RANCANGAN KABIN MASINIS KRL COMMUTER LINE DENGAN METODE QUICK EKSPOSURE CHECK (QEC) DAN ANTROPOMETRI Nurfajriah1 , Djodi Erlangga 2 Program Studi Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, Jakarta Selatan 1 Mahasiswa Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, Jakarta Selatan 2 email 1 : [email protected] Abstract Unergonomic working condition for driving cabin in Commuter train (KRL) can cause a machinist to be exposed to work-related Musculoskeletal Disorder (WMSDs)which affects the diminished of concentration capabilities when operating KRL which tends to be static. Research conducted with the aim to give the best design of steeringroom, both from chair and cabin size and the placement of controller and monitor screen insntrumen that can accommodate the machinist work posture to avoid WMSDs. The research was conducted by analyzing the driver's posture using the Quick Exposure Checklist (QEC) method. Based on the calculation of total final score of exposure and level of action obtained from samples that worked driver machinary still vary and all result of action level obtained show 58 engineer experiencing level 3 exposure with action that need to be done is action in the near future which means action need to be done as soon as possible and 2 machinists having level 4 exposure with the action that needs to be done is action is required now. Keyword : Ergonomic, Anthropometry, Quick Exposure PENDAHULUAN Kereta Listrik belakangan ini menjadi primadona di kalangan masyarakat dan pemerintah karena dinilai sebagai moda transportasi massal yang efektif dalam mengatasi permasalahan kemacetan di ibukota yang sangat kompleks. Hal ini dibuktikan dengan upaya pemerintah dalam pembangunan infrastruktur perkeretaapian baru seperti Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rapid Transit (LRT), serta peningkatan pelayanan dan perluasan jalur pemberhentian Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line yang dilakukan PT. KAI Commuter line Jabodetabek (KCJ) sebagai kereta angkutan massal dalam kota pertama yang ada di Indonesia sejak tahun 1925. PT. KCJ telah berhasil mengubah citra angkutan yang sebelumnya memiliki citra semerawut dengan melakukan berbagai revolusi seperti penambahan unit KRL, penerapan ETicketing dan sistem tarif progresif dengan penghapusan KRL ekspres, penerapan kereta khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomiAC menjadi kereta Commuter Line yang dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta yang dilakukan bersama PT. KAI (persero) dan Pemerintah. Sayangnya perbaikan sarana dan prasarana fasilitas KRL 87 Commuter Line untuk penumpang saat ini masih tidak beriringan dengan upaya perbaikan kenyamanan fasilitas untuk pegawai khususnya masinis yang berperan dalam mengoperasikan dan menjalankan KRL tersebut. Beberapa seri kabin KRL didesain dengan hanya satu kursi untuk masinis sehingga seorang asisten masinis harus berdiri atau membawa kursi tambahan saat mendampingi masinis. Kursi masinis dibuat sangat sederhana tanpa sandaran yang layak dengan tujuan agar dapat di lipat guna memudahkan teknisi untuk melakukan perawatan di ruang kabin. Selain itu di dalam kabin juga terdapat berbagai panel instrumen seperti tuas, tombol – tombol serta display yang di tata cukup jauh untuk di jangkau seorang masinis dalam keadaan duduk. Sehingga hal ini membuat seorang masinis harus sering berdiri atau bersusah payah dalam menggapai panel instrument di dalam kabin KRL tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi lingkungan kabin masinis KRL Commuter Line dengan penerapan kaidah ergonomi dengan menciptakan desain kabin masinis yang nyaman di gunakan oleh penugasan masinis tunggal serta nyaman digunakan saat di damping oleh asisten masinis ataupun teknisi. BINA TEKNIKA, Volume 14 Nomor 1, Edisi Juni 2018, 87-93 TINJAUAN PUSTAKA Ergonomi Ergonomi merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari “ergon” yang berarti kerja dan “nomos” yang berarti hukum. International Ergonomics Association mendefinisikan ergonomi sebagai disiplin ilmu yang menjelaskan tentang interaksi antara manusia dan elemen - elemen lain dalam sistem dan profesi yang menerapkan teori, prinsip, data, dan metode untuk mendesain sesuatu dalam rangka mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan. Secara khusus ergonomi mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja beserta peralatan, produk, dan fasilitas yang digunakan sehari-hari, dalam rangka menyesuaikan lingkungan kerja dan peralatan tersebut agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan batas kemampuan manusia (Mark Sanders, Ernest McCormick, 1993). Tujuan dari ergonomi adalah untuk memperbaiki performa sistem dengan memperbaiki interaksi antara manusia dengan mesin. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat interface yang lebih baik atau dengan menghilangkan faktor dalam lingkungan kerja, tugas, atau organisasi yang dapat menurunkan performa manusia pada saat mengoperasikan mesin. Sistem dapat diperbaiki dengan: a Merancang user-interface menjadi lebih kompatibel dengan tugas dan pengguna. Hal ini dapat membuat mesin tersebut lebih mudah digunakan dan lebih tahan terhadap kesalahan yang manusia lakukan. b Merubah lingkungan kerja menjadi lebih aman dan lebih sesuai dengan tugas c Merubah tugas menjadi lebih kompatibel dengan karakteristik pengguna. d Merubah cara bekerja menjadi lebih terorganisi untuk dapat mengakomodasi psikologi manusia dan kebutuhan sosial. Implementasi ergonomi dalam perancanga sistem dapat membuat system bekerja lebih baik dengan menghilangkan aspek sistem berfungsi tidak sesuai dengan keinginan, tidak terkendali, atau tidak dapat dijelaskan, seperti: a Tidak efisien – ketika usaha pekerja menghasilkan hasil yang tidak optimal b Fatigue – rancangan kerja yang buruk mengakibatkan pekerja mudah kelelahan c Kecelakaan, cidera, dan kesalahan dalam kaitannya dengan rancangan interface yang buruk dan atau stres yang berlebihan baik pada mental atau jasmani d Berbagai kesulitan pengguna – berkaitan dengan kombinasi tugas-tugas yang tidak tepat menghasilkan interaksi yang sulit digunakan dan tidak wajar e. Semangat juang yang rendah dan kelesuan Quick Exposure Check (QEC) Quick Exposure Checklist (QEC) merupakan checklist yang memiliki tingkat sensitivitas dan kegunaan yang tinggi, QEC diterima secara luas oleh para peneliti dan memiliki tingkat keandalan yang cukup tinggi. Hasil studi menunjukkan bahwa QEC dapat diaplikasikan untuk berbagai macam tugas. Selain itu, QEC juga mampu memberikan evaluasi terhadap tempat kerja, perancangan peralatan dan fasilitas. Penilaian postur kerja dengan metode QEC dilakukan dari dua sisi. Penilaian pertama didasarkan kepada penilaian pengamat (Observer’s Assessment) dengan mengisi Observer’s Assessment Checklist dan penilai kedua didasarkan kepada penilai pekerja (Worker’s Assessment) dengan mengisi Worker’s Assessment Checklist. QEC sistem ini menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian belakang punggung (back), bahu/lengan (should/arm), pergelangan tangan (hand/wrist), dan leher (neck). Selanjutnya perhitungan skor penilaian untuk masing – masing bagian tubuh yang dinilai dengan tabel skor penilaian sebagai skor akhir QEC untuk diwujudkan dalam empat tingkatan tindakan. Penilaian QEC mendorong pertimbangan untuk merubahan workstation atau stasiun kerja, peralatan, perlengkapan dan metode kerja untuk menghilangkan, atau setidaknya meminimalkan, tingkat paparan. Hal ini harus dilakukan dalam diskusi langsung dengan operator dari stasiun kerja tersebut. Mereka yang memiliki keterlibatan langsung dalam melaksanakan pekerjaannya mungkin memiliki saran yang baik untuk peningkatan perbaikan. Konsultasi pada tahap ini akan membantu pengenalan perubahan di tempat kerja. Ketika perubahan telah dibuat, paparan harus kembali dinilai untuk memastikan efektifitas intervensi dalam mengurangi faktor risiko musculoskeletal disorders. Tabel 1. Nilai Level Tindakan Perhitungan QEC Antropometri Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linier, berat, isi, Tuliskan Lima-Tujuh Kata Dari Judul Artikel ..... (Pertama, Kedua, Ketiga) 88 meliputi juga ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Antropometri berasal dari bahasa Yunani yang berasalah dari kata “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Sehingga dapat dikatakan bahwa antropometri merupakan suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi manusia. Menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991), Antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik disik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan - pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas, antara lain : a. Perancangan areal kerja b. Perancangan peralatan seperti mesin, perkakas c. Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi meja komputer d. Perancangan lingkungan kerja fisik Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasi dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut. . METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan yang disusun secara sistematis. Berikut ini adalah rincian pelaksanaan penelitian mulai dari tahap persiapan hingga penelitian selelsai dilaksanakan. a. Tahap Persiapan Penelitian Dalam tahap ini, dilakukan observasi awal untuk mencari permasalahan yang di alami karyawan perusahaan di Depo KRL Depok yang kemudian di angkat sebagai permasalahan yang ingin diteliti serta dianalisis lebih dalam. b. Tahap Pengumpulan Data Dalam tahapan ini, dilakukan identifikasi dan pengumpulan data-data yang akan digunakan dalam pengerjaan penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data interaksi antara Masinis dan lingkungan kabin KRL Commuter Line yaitu data keluhan otot (musculoskeletal disorders) yang dialami masinis saat mengendarai KRL dengan pengisian Kuisioner Quick Exsposure Checklists (QEC) oleh Masinis dan Pengamat, dan pengukuran sampel dimensi tubuh (antropometri) Masinis / Asisten Masinis menggunakan anthropometer. Tahap pengumpulan data ini dilakukan dengan pengukuran langsung, dokumentasi, wawancara dan kuesioner. c. Tahap Pengolahan Data 89 Tahap pengolahan data dilakukan setelah data yang dikumpulkan mencukupi. Di awali pengolahan kuisioner QEC untuk mengetahui seberapa besar dampak resiko cedera otot (musculoskeletal disorders) yang dihadapi masinis KRL. Selanjutnya dengan pengolahan data antropometri masinis menentukan ukuranukuran persentil antropometri yang akan di gunakan sebagai usulan desain. d. Tahap Analisis Data Analisis dilakukan berdasarkan hasil QEC yang diperoleh dan desain yang dibuat. e. Tahap Penarikan Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dibuat dan model simulasi kerja yang telah dirancang, maka keseluruhan penelitian ini dapat disimpulkan untuk kemudian diberikan saran dan masukan yang berguna bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di divisi Interior - Eksterior dan bagian KUPT Kru KA, Depo KRL Depok, PT KAI Commuter Line Jabodetabek yang berlokasi di Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Observasi awal dilaksanankan pada tanggal 03 – 31 Oktober 2016 dan pengambilan dan pelengkapan data di laksanakan pada tanggal 13, 19 April, dan 13 Mei 2017. ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA KRL JR East seri 205 dipiih menjadi objek pengukuran aktual dalam penelitian dengan pertimbangan bahwa KRL ini merupakan komoditas utama yang paling banyak beroperasi di Commuter Line Jabodetabek. Selain itu KRL JR East seri 205 ini merupakan KRL hasil hibah negara Jepang yang paling mudah untuk di modifikasi dan banyak dijadikan eksperimen oleh PT. KCJ karena komponennya yang mudah untuk di bongkarpasang, dan mempunyai daya yang besar. Eksperimen-eksperimen yang sudah dilakukan pada KRL seri JR East 205 antara lain pengacakan ulang urutan formasi rangkaian hingga dapat ditransformasikan menjadi 12 rangkaian tanpa mengurangi performa KRL, pemprograman ulang papan penunjuk tujuan LCD pada seluruh rangkaian, pemasangan kamera CCTV dan pemasangan layar LCD pada rangkaian. Exposure Level dengan Metode QEC Untuk mengidentifikasi level tindakan yang harus dilakukan pada postur tubuh masinis yang beresiko terkena Work-related muskuloskeletal disorder (WMSDs) pada saat mengendarai KRL BINA TEKNIKA, Volume 14 Nomor 1, Edisi Juni 2018, 87-93 Commuter Line digunakan metode QEC. QEC juga mengidentifikasi resiko cedera WMSDs pada pada empat area tubuh yang terpapar saat melaksanakan pekerjaan. Tahapan menggunakan Metode QEC yaitu melakukan penilaian pengamat menggunakan kuesioner scoresheet QEC (checklist) terhadap masinis saat melakukan pekerjaannya, melakukan penilaian operator terhadap sikap ataupun postur kerja yang dirasakan selama bekerja, melakukan perhitungan skor eksposur dengan menggabungkan hasil kuesioner scoresheet QEC pengamat dan operator, mengidentifikasi level tindakan yang diperoleh dari hasil perhitungan skor eksposur. Tabel 2. Rekapitulasi Perolehan Skor Exposure Penilaian QEC berdasarkan persentase dari total aktual skor eksposur (X) dengan skor total maksimal (Xmax): Dimana: X = Total skor, yang diperoleh dari penilaian postur (punggung+ bahu/lengan + pergelangan tangan + leher) Xmax = Total skor maksimum pada saat postur tubuh melakukan pekerjaan (punggung + bahu/lengan + pergelangan leher tangan + leher) Xmax merupakan bilangan konstan untuk setiap jenis pekerjaan tertentu. Skor maksimal (Xmax = 162) diberikan ketika tubuh dalam keadaan posisi tubuh statis, duduk atau berdiri tanpa pengulangan dan beban yang relatif lebih rendah. Maksimum skor (Xmax = 176) diberikan ketika pekerja melakukan penanganan manual seperti mengangkat, mendorong, menarik dan membawa beban. Nilai action level atau level tindakan dari Metode QEC terdiri hingga 4 level tindakan dengan rentang presentase skor, tindakan yang perlu dilakukan dan hasil perhitungan total skor eksposur yang berbeda. Nilai level tindakan (action level) dari hasil perhitungan akhir skor eksposur ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Level Tindakan Perhitungan QEC Skor maksimal (Xmaks) yang digunakan sebesar 162, diberikan ketika tubuh masinis yang secara umum beraktifitas dalam keadaan posisi tubuh statis, yaitu dalam posisi duduk atau berdiri tanpa pengulangan dan beban yang relative lebih rendah. Berikut ialah hasil rekapitulasi perhitungan total skor eksposur dan level tindakan yang diperoleh. Tabel 4. Rekapitulasi Total Skor Eksposure QEC Penilaian total beban eksposur dapat dihitung dengan menggabungkan penilaian dari pengamat dan dari pekerja. Exposure Level (E) dihitungm Tuliskan Lima-Tujuh Kata Dari Judul Artikel ..... (Pertama, Kedua, Ketiga) 90 seperti pertanyaan apakah masinis mengalami kesulitan dan apakah masinis mengalami setress saat mengemudikan KRL Commuter Line. Tindakan yang perlu dilakukan yakni memperbaiki postur kerja dengan cara merancang fasilitas kerja yang ergonomis bagi operator yaitu masinis. Agar masinis dapat merasakan kenyamanan dan kemanan dalam melakukan pekerjaannya sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan resiko kerja akibat postur kerja yang tidak baik yang disebabkan oleh fasilitas kerja. Rancangan fasilitas kerja yang dibuat berupa perbaikan fasilitas ruang kemudi masinis KRL Commuter Line menggunakan metode Ergonomi dan Antropometri yang memperhatikan dimensi tubuh yang terkait dengan rancangan fasilitas kursi dan kabin. Data Antropometri dan Persentil Data anthropometri diperoleh dengan cara melakukan pengukuran langsung menggunakan peralatan antropometer dan meteran tubuh terhadap sampel masinis KRL Commuter Line sebanyak 60 orang responden. Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu adalah suatu nilai yang menyatakan nilai dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. nilai persentil 5%, 50%, dan 95% dipilih sebagai dasar penggunaan tiga prinsip umum dalam pengaplikasian data antropometri menurut Wignjosoebroto, 2003 yang telah dijelaskan di tinjauan pustaka. Rincian data persentil yang diolah dari data anthropometri masinis KRL Commuter Line adalah sebagai berikut: Tabel 5. Data dimensi tubuh dan Persentil Masinis KRL Commuter Line Berdasarkan hasil perhitungan total skor akhir eksposur dan level tindakan yang diperoleh dari sampel yang bekerja ruang kemudi masinis masih beragam dan semua hasil level tindakan yang diperoleh menunjukkan 58 masinis mengalami eksposur level 3 dengan tindakan yang perlu dilakukan ialah tindakan dalam waktu dekat yang berarti tindakan perlu dilakukan secepatnya dan 2 masinis mengalami eksposur level 4 dengan tindakan yang perlu dilakukan ialah diperlukan tindakan sekarang juga. Adapun penyebab adanya perbedaan tingkat eksposur skor segmen tubuh dan total keseluruhan pada jenis pekerjaan yang sama (masinis) di sebabkan oleh adanya penilaian persepsi individu 91 Model Lingkungan kabin Aktual Pembuatan model lingkungan kerja dibuat dengan dengan mengguanakan software Autocad Mechanical 2015. BINA TEKNIKA, Volume 14 Nomor 1, Edisi Juni 2018, 87-93 Sumber : Hasil rancangan, 2017 Gambar 1. Desain Aktual KRL JR East 2015 Proses perancangan desain usulan dibuat dengan mempertimbangkan ukuran dimensi ruang kemudi yang cukup kecil. Perancangan menggunakan dasar meode data antropometri masinis yang telah diperoleh dan kajian ergonomi yang diperoleh dari beberapa referensi yang berkaitan dengan Human Factor, Lokomotif dan safety Peracangan kabin kendali dan tata letak instrumen di dengan penempatan Primary Control and Display di depan masinis, dan penempatan Secondary Control and Display ditempatkan di sisi kiri dan kanan Primary Control and Display. Penempatan tersebut dibuat tidak jauh dari jangkauan tangan masinis dengan desain sedikit melengkung mengitari bagian depan badan masinis. Penempatan seperti ini dapat dikatakan cukup ergonomis karena dapat mengoptimalkan daya jangkau (tangible range according) masinis dalam menggunakan alat kendali utama dan pembantu. Sehingga masinis dapat mengoperasikan kereta seorang diri tanpa kesulitan. Sumber : Hasil rancangan, 2017 Gambar 2. Tata letak Kendali Kontrol dan pemantau Desain Aktual Tabel 6. Keterangan Letak Instrumen Kendali Kontrol dan Pemantau Sumber : Hasil Rancangan, 2017 Gambar 4. Model Kendali Rancangan Usulan Berdasarkan Metode Tangible Range According Sumber: Hasil rancangan, 2107 Model Lingkungan Kabin Usulan Sumber : Hasil Rancangan, 2017 Gambar 5. Letak Instrumen Kendali Kontrol dan Pemantau Desain Usulan Sumber : Hasil rancangan, 2017 Gambar 3. Ruang Kendali Masinis KRL Commuter Line Usulan Tabel 7. Keterangan Letak Instrumen Kendali Kontrol dan Pemantau Tuliskan Lima-Tujuh Kata Dari Judul Artikel ..... (Pertama, Kedua, Ketiga) 92 Industri UPN “Veteran” Jakarta. Li, G. dan Buckle, P. 1998, A Practical Method For The Assesment Of Work: Related Musculoskeletal Risks, Taylor & Francis, Chicago Stevenson, M.G. 1989, Principles Of Ergonomics, Center for Safety ScienceUniversity Of NSW, Australia Nurmianto, Eko 1991, Ergonomi, konsep dasar & aplikasinya, Guna Widya, Jakarta SIMPULAN Dari pengukuran dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa 1. Dengan metode QEC diperoleh total skor eksposur level yang dialami masinis saat mengoperasikan KRL Commuter Line ada pada rentan 62 – 69 % atau berada pada level 3 yaitu berada pada golongan tingkat eksposur tinggi. Tingkat eksposur pada segmen tubuh punggung, bahu, tangan, dan leher ada pada kategori sedang, sehingga diperlukan tindakan perbaikan perlu dilakukan secepatnya. 2. Hasil analisa terhadap ukuran dimensil aktual yang digunakan pada KRL JR East 205 menunjukkan bahwa ukuran kursi yang digunakan saat ini kurang sesuai dengan ukuran tubuh masinis. Desain kursi yang menempel pada dinding dan cukup sederhana menyebabkan kursi terlalu jauh dengan kabin tuas pengendali. Selain itu penempatan instrumen pengontrol dan pemantau pendukung di nilai kurang ergonomis karena di letakan terlalu jauh dari jangkauan dan penglihatan masinis sehingga masinis harus mengubah postur duduk dan penglihatan untuk menjangkau instrumen tersebut. Kondisi tersebut membentuk postur duduk yang buruk dan dapat mengakibatkan cedera pada tubuh masinis. 3. Desain yang diusulkan dengan mempertimbangkan ukuran ruangan yang cukup sempit dengan mempertimbangkan tingkat prioritas dan keharmonisan instrument pengendali menggunakan metode tangle according atau kemampuan jangkauan tangan. DAFTAR PUSTAKA Bridger, R.S. 1995, Introduction to Ergonomics, McGraw-Hill, Singapura Erlangga, Djodi. 2017, Usulan Perancangan Kabin Masinis KRL Commuter Line yang Ergonomis Menggunakan Metode Virtual Environment. Skripsi Mahasiswa Teknik 93 BINA TEKNIKA, Volume 14 Nomor 1, Edisi Juni 2018, 87-93