e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 ) ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM MENETAPKAN HARGA JUAL AIR MINUM DALAM KEMASAN PADA MERK YEH BULELENG PADA PT. TIRTA MUMBUL JAYA ABADI TAHUN 2015 1 Desak Made Dwi Agustini,1Gede Adi Yuniarta, 2Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia e-mail: {[email protected], [email protected] , [email protected]}@undiksha.ac.id ABSTRAK Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui penentuan harga pokok produksi yang digunakan dalam perusahaan dan bagaimana penentuan harga pokok produksi berpengaruh terhadap harga jual produk. Perusahaan AMDK PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi dalam menentukan harga pokok produksi dan penetapan harga jual masih belum menghitung secara teliti. Dalam menetapkan harga jual AMDK PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi juga masih belum sesuai, perusahaan menetapkan harga jual berdasarkan dengan keputusan manajemen. Dalam prosesnya produksinya perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya dari mulai pembuatan sampai menghasilkan barang jadi yang siap dijual. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah wawancara yang dilakukan dengan manajer keuangan,pembuat laporan keuangan,bagian produksi dan bagian penjualan. Selain wawancara juga dengan menganalisis lapporan keuangan yang berkaitan dengan biaya-biaya produksi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi memiliki caranya sendiri didalam menghitung harga pokok produksi yaitu dengan membebankan biaya listrik ataupun penyusutan. Selain itu juga didalam menghitung biaya produksi hanya biaya tenaga kerja, biaya air baku, biaya operasional, biaya pemeliharaan, biaya kemasan dan biaya laboratorium saja yang dibebankan. Dan sebelum menjualnya perusahaan membebankan PPN sebesar 10% dan rejek 2% Kata kunci: harga pokok produksi, harga jual, akuntansi biaya. ABSTRACT The purpose of this research is to find out how the company determines the cost of production, and how the pricing of goods manufactured affect the selling price of products.AMDK (Drinking Water Packaging) company Mumbul Tirta Jaya Abadi Inc. in determining the base cost of production and selling price was nott yet counting carefully. In determining the sale price of AMDK Mumbul Tirta Jaya Abadi Inc. was not yet appropriate, the company set the sale price based on the management's decision. In the production process, the company would issue costs starting from manufacturing to producing the finished goods which were ready for sale. The method used in this study is the interviews conducted with financial managers, preparers of financial statements, production and sales. In addition to interviews also by analyzing the financial lapporan related to costs of production The results of this study indicated that Tirta Mumbul Jaya Abadi Inc. had its own way in calculating production cost, that is, by charging electricity cost as well as shrinkage. In addition, in calculating the production cost it was only labor cost, raw water cost, operating cost, maintenance cost, packaging cost, and laboratory cost that were charged too. Keywords: base-price of production, sale price, cost accounting. e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 ) PENDAHULUAN Air merupakan sumber kehidupan sehari-hari yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup tumbuhan, hewan, dan manusia. Bagi manusia salah satu fungsi air adalah untuk memenuhi kebutuhan minum guna mempertahankan kelangsungan hidup. Air minum yang dibutuhkan oleh manusia tentunya adalah air yang bersih dan bebas dari kuman, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Pentingnya air minum membuat masyarakat semakin sadar akan kebutuhan hal tersebut dimanapun mereka berada, baik pada saat mereka berada dirumah, diluar lingkungannya, maupun dalam perjalanan. Hal ini menjadi suatu peluang bagi para pengusaha untuk membuat perusahaan yang dapat mengolah dan mengemas air minum, mudah didapatkan dimana saja dan mudah dibawa. Untuk mewujudkan hal tersebut terciptalah Air minum dalam kemasan (AMDK). Seiring dengan pertumbuhan penduduk mengakibatkan permintaan kebutuhan AMDK pun meningkat. Kini masyarakat sudah dapat dikatakan tidak bisa lepas dari AMDK. Semakin tingginya tingkat konsumsi masyrakat akan air minum menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen untuk membuat produk AMDK maupun mengembangkan produk-produk AMDK yang sudah ada. Hal ini menimbulkan tingkat persaingan yang tinggi antar sesama industri AMDK. Sekarang ini industri air mineral di Indonesia masih sangat berprospek seiring dengan beralihnya kebiasaan masyarakat Indonesia yang semula mengolah air sendiri menjadi beralih dengan mengkonsumsi air minum dalam kemasan yang dipandang lebih praktis dan sehat. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan air minum termasuk kebutuhan primer menjadikan industri pengolahan air mineral sangat prospektif di Indonesia. Sebagai perusahaan industri tentunya perhitungan harga pokok produksi menjadi sangat penting. Perhitungan harga pokok produksi selain digunakan sebagai dasar penentuan tingkat laba, penilaian efisiensi usaha, juga pengalokasian harga pokok produksi yang tepat akan membantu perusahaan dalam menetapkan harga pokok penjualan yang tepat pula. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat akan menyebabkan penentuan harga jual suatu produk dapat diketahui dan ditentukan dengan tepat sehingga perusahaan dapat mengetahui dengan jelas laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan penentuan harga pokok produksi yang tidak tepat akan menyebabkan penentuan harga jual produk yang tidak tepat. Hal ini akan mengakibatkan perhitungan harga jual yang terlalu tinggi ataupun harga jual yang terlalu rendah dari harga pokok produksi. Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba yang optimal. Hal ini tidaklah mengherankan karena dengan laba suatu perusahaan dapat mempertahankan hidupnya dan memperluas usahanya. Selain itu keberhasilan suatu perusahaan sering kali dinilai dari tingkat laba yang dihasilkan. Untuk menghasilkan laba, suatu perusahaan dapat melakukan dua cara. Cara pertama dengan menaikan harga jual. Tindakan ini memang dapat meningkatkan laba, namun dalam kondisi persaingan yang semakin ketat ini,perusahaan tidak mudah untuk menaikan harga jual karena dapat menyebabkan konsumen lari ke produk pesaing yang memiliki harga yang lebih murah dengan kualitas produk yang sama. Cara kedua adalah dengan menekan biaya produksi secara efisien dan mengendalikan komponen biaya-biayanya sehingga biaya produksi yang dikeluarkan dapat ditekan seminimal mungkin. Biaya produksi yang tidak terkendali akan menyebabkan harga pokok terlalu tinggi, yang selanjutnya akan menurunkan daya saing produk dan akhirnya dapat menurunkan laba. Untuk itu biaya produksi harus dicatat dengan baik dan dihitung dengan benar sehingga dapat menghasilkan harga pokok produk yang tepat. Dengan demikian perusahaan dapat menetapkan harga jual yang kompetitif, yang dapat mengoptimalkan laba sekaligus memenuhi tuntutan konsumen. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang AMDK di Kabupaten Buleleng, Bali adalah PT. Tirta e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 ) Mumbul Jaya Abadi, merupakan perusahaan baru yang saat ini mengeluarkan Merek dagang Yeh Buleleng. Bukan suatu hal yang mudah bagi PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi untuk dapat bersaing dan merebut pangsa pasar perusahaanperusahaan yang telah terlebih dahulu bergerak di industri ini, sehingga akan mempengaruhi PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi dalam menentukan strategi-strategi bersaing untuk dapat bertahan dan mengembangkan usahanya dalam segala hal, seperti melakukan perhitungan harga pokok produksi yang tepat yang nantinya akan mempengaruhi harga jual dari produk air minum itu sendiri. Merek Yeh Buleleng dikelola oleh PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi yang dipasarkan secara langsung ke konsumen dan juga agen. Banyaknya persaingan yang terjadi di dalam industri AMDK sekarang ini maka PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi selalu menjaga kualitas dari AMDK agar diharapkan pada tahun-tahun mendatang PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi dapat bersaing dengan para produsen AMDK besar lainnya. Oleh sebab itu, PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi harus mengadakan perbaikan dan mengevaluasi ulang strategi yang selama ini digunakan untuk disesuaikan dengan kondisi yang selalu berubah. Selama ini PT Tirta Mumbul Jaya Abadi memproduksi air minum dalam kemasan Merk Yeh Buleleng dengan berbagai ukuran seperti dalam gelas plastik 240 ml air, dalam botol ada 600 ml dan 1.500 ml, dalam galon 19 Liter air. Dengan harga jual untuk kemasan gelas plastik 240 ml harganya Rp17.000/Dos dengan isi 48 gelas, kemasan botol untuk kemasan botol untuk 600 ml harga Rp 26.000/Dos dengan isi 24 botol,serta kemasan botol untuk 1500 ml harga Rp 27.500/dos dengan isi 12, sedangkan dalam kemasan galon 19 liter air dijual dengan harga Rp 35.000/Galon, tetapi bagi pelanggan yang sudah berlangganan hanya mengisi ulang air dengan harga Rp 8.000/Galon. Sedangkan harga jual air minum dalam kemasan Merk lain contoh Merk Aqua untuk kemasan gelas ukuran 240 ml dijual dengan harga Rp 28.000/dos dengan isi 48 gelas, sedangkan untuk kemasan botol ukuran 600 ml harganya Rp 37.800/dos dengan isian 24 botol,dan untuk 1500 ml dijual dengan harga Rp 38.000/dos dengan isi 12,dan untuk galon merk aqua dijual dengan harga Rp 70.000/galon dengan harga isi ulangnya Rp 17.000. Tetapi dengan harga jual yang jauh berbeda dengan para pesaing tersebut perusahaan harus menghitung dan meninjau kembali harga jual yang ditetapkan.Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaiamanakah penentuan harga pokok produksi yang ditetapkan oleh PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi dalam AMDK Merk Yeh Buleleng. Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui apakah harga pokok produksi berpengaruh terhadap penentuan harga jual produk di PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi. Kajian teori dalam penelitian ini meliputi teori akuntansi, teori akuntansi biaya, biaya, harga pokok produksi, metode penentuan harga pokok produksi, harga jual. Menurut Horngren (1997), bahwa laba merupakan kelebihan total pendapatan dibandingkan total bebannya. Laba disebut juga pendapatan bersih atau net earnings. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2001), bahwa laba atau laba bersih merupakan laba operasi dikurangi pajak, biaya bunga, biaya riset, dan pengembangan. Laba bersih disajikan dalam laporan rugi-laba dengan menyandingkan antara pendapatan dengan biaya. METODE Rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Ciri dari metode deskriptif adalah data yang disajikan dalam bentuk deskripsi yang berupa teksnaratif, kata-kata, ungkapan, pendapat, gagasan yang dikumpulkan oleh peneliti dari beberapa sumber sesuai dengan teknik atau cara pengumpulan data. Kemudian,data dikelompokkan berdasarkan kebutuhan dengan pendekatan interpretatif terhadap subjek selanjutnya dianalisis (Denzin dan Lincoln,2009: 2). Penelitian ini dilakukan di PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi yang terletak di kabupaten singaraja, tepatnya di Jalan Melati No 9 kelurahan Banjar Jawa.Adapun e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 ) pemilihan lokasi Penelitian karena PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi merupakan perusahaan AMDK yang dapat dikatakan tergolong perusahaan baru, perusahaan ini pun menjual AMDK nya dengan harga yang mudah di jangkau masyarakat jika dibandingkan dengan perusahaan AMDK lainnya. Oleh karena itu saya sebagai peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi. Jenis data dalam Penelitian ini diperlukan data sebagai bahan informasi untuk dijadikan alat analisis, diantaranya sebagai berikut :Data kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau dinyatakan dengan bentuk angka sebagai data yang banyak dipergunakan dalam Penelitian. Data ini dapat diperoleh dari laporan keuangan. Data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau akurat. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui data produksi dan juga data penjualan air minum dalam kemasan Merk “Yeh Buleleng” pada PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi selama tahun 2015 untuk produk gelas 250 mltr sebanyak 1.036.143 dos dan yang terdistribusi sebanyak 1.038.412 dos dan yang tidak terjual atau rejek sebanyak – dos, jika dilihat pada produk gelas jumlah produksi dan penjualan pada tahun 2015 tidak sesuai, dan untuk penjualan di tahun 2015 masih menjual hasil produksi dari tahun 2014 oleh karena itu kenapa bisa penjualan melebihi hasil produksi. Sedangkan untuk produk botol 600 mltr terdistribusi sebanyak 29.594 dos dari produksi sebanyak 33.580 dos jadi ada produk yang tidak terjual atau reject sebanyak 8.986 dos. Untuk botol ukuran 1500 mltr produksi selama tahun 2015 sebanyak 17.282 dos dan jumlah distribusi sebanyak 16.503 dos dan untuk produk yang tidak terjual atau reject sebanyak 779 dos. Dan untuk produk yang terakhir yaitu gallon diproduksi sebanyak 204.300 galon selama tahun 2015 dan telah terdistribusi sebanyak 1.036 galon maka yang tidak terjual dan reject selama setahun sebanyak 203.264 galon,dan pada tahun 2015 juga terdapat galon bocor sebanyak 10.100 unit uraian. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dimana gambaran keadaan umum PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi yang menjadi objek Penelitian. Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Untuk mendapatkan data yang seakurat mungkin, Penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu metode observasi,wawancara dan studi dokumentasi(Jogiyanto, 2010). Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu suatu analisis yang menggambarkan atau menjelaskan tentang variabel atau datadata yang ada dalam penelitian ini untuk kemudian dihitung sehingga diperoleh informasi yang akurat. galon. Pada tahun 2015 PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi menjual produknya dengan harga yang berbeda untuk harga distributor dan pelanggan langsung. Untuk distributor pada produk AMDK gelas 250 mltr dijual dengan harga Rp 16.000 sedangkan untuk pelanggan langsung Rp 17.500. Untuk AMDK botol 600 mltr kepada distributor dan juga pelanggan langsung dijual seharga Rp 26.500, begitu pula dengan AMDK botol 1500 mltr untuk harga distributor dan juga pelanggan langsung dijual seharga RP 27.500. sedangkan untuk galon kepada distributor akan dijual seharga Rp 7.500 dan pelanggan langsung dijual kisaran Rp 8.000-9.000. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2914 produk yang dihasilkan pada tahun 2015 lebih sedikit karena pada tahun 2015 PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi tidak memproduksi AMDK botol ukuran 330 mltr. Dan hal ini juga mempengaruhi pendapatan yang diterima PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi yaitu terjadi perbedaan pendapatan pada tahun 2014 dan 2015, tak hanya pendapatan namun biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan juga berbeda antara tahun 2015 dengan tahun 2014. Walaupun pada tahun 2015 tidak memproduksi AMDK botol ukuran 330 mltr namun pendapatan yang diterima PT. Tirta e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 ) Mumbul Jaya Abadi tidak jaug berbeda dengan pendapatan yang diterima pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2014. Pada PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi terdapat beberapa biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi semua produk yang dihasilkan perusahaan selama tahun 2015,biaya produksi tahun 2015 mencapai Rp 12.111.007.412 dan biaya produksi ini lebih kecil daripada biaya produksi pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 16.439.879.148 hal ini dikarenakan pada tahun 2015 PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi tidak memproduksi AMDK botol 300 mltr alasan tidak diproduksinya karena biaya produksi yang dikeluarkan lebih banyak daripada permintaan pelanggan. Dari biaya produksi tersebut termasuk biaya bahan baku atau biaya air baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Untuk lebih rinci berikut adalah penjelasannya: Tabel 1 Biaya Produksi Tahun 2015 Keterangan Biaya air baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead Jumlah Rp 8.460.000 Rp 1.706.550.524 Rp 10.395.996.888 Sumber: PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi Dalam menghitung harga pokok dapat menentukan berapa haga jual dari produksi air kemasan Merk Yeh Buleleng, suatu produk tersebut dan tidak salah PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi membebankan didalam menentukan harga jual nantinya. biaya-biaya seperti biaya OMD yang terdiri Hasil dari Penelitian diatas adalah bahwa dari biaya air baku,biaya tenaga kerja,biaya PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi menghitung overhead pabrik,instalasi listrik, dan biaya harga pokok produksinya dengan kemasan yang digunakan dalam produksi memperhitungkan biaya-biaya produksi AMDK di semua produk yang dihasilkan seperti biaya bahan baku, biaya tenaga perusahaan. Seperti produk gelas 250 mltr kerja, biaya overhead pabrik, biaya bahan yang memerlukan biaya kemasan seperti penolong. Metode ini hampir sama dengan gelas,lid,sedotan,dll. Serta produk botol 600 perhitungan dalam metode dalam akuntansi dan 1500 mltr yang perlu mengeluarkan yaitu metode full costing, karena saat biaya kemasan seperi botol,tutup memperhitungkan harga pokok produksi botol,label,lak ban,kardus, dll. Dan untuk melibatkan biaya-biaya yang langsung produk galon 19 ltr yang haru terblibat dalam proses produksi seperti mengeluarkan biaya kemasan seperti tutup yang telah dijelaskan yaitu: biaya bahan galon,tisu,dll. Selain itu juga dimasukkan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead biaya penyusutan pada setiap bahan pabrik serta biaya bahan penolong. Dalam kemasan yang akan mengalami menghitung harga pokoknya untuk Merk penyusutan. Dalam perhitungan harga Yeh Buleleng, PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi pokok produksi yang termasuk ke dalam juga mengikutsertakan biaya-biaya biaya OMD tersebut adalah biaya-biaya penyusutan selama proses produksi terjadi yang menyangkut ke dalam proses dan juga memperhitungkan biaya instalansi produksi dalam pembuatan produk seperti listrik serta PPN sebesar 10% dan juga biaya air baku,biaya tenaga kerja, biaya rejek sebesar 2%. Dalam perhitungan overhead pabrik, biaya penyusutan, serta harga pokoknya pada tahun 2015, PT. Tirta biaya instalasi listrik. Dalam perhitungan Mumbul Jaya Abadi untuk produksi AMDK harga pokok produksi perusahaan akan ukuran gelas 250 mltr untuk satu dos harga membebankan penyusutan pada galon dan pokoknya adalah sebesar Rp 13.999,37/ stiker. Untuk penyusutan galon adalah dos. Dan harga pokok yang dihasilkan sebesar 3% dan untuk penyusutan stiker untuk produk botol 600 mltr adalah Rp adalah sebesar 20%. Menentukan harga 21.304,41/dos. sedangkan untuk produk pokok produksi sangatlah penting agar botol dengan ukuran 1500 mltr menurut e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 ) perhitungan harga pokok produksinya yaitu Rp 20.404,44/dos. Untuk produk yang terakhir yaitu produk gallon 19 ltr dengan harga jual yang senilai Rp 8.000 maka harga pokok produksinya yaitu sebesar Rp 6.902,28. Untuk lebih rinci nya berikut adalah tabel harga pokok produksi dari masing-masing produk Tabel 2 Harga Pokok Produksi Tahun 2015 Jenis produk Harga pokok produksi per Dos PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi Tahun 2015 Gelas 250 mltr Rp 13.999,37 Botol 600 mltr Rp 21.304,41 Botol 1500 mltr Rp 20.404,44 Galon 19 ltr Rp 6.902,28 Sumber: PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi Namun sebelum menjualnya kepada para konsumen perusahaan akan membebankan PPN sebesar 10% dan juga untuk rejek sebesar 2% maka harga pokok produk dari barang tersebut akan bertambah dari harga pokok produksi, pertambahan yang terjadi tidak terlalu besar. Setelah membebankan pajak 10% dan rejek 2% maka barang akan siap untuk dijual. Secara rinci berikut adalah tabel harga pokok produk setelah ditambah PPN 10% dan rejek 2%: Tabel 3 Harga Pokok Produk Setelah PPN Dan Rejek 2% Jenis produk Harga pokok produksi per Dos PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi Tahun 2015 Gelas 250 mltr Rp 15.679,30 Botol 600 mltr Rp 23.860,93 Botol 1500 mltr Rp 22.852,98 Galon 19 ltr Rp 7.730,55 Sumber: PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi Perhitungan harga pokok produksi laba yang maksimal dan tetap bisa yang tepat sangat berpengaruh terhadap menjalankan perusahaan dengan baik juga harga jual, karena dengan mengetahui tidak akan kehilangan para pelanggannya. harrga pokok produksi maka perusahaan Dengan hal ini maka bisa dikatakan bahwa akan tepat dalam menentukan harga PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi telah sukses jualnya dan dengan penentuan harga jual dalam menjalankan dua hal yaitu antara yang tepat maka akan didapat laba yang mendapatkan laba dengan mendapatkan maksimal dari penjualan produk-produk kepercayaan pelanggan. Harga pokok perusahaan tersebut. Laba yang maksimal produksi sangat berpengaruh terhadap akan membuat kelangsungan perusahaan harga jual namun menurut perusahaan berjalan dengan baik dan didalam harga pokok produksi bukanlah satumenentukan harga jual yang didasarkan satunya faktor yang juga diperhitungkan pada harga pokok produksi. PT. Tirta perusahaan didalam menentukan harga Mumbul Jaya Abadi telah menentukan jual, namun ada beberapa faktor lainnya harga jual yang sesuai dengan jangkauan juga seperti : kompetitor , trend pasar, cara masyarakat umum,yang artinya yaitu bias pembayaran cash atau kredit, dan yang dianggap murah jika dibandingkan dengan terakhir adalah tipe karakter konsumen AMDK Merk Aqua yang harga jualnya dimana ada konsumen grosir,retail,dan terlampau mahal. Dan walaupun dijual user. Keempat hal ini juga sangat dengan harga jual yang tidak terlalu jauh diperhatikan perusahaan sebelum dari harga pokok produksi namun PT. Tirta penentuan harga jual. Karena contohnya Mumbul Jaya Abadi tetap bisa memperoleh competitor seperti dengan Merk Aqua e-Journal S1 AKUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017 ) dimana harga jual nya bisa dibilang sangat jauh jika dibandingkan dengan Merk Yeh Buleleng, dan PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi tidak ingin harga jual mereka sama atau diatas Merk Aqua namun berada dibawahnya karena untuk perusahaan AMDK yang beroperasi di Bali saja dengan harga jual seperti itu sudah dianggap wajar dan murah bagi perusahaan dan bisa mendapat kepercayaan masyarakat luas. Selain itu juga ada trend pasar, kenapa trend pasar hal itu juga melihat bagaimana keinginan konsumen terhadap suatu produk apakah tersebut, jika konsumen tidak terlalu menerima dan harga jual yang ditetapkan tinggi makan akan membuat produk tersebut tidak laku,jika perusahaan menurunkan harga jualnya dibandingkan dengan harga jual AMDK Merk lain maka akan dapat meningkatkan permintaan perusahaan itu sendiri. Dan begitu pula dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga jual. Namun faktor yang paling berpengaruh dan penting adalah faktor harga pokok produksi, karena harga pokok produksi telah memperhitungkan biaya-biaya yang berkaitan langsung dengan rposes produksi yang dilakukan dalam memproduksi suatu produk. Berikut adalah tabel perbandingan harga pokok produksi dan harga jual dengan menggunakan metode perusahaan yang akan memperlihatkan perbandingan diantara harga pokok produksi yang digunakan untuk memproduksi satu dos dengan harga jual yang ditetapkan perusahaan berdasarkan harga pokok produksi dan faktor lainnya yang diperhitungkan seperti trend pasar, kompetitor, persaingan dan yang lainnya. Tabel 4 Perbandingan Harga Pokok Produksi Dan Harga Jual Jenis Produk Harga Pokok Produksi Harga Jual selisih Tahun 2015 Tahun 2015 Gelas 250 mltr Rp 13.999,37 Rp 17.000 / dos Rp 3.000, Botol 600 mltr Rp 21.304,41 Rp 26.500 / dos Rp 5.195,59 Botol 1500 mltr Rp 20.404,44 Rp 27.500 / dos Rp 7.095,56 Galon 19 ltr Rp 6.902,28 Rp 8.000 / dos Rp 1.097,72 Sumber: data diolah Menurut tabel 4 diatas yang merupakan tabel perbandingan harga pokok produksi dan harga jual perusahaan menurut perhitungan perusahaan maka dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan 1 (dos) produk air kemasan 250 mltr seharga Rp 17.000 harus mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp 13.999,37/dos. Dan untuk produk air kemasan botol 600 mltr harga pokok produksi yang harus dikeluarkan untuk 1 dos adalah sebesar Rp 21.304,41/dos dan perusahaan akan menjualnya sebesar Rp 26.500/dos. Dalam 1 dos produk air kemasan botol 1500 mltr yang berisi 12 botol perusahaan PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi telah menentukan bahwa harga pokok produksinya yaitu sebesar Rp 20.404,44/dos dan akan dijual sebesar Rp 27.500/dos. Untuk produk yang terakhir yaitu air kemasan galon 19 ltr harga pokoknya adalah Rp 6.902,28/galon sedangkan perusahaan akan menjualnya dengan harga Rp.8.000/galon. Namun harga jual ini tidak hanya berdasarkan harga pokok produksi namun perusahaan juga akan memikirkan faktor lainnya sebelum menetapkan harga jual yang akan ditetapkan oleh perusahaan tersebut akan dapat memperoleh laba yang maksimal dan akan mendapatkan keuntungan bagi perusahaan dan perusahaan akan dapat menjalankan perusahaan ke depannya dan perusahaan tidak akan mengalami kerugian yang bisa mengganggu jalannya aktivitas perusahaan ke depannya. Oleh karena itu penentuan harga pokok produksi harus baik agar tetap bisa dijadikan patokan dalam penentuan harga jual perusahaan nantinya. Berikut pada tabel akan dijelaskan secara singkat bagaimana selisih antara harga pokok produksi dengan harga jual yang ditetapkan pada tahun 2015 berikut ini yaitu selisih antara HPP setelah PPN dan rejek e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume x No xx Tahun xxxx) Sedangkan untuk harga pokok dan rejek 2% maka perbandingannya produk setelah membebankan pajak 10% dengan harga jual adalah sebagai berikut: Tabel 5 Perbandingan Harga Pokok Produksi Dan Harga Jual Jenis Produk Harga Pokok Produksi Tahun 2015 Gelas 250 Rp 15.679,37 /dos ml Botol 600 Rp 23.860,93 /dos ml Botol 1500 Rp 22.852,98 /dos ml Galon 19 l Rp 7.730,55 /dos Sumber: PT.Tirta Mumbul Jaya Abadi Menurut tabel diatas maka terdapat selisih yang tipis antara harga pokok produksi setelah PPN 10% dan rejek 2% dengan harga jual,dibandingkan dengan harga pokok produksi sebelum pembebanan PPN 10% dan rejek 2%. Sedangkan jika dibandingkan dengan tabel 4.10 juga terjadi selisih yang tidak terlalu jauh antara harga pokok produksi setelah pembebanan PPN dan rejek dan sebelum pembebanan PPN dan rejek. Selisih untuk produk gelas adalah sebesar Rp 1.320,63 dan untuk produk kemasa botol 600 mltr selisihnya adalah sebesar Rp 2.639,07, sedangkan untuk botol 1500 mltr selisih dengan harga jual adalah Rp 4.647,02 serta untuk produk yang terakhir yaitu produk galon 19 ltr terdapat selisih sebesar Rp 269,45. Dengan selisih tersebut lah perusahaan akan mendapatkan laba yang sesuai dengan harapan perusahaan. Selain itu juga setelah pembebanan PPN dan rejek maka perusahaan akan dapat dengan baik menentukan harga jual yang akan ditetapkan agar harga jual nya tidak melenceng dengan harga pokok produksi. Jika perusahaan melenceng sedikit saja maka laba yang akan diperoleh menjadi tidak maksimal dan akan mengakibatkan perusahaan tersebut merugi. Selain itu juga perusahaan harus tetap melihat pangsa pasar dan kompetitior dalam penetapan harga jual agar konsumen tidak lari ke produk lain, yang akan mengakibatkan penurunan pendapatan yang akan menyebabkan kerugian di perusahaan tersebut. Karena kerugian akan sangat mempengaruhi jalannya Harga Jual Tahun 2015 Selisih Rp 17.000 /dos Rp 1320,63 Rp 26.500 /dos Rp 2.639,07 Rp 27.500 /dos Rp 4.647,02 Rp 8.000 /dos Rp 269,45 perusahaan kedepannya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal . SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Metode yang digunakan PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi di dalam menentukan harga pokok produksi untuk segala jenis produk AMDK yang di produksi adalah dengan menghitung biaya-biaya yang langsung berkaitan dengan proses produksi seperti biaya bahan baku yang terdiri dari biaya air baku, biaya tenaga kerja yang terdiri biaya gaji & pengolahan air, dan biaya overhead pabrik yang diantaranya yaitu biaya kemasan, operasional, laboratorium, pemeliharaan, serta juga memperhitungkan biaya bahan penolong yang dibutuhkan dalam menolong memproduksi produk-produk AMDK. Dalam menghitung harga pokok produksi nya, PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi mengikutsertakan biaya penyusutan dan juga biaya instalasi listrik yang terjadi saat proses produksi selama tahun 2015. Dan metode yang digunakan PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi ini sama dengan metode pada akuntansi biaya yaitu metode full costing dimana pada metode ini juga memperhitungkan biaya-biaya seperti biaya bahan baku,biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Selain itu setelah menentukan harga pokok produksi sebelum dijual kepasaran perusahaa akan membebankan PPN 10% dan rejek 2%.Dalam penentuan harga jualnya PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi juga sangat berpengaruh terhadap perhitungaan harga pokok produksi. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume x No xx Tahun xxxx) Karena dengan menghitung harga pokok produksi yang tepat maka perusahaan dapat menentukan harga jual yang tepat pula, agar produk tersebut tidak terlalu mahal dan juga tidak terlalu murah, dengan berpengaruhnya harga pokok produksi terhadap penentuan hara jual AMDK ini maka PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi tidak akan merugi karena sudah bisa menghitung atau mereka-reka keuntungan yang didapatnya jika produk tersebut dijual pada harga yang ditetapkan, dan jika perusahaan telah mendapatkan laba maka itu akan berpengaruh terhadap keberlangsungan dari perusahaan itu sendiri,dan perusahaan akan dapat bertahan lama. Namun selain harga pokok produksi ada beberapa hal yang juga mempengaruhi seperti kompetitor, trend pasar, cara pembayaran pelanggan apakah melalui cash atau dengan cara kredit,dan juga melihat dari tipe karakter konsumen(retail,grosir). SARAN Saran yang dapat diberikan yaitu Dengan diketahuinya harga pokok produksi dan harga jual, maka perusahaan bisa mengetahui atau menganalisis ulang berapa seharusnya harga jual yang sesuai dengan keadaan perekonomian masyarakat umum, dan juga perusahaan tetap dapat meminimalisir kerugian atau dapat memperoleh laba, demi kelangsungan usaha AMDK Merk Yeh Buleleng. Saran yang kedua yaitu Sebaiknya di dalam menentukan harga pokok produksi juga memperhitungkan biaya-biaya nonproduksi seperti biaya penyusutan dan biaya administrasi&umum. Jadi laba yang didapatkan oleh perusahaan akan lebih maksimal lagi. DAFTAR PUSTAKA Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya.Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya,Edisi Kelima. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: UPP AMP Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Nafarin. 2004. Akuntansi: Pendekatan Siklus dan Pajak untuk Perusahaan Industri dan Dagang. Jakarta: Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. S. Munawir. 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Yogyakarta: Edisi Pertama. BPTE. Swastha, Basu. 2007. Azas-azas Marketing. Edisi Revisi. Yogyakarta: Akademi Keuangan dan Bisnis (AKB). Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Blocher, Edward J. et.al. 2007. Cost Management. Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Jakarta: Salemba Empat. Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, dan George Foster. 2005. Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial. Jakarta: PT. INDEKS Kelompok GRAMEDIA. Mulyadi. 1999. Akuntansi Yogyakarta: Aditya Media Biaya. Slamet, Achmad. 2007. Penganggaran. Perencanaan & Pengendalian Usaha. Semarang: UNNES Press. Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA. Abdullah Ali. 2007. Metodelogi Penelitian Dan Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon : STAIN Press. Asmadi Alsa. 2003. Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif, serta kombinasinya dalam penelitian psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sutrisno. 2001. Akuntansi Biaya Untuk Manajemen (Edisi ke-2). Yogyakarta: Ekonisia. Nur Zahirah. 2005 Evaluasi Harga Pokok Produksi Pada PT ABC. Tugas Akhir. Politeknik Negeri Ujung Pandang. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume x No xx Tahun xxxx) Hansen dan Mowen, 2000,Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalian, Jakarta: Edisi Pertama, penerbit Salemba Empat, Rayburn. (1999). Akuntansi Biaya : Dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya, Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga R.A. Supriyono, Pengumpulan Harga Pokok, Yogyakarta: BPFE 2007, Akuntansi Biaya, Biaya dan Penentuan Buku satu, Edisi Kedua, Cetakan Ketigabelas, Murti Sumarni dan John Soeprihanto, 2003,Pengantar Bisnis: Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan, Edisi Kelima, Jakarta: Cetakan Keempat, Liberty, Carter, William K 2009, Akuntansi Biaya, Buku 1, Edisi 14, Jakarta: Salemba Empat. Cecily A. Raiborn dan Michael R. Kinney 2011, Akuntansi Biaya: Dasar dan Perkembangan. Jakarta: , Buku 1, Edisi 7, Salemba Empat, Usry, Carter 2004, Jakarta: Edisi 13, Salemba Empat, Akuntansi Biaya, Buku 1, Penerbit