Jurnal Keperawatan HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS BHAYANGKARA TINGKAT II SARTIKA ASIH BANDUNG TAHUN 2017 AGUSTINA F ANINDJOLA, S.Kep Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana BANDUNG ABSTRAK Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, diperlukan dukungan sumber daya manusia khususnya perawat yang mampu mengemban tugas dan terus mengadakan perubahan. Kinerja adalah perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja ditentukan oleh beban kerja. Beban kerja yang banyak disertai tuntutan baik dari rumah sakit maupun dari pihak keluarga pasien menyebabkan perawat harus selalu bergegas dan terburuburu dalam melakukan tindakan keperawatan. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Kinerja Perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017. Metoda penelitian yang digunakan deskriptif korelasi, dengan sampel 53 perawat, teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian lebih dari sebagian responden menyatakan beban kerja berat kinerja perawat hampir setengahnya perawat kurang di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017. Kesimpulan terdapat Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Kinerja Perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017. Disarankan agar pimpinan rumah sakit perlu mengevaluasi secara rutin mengenai beban kerja yang relatif tinggi guna menentukan pemberian tugas yang seimbang, karena berpengaruh terhadap kinerja perawat. Dipertimbangkan pula untuk mengevaluasi jumlah perawat yang saat ini masih tidak sebanding dengan jumlah pasien yang harus ditangani. 1 2 ABSTRACT In an effort to improve the quality of service in the hospital, needed support of human resources, especially nurses who are able to carry out the task and continue to make changes. Performance is a tangible behavior that everyone displays as work performance generated by employees in accordance with its role in the company. Performance is determined by the workload. The many workloads accompanied by demands from the hospital as well as from the family side of the patient cause the nurse to always be rushed and rushed in performing the act of nursing. The general objective of this research is to know the nurse work load with nurse performance at Bhayangkara RS II Sartika Asih Bandung Year 2017. The research method used is descriptive correlation, with sample of 53 nurses, the data retrieval technique is done by using questionnaire. The result of the research is more than half of the respondents stated that the nurses' heavy workload is almost half of the nurses less in RS Bhayangkara Level II Sartika Asih Bandung Year 2017. Conclusion There is a nurse work load with nurse performance at Bhayangkara RS II Sartika Asih Bandung Year 2017. It is suggested that hospital leaders need to regularly evaluate the relatively high workload in order to determine the giving of balanced task, because it has an effect on nurse performance. It is also considered to evaluate the number of nurses who are currently not worth the number of patients to be treated. PENDAHULUAN Dalam rangka pelayanan memberikan kesehatan yang Keberhasilan dalam rumah menjalankan fungsinya maksimal, rumah sakit diharuskan ditandai untuk pelayanan prima rumah sakit. Mutu selalu pelayanan yang meningkatkan berkualitas. Kualitas pelayanan rumah dengan sakit pelayanan rumah adanya sakit mutu sangat sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor, ditunjukkan dengan adanya mutu diantaranya yang paling dominan pelayanan adalah yang prima. Oleh sumber daya manusia karena itu untuk mewujudkan tujuan (Prihatini, 2008). Jika mutu tenaga tersebut diperlukan tenaga medis kerjanya dan dipastikan mutu pengelolaan dan keperawatan yang mampu rendah, rumah maka memberikan pelayanan kesehatan pelayanan sakitnya kepada masyarakat. rendah (Djojodibroto, 2009). dapat juga 3 Dalam upaya meningkatkan aktivitas perawat dalam mutu pelayanan di rumah sakit, mengimplementasikan diperlukan dukungan sumber daya wewenang, tugas dan tanggung manusia khususnya perawat yang jawabnya dalam rangka pencapaian mampu mengemban tugas dan terus tujuan tugas pokok profesi dan mengadakan Perawat terwujudnya tujuan dan sasaran unit dalam organisasi. Kinerja dapat merupakan pelayanan kesehatan, tidak hanya penampilan individu maupun kerja dituntut kelompok personil (Mangkunegara, sebagai perubahan. garda terdepan untuk menunjukkan kemampuan dan profesionalitasnya 2012). semata dalam melaksanakan semua tindakan medis keperawatan. suatu Kinerja perawat sebagai suatu unit pelayanan kesehatan Seorang perawat juga diharapkan sebagaimana institusi lainnya dapat memiliki emosional dinilai dengan dalam menghadapi semua pasien kinerja aktual yang ditanganinya dengan berbagai dengan standar yang ditetapkan oleh situasi dan kondisi psikologis (Pieter manajemen masing-masing rumah & Lubis, 2010). Kemampuan dalam sakit. Adapun secara umum proses mengatasi penilaian kinerja meliputi aktivitas sensitivitas segala permasalahan membandingkan para tersebut akan mendorong kinerja perawat perawat itu sendiri. Kinerja adalah waktu kerja perawat, keterampilan perilaku dalam yang nyata ditampilkan setiap orang yang dalam pegawainya hal tindakan kedisiplinan keperawatan, sebagai pelayanan kepada pasien prestasi kerja yang dihasilkan oleh penerapan asuhan keperawatan karyawan sesuai dengan perannya (Nursalam, 2012). dalam perusahaan. Perawat adalah dan profesi Kinerja adalah perilaku yang pekerjaan yang mengkhususkan diri nyata yang ditampilkan setiap orang pada upaya penanganan perawatan sebagai pasien atau asuhan kepada pasien prestasi dihasilkan oleh kerja yang karyawan sesuai dengan tuntutan kerja yang dengan perannya dalam perusahaan. bervariasi. Selain itu perawat juga Dalam hal ini kinerja perawat adalah dibebani tugas tambahan lain dan 4 sering melakukan kegiatan yang digunakan bukan fungsinya, seperti menangani tugasnya yang sesuai dengan jam non keperawatan (seperti: mengurus kerja yang berlangsung setiap hari, administrasi serta kelengkapan fasilitas yang pasien, inventaris untuk ruangan, mengurus rekam medis, dapat melengkapi surat-surat, menyiapkan menyelesaikan linen, bahkan mengambilkan resep baik. di apotik untuk pasien). Bila mengerjakan membantu kerjanya Beban kerja meliputi kerja fisik tersebut ditambah pekerjaan lainnya bersifat fisik meliputi mengangkat akan menurunkan kinerja karena pasien, beban kerja yang harus dilakukan membantu pasien ke kamar mandi, terlalu banyak. mendorong kerja adalah mental, dengan aktivitas perawat selain yang pokok Beban dan perawat beban memandikan peralatan merapikan tempat kerja pasien, kesehatan, tidur pasien, sekumpulan atau sejumlah kegiatan mendorong yang harus diselesaikan oleh tenaga Sedangkan beban kerja yang bersifat kerja dalam jangka waktu tertentu. mental dapat berupa bekerja dengan Beban kerja dapat dibedakan atas shift atau bergiliran, kompleksitas beban kerja berlebih dan beban kerja pekerjaan (mempersiapkan mental terlalu dan rohani pasien dan keluarga sedikit atau kurang brankard (Munandar, 2008). Beban kerja terutama yang banyak disertai tuntutan baik memerlukan operasi atau dalam dari rumah sakit maupun dari pihak keadaan kritis), bekerja dengan keluarga keterampilan khusus dalam merawat pasien menyebabkan bagi pasien. perawat harus selalu bergegas dan pasien terburu-buru komunikasi tindakan dalam melakukan keperawatan. Beberapa aspek yang berhubungan dengan serta yang akan harus menjalin dengan pasien (Prihatini, 2012). Beban kerja yang tinggi beban kerja tersebut adalah jumlah sedangkan rekruitmen tenaga baru pasien yang harus dirawat, kapasitas tidak ada akan menambah tekanan kerjanya sesuai dengan pendidikan perasaan yang selesai dan cemas, sehingga dapat diperoleh, shift yang pekerjaan takut tidak 5 menurunkan kinerja perawat (Prihatini, 2007). perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian Hal ini sejalan dengan hasil keperawatan di Ruang Teratai Umum Daerah penelitian Departemen Kesehatan Rumah dan Universitas Indonesia (2014) Kabupaten Ciamis. Demikian pula bahwa perawat hasil penelitian Irwandy (2013) kebersihan, yang berjudul Faktor-faktor (waktu 63,6% melakukan tugas administrasi kerja perawat, kelengkapan fasilitas, dan lebih dari 90% melakukan tugas tugas tambahan) yang berhubungan non (misalnya dengan beban kerja perawat di unit penyakit, Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Dadi melakukan Makasar Tahun 2006 disimpulkan tindakan pengobatan) dan hanya ada hubungan antara (waktu kerja 50% terdapat melaksanakan 78,8% tugas keperawatan menetapkan membuat diagnosa resep yang dan melakukan asuhan perawat, kelengkapan fasilitas, tugas sesuai dengan tambahan) dengan perawat. Peneliti keperawatan fungsinya (Depkes, 2014). Beban Sakit asuhan beban kerja melakukan kerja yang tinggi penelitian di RS Sartika Asih karena dengan tugas diluar peneliti mendapatkan informasi dari pekerjaan utamanya tidak jarang Kepala ruangan ketika melakukan menambah beban perawat yang studi awal yang mengatakan bahwa menyebabkan kinerja kinerja perawat belum mencapai perawat, karena banyak pekerjaan target yang diharapkan manajemen. yang harus ditangani. Sebagaimana Berdasarkan hasil studi pendahuluan hasil yang ditambah penelitian turunnya yang dilakukan dilakukan pada bulan Maulana (2015) yang melakukan Desember 2016 di RS Sartika Asih penelitian Bandung Beban mengenai Kerja Pelaksanaan Asuhan Hubungan Perawat Dengan Pendokumentasian Keperawatan di menunjukkan bahwa pasien di RS Sartika Asih Bandung setiap bulan rata-rata mencapai Ruang 4.772 orang rawat inap, per hari Teratai Rumah Sakit Umum Daerah rata-rata 159 orang untuk setiap Ciamis disimpulkan ada hubungan ruangan yang berjumlah 7 ruangan, yang signifikan antara beban kerja ditangani oleh 30 orang perawat 6 yang berjaga secara shift, yang pendekatan cross sectional. Populasi terbagi kedalam shift I mulai dari pada penelitian ini adalah semua pukul 07.00-15.00, shift II mulai perawat dan kepala ruangan di RS pukul 15.00-21.00 dan shift III Bhayangkara Tingkat II Sartika mulai pukul 21.00-08.00, setiap shift Asih Bandung. ditangani oleh 10-15 Adapun jumlah perawat. ruangan yang Pengumpulan data dilakukan menggunakan menggunakan dimiliki sebanyak 8 ruangan dan kuesioner. Bed pearson product moment serta uji Occupation Rate (BOR) diketahui sebesar 82%. reliabilirtas Uji validitas dengan menggunakan Beban yang berlebih tentunya Cronbach. akan berdampak buruk terhadap digunakan kinerja perawat di RS Sartika Asih hubungan antara variabel bebas dan Bandung variabel terikat menggunakan uji secara keseluruhan. Sebagaimana diungkapkan kepala Teknik Alpha analisis untuk data mengukur statistik chi-square. Ruangan kinerja perawat belum mencapai target, baru tercapai HASIL PENELITIAN sekitar 60% dari target 80%-90%. 1. Di a. Umur Indonesia perawat idealnya dalam seorang pelayanannya terhadap klien perbandingannya 1 : 3,6 klien (Gillies, dalam Dika 2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Kinerja Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017 Kategori Dewasa Muda Tahap Dewasa Dewasa Akhir Jumlah Frekuensi 25 27 1 53 % 47,2 50,9 1,9 100,0 Perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun Melihat tabel 4.1 diketahui bahwa 2017 umur perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Deskriptif korelasional penelitian dengan Asih Bandung Tahun 2017 rata-rata berumur pada tahap dewasa. 7 b. Pendidikan 2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017 a. Distribusi Frekuensi Beban Pendidikan D3 S1 Jumlah Frekuensi % 21 32 53 39,6 60,4 100 Melihat tabel 4.2 diketahui bahwa pendidikan perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Analisis Univariat Kerja Perawat Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Beban Kerja Perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017 Beban Kerja Normal Berat Jumlah Frekuensi % 20 33 53 37,7 62,3 100,0 Asih Bandung Tahun 2017 sebagian besar perawat yaitu sebanyak 32 Tabel 4.4 menunjukan bahwa beban (60,4%) adalah lulusan S-1. kerja perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika c. Masa Kerja Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Perawat di RS Bhayangkara ingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017 Asih Bandung Tahun 2017 lebih dari sebagian responden (62,8%) menyatakan berat. b. Distribusi Frekuensi Kinerja Masa Kerja Rata-rata Minimum Maksimum Tahun 14,8 4 28 Perawat Tabel 4.5 Melihat tabel 4.3 diketahui bahwa masa kerja perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017 rata-rata 14,8 Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017 Kinerja Baik Cukup Kurang Jumlah Frekuensi 10 18 25 53 % 18,9 34,0 47,1 100 tahun, minimum 4 tahun, maksimum 28 tahun. Tabel 4.5 menunjukan bahwa kinerja perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017 hampir setengahnya perawat (47,1%) kurang. 8 sejumlah 3. Analisa Bivariat kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun Tabel 4.6 sekelompok orang, selama periode Hasil Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017 waktu tertentu Ilyas Baik % Cu kup % Kurang % Total % Normal 1 5,0 13 65,0 6 30,0 20 100 Berat 9 27,3 5 15,2 19 57,6 33 100 keadaan normal. Sejalan dengan pendapat Kinerja Beban Kerja dalam pvalue 0,001 (2008) salah satu permasalahan yang sering muncul di suatu rumah sakit adalah beban kerja perawat yang tidak seimbang. Berdasarkan tabel 4.6 proporsi responden yang memiliki kinerja cukup lebih banyak ditemukan pada responden dengan beban kerja normal (65,0%). Hasil uji bivariat diperoleh p-value = 0,001. Dengan p-value = 0.001 < 0,05, menunjukan bahwa Ho ditolak, dan Ha diterima, dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat hubungan beban kerja dengan kinerja di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung Tahun 2017. Walaupun seringkali manajer sulit untuk mengetahui kualitas beban kerja tersebut karena lebih mendasarkan pada keluhan yang bersifat subyektif. Biasanya situasi tersebut diawali perencanaan dari tahap kebutuhan tenaga perawat yang tidak sesuai dengan kapasitas kerja suatu instansi pelayanan. Hal ini sangat beresiko bagi kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat karena apabila beban kerja tinggi maka ketelitian dan keamanan kerja menjadi menurun Pembahasan (Munandar, 2009). 1. Beban Kerja Semakin banyaknya tugas Berdasarkan hasil pengolahan tambahan maka akan memperbesar data diketahui bahwa bebam kerja beban kerja perawat. Sejalan dengan yang diterima lebih dari sebagian penelitian responden menyatakan beban kerja yang berlebihan akan diungkapkan berdampak pada motivasi kerja yang berat. (62,8%) Seperti Herrianto (2010) beban kerja adalah menurun. Dyna (2016) bahwa 9 Sebagaimana yang peneliti mengimplementasikan patient amati, pekerjaan perawat di RS safety. Beban kerja keperawatan Sartika Asih Bandung cukup sibuk, berat/tinggi dapat mempengaruhi apalagi bila ada pasien luka akibat keselamatan pasien. Seperti, banyak tindakan Polisi karena kejahatan, tugas tabrakan dilakukan oleh sekelompok perawat dan sejenisnya perlu penanganan cepat. Dan hal itu keperawatan yang perlu selama shift tertentu. terjadi setiap hari. Belum penangan Normalnya orang bekerja pada pasien sehari hari dan tugas lain pagi dan sore hari sedangkan pada yang terkadang datang mendadak, malam hari dilakukan untuk istirahat perawat terlihat sibuk dan kadang- mengumpulkan tenaga. Sehingga kadang untuk terjadinya interaksi yang berlebihan tugas yang memberikan beban kerja yang tambahan yang harus dikerjakan tinggi pada pagi dan sore hari oleh dapat terhadap perawat. Karena perawat mengganggu penampilan kerja dari perlu memenuhi kebutuhan yang perawat tersebut. diperlukan oleh pasien pada shift terburu menanganinya. buru Banyaknya seorang perawat Sejalan dengan hasil penelitian Irwandy (2013) berjudul periksa tanda-tanda vital, pemberian Faktor-faktor (waktu kerja perawat, obat, pasang dan rawat kateter, ganti kelengkapan linen, merubah dan memperbaiki tambahan) yang pagi hari seperti ganti verban, fasilitas, yang tugas berhubungan posisi tidur pasien, mengambil dengan beban kerja perawat di unit bahan pemeriksaan dan sebagainya. Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Dadi Sedangkan untuk aktifitas pada shift Makasar Tahun 2006 disimpulkan malam ada hubungan antara (waktu kerja mengecek pasien, observasi keadaan perawat, kelengkapan fasilitas, tugas pasien, monitoring tetesan infuse tambahan) perawat. yakni menjaga dan dengan beban kerja sreta mengingatkan pasien akan Demikian juga hasil tindakan penelitian Satria (2014) mengatakan adanya hubungan dengan kinerja beban perawat yang akan dilakukan pasien dipagi hari. kerja Tugas dalam dimungkinkan tambahan dilberikan masih kepada 10 perawat, sejauh tugas pokok tidak karena itu berbagai faktor yang terbengkalai. menyebabkan Manajemen perlu kinerja belum selalu mengevaluasi tugas pokok mencapai target, diantaranya karena dan tugas tambahan. Komunikasi beban kerja yang diberikan terlalu pemberi tugas dan pelaksana tugas banyak selalu harus terjaga dengan baik berpendapat pekerjaannya terlalu agar berat. pekerjaan dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan petugas diterima b. Kinerja perawat hasil pengolahan perawat Bilamana beban kerja yang pelaksana. Berdasarkan sehingga dirasakan berat akan meningkatkan maka sulit lagi untuk kinerjanya. data kinerja hampir setengahnya Sebagimana perawat (47,1%) kurang. Menurut Munandar Armstrong & Baron (1998) dalam mempunyai beban kerja berlebih Wibowo (2010) kinerja adalah hasil akan menurunkan kualitas hasil yang dicapai dari pekerjaan yang kerja dan memungkinkan adanya dilakukan inefisiensi sesuai tugas yang diungkapkan (2011) pekerja waktu oleh yang sehingga diberikan. Kinerja juga merupakan berdampak kepada kinerja. Sejalan penjelasan yang dengan hasil penelitian Manuho cara (2015) dikerjakan tentang dan apa bagaimana yang dihasilkan mengerjakannya. Hasil penelitian ini hubungan memperlihatkan bahwa kinerja kinerja perawat dalam pemberian perawat asuhan keperawatan. Demikian juga (47,1%) kurang, sehingga belum hasil penelitian Irwandy (2007) dapat memenuhi target rumah sakit yang mengatakan ada hubungan yaitu 80-90%. Dari hasil penelitian antara diketahui pula bahwa perawat belum kelengkapan sepenuhnya melakukan pekerjaan tambahan) sesuai uraian tugas, dan belum perawat. hampir setengahnya beban (waktu kerja ada kerja dengan perawat, fasilitas, dengan tugas beban kerja mengerjakan pekerjaan sesuai tugas Tanggung jawab pengendalian dan tanggung jawab serta kerjasama sebagai salah satu fungsi yang antar perawat belum optimal. Oleh dimiliki oleh seorang manajer 11 adalah menentukan seberapa baik diperoleh p-value = 0,001. Dengan karyawan menjalankan tugas yang p-value = 0.001 < 0,05, menunjukan diberikan, fungsi ini salah satunya bahwa Ho ditolak, dan Ha diterima, dilakukan. Kinerja perawat harus dengan dievaluasi setiap periode tertentu, bahwa terdapat hubungan beban agar hasil kerja dapat dipantau kerja dengan baik. Kinerja akan baik Bhayangkara Tingkat II Sartika bilaman beban kerja yang harus Asih Bandung Tahun 2017. dikerjakan perawat Sebagaimana seimbang. diungkapkan demikian dengan Beban disimpulkan kinerja kerja di harus RS sesuai Ilyas dengan kemampuan pelaksana tugas (2011) bila aktivitas perawat selain (perawat) agar kinerja dapat tetap tugas terjaga dengan baik. Pengelolaan pokok tersebut ditambah pekerjaan lainnya akan menurunkan tenaga kinerja karena beban kerja yang direncanakan dengan baik dapat harus dilakukan terlalu banyak. menyebabkan Tugas tambahan lain dan sering subyektif, dilakukan tersebut namun kegiatan semakin berat, tidak efektif dan yang seperti tidak efisien yang memungkinkan keperawatan ketidakpuasan bekerja yang pada administrasi akhirnya mengakibat-kan turunnya ruangan, kinerja dan produktifitas serta mutu mengurus rekam medis, melengkapi pelayanan yang merosot. Untuk surat-surat, lebih meningkatkan efektifitas dan bukan menangani (seperti: non mengurus pasien, bahkan fungsinya, inventaris menyiapkan mengambilkan linen, resep di apotik untuk pasien). c. Hubungan Beban Kerja kerja yang keluhan beban pengaturan tenaga, perawatan harus keseimbangan tidak yang kerja antara yang pimpinan menimbang jumlah dengan Kinerja personil dan beban kerja perawat. Berdasarkan tabel 4.6 proporsi Beban kerja yang tinggi membebani responden yang memiliki kinerja secara psikis sehingga berpotensi cukup lebih banyak ditemukan pada menyebabkan responden kerja menjadi rendah. Berdasarkan tabel normal (65,0%). Hasil uji bivariat tersebut diatas diketahui bahwa bila dengan beban kinerja perawat 12 dilihat dari setiap item pertanyaan adalah keadaan dimana pekerja dari 36 pertanyaan 23 (63,9%) dihadapkan pada tugas yang harus pertanyaan diselesaikan pada waktu tertentu. mengenai kinerja perawat dinyatakan baik. Beban kerja berpengaruh terhadap Mangkunegara (2012) kinerja seseorang dalam melakukan menyebutkan bahwa kinerja adalah pekerjaaannya. prestasi sesungguhnya yang dicapai mempunyai beban kerja berlebih oleh seseorang dalam melaksanakan akan menurunkan kualitas hasil tugas sesuai dengan tanggung jawab kerja dan memungkinkan adanya yang inefisiensi waktu. dibebankan Namun bilamana kepadanya. beban kerja Pekerja yang Sejalan dengan hasil penelitian berlebih akan berdamapkan kepada Muslimah kinerja. diungkapkan Hubungan Beban Kerja dengan Munandar (2011) beban kerja yang Kinerja Perawat di Ruang Rawat berat Inap RSUD dr. Rasidin Padang, Seperti atau berlebih dapat (2015) mengenai menurunkan kinerja. Beban kerja disimpulkan adalah keadaan dimana pekerja antara beban kerja dengan kinerja dihadapkan pada tugas yang harus perawat. diselesaikan pada waktu tertentu. memperkuat hasil penelitian peneliti Sebagaimana diungkapkan bahwa terdapat Hasil beban hubungan penelitian kerja ini mempunyai Suciati (2009) dijelaskan bahwa hubungan dengan kinerja, artinya faktor-faktor yang mempengaruhi semakin berat beban kerja maka kinerja adalah : 1. Faktor Organisasi kinerja akan menurun. Demikian meliputi Beban Kerja, Sumber daya, juga kepemimpinan, dan (2016) mengatakan Beban kerja Faktor berpengaruh positif dan signifikan Individu, meliputi : Kemampuan terhadap kinerja perawat. Hal ini dan sesuai Struktur imbalan Organisasi. Keterampilan, 2. Pengalaman, hasil penelitian dengan Wcaksana teori yang usia, Masa Kerja, pendidikan dan mengatakan bahwa beban kerja Jenis Kelamin. Everly dan Girdano adalah (dalam mempengaruhi terjadinya kelelahan Munandar, 2011) menyatakan bahwa beban kerja kerja. salah satu faktor yang 13 Beban kerja tinggi memicu pimpinan rumah sakit perlu menurunnya kinerja, sebagaimana mengevaluasi dan mengupayakan diungkapkan keseimbangam beban kerja perawat Munandar (2011) pekerja yang mempunyai beban disetiap kerja berlebih akan menurunkan meningkatkan kinerja perawat. kualitas hasil kerja ruangan dan Selama memungkinkan adanya inefisiensi penelaahan waktu karena rasa lelah. Perawat Bhayangkara Tingkat II Sartika yang memiliki tingkat kelelahan Asih Bandung Tahun 2017, belum tinggi akibat beban kerja dapat dilakukan evaluasi beban kerja. Hal sangat ini dibuktikan dengan beban kerja mempengaruhi tingkat kinerjanya. ini untuk menurut peneliti di hasil RS yang sudah rutin dilakukan terus Sejalan dengan juga dengan ditambah dengan tugas tambahan hasil penelitian Kurniawati, dkk baru seperti ada kecelakaan, korban (2012) Hubungan perampokan dan sejenisnya yang Kelelahan Kerja Dengan Kinerja setiap hari harus ditangani di rumah Rawat di Bangsal Rawat Inap sakit Rumah sedangkan jumlah perawat saat ini mengenai Sakit Islam Fatimah Kabupaten Cilacap yang disimpulkan bahwa terdapat ini belum dengan yang ideal bila idealnya relatif tinggi, dibandingkan perbandingan hubungan antara kelelahan akibat pelayanan perawat 1 : 3,6 klien beban kerja yang tinggi dengan (Gillies, kinerja di Bangsal Rawat Inap sehingga kalau mengacu kepada Rumah perbandingan Sakit Islam Fatimah Kabupaten Cilacap. Bila sesuai pelaksanaan atau perawat dalam Dika 2010), tersebut yang ada jumlah di RS pekerjaan Bhayangkara Tingkat II Sartika uraian Asih Bandung masih kurang sekitar melebihi pekerjaan, berarti pekerjaan itu perawat sekitar 21 perawat. berhasil dilaksanakan dengan baik, Keseimbangan antara jumlah pasien dan bila dibawah uraian pekerjaan, dan perawat yang ada inilah yang maka berarti pelaksanaan pekerjaan perlu dievaluasi, sehingga beban tersebut kurang. Oleh karena itu kerja yang selama ini dirasakan 14 masih berat dapat diatasi. Beban Tingkat yang Bandung Tahun 2017. berlebih tentunya akan II Sartika Asih berdampak buruk terhadap kinerja. Saran-Saran Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian mengenai Beban kerja menurut perawat di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung responden menyatakan berat. Kinerja perawat setengahnya perawat kurang di II Sartika Asih Bandung Tahun 2017. sakit perlu beban kerja yang relatif tinggi guna seimbang, terhadap karena berpengaruh kinerja Dipertimbangkan perawat. pula untuk mengevaluasi jumlah perawat yang saat ini masih tidak sebanding 3. Terdapat Hubungan Beban Kerja Perawat rumah menentukan pemberian tugas yang hampir RS Bhayangkara Tingkat pimpinan mengevaluasi secara rutin mengenai Tahun 2017 lebih dari sebagian 2. beban kerja dan kinerja perawat, Dengan Perawat di RS Kinerja dengan jumlah pasien yang harus ditangani. Bhayangkara DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan ketigabelas. Jakarta: Rineka Cipta. Dahlan Sopiyudin, M. (2010). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika. Depkes RI. (2014). Penelitian Terkait Beban Kerja Perawat. Jakarta : Universitas Indonesia.http:www./inlislite3/uploaded_files/dokumen.../CHAPTER%20 I_08 6.pdf. diakses 12/03/2017 Dessler, G. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia (Terjemahan, Jilid satu, Edisi kesepuluh). Indeks. Jakarta. 2014 Kemenkes RI. (2008). Standar Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit. Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktoral Jenderal Pelayanan Medik. Depkes. 15 Djojodibroto R.D. (2009). Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit Buku Hipokrates Dyna, (2016). Hubungan Beban Kerja Dan Motivasi Kerja Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Perawat Pelaksana Di Rawat Inap Rsud Dr Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2016. Dengan Ruang Kusumawati. Dkk. 2014. Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang IGD RSUD Blambangan Banyuwangi. Tahun2015. e-journal. http : akesrustida. ac.id /201511110241196 % 20hubungan %20 beban %20 Kinerja.pdf. diakses 12/03-2017 Gillies, D. A. (1996). Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem. (Dika, Penerjemah, 2009). Philadelphia: W.B. Sauders Company. Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donelly, J.H. (2009). Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses . Edisi kedelapan. Terjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara Herrianto, R. (2010). Kesehatan Kerja. Penerbit Buku kedokteran EGC: Jakarta. Illyas, Y. (2011). Kinerja. Teori, Penilaian, dan Penelitian. Cetakan ketiga. Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI. Kemenkes. (2014). Kebijakan Pelayanan Keperawatan Surat /02/I/2010 RS Putri hijau Tk II Medan Ketetapan Kemenkes. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No HK.02.20 / MENKES /148 / 1/2010. Tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat. Koentjoro, Tjahjono. (2009). Pengembangan Instrumen Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) Seluruh Tenaga Klinik Puskesmas. Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM Bekerja Sama Dengan WHO. Mangkunegara, P.A.A (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Marquis, B.L., & Huston, C.J., (2009). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Teori dan Aplikasi. Alih Bahasa. Edisi 4., Jakarta: EGC. Munandar. (2011). Psikologi Industri dan Organisasi. Universitas Indonesia. Depok. Nawawi , Hadari. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif. Universitas Gajah Mada. Press. Yogyakarta. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan . Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. 16 Nurmianto, E. (2008). Ergononi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya : PT Guna Wijaya Nursalam, (2012). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika. Panjaitan Ruang R., Sitorus R. (2011). Manajemen Keperawatan Keperawatan di Rawat. Jakarta. Sagung Seto: Manajemen Prihatini, L. D. (2012). Analisis hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Sidikalang. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Rivai. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Teori dan Praktek. Ed. 2. Jakarta : Rajawali Press Riyadi, S. Kusnanto, H. (2010). Motivasi Kerja dan Karakteritik Individu Perawat di RSDr.H.Moh. Anwar Sumenep Madura. Diperoleh dari http //:www.ugm.ac.id.pdf. Diperoleh tanggal 28 Januari 2009. Robbins. Judge. (2008). Perilaku organisasi. Edisi ke-11. Jakarta: PT. Indeks kelompok Gramedia. Simanjuntak, P.J. (2010). Manajemen Dan Evaluasi Kinerja. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sitorus, Ratna. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional di RS. EGC, Jakarta. Suciati (2009). Analisis hubungan antara kompetensi kepemimpinan kepala ruangan yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana dengan kinerja perawat pelaksana di RSU Kabupaten Belitung. Tesis Program Pascasarjana FIK-UI. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Thoha, Miftah. (2009). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Tjiptono, F. dan Chandra. (2012). Kualitas Dalam Pelayanan Keperawatan. Yogyakarta : Amdi Offset. Wibowo, (2010). Manajemen Kinerja. Edisi pertama. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Winardi. (2009). Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Kencana.