LAPORAN KASUS KELOLAAN KELOMPOK ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG AMARILIS 1 RSUD TUGUREJO SEMARANG Disusun Oleh : 1. Titah Pangesti Mahardita (P1337420616041) 2. Divasepti Uki Karisidiana (P1337420616049) 3. Uswah Nur Hidayati (P1337420616050) 4. Evi Lailiya (P1337420616051) 5. Sukma Diyanatul Faikha (P1337420616052) 6. Eka Amelia (P13374 PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG 2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang adalah Diabetes Melitus. Faktor herediter biasanya memainkan peranan besar dalam menentukan pada siapa Diabetes Melitus akan berkembang dan pada siapa tidak akan berkembang, dimana faktor herediter seringkali menyebabkan timbulnya Diabetes melalui peningkatan kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antobodi autoimun melawan sel-sel beta, sehingga juga mempengaruhi terhadap penghancuran sel-sel beta. Pada keadaan lain, kelihatannya ada kecenderungan sederhana dari faktor herediter terhadap degenerasi sel beta. Pada sebagian besar kasus, Diabetes Melitus disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin oleh sel-sel bbeta Langerhans. Penyakit Diabetes Melitus (DM) sering disebut the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), jinjal (gagal ginjal), jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala Diabets Melitus dapat timbul perlahanlahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air keil lebih sering (poliuri), makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Luka Ganggen merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus (DM) yang paling di takuti oleh setiap penderita Diabetes Melitus (DM) yang disebabkan karena adanya neuropati dan gangguan vaskular pada kaki (Tjokroprawiro, 2007). Luka gangren adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. Angka kejadian gangren masih tinggi,tidak hanya di negara maju tetapi juga di negara berkembang (Perkumpulan Endokrin Indonesia, 2008). Menurut Asni (2009) mengatakan bahwa ulkus atau gangren diabetik memberi dampak luar biasa kepada penderitanya, selain amputasi, infeksi yang terjadi seringkali mengharuskan penderita dirawat inap dalam waktu yang lebih lama dibaningkan komplukasi Diabetes Melitus (DM) lainnya, sehingga biaya perawatan yang dibutuhkan lebih besar dan penderita gangren mempunyai resiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan pasien Diabetes Melitus tanpa gangren. World Health Organization (WHO, 2012) mengatakan bahwa Diabetes Melitus termasuk dalam golongan penyakit kronis yang terjadi pada jutaan orang di dunia. Interlantional Diabetes Federation (IDF, 2011) memperhitungkan angka kejadian Diabetes Melitus di dunia pada tahun 2012 adalah 371 juta jiwa, pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 382 juta jiwa dan pada tahun 2035 Diabetes Melitus aka meningkat menjadi 592 juta jiwa (Persi, 2011). Di Indonesia angka kejadian Diabetes Melitus termasuk urutan ke–7 dunia yaitu sebesar 7,6 juta jiwa, sedangkan angka kejadian ulkus atau gangren diabetik sebesar 15% dari penderita Diabetes Melitus. Bahkan angka kematian pada penderita Diabetes Melitus yaitu sebesar 32,5% dan angka amputasi masih tinggi yaitu sebesar 23,5% (Persi, 2011). Diperkirakan setiap tahun terdapat satu juta pasien yang menderita luka gangren menjalani amputasi ekstermitas bawah, tepatnya sebesar 85% dan angka kematian penderita Diabetes Militus sebesar 15-40% setiap tahunnya (Bilous & Donelly, 2015). Luka gangren terjadi karena kurangnya kontrol Diabetes Militus tipe dua selama bertahun tahun yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan syaraf atau masalah sirkulasi yang serius yang dapat menimbulkan efek pembentukan luka gangren (Melisa, 2012). Selain itu menurut Asni (2009) luka gangren juga terjadi karena kurangnya dukungan dari keluarga untuk mendukung penderita melakukan perawatan. Hasil penelitian dari Asni (2009) menyataka bahwa dari 97 pasien yang menderita Diabetes Melitus dengan luka gangren terdapat hasil 43% pasien mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang penyakit luka gangren, sedangkan 9,3% memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyakit luka gangren dan 2,1% memiliki pengetahuan yang buruk mengenai luka gangren. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2008) mengatakan bahwa faktor terjadinya kaki diabetik yang pada akhirnya akan menyebabkan gangren yaitu lama menderita Diabetes Melitus >10 tahun, kadar kolesterol >200 mg/dl, kadar HDL <45 mg/dl ketidak patuhan diet Diabetes Melitus, kurangnya latihan fisik, perawatan kaki yang kurang tepat dan penggunaan alas kaki yang tidak tepat. Angka terjadiunya gangren gangren diabetik pada pasien Diabetes Melitus lebih banyak terjadi pada pasien Diabetes Melitus tiper dua dan mayoritas berusia lanjut (zahtamal, 2007). Luka gangren dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup pada pasien Diabetes Melitus dengan luka gangren. Luka gangren yang terjadi pada Tn.A dioabti dengan menggunakan Betadine dan obat obatan Cina sehingga penyembuhan luka pada gangren diabetik yang dialami Tn.A pada kaki sebelah kiri tidak mengalami proses penyembihan luka yang signifikan sehingga luka gangren semakin melus. Kelompok mengambil kasus yang terjadi pada Tn.A didasari atas pengetahuan eluarga mengenai penanganan luka gangren yang masih buruk serta kurangnya dukungan dari keluarga kepada Tn.A dalam penanganan luka gangren sehingga Tn.A mengobati lukanya sendiri dengan pengetahuan yang dimilikinya. 1.2 Tujuan Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada Tn.A tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok yaitu meningkatkan pengetahuan mengenai penanganan luka gangren diabetik dan meningkatkan dukungan keluarga kepada klien untuk menyembuhkan luka yang dialami, sehingga pengobatan yang tepat dan cepat bisa diperoleh oleh klien. BAB II RESUME PENGELOLAAN KASUS RESUME PENGELOLAAN KASUS PADA Tn. A DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG AMARILIS 1 RSUD TUGUREJO SEMARANG A. TIM PENGELOLA KASUS a. Katim : Divasepti Uki Karisidiana b. Perawat pelaksana Pagi : Divasepti Uki Karisidiana Siang : Titah Pangesti M. Malam : Sukma Diyanatul F c. Rencana kerja bulanan katim d. Rencana kerja harian katim e. Rencana kerja harian perawat pelaksana B. NURSING PROSES 1. Pengkajian Hari, tanggal : Rabu, 6 November 2019 Pukul : 09.00 WIB 1. Identitas Klien a. Nama : Tn.A b. Umur : 64 tahun c. Tempat, tanggal lahir : Semarang, 29 September 1955 d. Alamat asal : Boja, Kendal e. Pekerjaan : Wiraswasta f. Jenis kelamin : Laki-laki g. Agama : Islam h. Status perkawinan : Menikah i. Diagnosa Medis : Ulkus Granulosum Redis Sinistra j. No.RM : 585172 2. Status Kesehatan a. Keluhan utama Klien mengatakan cemas b. Riwayat Kesehatan Dahulu Tn.A mengatakan dua bulan lalu pernah dirawat dirumah sakit Tugurejo karena diabetes mellitus dan bagian ekstremitas terdapat luka. Tn.A mengatakan sekitar 10 tahun yang lalu saat rumahnya dibangun kakinya terkena paku yang sudah berkarat dan menjadi luka. Tn.A tidak segera membawa ke pelayanan kesehatan terdekat melainkan dengan cara mengobati sendiri dan diberi obat herbal china hingga kakinya sembuh. Tn. A mengatakan waktu masih muda menyukai makanan manis dan menyukai minuman kemasan yang berwarna dan berasa. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Tn. A mengatakan keluarganya seperti ayah dan ibu memiliki riwayat kesehatan yang sama dengan Tn.A yaitu diabetes mellitus (DM). d. Genogram Keterangan : : Laki – laki : Perempuan : Meninggal : Klien e. Tinjauan Sistem 1) Keadaan Umum a) GCS : 15 b) Tanda-tanda vital TD : 171/78 mmHg HR : 88x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36,50C BB : 57kg TB : 166 cm c) Pemeriksaan Fisik 1. Kepala Bentuk : Normochepal Rambut : Sedikit, agak beruban Mata : konjungtiva tampak anemis, sklera tidak icterus, fungsi penglihatan masih bisa melihat dari jarak pandang dekat. Hidung : tampak bersih, tidak ada benjolan atau massa Telinga : tampak bersih, sedikit serumen, fungsi pendengaran masih baik Mulut : bibir kelihatan kering, gigi banyak yang sudah tanggal Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfa. 2. Thoraks a. Jantung Inspeksi : tidak ada jejas Palpasi : Iktus kordis normal Perkusi : Pekak Auskultasi : BJ I dan II regular, tidak terdengar bunyi tambahan b. Paru-paru Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan dada simetris Palpasi : taktil fremitus normal Perkusi : terdengar suara pekak Auskultasi : terdengar suara vaskuler 3. Abdomen Inspeksi : tidak terdapat ascites Auskultasi : bising usus terdengar setiap 16x/menit Perkusi : terdengar suara timpani Palpasi : tidak ada nyeri tekan/massa 4. Genitalia Besih, tidak terdapat hemoroid dan tidak terpasang DC. 5. Ekstremitas Terdapat ulkus di bagian kaki kiri, luas ulkus dengan diameter kurang lebih 5 cm dan kedalamannya kurang lebih 1 cm. Nampak jaringan nekrosis. Bagian tangan kiri terpasang infus. d) Pola fungsional Gordon 1) Pola Nutrisi dan Metabolik Sebelum sakit : klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan sayuran dan lauk pauk. Sebelum sakit klien minum 7-8 gelas per hari. Selama sakit : klien mengatakan makan hanya setengah porsi yang diberikan di rumah sakit. Saat ini klien mendapat cairan infus dan minum air putih 3-4 gelas per hari. 2) Pola Eliminasi Buang Air Besar Sebelum sakit : Klien mengatakan buang air besar satu hari sekali. Konsistensi feses lembek, berwarna kekuningan. Selama sakit : Klien mengatakan buang air besar dua hari sekali. Konsistensi feses padat dan berwarna kekuningan. Buang Air Kecil Sebelum sakit: Klien mengatakan buang air kecil 7-8 kali sehari. Konsistensi berwarna kuning bening. Selama sakit: Klien mengatakan buang air kecil 4-5 kali sehari. Konsistensi urine kuning bening. 3) Pola Aktivitas dan Latihan a) Aktivitas Kemampuan Perawatan Diri Makan minum dan 0 1 2 3 4 Mandi Toileting Berpakaian Berpindah Keterangan : 0: mandiri 1: Alat bantu 2: dibantu orang lain 3: dibantu orang lain dan alat 4: tergantung total b) Latihan Sebelum sakit: Klien mengatakan sehari-hari beraktivitas, bekerja sebagai skernet damri. Selama sakit: Klien mengatakan selama dirawat hanya istirahat untuk memulihkan kesehatan 4) Pola Istirahat dan Tidur Sebelum sakit: Klien tidur selama 6-7 jam setiap hari, terkadang ada gangguan istirahat dan kurang bisa tidur nyenyak. Selama sakit: Klien mengatakan lebih banyak istirahat dan tidur 5) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Klien dan keluarga sudah mengetahui penyakit diabetes melitus yang diderita Tn.A. Untuk pemeliharaan kesehatan klien jarang memeriksakan diri ke dokter ataupun tempat pelayanan kesehatan terdekat. Biasanya klien membeli obat sendiri di apotek. 6) Pola Perseptual Klien mengatakan ada perubahan pada penglihatan karena faktor usia, klien hanya bisa melihat dengan jelas jarak pandang dekat dan kabur/tidak jelas jika melihat dari jarak pandang jauh. Klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran. 7) Pola Persepsi Diri Klien mengatakan pasrah dan menyerahkan kepada Allah dengan penyakit yang dideritanya saat ini. 8) Pola Seksualitas dan Reproduksi Klien memiliki dua orang anak. 9) Pola Hubungan dan Peran Klien seorang kepala rumah tangga. Klien mengatakan lebih dekat dengan anakanaknya. 10) Pola Manajemen Koping Stress Klien mengatakan apabila memiliki suatu permasalahan selalu diselesaikan dengan baik Bersama keluarganya. 11) Sistem Nilai dan Keyakinan Sebelum sakit: Klien taat beribadah kepada Allah swt Selama sakit: Klien belum bisa sholat kembali tapi meyakini apapun penderitaannya Allah yang mengatur. e) Program Terapi Terapi Yang Diberikan: 1. Ceftriaxone 19 Mg (2x1) 2. Ketorolac 30 Mg (3x1) 3. Amlodipin 5 Mg (P.O) 4. Miniaspi 1x Sehari (P.O) 5. Prontosan 350 Ml 6. Nacl 20 Tpn Keterangan : 1. Ceftriaxone : Antibiotik yang digunakan untuk mencegah infeksi pada luka operasi 2. Ketorolac : Salah satu jenis obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs) yang biasanya dipakai untuk meredakan peradangan dan rasa nyeri 3. Amlodipin : Sebagai obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain dalam mengatasi hipertensi 4. Miniaspi : Sebagai penurun demam dan pereda nyeri 5. Prontosan : Untuk melembabkan dan menghilangkan bekas luka kulit dan luka bakar akibat luka traumatis, luka pasca operasi, ulkus kulit kronis, luka panas, luka akibat zat kimia,dan luka yang dinduksi radiasi f) Hasil Pemeriksaan Penunjang Nama Pasien : TN. A Bangsal : Amarilis 1 Usia : 64 th No Lab : 19052816 No Rm : 585172 Tgl Order : 7 / 11/ 2019 Dx : Ulkus Granulosa Tgl Terima : 7 / 11 /2019 PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL METODE HEMATOLOGI (WB EDTA ) 10.29 10^3/UL 3.4-10.6 FOCUSED FLOW IMPEDAL LEUKOSIT 3.18 10^6/UL 4.4-5.9 HAEMOGLOBIN ST HEMOGLOBIN 9.20 G/DL 13.2-17.3 FOCUSED FLOW HEMATOKRIT 26.90 % 40-52 MCV 84.60 FL 80-100 MCH 28.90 PG 26-34 MCHC 34.20 G/DL 32-36 TROMBOSIT 376 10^3/UL 150-440 RDW 14.60 % 11.5-14.5 MPV 8.5 FI PLCR 12.2 % DIFF COUNT EOSINOFIL ABSOLUTE 0.13 10^3/UL 0.045-0.44 BASOFIL ABSOLUTE 0.02 10^3/UL 0-0.2 NETROFIL ABSOLUTE 7.40 10^3/UL 1.8-8 LIMFOSIT ABSOLUTE 1.87 10^3/UL 0.9-5.2 MONOSIT ABSOLUTE 0.87 10^3/UL 0.16-1 EOSINOFIL 1.30 % 2-4 BASOFIL 0.20 % 0-1 NEUTROFIL 71.80 % 50-70 LIMFOSIT 18.20 % 25-40 MONOSIT 8.50 % 2.4 G/DL KIMIA KLINIK (SERUM B) ALBUMIN 3.2-3.2 g) Analisa Data Data Kerusakan DS : - Klien mengatakan sudah lama terdapat luka pada kaki klien, namun klien belum paham mengenai bagaimana penanganannya, sehingga luka tersebut dibiarkan dan lama kelamaan luka pada kaki klien semakin luas dan parah. - Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis. - Klien tidak merasakan nyeri pada luka di area kaki klien DO : - Gula darah sewaktu : 299/dl - Diagnosis Medis : ulkus granulosum sinistra - Terjadi kerusakan jaringan pada kaki kiri klien - Etiologi Tanda Tanda Reeda a. Redness Terdapat kemerahan pada luka klien jaringan Masalah integritas Kurang pengetahuan tentang pemeliharaan integritas jaringan b. Edema Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka c. Echimosis Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna kehitam hitaman d. Drainage Masih terdapat rembesan darah e. Approximatly Kerekatan luka belum menyatu - Kaki klien sudah mengalami neuropati (mati rasa pada kaki klien) DS : - Risiko Infeksi Penyakit kronis Ansietas Stresor Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis. - Klien kakinya mengeluh sudah luka pada muncul sejak lama, namun dibiarkan begitu saja. Sehingga semakin lama lukanya semakin luas dan parah. DO : - Terdapat luka pada kaki klien sebelah kiri DS : - Klien mengeluh sulit tidur - Klien mengatakan tentang khawatir penyakit yang dideritanya DO : - Klien tampak gelisah - Wajah pada klien terlihat tegang A. Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pemeliharaan integritas jaringan. 2. Risiko infeksi ditandai dengan adanya penyakit kronis. 3. Ansietas berhubungan dengan stressor. B. Rencana Keperawatan No. 1. Diagnosa Tujuan dan Keperawatan kriteria hasil Rencana Keperawatan ttd Gangguan Tujuan : 1. Kaji luas dan keadaan luka serta integritas Tercapainya jaringan penyembuhan luka. Rasional : berhubungan Kriteria hasil : Pengkajian yang tepat terhadap dengan 1. Berkurangnya luka dan proses penyembuhan adanya oedema gangren pada luka. ekstrimitas. 2. Pus proses sekitar proses penyembuhan. akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya. dan jaringan 2. Rawat luka dengan baik dan berkurang 3. Adanya benar jaringan : membersihkan luka secara abseptik menggunakan granulasi 4. Bau busuk larutan yang tidak iritatif, angkat luka berkurang. sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati. Rasional : Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi. 3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik. Rasional : Insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula mengetahui darahuntuk perkembangan penyakit. 2. Gangguan rasa nyaman ( Rasa nyeri berhubungan 1. Kaji Tujuan : nyaman, ) hilang/berkurang Kriteria hasil : nyeri tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien. Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami dengan 1. Penderita secara pasien. iskemik verbal jaringan. nyeri sebab-sebab timbulnya nyeri. berkurang/hilang . Rasional : pemahaman pasien mengatakan 2. Jelaskan pada pasien tentang 2. Penderita dapat melakukan metode tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi atau tindakan untuk ketegangan pasien dan mengatasi memudahkan pasien untuk atau mengurangi nyeri 3. Pergerakan penderita bertambah luas. 4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan. 3. Ciptakan lingkungan yang tenang. Rasional : Rangasanga yang dalam batas normal. berlebihan dari lingkungan akan S : 36 – 37,5 0C, memperberat rasa nyeri. N: 60 – 80 x /menit, 4. Ajarkan teknik distraksi dan T : 100 – 130 mmHg, relaksasi. RR : 18 – 20 x /menit Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien. 5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien. Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin. 6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka. Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman. 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien. 3. Cemas Tujuan : 1. Kaji tingkat kecemasan yang berhubungan Rasa dengan berkurang/hilang. Rasional: Untuk menentukan kurangnya Kriteria Hasil : tingkat kecemasan yang dialami pengetahuan 1. Pasien cemas dapat dialami oleh pasien. pasien sehingga perawat bisa tentang mengidentifikasikan memberikan penyakitnya. sebab kecemasan. cepat dan tepat. 2. Emosi intervensi yang stabil., 2. Beri kesempatan pada pasien pasien tenang. 3. Istirahat cukup. untuk mengungkapkan rasa cemasnya. Rasional: Dapat meringankan beban pikiran pasien. 3. Gunakan komunikasi terapeutik. Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawatpasien kooperatif sehingga pasien dalam tindakan keperawatan. 4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan. Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien. 5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin. Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien. 6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara,bergantian. Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu. 7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. Rasional : lingkung yang tenang dan membantu nyaman dapat mengurangi rasa cemas pasien. C. Implementasi Waktu Diagnosa Implementasi Gangguan integritas jaringan 1. Mengkaji luas dan keadaan luka berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas TTD serta proses penyembuhan. 2. Merawat luka dengan baik dan benar dengan cara : a. membersihkan luka secara aseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati. 3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, memeriksaan kultur pus pemeriksaan gula dan darah pemberian anti biotik. Gangguan rasa nyaman 1. Mengkaji tingkat, frekuensi, (nyeri) berhubungan dengan dan reaksi nyeri yang dialami iskemik jaringan. pasien. 2. Menjelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri. 3. Menciptakan lingkungan yang tenang. 4. Menciptakan lingkungan yang tenang. 5. Mengatur senyaman posisi pasien mungkin sesuai keinginan pasien. 6. Melakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka. 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic. Waktu Diagnosa Implementasi TTD Cemas berhubungan dengan 1. Mengkaji tingkat kecemasan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. yang dialami oleh pasien. 2. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya. 3. Mengunakan komunikasi terapeutik. 4. Memberikan informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan 5. Memberikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin 6. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara,bergantian. 7. Meniptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. D. Evaluasi Tanggal No. Dx 1 SOAP S: - Klien mengatakan sudah lama terdapat luka pada kaki klien, namun klien dan keluarga klien belum paham mengenai bagaimana penanganannya, sehingga luka tersebut dibiarkan dan lama kelamaan luka pada kaki klien semakin luas dan parah. - Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis. - Klien merasakan mati rasa pada area kaki klien O: - Gula darah sewaktu : 299/dl - Diagnosis Medis : ulkus granulosum sinistra - Terjadi kerusakan jaringan pada kaki kiri klien - Tanda Tanda Reeda a. Redness Terdapat kemerahan pada luka klien b. Edema Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka c. Echimosis Paraf Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna kehitam hitaman d. Drainage Masih terdapat rembesan darah e. Approximatly Kerekatan luka belum menyatu - Kaki klien sudah mengalami neuropati (mati rasa pada kaki klien) A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 6 Nov 2 2019 S: - Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis. - Klien mengeluh luka pada kakinya sudah muncul sejak lama, namun dibiarkan begitu saja. Sehingga semakin lama lukanya semakin luas dan parah. O: Terdapat luka pada kaki klien sebelah kiri - Tanda Tanda Reeda a. Redness Masih tampak kemerahan pada luka klien b. Edema Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka c. Echimosis Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna kehitam hitaman d. Drainage Masih terdapat rembesan darah e. Approximatly Kerekatan luka belum menyatu A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 3 S: - Klien mengeluh sulit tidur - Klien mengatakan khawatir tentang penyakit yang dideritanya O: - Klien tampak gelisah - Wajah pada klien terlihat tegang A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 1 S: - Klien mengatakan sudah lama terdapat luka pada kaki klien - Klien dan keluarga sudah sedikit memahami mengenai cara perawatan pada luka DM. - Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis. - Klien merasakan mati rasa pada area kaki klien O: - Gula darah sewaktu : 205/dl - Diagnosis Medis : ulkus granulosum sinistra - Terjadi kerusakan jaringan pada kaki kiri klien - Tanda Tanda Reeda a. Redness Masih tampak kemerahan pada luka klien b. Edema Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka c. Echimosis Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna kehitam hitaman d. Drainage Masih terdapat rembesan darah e. Approximatly Kerekatan luka belum menyatu - Kaki klien sudah mengalami neuropati (mati rasa pada kaki klien) A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan 7 Nov 2 2019 S: - Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis. - Klien mengeluh luka pada kakinya sudah muncul sejak lama, namun dibiarkan begitu saja. Sehingga semakin lama lukanya semakin luas dan parah. O: Terdapat luka pada kaki klien sebelah kiri - Tanda Tanda Reeda a. Redness Masih tampak kemerahan pada luka klien b. Edema Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka c. Echimosis Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna kehitam hitaman d. Drainage Masih terdapat rembesan darah e. Approximatly Kerekatan luka belum menyatu A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan 3 S: - Klien sudah bisa tidur - Klien mengatakan masih sedikit khawatir tentang penyakit yang dideritanya O: - Wajah pada klien sudah mulai terlihat rileks - Klien sudah terlihat tidak gelisah lagi A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan 1 S: - Klien mengatakan sudah lama terdapat luka pada kaki klien - Klien dan keluarga sudah sedikit memahami mengenai cara perawatan pada luka DM. - Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis. - Klien merasakan mati rasa pada area kaki klien O: - Gula darah sewaktu : 220/dl - Diagnosis Medis : ulkus granulosum sinistra - Terjadi kerusakan jaringan pada kaki kiri klien - Tanda Tanda Reeda a. Redness Masih tampak kemerahan pada luka klien b. Edema Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka c. Echimosis Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna kehitam hitaman d. Drainage Masih terdapat rembesan darah e. Approximatly Kerekatan luka belum menyatu - Kaki klien sudah mengalami neuropati (mati rasa pada kaki klien) A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan 8 Nov 2 2019 S: - Klien mengatakan sudah lama menderita kencing manis. - Klien mengeluh luka pada kakinya sudah muncul sejak lama, namun dibiarkan begitu saja. Sehingga semakin lama lukanya semakin luas dan parah. O: Terdapat luka pada kaki klien sebelah kiri - Tanda Tanda Reeda a. Redness Masih tampak kemerahan pada luka klien b. Edema Tidak terjadi pembengkakan pada area sekitar luka c. Echimosis Pada area sekitar luka membentuk bercak berwarna kehitam hitaman d. Drainage Masih terdapat rembesan darah e. Approximatly Kerekatan luka belum menyatu A :Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan 3 S: - Klien sudah bisa tidur ddengan nyenyak - Klien sudah merasa ikhlas dan pasrah tentang penyakit yang dideritanya O: - Wajah pada klien sudah mulai terlihat rileks - Klien sudah terlihat tidak gelisah lagi A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan BAB III PEMBAHASAN Ulkus Kaki Diabetik (UKD) merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes melitus (DM) yang sering dijumpai dan ditakuti. Hal ini disebabkan karena hasil pengelola-an UKD sering mengecewakan baik bagi dokter, pasien maupun keluarganya,serta dapat berakhir dengan amputasi bahkan ke-matian. Di negara maju, Ulkus kaki diabetik (UKD) masih me-rupakan masalah kesehatan yang besar. Dengan adanya perkembangan metode dan teknologi penatalaksanaan UKD serta klinik kaki diabetes maka angka kematian dan amputasi dapat ditekan. Di Indonesia, Ulkus kaki diabetik (UKD) masih merupakan masalah yang rumit dan tidak terkelola dengan maksimal. Selain itu permasalahan biaya pengelolaan yang besar menambah peliknya masalah kaki diabetes. Pasien diabetes militus (DM) memiliki risiko 15%-25% dalam hidupnya untuk mengalami kaki diabetes yang pada 40-80% kasus berkembang menjadi Ulkus kaki diabetik (UKD). Insidens Ulkus kaki diabetik (UKD) di Amerika Serikat sekitar 3% tiap tahun, sedangkan di Inggris berkisar 10%. merupakan penyakit yang paling sering dikaitkan dengan amputasi ekstremitas bagian bawah, dan merupakan penyebab lebih dari 50% amputasi non traumatik di Amerika dan Eropa. Pada hakekatnya Ulkus kaki diabetik (UKD) dapat dicegah dengan cara melakukan skrining dini serta edukasi penatalaksanaan kaki diabetes pada individu be-risiko tinggi. Demikian pula pencegahan dan pengelolaan yang tepat terhadap faktor-faktor penyebab dasar patogenesis kaki diabetes, yakni neuropati, penyakit arteri peri-fer dan deformitas dapat mencegah timbulnya Ulkus kaki diabrtik (UKD) serta segala konsekuensinya. EPIDEMIOLOGI Prevalensi Ulkus kaki diabetik (UKD) berkisar antara 4%-10%, dengan prevalensi yang lebih rendah (1,5-3,5%) pada orang muda dan lebih tinggi (5-10%) pada orang tua. Sekitar 14-24% pasien Ulkus kaki diabetik (UKD) akan memerlukan amputasi, dengan angka rekurensi 50% setelah tiga tahun. Kesintasan (survival rate) setelah amputasi ekstremitas bagian bawah pada individu diabetes lebih rendah dibandingkan individu non diabetes. Mortalitas lima tahun paska amputasi sekitar 68%, sedangkan harapan hidup lebih rendah pada pasien dengan tingkat amputasi yang lebih tinggi.Di Indonesia angka kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16% dan 25% (RSUPCM tahun 2003), sebanyak 14,3% akan mening-gal setahun paska amputasi, dan sebanyak 37%meninggal dalam tiga tahun paska amputasi. PATOGENESIS Patogenesis utama Ulkus kaki diabetik (UKD) yaitu neuropati, kemudian iskemia pembuluh darah perifer. Prevalensi neuropati perifer 23-50% pada pasien DM dan lebih dari 60% Ulkus kaki diabetik (UKD) disebabkan neuropati yang berupa neuropati sensorik, motorik dan otonom. Hilangnya sensasi nyeri dan suhu akibat neuropati sensorik menyebabkan hilangnya kewaspadaan terhadap trauma atau benda asing, akibatnya banyak luka yang tidak diketahui secara dini dan semakin memburuk karena terus menerus mengalami penekanan. Kerusakan inervasi otot-otot intrinsik kaki akibat neuropati motorik menyebabkan ketidakseimbangan antara fleksi dan ekstensi kaki sertade-formitas kaki,yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki yang selanjutnya memicu timbulnya kalus. Kalus yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi sumber trauma bagi kaki tersebut. Neuropati otonom menyebabkan penurunan fungsi kelenjar keringat dan sebum. Kaki akan kehilangan kemampuan alami untuk melembabkan kulit, kulit menjadi kering dan pecah-pecah sehingga mudah terinfeksi. Penyakit arteri perifer (PAP) merupakan faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan Ulkus kaki diabetik (UKD) pada 50% kasus. Penyakit arteri perifer (PAP) jarang berdiri sendiri sebagai penyebab Ulkus kaki diabetik (UKD). Merokok, hipertensi dan hiperlipidemia memberikan kontribusi pada perkembangan Penyakit arteri perifer (PAP). Adanya iskemia akibat insufisiensi arteri perifer menyebabkan terjadinya penurunan oksigenasi di daerah ulkus yang mempersulit penyembuhan. Selain itu Penyakit arteri perifer (PAP) juga menyebabkan sulitnya pengaliran antibiotik ke daerah infeksi. PENATALAKSANAAN ULKUS KAKI DIABETES Tujuan utama pengelolaan Ulkus kaki diabetes (UKD) yaitu untuk mengakses proses kearah penyembuhan luka secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus kaki dapat menurunkan kemungkinan terjadinya amputasi dan kematian pasien diabetes. Secara umum pengelolaan Ulkus kaki diabetes (UKD) meliputi penanganan iskemia, debridemen, penanganan luka, menurunkan tekanan plantar pedis (off-loading), penanganan bedah, penanganan komorbiditas dan menurunkan risiko kekambuhan serta pengelolaan infeksi. Penanganan iskemia Perfusi arteri merupakan hal penting dalam proses penyembuhan dan harus dinilai awal pada pasien Ulkus kaki diabetes (UKD). Penilaian kompetensi vaskular pedis pada Ulkus kaki diabetes (UKD) sering kali memerlukan bantuan pemeriksaan penunjang seperti MRI angiogram, doppler maupun angiografi. Pemeriksaan sederhana seperti perabaan pulsasi arteri poplitea, tibialis posterior dan dorsalis pedis dapat dilakukan pada kasus Ulkus kaki diabetes (UKD) kecil yang tidak disertai edema ataupun selulitis yang luas. Ulkus atau gangren kaki tidak akan sembuh bahkan dapat menyerang tempat lain di kemudian hari bila penyempitan pembuluh darah kaki tidak diatasi. Bila pemeriksaan kompetensi vaskular menunjukkan adanya penyumbatan, bedah vaskular rekonstruktif dapat meningkatkan prognosis dan selayaknya diperlukan sebelum dilakukan debridemen luas atau amputasi parsial. Beberapa tindakan bedah vaskular yang dapat dilakukan antara lain angioplasti transluminal perkutaneus(ATP), trombo arterektomi dan bedah pintas terbuka (by pass). Berdasarkan penelitian, revaskularisasi agresif pada tungkai yang mengalami iskemia dapat menghindarkan amputasi dalam periode tiga tahun sebesar 98%.Bedah by pass dilaporkan efektif untuk jangka panjang. Kesintasan (survival rate) dari ekstremitas bawah dalam 10 tahun pada mereka yang memakai prosedur bedah by pass lebih dari 90%. Penggunaan antiplatelet ditujukan terhadap keadaan insufisiensi arteri perifer untuk memperlambat progresifitas sumbatan dan kebutuhan rekonstruksi pembuluh darah. Debridemen Debridemen merupakan upaya untuk membersihkan semua jaringan nekrotik, karena luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan non viable, debris dan fistula.Tindakan debridemen juga dapat menghilangkan koloni bakteri pada luka. Saat ini terdapat beberapa jenis debridemen yaitu autolitik, enzimatik, mekanik, biologik dan tajam. Debridemen dilakukan terhadap semua jaringan lunak dan tulang yang non viable. Tujuan debridemen yaitu untuk mengevakuasi jaringan yang terkontaminasi bakteri, mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat penyembuhan, menghilangkan jaringan kalus serta mengurangi risiko infeksi lokal.Debridemen yang teratur dan dilakukan secara terjadwal akan memelihara ulkus tetap bersih dan merangsang terbentuknya jaringan granulasi sehat sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan ulkus. Perawatan luka Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound healing atau menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab. Bila ulkus memroduksi sekret banyak maka untuk pembalut (dress-ing) digunakan yang bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka digunakan pembalut yang mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup lembab, maka dipilih pembalut ulkus yang dapat mempertahankan kelembaban. Disamping bertujuan untuk menjaga kelembaban, penggunaan pembalut juga selayaknya mempertimbangkan ukuran, ke-dalaman dan lokasi ulkus. Untuk pembalut ulkus dapat digunakan pembalut konvensional yaitu kasa steril yang dilembabkan dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern yang tersedia saat ini. Beberapa jenis pembalut modern yang sering dipakai dalam perawatan luka, seperti yaitu seperti hydrocol-loid, hydrogel, calcium alginate, foam dan sebagainya. Pemilihan pembalut yang akan digunakan hendaknya senantiasa mempertimbangkan cost effective dan kemampuan ekonomi pasien. Menurunkan tekanan pada plantar pedis (offloading)Tindakan off-loading merupakan salah satu prinsip utama dalam penatalaksanaan ulkus kronik dengan dasar neuropati. Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada telapa k kaki. Tindakan off-loading dapat dilakukan secara parsial maupun total. Mengurangi tekanan pada ulkus neuropati dapat mengurangi trauma dan mempercepat proses penyembuhan luka. Kaki yang mengalami ulkus harus sedapat mungkin dibebaskan dari penekanan. Sepatu pasien harus dimodifikasi sesuai dengan bentuk kakidan lokasi ulkus. Metode yang dipilih untuk off-loading tergantung dari karakteristik fisik pasien, lokasi luka, derajat keparahan dan ketaatan pasien.Beberapa metode off loading antaralain yaitu sebagai berikut total non weight bearing, total contact cast, foot cast dan boots, sepatu yang dimodifikasi (half shoe,wedgeshoe), serta alat penyanggah tubuh seperti cruthes dan walker. Penanganan bedah Jenis tindakan bedah tergantung dari berat ringannya Ulkus kaki diabetes (UKD). Tindakan elektif ditujukan untuk menghilangkan nyeri akibat deformitas seperti pada kelainan spurtulang, hammer toe sata ubunions.Tindakan bedah profilaktif diindikasikan untuk mencegah terjadinya ulkus atau ulkus berulang pada pasien yang mengalami neuropati dengan melakukan koreksi deformitas sendi, tulang atau tendon. Bedah kuratif diindikasikan bila ulkus tidak sembuh dengan perawatan konservatif, misalnya angioplasti atau bedah vaskular. Osteomielitis kronis merupakan indikasi bedah kuratif. Bedah emergensi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, dan diindikasikan untuk menghambat atau menghentikan proses infeksi, misalnya ulkus dengan daerah infeksi yang luas atau adanya gangren gas. Tindakan bedah emergensi dapat berupa amputasi atau debridemen jaringan nekrotik. Penanganan komorbiditas Diabetes merupakan penyakit sistemik multi organ sehingga komorbiditas lain harus dinilai dan dikelola melalui pendekatan tim multi disiplin untuk mendapatkan hasil yang optimal. Komplikasi kronik lain baik mikro maupun makro angiopati yang menyertai harus diidentifikasi dan dikelola secara holistik. Kepatuhan pasien juga merupakan hal yang penting dalam menentukan hasil pengobatan. Mencegah kambuhnya ulkus Pencegahan dianggap sebagai elemen kunci dalam menghindari amputasi kaki. Pasien diajarkan untuk memperhatikan kebersihan kaki, memeriksa kaki setiap hari, menggunakan alas kaki yang tepat, mengobati segera jika terdapat luka, pemeriksaan rutin ke podiatri, termasuk debridemen pada kapalan dan kuku kaki yang tumbuh ke dalam. Sepatu dengan sol yang mengurangi tekanan kaki dan kotak yang melindungi kaki berisiko tinggi merupakan elemen penting dari program pencegahan. Pengelolaan infeksi Infeksi pada Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan faktor pemberat yang turut menentukan derajat agresifitas tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan Ulkus kaki diabetes (UKD). Dilain pihak infeksi pada Ulkus kaki diabetes (UKD) mempunyai permasalahan sendiri dengan adanya berbagai risiko seperti status lokalis maupun sistemik yang imunocom promised pada pasien diabetes militus (DM), resistensi mikroba terhadap antibiotik, dan jenis mikroba yang ada kalanya memerlukan antibiotik spesifik yang mahal dan berkepanjangan. Dasar utama pemilihan antibiotik dalam penatalaksanaa Ulkus kaki diabetes (UKD) yaitu berdasarkan hasil kultur sekret dan sensitivitas sel. Cara pengambilan dan penanganan sampel berpengaruh besar terhadap ketepatan hasil kultur kuman. Telah dilaporkan bahwa terdapat perbedaan jenis kuman yang didapat pada bahan sekret yang diambil superfisial dengan yang deep swab. Sambil menunggu hasil kultur, pada Ulkus kaki diabetes (UKD) yang terinfeksi penggunaan antibiotik dapat dipilih secara empirik. Terdapat berbagai klasifikasi pengelolaan kaki diabetes mulai dari yang sederhana sampai kompleks yang mencantumkan tuntunan penggunaan antibiotika. Secara klinis, infeksi yang tidak mengancam tungkai biasanya terlihat sebagai ulserasi yang dangkal, tanpa iskemia yang nyata, tidak mengenai tulang atau sendi,dan area selulitis tidak lebih dari 2 cm dari pusat ulkus. Pasien tampak stabil serta tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi sistemik. Pengelolaan pasien dilakukan sebagai pasien rawat jalan. Perawatan di rumah sakit hanya bila tidak ada perbaikan setelah 48-72 jam atau kondisi memburuk. Antibiotik langsung diberikan disertai pembersihan dan debridemen ulkus. Penanganan ulkus ini selanjutnya seperti yang diuraikan sebelumnya, koreksi hiperglikemia dan kontrol komorbid lainnya. Respon terhadap pengobatan dievaluasi setelah 48-72 jam untuk menilai tindakan yang mungkin perlu dilakukan. Aspek pencegahan, pendidikan pasien, perawatan dan penanganan ortotik juga dilakukan secara terpadu. Infeksi disebut mengancam bila Ulkus kaki diabetes (UKD) berupa ulkus yang dalam sampai mengenai tulang dengan selulitis yang lebih dari 2 cm dan/atau disertai gambaran klinis infeksi sistemik berupa demam, edema, limfangitis, hiperglikemia, leukositosis dan iskemia. Perlu diperhatikan, tidak semua pasien diabetes dengan infeksi yang relatif berat akan menunjukkan tanda dan gejala sistemik seperti tersebut diatas. Jika ulkus mencapai tulang atau sendi, kemungkinan besar akan terjadi osteomielitis. Pasien dengan infeksi yang mengancam ekstremitas harus dirawat di rumah sakit untuk manajemen yang tepat. Debridemen dilakukan sejak awal dengan tetap memperhitungkan ada/tidaknya kompetensi vaskular tungkai. Jaringan yang diambil dari luka dikirim untuk kultur. Tindakan ini mungkin perlu dilakukan berulang untuk mengendalikan infeksi. Terapi empiris untuk infeksi berat harus berspektrum luas dan diberikan secara intravena dengan mempertimbangkan faktor lain seperti biaya, toleransi pasien, alergi, potensi efek yang merugikan ginjal atau hati, kemudahan pemberian dan pola resistensi antibiotik setempat. Infeksi kronik dan berat yang mengancam tungkai umumnya disebabkan oleh infeksi polimikroba yang mencakup organisme aerob gram positif dan negatif serta anaerob. Pseudomonas sering diperoleh dari isolasi luka yang menggunakan pembalutan basah. enterokokus umumnya dibiakkan dari pasien yang sebelumnya telah diterapi sefalosporin. kuman anaerob sering ditemukan pada luka dengan keterlibatan jaringan yang dalam dan nekrosis dan methicillin resistant Staphylococcy aureus(MRSA) sering diperoleh pada pasien yang sebelumnya pernah di rawat inap atau diberikan terapi antibiotika. Bila terjadi infeksi berulang meskipun terapi antibiotik tetap diberikan, perlu dilakukan kultur ulang jaringan untuk menyingkirkan infeksi super imposed. Lamanya pemberian antibiotik tergantung pada gejala klinis, luas dan dalamnya jaringan yang terkena serta beratnya infeksi. Pada infeksi ringan sampai sedang antibiotik dapat diberikan 1-2 minggu, sedangkan pada infeksi yang lebih berat antibiotik diberikan 2-4 minggu. Debridemen yang adekuat, reseksi atau amputasi jaringan nekrosis dapat mempersingkat waktup emberian antibiotik. Pada kasus osteomielitis, jika tulang terinfeksi tidak dievakuasi, maka antibiotik harus diberikan selama 6-8 minggu,bahkan beberapa literatur menganjurkan sampai 6 bulan. Jika semua tulang yang terinfeksi dievakuasi, antibiotik dapat diberikan lebih singkat, yaitu 1-2 minggu dan ditujukan untuk infeksi jaringan lunak. Efektivitas terapi dievaluasi dengan beberapa parameter, antara lain respon klinis pasien, suhu, leukosit dan hitung jenis, laju endap darah dan penanda inflamasi lainnya, kontrol gula darah dan parameter metabolik, serta tanda-tanda penyem-buhan luka dan peradangan.Pada keadaan kompetensi vaskular yang baik, pengukuran suhu kaki merupakan parameter klinis inflamasi yang dapat dipegang. Jika terdapat iskemi jaringan luka, antibiotik mungkin tidak dapat mencapai lokasi yang terinfeksi. Oleh karena itu, prosedur rekonstruksi vaskular mungkin harus dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang terinfeksi. TERAPI LAIN Terapi ajuvan yang sering digunakan dalam pengelolaan Ulkus kaki diabetes (UKD) ialah terapi oksigen hiperbarik (TOH). TOH merupakan pemberian oksigen untuk pasien dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer normal. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi oksigen dalam darah dan peningkatan kapasitas difusi jaringan.Tekanan parsial oksigen dalam jaringan yang meningkat akan merangsang neovaskularisasi dan replikasi fibroblas serta meningkatkan fagositosis dan leucocyte mediated killing dari bakteri. Indikasi pemberian TOH yaitu UKD yang memenuhi kriteria luka derajat 3 dalam klasifikasi Wagner dan luka yang gagal sembuh setelah 30 hari pengobatan standar, dan terutama ditujukan pada ulkus kronis dengan iskemia. Penggunaan granulocyte colony stimulating factors (GCSF) merupakan terapi alternatif yang masih dalam penelitian. GSCF diketahui dapat meningkatkan aktivitas neutrofil pada pasien DM. Pemberian suntikan GSCF subkutan selama satu minggu pada UKD yang disertai infeksi terbukti mempercepat eradikasi kuman, memperpendek waktu pemberian antibiotik serta menurunkan angka amputasi. Terapi ajuvan lain dalam pengelolaan UKD yang masih dalam tahap penelitan yaitu penggunaan faktor pertumbuhan (growth factor therapy) dan bio engineered tissue. Platelet derived growth factor beca plermin (PDGF-b,becaplermin) digunakan untuk merangsang penyembuhan luka dan dianjurkan pada neuropati kaki diabetes. Pemakaian bahan ini secara topikal dikatakan efektif dan aman, namun belum terdapat data yang memadai. Produk bio engineered tissue seperti bio engineered skin (Apligraf) dan human dermis (Dermagraf) merupakan implan bio logik aktif untuk mempercepat penyembuhan ulkus kronik. Produk bio engineered ini bekerja pada sistem penghantaran growth factor dan komponen matriks dermal melalui aktifitas fibro blas yang merangsang pertumbuhan jaringan dan penutupan luka. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kepada klien Tn. A. Tn.A belum mengetahui secara tepat bagaimanakan penatalaksanaan ulkus kaki diabetes atau yang lebih sering disebut dengan luka gangren. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan kelompok mendapatkan informasi bahwa klien dirumah mengobati luka gangren yang ada di kaki bagian kiri dengan menggunakan betadine dan menggunakannobat-obatan herbal cina yang di belikan oleh anaknya. Klien menderita penyakit Diabetes militus sejak 5 tahun yang lalu dan menjalani pengobatan secara rutin namun sebulan terakhir ini klien tidak mengonsumsi obat diabetes militus sehingga memperparah luka gangren yang ada di bagian kakinya. Penanganan luka gangren yang dilakukan oleh klien bila merujuk pada parafrag yang sebelumnya dituliskan oleh kelompok berdasarkan jurnal penelitian yang membahan penatalaksanaan ulkus kaki diabetes menunjukkan bahwa perilaku klien dalam merawat luka belum sesuai sehingga luka yang ada pada kaki klien sebelah kiri tidak membaik bahkan dari waktu kewaktu semakin buruk. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Ulkus kaki diabetes merupakan suatu masalah komplikasi kronik dari penyakit Diabetes militus. Ulkus kaki diabetik (UKD) diakibatkan oleh neuropati yang kemudian akan menyebabkan terjadinya iskemia pembuluh darah perifer. Terdapat beberapa tatalaksana untuk menangani masalah ulkus kaki diabetes atau luka gangren yaitu sebagai berikut dilakukannya pembedahan, dilakukannya debridemen, terapi oksigen, diberikannya obat antibiotik sebagai suatu upaya untuk menangani infeksi dan mencegah kekambuhan ulkus. 4.2 Saran Penatalaksanaan ulkus kaki diabetin ataupun luka gangren harus diinformasikan kepada semua orang diabetes militus yang beresiko tinggi terjadinya ulkus diabetes. Bukan hanya orang yang menderita saja namun juga harus diberi tagu agar klien yang menderita ulkus diabetes dapat mendapatkan semangat dan dukungan dari keluarga. Penatalaksanaan perlu di infokan kepada penderita agar dalam menangani luka dapat dilakukan sesuai dengan kaidah yang ada sehingga luka cepat sembuh dan tidak menjadi lebih parah. Lampiran