MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN BUDAYA TRANSKULTURAL PADA ANAK Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan Dosen Pengampu : Ns. Eka Budiarto, M.Kep., Sp. Kep J Disusun Oleh kelompok 5 Kelas : 3C 1. Naeli Karomaah (201902030012) 2. Iga Nur Saharani (201902030023) 3. Nurul Mardyana (201902030031) 4. Renata Desianti Kholifah (201902030035) 5. Marsyah Chaerun Nisa (201902030079) 6. Riza Arum Ningtyas (201902030103) 7. Hamam Zaky (201902030107) PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2020 / 2021 KATA PENGANTAR 1 Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas karuniaNya dan limpahan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Budaya Transkultural Pada Anak”. Kami menyadari bahwa proses pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya, namun demikian kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan tepat waktu. Oleh karena itu kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Budaya Transkultural Pada Anak, selaku penyusun makalah mengucapkan terimakasih. Pekalongan, 13 Desember 2020 Penyusun 2 DAFTAR ISI COVER 1 KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 BAB 1. PENDAHULUAN 4 A. Latar Belakang 4 B. Rumusan Masalah 5 C. Tujuan Penulisan 5 BAB 2. KONSEP PENGKAJIAN BUDAYA 6 A. Pengertian Budaya 6 B. Aspek budaya dalam keperawatan 6 C. Proses keperawatan transcultural nursing 10 BAB 3. DESKRIPSI KASUS 14 BAB 4. ANALISIS KASUS 15 A. Aspek pengkajian budaya 15 B. Diagnosa 16 C. Pelaksanaan asuhan keperawatan 19 BAB 5. PENUTUP 22 A. Kesimpulan 22 B. Saran 22 DAFTARPUSTAKA 23 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niainilai, keyakinan tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (MarrinerTomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien. Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain. Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan system perawatan prosfesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger.oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan. 4 Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap memperhatikan tiga perinsip asuhan keperawatan, yaitu : 1. culture care preservation/ maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkan kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan. 2. Culture care accommodation/ negatiation,yaitu prisip membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya,yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien. 3. Culture care repatterning/ restructuring, yaitu :prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah lebih baik. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Konsep Pengkajian Budaya ? 2. Bagaimana Deskripsi Kasus pada artikel tersebut ? 3. Bagaimana Analisa Kasus pada artikel tersebut ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui seperti apa konsep pengkajian budaya pada artikel tersebut 2. Untuk mengetahui masalah yang sedang di bicarakan dalam artikel tersebut 3. Untuk mengetahui aspek pengkajian budaya, diagnosa, dan pelaksanaan asuhan 5 BAB II KONSEP PENGKAJIAN BUDAYA A. Pengertian Budaya Kebudayaan berasal dari bahasa Latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari konsep ini berkembanglah pengertian kebudayaan yaitu segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan adalah halhal yang bersangkutan dengan akal. Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat-istiadat dan kemampuan yang lain yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat (Tylor dalam Wiranata, 2002). Menurut Koentjaningrat kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang didapat dengan belajar dan dijadikan milik manusia sendiri (Syafrudin, 2009). B. Aspek Budaya dalam Keperapwatan Menurut Leininger (Tomey & Alligood, 2006) transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. Menurut Giger dan Davidhizar (1995) keperawatan transkultural dipandang sebagai bahan untuk melatih secara kompeten menilai budaya yang berpusat pada klien. Meskipun keperawatan transkultural dipandang sebagai berpusat pada klien, penting bagi perawat untuk mengingat budaya yang dapat dan tidak 6 mempengaruhi bagaimana klien dilihat dan perawatan yang diberikan. Perawat harus berhati-hati untuk menghindari memproyeksikan pada klien mereka sendiri keunikan budaya dan pandangan dunia, sehingga culture care harus disediakan. Dalam memberikan culture care, perawat harus ingat bahwa setiap individu adalah unik dan produk dari pengalaman masa lalu, keyakinan, dan nilai-nilai yang telah dipelajari dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Teori keperawatan kultural menurut Leininger yaitu cultur care diversity dan cultural care universality (Tomey & Alligood, 2006). Cultur care diversity (perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan) merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi. Cultural care universality (kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain (terminology universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan. Leininger mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew & Boyle dalam Geiger and Davidhizar, 1995). 7 1. Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilainilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995). 2. Sehat Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Geiger and Davidhizar, 1995). 3. Lingkungan mempengaruhi didefinisikan sebagai perkembangan, keseluruhan kepercayaan dan fenomena yang perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan (Geiger and Davidhizar, 1995). 4. Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang 8 digunakan dalam asuhan perlindungan/mempertahankan budaya, keperawatan adalah mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Geiger and Davidhizar, 1995). a. Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi. b. Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani lain. c. Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. Menurut Brunner & Suddarth (2002) istilah dan defenisi lain yang memberikan tilikan lebih lanjut ke dalam asuhan kultur dan kesehatan meliputi: 1) Akulturasi yaitu proses dimana anggota kelompok kultural beradaptasi dan belajar bagaimana memperlakukan kelompok lain. 9 2) Kebutaan kultural yaitu ketidakmampuan individu untuk mengenali nilai, kepercayaan dan praktik mereka sendiri dan kelompok lain akibat kecenderungan etnosentris yang kuat. 3) Imposisi kultural yaitu kecenderungan memaksakan keyakinan, nilainilai, dan pola perilaku seseorang atau kelompok orang dari kultur yang berbeda. 4) Tabu kultural yaitu aktvitas yang diatur oleh peraturan perilaku yang dihindari, dilarang atau yang tidak diizinkan oleh kelompok cultural tertentu. Model asuhan transkultural dapat memperluas hubungan teraupetik antara perawat dan pasien jika mereka menggunakan cara yang dianjurkan untuk berkembangnya sikap saling menguntungkan dan rasa menilai masingmasing individu dari budaya lain. Keadaan ini akan dapat bekerjasama dengan mitra secara lebih baik dan menemukan solusi yang baik terhadap masalah kesehatan. Walaupun tujuannya untuk mengembangkan dan keseimbangan dan hubungan timbal balik (Basford & Slevin, 2006). C. Proses keperawatan Transcultural Nursing Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991)menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 10 1. Pengkajian Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu : a. Faktor teknologi (tecnological factors) Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang lain. b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga. d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang 11 dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri. e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat. f. Faktor ekonomi (economical factors) Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. g. Faktor pendidikan (educational factors) Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. 12 3. Perencanaan dan Pelaksanaan Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan. 4. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien. 13 BAB III DESKRIPSI KASUS An. A 8 tahun, suku Padang, Beragama islam diantarkan orangtuanya ke Rumah Sakit Harapan Kita dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Bp. A mengatakan nyerinya timbul akibat An. A memanjat pohon yang dikeramatkan di desanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An. A terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang dikatakan Bp.A saat anaknya Jatuh langsung dibawa kedukun, lalu An. A dipijit menggunakan batang sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa. Bp. A mengatakan An. A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. An. A juga tampak lemah dan lesu ,pada saat diberikan Penkes Bp. A masih terlihat kebingungan. 14 BAB IV ANALISA KASUS A. ASPEK PENGKAJIAN BUDAYA a) PENGKAJIAN 1. Nama perawat : Donny Tgl pengkajian : 1 Mei 2012 Jam pengkajian : 10.00 WIB 2. Identitas pasien Nama pasien : An. A Usia : 8 Tahun Agama : Islam Jenis kelamin : Laki-Laki Pekerjaan : Pelajar Alamat : Jl. Samudera 37 Padang Sumbar Suku : Minangkabau Bangsa : Indonesia Tgl masuk RS : 1 Mei 2012 Jam masuk RS : 07.00 WIB No rekam medis : 11130032 3. Penanggung jawab Nama : Tn. A Usia : 35 Tahun Agama : Islam Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Kuli Bangunan Status pernikahan : Menikah Hubungan dengan klien : Ayah Alamat : Jl. Samudera 37 Padang Sumbar 15 Suku : Minangkabau Bangsa : Indonesia b) Data Biokultural 1. Faktor Tekhnologi Klien biasanya bepergian dengan jalan kaki, bahasa yang digunakan klien untuk berkomunikasi adalah bahasa Minangkabau. Klien dan keluarga biasanya menggunakan angkot untuk mengantarkan klien ke fasilitas kesehatan, sarana yang digunakan untuk hiburan keluarga biasanya dengan cara nonton tv bersama. Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan tekhnologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini adalah keluarga jarang memeriksakan kondisi klien ke dokter maupun rumah sakit, biasanya keluarga klien cukup datang ke dukun atau tabib, selain itu juga sering menggunakan obat-obatan tradisional untuk menyembuhkan segala penyakit. 2. Faktor Agama dan Filosofi Agama yang dianut klien yaitu Islam, keyakinan agama yang dianut klien tidak bertentangan dengan kesehatan, klien dan keluarga klien mempunyai pandangan bahwa rumah sakit yang diderita menurut ajaran agamanya adalah suatu gangguan dari mahkluk gaib, biasanya untuk mengurangi sakit yang diderita, klien dan keluarga klien pergi ke dukun dan meminta doa-doa agar penyakit yang diderita bisa berkurang. 3. Faktor Sosial dan Ikatan Kekerabatan Bp. A mengatakan keadaan anaknya sangat parah karena tulang pada bagian tulang keringnya retak. Klien adalah anak dari pasangan Bp. A dan Ny. A, klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien tinggal satu rumah dengan keluarganya. 4. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup Suku klien adalah Minangkabau, konsep sakit menurut kepercayaan suku klien adalah sakit jika tidak mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Dikatakan sehat apabila klien mampu menjalankan aktifitas sehari-hari. Klien tidur malam 16 selama 9 jam, dan jarang tidur siang, klien tidur dan bangun tidak sesuai dengan jadwal. Keluarga percaya pada kekuatan supernatural, klien dan keluarga juga sangat percaya bahwa kekuatan dukun sangat ampuh. Selain itu keluarga juga menggunakan obat tradisional seperti batang sereh yang dibakar, air kelapa yang yang dibakar dicampur dengan garam lalu diminum, serta air jeruk nipis dicampur kecap lalu diminum. 5. Faktor Kebijakan dan Hukum Klien tidak mengikuti partai politik apapun, pandangan politik bagi klien adalah politik dan hukum merupakan satu kesatuan 6. Faktor Ekonomi Bp. A seseorang yang berprofesi sebagai kuli bangunan. Penghasilan tambahan didapatkan dari ibu A yang berjualan gorengan. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari keluarga Bp. A mencukupi. Keluarga Bp. A tidak memiliki kelebihan penghasilan untuk ditabungkan. Sumber pembiayaan klien berasal dari hasil kerja Bp. A sebagai kuli bangunan dan Ibu A sebagai penjual gorengan. Keluarga klien juga tidak mengikuti program asuransi kesehatan. 7. Faktor Pendidikan Klien pada saat ini masih duduk disekolah dasar. Klien tidak memahami apa sehat dan apa arti sakit yang sesungguhnya. 17 PENGELOMPOKKAN DATA DAN ANALISIS DATA NO. 1. Tgl/jam DATA PENYEBAB MASALAH 07-04-2012 / 09.00 WIB DS : Bp. A mengatakan An. A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. Kepercayaan tentang nilai budaya terhadap makanan Ganguan Nutrisi DO : An. A juga tampak lemah dan lesu 2. 07-04-2012 / 09.00 WIB DS : Menurut cerita yang dikatakan Bp.A saat anaknya Jatuh langsung dibawa kedukun, lalu An. A dipijit menggunakan batang sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa DO : Pada saat diberikan Penkes Bp. A masih terlihat kebingungan 18 Kepercayaan Kurang pengetahuan tentang efektifitas perilaku promosi kesehatan B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH 1. Gangguan Nutrisi berhubungan dengan kepercayaan tentang budaya terhadap makanan. 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas perilaku promosi kesehatan. C. RENCANA KEPERAWATAN Nama : An. A Umur : 8 tahun No 1. Diagnosis Keperawatan Gangguan Nutrisi berhubungan dengan kepercayaan tentang budaya terhadap makanan. DS : Bp. A mengatakan An. A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. Rencana Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan criteria hasil : 1. Klien tidak terlihat lemah dan lesu 2. Klien dan keluarga menerima penjelasan dari perawat tentang kebutuhan nutrisi 3. Klien dan keluarga menerima restrukturisasi mengenai nutrisi DO : An. A juga tampak lemah dan lesu 19 Intervensi 1. Observasi kebutuhan nutrisi klien 2. Tinjau kecukupan nutrisi klien 3. Identifikasi Asupan nutrisi Paraf 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas perilaku promosi kesehatan. DS : Menurut cerita yang dikatakan Bp.A saat anaknya Jatuh langsung dibawa kedukun, lalu An. A dipijit menggunakan batang sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, maka mobilitas fisik teratasi, dengan criteria hasil : 1. Klien dan keluarga mengerti tentang pentingnya nutrisi 2. Klien dan keluarga menerima restrukturisasi mengenai nutrisi 3. Klien menerima tindakan dengan prinsip cultural care accommodation 1. Monitor perkembangan pengetahuan klien dan keluarga tentang penkes yang diberikan 2. Motivasi klien dan keluarga untuk mempertahankan status kesehatan 3. Ubah budaya yang merugikan klien dan keluarga DO : Pada saat diberikan Penkes Bp. A masih terlihat kebingungan CATATAN PERKEMBANGAN Nama Pasien : An. A Umur : 8 tahun Tgl/jam Diagnosa 07-04- Gangguan 2012 Nutrisi berhubungan dengan kepercayaan tentang budaya terhadap makanan. Implementasi 1. Mengobservasi kebutuhan nutrisi klien 2. Meninjau kecukupan nutrisi klien 3. Mengidentifikasi Acupan nutrisi evaluasi S : Klien mengatakan nafsu makan bertambah O : Klien masih tampak lemah dan lesu A : tujuan belum tercapai. P : lanjutkan intervensi 20 paraf 07-042012 08-042012 09-042012 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas perilaku promosi kesehatan. Gangguan Nutrisi berhubungan dengan kepercayaan tentang budaya terhadap makanan. Gangguan Nutrisi berhubungan dengan kepercayaan tentang budaya terhadap makanan. 1. Monitor perkembangan pengetahuan klien dan keluarga tentang penkes yang diberikan 2. Motivasi klien dan keluarga untuk mempertahankan status kesehatan 3. Ubah budaya yang merugikan klien dan keluarga S : Klien mengatakan sudah mengerti kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan 1. Mengobservasi kebutuhan nutrisi klien 2. Meninjau kecukupan nutrisi klien 3. Mengidentifikasi Asupan nutrisi S :Klien mengatakan nafsu makan bertambah O : Klien terlihat tidak bingung dengan penkes yang diberikan A : tujuan tercapai. P : Hentikan Intervensi O : Klien masih tampak lemah dan lesu A : tujuan belum tercapai. 1. Mengobservasi kebutuhan nutrisi klien 2. Meninjau kecukupan nutrisi klien 3. Mengidentifikasi Asupan nutrisi P : lanjutkan intervensi S : Klien mengatakan nafsu makan bertambah O : Klien sudah tidak tampak lemah dan lesu A : tujuan tercapai P : Hentikan intervensi 21 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Keperawatan transkulturaladalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan kesamaandiantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002) Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu: B. 1. Faktor teknologi (technological factors) 2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) 3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) 4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (culture value and lifeways) 5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) 6. Faktor ekonomi (economical factors) 7. Faktor pendidikan (educational factors) Saran Diharapkan dengan adanya pembelajaran tentang transkultural pada anak ini, perawat dapat meningkatkan pelayanan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan latar belakang kebudayaan mereka, dan mampu mengubah tentang paradigma masyarakat terhadap mitosmitos yang telah turun menurun terjadi di masyarakat. Kita sebagai perawat dapat melakukan intervensi keperawatan dengan mengubah budaya masyarakat yang ada dengan restrukturisasi budaya mereka. 22 DAFTAR PUSTKA Dochter, Joanne Mecloskey, Phd dkk. 2004. NursingInterventionClassification. Jakarta : MosbyElevier Doengoes, Marilyann E Dkk. 1993 Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan. Jakarta : EGC Mooehed, Sue dkk.2004. NursingOutcomesClassification (NOC). Jakarta : MosbyElevier Doengoes. M. 2001. Perawatan Bayi dan Maternal. EGC : Jakarta LINK VIDIO https://drive.google.com/file/d/1sFfwPSJt3e8EqNhwZGmtiIbHZjaXE9GW/view?usp=shari ng 23