KH. HASYIM ASY’ARI : ACUAN DAKWAH ISLAMIYAH DALAM MENGOPTIMALKAN CATUR DHARMA “Mimpi tak akan menjadi nyata karena keajaiban. Butuh keringat, kebulatan tekad, dan kerja keras (untuk mewujudkannya).” Begitulah pernyataan Colin Powell mengenai proses dalam mencapai sesuatu. Jika kita mengingat kembali mengenai perkembangan islam, yang mana dimulai dari perjuangan Rasulullah SAW. diumurnya ke-40 diangkat menjadi seorang rasul dan berjuang dalam penyebaran agama islam selama 23 tahun. Setelah berakhirnya perjuangan Rasullah SAW. maka dilanjutkan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan ulama. Ketika berbicara tentang dakwah pastilah membicarakan perjuangan memberantas keburukan dan memberikan sesuatu yang baik kepada orang. Dalam pengertiannya dakwah yaitu kegiatan yang bersifat mengajak, memanggil, dan menyeru seseorang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT. Sebagian ulama memberikan keputusan bahwa hukum dakwah yaitu fardhu kifayah, dan ada juga ulama lain yang menyatakan bahwa hukum berdakwah ialah fardhu ain. Saat ini dakwah telah banyak dilakukan oleh para ulama. Khususnya di negara Indonesia. Kenapa Indonesia memerlukan Dakwah Islamiyah ? Bukannya negara Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak didunia. Tidak dapat dimungkiri negara Indonesia sangat membutuhkan dakwah dari para ulama, dikarenakan negara Indonesia merupakan negara plural, yang memiliki banyak tradisi, etnik, budaya, suku, ras dan agama. Jadi tidak memungkinkan Indonesia tidak terpecah menjadi berbagai pemahaman yang baik maupun yang buruk. Oleh karenanya ketua DPP PKS Wilda Sumbagut, Tifatul Sembiring menegaskan bahwa dakwah islam itu seperti air mengalir. Jika diperjelas maka dakwah islam itu bernilai wajib dan tidak dapat berhenti. Sehingga beberapa universitas di Indonesia menetapkan dakwah sebagai salah satu Dharma, atau lebih dikenal dengan Catur Dharma. Tentunya banyak orang bertanya perihal perbedaan antara Tri Dharma dan Catur Dharma, bagaimana bisa sesama mahasiswa tetapi menjunjung Dharma yang berbeda ? Faktanya Catur Dharma tidak berbeda jauh dengan Tri Dharma dikarenakan ketiga Dharmanya sama dengan Tri Dharma, yang membedakannya teletak pada Dharma keempat yaitu Dakwah Islamiyah. Dharma ini telah melekat pada mahasiswamahasiswa islam salah satunya mahasiswa UII yang menjunjung tinggi Dakwah Islamiyah. Dengan Dharma ini maka mahasiswa UII berkewajiban untuk berdakwah, tidak hanya dalam bidang agama tetapi juga dalam bidang-bidang lain. Tentunya dengan menerapkan Dakwah Islamiyah bagi mahasiswa UII tidak menjadikan hal tersebut sia-sia, pada tahun 2009 UII terpilih sebagai perguruan tinggi dengan nilai penjaminan mutu internal terbaik di Indonesia versi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Jikalau membahas Dakwah Islamiyah di Indonesia maka akan teringat salah satu tokoh islam di dunia pendidikan, yaitu KH. Hasyim Asy’ari. Tokoh pejuang merangkap ulama, KH. Hasyim Asy’ari telah banyak memberikan dampak-dampak positif bagi Indonesia. Hadhrat al-Syaikh (guru terhormat), demikian para santri menjuliki KH. Hasyim Asy`ari. Seorang ulama yang menjadi founding father Pesantren Tebu Ireng dan Nadhatul Ulama (NU). Dengan melalui tulisan-tulisan yang diterbitkan sebagai jalan dakwah yang dilakukan oleh KH. Hasyim Asy’ari. Salah satunya dengan mengeluarkan fatwa resolusi jihad dalam melakukan perlawanan terhadap para penjajah. Atas hal tersebut maka meledaklah peperangan pada tanggal 10 November di Surabaya. Tulisan ini terfokus pada gagasan-gagasan KH. Hasyim Asy`ari yang menyediakan landasan etik bagi terbentuknya persatuan umat Islam, khususnya di Indonesia. Selain tulisan tersebut ada beberapa tulisan lainnya, Muhammad Isham Hadiq mencatat ada sekitar sepuluh karya KH. Hasyim Asy’ari, beberapa di antaranya: Adâb al-‘Âlim wa al-Muta’allim (etika guru dan murid) tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan etika belajar; Al-Tanbîhat alWâjibat li Man Yasna’u al-Mawlid bi al-Munkarat (Peringatan Penting bagi Orang yang Merayakan Acara Kelahiran Nabi Muhammad dengan Melakukan Kemunkaran); Risâlah Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ’ah (Risalah Ahlu Sunnah wal Jamaah) yang berisikan hadis tentang kematian, tanda-tanda kiamat, penjelasan memahami sunnnah dan bid’ah ; Al-Nûr al-Mubîn fi Mahabbati Sayyid al-Mursalîn (Cahaya Terang dalam Mencintai Rasul) menjelaskan makna cinta Rasul Allah. Dan masih banyak lagi tulisantulisan intelektual KH. Hasyim Asy’ari hingga kini belum ditemukan. KH. Hasyim Asy’ari juga mendirikan Pesantren Tebu Ireng sebagai pengamalan ilmu yang beliau pelajari, didirikana pada tahun 1899. KH. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai bapak pembaharuan pendidikan di pesantren. Pembaharuan yang dilakukan KH. Hasyim Asy’ari tidak bersifat radikal. Watak budaya Jawa telah membentuk karakter lunak KH. Hasyim Asy`ari yang selalu menghargai dan melakukan perubahan secara gradual. Pembaharuannya dalam sistem pendidikan di pesantren. Membuat suatu kebijakan dengan mengizinkan pendidikan ilmu umum, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Belanda, Matematika, Sejarah, dan Geografi. Dan kebijakan dalam mengizinkan penggunaan kursi dan meja saat belajar, yang mana pada saat itu penggunaanya sangat dilarang. Dengan pembaharuan-pembaharuan sedemikian maka lahirlah berbagai tempat pendidikan, antaranya Pesantren Modern, MI, MTs, MA, dan Universitas Islam diseluruh Indonesia. Pada tahun 1926, KH. Hasyim Asy’ari mendirikan sebuah organisasi untuk menyatukan ulama, yang mana pada saat itu penguasa baru Arab Saudi berpaham wahabi yang berlebih-lebihan, dengan berniat mengembalikan islam kepada bentuk aslinya. Pemahaman wahabi tersebut melarang kegiatan maulidan, pembacaan barzanji, dan sebagainya. Tidak sampai disitu, pemerintah Arab Saudi yang baru hanya membolehkan pembahaman dengan madzhab wahabi, dengan melarang madzhabmadzhab lainnya terutama madzhab yang empat. Sehingga para ulama pada ketika itu ingin menyuarakan suara umat di Indonesia dengan melakukan penolakan. Maka didirikanlah sebuah organisasi sementara Komite Hijaz dan setelahnya ditetapkan menjadi sebuah organisasi tetap yaitu Nahdlatul Ulama (NU) selaras dengan yang kita kenal sekarang. Awalnya NU didirikan sebagai tempat ulama untuk menyuarakan suara umat di Indonesia. Dewasa ini telah berkembang menjadi Jam’iyyah diniyah ijtima’iyyah (organisasi keagamaan kemasyarakatan). Karena perkembangannya maka sekarang NU beranggotakan ulama dan juga pengikutnya. Ulama pada NU sangat diistimewakan karena beliau adalah pewaris dan mata rantai penyalur ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Saat ini diketahui bahwa NU telah menjadi salah satu organisasi terbesar di Indonesia yang memiliki banyak aset yang tersebar di seluruh Nusantara. Dan telah memberi dampak postif yang sangat besar bagi perkembangan bangsa Indonesia hingga saat sini. Disamping mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asy’ari menjadi salau satu representasi generasi komunitas Jawa di Makkah yang bersentuhan dan terpengaruh dengan gerakan pan-Islamisme Jalal al-Din al-Afghani (1839-1897) dan Muhammad ‘Abduh (1845-1905) melalui Syaikh Ahmad Khatib. Melalui komunitas jawa tersebut kekuatan politik dan ekonomi keagamaan Nusantara mendapatkan pengikut yang melimpah. Keinginan untuk mempersatukan umat islam terutama di jawa telah hadir ketika KH. Hasyim Asy’ari menuntut ilmu di Mekkah. Dengan banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist atas anjuran mempersatukan umat. Persatuan kaum Muslim merupakan suatu bentuk keimanan kepada Allah. Tidak ada persatuan kaum Muslim kecuali dilandasi oleh iman kepada Allah, karena setiap orang beriman itu bersaudara. Setalah KH. Hasyim Asy’ari wafat pada tanggal 25 Juli 1947, maka dikeluarkanlah keputusan Presiden No. 294/1964, yang berisi pengakuan KH. Hasyim Asy’ari sebagai salah satu pahlawan kemerdekaan nasional. Tentunya jalan dakwah yang telah dilalui oleh KH. Hasyim Asy’ari tidak selalu berjalan mulus, setidaknya KH. Hasyim Asy’ari telah memberikan dampak positif terhadap negara Indonesia. Hal tersebutlah yang perlu diterapkan bagi setiap mahasiswa Islam seluruh Indonesia, terutama di Universitas Islam Indonesia. Sebagai salah satu Universitas yang menerapkan Catur Dharma. Dalam penerapan Dharma keempat dari Catur Dharma tidak boleh dipisahkan dengan Dharma yang lain. Dharma keempat harus dihubungkan agar dapat menguatkan, layaknya yang telah diterapkan oleh KH. Hasyim Asy’ari. Catur Dharma terdiri dari empat Dharma, yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Dakwah Islamiyah. 1). Pendidikan dan Pengajaran, dalam penerapannya tidak hanya layaknya mahasiswa yang masuk kelas untuk menuntut ilmu. Tetapi diperlukan sandaran Dakwah Islamiyah agar dalam penerapannya mendapat kemuliaan lebih bagi diri pribadi dan orang yang disekitar. Seperti yang telah dilakukan KH. Hasyim Asy’ari, beliau melakukan pendidikan dengan cara yang diajari dalam Islam. Dengan menghormati guru, rendah hati terhadap ilmu, dll. Pada hal pengajaran tentunya harus dengan Dakwah Islamiyah agar pemberian ilmu dapat lebih berkah. Saat pemberian ilmu harus dihubungakan dengan Al-Qur’an supaya generasi mendatang tidak buta terhadap mukjizat Al-Qur’an. KH. Hasyim Asy’ari menggabungkan Pengajaran dan Dakwah Islamiyah dengan mendirikan Pondok Pesantren Tebu Ireng. 2). Penelitian dan Pengembangan, tidak hanya dalam Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan juga diperlukan Dakwah Islamiyah, melakukan penelitian dan pengembangan dengan tujuan memajukan kesejahteraan umat. Dapat dilakukan dengan menulis buku, artikel, novel islami, dll. 3). Pengabdian Kepada Masyarakat. Sembari melakukan pendidikan maka mahasiswa diwajibkan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Dalam hal pengabdian kepada masyarakat maka dapat menjadikan langkah yang dilakukan KH. Hasyim Asy’ari dalam mendirikan Nahdlatul Ulama sebagai cerminan. 4). Dakwah Islamiyah, hal yang menjadi peran yang paling penting dalam penyebaran agama islam diseluruh dunia. Dalam praktinya maka mahasiswa tidak boleh melupakan jati dirinya dan mengabaikan almamaternya sebagai mahasiswa Islam. Diwajibkan bagi mereka untuk terus-menerus melakukan dakwah dalam segala bidang demi kejayaan islam kedepannya. Dalam pemaparan diatas maka dapat disadari bahwa Dakwah Islamiyah memiliki peran yang sangat penting. Sebagai umat yang beragama islam maka sepantasnya harus memajukan agama islam sendiri. Seperti kata pepatah “Semua orang harus mencintai golongannya, dan tidak ada satu golongan akan mencintai golongan yang lain tetapi akan merobohkannya.” Sebagai mahasiswa yang akan melanjutkan estafet kekuasaan di negara Indonesia sudah saatnya menjalankan nilai peran, fungsi, dan menerapkan Dharma mahasiswa. Sehingga dalam penerapan tersebut dapat membentuk karakter mahasiswa dan dibawa ke masa yang akan datang. BIODATA PENULIS Nama Lengkap : Ghifari Raihan Arafah Alamat : Jl. M. Nawawi, Gg. Handayani, Padangsidimpuan, Sumatera Utara Email : [email protected] No. WhatsApp : +6281316688513