KASIH, JIWA PERSAUDARAAN A SPIRITUAL POWER AND PATH TO FRATERNITY (YOH 15:9-17) Spiritualitas: Konektivitas TUHAN DIRI-KU AKU SESAMA-KU SEJARAH-KU LINGKUNGAN-KU SANTA TERESA dari AVILA MENGENAL TUHAN = MENGENAL DIRI MENGENAL DIRI = MENGENAL TUHAN HAKIKAT KITA ADA DALAM TUHAN (KASIH) MENGHAYATI KASIH = MENJADI DIRI SENDIRI. KASIH, PRIBADI YANG MENGHIDUPKAN “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1 YOH 4: 16). o Allah, Sang kasih adalah pusat dari spiritualitas. o Spiritualitas persaudaraan terkait erat dengan kasih. o Kasih adalah pusat dan semangat persaudaraan. o Panggilan menghayati persaudaraan dimulai, berproses dan berakhir pada kasih. KASIH, PEMBERIAN & TANGGAPAN “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Putera-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya ... Memperoleh hidup yang kekal” (Yoh 3: 16) “Dengarkanlah hai umat Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap kekuatanmu” (Ul 6: 4-5). “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Im 19:18; Mrk 12:29-31) Kasih itu bukan perintah, tetapi tanggapan atas rahmat kasih yang menjadikan Allah dekat dengan kita (Deus Caritas est, no.1). KASIH, KONSEKUENSI atau PILIHAN? “Cinta kasih Allah kepada kita merupakan sesuatu yang fundamental bagi kehidupan kita, karena hal itu membawa kita sampai pada pertanyaan penting tentang siapakah Allah dan siapakah diri kita” (DC no.2). Kasih hanya bisa dibalas dengan kasih. Tidak ada alternatif atau pilihan lain. Bagaimana mengasihi Allah? “Jika seseorang berkata:’Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka dia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin dia mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1 Yoh 4:20). KASIH: KONSEKUENSI; BUKAN PILIHAN ETIS (DC no,1). Persaudaraan: konsekuensi dari kasih. KASIH DAN PERSAUDARAAN Persaudaraan: jawaban konkret akan kasih Allah. Persaudaraan: wahana & sarana mewujudkan kasih. Bagaimana kasih itu? 1 Kor 13: 4-7 (MADAH KASIH) Persaudaraan dalam Kasih – Kasih dalam Persaudaraan Persaudaraan: kata abstrak vs hidup bersama konkret. Persaudaraan bukan pilihan; apalagi bagi Karmelit (profesi doa, persaudaraan dan pelayanan). Mustahil: persaudaraan tanpa saling mengasihi dan melayani. Kasih (rohaniah dan manusiawi): hakikat relasi antara saudara dalam komunitas. Love cannot remain by itself – it has no meaning. Love has to be put into action, and that action is service. (Mother Teresa) Kasih yang dihidupi dalam komunitas 1. Kasih: elemen mutlak dan tak bisa ditawar hidup komunitas. 2. Tanpa kasih komunitas menjadi ruang kosong dan menyakitkan mereka yang di dalamnya. 3. Tanpa kasih komunitas menjadi “counter witness: bagi banyak orang lain. 4. Tanpa kasih komunitas terpecah-pecah dan menyimpang dari norma (KOK) Agape love is ... profound concern for the well-being of another, without any desire to control that other, to be thanked by that other, or to enjoy the process. Madeleine L’Engle (American Writer) Merenungkan Yoh 15: 9- 17 1. Bagaimanakah aku mengalami kasih Allah dalam diriku selama ini? 2. Sejauh mana aku telah tinggal di dalam kasih Allah? 3. Siapakah sahabat-sahabatku yang telah aku cintai dengan mengorbankan diriku? 4. Buah-buah apa yang aku hasilkan dari sikapku mencintai? 5. Sejauh mana komunitasku sudah menghasilkan buah kasih? MEMBANGUN KOMUNITAS PERSAUDARAAN DALAM KASIH (Matius 18:21-35) Kasih yang dihayati dalam Persaudaraan 1. Kasih dan respek 2. Kasih dan adaptasi 3. Kasih dan pengampunan 4. Kasih dan penerimaan 5. Kasih dan relasi mendalam 6. Kasih dan penyambutan 7. Kasih dan dialog 8. Kasih dan menanggung saudara yang sulit. 1. KASIH DAN RESPEK Setiap pribadi memiliki martabat dan nilai tersendiri. Unik dan merupakan misteri. Kita tidak dapat membacanya dan menginterpretasi sendiri pikiran dan motivasi-motivasinya. Tanpa respek kita terjebak dalam menginterpretasikan kata-kata dan tindakannya hanya berdasarkan ekspektasi kita sendiri (likes & dislikes). Respek berarti “non-judgmental” dan tidak bertindak “judgmental” itu tanda kematangan rohani. Respect is one the greatest expressions of love. (Miguel Angel Ruiz, Mexican Author) 2. Kasih dan adaptasi Komunitas terdiri dari pribadi-pribadi yang berbeda latar belakang, pengalaman hidup, kebiasaan, dan “likes & dislikes”. Diperlukan kemampuan beradaptasi jika komunitas ingin harmoni, damai dan kasih dalam kelompok. Adaptasi berarti mengubah harapan (ekspektasi), kebiasaan, dan prasangka. Tidak mudah, karena berarti menyangkal diri, mematikan sebagian dari diri sendiri, sekaligus merupakan tanda dari respek terhadap orang lain dan kematangan dalam diri (bdk Flp 2:6-7). “The measure of intelligence is the ability to change.” (Albert Einstein) 3. Kasih dan pengampunan Pengampunan adalah hakikat dari komunitas. Rela mengakui bahwa kita semua dalah pendosa dan tidak sempurna di hadapan Tuhan. Mengapa kita enggan mengampuni, sementara tidak henti-hentinya kita mengemis pengampuan dari Allah yang selalu mengampuni kita? Mengapa kita membuat batasan dalam mengampuni saudara kita? (Mat 18:21-22 dan Mat 5:14-15). There is no love without forgiveness, and there is no forgiveness without love. (Bryant H McGill, American Activist) 4. Kasih dan penerimaan (acceptance) Menerima saudara dengan pelbagai perbedaan yang sudah disebut di atas. Kita tidak memilih anggota komunitas; mereka dipilih oleh Tuhan untuk kita. Mereka berada dalam komunitas dengan tujuan yang belum kita ketahui saat ini (Luk 8:19-21, persaudaraan yang melampaui ukuran manusiawi). Kasih bukan penerimaan pasif, toleran, netral, dingin, tetapi diwarnai kasih positif satu dengan yang lain. Kita mesti menerima saudara, dengan “kutil” dan kesalahan yang mengganggu, sebagai anugerah dari Tuhan yang dikirim Tuhan untuk mengasah keutamaan dan cinta kita (bdk Mat 5: 46-48). The greatest gift that you can give to others is the gift of unconditional love and acceptance. (Brian Tracy, American-Canadian Public Speaker) 5. Kasih dan relasi mendalam 1. Mengijinkan saudara kita memasuki pikiran, perasaan dan pribadi internal kita. 2. Hanya dengan keakraban relasi antar saudara bisa disebut kasih. 3. Diperlukan kemampuan untuk berusaha sebaik mungkin sesuai dengan kodrat kita. 4. Para sudara mesti berbagi dalam hal yang mendasar dan penting dalam hidup. 5. Saudara kita adalah jalan bagi kematangan manusiawi dan rohani kita; keselamatan kita dan yang lain. 6. Keakraban itu inti hidup Tritunggal Mahakudus (bdk Yoh 17:20-21). Fear is the great enemy of intimacy. Fear makes us run away from each other or cling to each other but does not create true intimacy. (Henri Nouwen) 6. Kasih dan penyambutan (welcoming) • Menyambut saudara kita ke dalam hati yang paling dalam. • Bukan sekedar menyambut secara formal dan dingin, tetapi menyediakan ruang bagi saudara di dalam hati. • Secara tulus menyambut mereka sebagai anugerah Allah. • Sikap ini berarti terbuka terhadap saudara, tanpa membedakan siapa, bagaimana, di mana dan kapan. • Banyak komunitas yang sakit karena anggotanya merasa kesepian, kurang kehangatan dari saudaranya. Therefore welcome one another as Christ has welcomed you, for the glory of God. (Romans 15:7) 7. Kasih dan dialog Hanya manusialah makhluk yang dianugerahi kemampuan berbicara sehingga mereka bisa berdialog satu sama lain. Dialog adalah kemampuan berkomunikasi satu sama lain sehingga bisa saling memahami tanpa harus setuju satu sama lain. Dialog itu penyembuh dari penyakit yang banyak mengganggu komunitas. Dialog bukan debat atau adu argumen! Dibutuhkan kerendahan hati. Tuhan berdialog dengan manusia sejak kisah penciptaan. Dialogue cannot exist without humility. (Paulo Freire) 8. Kasih dan menanggung saudara yang sulit. Bagaimana aku menghadapi saudara yang sulit dalam komunitas? Sudah saya coba, tapi tanpa hasil. Apa masih ada harapan? Kita diciptakan untuk mencintai dan dicintai. Kasihlah satusatunya solusi yang mungkin. “Jika tidak ada kasih, letakkan kasih di sana, dan kamu akan menemukan kasih,” kata Santo Yohanes dari Salib (bdk Luk 23:34). Love and compassion are necessities, not luxuries. Without them humanity cannot survive. (Dalai Lama) REFLEKSI PRIBADI MATIUS 18:21-35 1. Pesan terpenting apa aku timba dari Sabda ini? 2. Bagaimana aku menerima saudaraku yang banyak berbeda dariku? 3. Bagaimana aku menerima saudaraku yang telah menyakitiku? 4. Apa yang aku lakukan dalam membangun komunitas persaudaraan yang harmonis, damai dan penuh kasih?