Uploaded by User86619

Jurnal penerapan metode pair check

advertisement
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPA SISWA KELAS IV
Ni Wayan Febri Yuliariska1, I Wayan Suwatra2, Ni Nyoman Garminah3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran
IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Manggissari tahun pelajaran 2015/2016 setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check.Jenis Penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV di SD Negeri 2
Manggissari tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 15 orang.Data hasil belajar
dikumpulkan dengan instrumen berbentuk tes uraian yang berjumlah 6 butir.Data yang
terkumpul selanjutnya dinanalisis dengan menggunakan metode analisis statistik
diskriptif.Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa
sebesar 10 dari rata-rata 74 pada siklus I menjadi 84 pada siklus II.Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Pair Check dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 2 Manggissari tahun
pelajaran 2015/2016 dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Peningkatan terjadi karena
siswa termotivasi untuk belajar dengan adanya diskusi kelompok berpasangan yang
membuat siswa lebih leluasa dalam mengemukakan pendapat.
Kata kunci: Hasil belajar,Pair Check
Abstract
The purposes of this study are to know the increase of the learning achivement in natural
science of the four th grade student of SD Negeri 2 Manggissari in academic year
2015/2016 applied by using cooperative learning method type Pair Check. The present
study made use of a classroom action research. The subjects of the present study was
four th grade student of SD Negeri 2 Manggissari in academic year 2015/2016 which
consists of 15 student. The data of learning achievement collected with multiple choise
instrument which consists of 6 items. The accumulate of data were analyzed by using
descriptive statistical analysis method. The result of the study showed that the increased
average learning achivement around 10 from average 74 inthe cycle I becoming 84 in the
cycle II. Based on the result of the study that applied of cooperative learning method Pair
Check in natural science learning of four th grade student of SD Negeri 2 Manggissari in
academic 2015/2016 could be increased the student learning achivement. The increase
occurred because students are motivated by the discussion group pairs that make
students more freedom to express their opinions.
Keywords: Learning achivement, Pair Check
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN
Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa
yang
bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
Pendidikan
nasional
harus
mampu
meningkatkan mutu dan relevansi serta
efisiensi pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya
melalui olahhati, olahrasa, olahpikir, dan
olahraga agar memiliki daya saing dalam
menghadapi
tantangan
global.
Ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS)
yang berkembang pesat memunculkan
tuntutan baru dalam segala aspek
kehidupan
termasuk
dalam
sistem
pendidikan. Salah satu tuntutan dalam
sistem pendidikan adalah perubahan
paradigma atau reorientasi terhadap proses
pembelajaran.
Kurniasih & Berlin Sani (2015)
menyatakan bahwa “pendidikan dan
pembelajaran merupakan bidang yang
cukup kompleks,sebab dipengaruhi oleh
berbagai hal. Salah satu faktor yang
berpengaruh tersebut adalah guru”. Dengan
tidak mengesampingkan peranan siswa
dalam pembelajaran guru memegang
peranan penting dan utama, karena
keberhasilan proses pembelajaran sangat
di tentukan oleh
guru. Rampengan
(Trianto:2007) menyatakan
terbatasnya
metode yang digunakan membawa akibat
terhadap pesan yang diberikan oleh guru.
Pendidikan merupakan keharusan
bagi manusia, baik sebagai makhluk
individu maupun sebagai makhluk sosial
(Arbi & Syahniar Sharun 2011: 1). Ki Hajar
Dewantara
(dalam
Hartoto:2010)
menyatakan bahwa “pendidikan adalah
daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran, serta jasmani siswa, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup dan
menghidupkan siswa yang selaras dengan
alam dan masyarakatnya”. Pendidikan di
sekolah merupakan pendidikan secara
formal yang juga menggunakan acuan atau
pedoman
dalam
proses
pembelajaran.Wahyudin
(2002:6.19)
menyatakan bahwa “pendidikan dasar
bertujuan
untuk
memberikan
bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik
untuk mengembangkan hidupnya sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga Negara
dan anggota umat manusia serta
mempersiapkan
peserta
didik
untuk
mengikuti pendidikan selanjutnya”. Terlebih
lagi untuk anak SD.Acuan tersebut sangat
memepengaruhi
proses
belajar
dan
mengajar untuk anak-anak. Hal ini
dikarenakan siswa SD bagaikan masih
kertas putih yang akan ditulisi dengan
berbagai pengetahuan yang belum mereka
ketahui. Untuk itu, peran guru sangat
membantu dalam proses pembelajaran
siswa. Dalam proses ini guru hendaklah
mempersiapkan dengan matang sebelum
mengajar dikelas, dengan acuan maupun
pedoman yang ada serta kreativitas guru
yang menyenangkan sangat diperlukan
untuk membantu proses belajar siswa yang
maksimal.
Pendidikan merupakan pondasi
utama dalam mengelola, mencetak dan
meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas serta memiliki pola piker yang
tinggi yang diharapkan mampu untuk
menjawab tantangan pada masa yang akan
datang. Peran pendidikan sangat penting
untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,
damai, terbuka, dan demokratis. Oleh
karena itu pembaruan dalam bidang
pendidikan harus selalu dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan nasional
terutama pada proses pembelajaran.
Pembelajaran dirancang sebagai upaya
guru dalam memberikan materi pelajaran
kepada siswa agar dapat menguasai
beberapa keterampilan kognitif, afektif, dan
psikomotor.Dalam
dunia
pendidikan
pengelolaan kegiatan pembelajaran harus
mendapatkan perhatian yang serius.
Kelancaran proses pembelajaran didukung
oleh banyak faktor, baik dari faktor luar
maupun faktor dalam.
Dalam
proses
pendidikan,
diperlukan adanya pengelolaan kegiatan
pembelajaran yang efektif pasa semua
mata pelajaran termasuk mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA memiliki
upaya
untuk
membangkitkan
minat
manusia
serta
kemampuan
dalam
mengembangkan IPTEK.
Trianto (2010:141) menyatakan,
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan
“ilmu
pengetahuan
yang
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mempelajari gejala-gejala melalui
serangkaian proses yang dikenal
dengan
proses
ilmiah
yang
dibangun atas dasar sikap ilmiah
dan hasilnya terwujud sebagai
produk ilmiah, yang tersusun atas
tiga komponen terpenting berupa
konsep, prinsip, dan teori yang
berlaku secara universal”.
sejak usia dini dengan belajar lewat
lingkungan sekitar.
Pembelajaran
IPA
di
SD
menekankan pada pemberian langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Dalam pembelajaran IPA di
SD seorang guru harus memperhatikan
tahap
perkembangan
anak
dan
memperhatikan cara penyajiannya dalam
proses pembelajaran, agar fungsi dan
tujuan IPA di SD dapat tercapai.
Saat ini pembelajaran IPA yang
digunakan di beberapa Sekolah Dasar (SD)
masih
menggunakan
pendekatan
konvensional. Pembelajaran IPA masih
didominasi metode ceramah dan pemberian
tugas. Siswa kurang dilibatkan sepenuhnya
dalam pembelajaran dan kurang dilatih
untuk menggali dan mengolah informasi,
mengambil keputusan secara tepat, dan
memecahkan masalah. Siswa juga kurang
dilatih
untuk
mengkonstruksi
dan
menemukan sendiri konsep dan rumus
yang ada. Siswa cendrung lebih banyak
sebagai penerima informasi sehingga
membuat kecakapan berpikir siswa rendah
atau dengan kata lain pembelajaran
dirasakan kurang bermakna, dari proses
pembelajaran ini menimbulkan dampak
bagi siswa yakni kurangnya perhatian
dalam pembelajaran, siswa yang menghafal
konsep-konsep IPA sehingga banyak siswa
yang kurang memahami konsep-konsep
tersebut jika konsep tersebut diterapkan
pada
situasi
yang
berbeda
pada
permasalahan yang sejenis, serta siswa
merasa bosan dengan pembelajaran yang
terlihat dari masih adanya siswa yang
bermain-main pada saat pembelajaran
berlangsung.
Untuk
menumbuhkan
dan
mengoptimalkan pemahaman, interaksi dan
kerjasama siswa dalam memecahkan suatu
masalah, maka perlu menggunakan seting
kelas pembelajaran dengan teknik belajar
kooperatif. Salah satu teknik pembelajaran
kooperatif yang dipilih yaitu kooperatif tipe
Pair Check. Pembelajaran kooperatif tipe
Pair Check adalah sebuah alur diskusi
dimana siswa diminta bekerja berpasangan
dan menerapkan susunan pengecekan
berpasangan untuk memecahkan masalahmasalah
yang
ada
dalam
proses
Tujuan pembelajaran IPA disekolah
yaitu “memberikan pengetahuan kepada
siswa tentang dunia hidup, cara bersikap
serta menanamkan sikap hidup ilmiah,
memberikan ketrampilan untuk melakukan
pengamatan,
mendidik
siswa
unutk
mengenal, mengetahui cara kerja serta
menghargai para ilmuan penemunya”
(Trianto, 2010:141). Kardi & Nur (dalam
Trianto, 2010:142) menyatakan bahwa
“hakikat IPA mesti tercermin dalam tujuan
pendidikan dan metode mengajar yang
digunakan”.
IPA adalah salah satu mata
pelajaran yang sangat penting untuk
diberikan kepada semua siswa, mulai dari
sekolah dasar sampai pada perguruan
tinggi.Rendahnya prestasi belajar siswa
tersebut
terkait
dengan
komponenkomponen pembelajaran IPA di sekolah,
diantaranya kurikulum, media, pendekatan,
model, dan evaluasi.
Samawato (2010: 3) menyatakan,
Ilmu pengetahuan alam merupakan
terjemahan kata-kata dalam bahasa
Inggris yaitu natural science, artinya
ilmu
pengetahuan
alam
(IPA).Berhubungan dengan alam
atau bersangkut paut dengan alam,
science
artinya
ilmu
pengetahuan.Jadi ilmu pengetahuan
alam (IPA) atau science itu
pengertiannya
dapat
disebut
sebagai ilmu tentang alam.Ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa di
alam ini.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut,
IPA adalah ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA
tidak hanya mengumpulkan pengetahuan
melainkan juga memerlukan kerja, cara
berpikir, dan cara memecahkan masalah.
Belajar tentang IPA sudah dimulai dari
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran.
Sanjaya
(2012:132)
menyatakan “pembelajaran Pair Check
adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
yang berpasangan (kelompok sebangku)
yang bertujuan untuk mendalami atau
melatih materi yang telah dipelajarinya”.
Melalui kegiatan diskusi ini, siswa yang
mengalami
kesulitan
dalam
belajar,
diharapkan mampu saling membantu satu
sama lainya, sehingga menghasilkan efek
yang positif terhadap peningkatan respon
siswa dalam memecahkan masalah.
Melalui penerapan susunan pengecekan
berpasangan, memungkinkan tumbuhnya
sikap kritis dan saling menukarkan
perbedaan pemikiran yang menantang
siswa untuk semakin mengoreksi dan
mengembangkan pengetahuan yang telah
dibentuknya. Dengan pembelajaran ini
siswa dituntut untuk menghargai dan
menerima saran sesama teman sehingga
tidak memungkinkan adanya dominasi
dalam kelompok. Melalui pembelajaran ini
siswa akan memiliki rasa tanggung jawab
dan saling mengisi dalam menemukan
pemecahan masalah sehingga pada
akhirnya akan mampu meningkatkan
hubungan positif antar individu. Pada
intinya model pembelajaran Pair Check
adalah model pembelajaran berpasangan
untuk mendalami suatu konsep/topik dalam
pembelajaran.
Hasil belajar siswa yang maksimal
tidak lepas dari peran guru dalam proses
pembelajaran. Peran guru dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah sangat tinggi.
Peran guru tersebut terkait dengan peran
siswa dalam belajar.
Dimyanti & Mudjiono (2009:37)
menyatakan
Guru adalah subjek pembelajaran
siswa. sebagai subjek pembelajaran
guru berhubungan langsung dengan
siswa. guru dapat menggolonggolongkan motivasi belajar siswa
tersebut, kemudian guru melakukan
penguatan-penguatan pada motivasi
instrumental,
motivasi
sosial,
motivasi berprestasi dan motivasi
intrinsik siswa.
tertulis,
lengkap
dan
menyeluruh,
meningkatkan diri untuk menjadi seorang
guru yang berkepribadian utuh, bertindak
sebagai guru yang mendidik, meningkatkan
profesionalitas keguruan.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan di SD Negeri 2 Manggissari pada
pembelajaran IPA di kelas IV kurang
bermakna dan menyenangkan. Hal ini
disebabkan oleh guru masih menggunakan
pembelajaran konvensional. Meski sudah
menggunakan media atau alat peraga
namun siswa masih saja pasif dalamproses
pembelajaran
karena
media
yang
digunakan tidak menarik bagi siswa.
Selanjutnya,
hasil
wawancara
dengan wali kelas IV yang dilakukan di
SDNegeri2
Manggissari,
membuktikan
bahwa pembelajaran IPA di kelas IV kurang
menarik dan membosankan, sehingga
siswa
kurang
berpatisipasi
dalam
pembelajaran.Selama
kegiatan
pembelajaran guru kurang menerapkan
model atau metode pembelajaran yang
inovatif karena guru hanya menggunakan
metode ceramah dalam pembelajaran.Hal
tersebut mengakibatkan suasana kelas
menjadi
membosankan,
siswa
tidak
memperhatikan penjelasan guru dan siswa
kurang tanggap terhadap materi pelajaran
yang
disampaikan
guru,
sehingga
berperngaruh terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA.Sesuai dengan
pencatatan dokumen mengenai hasil UTS
IPA siswa yang masih berada di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu
63, sedangkan KKM yang ditetapkan
sekolah adalah 65. Dari 15 siswa hanya 5
orang yang memperoleh nilai di atas KKM,
sedangkan 10 orang memperoleh nilai di
bawah KKM.
Berdasarkan masalah tersebut,
solusi yang dapat digunakan adalah
menerapkan model pembelajaran Pair
Check yang nantinya diharapkan mampu
membuat siswa lebih tertarik dalam proses
pembelajaran
dengan
cara
belajar
berpasangan. Model pembelajaran Pair
Check adalah proses belajar yang lebih
mengutamakan
kerjasama
dalam
kelompok, setiap anggota kelompok harus
memiliki kemandirian dan harus memiliki
kemampuan
dalam
menyelesaikan
persoalan uang diberikan (Huda, 2014).
Guru memiliki peran penting dalam
pembelajaran. Peran guru tersebut antara
lain membuat desain pembelajaran secara
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Siswa belajar dalam berpasangan dapat
saling bertukar pendapat, dengan cara ini
siswa akan mampu menemukan konsep
yang dipelajari bersama pasangannya,
dengan demikian pembelajaran akan
menjadi lebih bermakna dan pembelajaran
tidak hanya berpusat pada guru.
Salah satu keunggulan metode ini
adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep/topik dalam
suasana yang menyenangkan, metode ini
bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkat usia.
Jadi model pembelajaran Pair Check
(kelompok sebangku) merupakan salah
satu
model
pembelajaran
siswa
berpasangan.
Pembelajaran kooperatif tipe Pair
Check dapat memotivasi siswa untuk
berpikir lebih kritis dan kreatif, terbuka, dan
mampu bekerjasama, berkompetensi dalam
pembelajaran IPA serta berkomunikasi logis
dan
argumentatif,
sehingga
proses
pembelajaran
berlangsung
secara
bermakna dan alamiah dalam bentuk
kegiatan bekerja dan mengalami (berfokus
pada siswa), bukan transfer dari pikiran
guru ke pikiran siswa. Dengan kata lain,
siswa tidak selalu menganggap guru
sebagai satu-satunya sumber belajar,
sehingga pada akhirnya akan membantu
meningkatkan penguasaan kompetensi
dasar sains siswa. Salah satu keunggulan
model ini adalah siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep/topic
dalam suasana yang menyenangkan,
model ini bisa digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkat
usia. Jadi model pembelajaran Pair Check
merupakan salah satu model pembelajaran
siswa berpasangan.
Pembelajaran Pair Check ini juga
melatih rasa sosial siswa, kerjasama, dan
kemampuan memberikan penilaian kepada
teman lainnya dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan. Pada prinsipnya, model
pembelajaran
Pair
Check
sangat
mengedepankan
teknik-teknik
berpasangan, salah seorang menyajikan
persoalan dan temannya mengerjakan, dan
pengecekan kebenaran jawaban dilakukan
dengan bertukar peran.Kelebihan dari
model pembelajaran kooperatif tipe Pair
Check
adalah
dapat
meningkatkan
kemandirian
siswa,
meningkatkan
partisipasi siswa untuk menyumbangkan
pemikiran karena merasa leluasa dalam
mengungkapkan pendapatnya, membentuk
kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat,
dan melatih kecepatan berpikir siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
kelas IV tahun ajaran 2015/2016 setelah
penerapan model pembelajaran Pair Check
di SDN 2 Manggissari Kecamatan
Pekutatan, Kabupaten Jembrana.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
dilakukan
pada
semester genap di SD Negeri 2
Manggissari
pada
tahun
pelajaran
2015/2016. Penelitian yang dilakukan
adalah penelitian tindakan kelas. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV
SD Negeri 2 Manggissari semester genap
tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah
15 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa
laki-laki dan 5 siswa perempuan. Objek
penelitian tindakan kelas ini adalah hasil
belajar IPA pada siswa kelas IV semester
genap SD Negeri 2 Manggissari tahun
pelajaran 2015/2016.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
dilaksanakan dalam 2 siklus yang tiap
siklus dilaksanakan sebanyak empat kali
pertemuan.Pertemuan pertama hingga
ketiga
untuk
pembahasan
materi,
sedangkan pertemuan keempat untuk
pemberian tes evaluasi. Tiap siklus terdiri
dari empat tahapan yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan evaluasi dan refleksi.
Penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif
sebab
menggambarkan
penerapan suatu pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Model
penelitian tindakan kelas ada empat
tahapan pada satu siklus penelitian. Tahap
yang dilakukan dalam setiap siklus meliputi:
(a) perencanaan, (b) tindakan, (c) observasi
dan evaluasi tindakan, dan (d) refleksi.
Keempat kegiatan yang ada pada setiap
siklus adalah: 1) perencanaan yang meliputi
persamaan persepsi dengan guru tentang
model
yang
akan
digunakan;
2)
pelaksanaan
tindakan
merupakan
implementasi
atau
penerapan
isi
rancangan; 3) observasi dan evaluasi
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
tindakan
dilakukan
selama
proses
pembelajaran berlangsung, observasi untuk
mengetahui kelemahan dan keunggulan
model pembelajaran, evaluasi mengenai
segala komponen yang memengaruhi
proses pembelajaran. Hasil refleksi siklus I
dijadikan dasar perencanaan tindakan
siklus berikutnya, baik berupa perencanaan
ulang
maupun
melanjutkan
proses
pembelajaran berikutnya.
Data
dalam
penelitian
ini
dikumpulkan dengan menggunakan metode
tes, dengan instrumen yang digunakan
yaitu berupa tes hasil belajar.Dalam
penelitian ini tes yang digunakan berbentuk
esai yaitu suatu tes yang menuntut siswa
untuk mampu mengingat materi yang telah
diajarkan. Metode tes ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada ranah
kognitif siswa sehingga dari hasil belajar
siswa tersebut nantinya akan digunakan
sebagai acuan dalam membuat kesimpulan
Soal esai yang digunakan sebagai
instrumen berjumlah 6 butir. Setiap soal
yang dijawab dengan benar oleh siswa
akan diberikan skor 3. Penyusunan
instrumen
tes
hasil
belajar
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berpedoman pada
kisi-kisi tes yang telah disusun berdasarkan
kompetensi yang akan dicapai.
Menentukan data hasil belajar dapat
menghitung nilai hasil belajar individu, ratarata nilai hasil belajar siswa dan dan
persentase rata-rata hasil belajar.Data yang
telah terkumpul dianalisis dengan analisis
statistik
deskriptif.Untuk
mengetahui
peningkatan hasil belajar IPA siswa
dilakukan dengan membandingkan ratarata berdasarkan Penilaian Acuan Patokan
(PAP) skala lima pada tabel 1.
Tabel 1. Pedoman Konversi Skala Lima tentang Peningkatan
Hasil Belajar
Persentase
Katagori
Persentase
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54
Katagori
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan
peneliti adalah (1) ketuntasan belajar
menimal 80% dan berpedoman pada
Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima,
(2) setelah penerapan model pmebelajaran
kooperatif tipe Pair Check hasil belajar
siswa cenderung meningkat ke katagori
baik atau sangat baik dan apabila indikator
keberhasilan tercapai, penelitian dihentikan
dan dijadikan simpulan dan pembahasan
bahwa siklus tersebut telah mencapai ratarata persentase hasil belajar IPA secara
keseluruhan mencapai minimal 80%.
Untuk menentukan keberhasilan
tindakan meningkatkan hasil belajar
digunakan kriteria berikut.
Tabel 2. Kriteria Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA
Kriteria Peningkatan Gains Skor
Predikat
≥ 0,7
0,3 sd < 0,7
< 0,3
Tinggi
Sedang
Rendah
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Keberhasilan penelitian tindakan
kelas
ini
ditandai
dengan
adanya
peningkatan hasil belajar siswa kelas IV
SDN 2 Manggissari. Kriteria keberhasilan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1)Persentase rata-rata belajar siswa
berada pada rentang 80 ≤ M < 90 dengan
kriteria “Aktif”. (2) Persentase rata-rata hasil
belajar berada pada rentang 80 ≤ M < 90
dengan kriteria “Tinggi”. (3) Kualitas
peningkatan keberhasilan hasil belajar IPA
siswa berada pada rentangan 0,3 sd < 0,7
yakni mencapai predikat minimal ”Sedang
Jadwal
penelitian
disesuaikan
dengan kalender akademik yang digunakan
di sekolah tempat penelitian berlangsung.
Mulai bulan februari adalah kegiatan
persiapan penelitian, bulan maret sampai
bulan april adalah kegiatan pelaksanaan
penelitian siklus I dan siklus II, bulan mei
adalah penyusunan laporan hasil penelitian.
kegiatan pembelajaran. (2) Siswa masih
kesulitan dalam mengidentifikasi materi
yang akan dipelajari. Siswa cendrung
hanya sekedar membaca. (3) Keaktifan
siswa dalam diskusi kelompok ataupun
dalam mempresentasikan hasil diskusi
kelompok masih rendah. Hal ini terlihat dari
jumlah siswa yang mau memberikan
pendapat dalam diskusi maupun dalam
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
dan jumlah siswa yang mengajukan
pertanyaan masih minim dan cendrung
siswa yang sama. (4) Sebagian besar siswa
belum mampu mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru. (5) Siswa dalam
mengikuti pembelajaran sudah disiplin,
tidak ada lagi siswa yang rebut ataupun
bermain-main
disaat
pembelajaran
berlangsung.
Selain kendala yang ditemui selama
pelaksanaan siklus I terdapat juga
beberapa kelebihan setelah pelaksanaan
siklus I yaitu sebagai berikut. (1) Terjadi
peningkatan hasil belajar dari prasiklus ke
siklus I. (2) Siswa berpatisipasi aktif dalam
proses pembelajaran karena rasa ingin tahu
dan kompetisi kelompok untuk menjawab
pertanyaan. (3) Siswa memiliki kesempatan
yang sama dalam bertanya, menjawab
pertanyaan, dan mengemukakan pendapat.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut,
perbaikan tindakan yang diambil untuk
dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai
berikut. (1) Guru mensosialisasikan kembali
pembelajaran yang sedang diterapkan guru
sehingga siswa lebih paham terhadap cara
kerja
dan
tugas
mereka
dalam
pembelajaran. (2) Guru lebih intensif
membimbing siswa baik dalam meneliti
materi ajar. (3) Guru menuntun siswa
dengan cara memberikan pertanyaan atau
informasi yang dapat dijadikan acuan dalam
berpendapat atau menjawab pertanyaan.
(4) Guru memberikan latihan-latihan soal
pada akhir pembelajaran terkait dengan
materi yang telah dipelajari, sehingga siswa
terbiasa untuk menyelesaikan soal-soal
yang
akan
diberikan.
(5)
Lebih
menanamkan rasa kerjasama siswa dalam
mengerjakan tugas kelompok.
Dengan menerapkan hal terserbut di
atas, diharapkan hasil belajar siswa lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang dilakukan dalam dua
siklus. Pelaksanaan tindakan pada setiap
siklus dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan,
yaitu
3
kali
pertemuan
untuk
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan
1 kali pertemuan untuk evaluasi hasil
belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 4 April sampai tanggal 28
April 2016 pada siswa kelas IV di SD N 2
Manggissari.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa
kelas IV setelah
penerapan model
pembelajaran Pair Check. Data hasil belajar
yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis
sesuai dengan metode analisis data yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan hasil observasi dan
evaluasi selama pemberian tindakan pada
siklus I, terdapat beberapa kendala yang
menyebabkan
kurang
optimalnya
pelaksanaan siklus I adalah sebagai
berikut. (1) Siswa belum terbiasa dalam
mengikuti pembelajaran yang diterapkan
guru, mereka masih menggunakan metode
belajar lama yang menggunakan metode
ceramah
sehingga
siswa
terlihat
kebingungan, dan belum aktif dalam
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
meningkat sehingga bisa memenuhi KKM
yang telah ditentukan.
Refleksi dari siklus II, penerapan
model pembelajaran Pair Check dalam
pembelajaran dapat meningkatan keaktifan
dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD
Negeri 2 Manggissari dan telah memenuhi
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
sehingga penelitian ini dapat dihentikan.
Persentase dan kualitas peningkatan
keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas
IV SD Negeri 2 Manggissari dari prasiklus,
siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada
tabael 3 dan 4 di bawah ini.
Tabel 3. Ringkasan Persentase Peningkatan Hasil Belajar IPA
Tahap
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Persentase
Hasil Belajar IPA
71%
74%
84%
Kriteria
Hasil Belajar IPA
Cukup
Cukup
Tinggi
Tabel 4. Ringkasan Peningkatan Hasil Belajar IPA
Perbandingan
Prasiklus dan
Siklus I
Siklus I dan
Siklus II
Kriteria
Peningkatan
Hasil Belajar IPA
0,07
Hasil Belajar IPA
Rendah
0,34
Sedang
Pemilihan dan penerapan strategi
pembelajaran
yang
tepat
dapat
meningkatkan hasil belajar pada proses
pembelajaran yang diterapkan,
terbukti
bahwa penerapan model pembelajaran Pair
Check dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas IV semester I SD Negeri 2
Manggissari. Berasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
penelitian ini dihentikan pada siklus II
karena hasil penelitian sudah mampu
mencapai hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan
temuan
dalam
pembelajaran, hasil penelitian pada siklus I
belum memenuhi kriteria yang ditetapkan
sehingga perlu diadakan perbaikanperbaikan pada siklus selanjutnya. Dari
analisis data hasil belajar siswa selama
penerapan model pembelajaran Pair Check
pada siklus I hasil belajar siswa termasuk
dalam predikat cukup, dengan nilai rata-rata
sebesar 74.1 dan nilai presentase hasil
belajarnya hanya mencapai 74%, yang
berarti belum mencapai kriteria yang
ditetapkan yaitu pada predikat tinggi.
Predikat
Setelah proses pembelajaran berlangsung
sampai siklus II, hasil belajar IPA siswa
sudah mencapai kriteria keberhasilan yang
ditetapkan terlihat dari analisis data hasil
belajar siswa pada siklus II, hasil belajar
siswa berada pada kriteria tinggi, dimana
nilai rata-rata sebesar 84.4 dan nilai
presentasenya mencapai 84%.
Berdasarkan data yang telah
diperoleh, tidak ada lagi ditemukan
kendala-kendala pada siklus II karena
sudah dilakukan tindakan-tindakan berupa
perbaikan sehingga penelitian dihentikan
pada siklus II. Berdasarkan hasil tersebut,
ternyata penerapan model pembelajaran
Pair Check dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2
Manggissari. Peningkatan hasil belajar
yang terjadi pada siklus II terjadi karena
penerapan model pembelajaran Pair Check
yang dilaksanakan dapat menimbulkan
suasana belajar yang menyenangkan bagi
siswa, sehingga berpengaruh terhadap
hasil belajar. Hal ini terbukti dengan (1)
siswa benar-benar memperhatikan materi
pelajaran yang dijelaskan oleh guru, aktif
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dalam kerja kelompok dan berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
masalah-masalah
yang
disampaikan
teman-temannya. (2) siswa sudah mampu
mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran Pair
Check. (3) pembentukan kelompok yang
dipilih oleh guru membuat siswa tidak
memilih atau membeda-bedakan teman
dalam menentukan kelompok, sehingga
tidak banyak waktu yang terbuang dalam
pembentukan kelompok. (4) pemberian
penghargaan (reward), dapat memberikan
motivasi kepada siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran dengan sebaikbaiknya. Penghargaan yang diberikan
berupa tepuk tangan, pujian, ataupun
pemberian hadiah khusus. Pemberian
penghargaan seperti ini dapat memotivasi
siswa untuk menciptakan suasana belajar
yang menumbuhkan semangat belajar
siswa dan meningkatkan antusias siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
Hal tersebut sejalan dengan teori
Lie(2010) bahwa “teknik mencari pasangan
sambil belajar akanmampu menciptakan
suasana
belajar
yang
menyenangkan”.Terjadinya
peningkatan
hasil belajar dari siklus I sampai siklus II,
menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran
Pair
Check
untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran IPA. Oleh sebab itu,
penerapan model pembelajaran yang
demikian sangat perlu dilakukan secara
intensif dan berkelanjutan.
Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yantiani tahun 2013 yang menyatakan
bahwa model pembelajaran Pair Check
adalah model yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa karena melalui
penerapan model ini siswa diajak untuk
belajar
secara
menyenangkan
dalammemecahkan permasalahan yang
diberikan, sehingga terjadi diskusi dan
saling
bertukar
informasi
maupun
pengetahuan yang mampu meningkatkan
pemahaman siswa.
Penerapan model pembelajaran
kooperatif
tipe
Pair
Check
dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas
IV semester genap Sekolah Dasar Negeri 2
Manggissari tahun pelajaran 2015/2016.
Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diproleh
siswa pada siklus I bahwa nilai hasil belajar
IPA lebih baik dari pada nilai hasil belajar
sebelum diadakan penelitian dan hasil
belajar setelah diadakan penelitian yaitu di
siklus I, rata-rata hasil belajar siswa yang
masih mencapai 74.1 yang berada pada
kategori tinggi dan ketuntasan hasil belajar
siswa secara klasikal adalah 74.1%. Namun
setelah dilanjutkan ke siklus II dengan
melakukan perbaikan pembelajaran dan
pemecahan masalah dari refleksi siklus I,
maka rata-rata hasil belajar siswa
meningkat sebanyak 9.8 menjadi 83.9 yang
berada pada kategori baik dan ketuntasan
hasil belajar IPA siswa secara klasikal
meningkat sebanyak 9.8% menjadi 86%.
Peningkatan dari siklus I ke siklus II telah
dapat memenuhi kriteria keberhasilan
pelaksanaan penelitian ini.
Saran yang dapat disampaikan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut. (1) siswa-siwa di
sekolah dasar agar lebih aktif dan kreatif
dalam proses pembelajaran dan terus
mengembangkan pemahamannya dengan
membangun sendiri pengetahuan tersebut
melalui pengalaman. (2) guru-guru di
sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam
pembelajaran dengan menerapkan suatu
model pembelajaran yang inovatif untuk
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (3)
sekolah-sekolah
yang
mengalami
permasalahan terhadap hasil belajar IPA,
disarankan untuk mengambil tindakan yang
tepat
dengan
upaya
menerapkan
pembelajaran yang inovatif dan kreatif. (4)
peneliti yang berminat untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut tentang model
pembelajaran Pair Check dalam bidang
ilmu IPA maupun bidang ilmu lainnya yang
sesuai agar memperhatikan kendalakendala yang dialami dalam penelitian ini
sebagai
bahan
pertimbangan
untuk
perbaikan dan penyempurnaan penelitian
yang akan dilaksanakan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan rumusan masalah,
hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
DAFTAR PUSTAKA
Arbi, Zanti Sultan dan Syahniar Syahrun.
1993. Dasar Dasar Kependidikan.
Jakarta: Depdikbud.
Arikunto, S., dkk. 2015. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda,
Miftahul.
2014.
Model-model
Pengajaran
dan
Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurniasih,
Imas
dan
Berlin
Sani.2015.Ragam
Pengembangan
Model
Pembelajaran
Untuk
Peningkatan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Kata Pena.
Lie,
A. 2010. Cooperative Learning
(Memprakrikkan
Cooperative
Learning di Ruang Kelas). Jakarta:
Gramedia.
Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:
Indeks
Sanjaya,
Wina.
2012.
Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
-------. 2010. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyudin, Dinn. H, dkk. 2002. Pengantar
Pendidikan.
Jakarta:
Universitas
Terbuka.
10
Download