Uploaded by meta.assyifa1007

PPT LAPORAN KASUS EKLAMPSIA

advertisement
LAPORAN KASUS
Pembimbing
dr. Msy. Yenny Indriani, Sp.OG (K)., MARS.
OLEH :
Meta Prameswari, S.Ked
712018047
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Eklampsia  kasus akut pada penderita preeklampsia, disert
ai kejang menyeluruh dan koma.
Tiga tipe  eklampsia antepartum, eklampsia intrapartum, dan
eklampsia postpartum
Mortalitas sangat tinggi, penting agar mampu
menatalaksana dengan tepat dan mencegah kematian ibu
1. Diharapkan bagi semua dokter muda dapat memahami kasus
Eklampsia.
2. Diharapkan muncunya pola berpikir yang kritis bagi semua dokter muda
setelah dilakukannya diskusi dengan dosen pembimbing klinis tentang kasu
s Eklampsia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Eklampsia : kasus akut pada penderita preeklampsia disertai kejang meny
eluruh dan koma, tidak disebabkan oleh penyebab lain,
didahului dengan preeklampsia, dapat terjadi sebelum, saat ,
dan setelah persalinan.
Idiopatic
Usia, Obesitas, Penyakit Kronis
Primigravida, primipaternitas
Riwayat Eklampsia sebelumnya
Hiperplasentosis
Riwayat Kehamilan terganggu
01
ANTEPARTUM (53 %)
02
INTRAPARTUM
03
POSTPARTUM (44 %)
04
• (91%) > 28 minggu.
• minggu ke 21 dan 27  (7,5%)
• 20 minggu  (1,5%)
PATOFISIOLOGI
1. Inhibisi Perkembangan Uterovaskular
interaksi antara allograft fetus dan ibu
perubahan vaskular lokal dan sistemik
2. Hambatan regulasi aliran darah serebral
Regulasi perfusi serebral dihambat
pembuluh darah dilatasi
02
eclampsia perkembangangan arteri
uteroplasenta terhambat
peningkatan permeabilitas
edema serebral  iskemia dan enselopati.
PATOFISIOLOGI
3. Disfungsi endotel
4. Stres oksidatif
faktor antiangiogenik(protein plasenta fms-like tyrosin
e kinase 1 (sFlt-1) dan activin A, antagonis Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF).
molekul leptin meningkat pada sirkulasi
reduksi VEGF  disfungsi endotel lokal dan sistemik
.
agregasi trombosit meningkatkan koagulasi
02
Kebocoran protein sirkulasi dan edema generalisata
sekuele disfungsi endotel
menstimulasi produksi dan sekresi faktor ant
angiogenik activin A
DIAGNOSIS
Hipertensi proteinuria  dan terakhir kejang sesuai urutan
Hipertensi
Berat
.>160 mmHg sistolik
>110 mm Hg diastolik
Proteinuria
setidaknya +1 pada
dipstick (300 mg)
4 Tingkat Kejang
- tingkat awal atau aura
- tingkat kejangan tonik
- tingkat kejangan klonik,
- tingkat koma
DIAGNOSIS
• Perdarahan Otak
• Hipertensi
• Lesi Otak
• Kelainan Metabolik
• Meningitis
• Epilepsi Iatrogenik
• Airway, Breathing, Circulation (ABC), Mengatasi Dan Mencegah Kejang.
• Mengatasi Hipoksemia Dan Asidemia
• Mencegah Trauma
• Mengendalikan Tekanan Darah
• Melahirkan Janin Pada Wakru Yang Tepat Dan Dengan Cara Yang Tepat
MEDIKAMENTOSA
• Anti kejang  Magnesium sulfat (MgSO,) atau lainnya thiopental, Diazepam
• Loading dose: initial dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15 menit.
• Maintenance dose: Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam; atau diberikan 4 atau 5 gram i.m
• Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4 - 6 jam. Bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas
10 % = 1 g (10 % dalam 10 cc) diberikan i.v. 3 menit.
MEDIKAMENTOSA
• Antihipertensi
• Tekanan darah diturunkan secara bertahap
• Lini pertama  Nifedipin Dosis 10 – 20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 24 jam.
• Lini kedua Sodium nitroprusside: 0,25 µg i.v./kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25 µg i.v./kg/ 5 menit, Diazokside: 3
0 – 60 mg i.v./5 menit; atau i.v. infus 10 mg/menit/ dititrasi.
Non-medikamentosa  Perawatan Pada Waktu Kejang
• Isolasi Cukup Terang, Tidak Di Kamar Gelap
• Rail Tempat Tidur Harus Dipasang Dan Dikunci Dengan Kuat.
• Masukkan Sudap Lidah Ke Dalam Mulut
• Kepala Direndahkan Dan Daerah Orofaring Disap.
• Oksigen.
Pengobatan Obstetrik
• Semua Kehamilan Dengan Eklampsia Harus Diakhiri Tanpa Memandang Umur Kehamilan Dan Keadaan
Janin.
• Dilakukan Bila Mencapai Stabilisasi Hemodinamika Dan Metabolisme Ibu.
Bila penderita tidak terlambat dalam
pemberian pengobatan, maka gejala
perbaikan akan tampak jelas setelah
keharmilannya diakhiri.
Prognosis janin  tergolong buruk.
Seringkali janin mati intrauterin atau mati
pada fase neonatal.
Peningkatan risiko kematian negara maju (0-1.8%),
14% di negara berkembang.
Risiko terbesar kematian sebelum 28 minggu
Risiko DIC (8%), hemolisis, peningkatan enzim hati, HELL
P syndrome (10- 15%), dan hematoma hati (1%)
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
• Nama
: Ny. T
• Tanggal lahir : 22 Juni 1993
• Umur
: 27 tahun
• Pendidikan
: SMA
• Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
• Alamat
: Sungai Rambutan. Indralaya. Kabupaten Ogan Ilir.
• MRS
: 27 Januari 2021, Pukul 17:45 WIB
• No. RM
: 59.96.46
ANAMESIS
• Keluhan Utama
Kejang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
• Riwayat Perjalanan Penyakit
Riwayat kejang ke 1 saat dirumah pukul 16:00 WIB dengan durasi >
5 menit. Pasien kelonjotan saat kejang, setelah kejang os gelisah dan lemas.
Riwayat kejang ke 2 dan ke 3 saat diperjalanan menuju rumah sakit yaitu pukul 17:00
wib sebanyak 2 kali dengan durasi >10 menit. Saat tiba dirumah sakit
pasien dalam keadaan penurunan kesadaran.
Saat di IGD RS Bari pukul 18:05 wib, os kejang lagi sebanyak 1 kali, posisi
kelonjotan seluruh tubuh dengan durasi >1 menit. Os hamil anak ke 2 dengan
usia antara 28-29 minggu.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi pada kehamilan sebelumnya (+), Riwayat operasi SC (-),
Riwayat abortus (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga, Riwayat Menstruasi, tidak diketahui
• Riwayat Perkawinan, Riwayat Kontrasepsi, tidak diketahui
• Riwayat ANC, Riwayat Kehamilan dan persalinan Tidak diketahui
Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum
: Tampak sakit berat
Kesadaran
: Somnolen
Tekanan Darah
: 190/128 mmHg
Nadi
: 98 x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit, reguler
Suhu
: 36,7°C
Denyut Jantung Janin : 112 x/menit
G2P1A0 hamil 28-29 minggu
dengan Eklampsia
Insert the title of your subtitle Here









IVFD RL gtt 20x/menit + 15 cc MgSO4 40%
Injeksi 4 gram MgSO4 40% bolus pelan i.v
Dopamed 500 mg
Nifedipine 10 mg
Kateter Urin (+)
O2 nasal kanul 3 liter/menit
Pukul 18:05 wib : os kejang  bolus 4 gram MgSO4 40%
Pukul 18:10 wib : os apnea  RJP 4 x 5 siklus + injeksi epinefrin 2x1 ampul i.v
Pukul 18:22 wib pasien dinyatakan meninggal.
BAB IV
ANALISA KASUS
Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini
sudah benar?
Insert the title of your subtitle Here
HASIL
Pada kasus ini dilaporkan seorang pasien bernama Ny.T berusia 27 tahun pekerjaan ibu rumah tangga
yang beralamat di Sungai Rambutan Kabupaten Ogan Ilir G2P1A0 hamil 28-29 minggu dengan Eklampsia.
Pasien datang ke IGD PONEK RSUD Palembang BARI dengan keluhan Kejang sejak 2 jam sebelum masuk
rumah sakit.
PEMBAHASAN
Dari keluhan yang didapat, pasien tersebut mengalami eclampsia, menurut teori dimana timbul
merupakan kejang umum dan dapat terjadi sebelum, saat, dan setelah persalinan. Berdasarkan usia
kehamilan pasien yaitu eklampsia antepartum dimana jenis ini dilaporkan dari penelitian terbaru
berkisar dari 38% menjadi 53% dari seluruh eklampsia.
HASIL
Berdasar anamesis didapat riwayat kejang ke 1 saat dirumah pukul 16:00 WIB
dengan durasi >5 menit. Pasien kelonjotan saat kejang, setelah kejang os
gelisah dan lemas. Riwayat kejang ke 2 dan ke 3 saat diperjalanan menuju
rumah sakit yaitu pukul 17:00 wib sebanyak 2 kali dengan durasi >10 menit.
Saat tiba dirumah sakit pasien dalam keadaan penurunan kesadaran.
Saat di IGD RS Bari pukul 18:05 wib, os kejang lagi sebanyak 1 kali, posisi
kelonjotan seluruh tubuh dengan durasi >1 menit. Os hamil anak ke 2 dengan
usia antara 28-29 minggu.
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamesis tersebut, pasien datang ke IGD dalam tingkat koma setelah
mengalami kejang tonik -klonik. Secara teori urutan – urutan gejala yang timbul pada eclampsia yaitu
hipertensi, proteinuria, dan terakhir kejang. Adanya fase koma setelah kejang
dapat bervariasi, pada kasus ini tidak diberi tatalaksana obat anti kejang dengan cepat sehingga kejang
disusul dengan episode kejang berikutnya.
PEMBAHASAN
Kejang tonik ini segera disusul dengan kejang klonik dimana terbukanya rahang,
tertutupnya kelopak mata kemudian adanya kontraksi intermiten pada otot-otot muka
dan otot-otot seluruh tubuh, lidah tergigit dan keluar liur berbusa, kejang klonik
berlangsung kurang lebih 1 menit.
HASIL
Riwayat penyakit dahulu didapatkan riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya (+) dimana dapat m
enjadi faktor resiko terjadinya preeklampsia / eclampsia dikehamilan berikutnya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 190/128 mmHg
PEMBAHASAN
Berdasarkan teori telah terjadi hipertensi berat
(>160 mm hg sistolik dan / atau >110 mm hg diastolik)
dan lebih sering terjadi pada pasien yang mengalami eklamsia antepartum sebesar 58%.
HASIL
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan protein urin positif (+++),
pemeriksaan darah didapat anemia, leukositosis, trombositopenia,
peningkatan SGOT SGPT.
PEMBAHASAN
Berdasarkan teori pasien telah mengalami preeklampsia dimana ditemukan tekanan darah yang tinggi
>160/110 disertai proteinuria lebih dari 5g/24 jam. Serta kemungkinan pasien mengalami sindroma HEL
LP dimana eclampsia disertai timbulnya hemolysis, peningkatan enzim hepar,
disfungsi hepar, dan trombositopenia. Akan tetapi pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan
darah khusus untuk mengetahui adanya hemolysis dan enzim hepar lainnya
PEMBAHASAN
Diagnosis pada pasien ini adalah G2P1A0 hamil 28-29 minggu dengan Eklampsia. Diagn
osis pada pasien ini sudah tepat jika ditinjau dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Apakah penatalaksanaan pada pasien ini
sudah adekuat?
Insert the title of your subtitle Here
HASIL
Pada tatalaksana awal yang diberikan di PONEK RS Bari, pasien diberikan IVFD RL gtt 2
0x/menit + 15 cc MgSO4 40% dan O2 nasal kanul 3 liter/menit, Injeksi 4 gram MgSO4
40% bolus pelan i.v
PEMBAHASAN
Berdasarkan teori telah sesuai dimana perawatan dasar eklampsia yang utama ialah
terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang harus selalu diingat
Airway, Breathing, Circulation (ABC). Pemberian MgSO4 berdasarkan teori
dimana initial loading dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam 10 cc)
selama 15 menit dan diberikan sebagai maintenance.
PEMBAHASAN
Tidak diberikan diuretik karena tidak ada edema paru, gagal jantung kongestif
dan edema ansarka, serta diberikan cairan Ringer laktat dengan tetesan
20 tetes/menit untuk menghindari pemberian cairan yang berlebih
HASIL
Anti hipertensi kombinasi Dopamed (Metildopa) 500 mg dan Nifedipine 10 mg,
Berdasarkan teori merupakan anti hipertensi lini pertama yang sering
digunakan pada preeklampsia berat dengan dosis 10-20 mg peroral,
dapat diulangi setelah 30 menit.
PEMBAHASAN
Nifedipin dipilih dikarenakan paling aman terhadap janin dan tidak menghambat
aliran darah pada uterus. Kombinasi ini telah sesuai dengan teori dimana
dapat menurunkan tekanan darah dan mencegah spasme pembuluh darah sehingga
target yang dibutuhkan menjadi 120/95 mmHg yang diukur setelah
4 hingga 5 jam dari pemberian pertama.
HASIL
Pada kasus telah dilakukan pemasangan Kateter Urin, dimana telah sesuai
berdasarkan teori untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria bila produksi
urin <30cc/jam dalam 2-3 jam atau <500 cc/24 jam.
HASIL
Pada pasien ini mengalami komplikasi berujung pada kematian dikarenakan
pasien yang mengalami kejang di luar rumah sakit serta terlambatnya
pemberian pengobatan sehingga prognosis menjadi buruk. Serta menjadi risiko
terbesar kematian pada pasien ini dengan kehamilan pada atau
sebelum 28 minggu.
BAB V
PENUTUP
1
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia,
yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Kejang yang tidak disebabkan oleh p
enyebab lain pada perempuan dengan preeklampsia. Secara klinis diagnose ditegakan bi
la seorang ibu hamil mengalami kejang dengan adanya
riwayat hipertensi.
Insert the title of your subtitle Here
2
Eklampsia dapat terjadi setelah preeklampsia berat dengan tekanan darah
sistolik >190 mmHg dan diastolik >110 mmHg, serta kriteria diagnosis yang
dibutuhkan yaitu adanya proteinuria dan kejang.
Insert the title of your subtitle Here
3
Diagnosis G2P1A0 hamil 28-29 minggu dengan Eklampsia sudah tepat jika ditinjau dari a
namnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Tatalaksana yang diberikan tel
ah sesuai teori. Kejang berulang diluar rumah sakit dan
keterlambatan pemberian pengobatan menjadi faktor utama
mortalitas pada kasus ini.
Insert the title of your subtitle Here
Untuk dapat menegakkan diagnosis dengan tepat diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik baik umum, khusus, serta pemeriksaan penunjang. Disarankan untuk s
elanjutnya agar melakukan pemeriksaan penunjang dengan lengkap agar membantu dala
m penegakan diagnosis.
Insert the title of your subtitle Here
TERIMA KASIH !
Download