analisis penentuan harga pokok produksi dalam menetapkan harga

advertisement
e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 )
ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM
MENETAPKAN HARGA JUAL AIR MINUM DALAM KEMASAN PADA
MERK YEH BULELENG PADA PT. TIRTA MUMBUL JAYA ABADI
TAHUN 2015
1
Desak Made Dwi Agustini,1Gede Adi Yuniarta, 2Nyoman Trisna Herawati
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja Indonesia
e-mail: {[email protected], [email protected] ,
[email protected]}@undiksha.ac.id
ABSTRAK
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui penentuan harga pokok
produksi yang digunakan dalam perusahaan dan bagaimana penentuan harga pokok
produksi berpengaruh terhadap harga jual produk. Perusahaan AMDK PT. Tirta Mumbul
Jaya Abadi dalam menentukan harga pokok produksi dan penetapan harga jual masih
belum menghitung secara teliti. Dalam menetapkan harga jual AMDK PT. Tirta Mumbul
Jaya Abadi juga masih belum sesuai, perusahaan menetapkan harga jual berdasarkan
dengan keputusan manajemen. Dalam prosesnya produksinya perusahaan akan
mengeluarkan biaya-biaya dari mulai pembuatan sampai menghasilkan barang jadi
yang siap dijual.
Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah wawancara yang dilakukan
dengan manajer keuangan,pembuat laporan keuangan,bagian produksi dan bagian
penjualan. Selain wawancara juga dengan menganalisis lapporan keuangan yang
berkaitan dengan biaya-biaya produksi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi memiliki
caranya sendiri didalam menghitung harga pokok produksi yaitu dengan membebankan
biaya listrik ataupun penyusutan. Selain itu juga didalam menghitung biaya produksi
hanya biaya tenaga kerja, biaya air baku, biaya operasional, biaya pemeliharaan, biaya
kemasan dan biaya laboratorium saja yang dibebankan. Dan sebelum menjualnya
perusahaan membebankan PPN sebesar 10% dan rejek 2%
Kata kunci: harga pokok produksi, harga jual, akuntansi biaya.
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out how the company determines the cost
of production, and how the pricing of goods manufactured affect the selling price of
products.AMDK (Drinking Water Packaging) company Mumbul Tirta Jaya Abadi Inc. in
determining the base cost of production and selling price was nott yet counting
carefully. In determining the sale price of AMDK Mumbul Tirta Jaya Abadi Inc. was not
yet appropriate, the company set the sale price based on the management's decision.
In the production process, the company would issue costs starting from manufacturing
to producing the finished goods which were ready for sale.
The method used in this study is the interviews conducted with financial
managers, preparers of financial statements, production and sales. In addition to
interviews also by analyzing the financial lapporan related to costs of production
The results of this study indicated that Tirta Mumbul Jaya Abadi Inc. had its own
way in calculating production cost, that is, by charging electricity cost as well as
shrinkage. In addition, in calculating the production cost it was only labor cost, raw
water cost, operating cost, maintenance cost, packaging cost, and laboratory cost that
were charged too.
Keywords: base-price of production, sale price, cost accounting.
e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 )
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber kehidupan
sehari-hari yang mutlak dibutuhkan oleh
semua makhluk hidup tumbuhan, hewan,
dan manusia. Bagi manusia salah satu
fungsi air adalah untuk memenuhi
kebutuhan minum guna mempertahankan
kelangsungan hidup. Air minum yang
dibutuhkan oleh manusia tentunya adalah
air yang bersih dan bebas dari kuman,
sehingga dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan. Pentingnya air minum membuat
masyarakat semakin sadar akan kebutuhan
hal tersebut dimanapun mereka berada,
baik pada saat mereka berada dirumah,
diluar lingkungannya, maupun dalam
perjalanan. Hal ini menjadi suatu peluang
bagi para pengusaha untuk membuat
perusahaan yang dapat mengolah dan
mengemas air minum, mudah didapatkan
dimana saja dan mudah dibawa. Untuk
mewujudkan hal tersebut terciptalah Air
minum dalam kemasan (AMDK).
Seiring
dengan
pertumbuhan
penduduk
mengakibatkan
permintaan
kebutuhan AMDK pun meningkat. Kini
masyarakat sudah dapat dikatakan tidak
bisa lepas dari AMDK. Semakin tingginya
tingkat konsumsi masyrakat akan air minum
menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen
untuk membuat produk AMDK maupun
mengembangkan produk-produk AMDK
yang sudah ada. Hal ini menimbulkan
tingkat persaingan yang tinggi antar
sesama industri AMDK.
Sekarang ini industri air mineral di
Indonesia masih sangat berprospek seiring
dengan beralihnya kebiasaan masyarakat
Indonesia yang semula mengolah air
sendiri
menjadi
beralih
dengan
mengkonsumsi air minum dalam kemasan
yang dipandang lebih praktis dan sehat.
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang
sangat besar dan air minum termasuk
kebutuhan primer menjadikan industri
pengolahan air mineral sangat prospektif di
Indonesia.
Sebagai perusahaan industri tentunya
perhitungan harga pokok produksi menjadi
sangat penting. Perhitungan harga pokok
produksi selain digunakan sebagai dasar
penentuan tingkat laba, penilaian efisiensi
usaha, juga pengalokasian harga pokok
produksi yang tepat akan membantu
perusahaan dalam menetapkan harga
pokok
penjualan
yang
tepat
pula.
Perhitungan harga pokok produksi yang
tepat akan menyebabkan penentuan harga
jual suatu produk dapat diketahui dan
ditentukan
dengan
tepat
sehingga
perusahaan dapat mengetahui dengan jelas
laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
Sedangkan
penentuan
harga
pokok
produksi
yang
tidak
tepat
akan
menyebabkan penentuan harga jual produk
yang
tidak
tepat.
Hal
ini
akan
mengakibatkan perhitungan harga jual yang
terlalu tinggi ataupun harga jual yang terlalu
rendah dari harga pokok produksi.
Tujuan utama perusahaan pada
umumnya adalah untuk memperoleh laba
yang
optimal.
Hal
ini
tidaklah
mengherankan karena dengan laba suatu
perusahaan
dapat
mempertahankan
hidupnya dan memperluas usahanya.
Selain itu keberhasilan suatu perusahaan
sering kali dinilai dari tingkat laba yang
dihasilkan. Untuk menghasilkan laba, suatu
perusahaan dapat melakukan dua cara.
Cara pertama dengan menaikan harga jual.
Tindakan ini memang dapat meningkatkan
laba, namun dalam kondisi persaingan
yang semakin ketat ini,perusahaan tidak
mudah untuk menaikan harga jual karena
dapat menyebabkan konsumen lari ke
produk pesaing yang memiliki harga yang
lebih murah dengan kualitas produk yang
sama. Cara kedua adalah dengan menekan
biaya produksi secara efisien dan
mengendalikan komponen biaya-biayanya
sehingga biaya produksi yang dikeluarkan
dapat ditekan seminimal mungkin. Biaya
produksi yang tidak terkendali akan
menyebabkan harga pokok terlalu tinggi,
yang selanjutnya akan menurunkan daya
saing
produk
dan
akhirnya
dapat
menurunkan laba. Untuk itu biaya produksi
harus dicatat dengan baik dan dihitung
dengan
benar
sehingga
dapat
menghasilkan harga pokok produk yang
tepat. Dengan demikian perusahaan dapat
menetapkan harga jual yang kompetitif,
yang dapat mengoptimalkan laba sekaligus
memenuhi tuntutan konsumen.
Salah
satu
perusahaan
yang
bergerak
dalam
bidang
AMDK
di
Kabupaten Buleleng, Bali adalah PT. Tirta
e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 )
Mumbul
Jaya
Abadi,
merupakan
perusahaan
baru
yang
saat
ini
mengeluarkan Merek dagang Yeh Buleleng.
Bukan suatu hal yang mudah bagi PT. Tirta
Mumbul Jaya Abadi untuk dapat bersaing
dan merebut pangsa pasar perusahaanperusahaan yang telah terlebih dahulu
bergerak di industri ini, sehingga akan
mempengaruhi PT. Tirta Mumbul Jaya
Abadi dalam menentukan strategi-strategi
bersaing untuk dapat bertahan dan
mengembangkan usahanya dalam segala
hal, seperti melakukan perhitungan harga
pokok produksi yang tepat yang nantinya
akan mempengaruhi harga jual dari produk
air minum itu sendiri. Merek Yeh Buleleng
dikelola oleh PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi
yang dipasarkan secara langsung ke
konsumen dan juga agen.
Banyaknya persaingan yang terjadi
di dalam industri AMDK sekarang ini maka
PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi selalu
menjaga kualitas dari AMDK agar
diharapkan pada tahun-tahun mendatang
PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi dapat
bersaing dengan para produsen AMDK
besar lainnya. Oleh sebab itu, PT. Tirta
Mumbul Jaya Abadi harus mengadakan
perbaikan dan mengevaluasi ulang strategi
yang
selama
ini
digunakan
untuk
disesuaikan dengan kondisi yang selalu
berubah.
Selama ini PT Tirta Mumbul Jaya
Abadi memproduksi air minum dalam
kemasan Merk Yeh Buleleng dengan
berbagai ukuran seperti dalam gelas plastik
240 ml air, dalam botol ada 600 ml dan
1.500 ml, dalam galon 19 Liter air. Dengan
harga jual untuk kemasan gelas plastik 240
ml harganya Rp17.000/Dos dengan isi 48
gelas, kemasan botol untuk kemasan botol
untuk 600 ml harga Rp 26.000/Dos dengan
isi 24 botol,serta kemasan botol untuk 1500
ml harga Rp 27.500/dos dengan isi 12,
sedangkan dalam kemasan galon 19 liter
air dijual dengan harga Rp 35.000/Galon,
tetapi bagi pelanggan yang sudah
berlangganan hanya mengisi ulang air
dengan harga Rp 8.000/Galon. Sedangkan
harga jual air minum dalam kemasan Merk
lain contoh Merk Aqua untuk kemasan
gelas ukuran 240 ml dijual dengan harga
Rp 28.000/dos dengan isi 48 gelas,
sedangkan untuk kemasan botol ukuran
600 ml harganya Rp 37.800/dos dengan
isian 24 botol,dan untuk 1500 ml dijual
dengan harga Rp 38.000/dos dengan isi
12,dan untuk galon merk aqua dijual
dengan harga Rp 70.000/galon dengan
harga isi ulangnya Rp 17.000. Tetapi
dengan harga jual yang jauh berbeda
dengan para pesaing tersebut perusahaan
harus menghitung dan meninjau kembali
harga jual yang ditetapkan.Tujuan dari
Penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaiamanakah penentuan harga pokok
produksi yang ditetapkan oleh PT. Tirta
Mumbul Jaya Abadi dalam AMDK Merk Yeh
Buleleng. Tujuan yang kedua adalah untuk
mengetahui apakah harga pokok produksi
berpengaruh terhadap penentuan harga
jual produk di PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi.
Kajian teori dalam penelitian ini
meliputi teori akuntansi, teori akuntansi
biaya, biaya, harga pokok produksi, metode
penentuan harga pokok produksi, harga
jual.
Menurut Horngren (1997), bahwa
laba merupakan kelebihan total pendapatan
dibandingkan total bebannya. Laba disebut
juga pendapatan bersih atau net earnings.
Sedangkan menurut Hansen dan Mowen
(2001), bahwa laba atau laba bersih
merupakan laba operasi dikurangi pajak,
biaya
bunga,
biaya
riset,
dan
pengembangan. Laba bersih disajikan
dalam
laporan
rugi-laba
dengan
menyandingkan antara pendapatan dengan
biaya.
METODE
Rancangan
penelitian
ini
menggunakan metode deskriptif. Ciri dari
metode deskriptif adalah data yang
disajikan dalam bentuk deskripsi yang
berupa teksnaratif, kata-kata, ungkapan,
pendapat, gagasan yang dikumpulkan oleh
peneliti dari beberapa sumber sesuai
dengan teknik atau cara pengumpulan data.
Kemudian,data dikelompokkan berdasarkan
kebutuhan dengan pendekatan interpretatif
terhadap subjek selanjutnya dianalisis
(Denzin dan Lincoln,2009: 2).
Penelitian ini dilakukan di PT. Tirta
Mumbul Jaya Abadi yang terletak di
kabupaten singaraja, tepatnya di Jalan
Melati No 9 kelurahan Banjar Jawa.Adapun
e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 )
pemilihan lokasi Penelitian karena PT. Tirta
Mumbul
Jaya
Abadi
merupakan
perusahaan AMDK yang dapat dikatakan
tergolong perusahaan baru, perusahaan ini
pun menjual AMDK nya dengan harga yang
mudah di jangkau masyarakat jika
dibandingkan dengan perusahaan AMDK
lainnya. Oleh karena itu saya sebagai
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
di PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi.
Jenis data dalam Penelitian ini
diperlukan data sebagai bahan informasi
untuk dijadikan alat analisis, diantaranya
sebagai berikut :Data kuantitatif, yaitu data
yang dapat dihitung atau dinyatakan
dengan bentuk angka sebagai data yang
banyak dipergunakan dalam Penelitian.
Data ini dapat diperoleh dari laporan
keuangan. Data kualitatif, yaitu data yang
dinyatakan dalam bentuk kalimat atau
akurat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
dapat diketahui data produksi dan juga data
penjualan air minum dalam kemasan Merk
“Yeh Buleleng” pada PT. Tirta Mumbul Jaya
Abadi selama tahun 2015 untuk produk
gelas 250 mltr sebanyak 1.036.143 dos dan
yang terdistribusi sebanyak 1.038.412 dos
dan yang tidak terjual atau rejek sebanyak
– dos, jika dilihat pada produk gelas jumlah
produksi dan penjualan pada tahun 2015
tidak sesuai, dan untuk penjualan di tahun
2015 masih menjual hasil produksi dari
tahun 2014 oleh karena itu kenapa bisa
penjualan
melebihi
hasil
produksi.
Sedangkan untuk produk botol 600 mltr
terdistribusi sebanyak 29.594 dos dari
produksi sebanyak 33.580 dos jadi ada
produk yang tidak terjual atau reject
sebanyak 8.986 dos. Untuk botol ukuran
1500 mltr produksi selama tahun 2015
sebanyak 17.282 dos dan jumlah distribusi
sebanyak 16.503 dos dan untuk produk
yang tidak terjual atau reject sebanyak 779
dos. Dan untuk produk yang terakhir yaitu
gallon diproduksi sebanyak 204.300 galon
selama tahun 2015 dan telah terdistribusi
sebanyak 1.036 galon maka yang tidak
terjual dan reject selama setahun sebanyak
203.264 galon,dan pada tahun 2015 juga
terdapat galon bocor sebanyak 10.100 unit
uraian. Data kualitatif diperoleh dari hasil
wawancara
dan
observasi
dimana
gambaran keadaan umum PT. Tirta
Mumbul Jaya Abadi yang menjadi objek
Penelitian.
Metode pengumpulan data adalah
cara-cara yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data. Untuk mendapatkan
data yang seakurat mungkin, Penelitian ini
menggunakan beberapa metode, yaitu
metode observasi,wawancara dan studi
dokumentasi(Jogiyanto, 2010).
Teknik Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu
suatu analisis yang menggambarkan atau
menjelaskan tentang variabel atau datadata yang ada dalam penelitian ini untuk
kemudian dihitung sehingga diperoleh
informasi yang akurat.
galon. Pada tahun 2015 PT.Tirta Mumbul
Jaya Abadi menjual produknya dengan
harga yang berbeda untuk harga distributor
dan pelanggan langsung. Untuk distributor
pada produk AMDK gelas 250 mltr dijual
dengan harga Rp 16.000 sedangkan untuk
pelanggan langsung Rp 17.500. Untuk
AMDK botol 600 mltr kepada distributor dan
juga pelanggan langsung dijual seharga Rp
26.500, begitu pula dengan AMDK botol
1500 mltr untuk harga distributor dan juga
pelanggan langsung dijual seharga RP
27.500. sedangkan untuk galon kepada
distributor akan dijual seharga Rp 7.500
dan pelanggan langsung dijual kisaran Rp
8.000-9.000. Jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2914
produk yang dihasilkan pada tahun 2015
lebih sedikit karena pada tahun 2015 PT.
Tirta
Mumbul
Jaya
Abadi
tidak
memproduksi AMDK botol ukuran 330 mltr.
Dan hal ini juga mempengaruhi pendapatan
yang diterima PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi
yaitu terjadi perbedaan pendapatan pada
tahun 2014 dan 2015, tak hanya
pendapatan namun biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan juga berbeda
antara tahun 2015 dengan tahun 2014.
Walaupun
pada
tahun
2015
tidak
memproduksi AMDK botol ukuran 330 mltr
namun pendapatan yang diterima PT. Tirta
e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 )
Mumbul Jaya Abadi tidak jaug berbeda
dengan pendapatan yang diterima pada
tahun sebelumnya yaitu tahun 2014.
Pada PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi
terdapat beberapa biaya produksi yang
dikeluarkan untuk memproduksi semua
produk yang dihasilkan perusahaan selama
tahun 2015,biaya produksi tahun 2015
mencapai Rp 12.111.007.412 dan biaya
produksi ini lebih kecil daripada biaya
produksi pada tahun sebelumnya yaitu
sebesar Rp 16.439.879.148 hal ini
dikarenakan pada tahun 2015 PT.Tirta
Mumbul Jaya Abadi tidak memproduksi
AMDK botol 300 mltr alasan tidak
diproduksinya karena biaya produksi yang
dikeluarkan
lebih
banyak
daripada
permintaan pelanggan. Dari biaya produksi
tersebut termasuk biaya bahan baku atau
biaya air baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik. Untuk lebih rinci
berikut adalah penjelasannya:
Tabel 1 Biaya Produksi Tahun 2015
Keterangan
Biaya air baku
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead
Jumlah
Rp 8.460.000
Rp 1.706.550.524
Rp 10.395.996.888
Sumber: PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi
Dalam menghitung harga pokok
dapat menentukan berapa haga jual dari
produksi air kemasan Merk Yeh Buleleng,
suatu produk tersebut dan tidak salah
PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi membebankan
didalam menentukan harga jual nantinya.
biaya-biaya seperti biaya OMD yang terdiri
Hasil dari Penelitian diatas adalah bahwa
dari biaya air baku,biaya tenaga kerja,biaya
PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi menghitung
overhead pabrik,instalasi listrik, dan biaya
harga
pokok
produksinya
dengan
kemasan yang digunakan dalam produksi
memperhitungkan biaya-biaya produksi
AMDK di semua produk yang dihasilkan
seperti biaya bahan baku, biaya tenaga
perusahaan. Seperti produk gelas 250 mltr
kerja, biaya overhead pabrik, biaya bahan
yang memerlukan biaya kemasan seperti
penolong. Metode ini hampir sama dengan
gelas,lid,sedotan,dll. Serta produk botol 600
perhitungan dalam metode dalam akuntansi
dan 1500 mltr yang perlu mengeluarkan
yaitu metode full costing, karena saat
biaya
kemasan
seperi
botol,tutup
memperhitungkan harga pokok produksi
botol,label,lak ban,kardus, dll. Dan untuk
melibatkan biaya-biaya yang langsung
produk
galon
19
ltr
yang
haru
terblibat dalam proses produksi seperti
mengeluarkan biaya kemasan seperti tutup
yang telah dijelaskan yaitu: biaya bahan
galon,tisu,dll. Selain itu juga dimasukkan
baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead
biaya penyusutan pada setiap bahan
pabrik serta biaya bahan penolong. Dalam
kemasan
yang
akan
mengalami
menghitung harga pokoknya untuk Merk
penyusutan. Dalam perhitungan harga
Yeh Buleleng, PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi
pokok produksi yang termasuk ke dalam
juga
mengikutsertakan
biaya-biaya
biaya OMD tersebut adalah biaya-biaya
penyusutan selama proses produksi terjadi
yang menyangkut ke dalam proses
dan juga memperhitungkan biaya instalansi
produksi dalam pembuatan produk seperti
listrik serta PPN sebesar 10% dan juga
biaya air baku,biaya tenaga kerja, biaya
rejek sebesar 2%. Dalam perhitungan
overhead pabrik, biaya penyusutan, serta
harga pokoknya pada tahun 2015, PT. Tirta
biaya instalasi listrik. Dalam perhitungan
Mumbul Jaya Abadi untuk produksi AMDK
harga pokok produksi perusahaan akan
ukuran gelas 250 mltr untuk satu dos harga
membebankan penyusutan pada galon dan
pokoknya adalah sebesar Rp 13.999,37/
stiker. Untuk penyusutan galon adalah
dos. Dan harga pokok yang dihasilkan
sebesar 3% dan untuk penyusutan stiker
untuk produk botol 600 mltr adalah Rp
adalah sebesar 20%. Menentukan harga
21.304,41/dos. sedangkan untuk produk
pokok produksi sangatlah penting agar
botol dengan ukuran 1500 mltr menurut
e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 )
perhitungan harga pokok produksinya yaitu
Rp 20.404,44/dos. Untuk produk yang
terakhir yaitu produk gallon 19 ltr dengan
harga jual yang senilai Rp 8.000 maka
harga pokok produksinya yaitu sebesar Rp
6.902,28. Untuk lebih rinci nya berikut
adalah tabel harga pokok produksi dari
masing-masing produk
Tabel 2 Harga Pokok Produksi Tahun 2015
Jenis produk
Harga pokok produksi per Dos
PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi Tahun 2015
Gelas 250 mltr
Rp 13.999,37
Botol 600 mltr
Rp 21.304,41
Botol 1500 mltr
Rp 20.404,44
Galon 19 ltr
Rp 6.902,28
Sumber: PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi
Namun sebelum menjualnya kepada
para
konsumen
perusahaan
akan
membebankan PPN sebesar 10% dan juga
untuk rejek sebesar 2% maka harga pokok
produk
dari
barang
tersebut
akan
bertambah dari harga pokok produksi,
pertambahan yang terjadi tidak terlalu
besar. Setelah membebankan pajak 10%
dan rejek 2% maka barang akan siap untuk
dijual. Secara rinci berikut adalah tabel
harga pokok produk setelah ditambah PPN
10% dan rejek 2%:
Tabel 3 Harga Pokok Produk Setelah PPN Dan Rejek 2%
Jenis produk
Harga pokok produksi per Dos
PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi
Tahun 2015
Gelas 250 mltr
Rp 15.679,30
Botol 600 mltr
Rp 23.860,93
Botol 1500 mltr
Rp 22.852,98
Galon 19 ltr
Rp 7.730,55
Sumber: PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi
Perhitungan harga pokok produksi
laba yang maksimal dan tetap bisa
yang tepat sangat berpengaruh terhadap
menjalankan perusahaan dengan baik juga
harga jual, karena dengan mengetahui
tidak akan kehilangan para pelanggannya.
harrga pokok produksi maka perusahaan
Dengan hal ini maka bisa dikatakan bahwa
akan tepat dalam menentukan harga
PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi telah sukses
jualnya dan dengan penentuan harga jual
dalam menjalankan dua hal yaitu antara
yang tepat maka akan didapat laba yang
mendapatkan laba dengan mendapatkan
maksimal dari penjualan produk-produk
kepercayaan pelanggan. Harga pokok
perusahaan tersebut. Laba yang maksimal
produksi sangat berpengaruh terhadap
akan membuat kelangsungan perusahaan
harga jual namun menurut perusahaan
berjalan dengan baik dan didalam
harga pokok produksi bukanlah satumenentukan harga jual yang didasarkan
satunya faktor yang juga diperhitungkan
pada harga pokok produksi. PT. Tirta
perusahaan didalam menentukan harga
Mumbul Jaya Abadi telah menentukan
jual, namun ada beberapa faktor lainnya
harga jual yang sesuai dengan jangkauan
juga seperti : kompetitor , trend pasar, cara
masyarakat umum,yang artinya yaitu bias
pembayaran cash atau kredit, dan yang
dianggap murah jika dibandingkan dengan
terakhir adalah tipe karakter konsumen
AMDK Merk Aqua yang harga jualnya
dimana ada konsumen grosir,retail,dan
terlampau mahal. Dan walaupun dijual
user. Keempat hal ini juga sangat
dengan harga jual yang tidak terlalu jauh
diperhatikan
perusahaan
sebelum
dari harga pokok produksi namun PT. Tirta
penentuan harga jual. Karena contohnya
Mumbul Jaya Abadi tetap bisa memperoleh
competitor seperti dengan Merk Aqua
e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 )
dimana harga jual nya bisa dibilang sangat
jauh jika dibandingkan dengan Merk Yeh
Buleleng, dan PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi
tidak ingin harga jual mereka sama atau
diatas
Merk
Aqua
namun
berada
dibawahnya karena untuk perusahaan
AMDK yang beroperasi di Bali saja dengan
harga jual seperti itu sudah dianggap wajar
dan murah bagi perusahaan dan bisa
mendapat kepercayaan masyarakat luas.
Selain itu juga ada trend pasar, kenapa
trend pasar hal itu juga melihat bagaimana
keinginan konsumen terhadap suatu produk
apakah tersebut, jika konsumen tidak terlalu
menerima dan harga jual yang ditetapkan
tinggi makan akan membuat produk
tersebut
tidak
laku,jika
perusahaan
menurunkan harga jualnya dibandingkan
dengan harga jual AMDK Merk lain maka
akan dapat meningkatkan permintaan
perusahaan itu sendiri. Dan begitu pula
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
penetapan harga jual. Namun faktor yang
paling berpengaruh dan penting adalah
faktor harga pokok produksi, karena harga
pokok produksi telah memperhitungkan
biaya-biaya yang berkaitan langsung
dengan rposes produksi yang dilakukan
dalam memproduksi suatu produk.
Berikut adalah tabel perbandingan
harga pokok produksi dan harga jual
dengan menggunakan metode perusahaan
yang akan memperlihatkan perbandingan
diantara harga pokok produksi yang
digunakan untuk memproduksi satu dos
dengan harga jual yang ditetapkan
perusahaan berdasarkan harga pokok
produksi
dan
faktor
lainnya
yang
diperhitungkan
seperti
trend
pasar,
kompetitor, persaingan dan yang lainnya.
Tabel 4 Perbandingan Harga Pokok Produksi Dan Harga Jual
Jenis Produk Harga Pokok Produksi Harga Jual
selisih
Tahun 2015
Tahun 2015
Gelas 250 mltr Rp 13.999,37
Rp 17.000 / dos
Rp 3.000,
Botol 600 mltr Rp 21.304,41
Rp 26.500 / dos
Rp 5.195,59
Botol 1500 mltr Rp 20.404,44
Rp 27.500 / dos
Rp 7.095,56
Galon 19 ltr
Rp 6.902,28
Rp 8.000 / dos
Rp 1.097,72
Sumber: data diolah
Menurut tabel 4 diatas yang
merupakan tabel perbandingan harga
pokok produksi dan harga jual perusahaan
menurut perhitungan perusahaan maka
dapat
disimpulkan
bahwa
untuk
menghasilkan 1 (dos) produk air kemasan
250 mltr seharga Rp 17.000 harus
mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp
13.999,37/dos. Dan untuk produk air
kemasan botol 600 mltr harga pokok
produksi yang harus dikeluarkan untuk 1
dos adalah sebesar Rp 21.304,41/dos dan
perusahaan akan menjualnya sebesar Rp
26.500/dos. Dalam 1 dos produk air
kemasan botol 1500 mltr yang berisi 12
botol perusahaan PT. Tirta Mumbul Jaya
Abadi telah menentukan bahwa harga
pokok produksinya yaitu sebesar Rp
20.404,44/dos dan akan dijual sebesar Rp
27.500/dos. Untuk produk yang terakhir
yaitu air kemasan galon 19 ltr harga
pokoknya adalah Rp 6.902,28/galon
sedangkan perusahaan akan menjualnya
dengan harga Rp.8.000/galon. Namun
harga jual ini tidak hanya berdasarkan
harga pokok produksi namun perusahaan
juga akan memikirkan faktor lainnya
sebelum menetapkan harga jual yang akan
ditetapkan oleh perusahaan tersebut akan
dapat memperoleh laba yang maksimal dan
akan mendapatkan keuntungan bagi
perusahaan dan perusahaan akan dapat
menjalankan perusahaan ke depannya dan
perusahaan tidak akan mengalami kerugian
yang bisa mengganggu jalannya aktivitas
perusahaan ke depannya. Oleh karena itu
penentuan harga pokok produksi harus baik
agar tetap bisa dijadikan patokan dalam
penentuan harga jual perusahaan nantinya.
Berikut pada tabel akan dijelaskan secara
singkat bagaimana selisih antara harga
pokok produksi dengan harga jual yang
ditetapkan pada tahun 2015 berikut ini yaitu
selisih antara HPP setelah PPN dan rejek
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume x No xx Tahun xxxx)
Sedangkan untuk harga pokok
dan rejek 2% maka perbandingannya
produk setelah membebankan pajak 10%
dengan harga jual adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Perbandingan Harga Pokok Produksi Dan Harga Jual
Jenis
Produk
Harga Pokok
Produksi Tahun
2015
Gelas 250
Rp 15.679,37 /dos
ml
Botol 600
Rp 23.860,93 /dos
ml
Botol 1500
Rp 22.852,98 /dos
ml
Galon 19 l
Rp 7.730,55 /dos
Sumber: PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi
Menurut
tabel
diatas
maka
terdapat selisih yang tipis antara harga
pokok produksi setelah PPN 10% dan
rejek 2% dengan harga jual,dibandingkan
dengan harga pokok produksi sebelum
pembebanan PPN 10% dan rejek 2%.
Sedangkan jika dibandingkan dengan
tabel 4.10 juga terjadi selisih yang tidak
terlalu jauh antara harga pokok produksi
setelah pembebanan PPN dan rejek dan
sebelum pembebanan PPN dan rejek.
Selisih untuk produk gelas adalah sebesar
Rp 1.320,63 dan untuk produk kemasa
botol 600 mltr selisihnya adalah sebesar
Rp 2.639,07, sedangkan untuk botol 1500
mltr selisih dengan harga jual adalah Rp
4.647,02 serta untuk produk yang terakhir
yaitu produk galon 19 ltr terdapat selisih
sebesar Rp 269,45. Dengan selisih
tersebut
lah
perusahaan
akan
mendapatkan laba yang sesuai dengan
harapan perusahaan. Selain itu juga
setelah pembebanan PPN dan rejek maka
perusahaan akan dapat dengan baik
menentukan harga jual yang akan
ditetapkan agar harga jual nya tidak
melenceng dengan harga pokok produksi.
Jika perusahaan melenceng sedikit saja
maka laba yang akan diperoleh menjadi
tidak maksimal dan akan mengakibatkan
perusahaan tersebut merugi. Selain itu
juga perusahaan harus tetap melihat
pangsa pasar dan kompetitior dalam
penetapan harga jual agar konsumen tidak
lari
ke
produk
lain,
yang
akan
mengakibatkan penurunan pendapatan
yang akan menyebabkan kerugian di
perusahaan tersebut. Karena kerugian
akan sangat mempengaruhi jalannya
Harga Jual
Tahun 2015
Selisih
Rp 17.000 /dos
Rp 1320,63
Rp 26.500 /dos
Rp 2.639,07
Rp 27.500 /dos
Rp 4.647,02
Rp 8.000 /dos
Rp 269,45
perusahaan
kedepannya
untuk
memperoleh keuntungan yang maksimal .
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Metode yang digunakan PT. Tirta
Mumbul Jaya Abadi di dalam menentukan
harga pokok produksi untuk segala jenis
produk AMDK yang di produksi adalah
dengan menghitung biaya-biaya yang
langsung
berkaitan
dengan
proses
produksi seperti biaya bahan baku yang
terdiri dari biaya air baku, biaya tenaga
kerja yang terdiri biaya gaji & pengolahan
air, dan biaya overhead pabrik yang
diantaranya
yaitu
biaya
kemasan,
operasional, laboratorium, pemeliharaan,
serta juga memperhitungkan biaya bahan
penolong
yang
dibutuhkan
dalam
menolong memproduksi produk-produk
AMDK. Dalam menghitung harga pokok
produksi nya, PT. Tirta Mumbul Jaya
Abadi mengikutsertakan biaya penyusutan
dan juga biaya instalasi listrik yang terjadi
saat proses produksi selama tahun 2015.
Dan metode yang digunakan PT. Tirta
Mumbul Jaya Abadi ini sama dengan
metode pada akuntansi biaya yaitu
metode full costing dimana pada metode
ini juga memperhitungkan biaya-biaya
seperti biaya bahan baku,biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik. Selain
itu setelah menentukan harga pokok
produksi
sebelum
dijual
kepasaran
perusahaa akan membebankan PPN 10%
dan rejek 2%.Dalam penentuan harga
jualnya PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi juga
sangat
berpengaruh
terhadap
perhitungaan harga pokok produksi.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume x No xx Tahun xxxx)
Karena dengan menghitung harga pokok
produksi yang tepat maka perusahaan
dapat menentukan harga jual yang tepat
pula, agar produk tersebut tidak terlalu
mahal dan juga tidak terlalu murah,
dengan berpengaruhnya harga pokok
produksi terhadap penentuan hara jual
AMDK ini maka PT. Tirta Mumbul Jaya
Abadi tidak akan merugi karena sudah
bisa menghitung atau mereka-reka
keuntungan yang didapatnya jika produk
tersebut
dijual
pada
harga
yang
ditetapkan, dan jika perusahaan telah
mendapatkan laba maka itu akan
berpengaruh terhadap keberlangsungan
dari
perusahaan
itu
sendiri,dan
perusahaan akan dapat bertahan lama.
Namun selain harga pokok produksi ada
beberapa hal yang juga mempengaruhi
seperti kompetitor, trend pasar, cara
pembayaran pelanggan apakah melalui
cash atau dengan cara kredit,dan juga
melihat
dari
tipe
karakter
konsumen(retail,grosir).
SARAN
Saran yang dapat diberikan yaitu
Dengan
diketahuinya
harga
pokok
produksi dan harga jual, maka perusahaan
bisa mengetahui atau menganalisis ulang
berapa seharusnya harga jual yang sesuai
dengan
keadaan
perekonomian
masyarakat umum, dan juga perusahaan
tetap dapat meminimalisir kerugian atau
dapat
memperoleh
laba,
demi
kelangsungan usaha AMDK Merk Yeh
Buleleng. Saran yang kedua yaitu
Sebaiknya di dalam menentukan harga
pokok produksi juga memperhitungkan
biaya-biaya nonproduksi seperti biaya
penyusutan
dan
biaya
administrasi&umum. Jadi laba yang
didapatkan oleh perusahaan akan lebih
maksimal lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah. 2009.
Akuntansi Biaya.Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya,Edisi
Kelima. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta:
UPP AMP Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN.
Nafarin. 2004. Akuntansi: Pendekatan
Siklus dan Pajak untuk Perusahaan
Industri dan Dagang. Jakarta: Cetakan
Pertama. Ghalia Indonesia.
S. Munawir. 2002. Akuntansi Keuangan
dan Manajemen, Yogyakarta: Edisi
Pertama. BPTE.
Swastha,
Basu.
2007.
Azas-azas
Marketing. Edisi Revisi. Yogyakarta:
Akademi Keuangan dan Bisnis (AKB).
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Blocher, Edward J. et.al. 2007. Cost
Management.
Manajemen
Biaya
Penekanan Strategis. Jakarta: Salemba
Empat.
Horngren, Charles T., Srikant M. Datar,
dan George Foster. 2005. Akuntansi
Biaya Penekanan Manajerial. Jakarta:
PT. INDEKS Kelompok GRAMEDIA.
Mulyadi.
1999.
Akuntansi
Yogyakarta: Aditya Media
Biaya.
Slamet, Achmad. 2007. Penganggaran.
Perencanaan & Pengendalian Usaha.
Semarang: UNNES Press.
Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Akuntansi
Biaya. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Abdullah Ali. 2007. Metodelogi Penelitian
Dan Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon :
STAIN Press.
Asmadi Alsa. 2003. Pendekatan Kuantitatif
Dan Kualitatif, serta kombinasinya
dalam penelitian psikologi. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Sutrisno. 2001. Akuntansi Biaya Untuk
Manajemen (Edisi ke-2). Yogyakarta:
Ekonisia.
Nur Zahirah. 2005 Evaluasi Harga Pokok
Produksi Pada PT ABC. Tugas Akhir.
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume x No xx Tahun xxxx)
Hansen dan Mowen, 2000,Manajemen
Biaya Akuntansi dan Pengendalian,
Jakarta: Edisi Pertama, penerbit
Salemba Empat,
Rayburn. (1999). Akuntansi Biaya :
Dengan Menggunakan Pendekatan
Manajemen Biaya, Edisi Keenam,
Jakarta: Erlangga
R.A. Supriyono,
Pengumpulan
Harga Pokok,
Yogyakarta:
BPFE
2007, Akuntansi Biaya,
Biaya dan Penentuan
Buku satu, Edisi Kedua,
Cetakan
Ketigabelas,
Murti Sumarni dan John Soeprihanto,
2003,Pengantar Bisnis: Dasar-dasar
Ekonomi
Perusahaan, Edisi Kelima,
Jakarta: Cetakan Keempat, Liberty,
Carter, William K 2009, Akuntansi Biaya,
Buku 1, Edisi 14, Jakarta: Salemba
Empat.
Cecily A. Raiborn dan Michael R. Kinney 2011,
Akuntansi
Biaya:
Dasar
dan
Perkembangan. Jakarta: ,
Buku 1, Edisi 7,
Salemba Empat,
Usry, Carter 2004,
Jakarta: Edisi 13,
Salemba Empat,
Akuntansi Biaya,
Buku 1, Penerbit
Download