Uploaded by ismanmaulia03

03 Kode etik & disiplin profesi apoteker, Hubungan antar profesi (1)

advertisement
PS Farmasi – FMIPAISTN
Peraturan Perundangundangan & Etika Kesehatan
Fauzi Kasim
Pokok Bahasan III
Kode etik & disiplin profesi
apoteker, Hubungan antar profesi
Minggu Ketiga
TOPIK HARI INI
1. PENGANTAR NORMA HUKUM &
ETIK
2. ETIKA, DISIPLIN & HUKUM SBG
STANDAR PROFESI
3. PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER
INDONESIA
4. KODE ETIK APOTEKER
INDONESIA
DIULANGI….
NORMA: HUKUM & ETIK(1)
1. Norma / Kaidah Sosial: Pedoman, patokan atau ukuran untuk
berperilaku atau bersikap ( yang seharusnya dilakukan atau
yang seyogyanya tidak dilakukan; yg dilarang utk dilakukan
atau dianjurkan utk dijalankan) dalam masyarakat agar tidak
merugikan orang lain dan dirinya sendiri
2. Kaidah hukum dapat dibedakan dari kaidah kepercayaan,
kaidah kesusilaan, dan sopan santun, tetapi tidak dapat
dipisahkan.
3. Isi kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia, tidak
seorangpun dapat dihukum karena apa yang dipikirkan atau
yang dibatinnya.
4. Peristiwa hukum adalah peristiwa yang relevan bagi hukum,
perisiwa yang oleh hukum dihubungkan dengan akibat hukum
atau peristiwa yang oleh hukum dihubungkan dengan timbul
atau lenyapnya hak dan kewajiban.
DIULANGI….
NORMA: HUKUM & ETIK(2)
5. Hukum mengatur, mengusahakan ketertiban dan membatasi
ruang gerak individu. Rule of law, berarti pengaturan oleh
hukum, jadi yang mengatur adalah hukum. Supremasi hukum
adalah hukum yang berkuasa atau yang memerintahkan.
6. Ada lima asas hukum yang berlaku; asas kepribadian, asas
persekutuan, asas kesamaan, asas kewibawaan, dan asas
pemisahan antara baik dan buruk.
7. Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaidah mempunyai isi
yang bersifat umum ( berlaku bagi setiap orang)dan normatif
(menentukan apa yang sebaiknya dilakukan, apa yang tidak boleh
dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana
caranya melakukan kepatuhan pada kaidah-kaidah)
8. Etik adalah usaha atau pandangan hidup dan pedoman tentang
bagaimana seyogyanya berperilaku; memberi petunjuk mana
yang baik atau buruk; memberi penilaian atau kualifikasi
terhadap perbuatan seseorang
NORMA
OTONOMI + HETERONOMI
NILAI PRAKTIS TERAPAN ILMU/KIAT
ETIKA OPTIMAL
KETERLIBATAN PIHAK LUAR
DISIPLIN
ETIKA
OTONOMI
NILAI LUHUR
(IDEAL)
SEPIHAK
HUKUM
HETEROTONOMI
NILAI PASTI/BERLAKU
ETIKA MINIMAL
NORMA
DISIPLIN :
OTONOMI + HETERONOMI
NILAI PRAKTIS TERAPAN ILMU/KIAT
ETIKA OPTIMAL
KETERLIBATAN PIHAK LUAR
ETIKA :
OTONOMI
NILAI LUHUR
(IDEAL)
SEPIHAK
HUKUM :
HETEROTONOMI
NILAI PASTI/BERLAKU
ETIKA MINIMAL
OLEH NEGARA
Komponen Standar Profesi
Etika
Disiplin
Hukum
Kesehatan
Kompetensi
Komunikasi
Norma etika
profesi luhur
(altruism,
l’esprit de
corpse)
Batas usia
maksimal
SYSTEM-BASED
PRACTICE
Sikap akuntabel
& hormati HAM
pasien :
Informed
consent, empati,
dll
STR/SIP/SIK
individual,
melekat ,
kemampuan
rata2
Norma sopan
santun /
kesejawatan,
kepemimp.,
kebangsaan
Kriteria laik
Fisik-mental
Kepribadian,
Bebas NAPZA
Performance
Professional
PRIVILEGES
Wawasan
kultural, rujukan
dll
Peer review
saksi ahli,
Asosiasi
Hak & Kewajiban
WN
Relevansi Standar Profesi
MEDAI & MDTK
Etika
Fatwa etis –
integritas
Pedoman
/Kode Etik
Etika sosial :
iptek Farmasi,
Kesehatan
Sertifikat,
umur
Uji laik
kesehatan
PN
Kompetensi
Komunikasi
Peer review : IAI
APTFI
Risk >>> :
Informed
consent 
Reasonable
person standard
 info adekuat
Evaluasi
Continuing
Professional
Development
Implied consent
Public health
consent
Perdata :
Pasien / klien
membuktikan
Pidana :
Polisi
membuktikan
ETIK
1. NORMA PERILAKU/
MORAL
- DISIPLIN SUDUT
INTERNAL
- MASALAH MORAL
DISIPLIN
1. NORMA DISIPLIN
 DISIPLIN SUDUT
EKSTERNAL
 STANDAR PROFESI
( KNOWLEDGE,
HUKUM
1. NORMA HUKUM
SKILL,
PROFESSIONAL
ATTITUDE)
2. PELANGGARAN:
2. PELANGGARAN →
DILEMA RELATIDEVIASI STANDAR
VITAS APLIKAPROFESI
TIF/KONTEKS
(BENAR - SALAH)
(BAIK – BURUK)
3. DAMPAK
3. DAMPAK
- KUALITAS TELADAN
AKUNTABILITAS
- KEHORMATAN
PROFESI
PROFESI
(PELAYANAN/
PERILAKU)
2. PELANGGARAN
PEMENUHAN DELIK
HUKUM
(BENAR – SALAH)
3. DAMPAK
PENYELESAIAN
KONFLIK/
KEDAMAIAN
ETIK
4. LINGKUP
- PERILAKU
DISIPLIN
HUKUM
4. LINGKUP
- KOMPETENSI
- YANKES (NAKES)
- PERILAKU
PROFESIONAL
5. BENTUK :
ATURAN DISIPLIN
NAKES
4. LINGKUP
ATURAN
HUKUM YAN
KES ( NAKES)
6. DISUSUN: ORG.
PROFESI
6. DISUSUN:
KONSIL/MDTK
7. SANKSI
- MORAL/HATI
NURANI
- NASEHAT/TEGURAN
- PENGUCILAN
- PEMECATAN DARI
ANGGOTA OP.
7. SANKSI
- PERINGATAN
TERTULIS
- REEDUKASI
- REK. CABUT STR /SIP
6. DISUSUN:
NEGARA (DPR +
PEMERINTAH)
7. SANKSI
- PIDANA: DENDA/
5. BENTUK: KODE
ETIK PROFESI
5. BENTUK
UU, PP, PERMEN,
KEPPRES DLL
PENJARA
- PERDATA:
GANTI RUGI
- TUN:
ADMINISTRATIF
ETIK
8. YANG
MEMERIKSA:
- MEDAI
ANGGOTA:
PROFESI
DISIPLIN
HUKUM
8. YANG
8. YANG
MEMERIKSA:
MEMERIKSA:
MEDAI / MDTK
PENGADILAN
ANGGOTA:
- NEGERI
APOTEKER, AHLI
- TUN
HUKUM
ANGGOTA:
HAKIM
9. TUJUAN:
9. TUJUAN :
9 TUJUAN :
MENJAGA
MEMELIHARA
- MEMELIHARA
KETERTIBAN
TATA TERTIB
BONAFIDITAS
MASYARAKAT
ANGGOTA
PROFESI/TDK
LUAS
PROFESI ( TDK
BERLAKU UMUM
(TERMASUK
BERLAKU BAGI
– JAGA MUTU
ANGGOTA
YANG BUKAN
PROFESI)
ANGGOTA)
PEDOMAN DISIPLIN &
KODE ETIK APOTEKER
Mengapa perlu …….
• Per-UU-an mengamanatkan, namun belum
semua diatur
• Dituntut fair, adil, jujur, berbudi luhur,
• Apoteker itu profesi : individu dan kelompok.
– Profesi : autoregulasi, kompetensi & perubahan
– Individu dan kelompok memerlukan arah / standar
/ pedoman / map, dll
– Kontak dgn nakes & masyarakat : ada tanggung
jawab, prtanggung jawaban dan mutu
pelayanan/pekerjaan
– Banyak kemungkinan pengambilan keputusan,
apakah itu salah /benar atau konflik
Tujuan
• Menjunjung tinggi martabat Profesi.
• Menjaga dan memelihara kesejahteraan
anggota.
• Meningkatkan pengabdian anggota.
• Meningkatkan mutu Profesi.
• Meningkatkan layanan kepada
pengguna jasa.
• Untuk menentukan standard sendiri.
Fungsi (1)
•
•
•
Kewibawaan profesi  makin mantap
substansi etis yang diatur & prosedurnya,
makin kredibel
Parameter normatif  tolok ukur
perlindungan etis klien/pasien  makin
altruis/deontologis makin luhur
Self regulating  self disciplining utk
akuntabilitas profesi  berani memanggil,
menyidangkan & menjatuhkan sanksi
Fungsi (2)
• Merupakan “map” dalam berpraktik
profesi (terutama bagi yang baru lulus)
• Sebagai pedoman setiap anggota dalam
menjalankan profesinya.
• Sebagai sarana kontrol bagi masyarakat
atas pelaksanaan profesi tersebut.
• Mencegah campur tangan pihak luar
organisasi tentang hubungan etika /
disiplin dan keanggotaan organisasi.
Prinsip yg dipakai(1)
1. Bersikap objektif pada saat adanya
kebebasan memilih atau memutuskan,
karena Apoteker tahu pilihan yang
terbaik.
2. Selalu memenuhi hak klien untuk
memperoleh pemahaman yang baik
terhadap keterangan tentang manfaat
dan risiko yang mungkin timbul dalam
pelayanan yang dilakukan sesuai
kompetensi Apoteker,
Prinsip yg dipakai(2)
3. Selalu melakukan penilaian yang adil
dan etis untuk menjaga rahasia
kefarmasian terkait praktik maupun klien
4. Apoteker selalu berusaha untuk berbuat
yang terbaik dan sekaligus berusaha
menghindari adanya peluang kesalahan
5. Setiap saat loyal, tidak membedakan,
adil dan bersahabat terhadap klien.
6. Selalu memenuhi hak klien untuk
dihargai atau dipenuhi kebutuhannya.
PEDOMAN DISIPLIN
APOTEKER INDONESIA
BENTUK PELANGGARAN
DISIPLIN APOTEKER
1.
2.
3.
4.
5.
Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten.
Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang
menjadi tanggung jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun
tanpa Apoteker penggantidan/ atau Apoteker pendamping
yang sah.
Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu
dan/ atau tenaga-tenaga lainnya yang tidak memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada
kepentingan pasien/masyarakat.
Tidak memberikan informasi yang sesuai,relevan dan “up to
date” dengan cara yang mudah dimengerti oleh
pasien/masyarakat,sehingga berpotensi menimbulkan
kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
BENTUK PELANGGARAN
DISIPLIN APOTEKER
6. Tidak membuat dan/ atau tidak melaksanakan Standar
Prosedur Operasional sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh
personil di sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian,sesuai
dengan kewenangannya.
7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin
‘mutu’,’keamanan’,dan ’khasiat/manfaat’ kepada pasien.
8. Melakukan pengadaan Obat dan/ atau Bahan baku Obat,
tanpa prosedur yang berlaku,sehingga berpotensi
menimbulkan tidak terjaminnya mutu,khasiat Obat.
9. Tidak menghitung dengan benar dosisobat, sehingga dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugiankepada pasien.
10. Melakukan penataan,penyimpanan obat tidak sesuai
standar, sehingga berpotensi menimbulkan penurunan
kualitas obat.
BENTUK PELANGGARAN
DISIPLIN APOTEKER
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat
kesehatan fisik ataupun mental yang sedang
terganggusehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.
12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan
yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan
yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung
jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah,
sehingga dapat membahayakan pasien.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam
pelaksanaan praktik pengobatan sendiri ( self medication)
yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak
etis, dan/ atau tidak objektifkepadayangmembutuhkan.
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian
terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah.
BENTUK PELANGGARAN
DISIPLIN APOTEKER
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalah gunakan kompetensi Apotekernya.
18. Membuat catatan dan/ atau pelaporan sediaan farmasi yang
tidak baik dan tidak benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA) atau Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA/SIK)
20. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan
kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun
tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
21. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti
lainnya yang diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas
pengaduan dugaan pelanggaran disiplin
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada
hasil pekerjaan yang diketahuinya secara benar dan patut.
dan/atau sertifikatkompetensi yang tidak sah.
PENANGANAN PELANGGARAN
DISIPLIN & ETIK APOTEKER
PELANGGARAN PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER
PENGADUAN KE MEDAI DAERAH
PENELAHAAN / KONFIRMASI
DUGAAN ADANYA PELANGGARAN
BANDING
REHABILITASI
PERSIDANGAN
TERIMA
PELAKSANAAN SANKSI
SANKSI PELANGGARAN
DISIPLIN
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau
pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik
Apoteker, atau Surat Izin Kerja
Apoteker; dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau
pelatihan di institusi pendidikan
apoteker.
KODE ETIK APOTEKER
INDONESIA
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
KEWAJIBAN ( & LARANGAN) PERILAKU TERHADAP :
1.DIRI SENDIRI
2.TEMAN SEJAWAT
3.PENERIMA JASA
4.PROVIDER / NAKES LAIN
KEWAJIBAN TERHADAP
DIRI SENDIRI
1. Sumpah Apoteker
2. Kode Etik Apoteker Indonesia
3. Standar Kompetensi Apoteker
Indonesia
4. Prinsip kemanusiaan
5. Mengikuti perkembangan
6. Menjauhkan diri dari usaha mencari
keuntungan diri
7. Berbudi luhur & contoh yang baik
8. Mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan
MENGAPA HARUS SUMPAH …?
1. PER-UU-AN :
– PROFESI & ANGKAT SUMPAH !
– DIBERI WEWENANG OLEH UNDANGUNDANG
2. BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN
PASIEN / KLIEN ( UMUMNYA AWAM)
3.
4.
5.
6.
PENANGGUNG JAWAB
SERING BEKERJA SENDIRI
WAJIB MENJAGA RAHASIA KEFARMASIAN
DLL
SUMPAH APOTEKER
PP 20 TAHUN 1962
1. MEMBAKTIKAN HIDUP : KEMANUSIAAN
2. MERAHASIAKAN
3. MELAKSANAKAN TUGAS SEBAIK-BAIKNYA :
MARTABAT & TRADISI LUHUR
4. MENUNAIKAN KEWAJIBAN :
a. BERIKHTIAR SUNGGUH-SUNGGUH
b. TIDAK TERPENGARUH SARA
5. IKRAR – SUNGGUH-SUNGGUH & PENUH
KEINSYAFAN
Kewajiban terhadap masyarakat,
teman sejawat & nakes lain
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mengutamakan kepentingan masyarakat
Menghormati hak asasi masyarakat
Melindungi makhluk hidup insani
Memperlakukan teman sejawat sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
Saling mengingatkan dan saling menasehati dgn teman sejawat
Meningkatkan kerjasama yang baik dgn teman sejawat
Mempertebal rasa saling mempercayai dgn teman sejawat
Saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas
kesehatan
Menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan
PENANGANAN PELANGGARAN
DISIPLIN & ETIK APOTEKER
PELANGGARAN PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER
PENGADUAN KE MEDAI DAERAH
PENELAHAAN / KONFIRMASI
DUGAAN ADANYA PELANGGARAN
BANDING
REHABILITASI
PERSIDANGAN
TERIMA
PELAKSANAAN SANKSI
KRITERIA PELANGGARAN
ETIK





Ignorant ( tidak tahu )
Kelalaian ( Culpa )
Kurang Perhatian
Kurang terampil
Sengaja
SANKSI PELANGGARAN
ETIK
• Usulan oleh MEDAI untuk :
– Pembinaan khusus untuk penyadaran
– Penundaan sementara ijin kerja /
praktik Apoteker
– Pencabutan rekokemendasi untuk ijin
kerja/praktik Apoteker
TUGAS
1. 1.NORMA
HUKUM
ETIK
Rangkuman
Kuliah &
hari
ini
Perbandingan
Kode&Etik
Apoteker
2. 2.ETIKA,
DISIPLIN
HUKUM
SBG
Indonesia dengan
Kode Etik salah satu
STANDAR
PROFESI
tenaga kesehatan lain, ATAU
3. PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER
3. Perbandingan Kode Etik Apoteker
INDONESIA
Indonesia dengan Kode Etik salah satu
4. KODE
NegaraETIK
lain APOTEKER
INDONESIA
Download