RANGKUMAN MATERI PSIKOLOGI SOSIAL 2 SELF, PSIKOLOGI MASSA, DAN APLIKASI PSIKOLOGI SOSIAL DALAM POLITIK Disusun Oleh : Kelompok 1 [Nur Delila Mesky; Amanda Dierathy Sewel; Muhammad Renaldy; Tiara Karliani; Ria Setiani Hayatunnufus; Helena Yolanda A.; Wira Permadi Azhar; Khairur Rahman; Ratna Budi Astuti] . Latar Belakang Dalam psikologi sosial, terdapat bermacam teori. Teori mengenai diri, psikologi massa, dan beragam pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan pendekatan pikologis dalam memandang sesuatu. . Rumusan Masalah 1. Bagaimana teori self dalam psikologi sosial? 2. Apakah psikologi massa itu? 3. Bagaimana kaitan antara psikologi dengan ilmu politik? . Tujuan 1. Untuk mengetahui teori self dalam psikologi sosial. 2. Untuk mengetahui psikologi massa. 3. Untuk mengetahui kaitan antara psikologi dengan ilmu politik. Teori Self Self, dirumuskan sebagai cara individu bereaksi terhadap dirinya sendiri melalui pengalaman individu dengan dunia sebagai eksistensi kita. Teori self ini menjadi teori kepribadian yang dijelaskan melalui sudut pandang humanistik yang menekankan kapasitas seseorang untuk pertumbuhan pribadi, kebebasan untuk memilih takdirnya sendiri, dan berbagai kualitas positif manusia. Masalah self disinggung oleh W. James dalam bukunya yang berjudul Princyples of Psychology. Dia merumuskan self sebagai keseluruhan kepunyaan seperti badan. Dalam perumusan pertama, self diartikan sebagai obyek, menunjukkan sikap seseorang, perasaan, pengamatan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya. Dalam perumusan kedua, self dianggap sebagai proses, self terdiri dari sekelompok proses berfikir, mengingat, dan mengamati. Rumusan paling terkenal dan paling lengkap tentang teori self adalah yang dikemukakan oleh Carl Rogers. Karya Rogers yang inovatif memberikan dasar bagi lebih banyak penelitian kontemporer pada harga diri, pertumbuhan pribadi, dan determinasi diri. Diri (Self) Melalui pengalaman individu dengan dunia, diri muncul “saya” atau “aku” sebagai eksistensi kita. Rogers tidak memercayai bahwa segala aspek diri disadari, tetapi ia meyakini semuanya dapat diakses ke kesadaran. Diri merupakan suatu keseluruhan, terdiri atas persepsi diri seseorang (seberapa menarik saya, seberapa baik saya bergaul dengan orang lain, seberapa baiknya saya menjadi) dan nilai-nilai yang kita lekatkan pada persepsi tersebut (baik/buruk, berharga/tidak berharga). Diri adalah keyakinan yang kita pegang tentang diri kita sendiri seperti karakteristik, kelebihan, kelemahan, dan situasi apa yang kita suka dan tidak suka. Seperangkat keyakinan tentang diri kita ini dinamakan self-concept (konsep diri). Konsep diri (self-concept), merupakan tema sentral dalam pandangan Rogers. Yaitu keseluruhan persepsi dan penilaian individu mengenai kemampuan, prilaku, dan kepribadiannya.. Dalam membahas mengenai konsep diri, Rogers membedakan antara diri sebenarnya (real self), yaitu diri yang berasal dari pengalaman kita, dan diri ideal (ideal self), yaitu diri yang ingin kita capai. Semakin besar selisih perbedaan antara diri sebenarnya dan diri ideal, kondisi yang Rogers sebut ketidakselarasan (incongruence), semakin ia tidak dapat menyesuaikan diri. Untuk meningkatkan penyesuaian dan menjadi selaras, kita dapat mengembangkan lebih banyak persepsi positif pada diri sebenarnya, tidak terlalu khawatir mengenai apa yang orang lain inginkan, dan meningkatkan pengalaman positif kita dalam dunia. Jadi, konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan. Semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan. Dengan konsep diri yang baik/positif, seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, bersikap dan berpikir secara positif. Sebaliknya, semakin jelek atau negative konsep diri, maka akan semakin sulit seseorang untuk berhasil. Dengan konsep diri yang jelek/negatif akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal-hal yang baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berguna, pesimis, serta berbagai perasaan dan perilaku inferior lainnya. Penghargaan positif tanpa syarat, empati, dan ketulusan. Rogers mengajukan tiga metode untuk membantu seseorang mengembangkan konsep diri yang lebih positif. Penghargaan positif tanpa syarat, empati, dan ketulusan. Penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) adalah istilah dari Rogers untuk penerimaan, penghargaan, dan menjadi positif terhadap orang lain tanpa memedulikan perilaku seseorang. Ketika perilaku seseorang tidak pantas, menjengkelkan atau tidak dapat diterima, orang tersebut tetap memerlukan rasa hormat, kenyamanan, dan cinta dari orang lain (Assor, Roth, & Deci, 2004). Rogers sangat meyakini bahwa penghargaan positif tanpa syarat mengangkat harga diri (selfesteem) seseorang. Jadi, harga diri adalah evaluasi terhadap dirinya sendiri secara positif atau negative. Evaluasi individu tersebut terlihat dari penghargaan yang ia berikan terhadap eksistensi dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga diri positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya serta tidak cepat-cepat menyalahkan dirinya atas kekurangan atau ketidaksempurnaan dirinya. Rogers juga mengatakan bahwa kita dapat membantu orang lain mengembangkan konsep diri yang lebih positif jika kita empati dan tulus. Menjadi empati berarti menjadi seorang pendengar yang sensitif dan memahami perasaan orang lain yang sebenarnya. Menjadi tulus berarti terbuka dengan perasaan kita dan menghilangkan kepura-puraan dan kepalsuan. Self-esteem (penghargaan diri) merupakan hasil evaluasi tentang diri kita sendiri. Artinya, kita tidak hanya menilai seperti apa kitaa tetapi juga menilai kualitas-kualitas diri kita. Menurut Rogers, penghargaan positif tanpa syarat, empati, dan ketulusan merupakan tiga ramuan penting dalam hubungan antarmanusia yang sehat. Kita dapat menggunakan teknik-teknik tersebut untuk membantu orang lain merasa lebih baik mengenai dirinya sendiri danmembantu kita untuk bergaul lebih baik dengan orang lain. Orang yang memiliki tingkat penghargaan diri yang tinggi biasanya memiliki pemahaman yang jelas tentang kualitas personalnya. Sedangkan orang yang memandang rendah dirinya sendiri kurang memiliki konsep diri yang jelas. SELF CONTROL AND SELF MANAGEMENT THEORIES Self Control Theory Menurut ensikopedia psikologi, self control merupakan kemampuan untuk menangguhkan kesenangan naluriah langsung dan keputusan untuk memperoleh tujuan masa depan yang biasanya dinilai secara sosial. Menurut Thompson (1994:186) self control adalah keyakinan bahwa seseorang dapat mencapai hasil-hasil yang diinginkan lewat tindakannya sendiri. Jadi self control adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan yang dianggapnya penting dengan melakukannya secara individu, mengambil yang positif dan menghindari hal yang tidak diinginkan. Menurut Drever, self control adalah kontrol atau pengendalian yang dijalankan oleh individu terhadap perasaan-perasaan, gerakan-gerakan hati, tindakan-tindakan sendiri. sedangkan Goleman mengartikan bahwa self control sebagai kemampuan untuk menyesuaikan dan mengendalikan dengan pola sesuai dengan usia. Bander menyatakan bahwa self control merupakan kemampuan individu dalam mengendalikan tindakan yang ditandai dengan kemampuan dalam merencanakan hidup, maupun frustasi-frustasi dan mampu menahan ledakan emosi. Masa-masa remaja ditandai dengan emosi yang mudah meletup atau cenderung untuk tidak dapat mengkontrol dirinya sendiri, akan tetapi tidak semua remaja mudah tersulut emosinya atau tidak mampu untuk mengkontrol dirinya, pada remaja tertentu juga sudah matang dalam artian mampu mengkontrol setiap tindakan yang dilakukannya. Self Management Theory Secara istilah self management yaitu menempatkan individu pada tempat yang sesuai untuk dirinya dan menjadikan individu layak menempati suatu posisi sehingga tercapai suatu prinsip. Stephen M. Edelson, Ph.D. menyatakan bahwa self management adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menjelaskan proses mencapai kemandirian (personal autonomy). Mahoney & Thoresen mengatakan Self-management berkenaan dengan kesadaran dan ketrampilan untuk mengatur keadaan sekitarnya yang mempengaruhi tingkah laku individu. Cormier & Cormier (1991:519) menyebutkan Self-management adalah suatu proses dimana klien mengarahkan sendiri pengubahan perilakunya dengan satu strategi atau gabungan strategi. Beberapa pengertian di atas akhirnya dapat diambil simpulan bahwa Self-management (pengelolaan diri) adalah suatu kemampuan yang berkenaan dengan kesadaran diri dan ketrampilan di mana individu mengarahkan pengubahan tingkah lakunya sendiri dengan pemanipulasian stimulus dan respon baik internal maupun eksternal. Dengan lain Selfmanagement merupakan kemampuan individu dalam mengelola potensi diri dan potensi lingkungan untuk mengubah perilakunya. Seseorang memiliki Self-management melalui latihan dan ada pula yang memilikinya tanpa melalui latihan terlebih dahulu. Ada yang memiliki kemampuan pengelolaan diri melalui latihan khusus Self-management atau tanpa melalui latihan dengan cara otodidak (belajar sendiri dari buku tanpa latihan yaitu melalui pengalaman dalam hidupnya). (Alberto & Troutman, 1990:392). Self-management memiliki beberapa unsur pokok, prinsip-prinsip modifikasi perilaku dan strategi pengembangannya. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur penting yang harus ada sebagai ciri kemampuan ini. Prinsip-prinsip modifikasi perilaku diri-sendiri merupakan prinsip dasar modifikasi perilaku dalam pengelolaan diri yang mewujud dalam langkah-langkah kelola diri. Sedangkan strategi Self-management adalah cara, metode atau teknik dalam rangka mengembangkan kemampuan pengolahan pengelolaan diri. Watson & Tharp (1981:11) menjelaskan bahwa Self-management yang sukses terdiri atas unsur penting yaitu: 1. Self-knowledge (pengetahuan diri) Pengetahuan diri adalah unsur penting dari Self-management, karena pengetahuan tentang diri (Self-knowledge) adalah dasar dari program ini. Pengetahuan diri mendasari penentuan perilaku yang akan diubah, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, dan cara yang efektif untuk mengubahnya. Selain itu juga diperlukan pengetahuan diri tentang potensi diri dan potensi lingkungan yang dibutuhkan untuk pengubahan perilaku. Perilaku ini menurut Watson & Tharp (1983) meliputi perbuatan, pikiran dan perasaan. Untuk memperoleh pengetahuan tentang perilaku target yang akan diubah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode observasi dan perekaman. Untuk perilaku diri sendiri, observasi dan perekaman dapat dilakukan dengan mencatat perilaku yang berasal dari pantuan diri sendiri melalui proses mengingat catatan buku harian dan meminta pendapat orang lain tentang perilaku kita. Aspek-aspek pengetahuan diri - Skema diri Skema adalah struktur kognisi tentang beberapa konsep atau stimulasi yang terorganisir. Selain punya skema tentang sifat orang lain dan kejadian, seseorang juga punya skema tentang dirinya sendiri. Skema diri adalah bagaimana orang berpikir tentang kualitas personalnya dalam domain kehidupan tertentu. Orang punya skema tentang dimensi yang penting bagi mereka, sebagai dasar pemikiran dan keyakinan. Namun tak semua skema diri adalah positif. Orang juga punya keyakinan tentang kualitas negatif dirinya sendiri. Orang tidak hanya memiliki konsep diri tentang kualitas mereka saat sekarang, namun juga tentang ciri-ciri yang mungkin ada di masa depan. Possible selves adalah skema orang mengenai akan seperti apa diri mereka kelak di masa depan. - Diskrepansi diri Self-discrepancies adalah diskrepansi antara diri kita yang sesungguhnya atau sebagaimana yang seharusnya menurut orang lain. Ideal self adalah atribut personal yang ingin dimiliki seseorang. Ought self adalah atribut personal yang diyakini seharusnya dimiliki seseorang. 2. Planning (Perencanaan) Unsur kedua Self-management adalah perencanaan dalam program modifikasi perilaku diri sendiri. Perencanaan pengubahan perilaku diri sendiri harus didasari komitmen yang kuat untuk berubah, yaitu keinginan berubah menjadi lebih baik. Individu melakukan perencanaan pengubahan perilaku setelah mendapat informasi yang diperlukan tentang diri dan lingkungannya. Perencanaan dilakukan agar tujuan pengubahan perilaku dapat lebih mudah terscapai. 3. Information Gathering (penggabungan informasi) Untuk membantu proses pengubahan perilaku diperlukan berbagai informasi sebagai data pendukung. Macam-macam informasi yang diperlukan meliputi informasi tentang jenis, faktor yang mempengaruhi, dan cara yang efektif merubah perilaku. Informasi tersebut digabungkan (dikumpulkan) agar dapat menghasilkan suatu petunjuk yang jelas dalam mengubah perilaku. 4. Modification of Plan (modifikasi perencanaan) Modifikasi perencanaan haruslah didasari komitmen yang kuat, yaitu komitmen untuk terus melakukan pengubahan untuk mendapatkan perilaku yang lebih baik. Unsur ini pada pokoknya membahas tentang adanya tahap modifikasi perencanaan melalui tahap evaluasi. PSIKOLOGI MASSA . Definisi Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental. Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Jadi, Psikologi massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang terorganisir dengan longgar sekali. Psikologi Massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior). Dalam perilaku kolektif, seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan perubahan sosial dalam kelompoknya, institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang diorganisir, dan ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir inilah yang kemudian banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement). Perilaku kolektif yang berupa gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi situasi yang tidak terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak stabil. Reicher & Potter (1985) mengidentifikasi adanya lima tipe kesalahan mendasar dalam psikologi tentang kerumunan (perilaku massa) di masa lalu dan masa kini. Kesalahan-kesalahan itu, meliputi yaitu : 1. Abstraksi tentang episode kerumunan bersumber dari konflik antar-kelompok 2. Kegagalan untuk menjelaskan proses dinamikanya 3. Terlalu dibesar-besarkannya anonimitas keanggotaannya 4. Kegagalan memahami motif anggota kerumunan 5. Selalu menekankan pada aspek negatif dari kerumunan. Reicher (1987), Reicher & Potter (1985) selama ini melihat adanya dua bentuk bias dalam memandang teori kerumunan (crowds), yaitu bias politik dan bias perspektif. Bias politik terjadi karena teori kerumunan disusun sebagai usaha mempertahankan tatanan sosial dari mob dan tindakan kerumunan selalu dipandang sebagai konflik sosial. Sementara itu bias perspektif terjadi karena para ahli hanya berperan sebagai orang luar (outsider) yang hanya mengamati masalah tersebut. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam memandang tindakan kerumunan secara objektif. . Kondisi-Kondisi Pembentuk Perilaku Massa Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif , yaitu: 1. Structural conduciveness: beberapa struktur sosial yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif, seperti: pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mall, dst. 2. Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan dalam masyarakat yang muncul secara tersturktur. Misalnya: antar pendukung kontestan pilkada. 3. Generalized beliefs: share interpretation of event. 4. Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering incidence). Misalnya: ada pencurian, ada kecelakaan. 5. Mobilization for actions: adanya mobilisasi massa. Misalnya: aksi buruh, rapat umum suatu ORMAS, dst . 6. Failure of Social Control – akibat agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik. C. Macam-Macam Bentuk Perilaku Kolektif 1. Crowd (Kerumunan) Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd) sebagai: a. Sekelompok orang yang membentuk agregasi (kumpulan) b. Jumlahnya semakin lama semakin meningkat c. Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru (seperti lingkaran) d. Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat dan tempat tertentu dengan lingkaran (boundary) yang semakin jelas e. Titik pusatnya permeable dan saling mendekat. Ada beberapa bentuk kerumunan (Crowd) yang ada dalam masyarakat, yaitu: 1. Temporary Crowd: orang yang berada pada situasi saling berdekatan di suatu tempat dan pada situasi sesaat. 2. Casual Crowd: sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan tidak memiliki maksud apaapa. 3. Conventional Crowd: audience yang sedang mendengarkan ceramah. 4. Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang nonton konser musik yang menari sambil sesekali ikut melantunkan lagu. 5. Acting Crowd atau Rioting Crowd: sekelompok massa yang melakukan tindakan kekerasan. 6. Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang munculnya karena didasari oleh kesamaan ideologi. 2. Mob Mob adalah kerumunanan (Crowds) yang emosional, cenderung melakukan kekerasan/penyimpangan (violence) dan tindakan destruktif. Umumnya mereka melakukan tindakan melawan tatanan sosial yang ada secara langsung. Hal ini muncul karena adanya rasa ketidakpuasan, ketidakadilan, frustrasi, adanya perasaan dicederai oleh institusi yang telah mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka bentuknya menjadi kerusuhan massa. Mereka melakukan pengrusakan fasilitas umum dan apapun yang di pandang menjadi sasaran kemarahanannya. 3. Panic Panic adalah bentuk perilaku kolektif yang tindakannya merupakan reaksi terhadap ancaman yang muncul di dalam kelompok tersebut. Biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian bencana (disaster). Tindakan reaksi massa ini cenderung terjadi pada awal suatu kejadian, dan hal ini tidak terjadi ketika mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah dari kejadian panik ini adalah Histeria Massa. Pada histeria massa ini terjadi kecemasan yang berlebihan dalam masyarakat. Misalnya: munculnya issue gempa bumi, tsunami, banjir. 4. Rumors Rumors adalah suatu informasi yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya, dan dikomunikasikan yang muncul dari satu orang kepada orang lain (issue sosial). Umumnya terjadi pada situasi di mana orang seringkali kekurangan informasi untuk membuat interpretasi yang lebih komprehensif. Media yang digunakan umumnya adalah telepon. 5. Opini Public Opini Public adalah sekelompok orang yang memiliki pendapat beda mengenai sesuatu hal dalam masyarakat. Dalam opini publik ini antara kelompok masyarakat terjadi perbedaan pandangan / perspektif. Konflik bisa sangat potensial terjadi pada masyarakat yang kurang memahami akan masalah yang menjadi interes dalam masayarakat tersebut. Misalnya: adanya perbedaan pandangan antar masyarakat tentang hukuman mati, pemilu, penetapan undangundang tertentu, dan sebagainya. Bentuknya biasanya berupa informasi yang beda. Namun, dalam kenyataannya bisa menjadi stimulator konflik dalam masyarakat. 6. Propaganda Propaganda adalah informasi atau pandangan yang sengaja digunakan untuk menyampaikan atau membentuk opini publik. Biasanya diberikan oleh sekelompok orang, organisasi, atau masyarakat yang ingin tercapai tujuannya. Media komunikasi banyak digunakan untuk melalukan propaganda ini. Kadangkala juga berupa pertemuan kelompok (crowds).Penampilan dari public figure kadang kala menjadi senjata yang ampuh untuk melakukan proraganda ini. . Hubungan Antara Perilaku Massa Dengan Agresi Banyak pandangan yang menyatakan bahwa perilaku kolektif berkatian erat dengan tindakan agresi / kekerasan. Bahkan sejumlah studi banyak dilakukan untuk melihat pengaruh berkumpulnya orang dalam massa terhadap kekerasan yang ditimbulkannya. Pendekatan keamanan selama ini juga selalu memandang bahwa adanya kumpulan orang selalu disikapi sebagai bentuk potensi konflik, dan kadangkala tindakan antisipasi yang dilakukannya sangat berlebihan. Ciri penting yang harus dipahami petugas apakah kumpulan dapat mengakibatkan potensi konflik? 1. Apakah terjadi kebangkitan emosi (arousal) massa yang sangat signifikan? Bila mereka sangat antusias dengan yel-yel dan gerakan yang menyinggung harga diri kelompok maka perlu dibutuhkan upaya kesabaran namun waspada. 2. Apakah ada stimulator / pemicu dari lingkungan yang membahayakan? Alat agresi apakah muncul dalam kerumunan massa tu. Batu, pentungan, senjata tajam, dll, sangat mendorong munculnya kekerasan. 3. Apakah ada provokator yang terorganisir? Provokator selalu menyemangati para anggota kelompoknya untuk tetap melakukan tindakan demonstrasi. 4. Apakah situasinya panas atau hujan? Situasi panas dapat membuat situasi tidak nyaman, dan situasi ini dapat mudah menyulut kekerasan. 5. Apakah munculnya sesaat atau bersifat kronis? Perilaku kolektif yang munculnya sesaat umumnya tidak menimbulkan agresi, terkecuali memang sudah ada konflik didalamnya. 6. Adakah keberpihakan dalam perilaku kolektif ?Konsep ini muncul dari adanya pemahamana bahwa bila ada dua kelompok atau lebih yang sedang berkompetisi, maka mereka akan saling berusaha untuk mengalahkan yang lain. 7. Adakah motif dasar yang melatarbelakangi munculnya perilaku kolektif? Perilaku kolektif akan menjadi sangat berbahaya apabila dalam kolektivitasnya itu dipicu oleh masalah kebutuhan pokok. 8. Apakah ada organisasi yang mensponsori? Kekerasan akan semakin meningkat konstelasinya apabila ada dukungan sponsorship yang kuat, sehingga perilaku kolektif ini akan berlangsung lama. Oleh karena itu, kesiapan logistik yang cukup harus dilakukan dan dicarinya upaya strategi yang tepat untuk mengatasinya. D. Teori-Teori Perilaku Kolektif 1. Social Contagion Theory (Teori Penularan sosial) menyatakan bahwa orang akan mudah tertular perilaku orang lain dalam situasi sosial massa. mereka melakukan tindakan meniru/imitasi. 2. Emergence Norm Theory: menyatakan bahwa perilaku didasari oleh norma kelompok, maka dalam perilaku kelompok ada norma sosial mereka yang akan ditonjolkannya. Bila norma ini dipandang sesuai dengan keyakinannya, dan berseberangan dengan nilai / norma aparat yang bertugas, maka konflik horizontal akan terjadi. 3. Convergency Theory: menyatakan bahwa kerumunan massa akan terjadi pada suatu kejadian di mana ketika mereka berbagi (convergence) pemikiran dalam menginterpretasi suatu kejadian. Orang akan mengumpul bila mereka memiliki minat yang sama dan mereka akan terpanggil untuk berpartisipasi. 4. Deindivuation Theory: menyatakan bahwa ketika orang dalam kerumunan, maka mereka akan ”menghilangkan” jati dirinya, dan kemudian menyatu ke dalam jiwa massa. E.Cara Menyikapi Perilaku Massa 1. Memahami bentuk perilaku kolektif. 2. Memahami motif perilaku kolektif. 3. Perencanaan penyelesaian yang matang. 4. Pengendalian diri yang baik. 5. Keberanian dalam bersikap. Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Politik . Pengertian dari Ilmu Psikologi Politik Psikologi politik merupakan pertemuan antara ilmu politik dan ilmu psikologi dalam dimensi epistemologis dan ontologis. Oleh karena itu perlu diuraikan satu persatu tentang pengertian kedua disiplin ilmu tersebut. . Definisi ilmu Politik dan Ilmu Psikologi Ada beberapa definisi tentang ilmu politik, diantaranya: Lasswell ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari pengaruh dan kekuasaan. Paul Janet : ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip- prinsip pemerintahan. Pendapat ini didukung oleh R.N. Gilchrist. Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow: ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari lingkungan kenegaraan. Seely dan Stephen Leacock: ilmu politik merupakan ilmu yang serasi dalam menanggani pemerintahan. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat dikemukakan bahwa Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang mempelajari : Teori dan praktik politik, Deskripsi dan analisa sistem politik, dan Perilaku politik. Sedangkan Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik, perilaku dan fenomena pikiran manusia. Dengan kata lain Psikologi (terutama psikologi sosial) pada hakekatnya mempelajari kegiatan manusia dari segi-segi ekstern (lingkungan sosial, fisik, peristiwaperistiwa, gerakan-gerakan massa) maupun dari segi intern (kesehatan fisik perorangan, semangat, dan emosi). Sehingga dapat dikemukakan bahwa psikologi (sosial) mempengaruhi suatu hasil keputusan dalam kebijaksanaan politik dan kenegaraan dengan memperhatikan sikap dan tindakan-tindakan sosial masyarakat yang melahirkan tuntutan-tuntutan terhadap kebijakan politik suatu pemerintahan.Antara psikologi dan ilmu politik sama-sama mempelajari tingkah laku manusia. . Hubungan Ilmu Psikologi dengan Politik Kajian utama dari hubungan antara Psikologi dan Politik adalah berkaitan dengan pikiran, emosi, dan perilaku manusia dalam politik. Contoh aspek yang diteliti dalam psikologi politik adalah, pemerintahan, aktor pengambil keputusan, organisasi internasional dan partai – partai politik. Penggabungan antara konsep dan teori ilmu Psikologi dengan ilmu Politik merupakan hal yang sangat mengesankan. Perspektif Psikologi Politik dapat memberikan satu bentuk analisa yang lebih komprehensif terhadap sebuah fenomena politik. Politik tidak lepas dari seorang aktor politik, entitas politik dan tata pemerintahan politik. Setiap aspek tersebut sangat berkaitan erat dengan individu (manusia) sebagai pelaksana politik. Dapat dikatakan bahwa kedua ilmu ini mempunyai titik temu. dan Oleh karena itu Psikolog sebagai ahli psikologi dan politikus atau ahli politik dapat memberikan peran dalam menjelaskan tentang persoalan-persoalan yang menarik yang berkaitan dengan kehidupan politik seperti : - Kebijakan politik dalam negeri dan luar negeri - Konflik etnis dari kekerasan ringan sampai pembantaian etnis - Motivasi aksi terorisme dan pencegahannya - Peta pikiran dari penganut rasis - Perilaku memilih - Memahami elemen-elemen kepribadian secara mendalam dari pemimpin politik Salah satu tujuan dari psikologi politik adalah menstabilkan hukum umum dari perilaku yang dapat menjelaskan dan memprediksi perstiwa dalam berbagai situasi. Karena itu psikologi politik membahas tentang apa yang dilakukan oleh rakyat berdasarkan adaptasi dari konsep psikologi yang tentunya relevan dengan politik, yang kemudian diaplikasikan untuk menganalisis persoalan atau isu-isu seputar perpolitikan. Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam bidang politik, dimana teori yang diperlukan adalah “massa psikologi” atau “Psikologi Massa” Penting bagi politisi untuk menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada umumnya, golongan tertentu pada khususnya. Psikologi sosial dapat menjelaskan bagaimana sikap dan harapan masyarakat dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntutan masyarakat. C. Penutup Teori self, merupakan teori cara kita memersepsikan diri kita dan dunia di sekitar kita yang menjadi unsur kunci dalam kepribadian. Menekankan kapasitas diri untuk pertumbuhan pribadi, kebebasan untuk memilih takdir sendiri, dan berbagai kualitas positif diri. Tiap-tiap diri memiliki kemampuan untuk mengkonsep diri, mengaktualisasi diri, mengendalikan diri, dan mencapai apa yang kita inginkan untuk memahami diri dan dunia kita. Jadi, dengan teori self, terdapat dimensi pengetahuan yang memberi penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberi gambaran diri kita. Dimensi harapan, yaitu kita memiliki sejumlah pandangan diri yang dicita-citakan di masa depan. Dan dimensi penilaian kita terhadap diri kita sendiri yang memiliki rasa menyayangi diri sendiri dan harga diri yang tinggi. Terdapat juga self control theory dan self management theory. self control merupakan kemampuan untuk menangguhkan kesenangan naluriah langsung dan keputusan untuk memperoleh tujuan masa depan yang biasanya dinilai secara sosial. Self control adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan yang dianggapnya penting dengan melakukannya secara individu, mengambil yang positif dan menghindari hal yang tidak diinginkan. Secara istilah self management yaitu menempatkan individu pada tempat yang sesuai untuk dirinya dan menjadikan individu layak menempati suatu posisi sehingga tercapai suatu prinsip. Self-management (pengelolaan diri) adalah suatu kemampuan yang berkenaan dengan kesadaran diri dan ketrampilan di mana individu mengarahkan pengubahan tingkah lakunya sendiri dengan pemanipulasian stimulus dan respon baik internal maupun eksternal. Self-management yang sukses memiliki unsur penting, yaitu : Self-knowledge (pengetahuan diri), Planning (Perencanaan), Information Gathering (Penggabungan informasi), Modification of plan (Modifikasi rencana). Psikologi massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang terorganisir dengan longgar sekali. Psikologi Massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior). Kondisi-Kondisi Pembentuk Perilaku Massa menurut Neil Smelser yakni Structural conduciveness, Structural Strain, Generalized beliefs, Precipitating factors, Mobilization for actions, dan Failure of Social Control. Macam-macam perilaku kolektfi adalah Crowd, Mob, Panic, Rumors, Opini Public, dan Propaganda Teori-Teori Perilaku Kolektif terdiri atas Social Contagion Theory (Teori Penularan sosial), Emergence Norm Theory, Convergency Theory, dan Deindivuation Theory. Psikologi politik merupakan pertemuan antara ilmu politik dan ilmu psikologi dalam dimensi epistemologis dan ontologis. Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang mempelajari : Teori dan praktik politik, Deskripsi dan analisa sistem politik, dan Perilaku politik. Sedangkan Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik, perilaku dan fenomena pikiran manusia. Ilmu psikologi sangat diperlukan dalam politik dikarenakan dalam politik diperlukan adanya kemampuan untuk memahami tuntutan peran dari masyarakat, kemampuan memahami massa dan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. PERTANYAAN : 1. Pada saat kita yakin akan diri kita seperti yakin akan kualitas diri kita, maka kita sudah mempunyai ... a. Self esteem b. Self concept c. Self regulation d. Self presentation e. Self management Jawaban: B 2. Self-management yang sukses terdiri atas unsur penting, yaitu : a. Self-knowledge, planning, information gathering, dan modification of plan. b. Self-kmowledge, information gathering, palnning, dan modification of plan. c. Information gathering, planning, modification of plan, dan self knowledge. d. Modification of plan, information gathering, self-knowledge, dan planning. e. Modification of plan, self-knowledge, information gathering, dan planning. Jawaban : A 3. Gerakan massa yang merombak norma lama membentuk norma baru termasuk dalam gerakan massa yang… a. Progresif b. Status quo c. Reaksioner d. Pasif e. Aktif Jawaban : A 4. Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif, kecuali… a. Structural Conduciveness b. Generalized Belief c. Structural Strain d. Precipitating Factors e. Temporary crowd Jawaban : E 5. Menyatakan bahwa kerumunan massa akan terjadi pada suatu kejadian di mana ketika mereka berbagi pemikiran dalam menginterpretasi suatu kejadian, merupakan pengertian dari… a. Convergency Theory b. Social Contagion Theory c. Deindivuation Theory d. Emergence Norm Theory e. Social Theory Jawaban : A 6. Tindakan yang terorganisir di dalam perilaku kolektif seseorang atau sekelompok orang yang ingin melakukan perubahan sosial dalam kelompoknya, institusinya, maupun masyarakatnya. Tindakan ini disebut dengan… a. Collective Behavior b. Social Movement c. Structural conduciveness d. Mobilization for actions e. Structural Strain Jawaban : B 7. Menyatakan bahwa orang akan mudah tertular perilaku orang lain dalam situasi sosial massa. mereka melakukan tindakan meniru/imitasi merupakan pengertian dari... a. Convergency Theory b. Social Contagion Theory c. Deindividuatiom Theory d. Emergence Norm Thepry e. Social Theory Jawaban : B 8. Ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip- prinsip pemerintahan adalah definisi ilmu politik yang dikemukakan oleh a. Paul Janet b. Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow c. Seely dan Stephen Leacock d. Hutahuruk e. Prof. Mr. Moh. Yamin Jawaban : A 9. Ilmu psikologi yang berperan penting dalam bidang politik adalah ilmu psikologi yang membahas teori a. Teori Medan b. Teori identitas sosial c. Teori peran d. Teori psikologi massa e. Teori agresi Jawabadn : D Resume materi konsep diri, teori peran, dan aplikasi psikologi sosial di bidang ekonomi Disusun Oleh: [Anita Dwi Oktari; Muhammad Chairil Akbar; Riana Khairul; Rif’atul Hasanah; Novita Elmayandari; Muhammad Rifqi; Fajar Bayu Raynadi; Ryskie Arrahman] Kata pengantar Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri.Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk seseorang memahami konsep diri. Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia hanya akan menjadi apa dan siapa bergantung ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian ia tidak “menjadi” manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yang bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu,tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak, tetapi di sisi lain ia adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru dan murid, kawan dan lawan, buruh dan majikan, besar dan kecil, mantu dan mertua dan seterusnya. Dalam hal ini kita akan lebih mengetahui bahwa teori peran itu penting untuk kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari. . Rumusan Masalah : 1. Apa pengertian dari konsep diri? 2. Apa saja komponen yang ada dalam konsep diri? 3. Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri? 4. Apa pengertian dari teori peran? 5. Bagaimanakah konsep dari teori peran? 6. Bagaimana aplikasi psikologi sosial dalam bidang ekonomi? . Tujuan Penulisan : 1. Mengetahui pengertian dari konsep diri 2. Mengetahui apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri 3. Mengetahui pengertian teori peran dan konsep dari teori peran 4. Mengetahui bagaimana aplikasi bidang ekonomi dalam psikologi sosial . Pengertian konsep diri Konsep diri (self consept)merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia.Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.Para ahli psikologi berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diriseseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil. Maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalahcara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya. . Komponen konsep diri Konsep diri terdiri dari beberapa komponen, yaitu : 1. Gambaran diri Gambaran diri adalah sikap atau cara pandang seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman baru setiap individu.( Stuart dan Sundeen, 1998 ). Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain : a) Fokus individu terhadap bentuk fisiknya lebih terasa pada usia remaja. b) Bentuk badan, tinggi badan, serta tanda-tanda kelamin sekunder menjadi citra tubuh. c) Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis individu tersebut. d) tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap dirinya dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya. e) Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri. f) Individu yang stabil , realistis, dan konsisten terhadap citra tubuhnya terhadap citra tubuhnya dapat mencapai kesuksesan. 2. Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen ,1991). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai. Faktor yang mempengaruhi ideal diri ( Ana Keliat, 1998 ), yaitu : 1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya. 2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri. 3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri. 4. Kebutuhan yang realistis. 5. Keinginan untuk menghindari kegagalan. 6. Perasaan cemas dan rendah diri. Beberapa hal yang berkaitan dengan ideal diri, yaitu : • Pembentukan ideal diri pertama kali terjadi pada masa kanak-kanak. • Masa remaja terbentuk mulai proses identifikasi terhadap orang tua, guru dan teman. • Ideal diri dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting dalam memberikan tuntunan dan harapan. • Ideal diri mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma, keluarga dan sosial. 3. Harga Diri Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku seseorang dalam memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992). Cara- cara untuk meningkatkan harga diri seseorang : 1. Memberinya kesempatan untuk berhasil. 2. memberinya gagasan. 3. Mendorongnya untuk beraspirasi. 4. Membantunya membentuk koping. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti : • Perkembangan individu Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. • Ideal Diri tidak realistis Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. • Gangguan fisik dan mental Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri. • Sistem keluarga yang tidak berfungsi. Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik. • Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan.Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu.Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma. 4. Peran Peran merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.Peran yang ditetapkan adalah perandimana seseorang tidak mempunyai pilihan.Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.( Stuart dan Sundeen, 1998 ). Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.( Keliat, 1992 ) .Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal. 5. Identitas Diri Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu.Beberapa hal terkait dengan identitas diri antara lain : • Identitas personal terbentuk sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan pembentukan konsep diri. • Individu yang memiliki identitas diri yang kuat akan memandang dirinya tidak sama dengan orang lain. • Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap. • Kemandirian timbul dari perasaan berharga, sikap menghargai diri sendiri, kemampuan dan penguasaan diri. • Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerimanya dirinya. . Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri terdiri : 1. Tingkat perkembangan dan kematangan Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep diri.Contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih sayang, sedangkan anak membutuhkan kebebasan untuk belajar dan menggali hal-hal baru. 2. Budaya Pada usia anak-anak nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan lingkungannya.Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya. 3. Faktor Internal dan Eksternal Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri.Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif.Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat. 4. Pengalaman sukses dan gagal Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula sebaliknya. 5. Stresor Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping individu tidak kuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan. 6. Usia, keadaan sakit, dan trauma Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya. . Pengerian teori peran Menurut Kozier Barbaraperan adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh. Teori peran adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian besar kegiatan sehari-hari menjadi pemeran dalam kategori sosial (misalnya ibu, manajer, guru). Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu, berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya. Teater adalah metafora sering digunakan untuk menggambarkan teori peran. . Konsep teori peran Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah `tertulis” seorang Presiden harus bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan seterusnya. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara.Jadi perilaku ditentukan oleh peran sosial.Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya.Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kaitannya dengan peran yang harus dilakukan, tidak semuanya mampu untukmenjalankan peran yang melekat dalam dirinya.Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurangberhasilan dalam menjalankan perannya.Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam role conflict dan role strain. • Role Conflict Setiap orang memainkan sejumlah peran yang berbeda, dan kadang-kadang peran-peran tersebut membawa harapan-harapan yang bertentangan. Menurut Hendropuspito [1989], konflik peran sering terjadi pada orang yang memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya, kalau peranperan itu mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan meski subjek atau sasaran yang dituju sama. • Role Strain Adanya harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama ini dinamakan role strain. Satu hal yang menyebabkan terjadinya role strain adalah karena peran apapun sering menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain yang berbeda. Misalnya, status sebagai karyawan bagian pemasaran (sales) eceran di sebuah perusahaan, dalam arti tertentu sebenarnya membawa beberapa peran: sebagai bawahan (terhadap atasan di perusahaan itu), sebagai sesama pekerja (terhadap karyawan-karyawan lain di perusahaan itu), dan sebagai penjual (terhadap konsumen dan masyarakat yang ditawari produk perusahaan tersebut). Faktor-faktor Penyesuaian Peran Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan, yaitu : a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran b. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan c. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran e. Pemisahan perilaku yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran . Aplikasi bidang ekonomi dalam psikologi sosial Ilmu ekonomi mempelajari segala perilaku individu yang berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi,perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran.Pengertian perilaku dalam ilmu ekonomi dijelaskan bahwa segala sesuatau yang berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan didasarkan atas hukum ekonomi. Asumsi dasar yang muncul dalam perilaku tersebut dapat berupa dalam proses pengambilan keputusan, konsep konsekuensi yang akan diterima nantinya di didasarkan atas hukum-hukum dalam ekonomi yang secara konsep di gambarkan dalam bentuk yang kaku dan formal (Van Raij dalam Antonides, 1991). Perilaku ekonomi ini memunculkan bentuk pengambilan keputusan yang menitikberatkan atas pertimbangan-pertimbangan yang bersifat rasional atau logika dan berusaha untuk memaksimalkan penggunaannya dalam sudut pandang ekonomi (Hayes dalam Antonides). Sifat rasional di sini diartikan sebagai ciri dari tindakan yang 1. Memperhitungkan untung-rugi, 2. Mementingkan keuntungan dirisendiri (self-interest), 3. Memberikan hasil yang sebesar-besarnyadengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Pengertian rasional itumendasari cara pikir para ekonom sebagai berikut: 1. Perspektif yangmereka gunakan adalah perspektif untung dan rugi; 2. Masalah yangmereka kaji intinya adalah seputar menetapkan keuntungan dan kerugian; 3. Analisis yang mereka tampilkan adalah analisis marjinal; 4. Menerapkan nilai waktu terhadap uang, dalam arti Rp. 100 sekarang lebih berharga dari Rp. 100 besok karena bisa diinvestasi dan mendapat bunga. Menurut pandangan ekonomi rasional itu, dalam kondisi apapun manusia selalu menampilkan perilaku yang didasari oleh perhitungan untung-rugi dengan kepentingan untuk menguntungkan dirinya.Perilaku yang ditampilkan selalu diusahakan agar sesedikit mungkin disertai pengorbanan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Contoh, seorang pedagang akan menjual baju kepada orang yang jadi korban bencana banjir dengan harga yang sama dengan yang ia tawarkan kepada orang yang tidak mengalami bencana. Pertimbangan pedagang itu adalah ia harus mendapat untung dalam berdagang lepas dari kondisi yang dialami atau karakteristik yang dimiliki oleh pembelinya. Faktor sentimen, solidaritas, motif altruistik dan sebagainya tidak menjadi pertimbangan pedagang itu.Yang penting bagi pedagang itu adalah mendapatkan untung sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. Pemahaman terhadap perilaku ekonomi yang tak terbatas hanya padaurusan uang dan dagang menjadikan perilaku ekonomi sebagai kajianpsikologi.Sebagai ilmu yang mempelajari tingkahlaku manusia, psikologimenjadikan perilaku ekonomi sebagai objek kajiannya. Hasilnya, sesuaidengan cara pandang deskriptif, ditemukan bahwa manusia tidak mestirasional. Ada pengaruh faktor-faktor non-rasional dalam pengambilan keputusan, seperti • faktor gairah (passion), • motif sosial, • pertimbangan kondisi orang lain. Pemikiran seperti ini sebenarnya bukan hal baru dalam ekonomi. Adam Smith (1759) dalam buku Theory of Moral Sentiments sudah mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh dua proses yang bertentangan, • gairah (seperti dorongan seks dan lapar) serta • proses individu melihat dirinya dari kacamata orang lain (impartialspectator). Proses itu dapat mengoreksi bahkan menggagalkan dorongangairah. Psikologi Ekonomi Psikologi dan Ekonomi, keduanya memiliki objek formal yang sama, yakni manusia. Kalau di psikologi lebih diperhatikan bagaimana proses yang dilakukan manusia, kalau di ekonomi lebih ke output dari perilaku. Baik Psikologi mapun ekonomi, keduanya berbicara mengenai motif/motivasi.Jika dalam psikologi motivasi manusia atas perilakunya itu bermacam-macam, maka dalam ekonomi motivasi dibalik perilaku manusia adalah untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dengan usaha sekecil-kecilnya, atau maximizing utility. Psikologi ekonomi menunjukkan bahwa dalam aktivitas ekonomi maupun mekanisme peraturan yang terbentuk bukanlah berdasarkan pada hukum ekonomi yang ada. Aspek-aspek dari kehidupan sosial dan manusia itu sendiri memiliki pengaruh yang besar dalam proses munculnya sebuah perilaku. Hal tersebut menunjukkan bahwa psikologi ekonomi cenderung lebih memiliki pengaruh dalam sistem ilmu sosial. Kirchler dan Holzl, 2003 menjelaskan bahwa area studi dalam psikologi ekonomi, berkaitan dengan pengambilan keputusan, studi tentang memilih dan mengambil keputusan oleh individu, interaksi sosial, pengulangan dari perspektif teori permainan, topik yang berkaitan dengan perilaku keuangan termask dalam keputusan berinvestasi, perilaku menabung, debit dan kredit dalam berumah tangga, pasar uang. Psikologi ekonomi juga memberikan ruang studi terhadap perilaku tentang perpajakan, pasar kerja, sosialisasi ilmu ekonomi dan teori tentang peletakannya. Ada banyak teori psikologi sosial yang dapat kita aplikasikan ke bidang ekonomi antara lain: • Ingratiation Membuat orang lain menyukai kita sehingga menyetujui permintaan kita. Dengan cara : - Packing good - Rayuan - Mempesona - Menunjukkan minat dan rasa suka pada orang yg jadi target (dasar pertemanan rasa suka) Contohnya seperti yang dilakukan para sales • Foot in the door Taktik ini juga sangat jitu yaitu memulai dengan permintaan kecil selanjutnya meminta dgn permintaan yg lebih besar. Contohnya seperti dalam hal bisnis MLM • Teknik lowball Penawaran atau persetujuan diubah setelah orang yg menjadi target menerimanya didisarkan pada prinsip komitmen / konsistensi. Contohnya seperti Tawaran diskon kelipatan / kupon (matahari), akan ada diskon ketika konsumen telah sepakat untuk mengambil diskon. • Door in the face Taktik ini yaitu mencoba dengan permintaan yg besar, ketika ditolak baru meminta dengan permintaan yang kecil. Contohnya yaitu pilihan penawaran dgn tunai atau kredit. • That’s not all Yaitu pemohon menawarkan keuntungan tambahan kepada orang yg jadi target, sebelum mereka mengambil keputusan ya atau tidak. Dengan menggunakan prinsip timbal balik. Contohnya Promosi / iklan produk buy 1 get 1 free. • Jual mahal Kesan bahwa kita banyak diinginkan oleh orang lain, sehingga membuat orang lain lebih menghargai kita dan menyetujui permintaan kita (implisist maupun eksplisit) • Teknik Deadline Orang yang menjadi target diberi tahu bahwa mereka hanya punya sedikit waktu / keterbatasan waktu untuk memperoleh suatu barang.Didasarkan pada prinsip kelangkaan (apa yg langka adalah sesuatu yg berharga). Contohnya dengan menjual produk limited edition dalam promosi berjangka. • Teknik pique Menggunakan permintaan yg tidak umum,menarik perhatian,membuat orang lain untuk tidak dapat bilang ‘tidak’. Contohnya Permintaan terselubung dgn penawaran yg menarik . Kesimpulan 1. pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya. 2. Konsep diri terdiri dari beberapa komponen, yaitu : gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran, dan identitas diri. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri terdiri : tingkat perkembangan dan kematangan, budaya, factor internal dan eksternal,Pengalaman sukses dan gagal, stresor, dan keadaan sakit, dan trauma. 4. Teori peran adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian besar kegiatan sehari-hari menjadi pemeran dalam kategori sosial (misalnya ibu, manajer, guru). 5. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. 6. Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan dalam peran terwujud dalam role conflict dan role strain. 7. Psikologi ekonomi berkaitan dengan pengambilan keputusan, studi tentang memilih dan mengambil keputusan oleh individu, interaksi sosial, pengulangan dari perspektif teori permainan, topik yang berkaitan dengan perilaku keuangan termask dalam keputusan berinvestasi, perilaku menabung, debit dan kredit dalam berumah tangga, pasar uang. SOAL DAN JAWABAN : 1. Apabila individu cenderung berpikir akan berhasil. Maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Berikut ini yang merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, adalah... . Konsep diri. . Gambaran diri. . Harga Diri. . Faktor predisposisi. . Identitas Diri. 2. Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial adalah pengertian dari... . Peran. . Identitas diri. . Harga diri. . Hakikat diri. . Pola individu. 3. Berikut ini faktor yang mempengaruhi konsep diri, kecuali... . Persepsi. . Budaya. . Faktor Internal dan Eksternal. . Pengalaman sukses dan gagal. . B, C, dan D adalah benar. 4. Adanya harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama ini dinamakan role strain. Penyebab dari role strain adalah... . karena peran, sering menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain yang berbeda. . Setiap orang memainkan sejumlah peran yang berbeda, dan kadang-kadang peran-peran tersebut membawa harapan-harapan yang bertentangan. . Karena adanya harapan yang menuntut. . Keinginan untuk Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban . Tidak ada jawaban yang benar. 5. cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya merupakan definisi dari... . konsep diri . teori diri. . Hakikat diri. . Persepsi diri. . Harga diri. 6. Menurut teori peran, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Berikut merupakan teori peran adalah... . jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara. . Jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan bahagia, akan tetapi jika ia menyalahi skenario, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa. . Seorang murid SMA yang belajar untuk berbuat kejahatan. . Ibu yang merangkap sebagai ayah. . Seorang pegawai yang di PHK karena melalaikan tugas. 7. Membuat orang lain menyukai kita sehingga menyetujui permintaan kita. Disebut teknik apakah cara tersebut... . Door in the face . Teknik pique . Ingratiation . Jual mahal . Foot in the door 8. Penawaran atau persetujuan diubah setelah orang yg menjadi target menerimanya didisarkan pada prinsip komitmen / konsistensi. . Teknik lowball . Foot in the door . Door in the face . Jual mahal . Teknik pique “Presentasi Diri, Aplikasi Psikologi Sosial dalam bidang Sosial dan Pendidikan” Latar Belakang Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para ahli dalam bidang interdisipliner ini pada umumnya adalah para ahli psikologi dan semua ahli psikologi sosial menggunakan baik individu maupun kelompok sebagai unit analisis mereka. Psikologi sosial sempat dianggap tidak memiliki peranan penting, tapi kini hal itu mulai berubah. Dalam psikologi modern, psikologi sosial mendapat posisi yang penting. psikologi sosial telah memberikan pencerahan bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat kita. Melalui berbagai penelitian laboratorium dan lapangan yang dilakukan secara sistematis, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan situasi, permasalahan, dan budaya. Sekarang banyak sekali hubungan psikologi sosial dengan disiplin ilmu lain beserta aplikasinya. Seperti aplikasi pada bidang hukum dan bidang pendidikan. Sedikit banyaknya sangat berpengaruh. Karena psikologi sosial banyak juga membahas ilmu sosial yang terdapat juga pada disiplin ilmu pendidikan dan ilmu hukum. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dan penjelasan tentang Presentasi diri 2. Apa dan bagaimana hubungan antara Psikologi Sosial dengan bidang hukum 3. Apa dan bagaimana hubungan antara Psikologi Sosial dengan bidang pendidikan Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan penjelasan tentang presentasi diri 2. Untuk mengetahui hubungan antara psikologi sosial dan bidang hukum 3. Untuk mengetahui hubungan antara psikologi sosial dan bidang pendidikan. PRESENTASI DIRI 1. Pengertian Salah satu aspek yang sering tampak dalam inteaksi sosial adalah keinginan untuk menciptakan kesan yang baik bagi orang lain. Istilah self-presentation (presentasi diri) mengacu pada usaha kita untuk mengontrol kesan yang ingin kita sampaikan. Dapat disimpulkan presentasi diri adalah usaha secara sengaja untuk bertindak dengan cara tertentu yang menciptakan kesan khusus tentag diri. 2. Tujuan presentasi diri Tujuan dasar dari presentasi diri adalah menata interaksi agar mendapatkan hasil yang kita inginkan. Presentasi diri membantu kita mendeskripsikan diri kita kepada orang lain. Selain itu, presentasi diri juga mempengaruhi pengetahuan diri dan juga ketika kita memperkenalkan diri kita terhadap orang lain dapat mempengaruhi konsep diri kita. Motif yang paling lazim dalam presentasi diri adalah untuk mencipakan kesan baik. Salah satu strategi untuk menciptakan kesan baik adalah menyesuaikan diri dengan norma situasi sosial. Strategi berbeda dalam menciptakan kesan positif adalah promosi diri dan mencari muka. Promosi diri adalah menyampaikan informasi positif tentang diri sendiri, entah itu melalui tindakan atau dengan mengatakan hal-hal positif tentang diri sendiri. Sebaliknya, mencari muka adalah memuji atau mengatakan hal positif tentang pendengar dengan maksud agar pendengar tersebut menyukai Anda atau melakukan sesuatu untuk Anda. 3. Menurut Jones & Pittman (1982), lima strategi presentasi diri yang memiliki tujuan yang berbeda adalah : a. Ingratiation: dengan tujuan agar disukai, ,menampilkan diri sebagai orang yang ingin membuat orang lain senang. b. Self-promotion: dengan tujuan agar dianggap kompeten, kita menampilkan diri sebagai orang yang memiliki kelebihan atau kekuatan baik dalam hal kemampuan atau trait pribadi. c. Intimidation: dengan tujuan agar ditakuti, kita menampilkan diri sebagai orang yang berbahaya dan menakutkan. d. Supplication : dengan tujuan dikasihani, kita menampilkan diri sebagai orang yang lemah dan tergantung. e. Exemplification: dengan tujuan dianggap memiliki integritas moral tinggi, kita menampilkan diri sebagai orang yang rela berkorban untuk orang lain. Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Hukum Latar Belakang Psikologi sosial mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu pertama, studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya: studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat). Kedua, studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain. dan ketiga, studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama, persaingan, konflik. Hukum merupakan hal yang bisa dikatakan mempunyai pengaruh yang dominan dalam kehidupan manusia untuk mengarahkan kehidupannnya ke arah yan lebih baik. Blackburn (dalam Bartol & Bartol, 1994; Kapardis, 1995) membagi peran psikologi dalam bidang hukum: psikologi in law, psikologi and law, psikologi of law. a. Psikologi in law, merupakan aplikasi praktis psikologi dalam bidang hukum seperti psikolog diundang menjadi saksi ahli dalam proses peradilan. b. Psikologi and law, meliputi bidang psycho-legal research yaitu penelitian tentang individu yang terkait dengan hukum seperti hakim, jaksa, pengacara, terdakwa. c. Psikologi of law, hubungan hukum dan psikologi lebih abstrak, hukum sebagai penentu perilaku. Isu yang dikaji antara lain bagaimana masyarakat mempengaruhi hukum dan bagaimana hukum mempengaruhi masyarakat. Psikolog sosial mempelajari banyak topik yang berkaitan dengan pemikiran dan perilaku sosial, karenanya riset psikologi sosial yang dilakukan dalam sejumlah riset hukum. Jadi dalam hubungan antara psikologi sosial dan hukum akan dibahas tentang identifikasi saksi mata, dan kesaksian, pengakuan palsu, deteksi kebohongan, keputusan juri, kesaksian ahli, sikap terhadap hukuman mati, dan diskriminasi dalam bidang hukum. A. Psikologi Sosial Dalam Bidang Hukum Isu-isu yang berkaitan dengan kajian aplikasi psikologi dalam bidang hukum berkenaan dengan persepsi keadilan (bagaimana sesuatu putusan dikatakan adil, kenapa orang berbuat kejahatan, bagaimana mengubah perilaku orang untuk tidak berbuat kejahatan). Aplikasi secara detail dalam bidang ini antara lain: forensik, kriminalitas, pengadilan (hakim, jaksa, terdakwa, saksi, dll), pemenjaraan, dan yang berkaitan dengan penegakan hukum seperti kepolisian, dan lain-lain. Prof. Adrianus Meliala, Ph.D berpendapat bahwa Psikolog dapat amat membantu kepolisian dalam rangka membangun database terkait psychological profilling dari para calon tersangka atau menginterpretasikan sesuatu yang ditemukan di tempat kejadian perkara secara psikologis sehingga dapat menjadi barang bukti (psychological evidences). Pandangan di atas sesuai dengan pendapat Mark Constanzo (Damang, 2011) bahwa peran psikolog/psikologi dalam bidang hukum antara lain : Sebagai penasehat, Sebagai evaluator, dan sebagai pembaharu. Psikologi Sosial Dalam Proses Investigasi Kasus Tindak Pidana Menurut DR. Yusti Probowati, Proses peradilan pidana membutuhkan informasi dari saksi, korban, dan tersangka. Karena baik polisi, jaksa, maupun hakim tidak melihat sendiri kejadian perkara. Tetapi polisi, jaksa, dan hakim harus membuat keputusan berdasarkan informasi yang ada. Oleh karena itu peran saksi menjadi penting. Dalam konsep psikologi, memori saksi sangat rentan karena banyak faktor yang menyebabkan informasi menjadi kurang akurat. Dibutuhkan teknik psikologi untuk mengurangi bias informasi yang terjadi. Dua teknik yang biasa digunakan adalah hipnosis dan wawancara kognitif. Untuk dapat melakukan kedua teknik ini dibutuhkan ketrampilan. Disinilah psikologi forensik diperlukan untuk memberikan pelatihan keterampilan tersebut. Teknik ini terutama diperlukan saat penggalian kesaksian awal (di kepolisian), karena pada saat itulah Berita Acara Pemeriksaan disusun. Hal yang membuat sulit adalah polisi selama ini sudah terbiasa melakukan interogasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun dan menekan. Psikologi juga memiliki kemampuan untuk menjadikan hakim kembali humanis dan peka dengan permasalahan-permasalahan kepribadian dan kemanusiaan pada umumnya. Bisa dibayangkan, akan terdapat peningkatan kualitas persidangan apabila psikologi berkesempatan memfokuskan diri pada hakim mengingat pada diri hakim terdapat kewenangan besar untuk mengendalikan percakapan, menginterogasi sekaligus memutus perkara. B. Kontribusi Psikologi Sosial Dalam Bidang Hukum Ada dua cara yang dipakai oleh psikolog sosial untuk member kontribusi pada sistem hukum yaitu melalui kesaksian ahli dan keterangan amicus curine. 1. Kesaksian Ahli Salah satu cara yang paling lazim bagi para psikolog sosial untuk berbagi pengetahuan adalah melalui expert testimony (kesaksian ahli). Para psikolog sosial biasa diminta untuk menjelaskan temuan riset guna member kerangka pemahaman bagi juri dan hakim dan untuk mengevaluasi bukti dalam kasus tertentu (Monahan & Walker, 1998; Taylor, 2009). Kesaksian dari para ahli adalah penting karena pengadilan tidak ingin juri mempertimbangkan bukti yang tidak reabel atau tidak jelas. Jadi, para psikolog kemungkinan bersaksi hanya tentang riset yang memenuhi standar hukum untuk diterima sebagai bukti. Para psikolog harus cermat dalam mengevaluasi kualitas topic seperti identifikasi saksi mata, memori yang ditekan, stereotip gender, tes poligraf, sindrom wanita yang dianiaya, trauma pemerkosaan, anak sebagai saksi, dan prediksi tingkat bahaya. Hakim yang mengetahui tentang topic seperti testimony saksi lebih cenderung untuk mengizinkan ahli psikologis bersaksi di pengadilan (Wise & Safer, 2004; Taylor, 2009). 1. Amicus Curies Cara lain yang digunakan psikolog dalam berbagi pengetahuannya adalah dengan sistem hukum yang menggunakan amicus curiae atau ringkasan “sahabat pengadilan”. Ringkasan amicus berisi ringkasan ilmu psikologi yang relavan bagi hakim untuk member konteks ilmiah guna memutuskan kasus tertentu yang diberikan pada pengadilan. Ringkasan amicus, ditulis oleh tim ahli psikologis dan jaksa, telah diberikan oleh American psychological association (APA) hamper 150 kasus sampai tingkar mahkama agung AS. Sekitar 150 kasus melibatkan beberapa isu kebijakan public yang signifikan dan controversial, seperti tindakan afirmatif, aborsi, diskriminasi pekerjaan, pelecehan seksual pada anak, pasangan sesame jenis, dan hukum mati (Taylor, 2009). Sebuah ringkasan amicus diserahkan APA yang berisi riset psikologi sosial tentang stereotype gender dan prasangka gender untuk membantu Mahkama Agung AS memutuskan kasus tentang diskriminasi pekerjaan. Para psikolog sosial dapat member pengadilan bukti ilmiah yang dapat membuat keputusan hukum yang lebih adil. C. Penerapan Psikologi Sosial Pada Aspek Interpersonal Dari Sistem Hukum Pada kenyataannya sistem hukum tidak sesempurna seperti yang diidealkan, namun tidak seburuk itu pula, seperti yang akan tercipta bila partisipasinya tidak adekuat dan tidak memiliki etika. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa mereka terlibat dalam sebuah proses hukum biasanya mencoba melakukana apa yang mereka yakini sebagi hal yang benar. Studi Psikologi yang berkaitan dengan persoalan hukum psikologi forensik mempelajari efek dari bebrbagai faktor psikologi terhadap proses hukum. Beberapa akibat dari kekhilafan manusia yang mempengaruhi bebrbagai aspek dalm hukum adalah penilian yag bias, ketergantungan pada Stereotip, ingatan yang keliru dan keputusan yang salah atau tidak adil. Karena adanya keterkaitan antara psikologi dan hukum, para psikolog sering diminta bantuan sebagai saksi ahli dan konsultan di ruang sidang. Peran sebagai pakar atau konsultan menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana cara terbaik untuk memberikan pelatihan bagi mereka menjalankan fungsi tsb dana apakah mereka harus memilki surat izin. 1. Efek Dari Prosedur Kepolisian Dan Liputan Efek dari prosedur kepolisian upaya untuk membuktikan seseorang bersalah umumnya melibatkan bagaimana cara saksi mata / tersangka. Gaya interogasi ada dua gaya yang sering digunakan pendekatan konversasional yang aramah versus pendekatan konfrontasional yang bernada marah. Interogasi (alat memulihkan ingatan) Di luar persoalan palsu, ada pertanyanan umum yang juga berhubungan yaitu mengenai “ingatan yg pulih” recovered memories. Misalnya ketika seorang dewasa (biasanya saat ditanya mengenai sebuah kejahatan atau menjalaninya psikoterapi) mengingat suatu tindakan criminal yang traumatis dimasa lalunya, seberapa akurat ingatannya ? ada banyak tulisan yg dipublikasikan mengenai pulihnya ingatan tetang pelecehan seksual di masa kanak-kanak secara tiba-tiba tetapi Humphreys (1998) menyatakan bahwa banyak dari ingatan yang pulih tersebut keliru. Efek Media Orang mempercayai hal-hal yang diperlihatkan di media . “Tidak mungkin diberitakan di media jika tidak benar” (Gilbert, Tafarodi, & Malone, 1993) . Sebagai tambahan, berbagai kejahatan yang dijadikan berita sering kali tampak mengerikan, dan public berkeinginan untuk mengindetifikasi dan menghukum individu yang bertanggungjawab atas perbuatan jahat tersebut. 2. Kesaksian Saksi Mata Ketika Saksi Mata Keliru. Seorang yang menyaksikan suatu tindakan kriminal atau sesuatu yang berkaitan dengan hal tsb barangkali akan diminta untuk memberikan kesaksian informasi krusial dalam sebuah intesvigasi atau persidangan. Meningkatkan Akurasi saksi mata. Prosuder untuk meningkatkan akurasi antara lain adalah : mempersentasikan gambar atau adegan criminal terkait berikut korbannya kepada para saksi mata sebelum proses identifikasi berlangsung(Culter, Penrod , & Martens , 1987). 3. Peran Utama dalam Persidangan: Dampak dari Pengacara, Hakim, Juri, dan Terdakwa Pengacara.Perseteruan antara penuntut dengan pembela. Dalam sistem hukum di AS, penuntut dan pembela tidak saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama (kebenaran), tapi mereka justru saling berkompetisi dan berjuang untuk memenangkan kasus masing-masing (Garcia, Darley,&Robinson, 2001; Baron & Byrne,2005). Hakim: Menegakkan aturan dan Meminimalkan Bias. Idealnya, hakim adalah seorang yang harus sepenuhnya objektif dan adil. Namun, mereka juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan sikap bias. Para juru diinstruksikan untuk mandasari keputusan mereka sesuai dengan bukti factual. Para juri cenderung mengabaikan perintah hakim kecuali jika juri yakin bahwa hakin punya alasan bagus untuk meminta mereka untuk mengabaikan bukti tersebut. Efek karakteristik terdakwa dan Juri. Sejumlah faktor yang bipelajari dalam psikologi sosial akan berpengaruh dalam proses evaluasi. Determinan-determinan yang paling penting adalah komunikasi nonverbal, atribusi, pembentukan kesan, dan menajemen kesan, prasangka, serta ketertarikan interpersonal. Hal-hal seperti kesan pertama, stereotip dan ketertarikan seharusnya berperang dalam ruang siding, namun pada kenyataannya hal tersebut memang berpengaruh terhadap hasil keputusan yang diperoleh dalam situasi persidangan nyata maupun dalam persidangan simulasi (Baron & Byrne, 2005). D. Pendekatan Psikologi 1. Pendekatan Tipologi Fisik dalam Kepribadian Tokoh yang mempopulerkan pendekatan ini adalah Sheldon dan Kretchmer. Kretchmer mengajukan teori konstitusi dalam kepribadian yang artinya adalah mencari hubungan antara tipe tubuh fisiologis dengan tipe kepribadian seseorang. Menurut Kretchmer ada tiga tipe jaringan embrionik dalam tubuh, yaitu: 1. Endoderm berupa sistem digestif (pencernaan) 2. Ectoderm berupa sistem kulit dan syaraf 3. Mesoderm yang terdiri dari tulang dan otot. Menurut Kretchmer orang yang normal itu memiliki perkembangan yang seimbang, sehingga kepribadiannya menjadi normal. Apabila perkembangannya imbalance, maka akan mengalami problem kepribadian. William Shldon (1949), dengan teori Tipologi Somatiknya, ia bentuk tubuh ke dalam tiga tipe, antara lain : 1. Endomorf: Gemuk (Obese), lembut (soft), and rounded people, menyenangkan dan sociabel. 2. Mesomorf : berotot (muscular), atletis (athletic people), asertif, vigorous, and bold. 3. Ektomorf : tinggi (Tall), kurus (thin), and otak berkembang dengan baik (well developed brain), Introverted, sensitive, and nervous. Menurut Sheldon, tipe mesomorf merupakan tipe yang paling banyak melakukan tindakan kriminal. Banyak kajian tentang perilaku kriminal yang didasarkan pada hubungan antara bentuk fisik dengan tindakan kriminal. Misalnya, karakteristik fisik pencuri memiliki kepala pendek (short heads), rambut merah (blond hair), dan rahang tidak menonjol keluar (nonprotruding jaws), sedangkan karakteristik perampok misalnya ia memiliki rambut yang panjang bergelombang, telinga pendek, dan wajah lebar. Apakah pendekatan ini diterima secara ilmiah? metode ini yang paling sering digunakan oleh para ahli kriminologi dahulu, yaitu dengan mengukur ukuran fisik para pelaku kejahatan yang sudah ditahan/ dihukum, orang lalu melakukan pengukuran dan hasil pengukuran itu disimpulkan. 2. Pendekatan Teori Trait Kepribadian Pendekatan ini menyatakan bahwa sifat atau karakteristik kepribadian tertentu berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan kriminal. Beberapa ide tentang konsep ini dapat dicermati dari hasil-hasil pengukuran tes kepribadian. Dari beberapa penelitian tentang kepribadian baik yang melakukan teknik kuesioner ataupun teknik proyektif dapatlah disimpulkan memiliki kecenderungan kepribadian yang memiliki hubungan dengan perilaku kriminal. Dimisalkan orang yang cenderung melakukan tindakan kriminal adalah rendah kemampuan kontrol dirinya, orang yang cenerung pemberani, dominansi sangat kuat, power yang lebih, ekstravert, cenderung asertif, macho, dorongan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang sangat tinggi, dan sebagainya. Sifat-sifat di atas telah diteliti dalam kajian terhadap para tahanan oleh beragam ahli. Namun tampaknya masih perlu kajian yang lebih komprehensif tidak hanya satu aspek sifat kepribadian yang diteliti, melainkan seluruh sifat itu bisa diprofilkan secara bersamasama. 3. Pendekatan Psikoanalisis Freud melihat bahwa perilaku kriminal merupakan representasi dari Id yang tidak terkendalikan oleh ego dan super ego. Id ini merupakan impuls yang memiliki prinsip kenikmatan (Pleasure Principle). Ketika prinsip itu dikembangkannya Super-ego terlalu lemah untuk mengontrol impuls yang hedonistik ini. perilaku untuk sekehendak hati asalkan menyenangkan muncul dalam diri seseorang. Hal itu disebabkan oleh resolusi yang tidak baik dalam menghadapi konflik Oedipus, artinya anak seharusnya melakukan belajar dan beridentifikasi dengan bapaknya, tapi malah dengan ibunya. Penjelasan lain dari pendekatan psikoanalis yaitu bahwa tindakan kriminal disebabkan karena rasa cemburu pada bapak yang tidak terselesaikan, sehingga individu senang melakukan tindak kriminal untuk mendapatkan hukuman dari bapaknya. Psikoanalist lain (Bowlby: 1953) menyatakan bahwa aktivitas kriminal merupakan pengganti dari rasa cinta dan afeksi. Umumnya kriminalitas dilakukan pada saat hilangnya ikatan cinta ibu-anak. 4. Pendekatan Teori Belajar Sosial Teori ini dimotori oleh Albert Bandura (1986). Bandura menyatakan bahwa peran model dalam melakukan penyimpangan yang berada di rumah, media, dan subcultur tertentu (gang) merupakan contoh baik untuk terbentuknya perilaku kriminal orang lain. Observasi dan kemudian imitasi dan identifikasi merupakan cara yang biasa dilakukan hingga terbentuknya perilaku menyimpang tersebut. Ada dua cara observasi yang dilakukan terhadap model yaitu secara langsung dan secara tidak langsung (melalui vicarious reinforcement). 5. Pendekatan Teori Kognitif Penelitian Yochelson & Samenow (1976, 1984) mencoba mengetahui tentang gaya kognitif (cognitive styles) pelaku kriminal dan mencari pola atau penyimpangan bagaimana memproses informasi. Para peneliiti ini yakin bahwa pola berpikir lebih penting daripada sekedar faktor biologis dan lingkungan dalam menentukan seseorang untuk menjadi kriminal atau bukan. Dengan mengambil sampel pelaku kriminal seperti ahli manipulasi.(master manipulators), liar yang kompulsif, dan orang yang tidak bias mengendalikan dirinya mendapatkan hasil simpulan bahwa pola pikir pelaku kriminal memiliki logika yang sifatnya internal dan konsisten, hanya saja logikanya salah dan tidak bertanggung jawab. Ketidaksesuaian pola ini sangat beda antara pandangan mengenai realitas. Faktor penyebab perilaku kriminalitas dapat dijabarkan menjadi: 1. Faktor Demografik, yaitu antara lain usia muda, jenis kelamin dan status sosial rendah 2. Faktor Keluarga, yaitu antara lain kelahiran diluar nikah, ketidakmampuan orang tua memberi pengasuhan, penyaalahgunaan anak atau pengabaian anak, akibat kehamilan yang tidak diharapkan dan kurangnya kelekatan dengan orang tua 3. Faktor pekerjaan atau sekolah 4. Faktor kepribadian, yang meliputi antara lain kepribadian sensation seeking atau risk taking yang sering ditunjukkan oleh remaja seperti berbohong, impulsive dan kesulitan menunda kepuasan, locus of control eksternal, kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan penyalahgunaan obat. 5. Faktor yang berkaitan dengan riwayat seksual, seperti usia saat melakukan hubungan seksual pertama kali, jumlah pasangan seksual dan usia saat melakukan pernikahan pertama. 6. Gangguan klinis yang diderita. Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Pendidikan 1. DEFINISI Pendidikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991): proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan (Poerbakawatja & Harahap): Usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk meningkatkan kedewasaan yang selalu diartikan sebagai kemampuan untuk bertangung jawab terhadap segala perbuatannya. Pendidikan tergantung dari masing-masing individu, meski begitu bisa ditarik kesimpulan bahwa ada kesamaan tujuan dari pendidikan, yaitu adanya perubahan tingkah laku dari suatu tahapan perkembangan ke tahapan perkembangan yang lebih maju, atau mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh individu agar menjadi maksimal. Pendidikan dapat juga diartikan sebagai usaha yang sadar, sengaja, dan bertanggung jawab yang dilakukan pendidik ke anak didik agar meningkat ke taraf yang lebih maju. Pendidikan sebagai suatu produk meliputi semua perubahan yang berlangsung sebagai hasil partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman belajar. Psikologi Pendidikan: Psikologi yang mempelajari penggunaan psikologi dalam masalah pendidikan. Witherington: studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Crow & Crow: memberikan gambaran dan penerapan tentang pengalaman-pengalaman belajar seorang individu sejak dilahirkan s/d usia tua. Pokok persoalannya adalah keadaankeadaan yang dapat digunakan untuk mempelajari belajar. Sumadi Suryabrata: pengetahuan psikologi mengenai anak didik dalam situasi pendidikan. Sri Partini Suardiman: ilmu pengetahuan yang memnyelidiki gejala-gejala kejiwaan individu dalam situasi pendidikan. Psikologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segi-segi psikologi dalam situasi pendidikan. Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari penerapan teori-teori psikologi dalam bidang pendidikan. 2. RUANG LINGKUP Menurut Glenn M. Blair ruang lingkup psikologi pendidikan terdiri dari: 1. Pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya 2. Psikologi anak 3. Kesehatan mental guru dan murid 4. Kecerdasan 5. Individual differences 6. Hakekat perbuatan belajar 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan belajar 8. Masalah-masalah dalam transfer of learning 9. Tes dan soal penilaian dan pengukuran 10. Teori dasar tentang motivasi 11. Arti motivasi dalam pengajaran 12. Perkembangan sosial dan emosional 3. PERAN & SUMBANGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN Menurut Crow&Crow, pendidikan terdiri dari: 1. Pendidikan Informal Didapat dari belajar yang secara relative kurang atau tanpa disadari, yang berlangsung bebas menyertai kehidupan sehari-hari. 2. Pendidikan Formal Didapat dari belajar yang mempergunakan program terencana, biasanya disebut pendidikan sekolah. Psikologi Pendidikan di sekolah berusaha memecahkan masalah-masalah sebagai berikut: a. pengaruh pembawaan dan lingkungan atas belajar; b. teori dan proses belajar; c. hubungan antara taraf kematangan dan taraf kesiapan belajar; d. individual differences dan pengaruhnya terhadap hasil pendidikan; e. perubahan batiniah yang terjadi selama belajar; f. hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar; g. teknik evaluasi yang efektif atas kemajuan yang dicapai anak didik; h. perbandingan hasil pendidikan formal dan informal atas individu; i. nilai sikap ilmiah terhadap pendidikan yang dimiliki para petugas pendidikan (guru); dan j. pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterima. (Suryabrata, 1988) PERBEDAAN INDIVIDU (INDIVIDUAL DIFFERENCES) 1. Pengertian Perbedaan Individu Keunikan yang ada pada masing-masing individu yang akan membedakan cara berpikir, berperasaan, dan bertindak. Tidak ada individu yang sama dengan individu lain, sekalipun kembar identik. 2. Sumber Perbedaan Individu a. Faktor Bawaan Yaitu faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui pewarisan genetic orang tuanya. Proses ini dimulai sejak masa konsepsi (pembuahan), + 280 hari sebelum kelahiran. Pada masing-masing sel reproduksi terdapat 23 pasang kromosom. Kromosom adalah partikel seperti benang yang masing-masing di dalamnya terdapat untaian partikel yang sangat kecil (= gen). Gen adalah pembawa ciri bawaan yang diwariskan orang tua kepada keturunannya. Jumlah gen dalam genome (= kumpulan gen) sekitar 60.000 – 150.000. Masing-masing gen mengandung potensi ciri bawaan fisik dan mental. Mempengaruhi: bentuk tubuh, kekuatan fisik, kecerdasan. b. Faktor Lingkungan · Status Sosial Ekonomi Orang tua - tingkat pendidikan orang tua - pekerjaan orang tua - penghasilan orang tua Berimplikasi pada perbedaan aspirasi orang tua terhadap pendidikan anak, aspirasi anak tehadap pendidikannya, fasilitas yang diberikan pada anak, dan waktu yang disediakan untuk anak anaknya. · Pola Asuh Orang tua - Otoriter: menekankan pada pengawasan orang tua pada anak untuk mendapatkan ketaatan atau kepatuhan. Orang tua bersikap tegas, suka menghukum, dan cenderung mengekang keinginan anak. Anak menjadi kurang inisiatif, cenderung ragu, dan mudah gugup. Karena sering mendapat hukuman anak menjadi tidak disiplin dan nakal. - Permissive: ortu memberi kebebasan sebanyak mungkin kepada untuk mengatur dirinya sendiri, anak tidak dituntut untuk bertanggungjawab, dan tidak banyak dikontrol oleh ortu. - Authoritative: adanya hak dan kewajiban ortu dan anak, yang berarti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab, dan menentukan perilakunya sendiri agar berdisiplin. · Budaya - ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan - sistem sosial: aktifitas dan tindakan berpola dari manusia dan masyarakat - benda-benda hasil karya manusia · Urutan Kelahiran Disebabkan oleh perbedaan perlakuan dari ortu maupun anggota keluarga lainnya terhadap anak. 3. Macam-macam Perbedaan Individu a. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender Jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Gender merupakan aspek psikososial (dibangun secara sosial agama) antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada. Perbedaan gender muncul dari perbedaan cara dalam memperlakukan anak laki-laki dan perempuan yang dilakukan secara terus menerus, diturunkan secara kultural, dan terinternalisasi menjadi kepercayaan dari generasi ke generasi dan diyakini sebagai ideologi. b. Perbedaan Gender dan Prestasi di Kelas Hampir tidak ada penelitian yang membuktikan pengaruh perbedaan jenis kelamin sebagai penentu prestasi di kelas. Perbedaan prestasi antara siswa laki-laki dan perempuan lebih disebabkan karena faktor sosial dan kultural. c. Perbedaan Kemampuan Kemampuan secara sederhana dapat diartikan sebagai kecerdasan. Kemampuan umum didefinisikan sebagai prestasi komparatif individu dalam berbagai tugas, termasuk memecahkan masalah dengan waktu yang terbatas. Lebih jauh lagi kemampuan juga meliputi kapasitas individu untuk memahami tugas, menemukan strategi pemecahan yang cocok, serta prestasi individu dalam sebagian besar tugas-tugas belajar. Perbedaan kecerdasan dapat dipahami dari perbedaan skor IQ yang dihasilkan dari tes kecerdasan. Perbedaan kecerdasan manusia mengikuti suatu distribusi normal, dari 0-200 dengan rata-rata 100. Distribusi IQ yang digunakan menurut tabel yang dikembangkan oleh Wechsler. Gifted Adalah individu yang memiliki IQ di atas 130, sekitar 1% dari populasi. Anak-anak gifted lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang tinggi. Sebagian besar sukses dan berprestasi. Namun sebagian lagi terlibat dalam perkara kriminal, drop out dini dari sekolah, atau gagal dalam beberapa pekerjaan. Hal ini disebabkan karena secara emosional kurang matang atau kurang motivasi dibandingkan yang lain. Menurut Renzulli ada tiga ciri pokok anak gifted, yaitu: - kemampuan umum di atas rata-rata - kreatifitas di atas rata-rata - komitmen terhadap tugas cukup tinggi Anak-anak gifted beresiko mengalami kesulitan serius di sekolah, jumlahnya sekitar 5-10% dari total anak gifted. Gejala-gejala dari anak gifted yang mengalami kesulitan belajar di antaranya adalah: · menunjukkan hiperaktifitas di sela-sela konsentrasi yang intensif · mudah terganggu situasi gaduh · tidak dapat mengingat perintah tiga tahap · sulit belajar fonem · sulit mengeja · sulit belajar fakta-fakta matematis · minta mengulangi perintah · tidak mampu mengerjakan tes · tulisannya tidak terbaca · tidak menyelesaikan tugas tertulis · sulit mencatat di kelas · sulit menyelesaikan tugas-tugas sederhana, tapi bagus dalam konsep · tidak merespon remedial dengan baik · lemah dalam beberapa pelajaran tapi bagus dalam mata pelajaran lain Anak-anak gifted perlu mendapat perhatian. Pendidikan harus disesuaikan atau memusatkan pada kekuatan, minat, dan kapasitas intelektual mereka yang superior. Untuk anak-anak yang mengalami kesulitan belajar perlu menggunakan strategi-strategi kompensasi, yang meliputi teknologi dan komunikasi yang bervariasi. Retarded Adalah individu yang memiliki IQ di bawah 70. Klasifikasi dari Panel Mental Retardasi adalah sebagai berikut: • Mild Retardation (IQ 50-70) - tidak tampak sebagai anak retarded oleh orang biasa - dapat belajar ketrampilan praktis, membaca atau menghitung sampai level kelas 6 SD, tapi harus dididik di sekolah luar biasa bukan sekolah umum - dapat mencapai ketrampilan sosial dan pekerjaan untuk pemeliharaan diri tapi dilakukan dengan lamban - dapat dibimbing untuk penyesuaian sosial - membutuhkan dukungan dan bimbingan berkala saat mengalami tekanan ekonomi atau sosial yang tidak biasa • Moderate Retardation (IQ 36-50) - lambat dalam bergerak dan berbicara - bisa dilatih mengerjakan tugas-tugas sederhana untuk menolong diri - dapat berkomunikasi secara sederhana - dapat dilatih ketrampilan-ketrampilan tangan sederhana - mampu berjalan sendiri di tempat-tempat yang dikenal - tidak mampu merawat diri sendiri • Severe Retardation (IQ 20-35) - lambat dalam perkembangan motorik - sedikit atau tanpa kemampuan berkomunikasi - masih bisa dilatih untuk ketrampilan dasar menolong diri sendiri - dapat melakukan aktifitas sehari-hari yang sifatnya rutin dan berulang - membutuhkan petunjuk dan pengawasan dalam sebuah lingkungan yang terlindung • Profound Retardation (IQ di bawah 20) - memiliki kapasitas minimal dalam fungsi-fungsi sensori motor - lambat dalam semua aspek perkembangan - menunjukkan emosi dasar - mungkin mampu dilatih untuk menggunakan tangan, kaki, dan rahang - membutuhkan pengawasan yang ketat dan perawatan - bicara primitif - tidak mampu merawat diri d. Perbedaan Kepribadian · Model Big Five - Ekstroversion - Agreeableness - Conscientinousness - Neuroticism atau sebaliknya stabilitas emosi - Openness to Experience · Model Brigg-Myers (MBTI) - Ekstraversion (E) vs Introversion (I) - Sensing (S) vs Intuition (N) - Thinking (T) vs Feeling (F) - Judging (J) vs Perceptive (P) e. Perbedaan Gaya Belajar Model Feider & Solomon - Active & Reflective Learners Active learner Reflective learner Mendiskusikan, mengaplikasikan, atau menjelaskan pengetahuannya pada orang lain Memikirkan pengetahuan yang didapatkannya. “Coba dulu dan lihat hasilnya” “Mari pikirkan dahulu” Belajar dalam kelompok Belajar sendiri. Lebih tekun dalam menulis pelajaran. Kurang tekun dalam menulis pelajaran - Sensing & Intuitive Learners Sensing learner Intuitive learner Suka mempelajari fakta Memilih menemukan kemungkinan dan hubungan. Menyukai pemecahan masalah dengan menggunakan cara-cara yang sudah pasti, tidak menyukai komplikasi dan kejutan. Menyukai inovasi dan tidak suka pengulangan. Suka pada sesuatu yang rinci, memiliki ingatan yang bagus terhadap fakta-fakta, mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di laboratorium Bagus dalam menemukan konsep-konsep baru, lebih nyaman dengan abstraksi dan formulasi matematik. Lebih praktis dan hati-hati Lebih cepat bekerja dan inovatif . Tidak menyukai kursus atau pelatihan yang tidak berhubungan dengan dunia nyata. Tidak menyukai kursus atau pelatihan menekankan pada ingatan perhitungan rutin. - Visual & Verbal Learners Visual learner Verbal learner Memiliki ingatan yang bagus terhadap apa yang dilihatnya: gambar, diagram, flow chart, film, dan peragaan Mudah mengingat kata-kata, baik tertulis maupun penjelasan lisan. - Sequential & Global Learners Sequential learner Global learner Memahami melalui langkah-langkah yang linier, setiap langkah mengikuti langkah sebelumnya secara logis Belajar melalui lompatan-lompatan besar, menyerap info secara acak tanpa melihat hubungannya dan tiba-tiba dapat menemukan hubungannya. Mencari solusi dengan mengikuti langkah-langkah yang logis. Mampu memecahkan masalah kompleks dengan cepat atau mengumpulkan sesuatu secara bersama-sama dalam suatu cara yang baru, tetapi mungkin mengalami kesulitan dalam menjelaskannya. 4MAT System - Innovative Learner (mengalami = merasakan dan merefleksikan) o Suka berbicara mengenai pengalaman dan perasaan mereka, bertanya, atau bekerja dalam kelompok. o Suka belajar masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata, diasuh oleh guru, diberi jawaban atas pertanyaan “mengapa”. o Mempercayai pengalaman sendiri dan dapat melihat situasi baru dari berbagai perspektif. o Merupakan orang-orang yang penuh ide. o Dapat mempengaruhi orang lain dan cenderung emosional. - Analytic Learner (mengkonseptualisasikan = merefleksikan dan memikirkan) o Berorientasi pada pengetahuan, konseptual, dan keteraturan. o Suka belajar dari ceramah-ceramah, bekerja secara mandiri, serta mendiskusikan ide-ide. o Bagus dalam pendidikan tradisional yang mengutamakan verbal dan juga dalam mengarjakan tes. o Pencari fakta yang tekun dan teliti. o Bagus dalam menciptakan konsep dan modelmodel. o Tidak seemosional innovator. o Memilih struktur yang lebih berdasar logika dan rasionalitas. o Perencana yang sistematis. - Common Sense Learner (mengaplikasikan = memikirkan dan melakukan) o Memecahkan masalah secara aktif, belajar melalui pencarian, sentuhan, memanipulasi, membentuk, dan tugas-tugas spasial. o Suka memecahkan masalah mereka sendiri, mencoba hal-hal untuk diri mereka sendiri, dan menguji apa pun yang mereka pelajari secara fisik. o Menikmati kompetisi. o Toleransi terhadap ambiguitas cenderung rendah dan lebih suka berhubungan dengan hal-hal yang sudah jelas. o Cenderung deduktif, beorientasi pada berpikir, dan sistematis dalam belajar. - Dynamic Learner (membentuk = membentuk dan melakukan) o Belajar dengan menemukan sendiri, mencoba dengan trial & error, dan bekerja secara mandiri. o Suka tugas-tugas terbuka yang memerlukan pengambilan resiko. o Suka dan mudah menyesuaikan diri dengan perubahan. o Suka membuat langkah-langkah intuitif untuk memecahkan masalah. o Antusias dan ambisius. Multiple Intelligence - Kecerdasan Linguistic- Verbal - Kecerdasan Logika-Matematika - Kecerdasan Musikal - Kecerdasan Visual-Spasial - Kecerdasan Body-Kinestetik - Kecerdasan Interpersonal - Kecerdasan Intrapersonal - Kecerdasan Natural Kesimpulan Presentasi Diri Presentasi diri adalah usaha secara sengaja untuk bertindak dengan cara tertentu yang menciptakan kesan khusus tentang diri. Tujuan dasar dari presentasi diri adalah menata interaksi agar mendapatkan hasil yang kita inginkan. Motif yang paling lazim dalam presentasi diri adalah untuk mencipakan kesan baik. Salah satu strategi untuk menciptakan kesan baik adalah menyesuaikan diri dengan norma situasi sosial. Bidang Hukum Isu-isu yang berkaitan dengan kajian aplikasi psikologi dalam bidang hukum berkenaan dengan persepsi keadilan (bagaimana sesuatu putusan dikatakan adil, kenapa orang berbuat kejahatan, bagaimana mengubah perilaku orang untuk tidak berbuat kejahatan). Ada dua cara yang dipakai oleh psikolog sosial untuk member kontribusi pada sistem hukum yaitu melalui kesaksian ahli dan keterangan amicus curine. 1. Kesaksian Ahli Salah satu cara yang paling lazim bagi para psikolog sosial untuk berbagi pengetahuan adalah melalui expert testimony (kesaksian ahli). Para psikolog sosial biasa diminta untuk menjelaskan temuan riset guna member kerangka pemahaman bagi juri dan hakim dan untuk mengevaluasi bukti dalam kasus tertentu (Monahan & Walker, 1998; Taylor, 2009). 2. Amicus Curies Cara lain yang digunakan psikolog dalam berbagi pengetahuannya adalah dengan sistem hukum yang menggunakan amicus curiae atau ringkasan “sahabat pengadilan”. Ringkasan amicus berisi ringkasan ilmu psikologi yang relavan bagi hakim untuk member konteks ilmiah guna memutuskan kasus tertentu yang diberikan pada pengadilan. Penerapan Psikologi Sosial Pada Aspek Interpersonal Dari Sistem Hukum 1. Efek Dari Prosedur Kepolisian Dan Liputan 2. Kesaksian Saksi Mata 3. Peran Utama dalam Persidangan: Dampak dari Pengacara, Hakim, Juri, dan Terdakwa Pendekatan Psikologi dalam bidang hukum 1. Pendekatan Tipologi Fisik dalam Kepribadian 2. Pendekatan Teori Trait Kepribadian 3. Pendekatan Psikoanalisis 4. Pendekatan Teori Belajar Sosial 5. Pendekatan Teori Kognitif Bidang Pendidikan Psikologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segi-segi psikologi dalam situasi pendidikan. Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari penerapan teori-teori psikologi dalam bidang pendidikan. Menurut Glenn M. Blair ruang lingkup psikologi pendidikan terdiri dari: 1. Pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya 2. Psikologi anak 3. Kesehatan mental guru dan murid 4. Kecerdasan 5. Individual differences 6. Hakekat perbuatan belajar 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan belajar 8. Masalah-masalah dalam transfer of learning 9. Tes dan soal penilaian dan pengukuran 10. Teori dasar tentang motivasi 11. Arti motivasi dalam pengajaran 12. Perkembangan sosial dan emosional Menurut Crow&Crow, pendidikan terdiri dari: 1. Pendidikan Informal 2. Pendidikan Formal Didapat dari belajar yang mempergunakan program terencana, biasanya disebut pendidikan sekolah. Psikologi Pendidikan di sekolah berusaha memecahkan masalah-masalah sebagai berikut: a. pengaruh pembawaan dan lingkungan atas belajar; b. teori dan proses belajar; c. hubungan antara taraf kematangan dan taraf kesiapan belajar; d. individual differences dan pengaruhnya terhadap hasil pendidikan; e. perubahan batiniah yang terjadi selama belajar; f. hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar; g. teknik evaluasi yang efektif atas kemajuan yang dicapai anak didik; h. perbandingan hasil pendidikan formal dan informal atas individu; i. nilai sikap ilmiah terhadap pendidikan yang dimiliki para petugas pendidikan (guru); dan j. pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterima. (Suryabrata, 1988) “REGULASI DIRI, TEORI MEDAN, HUBUNGAN PSI. SOSIAL-KOMUNIKASI” Oleh : [Rissa Widyastuti; Noor Hikmah; Risnida Muzdalifah; Ruth Ismayati Munthe; Nur Fitriyati Rizky; Merry Hotmaida Sitanggang; M. Saputra Setyawan; Indra Pratama.] Latar Belakang Dalam Psikologi Sosial ada banyak hal yang dapat dipelajari. Selain mengenai masalah siapa diri kita sebenarnya dengan teori-teori mengenai diri, kita juga bisa memahami haal-hal apa saja yang berhubungan dengan massa, seperti Teori Medan dan sebagainya. Selain itu, Psikologi Sosial juga berhubungan erat dengan ilmu-ilmu lainnya terutama dengan komunikasi. Karena dengan komunikasilah psikologi dapat tersampaikan dengan baik pada masyarakat. Regulasi diri adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam mengontrol, dan memanipulasi sebuah perilaku dengan menggunakan kemampuan pikirannya sehingga individu dapat bereaksi terhadap lingkungannya, Pada jurnal penelitian Self-Regulated Learning (SRL) Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa adalah Self-regulated learning (SRL) merupakan kegiatan dimana individu yang belajar secara aktif, menyusun, menentukan tujuan belajar, merencanakan dan memonitor, mengatur dan mengontrol kognisi, motivasi perilaku serta lingkungannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Filho, 2001; Pintrich, 2004; Wolters, et. al, 2003). Pembelajaran regulasi diri merupakan suatu konsep yang memunculkan bahwa kita dapat memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan yang kita inginkan. Sedangkan, Teori Medan Kurt Lewin dapat dimengerti dalam rangka struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis karena orang orang dan lingkungannya merupakan bagian dari ruang kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis. Selain itu hal lainnya yang berhubungan erat dengan Psikologi Sosial adalah komunikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia komunikasi berarti kontak; hubungan; penyampaian; dan penerimaan pesan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan itu bisa diterima atau dipahami. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai Regulasi Diri? 2. Bagaimana penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai Teori Medan? 3. Bagaimana penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai Hubungan Psikologi Sosial dengan Komunikasi? 1.3 Tujuan 1. Untuk menjelaskan lebih dalam lagi mengenai Regulasi Diri 2. Untuk menjelaskan lebih dalam lagi mengenai Teori Medan 4. Untuk menjelaskan lebih dalam lagi mengenai Hubungan Psikologi Sosial dengan Komunikasi. Regulasi Diri . Pengertian Regulasi Diri Regulasi diri adalah proses dalam kepribadian yang penting bagi individu untuk berusaha mengendalikan pikiran, perasaan, dorongan, dan hasrat mereka (Baumeister et al, 2006), biasanya dikonseptualisasikan dengan melibatkan kontrol, arah, dan koreksi tindakan sendiri dalam proses menuju atau menjauh dari tuquan (Carver & Scheier, dalam Diamond & Aspinwall, 2003). Self regulasi menurut Bandura adalah suatu kemampuan yang dimiliki manusia berupa kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan tersebut. Menurut Bandura seseorang dapat mengatur sebagian dari pola tingkah laku dirinya sendiri. Secara umum self regulated adalah tugas seseorang untuk mengubah respon- respon, seperti mengendalikan impuls perilaku (dorongan perilaku), menahan hasrat, mengontrol pikiran dan mengubah emosi (Kowalski, 2000). Maka dengan kata lain, regulasi diri adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam mengontrol, dan memanipulasi sebuah perilaku dengan menggunakan kemampuan pikirannya sehingga individu dapat bereaksi terhadap lingkungannya. Pada jurnal penelitian Self-Regulated Learning (SRL) Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa adalah Self-regulated learning (SRL) merupakan kegiatan dimana individu yang belajar secara aktif, menyusun, menentukan tujuan belajar, merencanakan dan memonitor, mengatur dan mengontrol kognisi, motivasi perilaku serta lingkungannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Filho, 2001; Pintrich, 2004; Wolters, et. al, 2003). . Tahapan Regulasi Diri Miller & Brown (dalam Neal & Carey, 2005), memformulasikan regulasi diri sebanyak enam tahap. Keenam tahapan ini merupakan landasan dalam penyusunan alat ukur regulasi diri yang digunakan dalam penelitian ini, yakni SSRQ (Short SelfRegulation Questionnaire). Keenam tahapan tersebut antara lain: 1. Receiving atau menerima informasi yang relevan, yaitu langkah awal individu dalam menerima informasi dari berbagai sumber. Dengan informasi-informasi tersebut, individu dapat mengetahui karakter yang lebih khusus dari suatu masalah, seperti kemungkinan adanya hubungan dengan aspek lainnya. 2. Evaluating atau mengevalusi informasi. Setelah memperoleh informasi, langkah selanjutnya adalah menyadari seberapa besar masalah tersebut. Dalam proses evaluasi diri, individu menganalisis informasi dengan membandingkan suatu masalah yang terdeteksi di luar diri (eksternal) dengan pendapat pribadi (internal) yang tercipta dari pengalaman sebelumnya yang serupa. Pendapat itu didasari oleh harapan yang ideal yang diperoleh dari pengembangan individu sepanjang hidupnya (pengalaman) yang termasuk dalam proses pembelajaran. 3. Searching atau mencari solusi. Pada tahap sebelumnya, proses evaluasi menyebabkan reaksireaksi emosional dan sikap. Pada akhir proses evaluasi tersebut menunjukkan pertentangan antara sikap individu dalam memahami masalah. Dari pertentangan tersebut, individu akhirnya menyadari beberapa jenis tindakan atau aksi untuk mengurangi perebedaan yang terjadi. Kebutuhan untuk mengurangi pertentangan dimulai dengan mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi. 4. Formulating atau merancang suatu rencana, yaitu perencanaan aspek-aspek pokok untuk meneruskan target atau tujuan, seperti tentang waktu, aktivitas untuk pengembangan, tempattempat dan aspek-aspek lainnya yang mampu mendukung dengan efisien dan efektif. 5. Implementing atau menerapkan rencana, yaitu setelah semua perencanaan telah terealisasi, berikutnya adalah secepatnya mengarah kepada aksi-aksi atau melakukan tindakan-tindakan yang tepat yang mengarah ke tujuan dan memodifikasi sikap sesuai dengan yang diinginkan dalam proses. 6. Assessing atau mengukur efektivitas dari rencana yang telah dibuat. Pengukuran ini dilakukan pada tahap akhir. Pengukuran tersebut dapat membantu dalam menentukan dan menyadari apakah perencanaan yang tidak direalisasikan itu sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, serta apakah hasil yang diidapat sesuai dengan yang diharapkan. Untuk memahami regulasi diri lebih dalam lagi, kita juga harus memahaminya dengan konsep diri yang bekerja: 1. Konsep diri yang bekerja : Perubahan dalam konsep diri yang bekerja menimbulkan perubahan dalam konsep diri permanen hanya ketika konsep diri yang bekerja itu stabil. 2. Kompleksitas diri : aspek ini berpengaruh penting juga bagi regulasi diri. Beberapa orang memandang diri mereka dengan satu atau dua cara yang mendominasi, sedangkan yang lainnya melihat dirinya berdasarkan berbagai macam kualitas. 3. Kecakapan diri dan kontrol personal : aspek ini juga disebut sebagai self-efficacy mengacu pada ekspektasi tentang kemampuan kita untuk melakukan tugas tertentu (Bandura, 1986). Apakah kita akan melakukan aktivitas tertentu atau mengejar tujuan tertentu, akan bergantung pada apakah kita yakin mampu untuk melakukan pekerjaan itu. 4. Aktivasi dan penghindaran behavioral : regulasi diri melibatkan keputusan fundamental tentang aktivitas apa yang akan dilakukan dan apa yang mesti dihindari. 5. Kesadaran diri : regulasi diri juga dipengaruhi oleh arah perhatian kita, yakni apakah perhatian diarahkan ke dalam atau luar lingkungan (Duval & Wicklund, 1972). Biasanya perhatian kita fokus ke arah lingkungan, tapi terkadang fokus ke diri kita sendiri. Secara umum, kesadaran diri menyebabkan orang mengevaluasi perilakunya berdasarkan standard dan melakukan proses penyesuaian untuk memenuhi standar. 2.1 Teori Medan . Konsep Utama Teori Lewin Bagi Lewin, teori medan bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas. Teori medan merupakan sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep-konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku dan juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk membangun konstrukkonstruk ilmiah” Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu : 1. Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi. 2. Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan 3. Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis. Teori Medan Kurt Lewin dapat dimengerti dalam rangka struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis karena orang orang dan lingkungannya merupakan bagian dari ruang kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis. . Struktur Kepribadian Menurut Lewin sebaiknya menggambarkan pribadi itu dengan menggunakan definisi konsepkonsep struktural secara spasial. Pemisahan pribadi dari yang lainnya di dunia dilakukan dengan menggambarkan suatu figur yang tertutup. Batas dari figur menggambarkan batas batas dari entitas yang dikenal sebagai pribadi. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas itu adalah P (pribadi) sedangkan segala sesuatu yang terdapat di luar batas itu adalah non-P (bukan pribadi). Selanjutnya untuk melukiskan kenyataan psikologis ialah menggambar suatu figur tertutup lain yang lebih besar dari pribadi dan yang melingkupnya. Bentuk dan ukuran figur yang melingkupi ini tidak penting asalkan ia memenuhi dia syarat yakni lebih besar dari pribadi dan melingkupimya. Figur yang baru ini tidak boleh memotong bagian dari batas lingkaran yang menggambarkan pribadi. Lingkaran dalam elips ini bukan sekedar suatu ilustrasi atau alat peraga, melainkan sungguhsungguh merupakan suatu penggambaran yang tepat tentang konsep-konsep struktural yang paling umum dalam teori Lewin, yakni pribadi, lingkungan psikologis dan ruang hidup. a. Pribadi Selaras dengan prinsip Psikologi Gestalt cara menggambarkan pribadi itu secara struktural dengan cara melukiskan pribadi itu sebagai keseluruhan yang terpisah dari hal-hal lainnya di dunia ini. Lewin memilih menggambarkan pribadi secara ruang (tipologis) karena : 1. Penggambaran secara ruang itu memungkinkan pendekatan secara sistematis. 2. Penggambaran secara ruang tidak banyak mengandung keraguan dan tidak akan menimbulkan kesalahpahaman. P Non-PNon-P Pribadi Batas gambaran itu menggambarkan batas dari kesatuan yang disebut pribadi. Semua yang terdapat di dalamnya merupakan pribadi sedangkan yang di luarnya adalah bukan pribadi. a. Lingkungan Psikologis Meskipun pribadi dikelilingi oleh lingkungan psikologisnya, namun ia bukanlah bagian atau termasuk dalam lingkungan tersebut. Lingkungan Psikologis berhenti pada batas pinggir elips, Tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat dapat ditembus. Hal ini berarti fakta fakta lingkungan dapat mempengaruhi pribadi. Lp P Lp NonpsikologisNonpsikologis Pribadi dalam Lingkungan Psikologis Daerah di dalam elips di luar P itu disebut lingkungan psikologis (Lp). Daerah di dalam elips termasuk juga lingkaran (P) disebut ruang hidup (life space) dan diberi tanda Rh. Daerah di luar elips menggambarkan segi non psikologis dari dunia ini. a. Ruang Hidup Ruang hidup adalah totalitas realitas psikologis yang mengandung semua fakta yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu pada suatu saat. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup. Secara matematis : TL = f( Rh) Fakta fakta non psikologis dapat mengubah fakta fakta psikologis. Fakta fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan perubahan perubahan dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup dan dunia luar bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak dapat berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh pribadi. Karena dalam ruang hidup itu ada hasil interaksi antara pribadi dan lingkungan psikologis maka dapat dinyatakan bahwa Tl = f(Rh) = f (P,Lp) b. Diferensiasi Ruang Hidup Dalam kenyataannya pribadi maupun lingkungan psikologis tidak pernah merupakan unitas yang mutlak, tetapi mempunyai diferensiasi. Struktur hidup tidak homogen tetapi heterogen, terdiri atas bagian-bagian yang satu sama lainnya saling berhubungan dan bergantungan. 1. Pribadi berdiferensiasi Menurut Lewin pribadi adalah heterogen, terbagi menjadi bagian bagian yang terpisah meskipun saling berhubungan dan saling bergantung. Di dalam pribadi terbagi atas sel-sel yang terdiri atas dua golongan yaitu golongan sel-sel bagian pinggir yang berisi batin yang mudah dipengaruhi dan dinyatakan keluar, dan sel-sel sentral yang berisikan batin yang tersembunyi. 2. Lingkungan psikologis berdiferensiasi Lingkungan psikologis yang selalu berdiferensiasi adalah lingkungan di mana semua fakta memiliki pengaruh yang berbeda terhadap individu. 3. Banyaknya Daerah Banyaknya daerah ditentukan oleh banyaknya faktor-faktor psikologis yang ada pada suatu saat. Daerah di dalam pribadi juga digambarkan seperti itu. Apabila kenyataan yang ada dalam pribadi itu hanya satu misalnya lapatr, maka daerah DP hanya itu saja. Tetapi apabila lapar disertai oleh kebutuhan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan maka ada dua daerah. c. Dimensi-Dimensi Ruang Hidup 1. Dimensi waktu Kurt Lewin berpegang pada prinsip kekinian. Menurut prinsip kekinian, masa lampau atau masa depan tidak mempengaruhi tingkah laku tetapi sikap, perasaan, pikiran, dan sebagainya mengenai masa lampau/masa depan mempengaruhi tingkah laku. Karena itu masa kini juga memuat sangkut-pautnya dengan masa lampau dan masa depan (dalam arti psikologis). 2. Dimensi realitas-irrealitas Irrealitas berisikan fakta khayal. Diantara kedua bentuk ekstrim (realitas-irrealitas) itu terdapat berbagai taraf seperti perbuatan lebih mempunyai realitas daripada berbicara tentang perbuatan itu. . Dinamika Kepribadian 1. Energy (energy) Lewin berpendapat bahwa tiap gerak atau kerja pasti menggunakan energy. Pribadi dipandangnya sebagai system energi. Energi yang menyebabkan kerja psikologis disebut energi psikis. 2. Tension (tegangan) Tegangan adalah keadaan pribadi, keadaan relative daerah dalam pribadi satu terrhadap daerah yang lain. Ada dua sifat tegangan yaitu : • Keadaan tegang pada suatu system cenderung menyamakan diri dengan sistem di sekitarnya. • Bagaimana tegangan itu merata tergantung kepada kuat atau lemahnya batas antara sistemsistem itu. 3. Need (kebutuhan) Kebutuhan adalah keadaan atau sifat pribadi yang menyebabkan meningkatnya tegangan. Hal tersebut dapat berupa : • Keadaan fisiologis : haus, lapar, dan sebagainya. • Keinginan akan sesuatu : baju, mobil, dan sebagainya. • Keinginan mengerjakan sesuatu : bermain bola, meononton tv, dan sebagainya. Dengan demikian kebutuhan adalah motif, keinginan atau dorongan. 4. Valance (valensi) Valensi adalah pengertian yang digunakan untuk menggambarkan sifat dari lingkungan psikologis yaitu nilai lingkungan psikologis itu bagi pribadi. Nilai tersebut terbagi dua yaitu : • Nilai positif menyebabkan berkurang atau hilangnya tegangan jika pribadi memasuki daerah itu serta menyebabkan meningkatnya tegangan kalau pribadi tercegah untuk mendapatkannya. Misalnya lapar. • Nilai negative menyebabkan meningkatnya tegangan jika pribadi menghampirinya dan menyebabkan menurunnya tegangan apabila pribadi meninggalkannya. Misalnya anjing bagi orang yang takut anjing. 5. Force atau vector Vectorlah yang mendorong pribadi untuk bergerak dalam lingkungan psikologisnya. Suatu gerakan terjadi apabila ada kekuatan yang cukup besar mendorong pribadi. Kekuatan itu berkoordinasi dengan kebutuhan tetapi bukan tegangan. Ada tiga sifat kekuatan yaitu arahnya, besarnya, dan titik tangkapnya. 6. Locomotion (gerakan) Lingkaran pribadi dapat pindah dari satu tempat ketempat lain di dalam daerah lingkungan psikologis. Pribadi pindah ke region yang menyediakan pemuasan kebutuhan pribadi atau menjauhi region yang menimbulkan tegangan pribadi. Perpindahan lingkaran pribadi itu disebut gerakan (locomotion). Gerakan bisa berupa gerak fisik, atau perubahan fokus perhatian. 7. Umstructurierung, restructuring (pengubahan struktur) Pengubahan dapat berlangsung dalam beberapa cara: a. Nilai daerah-daerah berubah: • Secara kuantitatif dari positif sedikit ke banyak atau dari negatif banyak ke sedikit. • Secara kualitatif dari negatif ke positif dan sebaliknya. b. Vector berubah : • Berubah dalam arahnya. • Berubah dalam kekuataannya. • Berubah dalam arah dan kekuatannya. Menurut Lewin inti belajar dan pemecahan masalah ada di dalam sini. c. Tujuan proses psikologis Lewin berpegang pada prinsip psychological homeostatif dan menganggap bahwa tujuan semua proses psikologis itu kembali ke keseimbangan jiwa yaitu tanpa tegangan. . Perkembangan Kepribadian Hakikat perkembangan menurut Lewin adalah perubahan-perubahan tingkah laku. 1. Perkembangan berarti perubahan di dalam variasi tingkah laku Makin bertambah umur seseorang makin bervariasi kegiatannya, perasaannya, kebutuhannya, hubungan sosialnya, dan lainnya. 2. Perkembangan berarti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku • Struktur relasi bertambah Seiring bertambahnya umur anak maka anak dapat sekaligus berhubungan dengan beberapa anak. • Hirarki bertambah kompleks Seiring bertambahnya umur anak maka dia dapat mempunyai tujuan di luar perbuatan yang dilakukannya. • Tingkah laku bertambah kompleks Anak yang sudah lebih dewasa dapat sekaligus mengerjakan beberapa hal, mengalami interupsi, dan kembali kepekerjaannya semula. 3. Perkembangan berarti bertambah luasnya arena aktivitas Makin bertambah umur seseorang maka dapat merencanakan masa depan sambil memikirkan hal yang dihadapi kini. 4. Perkembangan berarti perubahan dalam taraf realitas Makin bertambah umur seseorang maka orientasinya makin realistis, makin dapat membedakan yang khayal dan nyata dan dapat mengerti hal yang abstrak. 5. Perkembangan berarti makin terdiferensiasinya tingkah laku Makin bertambah umur seseorang makin baik pula integrasi, koordinasi antara bagian-bagian menjadi lebih baik. 6. Perkembangan berarti diferensiasi dan stratifikasi Makin bertambah umur seseorang makin bertambah daerah- daerah di dalam pribadinya dan lingkungan psikologisnya. Individu juga semakin bisa menyembunyikan isi hatinya (disebut stratifikasi). 2.1 Hubungan Psikologi Sosial dengan Komunikasi Psikologi dan komunikasi sebenarnya merupakan dua kajian ilmu yang berbeda. Psikologi mempelajari tentang karakteristik dan kejiwaan manusia, sedangkan komunikasi mempelajari proses penyampaian informasi antarmanusia. Namun, ilmu psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikolog memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu, bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respons pada individu lain. . Pengertian Komunikasi Kata atau istilah komunikasi ( dari bahasa inggris “communication” ), secara epistemologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makna “berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminilogis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi ini adalah manusia. . Proses Komunikasi Berdasarkan paradigma Laswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu: a. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal. Prosesnya sebagai berikut, pertama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Kemudian, komunikan menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. b. Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seperti SMS, telepon, radio, majalah, dll merupakan media yang sering digunakan dalan komunikasi. Inti dari proses komunikasi adalah pengirim pesan, penerima pesan, dan adanya pesan. Pendekatan Psikologi Sosial memberi perhatian terhadap aspek diri manusia. Proses komunikasi manusia merupakan proses yang berlangsung dalam diri manusia. Psikologi mempengaruhi komunikasi tentunya dapat kita pahami dengan mudah. Kondisi seseorang yang sedang senang, sedih, atau marah pastinya akan mempengaruhi tindakan komunikasinya. Tidak mungkin orang yang sedang marah bisa tersenyum bahagia apalagi tertawa gembira. Begitu juga dengan orang yang cenderung pendiam, pemarah, atau cerewet, kegiatan komunikasinya pasti berbeda-beda. Orang yang pendiam akan cenderung menutup diri dan jarang berbicara, orang pemarah akan terkesan ketus saat berbicara, dan orang yang cerewet akan senang berbicara tentang apapun, kapanpun, kepada siapapun, bahkan tentang hal-hal yang tidak penting sekalipun. Misalnya, seorang anak kecil yang senang menonton tv seperti film-film cartoon, anak itu bisa saja dengan mudah meniru semua tingkah laku yang ditunjukkan oleh sang aktor, ia masih belum bisa membedakan tingkah laku mana yang baik untuk diikuti dan yang mana yang tidak baik untuk diikuti. Dari sini dapat dilihat bahwa komunikasi yang ditunjukkan dari acara-acara yang ditayangkan di televisi dapat mempengaruhi karakter tingkah laku seseorang. Sekarang terlihat hubungan antara komunikasi dengan psikologi. Kedua bidang ilmu tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Karakter kita akan mempengaruhi kegiatan komunikasi yang kita lakukan, begitu juga sebaliknya. Bila suatu komunikasi telah berhasil, maka tujuan yang ingin kita tujupun dapat dicapai. Selain itu kepribadian yang kita milikipun akan berkembang dengan baik. Di sinilah psikologi berperan dalam komunikasi, selain untuk menganalisis penyebab serta dampaknya, dalam psikologi juga berusaha untuk menemukan apa yang paling baik sehingga menimbulkan komunikasi efektif. Dengan mempelajari psikologi, komunikasi yang akan kita lakukan dapat dilancarkan dengan cara yang terbaik dan dengan kemampuan berkomunikasi efektif terbaik tadi, psikolog bisa menyalurkan ilmu dengan baik pula. Kesimpulan Dilihat dari pengertian Regulasi diri yang berarti suatu kemampuan yang dimiliki manusia berupa kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan tersebut, dapat diketahui bahwa dengan Regulasi diri kita dapat mengetahui potensi apa yang diri kita miliki agar dapat kita tunjukkan kepada masyarakat sosial dengan presentasi diri yang baik. Kemudian, dari Teori Medan ysng dimiliki oleh Kurt Lewin dapat dimengerti bahwa dalam rangka struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis karena orang orang dan lingkungannya merupakan bagian dari ruang kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis. Selain itu, terlihat hubungan antara komunikasi dengan psikologi. Kedua bidang ilmu tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Karakter kita akan mempengaruhi kegiatan komunikasi yang kita lakukan, begitu juga sebaliknya. Bila suatu komunikasi telah berhasil, maka tujuan yang ingin kita tujupun dapat dicapai. Selain itu kepribadian yang kita milikipun akan berkembang dengan baik. Dengan mempelajari psikologi, komunikasi yang akan kita lakukan dapat dilancarkan dengan cara yang terbaik dan dengan kemampuan berkomunikasi efektif terbaik tadi, psikolog bisa menyalurkan ilmu dengan baik pula. . Saran Sebaiknya diberikan penjelasan lebih lanjut bagaimana hubungan dari ketiga konsep diatas. Agar tidak membuat pembaca menjadi kesulitan untuk mengambil titik temu dari ketiga konsep tersebut. LAMPIRAN SOAL: 1. Proses yang penting dalam kepribadian individu untuk berusaha mengendalikan pikiran, perasaan, dorongan, dan hasrat mereka disebut. . . . a. Konsep Diri b. Self Theory c. Regulasi Diri d. Presentasi Diri e. Harga Diri 2. Dibawah ini yang tidak termasuk dalam tahapan regulasi diri adalah … a. Receiving b. Evaluating c. Searching d. Formulating e. Calculating 3. Suatu kemampuan yang dimiliki manusia berupa kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan tersebut, merupakan pegertian regulasi diri menurut … a. Kurt Lewin b. Victor Frankl c. George Kelly d. Albert Bandura e. Max Wertheimer 4. Yang termasuk dalam dinamika kepribadian teori medan Kurt Lewin antara lain, kecuali … a. Kebutuhan b. Valensi c. Tegangan d. Energi e. Daya 5. Apa yang harus ada dalam proses komunikasi? a. Pesan, Penerima Pesan, dan Media Pesan. b. Pengirim Pesan, Media Pesan, dan Penerima Pesan. c. Pengirim Pesan, Penerima Pesan, dan Adanya Pesan. d. Media Pesan, Adanya Pesan, dan Pengirim Pesan. e. Pengirim Pesan, Objek Pesan, Media Pesan. 6. Adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain, merupakan pengertian komunikasi secara … a. Epistomologis b. Terminologis c. Biologis d. Psikologis e. Fisiologis 7. Menurut Lewin kebutuhan ada yang bersifat spesifik, yang jumlahnya tak terhingga, sebanyak keinginan manusia yaitu, kecuali … a. Tindakan (action) b. Valensi c. Vektor d. Lokomosi e. Tegangan 8. Apakah yang dimaksud dengan kemerdekaan komunikasi? a. Tindakan komunikatif yang dilakukan ketika mengekspresikan apa yang dinyatakan tanpa keterpaksaan, ketakutan atau rasa rendah diri. b. Visi alternatif tntang relasi sosial yang bebas dari segala bentuk penindasan, ekploitasi, dan ketidakadilan. c. Suatu sistem masyarakat tanpa ekplitasi, penindasan, diskriminasi, dan kekerasan. d. Komunikasi yang tidak bebas dan tidak dilandasi oleh semangat saling berbagi. e. Sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana.