Uploaded by User88326

HIV INDIVIDU HIV AIDS

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIV/AIDS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi/ Pengertian
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yakni virus yang
menyerang sistem imun sehingga kekebalan menjadi lemah bahkan sampai hilang.
Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Disease
Syndrome, yakni suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu virus HIV
(Sujana, 2007).
HIV secara umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia,
memperbanyak diri didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan manusia
terhadap penyakit infeksi.
AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau
menurunnya sistemkekebalan tubuh seseorang yang didapat karena terinfeksi HIV.
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang
disebabkan olehinfeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi
berat imunitas seluler, danmengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria
homoseksual, atau biseksual, penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia,
dan penerima transfusi darah lainnya,hubungan seksual dan individu yang
terinfeksi virus tersebut. (DORLAN, 2002)
2. Etiologi
Penyebab penyakit AIDs adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh
manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui Hubungan seksual dengan pasangan
yang berganti-ganti dengan yang terinfeksi HIV, Transfusi darah yang terinfeksi
HIV, Tertusuk jarum bekas penderita HIV, Ibu hamil menderita HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a)
Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
b)
Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
c)
Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
d)
Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
e)
AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
system tubuh, dan manifestasi neurologist.
3. Patofisiologi
Penyebab acquired immunodeficiency syndrome(AIDS) adalah human
immune deficiency virus(HIV), yang melekat dan memasuki limfosit Thelper
CD4+. Virustersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologis lainnya,
dan orang itu mengalamidestruksi sel CD4+ secara bertahap. Sel-sel yang
memperkuat dan mengulang responsimunologis diperlukan untuk mempertahankan
kesehatan yang baik dan bila sel-sel tersebut berkurang dan rusak maka fungsi
imun lain akan terganggu.HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang
dipakai virus untuk melewati sawar darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi
limfosit B juga terpengaruh dengan peningkatan produksi immunoglobulin total
yang berhubungan dengan penurunan produksi antibodyspesifik. Dengan
memburuknya
sistem
imun
secara
progresif,
tubuh
menjadi
semakin
rentanterhadap infeksi oportunistik dan juga berkurang kemampuannya dalam
memperlambatreplikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit
multisystem yang dapat bersifatdolman bertahun-tahun karena menyebabkan
imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis
penyakit ini bervariasi orang ke orang (Bezt, CecilyLynn. 2009).
4. Manifestasi Klinis
Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan10 tahun. Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun
pada orang dewasa.
Tanda-tanda yang ditemui pada penderita AIDS antara lain :
a)
Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke dalam
tubuh:sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan 380C sampai
400C dengan pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di ketiak, disertai
dengan timbulnya bercak kemerahan pada kulit.
b)
Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah infeksi,
dapatmuncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis yaitu
pembesaran getah beningyang terus membesar lebih luas misalnya di leher,
ketiak dan lipat paha. Kemudian seringkeluar keringat malam tanpa penyebab
yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan berat badan sampai
kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak di kulit, timbul
tukak
(ulceration),
perdarahan,
sesak
nafas,
kelumpuhan,
gangguan
penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini diindikasikan dengan adanya
kerusakan sistemkekebalan tubuh.
c)
Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan
menderitaAIDS. Pada tahap ini penderita sering diserang penyakit berbahaya
seperti kelainan otak,meningitis, kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang
menyebar, tuberkulosis paru (TBC),diare kronik, candidiasis mulut dan
pneumonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada
masa perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun
pertama kehidupan.Manifestasi klinisnya antara lain:
a) Berat badan lahir rendah.
b) Gagal tumbuh.
c) Limfadenopati umum.
d) Hepatosplenomegali.
e) Sinusitis.
f) Infeksi saluran pernapasan atas berulang.
g) Parotitis.
h) Diare kronik atau kambuhan.
i) Infeksi bakteri dan virus kambuhan.
j) Infeksi virus Epstein-Barr persisten.
k) Sariawan orofaring.
l) Trombositopenia.
m) Infeksi bakteri seperti meningitis.
n) Pneumonia interstisial kronik.
5. Tanda-Tanda Dan Gejala
1. Gejala mayor
a)
Gagal tumbuh atau penurunan berat badan
b)
Diare kronis
c)
Demam memanjang tanpa sebab
d)
Tuberkolosis
2. Gejala minor
a)
Limfadenopati generalisa
b)
Kandidiasis oral
c)
Batuk menetap
d)
Distress pernapasan / pneumonia
e)
Infeksi berulang
f)
Infeksi kulit generalisata
6. Komplikasi
a) Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC).
b) Pneumonia interstitial limfoid
c) Tuberkulosis (TB)
d) Virus sinsitial pernapasan.
e) Candidiasis esophagus.
f) Limfadenopati
g) Diare kronik
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a)
ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
b)
Western blot (positif)
c)
P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
d)
Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut
mendeteksi enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar
yang meningkat)
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun:
a) LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
b) CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk
bereaksi terhadap antigen)
c) Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
d) Serum
mikroglobulin
B2
(meningkat
bersamaan
dengan
berlanjutnya penyakit).
e) Kadar immunoglobulin (meningkat)
8. Penatalaksanaan
1. Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada pasien yang terinfeksi HIV antara
lain:
a. Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan
mencegah kemungkinan terjadi infeksi
b. Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang
ada
c. Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan
dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim
RT dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi
DNA HIV
d. Mengatasi dampak psikososial
e. Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit,
dan prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis
f. Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu
memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)
2. Pengobatan
a. Pengobatan medikamentosa mencakupi pemberian obat-obat profilaksis
infeksi oportunistik yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Riset
yang luas telah dilakukan dan menunjukkan kesimpulan rekomendasi
pemberian kotrimoksasol pada penderita HIV yang berusia kurang dari 12
bulan dan siapapun yang memiliki kadar CD4 < 15% hingga dipastikan
bahaya infeksi pneumonia akibat parasit Pneumocystis jiroveci dihindari.
Pemberian Isoniazid (INH) sebagai profilaksis penyakit TBC pada
penderita HIV masih diperdebatkan. Kalangan yang setuju berpendapat
langkah ini bermanfaat untuk menghindari penyakit TBC yang berat, dan
harus dibuktikan dengan metode diagnosis yang handal. Kalangan yang
menolak menganggap bahwa di negara endemis TBC, kemungkinan infeksi
TBC natural sudah terjadi. Langkah diagnosis perlu dilakukan untuk
menetapkan kasus mana yang memerlukan pengobatan dan yang tidak.
b. Obat profilaksis lain adalah preparat nistatin untuk antikandida,
pirimetamin untuk toksoplasma, preparat sulfa untuk malaria, dan obat lain
yang diberikan sesuai kondisi klinis yang ditemukan pada penderita.
c. Pengobatan penting adalah pemberian antiretrovirus atau ARV. Riset
mengenai obat ARV terjadi sangat pesat, meskipun belum ada yang mampu
mengeradikasi virus dalam bentuk DNA proviral pada stadium dorman di
sel CD4 memori. Pengobatan infeksi HIV dan AIDS sekarang
menggunakan paling tidak 3 kelas anti virus, dengan sasaran molekul virus
dimana tidak ada homolog manusia. Obat pertama ditemukan pada tahun
1990, yaitu Azidothymidine (AZT) suatu analog nukleosid deoksitimidin
yang bekerja pada tahap penghambatan kerja enzim transkriptase riversi.
Bila obat ini digunakan sendiri, secara bermakna dapat mengurangi kadar
RNA HIV plasma selama beberapa bulan atau tahun. Biasanya
progresivitas penyakti HIV tidak dipengaruhi oleh pemakaian AZT, karena
pada jangka panjang virus HIV berevolusi membentuk mutan yang resisten
terhadap obat.
3. Pencegahan
Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :
a. Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan
agar vital load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan
cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.
b. Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan
dan bayi baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan
metode sectio caesar karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak
80%.
c. Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan
manfaat ASI
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Identitas
Nama
Umur
Jenis kelamin, Alamat
Pekerjaan, Pendidikan
Status Perkawinan
Alamat
Suku Bangsa
Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian
b.
Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Biasanya pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi
terhadap aktivitas biasanya, sulit tidur, merasa tidak berdaya, putus asa,
tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, nyeri panggul, diare
intermitten, terus-menerus yang disertai/tanpa kram abdominal, tidak nafsu
makan, mual/muntah, rasa sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeri
retrosternal saat menelan, pusing, sakit kepala, konsentrasi menurun, tidak
merasakan perubahan posisi/getaran, kekuatan otot menurun, ketajaman
penglihatan menurun, kesemutan pada ekstremitas, nyeri, sakit, dan rasa
terbakar pada kaki, nyeri dada pleuritis, nafas pendek, sering batuk
berulang,
sering
demam
berulang,
berkeringat
malam,
takut
mengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak lingkungan
b) Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan
pasangan yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple,
aktivitas seksual yang tidak terlindung, seks anal, homoseksual,
penggunaan kondom yang tidak konsisten, menggunakan pil pencegah
kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang
terpajan karena peningkatan kekeringan/friabilitas vagina), pemakai obat-
obatan IV dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat menjalani
transfusi darah berulang, dan mengidap penyakit defesiensi imun.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga :
Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan
HIV/AIDS, keluarga pengguna obat-obatan terlarang.
c.
1.
Pengkajian 11 Pola Gordon
Aktivitas dan istirahat
:
Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan pada
tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan pernafasan.
2.
Sirkulasi :
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume nadi perifer, pucat/sianosis,
kapillary refill time meningkat.
3.
Integritas ego:
Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh
mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
4.
Eliminasi :
Diare
intermitten,
terus
menerus
dengan/tanpa
nyeri
tekan
abdomen,
lesi/abses
rektal/perianal, feses encer dan/tanpa disertai mukus atau darah, diare pekat, perubahan
jumlah, warna, dan karakteristik urine.
5.
Makanan/cairan :
Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan: parawakan kurus, menurunnya lemak
subkutan/massa otot; turgor kulit buruk; lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan
perubahan warna; kurangnya kebersihan gigi, adanya gigi yang tanggal; edema.
6.
Higiene :
Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri.
7.
Neurosensori:
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa,
konsentrasi buruk, kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon melambat.
8.
Pernapasan :
Biasanya takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas adventisius, batuk
(mulai sedang sampai parah) produktif / nonproduktif, sputum kuning (pada pneumonia yang
menghasilkan sputum).
9.
Keamanan :
Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis. Ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan
warna, ukuran/warna mola, mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
a.
Rektum luka, luka-luka perianal atau abses.
b.
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua/lebih area tubuh (leher, ketiak,
paha).
c.
Penurunan kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
10.
Seksualitas : Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia
11.
Interaksi social :
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tak terorganisasi,
perobahan penyusunan tujuan.
d.
Diagnosa Yang Kemungkinan Muncul
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Hiperventilasi
c. Hipetermia berhubungan dengan demam (Proses inflamasi).
d. Ketidak seimbangan utrisi kurang darikenutuhan tubuh berhubungan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
e. Diare berhubungan dengan fisiologis ( Proses infeksi dan parasit ).
f. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
g. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan volume cairan
aktif.
h. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
i. Intoleransi
j. aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
e.
No
Hari /
tgl
Intervensi
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
berhubungan
dengan obstruksi
jalan nafas.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan jalan nafas
kembali efektif.
Dengan kriteria hasil :
- Tanda tanda vital
dalam batas normal,
- mampu mengeluarkan
sputum,
- dapat
mendemonstrasikan
batuk efektif
tidak ada suara nafas
tambahan
- pernafasan klien
normal (16-20
x/menit) tanpa ada
penggunaan otot bantu
nafas.
-Monitor tandatanda vital
-Atur posisi klien
semi fowler
- ajarkan tehnik
batuk efektif
- Berikan informasi
pada klien dan
keluarga tentang
larangan merokok
di ruang perawatan
- delegatif
pemberian
bronkodilator
- Mengetahui jika
ada perburukan
kondisi pasien
- Untuk
pengembangan
maksimal
rongga dada
- agar klien dapat
lebih mudah
mengeluarkan
sekret
- Membantu
memenuhi suplai
O2
- Agar tidak
memperburuk
pernapasan klien
2
Ketidakefektifan
pola
nafas
berhubungan
dengan
Hiperventilasi .
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan ketidak
efektifan pola nafas teratasi
dengan kriteria hasil :
- Tanda tanda vital
dalam batas normal
- Mendemostrasikan
batuk efektif , suara
nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan
dypsnea (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas
dengan lega, tidak ada
pursed lips)
- Menunjukan jalan
nafas yang paten (
-
-
-
Monitor tanda
tanda vital
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi seperti
semifowler
Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan
Berikan O2
sesuai kebutuhan
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
-
-
-
-
-
Untuk
Mengetahui
kondisi klien
Untuk
pengembangan
maksimal
rongga dada
Untuk
mengetahui
adanya suara
nafas tambahan
Untuk
mengurangi
sesak klien
Agar
mengetahui
adanya
perubahan
Ttd
klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
3
Hipetermia
berhubungan
dengan demam
(Proses
inflamasi).
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1×24 jam
diharapkan suhu tubuh dapat
diperthankan dalam batas
normal dengan criteria hasil:
- Suhu tubuh antara 3637°C
- RR dan nadi dalam batas
normal
Bebas dari keringat
berlebih
4
Ketidak
seimbangan utrisi
kurang
darikenutuhan
tubuh
berhubungan
ketidakmampuan
untuk
mengabsorbsi
nutrient
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan status gizi: asupan
makanan adekuat dengan
criteria hasil:
-Tidak terjadi mual muntah
dan diare
-Nafsu makan meningkat
-BB dalam batas norma
5
Diare
berhubungan
dengan fisiologis
( Proses infeksi
dan parasit ).
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan : klien dapat
melaporkan
penurunan
frekuensi defekasi dengan
kriteria hasil :
- konsistensi feases kembali
normal
- Tidak mengalami diare
- Mempertahankan
turgor
kulit
kondisi klien
- Monitor TTV
- Kenakan pakaian
yang tipis pada
klien
2.
-Berikan cairan IV
sesuai order
-Berikan antipiretik
sesuai order
- Mengetahui
adanya perburukan
kondisi klien
- Kehilangan panas
tubuh lewat
konveksi dan
evaporasi
-Mengganti kan
cairan yang hilang
lewat keringat
4. - Menurunkan suhu
tubuh
-Monitor
- Intake menurun
kemampuan
dihubungkan
mengunyah dan
dengan nyeri
menelan
tenggorokan dan
- Tingkatkan intake mulut.
makanan melalui
-Meningkat kan
pemasangan selang intake makanan
NGT
- Mengurangi
- Berikan antiemetic muntah
sesuai instruksi
- Memastikan
-Kolaborasi dengan kebutuhan
ahli gizi untuk
nutrisi harian
menentukan jumlah klien
kalori dan nutrisi
harian klien
-Observasi dan
catat frekuensi
defekasi,
karakteristik,
jumlah dan faktor
pencetu
- Tingkat tirah
baring, berikan alatalat disamping
tempat tidur
- Identifikasi
makanan dan cairan
yang mencetuskan
diare (misalnya
-Membantu
membedakan
penyakit individu
dan
mengkaji
beratnya episode.
- Istirahat
menurunkan
motilitas usus juga
menurunkan laju
metabolisme bila
infeksi atau
perdarahan sebagai
komplikasi
-Menghindar kan
sayuran segar, buah,
sereal, bumbu,
minuman karnonat,
produks susu)
- Berikan
kolaburasi
antibiotik
6
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
agen
cedera biologis
-
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan nyeri berkurang
dengan kriteria hasil:
- Pasien menyatakan nyeri
hilang/terkontrol
- Pasien mengikuti program
terapeutik
menunjukkan
metode mengurangi nyeri
-
-
-
strategi
nonfarmakologis
Untuk bayi dapat
dicoba tindakan
kenyamanan
umum (misalnya:
mengayun,
menggendong,
membuai,
menurunkan
stimulus
lingkungan
Gunakan strategi
farmakologis
Rencanakan
jadual awal
pencegahan bila
analgesik efektif
dalam
mengurangi
nyeri yang terus
menerus
Anjurkan
penggunaan
premedikasi
untuk prosedur
yang
menimbulkan
nyeri
Gunakan catatan
pengkajian nyeri
irirtan
meningkatkan
istirahat usus
Mengobati
infeksi
supuratif
fokal
-
-
-
-
-
-
7
Risiko
Setelah
dilakukan
tindakan -
Ukur dan catat -
Teknik-teknik
seperti
relaksasi,
pernapasan
dalam berirama
dan distraksi
dapat membuat
nyeri dapat
lebih ditoleransi
Dapat
mengurangi
nyeri atau
mengalihkan
nyeri anak
Dapat
membantu
mengurangi
atau
menghilangkan
nyeri
Untuk
mempertahanka
n kadar
analgesik
mantap dalam
darah
Dapat
mengurangi
nyeri pada saat
dilakukan
tindakan
perawatan
Untuk
mengevaluasi
efektifitas
intervensi
keperawatan
dokumentasi
kekurangan
volume
cairan
berhubungan
kehilangan
volume
cairan
aktif.
keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan
keseimbangan
cairan tubuh adekuat dengan
kriteria hasil : tidak ada ada
tanda-tanda dehidrasi (tandatanda vital stabil, kualitas denyut nadi baik, turgor kulit
normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran urine
yang sesuai).
-
-
pemasukan dan
pengeluaran.
Tinjau
ulang
catatan
intra
operasi.
Pantau tandatanda vital.
Letakkan
pasien
pada
posisi
yang
sesuai,
tergantung pada
kekuatan
pernapasan.
Pantau
suhu
kulit,
palpasi
denyut perifer.
Kolaborasi,
berikan
cairan
parenteral,
produksi darah
dan atau plasma ekspander sesuai
petunjuk.
Tingkatkan
kecepatan
IV
jika diperluakan.
-
yang akurat
akan
membantu
dalam
mengidentifika
si pengeluaran
cairan/kebutuh
an penggantian
dan pilihanpilihan yang
mempengaruhi
intervensi.
hipotensi,
takikardia,
peningkatan
pernapasan
mengindikasik
an kekurangan
kekurangan
cairan.
elevasi kepala
dan posisi
miring akan
mencegah
terjadinya
aspirasi dari
muntah, posisi
yang benar
akan
mendorong
ventilasi pada
lobus paru
bagian bawah
dan
menurunkan
tekanan pada
diafragma.
kulit yang
dingin/lembab,
denyut yang
lemah
mengindikasik
an penurunan
sirkulasi
perifer dan
dibutuhkan
untuk
penggantian
cairan
tambahan.
-
8
Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan
kelemahan
9
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
umum.
gantikan
kehilangan
cairan yang
telah
didokumentasi
kan. Catat
waktu
penggangtian
volume
sirkulasi yang
potensial bagi
penurunan
komplikasi,
misalnya
ketidak
seimbangan.
- Membantu klien
Setelah dilakukan tindakan . - Bantu klien untuk
memenuhi
keperawatan selama 1×24 jam makan dengan
nutrisinya
diharapkan klien dan keluarga menyuapinya
2. - Menghindarkan
mampu merawat diri dengan 2. - Ganti pakaian dan
klien dari
criteria hasil:
pampers klien yang
kontaminasi
- Klien nampak bersih dan
sudah kotor
kuman
segar
3. - Berikan bantuan
- Keluarga mampu
- Klien mampu melakukan
sampai klien
merawat klien
perawatan diri sendiri atau
mampu melakukan
secara mandiri
dengan bantuan
perawatan diri atau
- Menerima bantuan atau
keluarga bisa
perawatan dari pemberi asuhan membantu
- Melibatkan
keluarga dalam
pemberian asuhan
keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan pasien mampu
bergerak dengan kriteria hasil :
berpart
mampu
bergerak
dengan kriteria hasil :
- Mampu
melakukan
Monitor
keterbatasan
aktivitas,
kelemahan saat
beraktivitas
Cegah
klien
jatuh
dengan
merencanaan
intervensi yang
tepat
menjaga
kenyamana
klien
pasien dapat
-
aktivitas
sehari
hari
(ADLS) secara mandiri
Tanda tanda vital dalam
batas normal
Mampu berpindah tanpa
bantuan alat
-
-
-
-
f.
implementasi
implementasi sesuai dengan intervensi
memberikan
pagar pengaman
pada tempat tidur
Bantu
pasien
dalam
beraktivitas
sesuai
kmampuan klien
Tingkatkan
aktivitas sesuai
batas toleransi
Catat tanda vital
sebelum
dan
sesudah
beraktivitas
Lakukan istirahat
yang
adekuat
setelah
latihan
dan beraktivitas
Berikan
diet
yang
adekuat
dengan
kolaborasi
dengan ahli diet
-
-
-
memilih dan
merencanakann
ya sendiri
mempertahanka
n tonus otot
mengkaji sejauh
mana perbedaan
peningkatan
selama
beraktivitas
membantu
mengmbalikan
energy
metabolisme
membutuhkan
energy
g.
Evaluasi
Daftar pustaka
Capernito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Terj Monica Ester. Jakarta : EGC, 2000.
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Terj I Made Kariasa (et al.). Jakarta : EGC, 1999.
Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed 6. Terj Brahm U. Pendit (et
al.). Jakarta : EGC, 2005.
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed 8, Terj Agung
Waluyo (et al.). Jakarta : EGC, 2001.
Download