BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya baik perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa maupun barang mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan. Selain itu perusahaan juga ingin memberikan kepuasan kepada konsumen atas produk yang yang dihasilkannya, karena kepuasan konsumen menjadi tolak ukur dari keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk yang berkualitas, dan yang diinginkan oleh konsumen. Dalam mencapai strategi pemasaran yang tepat dan terbaik untuk diterapkan, salah satunya perusahaan dapat melihat dari faktor bauran pemasaran. Hal tersebut penting karena bauran pemasaran merupakan salah satu pokok pertimbangan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian suatu produk. Jika perusahaan tidak peka terhadap apa yang dibutuhkan oleh konsumen, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan akan kehilangan banyak kesempatan untuk menjaring konsumen dan produk yang ditawarkan akan sia-sia. Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Swastha “Strategi adalah serangkaian rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuannya.” Sehingga dalam menjalankan usaha kecil khususnya diperlukan adanya pengembangan melalui strategi pemasarannya. Karena pada saat kondisi kritis justru usaha kecillah yang mampu memberikan pertumbuhan terhadap pendapatan masyarakat. Pemasaran Menurut W.Y.Stanton pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan produk dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial. Berdasarkan definisi di atas, proses pemasaran dimulai dari menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen. Dalam perencanaan suatu produk, perancangan dan desain yang baik sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki kualitas yang dapat memenuhi standar dan spesifikasi produk yang diinginkan. Pada aplikasinya, desain produk adalah suatu faktor penentu yang signifikan, kurang sempurnanya suatu hasil produk dapat disebabkab oleh desain yang kurang memenuhi spesifikasi perancangannya. Namun dengan adanya perancangan dan desain maka kekurangan yang terdapat pada suatu produk akan dapat disimulasikan dan dianalisa dapat dimodifikasi dari gambar atau desain dari produk tersebut sebelum produk diproses. Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam bidang manufaktur. Desain produk yang baik akan dapat meningkatkan jumlah dan harga jual dari produk, sehingga dapat meningkatkan keuntungan secara optimal. Akan tetapi, desain produk yang gagal mengakibatkan produk tidak terjual di pasaran. Hal ini, akan menimbulkan kerugian tidak hanya dibidang desain saja, bidang yang lain pun akan terkena imbasnya. Desain produk yang baik, harus memenuhi 3 (tiga) aspek penting yang sering disebut segitiga aspek produk, yaitu kualitas yang baik, biaya rendah, dan jadwal yang tepat. Selanjutnya segitiga aspek produk di atas dikembangkan menjadi suatu persyaratan dalam desain, yaitu desain harus dapat dirakit, didaur ulang, diproduksi, diperiksa hasilnya, bebas korosi, biaya rendah, serta waktu yang tepat. Untuk itu dalam mendesain suatu produk, harus memperhatikan secara detail tentang fungsi-fungsi dari produk yang didesain. Guna mengetahui secara rinci tentang fungsi produk, dapat dilakukan dengan beberapa metode pendekatan mikro (MC, MR, Equilibrium), Linier Programming/Dualitas, dan Manajemen Keuangan (BEP). Sedangkan distribusi merupakan proses penyaluran produk dari produsen sampai ke tangan masyarakat atau konsumen. Kemudahan konsumen dalam mendapatkanproduk yang diinginkan menjadi prioritas utama dari setiap perusahaan untuk memuaskan pelanggannya. Dalam sistem distribusi, rute yang dipilih merupakan elemen terpenting dalam menentukan jarak yang harus ditempuh dan biaya yang harus dikeluarkan. Jika rute yang dipilih optimal, maka sistem distribusi menjadi lebih efektif dan efisien karena akan melewati rute yang minimal jaraknya, sehingga elemen-elemen yang melibatkan jarak menjadi minimal pula, seperti biaya transportasi, waktu tempuh, tingkat polusi yang dihasilkan, dan energi yang dikeluarkan B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yakni: 1. Pengertian Perencanaan Produk ? 2. Tujuan Dan Fungsi Rencana Produksi? 3. Proses Perencanaan Produk? 4. Karakteristik Perencanaan Produksi? 5. Langkah-Langkah Perencanaan Produksi? 6. Menetapkan Skala Produksi? 7. Pengertian dari Saluran Distribusi? 8. Manajemen Saluran Distribusi? C. TUJUAN PENULISAN Dari rumusan masalah diatas, dapat diketahui bahwa tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian dari perencanaan produk 2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi rencana produksi 3. Untuk mengetahui proses perencanaan produk 4. Untuk mengetahui karakteristik perencanaan produksi 5. Untuk mengetahui langkah-langkah perencanaan produksi 6. Untuk mengetahui penetapan Skala Produksi 7. Untuk mengetahui pengertian dari Saluran distribusi. 8. Untuk mengetahui Manajemen Saluran Distribusi. BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN PERENCANAAN PRODUK Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan apabila produk gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan, distribusi, perubahan harga dan promosi. Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Hal ini bukan merupakan tanggung jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur, atau bagian desain saja, melainkan merupakan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi yang ada di perusahaan. Metode pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan atau persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah metode yang cukup baik, karena dengan berbasis keinginan customer maka kemungkinan produk tersebut tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil. Dari sudut pandang investor pada perusahaan yang berorientasi laba, usaha pengembangan produk dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat dan langsung. Terdapat 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu: 1. Kualitas Produk Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa pasar dan menentukan harga yang ingin dibayar oleh pelanggan. 2. Biaya Produk Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut biaya manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu. 3. Waktu Pengembangan Produk Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi,menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang dilakukan tim pengembangan. 4. Biaya Pengembangan Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting dari investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit. 5. Kapabilitas Pengembangan. Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan datang. Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah ada merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang telah ada. Kegiatan ini didapat dari persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh penciptaan suatu konsep produk, perancangan produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk tersebut. B. TUJUAN DAN FUNGSI RENCANA PRODUKSI 1. Tujuan rencana produksi Meminimalkan biaya / memaksimalkan laba Memaksimalkan layanan nasabah Meminimalkan investasi inventaris Meminimalkan perubahan dalam nilai produksi Meminimalkan perubahan dalam tingkat tenaga kerja Memaksimalkan pemanfaatan pabrik dan perlengkapan 2. Fungsi rencana produksi Fungsi dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah: Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategis perusahaan Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana startegis Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal induik Produksi. Tujuan dan Fungsi Perencanaan Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika terjadi penyimpangan. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku yang akan dibeli. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis, Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang ditentukan. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci C. PROSES PERENCANAAN PRODUK Rencana produk mengidentifikasi portofolio produk-produk yang dikembangkan dan waktu pengenalan ke pasar. Proses perencanaan mempertimbangkan peluangpeluang pengembangan produk, yang diidentifikasi oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian, pelanggan, tim pengembangan produk dan analisis keunggulan para pesaing. Rencana produk perlu diperbarui secara berkala agar dapat mengakomodasi perubahan dan perkembangan yang ada. Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek perlu 5 (lima) tahapan proses: 1. Mengidentifikasi peluang Peluang-peluang melibatkan beberapa dari 4 (empat) tipe proyek pengembangan produk, yaitu: a. Produk baru b. Turunan dari produk yang sudah ada. c. Perbaikan produk yang sudah ada. d. Produk yang pada dasarnya baru. Identifikasi peluang dapat dilakukan dengan cara: a. Keluhan pelanggan terhadap produk sejenis yang sudah ada. b. Analisa keunggulan dan kelemahan produk pesaing. c. Usulan pelanggan yang dikumpulkan secara otomatis. d. Pertimbangan implikasi terhaadap adanya kecenderungan dalam gaya idup, demografi dan teknologi untuk kategori yang produk ada dan peluang-peluang kategori produk baru. 2. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk yang sudah ada adalah: a. Strategi bersaing Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan pasar dan produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing. Strategi ini digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya perusahaan melakukan diskusi pada tingkat manajemen merupakan sebuah kompetensi strategi dan membantu dalam bersaing. Beberapa strategi yang mungkin untuk diterapkan: a. Kepemimpinan yang berbasis pada teknologi. b. Kepemimpinan berbasis efisiensi biaya. c. Fokus pelanggan. d. Produk tiruan. e. Segmentasi pasar Pembagian pasar ke dalam segmen-segmen memungkinkan perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan pesaing dan kekuatan produk perusahaan sekarang berdasarkan kelompok pelanggan yang jelas. Pemetaan produk-produk pesaing dan milik sendiri dalam segmen-segmen akan membantu perusahaan dalam memperkirakan peluang produk yang menyebabkan kelemahan lini produknya dan dan yang memanfaatkan kelemahan dari penawaran pesaing. c. Perkembangan teknologi Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaanyang utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan teknologi dasar yang baru dalam lini produk. d. Perencanaan platform produk Platform produk merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam sekumpulan produk. Platform yang efektif dapat memungkinkan variasi turunan produk untuk dirancang lebih cepat dan mudah, yang setiap produk memberikan ciri-ciri dan fungsifungsi yang diinginkan oleh pasar utama. Keputusan mengenai platform produk sangat berkaitan dengan usaha pengembangan produk dari perusahaan dan untuk memutuskan mengenai teknologi mana yang akan digunakan untuk produk baru. Satu teknik untuk mengkoordinasikan pengembangan teknologi dengan perencanaan produk adalah peta jalur teknologi. Peta jalur teknologi merupakan cara untuk menunjukkan ketersediaan yang diharapkan dan masa depan penggunaan berbagai teknologi yang relevan untuk produk yang dipertimbangkan. e. Evaluasi peluang produk baru secara fundamental Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang produk baru secara fundamental adalah: a) Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata). b) Tingkat pertumbuhan pasar (persen per tahun). c) Intensitas persaingan (jumlah pesaing dan kekuatannya). d) Pengetahuan perusahaan mengenai pasar. e) Pengetahuan perusahaan mengenai teknologi. f) Kesesuaian dengan produk perusahaan lain. g) Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan. f. Menyeimbangkan portofolio proyek pengembangan Metode penyeimbang portofolio akan melibatkan pemetaan portofolio sesuai dengan dimensi-dimensi yang berguna, sehingga manajer akan mempertimbangkan implikasi dari keputusan perencanaan. Pendekatan pemetaan yang dikemukakan Cooper et al (1998) melibatkan dimensi seperti resiko teknis, pengembalian finansial, daya tarik pasar dan sebagainya. 3. Pengalokasian Sumber Daya dan Perencanaan Waktu a. Pengelolaan sumber daya Perencanaan agregat akan membantu perusahaan dalam penggunaan sumber daya secara efisien dengan mengambil proyek-proyek yang beralasan untuk diselesaikan berdasarkan sumber daya yang dianggarkan. b. Penentuan waktu proyek Penentuan waktu dan urutan proyek harus mempertimbangkan faktor-faktor: a) Penentuan waktu pengenalan produk. b) Kesiapan teknologi. c) Kesiapan pasar. d) Persaingan dalam penawaran produk. 4. Penyelesaian Perancangan Proyek Pendahuluan Tahap ini dilakukan setelah proyek disetujui, tetapi sebelum sumber daya penting digunakan. Kegiatan ini melibatkan tim fungsional silang yang disebut tim inti. Pada poin ini pernyataan kesempatan yang lebih sesegera mungkin ditulis kembali sebagai suatu pernyataan visi produk. Sasaran yang terdefinisi dalam pernyataan visi produk kadang sangatlah umum. Untuk memberikan petunjuk yang jelas bagi organisasi pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat dalam suatu pernyataan misi. a. Pernyataan misi Pernyataan misi mencakup: a) Uraian produk ringkas, mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik. b) Sasaran utama bisnis, mencakup waktu, biaya dan kualitas. c) Pasar target untuk produk, mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan. d) Asumsi dan batasan, untuk mengarahkan usaha pengembangan. e) Stakeholder, untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk. Daftar stakeholder dimulai dari pengguna akhir dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan-keputusan tentang produk. Daftar stakeholder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk mempertimbangakn kebutuhan setiap konsumen. b. Asumsi dan batasan Asumsi dan batasan diperlukan agar pengembangan teknis dari produk lebih terarah. Permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam menyatakan asumsi dan batasan: a) Manufaktur, mempertimbangkan kemampuan, kapasitas, dan batasan operasional manufaktur. b) Pelayanan, Pelayanan pelanggan dan pendapatan pelayanan sangat menentukan keberhasilan perusahaan, sehingga perusahaan perlu menyatakan sasaran strategis untuk tingkat-tingkat kualitas pelayanan. c) Lingkungan, Sasarannya adalah bahwa seluruh komponen akan dimanufaktur kembali atau didaur ulang atau keduanya Sehingga seharusnya tidak ada komponen yang dibuang pelanggan. c. Penentuan staf dan kegiatan perencanaan proyek pendahuluan lain. 5. Merefleksikan hasil dengan proses Langkah terakhir dari perencanaan dan proses strategi, tim seharusnya menanyakan beberapa pertanyaan untuk memperlirakan kualitas hasil dan proses. Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk tim pengembangan, suatu reality check harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan. Langkah awal ini merupakan waktu untuk perbaikan. D. KARAKTERISTIK PERENCANAAN PRODUKSI Agar perusahaan lebih focus terhadap seluruh tingkat produksi, maka perencanaan produksi dapat diklasifikasikan dalam kelompok produk atau famili (agregat). Mengingat satuan unit yang dipakai dalam perencanaan produksi sangat bervariasi, bergantung dari jenis produk seperti : ton, liter, kubik, jam mesin atau jam orang. Jika satuan unit sudah ditetapkan, maka faktor konversi harus ditetapkan sebagai alat komunikasi dengan deperatemen lainnya (seperti departemen pemasaran dan akuntansi). Selanjutnya satuan unit harus dikonversikan dalam bentuk satuan rupiah. Disamping itu, satuan unit juga sangat diperlukan untuk menterjemahkan perencanaan produksi ke jadwal produksi induk produksi. Perencanaan produksi mempunyai waktu perencanaan yang cukup panjang; biasanya 5 tahun. Rencana ini digunakan untuk perencanaan sumber daya seperti penambahan karyawan atau pengadaan alat produksi. Proses peramalan dapat memberikan informasi mengenai besarnya permintaan produk untuk menunjang penyusunan rencana produksi. Dengan demikian, jastifikasi permintaan produk dari hasil peramalan dapat disesuaikan dengan kapasitas produksi yang dimiliki. Pada dasarnya perencanaan produksi adalah upaya menjabarkan hasil peramalan menjadi rencana produksi yang layak dilakukan dalam bentuk jadwal rencana produksi. E. LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN PRODUKSI. Dari penelitian yang dilakukan baik terhadap proses produksi maupun terhadap produk yang dihasilkan, langkah selanjutnya adalah tindak-lanjut penelitian dan pengembangan dengan tahapan : a) Mencari gagasan, yaitu tahapan dalam mencari gagasan-gagaan baru dalam rangka pengembangan produk. Gagasan ini dapat berasal dari pasar/konsumen, teknologi yang ada atau digunakan dan dari pihak ketiga atau para ahli. b) Seleksi produk, yaitu tahapan untuk memilih gagasan-gagasan yang masuk atau yang terbaik berkaitan dengan pengembangan produk, sehingga gagasan yang dimanfaatkan adalah gagasan-gagasan yang tidak akan mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian. Ada tiga alat yang digunakan untuk menguji pengembangan gagasan, yaitu: 1) Kelayakan finansial. Melalui alat yang dinamakan Project Value Index, maka dapat diketahui tentang tingkat kelayanan financial dalam mewujudkan gagasan. Project Value Index ini menggunakan formulasi Return on Investment (ROI) sebagai berikut: Pt x Pc x AV x p x L ROI = ------------------------- PM atau ROI = ------ x 100% TDC TC Keterangan: Pt : Technical probability atau kemungkinan keberhasilan teknik (0 ≤ Pt ≤ 1) Pc : Commercial probability atau kemungkinan keberhasilan komersial (0 ≤ Pc ≤ 1) AV : Annual volume, yakni total penjualan produk dalam unit/tahun p : Profit, yaitu laba yang diperoleh per unit = Hasil – biaya (Revenue – cost) L : Life, yaitu waktu kehidupan/tahun TDC : Total development cost, yaitu jumlah seluruh biaya pengembangan produk. PM : Profit margin, yaitu margin laba yang diproyeksikan atau tingkat laba yang diinginkan. TC : Total cost, yaitu total biaya pengembangan produk Kriteria: Bila ROI > Tingkat bunga umum (r) berarti gagasan memiliki kelayakan financial, dan bila ROI < Tingkat bunga umum (r) berarti gagasan tidak memiliki kelayakan finansial Contoh: CV. Alhambra dalam setahun berharap memperoleh laba sebesar Rp.25.000.000, dengan biaya operasional sebesar Rp.10.000.000,- dan tingkat bunga umum (bank) 15%, maka dengan menggunakan rumus ROI sederhana, diperoleh: 25.000.000 ROI = --------------- x 100% = 16,67% 150.000.000 ROI > r atau 16,67% > 15% berarti gagasan tersebut memiliki kelayakan finansial. 2) Kesesuaian operasi. Khusus bagi perusahaan yang telah berproduksi, suatu gagasan yang memiliki kelayakan finansial bukan berarti dapat langsung dikembangkan. Apabila operasi dari produk yang akan dikembangkan berbeda dengan produk yang sudah ada, akan berdampak pada aspek lain, misalnya akan mengubah layout, menambah biaya dan sebagainya. Oleh karena, itu pengembangan suatu gagasan tidak hanya ditentukan oleh kelayakan financial melainkan pula oleh kesesuaian operasi. 3) Potensi pasar. Pengembangan suatu gagasan mengenai produk harus ditentukan pula oleh potensi pasar dari produk tersebut. Oleh karena bila potensi pasarnya belum jelas maka pengembangan produk tersebut perlu dipertimbangkan kembali sampai potensi pasarnya jelas atau menguntungkan perusahaan. Untuk kepentingan pengembangan produk tersebut, maka harus diperhatikan beberapa faktor, antara lain: a. Persaingan. Apakah perusahaan pesaing juga telah melakukan pengembangan produknya? Kalau ya, bagaimana bentuk pengembangan produknya? b. Persediaan bahan, baik bahan baku maupun bahan penolong. Apakah bahan baku dan bahan penolong tersedia dalam jumlah yang cukup untuk jangka panjang atau justru sebaliknya? c. Kualitas produksi yang diinginkan. Apakah perusahaan akanmempertahankan kualitas produk ataukah akan ada perbaikan kualitas? d. Resiko teknik. Apakah dengan pengembangan produk yang direncanakan berakibat pada proses secara teknis, misalnya perlunya mesin atau peralatan yang baru atau tenaga ahli yang baru? e. Volume penjualan yang diharapkan. Apakah dengan pengembangan produk dapat meningkatkan volume penjualan atau apakah perusahaan sudah puas dengan volume penjualan yang telah dicapai? f. Strategi perusahaan. Apakah perusahaan telah siap dengan strategi tertentu dalam upaya pengembagan produk dan mempromosikannya, dalam bentuk yang bagaimana? Faktor-faktor di atas harus mendapat perhatian dari pihak perusahaan, agar rencana pengembangan produk benar-benar mendatangkan keuntungan sesuai yang diharapkan dan bukan sebaliknya yang justru berakibat perusahaan mengalami kerugian. Dengan demikian, pengembangan produk harus dilakukan dengan pertimbangan dan perhitungan rasional-ekonomis (motif ekonomis), bukan hanya sekedar didorong oleh keinginan agar dianggap sebagai perusahaan yang maju atau karena faktor prestise (motif psikologis) c) Desain produk pendahuluan, bahwa sebelum ditetapkan desain produk/jasa yang akan dikembangkan ada beberapa hal yang harus dilakukan perusahaan/wirausaha yaitu: 1) Penentuan bentuk serta fungsi produk baru yang akan diproduksi 2) Pemilihan bahan yang akan digunakan dengan mempertimbangkan: a. Kebutuhan jenis (spesifikasi) produk atau bagian dari produk b. Harga dari bahan yang akan digunakan c. Biaya pemrosesan bahan atau biaya proses produksi. 3) Kesempatan diversifikasi. Yaitu peluang untuk menambah atau memperbanyak jenis produk yang akan dihasilkan. Misalnya: Dari hanya menghasilkan produk jasa angkutan, ditambah dengan produk jasa cuci mobil/motor. Dari hanya menghasilkan mesin pemotong rumput, ditambah dengan menghasilkan pula mesin penggiling rumput untuk makanan ternak. Dan sebagainya. Bila telah diputuskan produk mana yang akan dikembangkan atau dihasilkan, maka tahap berikutnya adalah membuat desain produk pendahuluan, yaitu desain dari produk-produk yang terpilih untuk dikembangkan atau diproduksi. Desain produk pendahuluan yang kemudian dikembangkan ke dalam prototype-nya diperlukan agar sebelum produk tersebut diproduksi, selain benar-benar sudah memenuhi standar yang ditetapkan (baik standar bahan maupun standar kualitas), juga harus sesuai dengan permintaan pasar/konsumen. Ada tiga faktor yang harus dicantumkan dalam desain produk pendahuluan ini, yaitu: 1) frekuensi kerusakan komponen (reability), 2) kemudahan untuk pemeliharaan dan perbaikan (maintainability), 3) umur produk. d) Pengujian, yaitu dimaksudkan untuk menguji apakah produk layak dikembangkan atau tidak, baik dilihat dari potensi pasar atau konsumen maupun secara teknik dari produk tersebut. e) Desain akhir, bahwa apabila hasil pengujian produk tersebut layak untuk dikembangkan, maka dibuatlah disain akhir. Bila dari pengujian ada perbaikanperbaikan, maka sebelum diproduksi, perlu dibuat prototype baru untuk diuji kembali sampai produk tersebut lolos uji secara teknik maupun potensi pasar. F. MENETAPKAN SKALA PRODUKSI. Apabila telah ditetapkan jenis produk yang akan dihasilkan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan skala produksi, yaitu meliputi: a. Penetapan waktu, yaitu kapan kegiatan proses produksi akan dilakukan b. Penetapan kuantitas produk, yaitu berupa jumlah (volume) produk yang akan dihasilkan. c. Menghitung keperluan biaya, yaitu berapa besar jumlah biaya yang dibutuhkan d. Penetapan jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan. e. Penetapan peralatan apa saja yang akan digunakan. f. Penetapan persediaan bahan baku yang optimal yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam implemntasinya, perencanaan produksi setidaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Tahap-tahap penetapan skala produksi Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam menetapkan skala produksi, yaitu: a) Routing, yaitu tahap menetapkan dan menentukan urutan-urutan proses produksi dari hahan baku sampai menjadi barang jadi, termasuk di dalam tahap ini adalah penyusunan alat-alat/fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi. b) Scheduling, yaitu tahap menetapkan dan menentukan jadwal kegiatan operasi proses produksi, sebagai satu kesatuan dari keseluruhan kegiatan produksi. c) Dispaching, yaitu tahap menetapkan dan menentukan proses pemberian perintah untuk mulai melakukan kegiatan proses produksi sesuai dengan routing dan scheduling. d) Follow-up, yaitu tahap menetapkan dan menentukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi penundaan dan mengkoordinasi seluruh perencanaan kegiatan proses produksi. 2) Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan skala produksi : Dalam menetapkan skala produksi, seorang wirausaha atau manajer produksi harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Skala produksi harus sesuai dengan tujuan perusahaan atau tujuan usaha, artinya jangan sampai tujuan perusahaan harus diubah disesuaikan dengan skala produksi yang terlanjur telah ditetapkan. b) Memperhatikan prinsip praktis dan kesederhanaan, artinya skala produksi harus mudah dilaksanakan oleh siapa pun dan bersifat sederhana. c) Skala usaha bermanfaat dalam memberikan analisis dan klasifikasi mengenai kegiatan proses produksi. 3) Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam skala produksi. Dalam menetapkan skala produksi, perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut: 1. Sifat proses produksi Telah diuraikan sebelumnya mengenai perencanaan produksi. Apabila berbicara mengenai perencanaan produksi, maka sekaligus juga membicarakan masalah pemilihan proses produksi, yaitu pemilihan proses produksi antara proses produksi atas dasar pesanan (job order) dan produksi massal (mass production). a) Produksi atas dasar pesanan (job order) Jika perusahaan menggunakan proses produksi atas dasar pesanan, maka baik spesifikasi (jenis) maupun jumlah (kuantitas) produk didasarkan atas pesanan yang masuk sesuai dengan permintaan pihak pemesan. Produksi atas dasar pesanan memiliki ciri utama: 1) Produk tidak dijual secara bebas di pasar (given market) Produk hanya diproduksi dalam jumlah terbatas atau sejumlah pesanan, sehingga tidak dijual secara bebas di pasar-pasar. 2) Perusahaan tidak perlu mengadakan persediaan (zero inventory) Karena memproduksi sebanyak yang dipesan, maka jumlah produksi selalu habis terjual. Oleh karena itu, perusahaan tidak perlu memiliki persediaan, perusahaan baru akan memproduksi bila ada pesanan dari pelanggan/ konsumen. b) Produksi massa (mass production) Jika perusahaan menggunakan proses produksi massa, maka baik jenis maupun jumlah produksi tidak didasarkan atas pesanan, melainkan atas apa yang diputuskan perusahaan. Biasanya didasarkan atas pertimbangan volume produksi dan volume penjualan sebelumnya atau atas dasar pertimbangan pihak-pihak tertentu (misalnya tenaga penjual, manajemen perusahaan, ekspert atau pihak lainnya). Produksi massa memiliki ciri utama: 1) Produk dihasilkan dalam jumlah besar (produksi besar-besaran) 2) Tujuan produksi adalah untuk menguasai pasar 3) Produk dijual di pasar bebas (free market) 4) Variasi produk kecil. 5) Harus ada persediaan untuk memenuhi permintaan pada masa tunggu (lead time) Keputusan untuk memilih apakah perusahaan akan melakukan proses produksi pesanan atau produksi massa, sangat tergantung pada kemungkinan keuntungan yang akan diraih perusahaan, khususnya dilihat dari penguasaan pasar. Untuk memilih proses produksi massa, maka perusahaan terlebih dahulu perlu melakukan analisis pasar tentang situasi dan kondisi pasar khususnya untuk melihat pesaing. Hal ini diperlukan untuk menyusun peramalan penjualan, yaitu perkiraan tentang penjualan barang hasil produksi pada masa yang akan datang. Perusahaan dapat memilih salah satu atau kombinasi dari kedua proses produksi tersebut, yaitu disamping menjalankan proses produksi massa pada suatu lini produk tertentu perusahaan juga menerima pesanan khusus (job order) untuk lini produk lainnya, khususnya bagi perusahaan yang telah lama berkiprah atau telah memiliki pengalaman produksi dan penjualan. Sedangkan, bagi perusahaan yang baru atau wirausaha baru melakukan produksi atas dasar pesanan masih sulit dilakukan karena belum dikenal. Contoh: Perusahaan memproduksi secara massa kemeja pria dewasa dengan ukuran umum S, M, dan L. Namun, perusahaan juga memproduksi kemeja atas dasar pesanan, misalnya kemeja dengan desain khusus sesuai permintaan konsumen, kemeja dengan ukuran extra, dan sebagainya. 2. Jenis dan mutu produk yang akan diproduksi Perusahaan perlu mempertimbangkan jenis dan mutu produk yang akan diproduksi, yaitu: a) Sifat produk, apakah termasuk barang habis pakai (undurable goods) atau apakah barang tahan lama (durable goods). b) Kegunaan produk, apakah termasuk barang konsumsi (consumer’s goods) atau barang produksi (producer’s goods). c) Pembiayaan, apakah produk tersebut tergantung pada biaya satuan atau biaya total. d) Sifat permintaan, apakah produk tersebut diproduksi atas permintaan musiman atau rutin. 3. Pola/Kebijakan Produksi Pola produksi menyangkut masalah mengenai pendistribusian produksi untuk masa produksi tertentu (biasanya satu tahun) ke dalam periode yang lebih kecil (misalnya tengah tahunan, triwulan atau bulanan). Pola produksi diperlukan perusahaan yang sering kali mengalami fluktuasi penjualan produk yang berakibat berfluktuasinya persediaan awal dan persediaan akhir produk. Ada tiga macam pola/kebijakan produksi yang dikenal, yaitu: a. Pola produksi konstan. Yaitu distribusi produk dari tahunan ke bulanan yang relatif sama besar (konstan) setiap bulannya. Dengan pola seperti ini, maka akan terdapat atau terjadi persediaan. Dengan adanya persediaan, maka kekurangan dan kelebihan penjualan akan diseimbangkan oleh kelebihan dan kekurangan persediaan yang dimiliki. Contoh: Jumlah produksi setiap bulan sebanyak 1.500 unit. Misalnya, Bulan Juni terjual sebanyak 1.350 unit, berarti perusahaan memiliki persediaan sebanyak 150 unit. Bulan Juli perusahaan mampu menjual sebanyak 1.600 unit, padahal perusahaan hanya memproduksi sebanyak 1.500 unit. Kekurangan barang produksi ditutupi atau diseimbangkan dari persediaan bulan sebelumnya (150 unit), berarti perusahaan masih memiliki persediaan sebanyak 50 unit. Dan seterusnya, kekurangan atau kelebihan barang penjualan diseimbangkan oleh kelebihan atau kekurangan persediaan, kecuali untuk keadaan tertentu, misalnya saat terjadi permintaan besarbesaran. b. Pola produksi bergelombang. Yaitu distribusi produk tahunan ke bulanan, dengan jumlah produksi dari bulan ke bulan tidak sama besar tergantung pada besar kecilnya penjualan. Dengan pola produksi demikian, maka di samping jumlah produk yang diproduksi akan naik turun, juga berakibat pada kondisi persediaan relatif stabil. Bila penjualan naik maka produksi akan naik pula. Sedangkan, bila penjualan turun maka produksi akan turun pula. Contoh: Misalnya jumlah produksi suatu perusahaan sebanyak 1.500 unit dengan persediaan sebanyak 100 unit. Bulan Juni diperkirakan penjualan sebanyak 1.800 unit, maka perusahaan akan memproduksi sebanyak 1.800 unit. Bulan Juli diperkirakan penjualan sebanyak 1.600 unit, maka perusahaan akan memproduksi sebanyak 1.600 unit. Dengan demikian, maka persediaan akan relatif stabil = 100 unit. c. Pola produksi moderat. Yaitu distrubusi produk tahunan ke bulanan, dengan jumlah produksi dan persediaan yang berubah-ubah tergantung pada naik turunnya penjualan. Artinya, naik turunnya penjualan akan berakibat langsung pada naik turunnya baik produksi maupun persediaan. Contoh: Misalnya, jumlah produksi suatu perusahaan sebanyak 1.500 unit dengan persediaan sebanyak 100 unit. Bulan Juni produksi sebanyak 1.600 unit dan penjualan sebanyak 1.400 unit, maka persediaan menjadi 300 unit. (1.600 + 100 – 1.400 = 300 unit) Bulan Juli produksi sebanyak 1.300 unit dan penjualan sebanyak 1.000 unit, maka persediaan menjadi 600 unit. (1.300 + 300 – 1.000 = 600 unit). Dan seterusnya, seperti di atas. Jumlah produksi dan persediaan tidak stabil atau berfluktuasi seiring dengan fluktuasi penjualan. Dari ketiga pola atau kebijakan produksi di atas, kebijakan atau pola produksi konstan memiliki keunggulan karena pola produksi konstan atau stabil ini memiliki 3 keuntungan, yaitu: (a) Penggunaan fasilitas pabrik yang lebih baik: Mengurangi kapasitas yang diperlukan untuk musim ramai Menghindari kapasitas menganggur pada saat musim sepi (b) Stabilitas tenaga kerja: (c) Memperbaiki moral dan meningkatkan efisiensi tenaga kerja Mengurangi perputaran tenaga kerja Menarik tenaga kerja yang lebih terampil dan berpengalaman Mengurangi biaya latihan tenaga kerja baru Pembelian bahan baku yang lebih ekonomis sebagai akibat: Tersedianya bahan baku secara merata Diperolehnya potongan pembelian Kebutuhan modal yang merata Penyederhanaan masalah penyimpanan Mengurangi risiko persediaan. G. PENGERTIAN SALURAN DISTRIBUSI a. Pengertian Distribusi Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Proses distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah (utility) waktu, tempat, dan pengalihan hak milik. Dalam menciptakan ketiga faedah tersebut, terdapat dua aspek penting yang terlibat di dalamnya yaitu: 1. Lembaga yang berfungsi sebagai saluran distribusi (Channel of distribution/marketing channel). 2. Aktivitas yang menyalurkan arus fisik barang (Physical distribution). Sedangkan menurut Afandi, secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).[2] Pihak yang melakukan kegiatan distribusi disebut sebagai distributor. Dengan kata lain, proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu: 1. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan/utilitas bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan. 2. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran kegiatan yang terjadi di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negosiasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan risiko, dan arus pemesanan. Dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas distribusi, perusahaan kerapkali harus bekerja sama dengan berbagai perantara (middleman) dan saluran distribusi (distribution channel) untuk menawarkan produknya ke pasar. b. Saluran Distribusi Menurut Winardi (1989:299) yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah sebagai berikut : “ Saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produk-produk kepada pembeli.“ Sedangkan menurut Sedangkan Philip Kotler (1997:140) mengemukakan bahwa : “ Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi “. Saluran Pemasaran atau Saluran Distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan ( Fungsi ) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan setatus kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Pengertian diatas mengandung 3 unsur yaitu : 1) Adanya kelompok lembaga pemasaran. 2) Adanya kegiatan atau fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh lembaga tersebut. 3) Adanya arah pergerakan produk serta kepemilikannya dari lingkungan produksi ke lingkungan konsumsi. Definisi menurut Philip Kotler mengenai distribusi adalah : “The various the company undertakes to make the product accessible and available to target customer”. Berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran. Sebagai salah satu variabel marketing mix, place / distribusi mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan memastikan produknya, karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat. Saluran distribusi adalah saluran yang dipakai produsen untuk menyalurkan barang hasil produksinya kepada konsumen, baik sampai berpindahnya hak (penguasaan) sampai dengan pemindahan barang maupun hanya pemindahan hak kepemilikannya saja Pemilihan saluran distribusi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a) Sifat pembeli, seperti kebiasaan membeli, frekuensi pembelian, letak geografis dsb. b) Sifat produk. c) Sifat perantara. d) Sifat pesaing e) Sifat perusahaan, dan sebagainya Sifat pembeli sangat mempengaruhi keputusan produsen dalam memilih saluran distribusi yang dipakai. sebagai contohnya, kalau jumlah pembeli hanya, frekuensi pembelian dalam jumlah yang kecil-kecil maka akan membuat produsen cenderung memilih saluran distribusi yang panjang. Demikian juga sifat produk juga merupakan pertimbangan produsen yang tidak kalah pentingnya. Misalnya, apakah barang tersebut mudah rusak atau tidak, bagaimana ukurannya, bagaimana kualitas barang kalau dilihat dari segi konsumen, harganya dan sebagainya. Kesemuanya itu perlu dijadikan bahan pertimbangan yang penting juga. Demikian juga masalah sifat perantara, perusahaan, pesaing, pasar yang dituju dan sebagainya menjadi faktor yang penting dalam memilih saluran distribusi yang akan digunakan perusahaan. Saluran distribusi yang digunakan itu dengan tujuan agar barang yang ditawarkan sampai pada konsumen industry maupun konsumen akhir. Fungsi saluran Distribusi : a) Penelitian ( research ), yaitu pengumpulan informasi penting untuk perencanaan dan melancarkan pertukaran. b) Promosi, yaitu pengembangan dan penyebaran komunikasi yang persuasive mengenai penawaran. c) Kontak, yaitu mencari dan menjalin hubungan dengan calon pembeli. d) Penyesuaian, yaitu mempertemukan penawaran sesuai permintaan pembeli, termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian, perakitan dan pengemasan. c. Alternatif Pemilihan Saluran Distribusi Untuk memakai saluran distribusi tertentu di samping mempertimbangkan faktorfaktor di atas perusahaan juga perlu mengetahui unsure apa saja yang sebenarnya juga mempengaruhi pemilihan saluran distribusi, diantaranya: a) Tipe perantara Perantara dalam kenyataannya juga melakukan beberapa macam fungsi pemasaran seperti penyimpanan, pengangkutan, penjualan, pembelian dan sebagainya. Kalau fungsi pemasaran yang dilakukan perantara ternyata lebih efisien disbanding dengan kalau fungsi pemasaran dilakukan oleh produsen maka produsen yang bersangkutan biasanya memasukan perantara kedalam saluran distribusi yang dipilihnya. Pada dasarnya ada 3 jenis perantara yaitu: 1) Pedagang (Wholesaler) adalah perantara yang secara nyata mempunyai barang dagangan dan melakukan fungsi pemasaran di mana barang yang di dagangkan dalam jumlah volume penjualan yang besar sehingga pedagang besar ini biasanya hanya melayani pembelian dalam jumlah yang banyak atau dengan kata lain tidak melayani kosumen akhir yang membeli untuk memenuhi kebutuhan pribadinnya (atau besifat non-bisnis). 2) Pengecer (retailer) adalah perantara yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir baik konsumen untuk keperluan pribadi maupun konsumen industri. 3) Agen, Agen merupakan perantara yang ketiga, agen mempunyai perbedaan baik dengan pedagang besar mupun pengecer. Hal ini diperlihatkan pada masalah hak kepemilikan barang yang dijualnya. Kalau pedagang besar dan pengecer memiliki hak milik pada barang yang dijual maka kalau pada agen sebaliknya. Biarpun sebagai agen mereka bisa menjual dalam partai besar tetapi tetap hak miliknya ada pada produsennya. b) Jumlah Saluran Kalau ditinjau dari jumlah perantara, ini menyangkut untuk tingkat penyebaran pasar yang diinginkan oleh produsen. Dengan mempertimbangkan jumlah perantara/penyalur maka produsen mempunyai 3 jenis kebijaksanaan alternative pemakaian saluran distribusi, yaitu: 1) Distribusi Insentif Kebijaksanaan yang dipakai perusahaan dengan jalan memakai sebanyak mungkin penyalur atau pengecer untuk mencapai dengan cepat kebutuhan konsumen dapat terpenuhi dengan segera. Biasanya kebijaksanaan ini dilakukan kalau produsen menjual barang-barang konsumsi sejenis, konvinen atau kebutuhan pokok sehari-hari. 2) Distribusi selektif. Distribusi yang dipilih produsen dengan hanya memakai beberapa perantara saja, untuk memudahkan pengawasan terhadap penyalur. Distribusi ini dipakai untuk memasarkan barang-barang baru, barang spesial maupun barang industri jenis peralatan ekstra. Sehingga dalam pemakaian saluran distribusi ini produsen berusaha memilih berapa penyalur yang benar-benar baik dan mampu melaksanakan fungsi pemasaran. 3) Distribusi eksklusif. Distribusi yang dipilih produsen dengan hanya memilih satu perantara saja dalam wilayah geografis tertentu. Hal ini digunakan untuk pengawasan yang lebih intensif dan mendorong semangat penyalur agar agresif dalam melaksanakan fungsi pemasarannya. Distribusi ini dipakai produsen penghasil barang-barang yang relatif mahal/berat. Karena pemasaran bukanlah ilmu pasti seperti keuangan (finance), teori Marketing mix juga terus berkembang. Dalam perkembangannya, dikenal juga istilah 7P dimana 3P yang selanjutnya adalah People (Orang), Physical Evidence (Bukti Fisik), Process (Proses). Penulis buku Seth Godin, misalnya, juga menawarkan teori P baru yaitu Purple Cow. Perencanaan saluran distribusi dilakukan dengan maksud untuk memperlancar penyaluran produk agar sampai kepada konsumen. Dengan kegiatan distribusi ini diharapkan dapat mempermudah konsumen untuk memperoleh produk setiap saat. Kecepatan dan ketepatan dari saluran distribusi yang dilakukan oleh perusahaan akan sangat membantu konsumen dalam mendapatkan produk perusahaan, hal ini agar dapat menaikkan citra keberadaan produk dan perusahaan itu sendiri. H. MANAJEMEN SALURAN DISTRIBUSI Konsep tentang saluran pemasaran disini berorientasi pada keputusan, artinya fungsi-fungsi saluran tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa adanya beberapa strategi. Srategi itu sendiri merupakan suatu rencana umum atau menyeluruh, sebagai petunjuk untuk mengambil keputusan dalam kegiatan saluran. Dalam hal ini, strategi mempunyai hubungan yang erat dengan manajemen saluran baik secara fisik maupun non-fisik. Oleh Rosenbloom (1995,) dikemukakan bahwa: Manajemen saluran distribus adalah pengadministrasian saluran-saluran yang ada untuk menjamin kerja sama para anggota saluran dalam mencapai tujuan distribusi perusahaan. Dari definisi tersebut dapat dilihat adanya tiga unsur pokok, yaitu : a) Saluran yang ada b) Menjamin kerja sama anggota saluaran c) Tujuan distrbusi. Ini berarti bahwa struktur saluran sudah dirancang dan semua anggota saluran telah ditentukan. Keputusan rancangan saluran dianggap terpisah dengan keputusan manajemen saluran. Dengan kata lain, manajemen saluran ini berkaitan pelaksanaan saluran yang sudah dirancang sebelumnya. Setiap anggota saluran tidak secara otomatis melakukan kerja sama meskipun sama-sama anggota saluran. Oleh karena itu, tindakan administratif dimaksudkan untuk menjamin adanya kerja sama antar mereka. Tanpa adanya upaya pengadministrasian berarti tidak dilakukan manajemen saluran. Tujuan distribusi yang dimaksudkan dalam definisi dimuka merupakan pernyataan yang menjelaskan bahwa distribusi sebagai komponen bauran pemasaran diharapkan dapat berperan mencapai tujuan pemasaran secara keseluruhan. Sebuah pendekatan yang berorientasi pada keputusan (decision oriented approach) dapat berarti bahwa perhatian diarahkan pada pengembangan kebijakan yang efektif, tidak hanya pada deskripsi tentang bagaimana sebuah ruang lingkup yang luas tentang masalah manajemen salura, dan bagaimana dengan hubungannya dengan masing- masing masalah. Tentu saja sulit bagi manajer untuk menentukan keputusan yang terbaik. Yang penting, mamajer perlu mempertimbangkan untuk memilih berbagai alternative. Beberapa factor seperti rajin, kerja keras, pikiran yang normal, perhatian yang lebih detail dan pendapat yang sehat harus ada manajer itu sendir. Oleh karena itu, pembahasan selanjutnya bersumber pada manajemen saluran. Satu aspek penting dan mendasar dalam manajemen saluran ini adalah memotivasi anggota saluran. Motivasi ini dimaksudkan sebagai tindakan- tindakan yang diambil oleh produsen untuk menyelenggarakan kerja sama saluran yang kuat dalam memimplementasikan tujuan distribusi produsen. Manajemen motivasi dalam saluran ini mencakup tiga hal pokok, yaitu : 1) Mengidentifikasikan kebutuhan dan masalah para anggota saluran. 2) Menawarkan dukungan kepada anggota saluran sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapinya. 3) Memberikan kepemimpinan melalui penyadagunaan yang efektif. TREN YANG BERDAMPAK PADA MANAJEMEN SALURAN Tekanan-tekanan persaingan global Nampak semaki kuat dan berdampak pada manajemen saluran. Beberapa tren yang dapat diidentifikasi meliputi : 1. Semakin pentingnya kekuatan saluran. Perusahaan mengembangkan produk yang dapat dipasarkan melalui saluran yang sudah ada. Jumlah perusahaan dan jumlah produk yang dimaksud menjadi semakin banyak. 2. Munculnya konsep pengeceran yang baru, seperti pengecer yang menawarkan produknya melalui catalog. 3. Semakin diutamakan pengembangan srategi saluran sebaga alat untuk mencapai keunggulan kompetetif. 4. Pertumbuhan kemitraan (partnership)dan analias srategik. Hubungan kerja sama yang erat antara produsen dan perantara semakin banyak dilakukan dengan maksud untukmenciptakan keunggulan kompetitif. 5. Pengembangan pemasaran langsung (direct marketing). Pemasaran langsung ini menggunakan basis data yang secara praktis melibatkan pemanfaatan surat pos dan telepon sebagai saluran distribusi. 6. Meningkatnya produktivitas distribusi. Dengan pemanfaatkan teknologi informasi, biaya distribusi dapat ditekan dan manajemen saluran dapat diselenggarakan secara baik. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dalam konsep pemasaran modern banyak perusahaan yang mengacu pada bauran pemasaran di dalam merancang program pemasarannya. Bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi dan saluran distribusi mempunyai peranan yang sangat penting guna mensukseskan program pemasaran dari suatu perusahaan. Dengan melakukan perencanaan terhadap empat bauran pemasaran diharapkan perusahaan dapat merumuskan program pemasaran yang tepat bagi produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. Perencanaan produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus benar- benar sesuai dengan kebutuhan konsumen. Selain itu, produk yang dihasilkan harus mencerminkan kualitas yang baik. Hal tersebut agar sesuai dengan tujuan perusahaan yang mana produk yang dihasilkan dapat diterima dan sesuai dengan kebutuhan konsumen dan dapat memuaskan konsumen. Karena produk merupakan titik sentral dari kegiatan pemasaran, keberhasilan suatu perusahaan dapat diketahui dari respon yang ditunjukkan oleh konsumen. Pada situasi persaingan dan perubahan yang bergerak begitu cepat ini perusahaan ditekan oleh faktor-aktor eksternal seperti perubahan teknologi, ekonomi, sosial kultural dan pasar. Di sisi lain, secara internal perusahaan menghadapi perubahan organisasi yang tak kalah peliknya, seperti masalah budaya perusahaan, struktur, karyawan, pemegang saham. Dalam situasi seperti ini konsep pemasaran tidak lagi cukup hanya berbicara tentang penjualan, periklanan atau bahkan konsep bauran pemasaran 4P (product, place, pricing, dan promotion). Pemasaran harus dilihat sebagai suatu konsep bisnis strategi (strategic business concept). Artinya pemasaran tidak lagi sekadar marketing as it is, melainkan harus diintegrasikan dengan strategi perusahaan secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA A1ex S. Nitisemito, Marketing, Ghalia Indonesia, Jakarta 1984; Basu Swastha D.H. [dan] lrawan, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty Yogyakarta, 1990 Barry Berman [and] Joel R.Evans, Retail Management. A StraTegic Approach, Prentice Hall, New Jersey, 1998; Dilworth, James B. 1992. Operations Management: Design, Planning, and Control for Manufacturing and Services. McGraw Hill. Fogarty, Hoffmann, dan Stonebroker. 1989. Production and Operations management. South-Western Publishing. Manahan P.Tampubolon, 2004, Manajemen Operasional, Jakarta: Ghalia Indonesia. Manullang, 1971, Dasar-Dasar Manajemen, CV Amanlaham, Medan Murdifin Haming dan Mahfud Nurjamuddin. 2011, Manajemen Produksi Modern, Bumi Aksara edisi kedua http://lestachi.blogspot.com/2013/04/perencanaan-dan-perancangan-produk.html http://file2shared.wordpress.com/perencanaan-produk/ http://ammarawirausaha.blogspot.com/2011/03/sistem-distribusi-barang.html;