Uploaded by User92685

DM DALAM KEHAMILAN

advertisement
Skrining Pemeriksaan Diabetes Mellitus Gestasional menurut International Association
of Diabetes and Pregnancy Study Groups (IADPSG)
Skrining pemeriksaan diabetes mellitus pada kehamilan pertama kali di populerkan
O’Sullivan pada tahun 1964 dan telah dimodifikasi oleh Carpenter and Coustan. Terdapat
beberapa skirining dan diagnosis yang dapat digunakan yaitu One-Step Approach dan TwoStep Approach. Ada pula beberapa guideline yang rekomendasi untuk dilakukannya skrining.
Indonesia sendiri menganut skrining universal yakni One-step approach dilakukan pada setiap
ibu hamil dimulai sejak kunjungan pertama (trimester 1) untuk penapisan Diabetes Mellitus
Pra-gestasi (DMpG), bila negatif diulangi pada kehamilan 24-28 minggu untuk menapisan
Diabetes Mellitus Gestasi (DMG). Skrining dan diagnosis yang direkomendasikan adalah satu
tahap (One Step Approach menurut WHO) yakni dengan TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral),
dengan memberikan beban 75 gram glukosa anhidrus setelah berpuasa selama 8 – 14 jam.5
Dinyatakan positif apabila hasil glukosa puasa=126 mg/dL dan 2 jam=200 mgh/dL. Bila
hasil negatif diulangi dengan cara pemeriksaan yang sama pada usia hamil 24-28 minggu.5,6
Tabel. 2.1 Variasi kriteria rekomendasi penggunaan Glukosa Toleransi Terganggu untuk
diabetes mellitus gestasional.9
Skrining test yang dilakukan adalah pembebanan glukosa oral sebesar 75 gram. Sebelum
dilakukan test pasien diminta untuk makan makanan yang cukup karbohidrat selama 3 hari,
kemudian berpuasa selama 8-12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan. Periksa kadar glukosa
darah puasa dilakukan dari darah vena di pagi hari, kemudian diikuti pemberian bebean glukosa
75 gram dalam 200 ml air, dan pemeriksaan kadar glukosa darah 1 jam lalu 2 jam kemudian.
Dapat diagnosis DMG ditegakkan apabila kadar gula darah puasa >92 mg/dl, atau kadar gula
darah setelah 1 jam > 180 mg/dl, atau kadar gula darah setelah 2 jam > 153 mg/dl.5,6,7
Gambar 2.1 Skrining dengan Two-step Strategy
Gambar 2.2 Algoritma Screening dan Diagnosis Diabetes dalam Kehamilan
Menurut kriteria O’Sullivan dan Guideline American Diabetes Association tahun 2004
(ADA) dimana melakukan two-step strategy untuk melakukan skrining OGTT skrining test
yang dilakukan adalah pembebanan glukosa oral sebesar 50 gram tanpa pasien harus berpuasa
terlebih dahulu dan periksa kadar glukosa darah 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah
didapatkan lebih dari 140mg/dL dapat dilakukan test pembebanan 100 gram. Sebelumnya
pasien harus berpuasa terlebih dahulu. Diabetes gestasional dapat ditegakan jika terdapat 2
hasil yang signifikan bahwa dari pemeriksaan kadar glukosa darah 1 jam lalu 2 jam dan 3 jam
kemudian. Dapat diagnosis DMG ditegakkan apabila kadar gula darah puasa >95 mg/dl, atau
kadar gula darah setelah 1 jam > 180 mg/dl, atau kadar gula darah setelah 2 jam > 155 atau
kadar gula darah setelah 3 jam > 140 mg/dl. Penentuan penggunaan one-step ataupun two-step
strategy harus berdasarkan peran relatif dari pertimbangan biaya, dan ketersediaan infrastruktur
secara lokal, nasional, dan internasional. Selain itu, preferensi pasien harus diperhitungkan
sebagai bagian dari strategi penyaringan apa pun. 8,9
Epidemiologi
Organisasi International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat
463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara
dengan angka pravelensi sebesar 9,3% dari total penduduk usia yang sama. Berdasarkan jenis
kelamin, pravelensi diabetes pada tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9.65% pad alakilaki. Pravelensi diabetes meningkat seiring dngan penambahan umur.10
Hasil RISKESDAS 2018 menunjukan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia
berdasarkan diagnosis dokter pada usia >15 tahun sebesar 2% menunjukan adanya peningkatan
dari hasil Riskesdas 2018 sebesar 1,5%. Pravelensi adiabetes melitus menurut hasil
pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018.
Seiring dengan meningkatnya pravelensi diabetes tipe 2, khususnya pada penduduk lebih muda
dapat menyebabkan kehamilan dengan diabetes meningkat pula. Diabetes melitus merupakan
salah satu penyulit medik yang sering terjadi selama kehamilan. Angka kejadian 3-5% dari
semua kehamilan, peningkatan angka kematian dan angka kesakitan perinatal pada kehamilan
dengan DM berhubungan dengan kondisi hiperglikemi pada ibu, sekitar 40-60% wanita yang
pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes
melitus atau toleransi glukosa terganggu.2,5,10
KOMPLIKASI
Diabetes mellitus sering menjadi penyulit pada kehamilan sebab penyakit ini
berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin. Dampak yang ditimbulkan pada kehamilan
dengan diabetes sangat bervariasi. Pada ibu akan meningkatkan risiko terjadinya preeklampsi,
seksio sesarea, dan terjadinya diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari, sedangkan pada janin
meningkatkan risiko terjadinya makrosomia, trauma persalinan, hyperbilirubinemia,
hipoglikemia, hipokalsemia, polisitemia, hyperbilirubinemia neonatal sindroma distress
respirasi (RDS), serta meningkatnya mortalitas atau kematian janin.1
Ukuran janin yang berlebihan dapat menimbulkan masalah. American Collage Of
Obstetricians and Gynecologist mendefinisikan bayi makrosomik sebagai bayi yang berat
lahirnya lebih dari 4.500 gram. Jika dalam kehamilan kadar gula darah ibu tinggi, glukosa akan
melintasi plasenta ke dalam sirkulasi bayi dan mengakibatkan bayi menjadi gemuk. Hal ini
terjadi karena pankreas bayi memproduksi insulin meskipun pankreas ibu tidak. Insulin
tersebut nantinya akan mengubah glukosa menjadi lemak. Akibatnya, bayi akan tumbuh lebih
besar dan kelebihan glukosa tersebut dapat menghambat proses pembentukan sel sehingga bayi
dapat mengalami kecacatan hingga risiko kematian. Selain itu makrosomia juga meningkatkan
risiko pemanjangan kala 2 persalinan, persalinan operatif, trauma intranatal (distosia bahu)
yang kadang berakibat kematian. Disebutkan juga risiko kelahiran prematur meningkat tiga
kali lebih tinggi dibandingkan kehamilan normal.4,11
Peningkatan tingkat serum metabolit pada ibu yang mengalami diabetes (misalnya
glukosa, asam lemak bebas, senyawa keton dalam tubuh, trigliserida, dan asamasam amino)
akan memicu peningkatan transfer nutrien pada janin yang pada gilirannya akan menimbulkan
hiperglikemik dalam lingkungan uterus sehingga dapat merubah pertumbuhan dan komposisi
tubuh janin.7
Kemudian pada trimester kedua kehamilan, pankreas janin dengan ibu diabetes mellitus
gestasional akan beradaptasi dengan hiperglikemik dalam lingkungan uterus dengan
meningkatkan produksi insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia pada janin. Titik
kulminasi dari peristiwa metabolik yang terjadi di dalam uterus ini akan mengakibatkan
hipoglikemia, polisitemia, hiperbilirubinemia, komplikasi gawat nafas (Respiratory Distress
Syndrome), dan pertumbuhan fetus yang beratnya berlebihan atau makrosomia.7
PENATALAKSANAAN
Program penatalaksanaan diabetes mellitus pada kehamilan dilaksanakan secara
multidisiplin yang terdiri dari Bagian Kebidanan itu sendiri, Penyakit Dalam, Gizi, Neonatus
dan Anesthesia. Penanganan yang paling umum dan sering digunakan secara klinisi adalah
konsentrasi gula darah ibu agar konsentrasi gula darah dapat dipertahankan seperti kehamilan
normal. Pada perempuan dengan DMG harus dilakukan pengamatan gula darah preprandial
dan posprandial. Fourth International Workshop Conference on Gestational Diabetes Mellitus
Menganjurkan untuk mempertahankan konsentrasi gula darah puasanya kurang dari 75100mg/dl dan kurang dari 142 dan 140 mg/dl 2 jam setelah makan. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan juga adalah pemberian asam folat 400-800 ug/hari, dikatakan bahwa dapat
mengurasi risiko untuk terjadinya kelainan kongenital yaitu neural tube defects.1,5
Kehamilan di trimester pertama dengan diabetes mellitus harus dilakukan pengendalian
kadar glukosa darah dengan diet yaitu pengaturan pola makan dan dapat diberikan insulin.
Pendekatan dengan pengaturan pola makan bertujuan menurunkan konsentrasi glukosa serum
maternal, dengan cara membatasi asupan karbohidrat hingga 40-50% dari keseluruhan kalori,
protein 20%, lemak 30-40% (saturated kurang dari 10%), makan tinggi serat. Kenaikan berat
badan selama kehamilan (weight gain) diusahakan hanya sekitar 11-12,5 kg saja. Program
pengaturan gizi dan makanan yang dianjurkan oleh Ikatan Diabetes Amerika (ADA) adalah
pemberian kalori dan gizi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan kehamilan dan
mengurangi hiperglikemi ibu. Kalori harian yang dibutuhkan bagi perempuan dengan berat
badan normal pada paruh kedua kehamilan adalah 30kcal per kg berat badan normal.1,4,5
Bila Indeks Massa Tubuh (body mass index) lebih dari 30 kg per m2, maka dianjurkan
asupan rendah kalori sampai 30-33% (sekitar 25 kilo Kalori per kg). Diet ini akna mencegah
terjadinya ketonemia. Olahraga teratur akan memperbaiki control kadar gula darah pad
aperempuan hamil dengan diabetes melitu sgestasional walaupun pengaruhnya terhadap hasil
perinatal belum jelas.1
Wanita yang memeiliki konsentrasi gula darah yang tinggi harus dirawat lebih seksama
dan biasanya diberi insulin. Terapi insulin dapat menurunkan kejadian makrosomia janin dan
morbiditas perinatal. Dosis insulin yang diberikan sangat individual. Pemberian insulin
ditujukan untuk mencapai konsentrasi gula darah pascaprandial kurang dari 140mg/dl sampai
mencapai kadar glikemi dibawah rata-rata dan hasil perinatal yang lebih baik, ketimbang
dilakukannya upaya mempertahankan konsentrasi gula darah praprandial kurang dari 105
mg/dl, tetapi keadaan janin tidak diperhatikan.1
Kejadian makrosomia dapat diturunkan dengan cara pemberian insulin untuk mencapai
konsentrasi gula darah praprandial kurang lebih 80 mg/dl. Oleh karena itu, dalam merancang
penatalaksanaan pemberian insulin harus dipertimbangkan ketepatan waktu pengukuran gula
darah, konsentrasi target glukosa, dan karakteristik pertumbuhan janin.1,5
Pemberian OAD pada kehamilan trimester pertama merupakan kontraindikasi. OAD tidak
dianjurkan oleh karena dapat menembus barier plasenta, dikhawatirkan efek teratogenik dan
lebih merangsang sel beta Langerhans pada janin. Selain itu dapat keadaan hiperglikemi pada
ibu melewati uteroplasenta sehingga dapat menyebabkan hiperinsulinemia pada janin dan
kelalinan kongenital.5.6
Kehamilan trimester dua dan tiga selain pengendalian glukosa darah dengan diet dan
pemberian insulin penting untuk dilakukan deteksi ada tidaknya kelainan kongenital.
Pemantauan akan terjadinya komplikasi seperti preklampsi juga perlu dilakukan. USG serial
dapat dilakukan untuk pemantauan pertumbuhan janin dan perencanaan selanjutnya untuk
proses persalinan.
Perawatan antenatal, kunjungan setiap 2 minggu sampai dengan usia hamil 36 minggu
kemudian 1 minggu sekali sampai dengan aterm (bila kadar glukosa darah terkendali dengan
baik). Target glukosa darah senormal mungkin dengan kadar glukosa puasa = 100 mg/dL dan
2 jam pp = 140 mg/dL yang dicapai dengan diet, olahraga dan insulin. Untuk pasien yang kadar
glukosa terkendali dengan diet saja diperbolehkan melahirkan sampai dengan aterm. Bila
sampai dengan 40 minggu belum terjadi persalinan maka mulai dilakukan pemantauan
kesejahteraan janin 2 kali seminggu. Perkiraan berat lahir secara klinis dan pemeriksaan USG
dilakukan untuk mendeteksi adanya tanda-tanda makrosomia. Untuk mengurangi kelainan
janin akibat trauma kelahiran dianjurkan untuk mempertimbangkan SC efektif pada
EFW=4500 g. Pasien dengan DMG yang dalam terapi insulin disertai diet untuk
mengendalikan kadar glukosa direncanakan program pemantauan/evaluasi janin antenaltal
(anterpartum fetal surveillance) seperti pada DMpG.5,8,9
Minggu ke-6 pasca persalinan, dilakukan TTGO kembali dengan pembebanan 75 gram.
Bila TTGO diatas menunjukkan kadar yang normal, evaluasi lagi setelah 3 tahun dengan kadar
glucose puasa, olah raga teratur dan menurunkan berat badan pada yang obesitas. Sangat
disarankan untuk ibu menyusui karena anaknya karena menyusui mengurangi risiko obesitas
dan diabetes pada keturunannya. Edukasi diperlukan mengenai diagnosis hiperglikemia dalam
tentang peningkatan risiko diabetes mellitus di masa depan dan hiperglikemia pada kehamilan
berikutnya dan harus ditawarkan saran gaya hidup yang mencakup pengendalian berat badan,
diet, dan olahraga.5
Gambar. 2.4 Protap POGI Diabetes Mellitus Pada Kehamilan5
DAFTAR PUSTAKA
1.
Prawirohardjo,S., 2018. Ilmu Kebidanan edisi ke-5. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
2.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes
Ri
4.
Cunningham FG, Levono KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams
Obstetric (23rd ed). The McGraw-Hill Companies, Inc, 2010.
5.
Abadi, Agus, Tim Fetomaternal FK-UNAIR. Panduan penetalaksanaan kehamilan
dengan diabetes militus. POGI. 2018
6.
American Diabetes Association, 2014. Standards of Medical Care For Patients with DM.
Clinical Diabetes Vol 21 No.1 pp.27-37.
7.
American Diabetes Association, 2018. Clinical Practice Recommendation. Detection and
Diagnosis of GDM. Diabetes Care vol.30 no. 1 .p .S7.
8.
Jasmine F Plows, Joanna L Stanley, Philip N Baker, Clare M Reynolds and Mark H
Vickers. ReviewThePathophysiology of Gestational Diabetes Mellitus. International
Journal of Molecular Sciences. Int. J. Mol. Sci. 2018, 19.
9.
Yashdeep Gupta1 Bharti Kalra2 Manash P Baruah3 Rajiv Singla4 Sanjay Kalra2. Updated
guidelines on screening for gestational diabetes. International Journal of Women’s
Health 2015:7 539–550
10.
Pangribowo, supriyono. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan. 2020. Jakarta.
11.
Barbour LA, McCurdy CE, Hernandez TL, Kirwan JP, Catalano PM, Friedman JE.
Cellular Mechanisms for Insulin Resistance in Normal Pregnancy and Gestational
Diabetes. Diabetes Care. 2007; Vol. 30, Supplement 2, p: S112-9
Download