempit hingga Nampak penonjolan bola mata. d. Kembar siam Terjadi pada janin kembar ,melekat dengan penyatuan janin secara lateral.pada banyak kasus biasanya terjadi persalinan premature.apabila terjadi kemacetan dapat dilakukan tindakan vaginal dengan merusak janin atau melakukan section saesaria. e. Gawat janin Terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen,sehingga mengalami hipoksia . 5. Distosia karena kelainan panggul Jenis kelainan panggul (Caldwell moloy) : - Panggul ginekoid - Panggul anthropoid - Panggul android - Panggul platipeloid Perubahan panggul menurut munro kerr - Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intruretin - Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi - Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang - Perubahan bentuk karena penyakit kaki Perubahan bentuk Karena kelainan pertumbuhan intrauretin - Panggul naegele - Panggul Robert - Split pelvis - Panggul asimilasi Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi : - Rakitis - Osteoplasma - Neoplasma - Fraktur - Atrofi - Penyakit sendi 2.1.3 Etiologi Distosia Distosia dapat disebabkan oleh : 1. Distosia karena kelainan presentasi malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referens,masalah ;janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama 2. Distosia karena kelainan posisi janin a.letak sunsang disebabkan oleh prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong,air ketuban masih banyak dan kepala relative besar,hidramion anak mudah bergerak,plasenta previa Karena mengahalangi turunnya kepala kedalam pintu atas panggul,bentuk rahim yang abnormal,kelainan bentuk kepala seperti amemsefalus dan hidrosefalus (obsteri patologi;134) b. letak lintang disebabkan oleh fiksasi kepala tidak ada indikasi CPD, hidrosefalus,ansefalus,plasenta previa,dan tumor pelvis ,janin mudah bergerak karena hidramion,multiparitas,pertumbuhan janin terhambat, atau janin mati,gemeli, kelainan uterus,lumbar skoliosis, monster, pelvic kidney,dan kandung kemih serta rectum penuh. 3. Distosia karena kelainan tenaga/ His Disebabkan oleh sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri sering dijumpai pada multi gravid,factor herediter,emosi dan kekuatan ,salah pimpinan persalinan pada kala II atau salah pemberian obat seperti oksitosin dan obat penenang. 4. Distosia karena kelainan alat kandungan dan jalan lahir Berkaitan dengan variasi ukuran dan tulang pelvis ibu atau keabnormalan saluran reproduksi yang dapat mengganggu dorongan atau pengeluaran janin 5. Distosia karena kelainan janin 1. Bayi besar a. Diabetes mellitus DM mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar dengan berat lahir mencapai 40005000 gram atau lebih b. Keturunan Seorang ibu gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar c. Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya Bila bumil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia sebelumnya,maka ia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan makrosomia dibandingkan wanita yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia karena umumnya berat seorang bayi yang akan lahirv berikitnya bertambah sekitar 80120 gr. 2. Hydrosefalus Terjadi penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikeldan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid. 3. Anensefalus Disebabkan factor mekanik,factor infeksi,factor obat,factor umur ibu,factor hormonal. 4. Kembar siam Terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna.karena terjadinya pemisahan yang lambat,maka pemisah anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam (UNPAD 1998). 5. Gawat janin a. Infusiensi uteruplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu singkat) berupa : aktivitas uterus,yang berlebihan,dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin,hipotensi ibu,kompresi venakava,posisi terlentang,perdarahan ibu,solusio plasenta,plasenta previa. b. Infusiensi uteruplasenter kronik (kurang aliran darah uterus plasenta dalam waktu lama) berupa penyakit hipertensi, c. Diabetes melliltus Pada ibu penderita DM maka kemungkinan pada bayi akan mengalami hipoglikemia karena pada ibu yg diabetes mengalami toleransi glukosa terganggu,dan dan seringkali disertai hipoksia. d. Isoimunisasi rh,postmaturnitas atau dismaturnitas,kompresi (penekanan)tali pusat. 2.1.4 Manifestasi Klinis Dapat dilihat dan diraba,perut terasa membesar kesamping Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan Terjadi distensi berlebihan pada uterus Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada. 2.1.5 Pathway Kelainan tenaga Kelainan bentuk dan letak janin (janin besar, lesu) Kelainan jalan lahir Kurang pengetahuan ttg cara mengejan dgn benar Kontraksi tidak sinkron dg tenaga Tenaga cepat habis PAP sempit Kelainan respon psikologis Ketokolamin Vasokontraksi pembuluh darah di miometrium Janin kesulitan melewati PAP His/kontraksi uterus Kelainan persalinan macet DISTOSIA Partus lama Tonus otot Rencana tindakan SC Penekanan kepla janin pada panggul Penekanan pada jalan lahir Obstruksi mekanis pada penurunan janin Menekan saraf Respon hipotalamus MK : RESIKO CEDERA MATERNAL MK : RESIKO CEDERA JANIN Pengeluaran mediator nyeri Respon nyeri Energi ibu hipermetabolis me Jalan lahir terpapar terlalu lama dg udara luar Krisis situasi ketokolamin Pathogen mudah masuk MK :RESIKO KEKURANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Stress MK : RESIKO INFEKSI MK : ANSIETAS MK : NYERI AKUT 2.1.6 Penatalaksanaan 1. Intervensi Pada Resiko Cedera Janin pemberian oksitosin untuk meningkatkan kontraksi uterus, amniotomy melakukan tindakan seksio sesarea. ( Dini Kurniawati, 2017) tindakan induksi oksitosin, tindakan pemecahan membran (amniotomy) ( Dini Kurniawati, 2017) pemberian induksi oksitosin, amniotomy dan seksio sesarea. ( Dini Kurniawati, 2017) monitor pernapasan bayi, monitor warna kulit bayi,rawat nasal septum,suction, ajarkan pada ibu tentang perawatan metode kanguru (PMK) (Herlina, 2015) 2. Intervensi Resiko Infeksi kontrol infeksi(NIC) cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien anjurkan pasien dan anggota keluarga mengenai bagaimana menghindari infeksi ajarkan pasien dan keluarga bagaimana tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan dorong untuk beristirahat anjurkan pasien untuk meminum antibiotik seperti yang diresepkan 3. Intervensi Resiko Cedera Maternal mobilisasi dini dan senam nifas , melakukan latihan nafas dalam, latihan pernapasan iga-iga, latihan pergelangan kaki ( 3 gerakan ) (Inke Malahayati,2020) swadding, KMC, Swadding dan KMC ( Yusnika Damayanti, Titin Sutini, Suhendar Sulaeman, 2019) 4. Intervensi Nyeri Akut Pemberian analgetik (Fitriani, Kadek Ayu Erika, Syahrul, 2019) Teknik relaksasi (Fitriani, Kadek Ayu Erika, Syahrul, 2019) Terapi musik, meditasi dzikir,kompres dingin,terapi Asmaul Husna, cold pack, relaksasi napas dalam dam ROM. (Risnah,Risnawati HR, Maria Ulfah Azhar, Muhammad Irwan,2019) 5. Intervensi Resiko Kekurangan Cairan Dan Elektrolit Residen untuk mengelola stimulus (Desak Putu Kristian Purnamiasih, Nani Nurhaeni, Siti Chodidjah,2017) Model konservasi Levine, yaitu konservasi energi : Memberikan posisi tidur kepala lebih tinggi 15 derajat ( Fitri Anissa, Nani Nurhaeni, Dessie Wanda, 2017) Memonitor intake dan output ( Fitri Anissa, Nani Nurhaeni, Dessie Wanda, 2017) 6. Intervesni Ansietas Terapi musik ( Yade Kurnia Sari,2016) Relaksasi napas dalam , Hipnotis lima jari (Tania Khaerunnisa, Yossie Susanti Eka Putri, 2016) Melakukan relaksasi “teknik Distraksi Guidance Imagery” (Norma Mardiani, Budi Hermawan,2019) BAB III PENUTUP Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his yaitu suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan. Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi. DAFTAR PUSTAKA Yusnika Damayanti, Titin Sutini, Suhendar Sulaeman, (2019) Swaddling Dan Kangaroo Mother Care Dapat Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Berat Baru Lahir Rendah (BBLR). Journal Of Telenursing Fitriani, Kadek Ayu Erika, Syahrul, (2019). Progressive Muscle Relaxation Dalam Menurunkan Nyeri. Jurnal keperawatan Muhammadiyah Edisi Khusus 2019 Dini Kurniawati, (2017) Manajemen Intervensi Fase Laten ke Fase Aktif Pada Kemajuan Persalinan. Jurnal Keperawatan Dan Pemikiran Ilmiah Desak Putu Kristian Purnamiasih, Nani Nurhaeni, Siti Chodidjah,(2017) Aplikasi Model Adaptasi Roy Pada Anak Dengan Gangguan Keseimbangan Cairan. Jurnal Kesehatan (Vol 6; 2017) 6 (1), 2017 Yade Kurnia Sari, (2016). Pengaruh Terapi Musik Mozart Terhadap Ansietas Terhadap Pada Pasien Hemodialisa Di RSUD DR. Acmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Prima Nusantara Bukttinggi Volume 9 No 1 Januari 2018 Tania Khaerunnisa, Yossie Susanti Eka Putri, (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Ansietas Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74-82, November 2016 Norma Mardiani, Budi Hermawan, (2019). Pengaruh Teknik Distraksi Guidance Imagery Terhadap Tingkatan Ansietas Pada Pasien Pra Bedah Di RSUD Linggajati Kabupaten Kuningan. Jurnal soshum insetif Fitri Anissa, Nani Nurhaeni, Dessie Wanda, (2017). Aplikasi Teori Konservasi Levine Pada Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus Infeksi Dan Cairan. Akademi Keperawatan Keris Husada, Jakarta, Indonesia Herlina, (2015). Asuhan Keperawatan Bayi Prematur Menggunakan Model Keperawatan Konservasi Energy Myra Levine : Sebuah Study Kasus. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2915