Uploaded by User85341

ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP Tn-2

advertisement
LAPORAN KASUS KELOLAAN KELOMPOK ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. A DENGAN DIABETES MELITUS
DI RUANG AMARILIS 1 RSUD TUGUREJO SEMARANG
Disusun Oleh :
1. Titah Pangesti Mahardita
(P1337420616041)
2. Divasepti Uki Karisidiana
(P1337420616049)
3. Uswah Nur Hidayati
(P1337420616050)
4. Evi Lailiya
(P1337420616051)
5. Sukma Diyanatul Faikha
(P1337420616052)
6. Eka Amelia
(P13374
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya di masa mendatang adalah Diabetes Melitus. Faktor herediter biasanya
memainkan peranan besar dalam menentukan pada siapa Diabetes Melitus akan
berkembang dan pada siapa tidak akan berkembang, dimana faktor herediter seringkali
menyebabkan timbulnya Diabetes melalui peningkatan kerentanan sel-sel beta terhadap
penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antobodi autoimun
melawan sel-sel beta, sehingga juga mempengaruhi terhadap penghancuran sel-sel beta.
Pada keadaan lain, kelihatannya ada kecenderungan sederhana dari faktor herediter
terhadap degenerasi sel beta. Pada sebagian besar kasus, Diabetes Melitus disebabkan
oleh berkurangnya sekresi insulin oleh sel-sel bbeta Langerhans.
Penyakit Diabetes Melitus (DM) sering disebut the great imitator karena penyakit
ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), jinjal (gagal ginjal),
jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala Diabets Melitus dapat timbul perlahanlahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti minum
menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air keil lebih sering (poliuri), makan lebih
banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Luka Ganggen merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus (DM)
yang paling di takuti oleh setiap penderita Diabetes Melitus (DM) yang disebabkan
karena adanya neuropati dan gangguan vaskular pada kaki (Tjokroprawiro, 2007). Luka
gangren adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk akibat
sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. Angka kejadian
gangren masih tinggi,tidak hanya di negara maju tetapi juga di negara berkembang
(Perkumpulan Endokrin Indonesia, 2008). Menurut Asni (2009) mengatakan bahwa
ulkus atau gangren diabetik memberi dampak luar biasa kepada penderitanya, selain
amputasi, infeksi yang terjadi seringkali mengharuskan penderita dirawat inap dalam
waktu yang lebih lama dibaningkan komplukasi Diabetes Melitus (DM) lainnya,
sehingga biaya perawatan yang dibutuhkan lebih besar dan penderita gangren
mempunyai resiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan pasien Diabetes Melitus
tanpa gangren.
World Health Organization (WHO, 2012) mengatakan bahwa Diabetes Melitus
termasuk dalam golongan penyakit kronis yang terjadi pada jutaan orang di dunia.
Interlantional Diabetes Federation (IDF, 2011) memperhitungkan angka kejadian
Diabetes Melitus di dunia pada tahun 2012 adalah 371 juta jiwa, pada tahun 2013
mengalami peningkatan menjadi 382 juta jiwa dan pada tahun 2035 Diabetes Melitus
aka meningkat menjadi 592 juta jiwa (Persi, 2011). Di Indonesia angka kejadian
Diabetes Melitus termasuk urutan ke–7 dunia yaitu sebesar 7,6 juta jiwa, sedangkan
angka kejadian ulkus atau gangren diabetik sebesar 15% dari penderita Diabetes
Melitus. Bahkan angka kematian pada penderita Diabetes Melitus yaitu sebesar 32,5%
dan angka amputasi masih tinggi yaitu sebesar 23,5% (Persi, 2011). Diperkirakan
setiap tahun terdapat satu juta pasien yang menderita luka gangren menjalani amputasi
ekstermitas bawah, tepatnya sebesar 85% dan angka kematian penderita Diabetes
Militus sebesar 15-40% setiap tahunnya (Bilous & Donelly, 2015).
Luka gangren terjadi karena kurangnya kontrol Diabetes Militus tipe dua selama
bertahun tahun yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan syaraf atau masalah
sirkulasi yang serius yang dapat menimbulkan efek pembentukan luka gangren (Melisa,
2012). Selain itu menurut Asni (2009) luka gangren juga terjadi karena kurangnya
dukungan dari keluarga untuk mendukung penderita melakukan perawatan. Hasil
penelitian dari Asni (2009) menyataka bahwa dari 97 pasien yang menderita Diabetes
Melitus dengan luka gangren terdapat hasil 43% pasien mempunyai pengetahuan yang
tinggi tentang penyakit luka gangren, sedangkan 9,3% memiliki pengetahuan yang
kurang mengenai penyakit luka gangren dan 2,1% memiliki pengetahuan yang buruk
mengenai luka gangren. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2008)
mengatakan bahwa faktor terjadinya kaki diabetik yang pada akhirnya akan
menyebabkan gangren yaitu lama menderita Diabetes Melitus >10 tahun, kadar
kolesterol >200 mg/dl, kadar HDL <45 mg/dl ketidak patuhan diet Diabetes Melitus,
kurangnya latihan fisik, perawatan kaki yang kurang tepat dan penggunaan alas kaki
yang tidak tepat. Angka terjadiunya gangren gangren diabetik pada pasien Diabetes
Melitus lebih banyak terjadi pada pasien Diabetes Melitus tiper dua dan mayoritas
berusia lanjut (zahtamal, 2007). Luka gangren dapat mempengaruhi penurunan kualitas
hidup pada pasien Diabetes Melitus dengan luka gangren.
Luka gangren yang terjadi pada Tn.A dioabti dengan menggunakan Betadine dan
obat obatan Cina sehingga penyembuhan luka pada gangren diabetik yang dialami Tn.A
pada kaki sebelah kiri tidak mengalami proses penyembihan luka yang signifikan
sehingga luka gangren semakin melus. Kelompok mengambil kasus yang terjadi pada
Tn.A didasari atas pengetahuan eluarga mengenai penanganan luka gangren yang masih
buruk serta kurangnya dukungan dari keluarga kepada Tn.A dalam penanganan luka
gangren sehingga Tn.A mengobati lukanya sendiri dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
1.2 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada Tn.A tujuan yang ingin dicapai oleh
kelompok yaitu meningkatkan pengetahuan mengenai penanganan luka gangren
diabetik dan meningkatkan dukungan keluarga kepada klien untuk menyembuhkan luka
yang dialami, sehingga pengobatan yang tepat dan cepat bisa diperoleh oleh klien.
BAB II
RESUME PENGELOLAAN KASUS
RESUME PENGELOLAAN KASUS PADA Tn. A DENGAN DIABETES MELITUS
DI RUANG AMARILIS 1 RSUD TUGUREJO SEMARANG
A. TIM PENGELOLA KASUS
a. Katim
: Divasepti Uki Karisidiana
b. Perawat pelaksana
 Pagi
: Divasepti Uki Karisidiana
 Siang : Titah Pangesti M.
 Malam : Sukma Diyanatul F
c. Rencana kerja bulanan katim
d. Rencana kerja harian katim
e. Rencana kerja harian perawat pelaksana
B. NURSING PROSES
1. Pengkajian
Hari, tanggal
: Rabu, 6 November 2019
Pukul
: 09.00 WIB
1. Identitas Klien
a. Nama
: Tn.A
b. Umur
: 64 tahun
c. Tempat, tanggal lahir
: Semarang, 29 September 1955
d. Alamat asal
: Boja, Kendal
e. Pekerjaan
: Wiraswasta
f. Jenis kelamin
: Laki-laki
g. Agama
: Islam
h. Status perkawinan
: Menikah
i. Diagnosa Medis
: Ulkus Granulosum Redis Sinistra
j. No.RM
: 585172
2. Status Kesehatan
a.
Keluhan utama
Klien mengatakan cemas
b.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Tn.A mengatakan dua bulan lalu pernah dirawat dirumah sakit Tugurejo karena
diabetes mellitus dan bagian ekstremitas terdapat luka. Tn.A mengatakan sekitar
10 tahun yang lalu saat rumahnya dibangun kakinya terkena paku yang sudah
berkarat dan menjadi luka. Tn.A tidak segera membawa ke pelayanan kesehatan
terdekat melainkan dengan cara mengobati sendiri dan diberi obat herbal china
hingga kakinya sembuh. Tn. A mengatakan waktu masih muda menyukai
makanan manis dan menyukai minuman kemasan yang berwarna dan berasa.
c.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tn. A mengatakan keluarganya seperti ayah dan ibu memiliki riwayat kesehatan
yang sama dengan Tn.A yaitu diabetes mellitus (DM).
d.
Genogram
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
e. Tinjauan Sistem
1) Keadaan Umum
a) GCS
: 15
b) Tanda-tanda vital
TD
: 171/78 mmHg
HR
: 88x/menit
RR
: 20x/menit
Suhu
: 36,50C
BB
: 57kg
TB
: 166 cm
c) Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk : Normochepal
Rambut : Sedikit, agak beruban
Mata
: konjungtiva tampak anemis, sklera tidak icterus, fungsi penglihatan masih
bisa melihat dari jarak pandang dekat.
Hidung : tampak bersih, tidak ada benjolan atau massa
Telinga : tampak bersih, sedikit serumen, fungsi pendengaran masih baik
Mulut
: bibir kelihatan kering, gigi banyak yang sudah tanggal
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfa.
2. Thoraks
a. Jantung
Inspeksi
: tidak ada jejas
Palpasi
: Iktus kordis normal
Perkusi
: Pekak
Auskultasi
: BJ I dan II regular, tidak terdengar bunyi tambahan
b. Paru-paru
Inspeksi
: bentuk simetris, pergerakan dada simetris
Palpasi
: taktil fremitus normal
Perkusi
: terdengar suara pekak
Auskultasi
: terdengar suara vaskuler
3. Abdomen
Inspeksi
: tidak terdapat ascites
Auskultasi
: bising usus terdengar setiap 16x/menit
Perkusi
: terdengar suara timpani
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan/massa
4. Genitalia
Besih, tidak terdapat hemoroid dan tidak terpasang DC.
5. Ekstremitas
Terdapat ulkus di bagian kaki kiri, luas ulkus dengan diameter kurang lebih 5 cm dan
kedalamannya kurang lebih 1 cm. Nampak jaringan nekrosis.
Bagian tangan kiri terpasang infus.
d) Pola fungsional Gordon
1) Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit : klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan sayuran dan lauk pauk.
Sebelum sakit klien minum 7-8 gelas per hari.
Selama sakit : klien mengatakan makan hanya setengah porsi yang diberikan di
rumah sakit. Saat ini klien mendapat cairan infus dan minum air putih 3-4 gelas per
hari.
2) Pola Eliminasi
Buang Air Besar
Sebelum sakit : Klien mengatakan buang air besar satu hari sekali. Konsistensi feses
lembek, berwarna kekuningan.
Selama sakit : Klien mengatakan buang air besar dua hari sekali. Konsistensi feses
padat dan berwarna kekuningan.
Buang Air Kecil
Sebelum sakit: Klien mengatakan buang air kecil 7-8 kali sehari. Konsistensi
berwarna kuning bening.
Selama sakit: Klien mengatakan buang air kecil 4-5 kali sehari. Konsistensi urine
kuning bening.
3) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Aktivitas
Kemampuan
Perawatan
Diri
Makan
minum
dan
0
1
2
3
4

Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

Keterangan :
0: mandiri
1: Alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4: tergantung total
b) Latihan
Sebelum sakit: Klien mengatakan sehari-hari beraktivitas, bekerja sebagai skernet
damri.
Selama sakit: Klien mengatakan selama dirawat hanya istirahat untuk memulihkan
kesehatan
4) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit: Klien tidur selama 6-7 jam setiap hari, terkadang ada gangguan
istirahat dan kurang bisa tidur nyenyak.
Selama sakit: Klien mengatakan lebih banyak istirahat dan tidur
5) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien dan keluarga sudah mengetahui penyakit diabetes melitus yang diderita Tn.A.
Untuk pemeliharaan kesehatan klien jarang memeriksakan diri ke dokter ataupun
tempat pelayanan kesehatan terdekat. Biasanya klien membeli obat sendiri di apotek.
6) Pola Perseptual
Klien mengatakan ada perubahan pada penglihatan karena faktor usia, klien hanya
bisa melihat dengan jelas jarak pandang dekat dan kabur/tidak jelas jika melihat dari
jarak pandang jauh. Klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
7) Pola Persepsi Diri
Klien mengatakan pasrah dan menyerahkan kepada Allah dengan penyakit yang
dideritanya saat ini.
8) Pola Seksualitas dan Reproduksi
Klien memiliki dua orang anak.
9) Pola Hubungan dan Peran
Klien seorang kepala rumah tangga. Klien mengatakan lebih dekat dengan anakanaknya.
10) Pola Manajemen Koping Stress
Klien mengatakan apabila memiliki suatu permasalahan selalu diselesaikan dengan
baik Bersama keluarganya.
11) Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit: Klien taat beribadah kepada Allah swt
Selama sakit: Klien belum bisa sholat kembali tapi meyakini apapun penderitaannya
Allah yang mengatur.
e) Program Terapi
Terapi Yang Diberikan:
1. Ceftriaxone 19 Mg (2x1)
2. Ketorolac 30 Mg (3x1)
3. Amlodipin 5 Mg (P.O)
4. Miniaspi 1x Sehari (P.O)
5. Prontosan 350 Ml
6. Nacl 20 Tpn
Keterangan :
1. Ceftriaxone
: Antibiotik yang digunakan untuk mencegah infeksi pada luka
operasi
2. Ketorolac
: Salah satu jenis obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs) yang
biasanya dipakai untuk meredakan peradangan dan rasa nyeri
3. Amlodipin
: Sebagai obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain dalam
mengatasi hipertensi
4. Miniaspi
: Sebagai penurun demam dan pereda nyeri
5. Prontosan
: Untuk melembabkan dan menghilangkan bekas luka kulit dan luka
bakar akibat luka traumatis, luka pasca operasi, ulkus kulit kronis, luka panas, luka
akibat zat kimia,dan luka yang dinduksi radiasi
f) Hasil Pemeriksaan Penunjang
Nama Pasien
: TN. A
Bangsal
: Amarilis 1
Usia
: 64 th
No Lab
: 19052816
No Rm
: 585172
Tgl Order
: 7 / 11/ 2019
Dx
: Ulkus Granulosa
Tgl Terima
: 7 / 11 /2019
PEMERIKSAAN
HASIL SATUAN NILAI
NORMAL
METODE
HEMATOLOGI (WB
EDTA )
10.29
10^3/UL
3.4-10.6
FOCUSED
FLOW
IMPEDAL
LEUKOSIT
3.18
10^6/UL
4.4-5.9
HAEMOGLOBIN
ST
HEMOGLOBIN
9.20
G/DL
13.2-17.3
FOCUSED
FLOW
HEMATOKRIT
26.90
%
40-52
MCV
84.60
FL
80-100
MCH
28.90
PG
26-34
MCHC
34.20
G/DL
32-36
TROMBOSIT
376
10^3/UL
150-440
RDW
14.60
%
11.5-14.5
MPV
8.5
FI
PLCR
12.2
%
DIFF COUNT
EOSINOFIL
ABSOLUTE
0.13
10^3/UL
0.045-0.44
BASOFIL ABSOLUTE
0.02
10^3/UL
0-0.2
NETROFIL ABSOLUTE
7.40
10^3/UL
1.8-8
LIMFOSIT ABSOLUTE
1.87
10^3/UL
0.9-5.2
MONOSIT ABSOLUTE
0.87
10^3/UL
0.16-1
EOSINOFIL
1.30
%
2-4
BASOFIL
0.20
%
0-1
NEUTROFIL
71.80
%
50-70
LIMFOSIT
18.20
%
25-40
MONOSIT
8.50
%
2.4
G/DL
KIMIA KLINIK
(SERUM B)
ALBUMIN
3.2-3.2
g) Analisa Data
Data
Kerusakan
DS :
-
Klien mengatakan sudah lama
terdapat luka pada kaki klien,
namun klien belum paham
mengenai bagaimana
penanganannya, sehingga luka
tersebut dibiarkan dan lama
kelamaan luka pada kaki klien
semakin luas dan parah.
-
Klien mengatakan sudah lama
menderita kencing manis.
-
Klien tidak merasakan nyeri pada
luka di area kaki klien
DO :
- Gula darah sewaktu : 299/dl
- Diagnosis Medis : ulkus
granulosum sinistra
-
Terjadi kerusakan jaringan pada
kaki kiri klien
-
Etiologi
Tanda Tanda Reeda
a. Redness
Terdapat kemerahan pada luka
klien
jaringan
Masalah
integritas Kurang
pengetahuan
tentang pemeliharaan
integritas jaringan
b. Edema
Tidak terjadi pembengkakan
pada area sekitar luka
c. Echimosis
Pada
area
sekitar
luka
membentuk bercak berwarna
kehitam hitaman
d. Drainage
Masih
terdapat
rembesan
darah
e. Approximatly
Kerekatan
luka
belum
menyatu
-
Kaki klien sudah mengalami
neuropati (mati rasa pada kaki
klien)
DS :
-
Risiko Infeksi
Penyakit kronis
Ansietas
Stresor
Klien mengatakan sudah lama
menderita kencing manis.
-
Klien
kakinya
mengeluh
sudah
luka
pada
muncul
sejak
lama, namun dibiarkan begitu
saja. Sehingga semakin lama
lukanya semakin luas dan parah.
DO :
-
Terdapat luka pada kaki klien
sebelah kiri
DS :
-
Klien mengeluh sulit tidur
-
Klien
mengatakan
tentang
khawatir
penyakit
yang
dideritanya
DO :
-
Klien tampak gelisah
-
Wajah pada klien terlihat tegang
A.
Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
pemeliharaan integritas jaringan.
2. Risiko infeksi ditandai dengan adanya penyakit kronis.
3. Ansietas berhubungan dengan stressor.
B.
Rencana Keperawatan
No.
1.
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan
kriteria hasil
Rencana Keperawatan
ttd
Gangguan
Tujuan :
1. Kaji luas dan keadaan luka serta
integritas
Tercapainya
jaringan
penyembuhan luka.
Rasional :
berhubungan
Kriteria hasil :
Pengkajian yang tepat terhadap
dengan
1. Berkurangnya
luka dan proses penyembuhan
adanya
oedema
gangren pada
luka.
ekstrimitas.
2. Pus
proses
sekitar
proses penyembuhan.
akan
membantu
dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
dan
jaringan 2. Rawat luka dengan baik dan
berkurang
3. Adanya
benar
jaringan
:
membersihkan
luka
secara abseptik menggunakan
granulasi
4. Bau
busuk
larutan yang tidak iritatif, angkat
luka
berkurang.
sisa balutan yang menempel
pada
luka
dan
nekrotomi
jaringan yang mati. Rasional :
Merawat luka dengan teknik
aseptik,
dapat
menjaga
kontaminasi luka dan larutan
yang
iritatif
akan
merusak
jaringan granulasi tyang timbul,
sisa balutan jaringan nekrosis
dapat
menghambat
proses
granulasi.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian insulin, pemeriksaan
kultur pus pemeriksaan gula
darah pemberian anti biotik.
Rasional :
Insulin akan menurunkan kadar
gula darah, pemeriksaan kultur
pus
untuk
mengetahui
jenis
kuman dan anti biotik yang tepat
untuk pengobatan, pemeriksaan
kadar
gula
mengetahui
darahuntuk
perkembangan
penyakit.
2.
Gangguan
rasa nyaman ( Rasa
nyeri
berhubungan
1. Kaji
Tujuan :
nyaman,
) hilang/berkurang
Kriteria hasil :
nyeri
tingkat,
frekuensi,
dan
reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui
berapa berat nyeri yang dialami
dengan
1. Penderita
secara
pasien.
iskemik
verbal
jaringan.
nyeri
sebab-sebab timbulnya nyeri.
berkurang/hilang .
Rasional : pemahaman pasien
mengatakan 2. Jelaskan pada pasien tentang
2. Penderita
dapat
melakukan
metode
tentang penyebab nyeri yang
terjadi
akan
mengurangi
atau tindakan untuk
ketegangan
pasien
dan
mengatasi
memudahkan
pasien
untuk
atau
mengurangi nyeri
3. Pergerakan penderita
bertambah luas.
4. Tidak ada keringat
dingin,
tanda vital
diajak
bekerjasama
dalam
melakukan tindakan.
3. Ciptakan
lingkungan
yang
tenang.
Rasional : Rangasanga yang
dalam batas normal.
berlebihan dari lingkungan akan
S : 36 – 37,5 0C,
memperberat rasa nyeri.
N: 60 – 80 x /menit,
4. Ajarkan teknik distraksi dan
T : 100 – 130 mmHg,
relaksasi.
RR : 18 – 20 x /menit
Rasional : Teknik distraksi dan
relaksasi dapat mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan pasien.
5. Atur posisi pasien senyaman
mungkin
sesuai
keinginan
pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman
akan
membantu
memberikan
kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
6. Lakukan massage dan kompres
luka dengan BWC saat rawat
luka.
Rasional
:
massage
dapat
meningkatkan vaskulerisasi dan
pengeluaran
pus
sedangkan
BWC sebagai desinfektan yang
dapat memberikan rasa nyaman.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik
dapat
membantu
mengurangi
nyeri pasien.
3.
Cemas
Tujuan :
1. Kaji tingkat kecemasan yang
berhubungan
Rasa
dengan
berkurang/hilang.
Rasional: Untuk menentukan
kurangnya
Kriteria Hasil :
tingkat kecemasan yang dialami
pengetahuan
1. Pasien
cemas
dapat
dialami oleh pasien.
pasien sehingga perawat bisa
tentang
mengidentifikasikan
memberikan
penyakitnya.
sebab kecemasan.
cepat dan tepat.
2. Emosi
intervensi
yang
stabil., 2. Beri kesempatan pada pasien
pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
untuk
mengungkapkan
rasa
cemasnya.
Rasional: Dapat meringankan
beban pikiran pasien.
3. Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa
saling percaya antar perawatpasien
kooperatif
sehingga
pasien
dalam
tindakan
keperawatan.
4. Beri
informasi
yang
akurat
tentang proses penyakit dan
anjurkan pasien untuk ikut serta
dalam tindakan keperawatan.
Rasional
:
Informasi
yang
akurat tentang penyakitnya dan
keikutsertaan
pasien
dalam
melakukan
tindakan
dapat
mengurangi
beban
pikiran
pasien.
5. Berikan keyakinan pada pasien
bahwa perawat, dokter, dan tim
kesehatan lain selalu berusaha
memberikan pertolongan yang
terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari
timkesehatan akan membantu
menurunkan kecemasan yang
dirasakan pasien.
6. Berikan
kesempatan
pada
keluarga untuk mendampingi
pasien secara,bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa
lebih tenang bila ada anggota
keluarga yang menunggu.
7. Ciptakan
lingkungan
yang
tenang dan nyaman.
Rasional
:
lingkung
yang
tenang
dan
membantu
nyaman
dapat
mengurangi
rasa
cemas pasien.
C.
Implementasi
Waktu
Diagnosa
Implementasi
Gangguan integritas jaringan
1. Mengkaji luas dan keadaan luka
berhubungan dengan adanya
gangren pada ekstrimitas
TTD
serta proses penyembuhan.
2. Merawat luka dengan baik dan
benar dengan cara :
a. membersihkan luka secara
aseptik
menggunakan
larutan yang tidak iritatif,
angkat sisa balutan yang
menempel pada luka dan
nekrotomi
jaringan
yang
mati.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian insulin, memeriksaan
kultur pus pemeriksaan gula dan
darah pemberian anti biotik.
Gangguan
rasa
nyaman 1. Mengkaji
tingkat,
frekuensi,
(nyeri) berhubungan dengan
dan reaksi nyeri yang dialami
iskemik jaringan.
pasien.
2. Menjelaskan
pada
pasien
tentang sebab-sebab timbulnya
nyeri.
3. Menciptakan lingkungan yang
tenang.
4. Menciptakan lingkungan yang
tenang.
5. Mengatur
senyaman
posisi
pasien
mungkin
sesuai
keinginan pasien.
6. Melakukan
massage
dan
kompres luka dengan BWC
saat rawat luka.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesic.
Waktu
Diagnosa
Implementasi
TTD
Cemas berhubungan dengan 1. Mengkaji tingkat kecemasan
kurangnya
pengetahuan
tentang penyakitnya.
yang dialami oleh pasien.
2. Memberikan kesempatan pada
pasien untuk mengungkapkan
rasa cemasnya.
3. Mengunakan
komunikasi
terapeutik.
4. Memberikan informasi
yang
akurat tentang proses penyakit
dan anjurkan pasien untuk ikut
serta
dalam
tindakan
keperawatan
5. Memberikan keyakinan pada
pasien bahwa perawat, dokter,
dan tim kesehatan lain selalu
berusaha
memberikan
pertolongan yang terbaik dan
seoptimal mungkin
6. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk mendampingi
pasien secara,bergantian.
7. Meniptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman.
D.
Evaluasi
Tanggal No. Dx
1
SOAP
S:
-
Klien mengatakan sudah lama terdapat luka pada kaki
klien, namun klien dan keluarga klien belum paham
mengenai bagaimana penanganannya, sehingga luka
tersebut dibiarkan dan lama kelamaan luka pada kaki
klien semakin luas dan parah.
-
Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis.
-
Klien merasakan mati rasa pada area kaki klien
O:
- Gula darah sewaktu : 299/dl
- Diagnosis Medis : ulkus granulosum sinistra
-
Terjadi kerusakan jaringan pada kaki kiri klien
-
Tanda Tanda Reeda
a.
Redness
Terdapat kemerahan pada luka klien
b. Edema
Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka
c. Echimosis
Paraf
Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna
kehitam hitaman
d. Drainage
Masih terdapat rembesan darah
e. Approximatly
Kerekatan luka belum menyatu
-
Kaki klien sudah mengalami neuropati (mati rasa pada
kaki klien)
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
6
Nov 2
2019
S:
-
Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis.
-
Klien mengeluh luka pada kakinya sudah muncul sejak
lama, namun dibiarkan begitu saja. Sehingga semakin
lama lukanya semakin luas dan parah.
O:
Terdapat luka pada kaki klien sebelah kiri
-
Tanda Tanda Reeda
a. Redness
Masih tampak kemerahan pada luka klien
b. Edema
Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka
c. Echimosis
Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna
kehitam hitaman
d. Drainage
Masih terdapat rembesan darah
e. Approximatly
Kerekatan luka belum menyatu
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3
S:
-
Klien mengeluh sulit tidur
-
Klien mengatakan khawatir tentang penyakit yang
dideritanya
O:
-
Klien tampak gelisah
-
Wajah pada klien terlihat tegang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1
S:
-
Klien mengatakan sudah lama terdapat luka pada kaki
klien
-
Klien dan keluarga sudah sedikit memahami mengenai
cara perawatan pada luka DM.
-
Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis.
-
Klien merasakan mati rasa pada area kaki klien
O:
- Gula darah sewaktu : 205/dl
- Diagnosis Medis : ulkus granulosum sinistra
-
Terjadi kerusakan jaringan pada kaki kiri klien
-
Tanda Tanda Reeda
a. Redness
Masih tampak kemerahan pada luka klien
b. Edema
Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka
c. Echimosis
Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna
kehitam hitaman
d. Drainage
Masih terdapat rembesan darah
e. Approximatly
Kerekatan luka belum menyatu
-
Kaki klien sudah mengalami neuropati (mati rasa pada
kaki klien)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
7
Nov 2
2019
S:
-
Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis.
-
Klien mengeluh luka pada kakinya sudah muncul sejak
lama, namun dibiarkan begitu saja. Sehingga semakin
lama lukanya semakin luas dan parah.
O:
Terdapat luka pada kaki klien sebelah kiri
-
Tanda Tanda Reeda
a. Redness
Masih tampak kemerahan pada luka klien
b. Edema
Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka
c. Echimosis
Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna
kehitam hitaman
d. Drainage
Masih terdapat rembesan darah
e. Approximatly
Kerekatan luka belum menyatu
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3
S:
-
Klien sudah bisa tidur
-
Klien mengatakan masih sedikit khawatir tentang
penyakit yang dideritanya
O:
-
Wajah pada klien sudah mulai terlihat rileks
-
Klien sudah terlihat tidak gelisah lagi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1
S:
-
Klien mengatakan sudah lama terdapat luka pada kaki
klien
-
Klien dan keluarga sudah sedikit memahami mengenai
cara perawatan pada luka DM.
-
Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis.
-
Klien merasakan mati rasa pada area kaki klien
O:
- Gula darah sewaktu : 220/dl
- Diagnosis Medis : ulkus granulosum sinistra
-
Terjadi kerusakan jaringan pada kaki kiri klien
-
Tanda Tanda Reeda
a.
Redness
Masih tampak kemerahan pada luka klien
b. Edema
Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka
c. Echimosis
Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna
kehitam hitaman
d. Drainage
Masih terdapat rembesan darah
e. Approximatly
Kerekatan luka belum menyatu
-
Kaki klien sudah mengalami neuropati (mati rasa pada
kaki klien)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
8
Nov 2
2019
S:
-
Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis.
-
Klien mengeluh luka pada kakinya sudah muncul sejak
lama, namun dibiarkan begitu saja. Sehingga semakin
lama lukanya semakin luas dan parah.
O:
Terdapat luka pada kaki klien sebelah kiri
-
Tanda Tanda Reeda
a. Redness
Masih tampak kemerahan pada luka klien
b. Edema
Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka
c. Echimosis
Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna
kehitam hitaman
d. Drainage
Masih terdapat rembesan darah
e. Approximatly
Kerekatan luka belum menyatu
A :Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3
S:
-
Klien sudah bisa tidur ddengan nyenyak
-
Klien sudah merasa ikhlas dan pasrah tentang penyakit
yang dideritanya
O:
-
Wajah pada klien sudah mulai terlihat rileks
-
Klien sudah terlihat tidak gelisah lagi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB III
PEMBAHASAN
Ulkus Kaki Diabetik (UKD) merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes melitus
(DM) yang sering dijumpai dan ditakuti. Hal ini disebabkan karena hasil pengelola-an
UKD sering mengecewakan baik bagi dokter, pasien maupun keluarganya,serta dapat
berakhir dengan amputasi bahkan ke-matian. Di negara maju, Ulkus kaki diabetik (UKD)
masih me-rupakan masalah kesehatan yang besar. Dengan adanya perkembangan metode
dan teknologi penatalaksanaan UKD serta klinik kaki diabetes maka angka kematian dan
amputasi dapat ditekan.
Di Indonesia, Ulkus kaki diabetik (UKD) masih merupakan masalah yang rumit dan
tidak terkelola dengan maksimal. Selain itu permasalahan biaya pengelolaan yang besar
menambah peliknya masalah kaki diabetes. Pasien diabetes militus (DM) memiliki risiko
15%-25% dalam hidupnya untuk mengalami kaki diabetes yang pada 40-80% kasus
berkembang menjadi Ulkus kaki diabetik (UKD). Insidens Ulkus kaki diabetik (UKD) di
Amerika Serikat sekitar 3% tiap tahun, sedangkan di Inggris berkisar 10%. merupakan
penyakit yang paling sering dikaitkan dengan amputasi ekstremitas bagian bawah, dan
merupakan penyebab lebih dari 50% amputasi non traumatik di Amerika dan Eropa. Pada
hakekatnya Ulkus kaki diabetik (UKD) dapat dicegah dengan cara melakukan skrining dini
serta edukasi penatalaksanaan kaki diabetes pada individu be-risiko tinggi. Demikian pula
pencegahan dan pengelolaan yang tepat terhadap faktor-faktor penyebab dasar patogenesis
kaki diabetes, yakni neuropati, penyakit arteri peri-fer dan deformitas dapat mencegah
timbulnya Ulkus kaki diabrtik (UKD) serta segala konsekuensinya.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi Ulkus kaki diabetik (UKD) berkisar antara 4%-10%, dengan prevalensi
yang lebih rendah (1,5-3,5%) pada orang muda dan lebih tinggi (5-10%) pada orang tua.
Sekitar 14-24% pasien Ulkus kaki diabetik (UKD) akan memerlukan amputasi, dengan
angka rekurensi 50% setelah tiga tahun. Kesintasan (survival rate) setelah amputasi
ekstremitas bagian bawah pada individu diabetes lebih rendah dibandingkan individu non
diabetes. Mortalitas lima tahun paska amputasi sekitar 68%, sedangkan harapan hidup lebih
rendah pada pasien dengan tingkat amputasi yang lebih tinggi.Di Indonesia angka kematian
dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16% dan 25% (RSUPCM tahun
2003), sebanyak 14,3% akan mening-gal setahun paska amputasi, dan sebanyak
37%meninggal dalam tiga tahun paska amputasi.
PATOGENESIS
Patogenesis utama Ulkus kaki diabetik (UKD) yaitu neuropati, kemudian iskemia
pembuluh darah perifer. Prevalensi neuropati perifer 23-50% pada pasien DM dan lebih
dari 60% Ulkus kaki diabetik (UKD) disebabkan neuropati yang berupa neuropati sensorik,
motorik dan otonom. Hilangnya sensasi nyeri dan suhu akibat neuropati sensorik
menyebabkan hilangnya kewaspadaan terhadap trauma atau benda asing, akibatnya banyak
luka yang tidak diketahui secara dini dan semakin memburuk karena terus menerus
mengalami penekanan. Kerusakan inervasi otot-otot intrinsik kaki akibat neuropati motorik
menyebabkan ketidakseimbangan antara fleksi dan ekstensi kaki sertade-formitas kaki,yang
kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki yang
selanjutnya memicu timbulnya kalus. Kalus yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi
sumber trauma bagi kaki tersebut. Neuropati otonom menyebabkan penurunan fungsi
kelenjar keringat dan sebum. Kaki akan kehilangan kemampuan alami untuk melembabkan
kulit, kulit menjadi kering dan pecah-pecah sehingga mudah terinfeksi. Penyakit arteri
perifer (PAP) merupakan faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan Ulkus kaki
diabetik (UKD) pada 50% kasus.
Penyakit arteri perifer (PAP) jarang berdiri sendiri sebagai penyebab Ulkus kaki
diabetik (UKD). Merokok, hipertensi dan hiperlipidemia memberikan kontribusi pada
perkembangan Penyakit arteri perifer (PAP). Adanya iskemia akibat insufisiensi arteri
perifer menyebabkan terjadinya penurunan oksigenasi di daerah ulkus yang mempersulit
penyembuhan. Selain itu Penyakit arteri perifer (PAP) juga menyebabkan sulitnya
pengaliran antibiotik ke daerah infeksi.
PENATALAKSANAAN ULKUS KAKI DIABETES
Tujuan utama pengelolaan Ulkus kaki diabetes (UKD) yaitu untuk mengakses proses
kearah penyembuhan luka secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus kaki dapat
menurunkan kemungkinan terjadinya amputasi dan kematian pasien diabetes. Secara umum
pengelolaan Ulkus kaki diabetes (UKD) meliputi penanganan iskemia, debridemen,
penanganan luka, menurunkan tekanan plantar pedis (off-loading), penanganan bedah,
penanganan komorbiditas dan menurunkan risiko kekambuhan serta pengelolaan infeksi.
Penanganan iskemia Perfusi arteri merupakan hal penting dalam proses penyembuhan
dan harus dinilai awal pada pasien Ulkus kaki diabetes (UKD). Penilaian kompetensi
vaskular pedis pada Ulkus kaki diabetes (UKD) sering kali memerlukan bantuan
pemeriksaan penunjang seperti MRI angiogram, doppler maupun angiografi. Pemeriksaan
sederhana seperti perabaan pulsasi arteri poplitea, tibialis posterior dan dorsalis pedis dapat
dilakukan pada kasus Ulkus kaki diabetes (UKD) kecil yang tidak disertai edema ataupun
selulitis yang luas. Ulkus atau gangren kaki tidak akan sembuh bahkan dapat menyerang
tempat lain di kemudian hari bila penyempitan pembuluh darah kaki tidak diatasi. Bila
pemeriksaan kompetensi vaskular menunjukkan adanya penyumbatan, bedah vaskular
rekonstruktif dapat meningkatkan prognosis dan selayaknya diperlukan sebelum dilakukan
debridemen luas atau amputasi parsial. Beberapa tindakan bedah vaskular yang dapat
dilakukan antara lain angioplasti transluminal perkutaneus(ATP), trombo arterektomi dan
bedah pintas terbuka (by pass).
Berdasarkan penelitian, revaskularisasi agresif pada tungkai yang mengalami iskemia
dapat menghindarkan amputasi dalam periode tiga tahun sebesar 98%.Bedah by pass
dilaporkan efektif untuk jangka panjang. Kesintasan (survival rate) dari ekstremitas bawah
dalam 10 tahun pada mereka yang memakai prosedur bedah by pass lebih dari 90%.
Penggunaan antiplatelet ditujukan terhadap keadaan insufisiensi arteri perifer untuk
memperlambat progresifitas sumbatan dan kebutuhan rekonstruksi pembuluh darah.
Debridemen
Debridemen merupakan upaya untuk membersihkan semua jaringan nekrotik, karena
luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan non viable, debris dan fistula.Tindakan
debridemen juga dapat menghilangkan koloni bakteri pada luka. Saat ini terdapat beberapa
jenis debridemen yaitu autolitik, enzimatik, mekanik, biologik dan tajam. Debridemen
dilakukan terhadap semua jaringan lunak dan tulang yang non viable. Tujuan debridemen
yaitu untuk mengevakuasi jaringan yang terkontaminasi bakteri, mengangkat jaringan
nekrotik sehingga dapat mempercepat penyembuhan, menghilangkan jaringan kalus serta
mengurangi risiko infeksi lokal.Debridemen yang teratur dan dilakukan secara terjadwal
akan memelihara ulkus tetap bersih dan merangsang terbentuknya jaringan granulasi sehat
sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan ulkus.
Perawatan luka
Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound healing atau
menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab. Bila ulkus memroduksi sekret banyak
maka untuk pembalut (dress-ing) digunakan yang bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus
kering maka digunakan pembalut yang mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup
lembab, maka dipilih pembalut ulkus yang dapat mempertahankan kelembaban. Disamping
bertujuan
untuk
menjaga
kelembaban,
penggunaan
pembalut
juga
selayaknya
mempertimbangkan ukuran, ke-dalaman dan lokasi ulkus. Untuk pembalut ulkus dapat
digunakan pembalut konvensional yaitu kasa steril yang dilembabkan dengan NaCl 0,9%
maupun pembalut modern yang tersedia saat ini.
Beberapa jenis pembalut modern yang sering dipakai dalam perawatan luka, seperti
yaitu seperti hydrocol-loid, hydrogel, calcium alginate, foam dan sebagainya. Pemilihan
pembalut yang akan digunakan hendaknya senantiasa mempertimbangkan cost effective
dan kemampuan ekonomi pasien. Menurunkan tekanan pada plantar pedis (offloading)Tindakan off-loading merupakan salah satu prinsip utama dalam penatalaksanaan
ulkus kronik dengan dasar neuropati. Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan
pada telapa k kaki. Tindakan off-loading dapat dilakukan secara parsial maupun total.
Mengurangi tekanan pada ulkus neuropati dapat mengurangi trauma dan mempercepat
proses penyembuhan luka. Kaki yang mengalami ulkus harus sedapat mungkin dibebaskan
dari penekanan. Sepatu pasien harus dimodifikasi sesuai dengan bentuk kakidan lokasi
ulkus. Metode yang dipilih untuk off-loading tergantung dari karakteristik fisik pasien,
lokasi luka, derajat keparahan dan ketaatan pasien.Beberapa metode off loading antaralain
yaitu sebagai berikut total non weight bearing, total contact cast, foot cast dan boots, sepatu
yang dimodifikasi (half shoe,wedgeshoe), serta alat penyanggah tubuh seperti cruthes dan
walker.
Penanganan bedah
Jenis tindakan bedah tergantung dari berat ringannya Ulkus kaki diabetes (UKD).
Tindakan elektif ditujukan untuk menghilangkan nyeri akibat deformitas seperti pada
kelainan spurtulang, hammer toe sata ubunions.Tindakan bedah profilaktif diindikasikan
untuk mencegah terjadinya ulkus atau ulkus berulang pada pasien yang mengalami
neuropati dengan melakukan koreksi deformitas sendi, tulang atau tendon. Bedah kuratif
diindikasikan bila ulkus tidak sembuh dengan perawatan konservatif, misalnya angioplasti
atau bedah vaskular. Osteomielitis kronis merupakan indikasi bedah kuratif. Bedah
emergensi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, dan diindikasikan untuk
menghambat atau menghentikan proses infeksi, misalnya ulkus dengan daerah infeksi yang
luas atau adanya gangren gas. Tindakan bedah emergensi dapat berupa amputasi atau
debridemen jaringan nekrotik.
Penanganan komorbiditas Diabetes merupakan penyakit sistemik multi organ sehingga
komorbiditas lain harus dinilai dan dikelola melalui pendekatan tim multi disiplin untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Komplikasi kronik lain baik mikro maupun makro
angiopati yang menyertai harus diidentifikasi dan dikelola secara holistik. Kepatuhan
pasien juga merupakan hal yang penting dalam menentukan hasil pengobatan.
Mencegah kambuhnya ulkus
Pencegahan dianggap sebagai elemen kunci dalam menghindari amputasi kaki. Pasien
diajarkan untuk memperhatikan kebersihan kaki, memeriksa kaki setiap hari, menggunakan
alas kaki yang tepat, mengobati segera jika terdapat luka, pemeriksaan rutin ke podiatri,
termasuk debridemen pada kapalan dan kuku kaki yang tumbuh ke dalam. Sepatu dengan
sol yang mengurangi tekanan kaki dan kotak yang melindungi kaki berisiko tinggi
merupakan elemen penting dari program pencegahan.
Pengelolaan infeksi
Infeksi pada Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan faktor pemberat yang turut
menentukan derajat agresifitas tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan Ulkus kaki
diabetes (UKD). Dilain pihak infeksi pada Ulkus kaki diabetes (UKD) mempunyai
permasalahan sendiri dengan adanya berbagai risiko seperti status lokalis maupun sistemik
yang imunocom promised pada pasien diabetes militus (DM), resistensi mikroba terhadap
antibiotik, dan jenis mikroba yang ada kalanya memerlukan antibiotik spesifik yang mahal
dan berkepanjangan. Dasar utama pemilihan antibiotik dalam penatalaksanaa Ulkus kaki
diabetes (UKD) yaitu berdasarkan hasil kultur sekret dan sensitivitas sel. Cara pengambilan
dan penanganan sampel berpengaruh besar terhadap ketepatan hasil kultur kuman. Telah
dilaporkan bahwa terdapat perbedaan jenis kuman yang didapat pada bahan sekret yang
diambil superfisial dengan yang deep swab. Sambil menunggu hasil kultur, pada Ulkus
kaki diabetes (UKD) yang terinfeksi penggunaan antibiotik dapat dipilih secara empirik.
Terdapat berbagai klasifikasi pengelolaan kaki diabetes mulai dari yang sederhana sampai
kompleks yang mencantumkan tuntunan penggunaan antibiotika.
Secara klinis, infeksi yang tidak mengancam tungkai biasanya terlihat sebagai ulserasi
yang dangkal, tanpa iskemia yang nyata, tidak mengenai tulang atau sendi,dan area selulitis
tidak lebih dari 2 cm dari pusat ulkus. Pasien tampak stabil serta tidak memperlihatkan
tanda dan gejala infeksi sistemik. Pengelolaan pasien dilakukan sebagai pasien rawat jalan.
Perawatan di rumah sakit hanya bila tidak ada perbaikan setelah 48-72 jam atau kondisi
memburuk. Antibiotik langsung diberikan disertai pembersihan dan debridemen ulkus.
Penanganan ulkus ini selanjutnya seperti yang diuraikan sebelumnya, koreksi hiperglikemia
dan kontrol komorbid lainnya. Respon terhadap pengobatan dievaluasi setelah 48-72 jam
untuk menilai tindakan yang mungkin perlu dilakukan.
Aspek pencegahan, pendidikan pasien, perawatan dan penanganan ortotik juga
dilakukan secara terpadu. Infeksi disebut mengancam bila Ulkus kaki diabetes (UKD)
berupa ulkus yang dalam sampai mengenai tulang dengan selulitis yang lebih dari 2 cm
dan/atau disertai gambaran klinis infeksi sistemik berupa demam, edema, limfangitis,
hiperglikemia, leukositosis dan iskemia. Perlu diperhatikan, tidak semua pasien diabetes
dengan infeksi yang relatif berat akan menunjukkan tanda dan gejala sistemik seperti
tersebut diatas. Jika ulkus mencapai tulang atau sendi, kemungkinan besar akan terjadi
osteomielitis.
Pasien dengan infeksi yang mengancam ekstremitas harus dirawat di rumah sakit untuk
manajemen yang tepat. Debridemen dilakukan sejak awal dengan tetap memperhitungkan
ada/tidaknya kompetensi vaskular tungkai. Jaringan yang diambil dari luka dikirim untuk
kultur. Tindakan ini mungkin perlu dilakukan berulang untuk mengendalikan infeksi.
Terapi empiris untuk infeksi berat harus berspektrum luas dan diberikan secara intravena
dengan mempertimbangkan faktor lain seperti biaya, toleransi pasien, alergi, potensi efek
yang merugikan ginjal atau hati, kemudahan pemberian dan pola resistensi antibiotik
setempat.
Infeksi kronik dan berat yang mengancam tungkai umumnya disebabkan oleh infeksi
polimikroba yang mencakup organisme aerob gram positif dan negatif serta anaerob.
Pseudomonas sering diperoleh dari isolasi luka yang menggunakan pembalutan basah.
enterokokus umumnya dibiakkan dari pasien yang sebelumnya telah diterapi sefalosporin.
kuman anaerob sering ditemukan pada luka dengan keterlibatan jaringan yang dalam dan
nekrosis dan methicillin resistant Staphylococcy aureus(MRSA) sering diperoleh pada
pasien yang sebelumnya pernah di rawat inap atau diberikan terapi antibiotika. Bila terjadi
infeksi berulang meskipun terapi antibiotik tetap diberikan, perlu dilakukan kultur ulang
jaringan untuk menyingkirkan infeksi super imposed. Lamanya pemberian antibiotik
tergantung pada gejala klinis, luas dan dalamnya jaringan yang terkena serta beratnya
infeksi.
Pada infeksi ringan sampai sedang antibiotik dapat diberikan 1-2 minggu, sedangkan
pada infeksi yang lebih berat antibiotik diberikan 2-4 minggu. Debridemen yang adekuat,
reseksi atau amputasi jaringan nekrosis dapat mempersingkat waktup emberian antibiotik.
Pada kasus osteomielitis, jika tulang terinfeksi tidak dievakuasi, maka antibiotik harus
diberikan selama 6-8 minggu,bahkan beberapa literatur menganjurkan sampai 6 bulan. Jika
semua tulang yang terinfeksi dievakuasi, antibiotik dapat diberikan lebih singkat, yaitu 1-2
minggu dan ditujukan untuk infeksi jaringan lunak. Efektivitas terapi dievaluasi dengan
beberapa parameter, antara lain respon klinis pasien, suhu, leukosit dan hitung jenis, laju
endap darah dan penanda inflamasi lainnya, kontrol gula darah dan parameter metabolik,
serta tanda-tanda penyem-buhan luka dan peradangan.Pada keadaan kompetensi vaskular
yang baik, pengukuran suhu kaki merupakan parameter klinis inflamasi yang dapat
dipegang. Jika terdapat iskemi jaringan luka, antibiotik mungkin tidak dapat mencapai
lokasi yang terinfeksi. Oleh karena itu, prosedur rekonstruksi vaskular mungkin harus
dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang terinfeksi.
TERAPI LAIN
Terapi ajuvan yang sering digunakan dalam pengelolaan Ulkus kaki diabetes (UKD)
ialah terapi oksigen hiperbarik (TOH). TOH merupakan pemberian oksigen untuk pasien
dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer normal. Hal ini menyebabkan
peningkatan konsentrasi oksigen dalam darah dan peningkatan kapasitas difusi
jaringan.Tekanan parsial oksigen dalam jaringan yang meningkat akan merangsang
neovaskularisasi dan replikasi fibroblas serta meningkatkan fagositosis dan leucocyte
mediated killing dari bakteri. Indikasi pemberian TOH yaitu UKD yang memenuhi kriteria
luka derajat 3 dalam klasifikasi Wagner dan luka yang gagal sembuh setelah 30 hari
pengobatan standar, dan terutama ditujukan pada ulkus kronis dengan iskemia. Penggunaan
granulocyte colony stimulating factors (GCSF) merupakan terapi alternatif yang masih
dalam penelitian. GSCF diketahui dapat meningkatkan aktivitas neutrofil pada pasien DM.
Pemberian suntikan GSCF subkutan selama satu minggu pada UKD yang disertai infeksi
terbukti mempercepat eradikasi kuman, memperpendek waktu pemberian antibiotik serta
menurunkan angka amputasi.
Terapi ajuvan lain dalam pengelolaan UKD yang masih dalam tahap penelitan yaitu
penggunaan faktor pertumbuhan (growth factor therapy) dan bio engineered tissue. Platelet
derived growth factor beca plermin (PDGF-b,becaplermin) digunakan untuk merangsang
penyembuhan luka dan dianjurkan pada neuropati kaki diabetes. Pemakaian bahan ini
secara topikal dikatakan efektif dan aman, namun belum terdapat data yang memadai.
Produk bio engineered tissue seperti bio engineered skin (Apligraf) dan human dermis
(Dermagraf) merupakan implan bio logik aktif untuk mempercepat penyembuhan ulkus
kronik. Produk bio engineered ini bekerja pada sistem penghantaran growth factor dan
komponen matriks dermal melalui aktifitas fibro blas yang merangsang pertumbuhan
jaringan dan penutupan luka.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kepada klien Tn. A. Tn.A
belum mengetahui secara tepat bagaimanakan penatalaksanaan ulkus kaki diabetes atau
yang lebih sering disebut dengan luka gangren. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan
kelompok mendapatkan informasi bahwa klien dirumah mengobati luka gangren yang ada
di kaki bagian kiri dengan menggunakan betadine dan menggunakannobat-obatan herbal
cina yang di belikan oleh anaknya. Klien menderita penyakit Diabetes militus sejak 5 tahun
yang lalu dan menjalani pengobatan secara rutin namun sebulan terakhir ini klien tidak
mengonsumsi obat diabetes militus sehingga memperparah luka gangren yang ada di
bagian kakinya.
Penanganan luka gangren yang dilakukan oleh klien bila merujuk pada parafrag yang
sebelumnya dituliskan oleh kelompok berdasarkan jurnal penelitian yang membahan
penatalaksanaan ulkus kaki diabetes menunjukkan bahwa perilaku klien dalam merawat
luka belum sesuai sehingga luka yang ada pada kaki klien sebelah kiri tidak membaik
bahkan dari waktu kewaktu semakin buruk.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Ulkus kaki diabetes merupakan suatu masalah komplikasi kronik dari penyakit
Diabetes militus. Ulkus kaki diabetik (UKD) diakibatkan oleh neuropati yang
kemudian akan menyebabkan terjadinya iskemia pembuluh darah perifer. Terdapat
beberapa tatalaksana untuk menangani masalah ulkus kaki diabetes atau luka gangren
yaitu sebagai berikut dilakukannya pembedahan, dilakukannya debridemen, terapi
oksigen, diberikannya obat antibiotik sebagai suatu upaya untuk menangani infeksi
dan mencegah kekambuhan ulkus.
4.2
Saran
Penatalaksanaan ulkus kaki diabetin ataupun luka gangren harus diinformasikan
kepada semua orang diabetes militus yang beresiko tinggi terjadinya ulkus diabetes.
Bukan hanya orang yang menderita saja namun juga harus diberi tagu agar klien yang
menderita ulkus diabetes dapat mendapatkan semangat dan dukungan dari keluarga.
Penatalaksanaan perlu di infokan kepada penderita agar dalam menangani luka dapat
dilakukan sesuai dengan kaidah yang ada sehingga luka cepat sembuh dan tidak
menjadi lebih parah.
Lampiran
Download