Uploaded by fitrahtulhayana144

ASKEB BBL KELOMPOK 3

advertisement
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL
“Asuhan Pada Bayi Segera Setelah Lahir Pada Masa 0-6 Jam (Pemotongan
Tali Pusat)”
Di susun
Oleh Kelompok 3 :
1. Fitrahtul Hayana
(P00340219011)
2. Hariani Dini
(P00340219012)
3. Heti Angela
(P00340219013)
4. Ike Deva Andela
(P00340219014)
5. Indah Damai Yanti
(P00340219015)
Dosen Pembimbing : Lydia Febrina, SST, M.Tr. Keb
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI D III KEBIDANAN CURUP
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena berkat
hidayah dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Pada
Bayi Segera Setelah Lahir Pada Masa 0-6 Jam (Pemotongan Tali Pusat)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Asuahan Kebidanan
persalinan dan BBL. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami banyak kesulitan
terutama dalam hal penyusunan karena adanya keterbatasan referensi. Oleh karena itu penulis
mengucap kan banyak terima kasih kepada bunda Lydia Febrina, SST, M.Tr.Keb selaku dosen
pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan persalinan dan BBL yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu poses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna masih
banyak kesalahan dan kekurangannya, oleh karena itu penulis mohon maaf serta mohon saran
dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.
Curup, 05 Oktober 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................
B. Rumusan masalah ...........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian tali pusat .......................................................................................
B. Etiologi tali pusat ..........................................................................................
C. Patofisiologi tali pusat ....................................................................................
D. Penatalaksanaan tali pusat..............................................................................
E. pencegahan infeksi tali puat ...........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang
menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat dalam
keadaan steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali
pusat akan pupus pada hari ke – 5 dan hari ke – 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak
negative dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit
Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian.Tujuan Perawatan Tali pusat
adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini
disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik
dari alat steril, pemakaian obat – obatan, bubuk atau daun – daun yang ditaburkan
ketali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.
B. Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian tali pusat
2. Dapat menyebutkan penyebab dari tali pusat
3. Dapat menjabarkan patofisiologi tali pusat
4. Dapat menyebutkan pencegahan infeksi tali puat
5. Dapat menyebutkan penatalaksanaan tali pusat
C. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta pengetahuan yang
berguna bagi mahasiswa, khususnya Mahasiswa Akademi Kebidanan dalam memahami
tentang perawatan dan pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari
menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak
diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
a. Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai
daerah umbilicalis fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut.
Funiculus umbilicalis secara normal berinersi dibagian tengah plasenta.
b. Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah
plasenta sampai ke umbilicalis fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
c. Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40 – 50 cm dan
diameternya 1 – 2 cm, hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta
keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada
kehamilan trimester pertama dan kedua relative banyak. Jika oligohidromnion dan
janin kurang gerak ( pada kelainan motorik janin ), maka umumnya tali pusat lebih
pendek. Kerugian tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar
leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi
pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.
1. Struktur Tali Pusat
a. Amnion : Menutupi funiculus umbilicalis dan merupakan lanjutan amnion yang
menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri
dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal
dari ectoderm.
b. Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus
vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah
umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh
darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai
pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang
lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam
posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin
bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
1) Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke
sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di
dalam spatium choriodeciduale.
2) Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari
fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam
peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.
Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang
mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli
Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari
mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi
pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian
makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga
dapat membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini
akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadangkadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul
palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang
menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.
2. Fungsi Tali Pusat
a. Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin
sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang
sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
b. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang
akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
3. Sirkulasi Tali Pusat
Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat
penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan
kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan
menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk
memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu
ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.
Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus tumbuh dari membran yang
menyelimuti fetus dan menembusi dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada
uterus adalah kaya dengan aliran darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah
fetus. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis
yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus
melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti karbon
dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah
ibu yang terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh
lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat dipenuhi.
Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi kedua-dua
darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid
amino, lipid, garam mineral, vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus
membran ini dan memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain oksigen
dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn darah fetus melalui plasenta.
Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.
4. Kelainan Letak Tali Pusat
Tali pusat secara normal berinersi di bagian sentral kedalam permukaan fetal plasenta.
Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti:
a. Insersi tali pusat Battledore pada kasus ini tali pusat terhubung kepaling pinggir
plasenta seperti bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya
rapuh.
b. Insersi tali pusat Velamentous tali pusat berinsersi kedalam membran agak jauh
dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali
pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi
tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga
persalinan.
B. Etiologi
1. Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah
dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali
pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah
sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah
lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan
mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada
juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang
atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau
adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna
merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam
tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit
pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.
2. Lilitan Tali pusat pada janin
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya tidak
menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi
rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali
pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada
pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung
oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi
sesak atau hipoksia. Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin :
a. Usia kehamilan
Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena
puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus
darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia
kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut
menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan
oksigen.
b. Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.
c. Panjangnya tali pusat
dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60
cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang
pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama
sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.
3. Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:
1) Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah
janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai
adanya lilitan tali pusat.
2) Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan
usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula
adanya lilitan tali pusat.
3) Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG
3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
4) Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya
dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal,
terutama pada saat kontraksi rahim.
Menurut Manuaba (2008) Lilitan tali pusat dapat berakibat fatal yaitu kematian
pada bayi, hal tersebut dikarenakan puntiran tali pusat yang berulang-ulang ke suatu
arah dari dapat mengakibatkan aliran darah dari ibu ke janin tersumbat total. Lilitan
tali pusat pada bayi yang terlalu erat sampai dua atau tiga kali bisa menyebabkan
kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen. Adapun
beberapa penyebab terjadinya lilitan tali pusat yaitu gerak bayi yang terlalu aktif,
adanya his yang berlebih saat persalinan, polihidramnion, tali pusat yang panjang.
Penanganan dalam permasalahan tali pusat pada bayi ketika dilahirkan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu apabila tali pusat longgar maka dapat dikeluarkan
melalui kepala bayi sedangkan jika kencang maka dilakukan pemotongan tali pusat
secara langsung, untuk masalah yang dialami pada kala II ini dilakukan
pemotongan tali pusat secara langsung karena lilitan yang kencang pada lehir bayi
hal ini dilakukan agar bayi tidak mengalami gagal bernafas secara langsung akibat
leher terlilit dengan kencang sehingga menghambta pernapasan bayi
4. Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )
1) Pengertian
Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus
neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan
karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa
neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan
tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
2) Penyebab
adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob,
berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin
yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan
tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
3) Penyebab tetanus neonatorum
adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk
batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan
manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama
dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin.
C. Patofisiologi
Proses Pembentukan Tali Pusat Pada Janin
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian
akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan
menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil
untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga
selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan
lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin
yang telah membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning
telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup
dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya
amnion dengan korion.
D. Penatalaksanaan
1. Persiapan Alat yang Diperlukan
2. Teknik Memotong Tali Pusat
a. Arteri klem 2 buah
b. Gunting Steril 1 buah
c. Sarung Tangan Steril 1 pasang
d. Benang steril pengikat pusat 1 helai
e. Selimut Kering dan bersih 1 buah
f. Perlak pengalas 1 buah
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada
sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali
pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak
terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua
dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu.
Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua
klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau steril
(Gambar 3). Setelah selesai digunting segera ikat tali pusat bayi dengan benang
pusat, ikatan harus kecang dengan simpul mati.Setelah memotong tali pusat, ganti
handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering.
Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik. (Sumber: Martin, 1996)
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar bidan tidak patuh
(61,9%) dalam melakukan pemotongan tali pusat pada bayi bayi baru lahir sesuai
dengan SOP. Menurut rekomendasi WHO, disarankan untuk menunda pemotongan
tali pusat 1 -3 menit setelah persalinan. Tujuannya agar darah terus mengalir dari
plasenta ke bayi. Dalam plasenta yang masih berdenyut terdapat 30-60% darah
tambahan untuk bayi. Manfaat penundaan pemotongan tali pusat seperti ini dapat
menurunkan risiko anemia pada bayi. Selain itu darah yang masih mengalir dari
plasenta meningkatkan kandungan zat besi bayi hingga enam bulan setelah lahir.
Aliran sel-sel induk dari plasenta juga mampu membantu menyempurnakan organ
dalam tubuh bayi.
3. Perawatan Tali Pusat
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan
(Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang
paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
a.
Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum
membersihkan tali pusat.
b.
Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan
cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat.
Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu
dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan
pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali
pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
c.
Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat,
juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat
dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan
bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.
E. Pencegahan
Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian toxoid tetanus kepada
ibu hamil 3 x berturut – turut pada trimester ke – 3 dikatakan sangat bermanfaat untuk
mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril
dan perawatan tali pusat selanjutnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh bahwa mayoritas responden
tidak mengalami terjadinya infeksi dengan melakukan perawatan tali pusat baik (skor 1420 ) yaitu sebanyak 30 orang (85.7%), dan responden tidak mengalami terjadinya infeksi
dengan melakukan perawatan tali pusat cukup (skor 7-13) sebanyak 3 (8.8%), sedangkan
minoritas responden mengalami terjadinya infeksi dengan melakukan perawatan tali pusat
cukup (skor 7-13) sebanyak 2 (5.7%). Berdasarkan uji Chi Square didapatkan p = 0.017<
0.05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa ada Hubungan Perawatan
Tali Pusat dengan Kejadian Infeksi Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr.Pirngadi Medan
Tahun 2018. Berdasarkan teori bahwa tali pusat merupakan jalan masuk utama infeksi
sistemik pada bayi baru lahir. Risiko infeksi tali pusat mudah dihindari dengan perawatan
tali pusat yang baik. Dampak dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan
mengalami tetanus neonatorum mengakibatkan kematian. Sehingga melaksanakan
perawatan tali pusat diharapkan perawat mempunyai kemampuan memberikan pelayanan
yang berkualitas (Wibowo, 2013).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan,
dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat –
zat gizi dan oksigen janin. Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan,
penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal
yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
1. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
a. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan
tali pusat.
b. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk
menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal
tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit
mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua
kali dalam sehari.
c. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali
pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara
dengan leluasa.
Saran
1. Bagi para pembaca makalah ini, apabila memiliki minat untuk menulis/meneliti tentang
penelitian ini, penulis harapkan dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai penelitian (
dalam penulisan isi makalah)
2. Penulis harapkan makalah ini merupakan rintisan bagi penulisan makalah ( penelitian lain
yang lebih lanjut/dalam )
3. Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan agar pembaca mencari
solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah referensi bacaan dari yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/65
https://media.neliti.com/media/publications/90820-ID-hubungan-status-pekerjaan-ibu-menyusuid.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Tali_pusat#:~:text=Tali%20pusat%20adalah%20jaringan%20pengi
kat,memfasilitasi%20pertumbuhan%20embrio%20dan%20janin.
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/prolaps-tali-pusat
https://www.guesehat.com/infeksi-tali-pusatomfalitis#:~:text=Deskripsi,kekebalan%20tubuhnya%20belum%20terbentuk%20sempurna.
https://www.popmama.com/pregnancy/second-trimester/fx-dimas-prasetyo/kelainan-tali-pusatini-berbahaya-untuk-janin-dalam-kandungan
http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/HSJ/article/download/265/259
http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/pentas/article/download/1357/86
Download